Laporan Pengaruh Pemberian Hormon Terhadap Absisi Daun

14
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan tanaman tidak terjadi terus menerus atau dengan kata lain pertumbuhannya terbatas, terutama pada daun yang telah tua sering mengalami absisi (pengguguran daun). Titik lepasnya adalah terletak di deka parenkim kecil pada lapisan ini memiliki dinding yang sangat tipi sekitar jaringan pembuluh. Lapisan absisi akan melemah ketika enzim menghidrol polisakarida dalam dinding sel. Akhirnya, bobot daun dengan bant pemisahan di dalam lapisan absisi. ahkan sebelum daun ja membentuk jaringan parut pelindung pada sisi ranting lapisan absi patogen supaya tidak masuk ke dalam tumbuhan tersebut. Absisi diduga terjadi dengan melibatkan adanya pengaruh beber lain adalah auksin. Auksin berperan penting dalam proses jatuhnya muda dan buah muda membentuk auksin dan selama itu keduanya tetap batang. A"A merupakan hormon auksin sehingga A"A identik bah#a auksin merupakan hormon yang dapat memperpanjang jaringan danmenunda terjadinya absisi. $adar auksin pada daun yang masih muda lebih t pada daun yang de#asa. Sedangkan pada daun yang rumit auksin memi rendah. $etika pada tingkat a#al absisi daun, pemakaian A"A dimungkinkan dapat menghambat jatuhnya daun. A. Rumusan Masalah erdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah pada prak '. agaimana pengaruh A"A terhadap proses absisi pada daun B. Tujuan erdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari praktiku 1. engetahui pengaruh pemberian A"A terhadap proses absisi pada Laporan Fisiologi Tumbuhan “Absisi Daun” '

description

laporan

Transcript of Laporan Pengaruh Pemberian Hormon Terhadap Absisi Daun

BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan tanaman tidak terjadi terus menerus atau dengan kata lain pertumbuhannya terbatas, terutama pada daun yang telah tua sering mengalami absisi (pengguguran daun). Titik lepasnya adalah terletak di dekat pangkal tangkai daun. Sel parenkim kecil pada lapisan ini memiliki dinding yang sangat tipis, dan tidak ada sel serat di sekitar jaringan pembuluh. Lapisan absisi akan melemah ketika enzim menghidrolisis polisakarida dalam dinding sel. Akhirnya, bobot daun dengan bantuan angin menyebabkan pemisahan di dalam lapisan absisi. Bahkan sebelum daun jatuh, suatu lapisan gabus akan membentuk jaringan parut pelindung pada sisi ranting lapisan absisi tersebut, yang mencegah patogen supaya tidak masuk ke dalam tumbuhan tersebut. Absisi diduga terjadi dengan melibatkan adanya pengaruh beberapa hormon, antara lain adalah auksin. Auksin berperan penting dalam proses jatuhnya daun dan buah. Daun muda dan buah muda membentuk auksin dan selama itu keduanya tetap menempel kuat pada batang. AIA merupakan hormon auksin sehingga AIA identik dengan auksin. Diketahui bahwa auksin merupakan hormon yang dapat memperpanjang jaringan dan menunda terjadinya absisi. Kadar auksin pada daun yang masih muda lebih tinggi apabila dibanding pada daun yang dewasa. Sedangkan pada daun yang rumit auksin memiliki kadar yang relatif rendah. Ketika pada tingkat awal absisi daun, pemakaian AIA dimungkinkan dapat menghambat jatuhnya daun. A. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah pada praktikum kali ini adalah :1. Bagaimana pengaruh AIA terhadap proses absisi pada daun ?

B. TujuanBerdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari praktikum ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh pemberian AIA terhadap proses absisi pada daun.

BAB II KAJIAN TEORIHormon didefinisikan sebagai senyawa organik non hara, disintesis dalam suatu bagian tubuhnya yang ditransport kebagian lain tempat hormon itu berfungsi. Tetapi hal itu tidak selalu berlaku, karena ada kalanya hormon disinetesis di tempat ia berfungsi. Hormon yang berperan dalam proses pertumbuhan pada tumbuhan antara lain auksin, sitokinin, gibelerin, absisin dan etilen. Hormon berfungsi untuk mempengaruhi kerja gen dalam menentukan ekspresinya atau mempengaruhi kerja enzim tanpa langsung melibatkan RNA dalam sintesis protein (Soeradikusumo, 1993).Auksin merupakan hormon yang dapat merangsang pertumbuhan. Terutama pada sel target dalam pembelahan dan pemanjangan sel. Secara kimia auksin disebut indole acetil acid (IAA). Kerja hormon auksin untuk memanjangkan sel ini dengan cara meluinakkan dinding sselny. Kemudian diikuti dengan peningkatan tekanan turgor sel sehingga dinding selnya dapat memanjang (Salisbury, 1995)..Daerah absisi terdiri atas lapisan pemisah dan lapisan pelindung. Pada lapisan pemisah tersebut terjadi pelepasan daun yang sebenarnya. Pada daerah ini merupakan bagian terlemah dari tangkai daun. Setelah daun menjadi dewasa, maka daerah absisi menjadin nyata dan terjadi lekukan dangkal di luar dan di daerah absisi ini terjadi perubahan warna epidermis. Diameter berkas vaskuler di daerah absisi mengalami pereduksian. Kolenkim tidak ada,sklerenkim menjadi lemah atau tidak ada sama sekali. Sel-sel parenkim absisi mempunyai sitoplasma yang lebih padat.Sebelum daun gugur terjadi lapisan pemisah pada daerah pengguguran tersebut. Lapisan pemisah berlanjut melintasi sel-sel parenkim di dalam berkas vaskuler. Sel-sel parenkim di tempat tersebut membelah menjadi sel yang leih kecil, pipih, mengandung tepung dan plasmanya kental. Di daerah ini unsur-unsur xilem dan floem serta sel-sel mati lainnya telah rusak secara mekanik. Sebelum daun benar-benar gugur, silosis dan getah menyumbat terutama sel-sel pengangkut primer pada berkas vaskuler, namun pengangkutan tetap dipertahankan melalui unsur-unsur sekunder sehingga daun tetap segar dan tidak layu sampai pada akhirnya pemisahan tersebut sempurna. Segera sebelum pengguguran daun, dinding luar dan lamella tengah sel-sel penyusun lapisan pemisah menjadi bergelatin dan pada akhir sebelum daun gugur gelatin tadi hancur dan terlarut. Akibat pelarutan substansi antar sel dan dinding sel luar, maka sel-sel menjadi renggang dan lepas antara satu dengan yang lain. Akhirnya, daun hanya diperkuat oleh unsur-unsur vaskuler yang segera putus akibat tenaga mekanis atau gravitasi, sehingga tangkai daun akan terputus karena angin dan berat daunnya sendiri yang mengakibatkan pemisahan daun dari batang.Pada daerah pemisahan terbentuklah leaf scar. Scar terbentuk karena terjadi penimbunan substansi yang melindungi permukaan baru tersebut dari kerusakan, infeksi dan kehilangan air. Substansi ini terdapat di bawah lapisan pemisah dalam sel-sel yang berupa suberin dan lignin. Lapisan pemisah yang tersisa di batang akan membentuk lapian pelindung, dapat berupa jaringan pelindung primer atau pelindung sekunder berupa periderm. Di bawah lapisan pelindung primer kemudian diendapkan suberin dan lignin sebagai penghalang keluarnya air dan masuknya infeksi penyakit. Lapisan sekunder ini bersambungan dengan periderm batang. Lapisan pelindung primer dan lapisan pelindung sekunder digunakan sebagai penutup luka akibat tangkai daun yang gugur.Mengenai hubungan antara absisi dengan zat tumbuh auksin, Addicot et al (1955) mengemukakan sbb: Absisi akan terjadi apabila jumlah auksin yang ada di daerah proksimal (proximal region) sama atau lebih dari jumlah auksin yang terdapat di daerah distal (distal region). Tetapi apabila jumlah auksin yang berada di daerah distal lebih besar dari daerah proximal, maka tidak akan terjadi absisi. Dengan kata lain proses absisi ini akan terlambat. Teori lain (Biggs dan Leopold 1957, 1958) menerangkan bahwa pengaruh auksin terhadap absisi ditentukan oleh konsentrasi auksin itu sendiri. Konsentrasi auksin yang tinggi akan menghambat terjadinya absisi, sedangkan auksin dengan konsentrasi rendah akan mempercepat terjadinya absisi.Teori terakhir dikemukakan oleh Robinstein dan Leopold (1964) yang menerangkan bahwa respon absisi pada daun terhadap auksin dapat dibagi kedalam dua fase jika perlakuan auksin diberikan setelah daun terlepas. Fase pertama, auksin akan menghambat absisi, dan fase kedua auksin dengan konsentrasi yang sama akan mendukung terjadinya absisi (Lakitan 2001).Gugurnya daun juga dipicu oleh faktor lingkungan, termasuk panjang hari yang pendek pada musim gugur dan suhu yang rendah. Rangsangan dari faktor lingkungan ini menyebabkan perubahan keseimbangan antara etilen dan auksin. Etilen merupakan hormon berupa gas yang dalam kehidupan tanaman aktif dalam proses pematangan buah Aplikasi mengandung ethephon, maka kinerja sintetis ethylen berjalan optimal sehingga tujuan agar buah cepat masak bisa tercapai. (misalnya: Etephon, Protephon) Auksin dosis tinggi dapat merangsang produksi Etilen. Kelebihan Etilen malah dapat menghalangi pertumbuhan, menyebabkan gugur daun (daun amputasi), dan bahkan membunuh tanaman. Auksin mencegah absisi dan tetap mempertahankan proses metabolisme daun, tetapi dengan bertambahnya umur daun jumlah etilen yang dihasilkan juga akan meningkat. Sedangkan etilen sangat berperan dalam proses pengguguran daun. Sel-sel yang mulai menghasilkan eilen akan mendorong pembentukan lapisan absisi. Selanjutnya etilen akan merangsang lapisan absisi terpisah dengan memacu sintesis enzim yang merusak dinding-dinding sel pada lapisan absisi (Salisbury, 1995).Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa peristiwa gugurnya daun disebabkan karena aktivitas dari hormon Asam Absisat (ABA), namun peranan ABA dalam menyebabkan gugurnya daun masih dipertentangkan. Beberapa peneliti membuktikan peranan penting ABA endogen dalam menyebabkan pengguguran. Berdasarkan Milborrow (1994) ia berpikir bahwa bukan hanya ABA endogen yang menyebabkan absisi pada daun, tetapi terdapat ABA eksogen yang juga menyebabkan pengguguran, tetapi tidak terlalu efektif (Salisbury, 1995).Pada penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Osborne (1989) menyimpulkan bahwa ABA yang menimbulkan gugurnya daun, tidak berperan langsung, sebaliknya ABA bekerja secara tak langsung dengan menyebabkan penuaan prematur pada sel organ yang akan gugur, dan hal ini mendorong naiknya produksi etilen. Sehingga yeng sebenarnya mengawali proses pengguguran adalah etilen dan bukan ABA (Lakitan 2001).

BAB IIIMETODE PENELITIANA. Jenis PenelitianJenis penelitian yang dilakukan dalam praktikum ini adalah penelitian eksperimental, karena terdapat variabel-variabel yang digunakan untuk mengetahui pengaruh pemberian AIA terhadap proses absisi daun. Variabel yang digunakan adalah variabel manipulasi, variabel terikat dan variabel respon.

B. Variabel Penelitiana. Variabel Manipulasi : perlakuan yang diberikan (diolesi lanolin dan diolesi 1 ppm AIA dalam lanolin) b. Variabel Kontrol : jenis tumbuhan (Coleus sp.), media tanam, dan waktu pemotonganc. Variabel Respon : gugurnya daunC. Alat dan Bahan1. Alat Pisau

2. Bahan 2 pot tanaman Coleus sp. Lanolin AIA 1 ppm dalam lanolin Label

D. Langkah Kerja1. Diambil dua buah pot tanaman Coleus sp. kemudian dilakukan kegiatan sebagai berikut: Dipotong satu pasang lamina yang terletak paling bawah pada pot 1 Dipotong satu pasang lamina yang terletak tepat diatas lamina yang paling bawah pada pot 2.2. Diolesi bekas potongan tersebut, yang satu dengan lanolin, dan yang lainnya dengan 1 ppm AIA dan lanolin.3. Diberi tanda agar tidak tertukar.4. Diamati setiap hari dan mencatat waktu gugurnya tangkai daun tersebut.5. Dibuat laporan hasil pengamatan.6.

E. Alur Kerja

BAB VHASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil1. TabelTabel Pengaruh Lanolin dan AIA Terhadap Proses Absisi Daun Coleus sp.HariLamina yang terletak paling bawahLamina yang terletak di atas lamina yang paling bawah

Diolesi LanolinDiolesi Lanolin dan AIADiolesi LanolinDiolesi Lanolin dan AIA

1234567891011121314151617--------

---------------------------------

-----------------------

Keterangan : = lamina sudah rontok

2. Histogram

Keterangan : x = Letak lamina y = Hari ke-

Gambar 1. Histogram Pengaruh Pemberian Hormon terhadap Absisi Daun

B. Analisis Dari hasil yang diperoleh, diketahui bahwa daun yang terletak paling bawah mengalami pengguguran daun yang lebih cepat. Pada perlakuan yang hanya diolesi oleh lanolin yakni pada hari ke-9 dari awal pemberian perlakuan. Sedangkan pada daun paling bawah yang diolesi 1 ppm AIA dalam Lanolinn mengalami pengguguran daun yang lebih lama, yakni pada hari ke-15 dari awal pemberian perlakuan. Selain Lamina paling bawah, ternyata lamina no-2 dari bawah juga mengalami fenomena yang sama, yakni bahwa daun yang diolesi dengan lanolin mempunyai waktu yang lebih cepat pada peristiwa pengguguran daunnya, yakni pada hari ke-10 dari awal pemberian perlakuan. Sedangkan pada daun yang diolesi 1 ppm AIA dalam Lanolinn mengalami pengguguran daun yang lebih lama, yakni pada hari ke-17 dari awal pemberian perlakuan.

C. Pembahasan Hormon yang ada pada tumbuhan dapat mengendalikan arah dan kecepatan pertumbuhan. Misalnya kapan tumbuhan menghasilkan bunga dan kapan daunnya gugur. Sel tumbuhan yang bereaksi terhadap hormon hanya yang mengandung reseptor hormon. Hormon yang berperan untuk mencegah pengguguran daun adalah hormon auksin. Hormon auksin merupakan hormon yang dapat merangsang pertumbuhan. Terutama pada sel target dalam pembelahan dan pemanjangan sel. Secara kimia, auksin disebut indole acetic acic (IAA). Cara kerja auksin untuk memanjangkan sel ini dengan cara melunakkan dinding selnya, kemudian diikuti dengan peningkatan tekanan turgor sel sehingga dinding selnya dapat memanjang.Berdasarkan hasil dan analisis yang diperoleh dapat diketahui bahwa Lamina yang diberi perlakuan dengan pengolesan lanolin saja, pengguguran daunnya lebih cepat. Karena tidak ada penghambat bagi aktivitas kerja hormon etilen dan Asam Absisat (ABA). ABA dan etilen sangat berperan dalam mempercepat pengguguran daun. Sedangkan pada lamina yang diberi perlakuan dengan pengolesan 1 ppm AIA dalam lanolin, pengguguran daunnya lebih lambat. Hal ini dikarenakan adanya AIA yang mempunyai aktivitas yang berlawanan terhadap ABA dan etilen. Apabila ABA dan etilen mempercepat terjadinya absisi, maka auksin (AIA) pada tempat terbentuknya lapisan absisi tertentu, berlawanan kerjanya dengan Asam Absisat (ABA) dan etilen sehingga pemotongan pangkal daun lebih lama. Dalam proses absisi, faktor internal dan eksternal sangat berperan. Faktor eksternal seperti kelembaban, panas, dan kekeringan akan berpengaruh terhadap absisi. Pada proses absisi, akan terjadi perubahan-perubahan metabolisme dalam dinding sel dan perubahan secara kimia dari pektin dalam middle lamella. Pembentukan lapisan absisi (abscission layer), kadang-kadang diikuti oleh susunan sel division proximal. Absisi akan terjadi apabila jumlah auxin yang ada di daerah proksimal (proximal region) sama atau lebih dari jumlah auxin yang terdapat di daerah distal (distal region). Tetapi apabila jumlah auxin yang berada di daerah distal lebih besar dari daerah proximal, maka tidak akan terjadi absisi atau dengan kata lain proses absisi akan terhambat. Perbandingan waktu gugur tangkai daun paling bawah dengan tangkai daun nomor 2 dari bawah. Terlihat bahwa tangkai daun no.2 memiliki kecepatan gugur lebih lama daripada daun yang paling bawah, baik yang diolesi lanolin maupun AIA dalam lanolin. Hal ini disebabkan daun yang masih muda (no. 2 dari bawah) proses pembentukan auksin masih berlangsung sehingga saat daun masih muda maka daun akan tetap menempel pada batang daripada daun yang lebih tua. Selian itu lamina daun yang atas lebih banyak terkena sinar matahar sehingga daun tidak dapat melakukan fotosintesis dengan baik, dan selanjutnya akan segera gugur.D. Diskusi 1. Adakah perbedaan waktu gugurnya daun pada percobaan saudara? Jelaskan pendapat saudara disertai dengan teori yang mendukung! Ada perbedaan waktu gugurnya daun pada percobaan ini. Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan, pada lamina yang diberi perlakuan dengan pengolesan lanolin saja, pengguguran daunnya lebih cepat. Karena tidak ada penghambat bagi aktivitas kerja hormon etilen dan Asam Absisat (ABA) untuk mempercepat pengguguran daun. Sedangkan pada lamina yang diberi perlakuan dengan pengolesan 1 ppm AIA dalam lanolin, peristiwa pengguguran daunnya lebih lambat. Hal ini dikarenakan adanya AIA yang mempunyai aktivitas yang berlawanan terhadap ABA dan etilen. Apabila ABA dan etilen mempercepat terjadinya absisi, maka auksin (AIA) pada tempat terbentuknya lapisan absisi tertentu, berlawanan kerjanya dengan Asam Absisat (ABA) dan etilen sehingga pemotongan pangkal daun lebih lama. Apabila dibandingkan berdasarkan waktu gugur tangkai daun paling bawah dengan tangkai daun nomor 2 dari bawah terlihat bahwa tangkai daun no.2 memiliki kecepatan gugur lebih lama daripada daun yang paling bawah, baik yang diolesi lanolin maupun AIA dalam lanolin. Hal ini disebabkan daun yang masih muda (no. 2 dari bawah) proses pembentukan auksin masih berlangsung sehingga saat daun masih muda maka daun akan tetap menempel pada batang daripada daun yang lebih tua. Selain itu lamina daun yang atas lebih banyak terkena sinar matahari sehingga daun tidak dapat melakukan fotosintesis dengan baik, dan selanjutnya akan segera gugur.

BAB V PENUTUPA. Simpulan Berdasarkan hasil percobaan yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa : Pemberian AIA mempengaruhi proses absisi daun karena AIA menghambat proses absisi daun yang dipicu oleh hormon ABA dan etilen sehingga proses absisi berlangsung lebih lama.

B. Saran Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan, maka disarankan : Percobaan sebaiknya dilakukan sesuai dengan prosedur agar hasilnya sesuai dengan teori.

DAFTAR PUSTAKA

Lakitan, Benyamin. 2001. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.Soerodikosoemo, Wibisono. 1995. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sallisbury dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB Press.Sasmitamihardja, Dardjat dan Arbasyah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB Press.

LAMPIRAN

Gambar 1. Bekas tangkai daun yang telah diolesi dengan lanolin pada satu sisi dan lanolin + AIA pada sisi yang lain yang terletak paling bawah. Gambar 2. Bekas tangkai daun yang telah diolesi dengan lanolin pada satu sisi dan lanolin + AIA pada sisi yang lain yang terletak no. 2 dari bawah.

Laporan Fisiologi Tumbuhan Absisi Daun13