Laporan Pendahuluan Mioma Utri
-
Upload
ida-wahyuningsari -
Category
Documents
-
view
57 -
download
3
Transcript of Laporan Pendahuluan Mioma Utri
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MIOMA UTERI DI
POLI GYNEKOLOGI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG
IDA WAHYUNINGSARI
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA HUSADA
SEMARANG 2013
A. DEFINISI
Myoma Uteri adalah : neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus
yang disebut juga dengan Leiomyoma Uteri atau Uterine Fibroid.
Myoma Uteri umumnya terjadi pada usia lebih dari 35 tahun. Dikenal
ada dua tempat asal myoma uteri yaitu pada serviks uteri ( 2 % )dan pada
korpus uteri ( 97 % ), belum pernah ditemukan myoma uteri terjadi
sebelum menarche.
Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan
ikatnya, sehingga dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya
dominan dan lunak serta otot rahimnya dominan ( Manuaba, 2007).
B. ETIOLOGI
Faktor pendukung terjadinya mioma adalah : wanita usia 35-45 tahun,
hamil pada usia muda, genetik, zat-zat karsinogenik, sedangkan yang
menjadi factor pencetus dari terjadinya myoma uteri adalah adanya sel
yang imatur dan terjadi pada grandemultipara.
Menurut Manuaba (2007), faktor-faktor penyebab mioma uteri
belum diketahui, namun ada 2 teori yang menjelaskan faktor penyebab
mioma uteri, yaitu:
1. Teori Stimulasi
Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi dengan alasan :
a. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil
b. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche
c. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause
d. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan
mioma uteri
2. Teori Cellnest atau Genitoblas
Terjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang
terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus
menerus oleh estrogen.
Menurut Muzakir (2008) faktor risiko yang menyebabkan mioma
uteri adalah:
1. Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi
dan sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri
jarang ditemukan sebelum menarke (sebelum mendapatkan haid).
Sedangkan pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar
10%.
2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang diambil
dari hasil histerektomi wanita yang telah menopause, diterangkan
bahwa hormon esterogen endogen pada wanita-wanita menopause
pada level yang rendah/sedikit (Parker, 2007). Otubu et al menemukan
bahwa konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi
dibandingkan jaringan miometrium normal terutama pada fase
proliferasi dari siklus menstruasi (Djuwantono, 2004).
3. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita
mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita
mioma uteri. Penderita mioma yang mempunyai riwayat keluarga
penderita mioma mempunyai 2 (dua) kali lipat kekuatan ekspresi dari
VEGF-α (a myoma-related growth factor) dibandingkan dengan
penderita mioma yang tidak mempunyai riwayat keluarga penderita
mioma uteri (Parker, 2007).
4. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini
mungkin berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi
esterogen oleh enzim aromatease di jaringan lemak (Djuwantono,
2004). Hasilnya terjadi peningkatan jumlah esterogen tubuh yang
mampu meningkatkan pprevalensi mioma uteri (Parker, 2007).
5. Makanan
Beberapa penelitian menerangkan hubungan antara makanan
dengan prevalensi atau pertumbuhan mioma uteri. Dilaporkan bahwa
daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan daging babi
menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan
insiden mioma uteri. Tidak diketahui dengan pasti apakah vitamin,
serat atau phytoestrogen berhubungan dengan mioma uteri (Parker,
2007).
6. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus
kemungkinan dapat mempercepat terjadinya pembesaran mioma uteri
(Manuaba, 2007).
7. Paritas
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara
dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi
melahirkan 1 (satu) atau 2 (dua) kali.
C. PATOFISIOLOGI
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam
miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu
miometrium terdesak menyusun semacam pseudekapsula atau simpai
semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin terdapat satu
mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu mioma yang
tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan
konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus mioma
dapat menonjol ke depan sehingga menekan dan mendorong kandung
kencing ke atas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi.
Tetapi masalah akan timbul jika terjadi: berkurangnya pemberian
darah pada mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga
menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi
jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga
terjadi anemia. Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan fisik, kondisi
tubuh lemah, sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi.
Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan seseorang
mengalami kekurangan volume cairan. (Sastrawinata S, 2007)
D. KOMPLIKASI
1. Pertumbuhan Leiomiosarkoma
Yaitu tumor yang tumbuh dari miometrium, dan merupakan 50 –
70 % dari semua sarkoma uteri. Ini timbul apabila suatu mioma uteri
yang selama beberapa tahun tidak membesar, tapi tiba-tiba mengalami
pembesaran, apalagi jika hal itu terjadi sesudah menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Ada kalanya tungkai pada mioma uteri subserosum mengalami
putaran. Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami
gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan, dan akan nampak
gambaran klinik dari abdomen akut.
3. Nekrosis dan Infeksi
Pada mioma submukosum, yang menjadi polip, ujung tumor
kadang-kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan di
vagina. Dalam hal ini ada ada kemungkinan gangguan sirkulasi dengan
akibat nekrosis dan infeksi sekunder (Prawiroharjo, 2007).
E. KLASIFIKASI
1. Mioma submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol kedalam kavum uteri.
Jenis ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma jenis lain
meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan,
tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui
dari tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal
sebagai currete bump dan dengan pemeriksaan histeroskopi dapat
diketahui posisi tangkai tumor. Tumor jenis ini sering mengalami
infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma
submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang
mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke
vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang
dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada
beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena
proses di atas.
2. Mioma intramural (mioma intraepitelial)
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan
terbentuk simpai yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding
rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk
yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang
terletak pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan
menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat
menimbulkan keluhan miksi. Mioma sering tidak memberikan gejala
klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor
di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai
mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di
dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak
(jaringan otot rahim dominan).
3. Mioma subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol
pada permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat
tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma
intraligamenter.
F. MANJFESTASI KLINIS
Faktor-faktor yang menimbulkan gejala klinis ada 3, yaitu :
1. Besarnya mioma uteri
2. Lokalisasi mioma uteri
3. Perubahan pada mioma uteri.
Gejala-gejala yang timbul tergantung dari lokasi mioma uteri (cervikal,
intramural, submucous), digolongkan sebagai berikut :
1. Perdarahan abnormal
Perdarahan abnormal yaitu menoragia, menometroragia dan
metroragia. Perdarahan sering bersifat hipermenore dan mekanisme
perdarahan tidak diketahui benar. Faktor-faktor yang mempengaruhinya
yaitu telah meluasnya permukaan endometrium dan gangguan dalam
kontraktibilitas miometrium (Manuaba, 2007).
2. Rasa nyeri pada pinggang dan perut bagian bawah, dapat terjadi jika :
a. Mioma menyempitkan kanalis servikalis
b. Mioma submukosum sedang dikeluarkan dari rongga Rahim
c. Adanya penyakit adneks, seperti adneksitis, salpingitis, ooforitis
d. Terjadi degenerasi merah
3. Tanda-tanda penekanan/pendesakan
Terdapat tanda-tanda penekanan tergantung dari besar dan lokasi
mioma uteri. Tekanan bisa terjadi pada traktus urinarius, pada usus, dan
pada pembuluh-pembuluh darah. Akibat tekanan terhadap kandung
kencing ialah distorsi dengan gangguan miksi dan terhadap uretes bisa
menyebabkan hidro uretre.
4. Infertilitas
Infertilitas bisa terajadi jika mioma intramural menutup atau menekan
pors interstisialis tubae.
5. Abortus
Abortus menyebabkan terjadinya gangguan tumbuh kembang janin
dalam rahim melalui plasenta.
6. Gejala sekunder
Gejala sekunder yang muncul ialah anemia karena perdarahan, uremia,
desakan ureter sehingga menimbulkan gangguan fungsi ginjal.
G. PENATALAKSAAN
Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran
tumor, dan terbagi atas :
a. Penanganan konservatif, yaitu dengan cara :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6
bulan,
2) Monitor keadaan Hb,
3) Pemberian zat besi,
b. Penggunaan agonis GnRH
c. Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri
adalah:
1) Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia,
2) Nyeri pelvis yang hebat,
3) Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena
mioma berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa),
4) Gangguan buang air kecil (retensi urin),
5) Pertumbuhan mioma setelah menopause,
6) Infertilitas,
7) Meningkatnya pertumbuhan mioma
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
1. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa
pengangkatan rahim/uterus. Miomektomi lebih sering di lakukan pada
penderita mioma uteri secara umum.
2. Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk
mengangkat rahim, baik sebahagian (subtotal) tanpa serviks uteri
ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri. Histerektomi dapat
dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada
penderita yang memiliki mioma yang simptomatik atau yang sudah
bergejala.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb turun, Albumin turun, Lekosit
turun/meningkat, Eritrosit turun.
2. USG : terlihat massa pada daerah uterus.
3. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma
tersebut.
4. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat
menghambat tindakan operasi.
5. ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat
mempengaruhi tindakan operasi.
6. Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam
menetapkan adanya mioma uteri.
7. Histeroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa,
jika tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat
diangkat.
8. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap terbatas tegas dan
dapat dibedakan dari miometrium yang normal. MRI dapat mendeteksi
lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk
mioma submukosa.
I. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data biasanya dilakukan dengan wawancara dengan
pasien langsung dan melihat rekam medis pasien.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa
nyeri karena terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ.Rasa
nyeri setelah bedah biasanya berlangsung 24-48 jam. Adapun yang
perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut adalah :
a. Lokasi nyeri :
b. Intensitas nyeri
c. Waktu dan durasi
d. Kwalitas nyeri.
3. Riwayat Reproduksi
a. Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab
mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan
mengalami atrofi pada masa menopause
b. Hamil dan Persalinan
1) Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma, dimana
mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan
dengan hormon estrogen, pada masa ii dihasilkan dalam jumlah
yang besar.
2) Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi
psikologi klien dan keluarga terhadap hilangnya organ
kewanitaan
4. Data Psikologi.
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap
emosional klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang
terjadi. Organ reproduksi merupakan komponen kewanitaan, wanita
melihat fungsi menstruasi sebagai lambang feminitas, sehingga
berhentinya menstruasi bias dirasakan sebgai hilangnya perasaan
kewanitaan.
Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu ditangani .
Beberapa wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas terhalangi
atau hilangnya kepuasan. Pengetahuan klien tentang dampak yang
akan terjadi sangat perlu persiapan psikologi klien.
5. Status Respiratori
Respirasi bias meningkat atau menurun . Pernafasan yang ribut
dapat terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh
kebelakang atau akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar
merupakan gejala terdapat secret pada saluran nafas . Usaha batuk dan
bernafas dalam dilaksalanakan segera pada klien yang memakai
anaestesi general.
6. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang
harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah.
Variasi tingkat kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk , harus
di observasi dan penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala syok.
7. Status Urinari
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi,
klien yang hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6
sampai 8 jam setelah pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit
akibat kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi.
8. Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah
pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan
intestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu diberikan untuk
menghilangkan gas dalam usus.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri ) berhubungan dengankerusakan
jaringan otot dan system saraf yang di tandai dengan keluhan nyeri,
ekpresi wajah neyeringai
Intervensi keperawatan :
1) Kaji tingkat rasa tidak nyaman sesuai dengan tingkatan
nyeri.
2) Ajarkan teknik releksasi seperti menarik nafas dalam,
bimbing untuk membayangkan sesuatu.Kaji tanda vital :
tachicardi,hipertensi, pernafasan cepat.
2. Gangguan eleminasi miksi (retensi urine ) berhubungan dengan
trauma mekanik , manipulasi pembedahan adanya edema pada
jaringan sekitar dan hematom, kelemahan pada saraf sensorik dan
motorik.
Intervensi keperawatan :
1) Lakukan palpasi pada kandung kemih , observasi adanya
ketidaknyamanan dan rasa nyeri
2) Kolaborasi dengan dokter tentang tindakan / pemeriksaan
selanjutnya
3. Cemas berhubungan dengan kekawatiran tentang ketidakmampuan
memiliki anak, perubahan dalam masalah kewanitaan, akibat pada
hubungan seksual
Intervensi keperawatan :
1) Beritahu klien tentang tindakan apa saja yang biasa
dilakukan histerektomi dan anjurkan klien untuk
mengekpresikan perasaannya tentang histerektomi
2) Kaji apakah klien mempunyai konsep diri yang negatif.
3) Libatkan klien dalam perawatannya
4) Kontak dengan klien sesering mungkin dan ciptakan
suasana yang hangat dan menyenangkan.
5) Memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaannya
mengenai tindakan pembedahan dan pengaruhnya terhadap
diri klien
6) Berikan dukungan emosional dalam teknik perawatan,
misalnya perawatan luka dan mandi.
7) Ciptakan lingkungan atau suasana yang terbuka bagi klien
untuk membicarakan keluhan-keluhannya.
4. Kurang pengetahuan tentang efek pembedahan dan perawatan
selanjutnya berhubungan dengansalah dalam menafsirkan imformasi
dan sumber imformasi yang kurang benar
Intervensi keperawatan :
1) Jelaskan bahwa tindakan histerektomi abdominal mempunyi
kontraindikasi yang sedikit tapi membutuhkan waktu yang
lama untuk puli, mengguanakan anatesi yang banyak dan
memberikan rasa nyeri yang sangat setelah operasi.
2) Jelaskan dan ajarkan cara perawatan luka bekas operasi yang
tepat
3) Motivasi klien melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
4) Jelaskan efek dari pembedahan terhadap menstruasi dan
ovulasi
5) Jelaskan aktivitas yang tidak boleh dilakukan.
6) Jelaskan bahwa pengangkatan uterus secara total
menyebabkan tidak bisa hamil dan menstruasi
7) Jika klien memakai therapy estrogen maka ajari klien :
Bahwa estrogen itu biasanya diberikan dengan dosis
renda, dengan sirklus penggunaannya adalah selama 5
hari kemudian berhenti selama dua hari begitu seterusnya
sampai umur menopause.
Diskusi tentang rasional penggunaan therapy yaitu
memberikan rasa sehatdan mengurangi resiko
osteoporosis
Jelaskan resiko penggunaan therapy
Ajarkan untuk melapor jika terjadi perubahan sikap
( depresi ), tan da troboplebitis, retensi cairan berlebihan,
kulit kuning,rasa mual/muntah, pusing dan sakit
kepala,rambut rontok, gangguan penglihatan,benjolan
pada payudara.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, 2003. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC.
Jakarta
Galle, Danielle. Charette, Jane.2003. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.
EGC. Jakarta
Hartono, Poedjo. 2003. Kanker Serviks/Leher Rahim & Masalah Skrining di
Indonesia. Kursus Pra kongres KOGI XI Denpasar. Mimbar Vol.5
No.2 Mei 2001
…………….2002. Diktat Kuliah Ilmu Keperawatan Maternitas TA : 2000/01
PSIK.FK. Unair, Surabaya
Saifidin, Abdul Bari,dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo & JNKKR-POGI. Jakarta
Manuaba. 2007. Dasar-Dasar Tehnik Operasi Ginekologi, Cetakan I, EGC,
Jakarta.
Prawirohardjo,Sarwono. 2002. Ilmu Kandungan, Edisi 2, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
http://vikanevika.blogspot.com/2012/12/mioma-uteri.html
http://arsipguntur.blogspot.com/2013/01/lp-mioma-uteri.html
HerediterPola HidupHormonal
Myoma SubserosumMyoma SubmukosumMyoma Intramural
Myoma Uteri
Informasi mengenai penyakit suhu tubuh
MassaPerdarahan pervagina
Tanda /Gejala
Syok Hipovolemik
Anemia
HB Gangguan keseimbangan
cairan
Tindakan operasi
Penekanan organ sekitar
Cemas
Proses Infeksi/nekrosis
Pola Eliminasi AlviPola Eliminasi Urin
Konstipasi
Vesika Urinaria Rectum
Retensio Urin