Laporan Pendahuluan Mioma Uteri Gek

27
LAPORAN PENDAHULUAN MIOMA UTERI I. KONSEP DASAR PENYAKIT A. Pengertian Mioma Uteri Mioma uteri adalah neoplasma jinak, yang berasal dari otot uterus yang disebut juga leiomioma uteri atau uterine fibroid. Dikenal dua tempat asal mioma uteri yaitu serviks uteri dan korpus uteri. Yangada pada serviks uteri hanya di temukan dalam 3 % sedangkan pada korpus uteri 97 % mioma uteri banyak terdapat pada wanita usia reproduksi terutama pada usia 35 tahun keatas dan belum pernah dilaporkan bahwa mioma uteri terjadi sebelum menarche (prawirohardjo, sarwono 1994 ; 281 ). Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi jaringan ikat (Manuaba, 2001) Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari sel- sel polos. Tumor ini mengandung sejumlah jaringan ikat yang berbeda yang mungkin terjadi dari sel-sel otot polos yang telah mengalami degenerasi di dalam uteri (www.medicastore.com). Mioma uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus, yang dalam kepustakaan ginekologi juga terkenal dengan istilah-istilah fibrimioma uteri, leiomyoma uteri atau uterine fibroid (Prawirohardjo,1996) Mioma uteri adalah tumor jinak uterus yang berbatas tegas yang terdiri dari otot polos dan jaringan fibrosa (Sylvia A.P, 1994) Leiomioma adalah tumor uterus jinak tak berkapsul, berbatas tegas otot polos dengan beberapa elemen jaringan penyambung fibrosa (Taber, Ben Zion, 1994)

description

gfuigoasefiyesifyoihf

Transcript of Laporan Pendahuluan Mioma Uteri Gek

LAPORAN PENDAHULUAN MIOMA UTERI

I. KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Pengertian Mioma Uteri

Mioma uteri adalah neoplasma jinak, yang berasal dari otot uterus yang disebut juga leiomioma uteri atau uterine fibroid. Dikenal dua tempat asal mioma uteri yaitu serviks uteri dan korpus uteri. Yangada pada serviks uteri hanya di temukan dalam 3 % sedangkan pada korpus uteri 97 % mioma uteri banyak terdapat pada wanita usia reproduksi terutama pada usia 35 tahun keatas dan belum pernah dilaporkan bahwa mioma uteri terjadi sebelum menarche (prawirohardjo, sarwono 1994 ; 281 ).Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi jaringan ikat (Manuaba, 2001)Myoma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari sel-sel polos. Tumor ini mengandung sejumlah jaringan ikat yang berbeda yang mungkin terjadi dari sel-sel otot polos yang telah mengalami degenerasi di dalam uteri (www.medicastore.com).Mioma uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus, yang dalam kepustakaan ginekologi juga terkenal dengan istilah-istilah fibrimioma uteri, leiomyoma uteri atau uterine fibroid (Prawirohardjo,1996)

Mioma uteri adalah tumor jinak uterus yang berbatas tegas yang terdiri dari otot polos dan jaringan fibrosa (Sylvia A.P, 1994)

Leiomioma adalah tumor uterus jinak tak berkapsul, berbatas tegas otot polos dengan beberapa elemen jaringan penyambung fibrosa (Taber, Ben Zion, 1994)

Myoma uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan komposisi jaringan ikat (http://hidayat2.wordpress.com)

B. Etiologi

Walaupun mioma uteri terjadi banyak tanpa penyebab, namun dari hasil penelitian Meyer dan Lipschultz, yang mengutarakan bahwa terjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel imatur pada Cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen. (Prawirohardjo, Sarwono 1994 ; 282 ).Penyebab dari mioma uteri belum diketahui secara pasti. Namun diduga ada beberapa faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan mioma uteri, antara lain:1. Faktor HormonalHormon estrogen dan progesteron berperan dalam perkembangan mioma uteri. Mioma jarang timbul sebelum masa pubertas, meningkat pada usia reproduktif, dan mengalami regresi setelah menopause. Semakin lama terpapar dengan hormon estrogen seperti obesitas dan menarche dini, akan meningkatkan kejadian mioma uteri.2. Faktor genetikMioma memiliki sekitar 40% kromosom yang abnormal, yaitu adanya translokasi antara kromosom 12 dan 14, delesi kromosom 7 dan trisomi dari kromosom 12.3. Teori Cellnest atau GenitoblasTerjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen. (Prawirohardjo, 1996)4. Faktor PertumbuhanFaktor pertumbuhan berupa protein atau polipeptida yang diproduksi oleh sel otot polos dan fibroblas, yang mengontrol proliferasi sel dan merangsang pertumbuhan dari mioma.5. UmurKebanyakan wanita mulai didiagnosis mioma uteri pada usia diatas 40 tahun.6. Menarche DiniMenarche dini ( < 10 tahun) meningkatkan resiko kejadian mioma 1,24 kali7. RasDari hasil penelitian didapatkan bahwa wanita keturunan Afrika-Amerika memiliki resiko 2,9 kali lebih besar untuk menderita mioma uteri dibandingkan dengan wanita Caucasian.8. Riwayat KeluargaJika memiliki riwayat keturunan yang menderita mioma uteri, akan meningkatkan resiko 2,5 kali lebih besar.9. Berat BadanDari hasil penelitian didapatkan bahwa resiko mioma meningkat pada wanita yang memiliki berat badan lebih atau obesitas berdasarkan indeks massa tubuhC. Patofisiologi/pathways

Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding miometrium normal. Teori cell nest atau teori genitoblat membuktikan dengan pemberian estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul.Mioma uteri lebih sering ditemukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifaf degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Menurut letaknya, mioma terdiri dari mioma submukosum, intramular dan subserosum.Myoma awalnya dipengaruhi oleh faktor hormonal. Hormon yang berpengaruh adalah Estrogen. Estrogen setiap bulannya dikeluarkan oleh GnRH untuk proses ovulasi dan saat menstruasi. Apabila estrogen dikeluarkan dalam jumlah berlebih dan mengenai sel-se immatur otot yang ada pada rahim yang terjadi yaitu munculnya Myoma uteri. Maka dari itu, myoma uteri sering ditemukan pada wanita yang pada masa reproduksi dan sangat jarang ditemui pada wanita saat sebelum hamil. Selain faktor hormonal, myoma uteri berkembang karena faktor-faktor lain seperti umur, ras, menarche dini, keturunan, berat badan (Prawiroharjo, 1996)D. Jenis Mioma Uteri

Berdasarkan posisi mioma terhadap lapisan-lapisan uterus dapat di bagi menjadi tiga jenis yaitu :

1. Mioma Submukosum

Mioma ini berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai dan menjadi polip, kemudian dapat dilahirkan melalui saluran serviks ( Myoma geburt).

2. Mioma Intramural

Yaitu mioma yang berada di dinding uterus di antara serabut miometrium

3. Mioma Subserosum

Mioma jenis ini tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus dan diliputi oleh serosa. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari urerussehingga sering disebut sebagai mioma wondering/ Parasitic Fibroid.Jarang sekali ditemukan hanya satu macam mioma saja dalam uterus. Mioma yang tumbuh pada serveks uteri dapat menonjol ke dalam saluran serviks sehingga ostium uteri nampak berbentuk bulan sabit.

E. Gejala dan tanda

Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekolog karena tumor ini tidak menganggu. Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukus, subserosa), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.

Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Perdarahan abnormal

Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia atau dapat terjadi metroragi. Faktor yang menyebabkan terjadi perdarahan . antara lain :

Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasanya Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma emdometrium Atrofi endometrium di atas mioma submukosum Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya.2. Rasa Nyeri

Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas pada mioma walaupun sering terjadi. Rasa nyeri dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai nekrosis jaringan setempat dan peradangan. Pada mioma submukosum yang akan dilahirkan biasanya menimbulkan dismenore karena penyempitan kanalis servikalis akibat mioma.3. Gejala dan tanda penekanan

Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri. Penekanan pada uretra daoat menyebabkan retensio urine dan pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis. Penekanan pada rectum menyebabkan obstipasi dan tenesmia. Dan penekanan pada pembuluh darah dan pembuluh limfe mengakibatkan edema tungkai dan nyeri panggul.F. Perubahan Sekunder pada Myoma UteriPerubahan sekunder pada Myoma Uteri ini didasarkan atas gambaran histopatologi dan terbagi menjadi 2 bagian besar:a) Degenerasi Jinak1. AtrofiTanda dan gejala-gejala berkurang atau menghilang sesuai dengan ukuran myoma yang mengecil pada saat menopause atau sesudah kehamilan.2. Degenerasi HialinPerubahan ini sering terjadi terutama pada penderita usia lanjut karena myoma telah menjadi matang. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen dimana tumor ini tetap berwarna putih tapi di dalamnya berwarna kuning, lembut bahkan seperti gel/agar-agar (bergelatin).3. Degenerasi Kistik (Likuifikasi)Merupakan kelanjutan dari degenerasi kistik sehingga seluruh tumor menjadi mencair seolah-olah menyerupai uterus yang gravid atau kista ovarium. Stress yang fisikal dapat menyebabkan pecahnya tumor ini sehingga menyebabkan evakuasi isi cairan tersebut ke dalam uterus, rongga peritoneum dan ruang retroperitoneal. Dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma.4. Klasifikasi (Degenerasi membatu)Myoma jenis subserosa yang tersering mengalami klasifikasi ini karena sirkulasi darah yang terganggu dan terutama pada wanita berusia lanjut. Hal ini terjadi karena presipitasi CaCO3 (calcium carbonate) dan fosfat sebagai kelanjutan dari sirkulasi darah yang terganggu itu. Dengan rontgen, dapat terlihat dengan jelas (opak) dan dikenal sebagai Womb Stone.5. Degenerasi Merah (Red or Carneous)Terutama terjadi pada kehamilan dan nifas dikarenakan trombosis vena dan kongesti dengan perdarahan interstitial (nekrosis sub akut) sehingga pada irisan melintang tampak seperti daging mentah dan merah yang diakibatkan penumpukan pigmen hemosiderin dan hemofusin. Selama kehamilan, ketika degenerasi merah ini terjadi juga diikuti edema dan hipertrofi myometrium. Degenerasi merah ini merupakan degenerasi dan infark yang aseptik. Biasanya pada degenerasi merah juga menimbulkan rasa sakit yang biasanya akan sembuh sendiri dan tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Tanda dan gejala ini mirip dengan torsi tumor ovarium dan torsi mioma yang bertangkai. Komplikasi potensial dari degenerasi dalam kehamilan meliputi kelahiran preterm dan sangat jarang mencetuskan DIC (Disseminated Intravascular Coagulation).6. Degenerasi Lemak (Myxomatous or Fatty)Merupakan degenerasi asimtomatik yang jarang terjadi dan adalah kelanjutan dari degenerasi hialin dan kistik.b) Degenerasi Malignansi/Sarcomatosa/GanasMyoma uteri yang menjadi leiomyosarkoma ditemukan hanya 0,32 0,6% dari seluruh myoma serta merupakan 50-75% dari semua jenis sarkoma uteri. Kecurigaan malignansi apabila myoma uteri cepat membesar dan terjadi pembesaran myoma pada menopause.G. Pemeriksaan dan Diagnosis

1. Anamnesa tentang riwayat penyakit

2. Palpasi abdomen. Didapatkan benjolan di daerah perut bagian perut bagian bawah dengan konsistensi padat, kenyal dan berbatas jelas.

3. Pemeriksaan bimanual , didapatkan benjolan menyatu dengan rahim, sulit dilakukan untuk pasien yang gemuk

4. Test kehamilan, untuk memastikan diagnosa akan kemungkinan kehamilan dengan adanya pembesaran uterus.

5. Pemeriksaan USG, untuk menentukan jenis, lokasi dan penyebaran mioma uteri

6. Biopsi endometrium, untuk mendeteksi ada tidaknya keganasan.H. Pemeriksaan Penunjang

1. USG abdominal dan transvaginal2. Laparaskopi

I. Penatalaksanaan

Rawat inap darurat diindikasikan apabila perdarahan mengancam jiwa atau nyeri akut abdomen. Adapun perencanaan tata laksana yang spesifik harus meliputi berbagai pertimbangan diantaranya :

1. Besar kecilnya tumor

2. Ada tidaknya keluhan dan komplikasi

3. Umur dan paritas klien.a. Penatalaksanaan Medis

Pilihan pengobatan myoma tergantung umur pasien, paritas, status kehamilan, keinginan untuk mendapatkan keturunan lagi, keadaan umum dan gejala serta ukuran lokasi serta jenis myoma uteri itu sendiri.1. Konservatif dengan Pemeriksaan PeriodikTidak semua myoma uteri memerlukan pengobatan bedah ataupun medikamentosa terutama bila myoma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan. Walaupun demikian myoma uteri memerlukan pengamatan 3-6 bulan, maksudnya setiap 3-6 bulan pemeriksaan pelvic dan atau USG pelvic seharusnya diulang.Pada wanita menopause, myoma biasanya tidak memberikan keluhan Bahkan pertumbuhan myoma dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi lisut Estrogen harus digunakan dengan dosis yang terkecil-kecilnya pada wanita post menopause dengan myoma atau mengontrol gejala-gejala dan ukuran myoma harus diperiksa dengan pemerikaan pelvic dan USG pelvic setiap 6 bulan. Perlu diingat bahwa penderita myoma uteri sering mengalami menopause yang terlambat. Bila didapatkan pembesaran myoma pada masa post menopause, harus dicurigai kemungkinan keganasan dan pilihan terapi dalam hal ini adalah histerektomi total.2. Pengobatan Medikamentosa dengan GnRHPada umumnya, pengobatan mioma uterus dilakukan secara operatif (miomektomi atau histerektomi), karena dahulu memang belum ditemukan pengobatan medikamentosa yang efektif untuk mioma uterus. Seperti diketahui bahwa pertumbuhan mioma dapat dipicu oleh estrogen, sehingga dewasa ini terlah tersedia jenis obat yang dapat menekan pertumbuhan serta mengurangi pembesaran mioma. Obat tersebut adalah analog GnRH. Perlu ditekankan bahwa pemberian GnRH bukan untuk menghilangkan mioma melainkan untuk mepermudah tindakan operatif dan mengurangi histerektomi. Oleh karena itu GnRH diberikan sebelum tindakan peratif. Efek maksimal dari analog GnRH baru terlihat setelah 3 bulan. Pada 3 bulan berikutnya tidak terjadi pengurangan yang berarti. Setiap mioma memberikan hasil yang berbeda-beda terhadap pemberian analog GnRH. Ada mioma uterus yang sama sekali tidak memberikan respon terhadap analog GnRH. Makin tinggi kadar reseptor estrogen suatu mioma, makin tinggi pula respon terhadap analog GnRH. Pemberian analog GnRH menyebabkan perubahan degeneratif dari mioma, sehingga sensitivitas steroid menurun. Setelah selesai pemberian analog GnRH, maka sintesis steroid yang tadinya terhambat, akan muncul kembali, sehingga 4 bulan setelah pengobatan, mioma membesar kembali seperti semula.Mioma submukosum merupakan mioma uterus yang paling responsif terhadap pemberian analog GnRH. Mioma uterus yang kromosomnya menunjukkan penyimpangan dari yang normal merupakan mioma yang paling tidak responsif terhadap pemberian GnRH analog. Mioma subserosum merupakan mioma yang paling banyak mengalami penyimpangan, sehingga mioma jenis ini paling tidak responsif terhadap pemberian analog GnRH. Mioma submukosum dan intramural tidak banyak mengalami aberasi kromosomKeuntungan pemberian analog GnRH preoperasi adalah untuk:b. Memudahkan pelepasan perlekatan denagn jaringan sekitar

c. Pada pascaoperasi jarang ditemukan perlekatan ususd. Mengurangi volume uterus dan vilome mioma uteruse. Mengurangi anemia akibat perdarahanf. Mengurangi perdarahan pada saat operasig. Dengan mengecilnya mioma maka dapat dilakukan tindakan laparoskopi, atau bila tidak mungkin melakukan tindakan laparoskopi, maka laparotomi dapat dilakukan dengan sayatan pfannenstielh. Pada pengangkatan mioma uterus tidak diperlukan insisi yang luas sehingga kerusakan miometrium menjadi minimali. Mempermudah pengangkatan mioma submukosum dengan histeroskopij. Mempermudah melakukan vaginal histerektomi. Analog GnRH sebaiknya diberikan pada mioma yang besarnya sesuai usia kehamilan 14 sampai 18 minggu. Bila besarnya melampaui 18 minggu, maka pemberian GnRH tidak relevan lagik. Bila situasi pasien yang ada tidak memungkinkan untuk dilakukan tindakan operatif, maka dapat dicoba lakukan pemberian analog GnRH jangka panjang untuk sekedar menekan pertumbuhan mioma uterus lebih jauh. Perlah dilakukan publikasi pemberian analog GnRH selama 2 tahun pada 51 wanita premenopause dengan mioma utersu yang menolak dilakukan tindakan operatif. Untuk mengatasi efek samping dari jangka panjang pemberian analog GnRH berupa hipoestrogen, maka diberikan estrogen-progesteron sebagai addback theraphy. Untuk mencegah osteoporosis dapat juga diberikan kalsium atau bifosfonat.3. Tindakan Operatifa. MyomectomiMyomectomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Myomectomi dilakukan bila masih menginginkan keturunan dan syaratnya harus dilakukan dilatasi kuretase dulu untuk menghilangkan kemungkinan keganasan Myomectomi cukup berhasil untuk mengontrol perdarahan kronik akibat myoma.Tindakan myomectomi dapat dikerjakan misalnya dengan extirpasi melalui vagina pada myom geburt. Malah sekarang ini myomectomi dapat dikerjakan dengan histeroskopi untuk kasus myoma submucosa dan dengan laparaskopi untuk kasus myoma subserosa Angka kemungkinan terjadi kehamilan setelah myomectomi adalah 30-50%.Perlu diingat untuk dilakukan pemeriksaan patologi anatomi segera setelah dilatasi kuretase dan myomectomi untuk menyingkirkan myosarcoma atau mixed mesodermal sarcoma.Kerugian myomectomi adalah:1) Melemahkan dinding uterus ruptura uteri pada waktu hamil2) Menyebabkan perlekatanb. HisterektomiHisterektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau per vaginam. Histerektomi pervaginam sulit karena uterus harus lebih kecil dari telur angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Histerektomi pervaginam diperlukan bila ada perbaikan cystocele, rectocele atau enterocele dan akan lebih mudah bila disertai prolapsus uteri.Histerektomi secara umum dilakukan pada myoma yang besar dan multiple. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supra vaginal (sub total) hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus keseluruhannya dan bila histerektomi supravaginal ini dilakukan maka pemeriksaan pap smear harus dilakukan 1 tahun sekali.Pada wanita muda sebaiknya ditinggalkan 1 atau ke-2 ovarium, maksudnya untuk:1) Menjaga jangan terjadi menopause sebelum waktunya2) Menjaga gangguan coronair atau aterosclerosis umumc. RadioterapiTindakan ini bertujuan untuk agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause dan diharapkan akan menghentikan perdarahan nantinya.Syarat-syarat dilakukan radioterapi adalah:1. Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient)2. Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan3. Bukan jenis submucosa4. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rectum5. Tidak dilakukan pada wanita muda sebab dapat menyebabkan menopause6. Tidak ada keganasan uterusd. Uteri Fibroid EmbolizationSinonim dari uterine artery embolization dilakukan oleh ahli radiologi. Terapi ini dilakukan dalam keadaan pasien sadar tetapi diberi sedatif dan anti nyeri. Terapi ini tidak memerlukan anestesi umum. Dilakukan dengan memasukan kateter ke dalam arteri femoralis. Dengan gambaran imaging radiologis memasukan kateter ke dalam artery dan melepaskan partikel ke dalam arteri yang memberi suplai darah kepada mioma uteri tersebut. Hal tersebut dapat membuat mioma menjadi mengecil dan akhirnya mati.II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN Melaksanakan pengkajian secara lengkap yang berhubungan dengan myoma uteri submukosum kepada klien, kemudian dari hasil pengkajian tersebut dapat disimpulkan analisa guna menentukan perawatan selanjutnya.

Pengambilan data dikelompokkan menjadi dua data, yaitu :

1. Data subjektif

Adalah data yang diperoleh dari pernyataan klien, meliputi :a. Biodata

Adalah hal yang berkaitan dengan identitas klien untuk penderita myoma uteri submukosum yang perlu diperhatikan dalam mengkaji adalah umur klien, karena kasus myoma uteri banyak terjadi pada wanita dengan usia 35-45 tahun.b. Keluhan utama

Keadaan yang dirasakan oleh klien yang paling utama. Untuk myoma uteri submukosum yang paling banyak adalah nyeri perut bagian bawah dan perdarahan abnormal.c. Riwayat penyakit sekarang

Mulai kapan klien merasakan adanya keluhan, dan usaha apa saja yang telah dilakukan untuk mengatasi keadaan ini.d. Riwayat penyakit keluarga

Pengkajian riwayat penyakit keluarga untuk kasus myoma uteri submukosum yang perlu dikaji adalah keluarga yang pernah atau sedang menderita penyakit yang sama (myoma), karena kasus myoma uteri submukosum dapat terjadi karena faktor keturunan.e. Riwayat penyakit yang lalu

Apakah klien sudah pernah sakit berat sampai opname di rumah sakit, serta apakah klien pernah mengalami operasi.f. Riwayat kesehatan klien

Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak, siklus haid berapa hari, lama haid, warna darah haid, HPHT kapan, terdapat sakit waktu haid atau tidak. Pada riwayat haid ini perlu dikaji karena pada kasus myoma uteri, perdarahan yang terjadi kebanyakan perdarahan diluar siklus haid. Maka dengan kita mengetahui siklus haid klien, maka kita dapat membedakan dengan jenis perdarahan yang lain sebagai akibat perjalanan myoma uteri.g. Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang laluHamil dan persalinan berapa kali, anak hidup atau mati, usia, sehat atau tidak, penolong siapa, nifas normal atau tidak. Pada riwayat ini perlu dikaji karena myoma uteri submukosum lebih sering terjadi pada wanita nulipara.h. Riwayat KB

Untuk mengetahui jenis KB yang dipakai oleh klien apakah menggunakan KB hormonal. Jika memakai KB jenis hormonal khususnya estrogen mempengaruhi perkembangan myoma tersebut menjadi lebih berbahay.i. Keadaan psikologis

Untuk mengetahui keadaan psikologis klien pada penyakitnya, karena myoma uteri submukosum penerima dan keadaan psikologi klien yang baik akan sangat membantu pemberian terapi.j. Pengetahuan klien tentang penyakitnya

Untuk mengatahui sejauh mana pengetahuan klien tentang penyakit yang diderita. Pada kasus myoma uteri submukosum perlu sekali mengetahui tentang penyakitnya, serta pengobatan apa saja yang diterima, sehingga klien menjadi siap fisik dan mental dalam melaksanakan program terapi yang diberikan. k. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-haril. Pola nutrisi

Pola makan sehari-hari sebelum sakit dan setelah sakit apakah ada perbedaan, bagaimana nafsu makannya ada perubahan atau tidak, sehari berapa kali jumlahnya, jenis makanan yang dimakan tidak untuk kebutuhan tubuh. Begitu juga dengan kebiasaan setiap harinya berapa banyak jumlahnya, jenis air yang diminum karena pada kasus myoma uteri jika mendapat terapi kemoterapi kebanyakan nafsu makan akan menurun dan terjadi mual dan muntah sebagai efek samping dari pengobatan tersebut.

2. Pola eliminasi

BAK dan BAB apakah ada kelainan sebelum dan sesudah, dihubungkan dengan kasus myoma uteri, pengkajian ini untuk mengetahui sejauh mana kelainan pada system eliminasi ini kebanyakan terganggu.

3. Pola istirahat dan tidur

Istirahat dan tidur sebelum dan setelah sakit apakah ada, berapa jam waktu istirahat pada malam hari, kalau ada gangguan yang dirasakan.4. Pola aktifitas pekerjaan

Bagaimana aktifitas pekerjaan sebelum sakit dan sesudah apakah ada gangguan saat melakukan pekerjaan, apakah beban penyakit yang dirasakan.

5. Pola kebersihan diri dan lingkungan

Bagaimana uaha klien dalam menjaga kebersihan, bagaimana keadaan lingkungan klien tinggal.

6. Peran pola hubungan

Bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan sekitarnya, termasuk juga hubungan dengan dokter selama berada di rumah sakit. Pola ini perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana penerimaan klien terhadap saran yang diberikan.7. Pola pertahanan diri

Bagaimana cara klien dalam menghadapi penyakitnya.

2. Data objektif

Yaitu data yang bisa diukur dilihat dan didengar. Pada kasus ini kondisi klien cukup lemah dari perjalanan yang sudah cukup lama.

Pemeriksaan fisik, meliputi :1. Keadaan umum

Untuk mengetahui keadaan klien secara umum, lemas, kesadarannya. Pada kasus myoma uteri, perdarahan yang menyebabkan keadaan umum penderita lemah.2. Tanda vital

Tensi, suhu, respirasi, pernapasan normal atau tidak karena tanda dan gejala klien dengan myoma uteri, yaitu klien dapat menjadi takikardi, takipneu, hipotensi/hipertensi.3. Status present

Kepala : apakah ada kerontokan pada rambut karena pada kasus myoma uteri yang disertai dengan nutrisi bisa menyebabkan rambut menjadi rontok

Mata : melihat bagaimana keadaan konjungtiva anemis tidak karena pada kasus myoma uteri terjadi perdarahan banyak yang berakibat klien menjadi anemia dengan ditandai konjungtiva anemis

Mulut : apakah ada stomatitis atau tidak, karena myoma uteri yang disertai dengan kurangnya vitamin C menyebabkan timbulnya stomatitis

Gigi : keadaan gusi apakah ada caries atau tidak, gingivitis karena pada kasus myoma uteri dengan kurangnya nutrisi bisa menyebabkan gingivitis

Leher : apakah ada kelenjar yang membesar, karena myoma uteri terjadi ketidakseimbangan hormone bisa juga menyebabkan pembesaran pada kelenjar tiroid

Jantung : apakah sering terasa sakit dan berdebar-debar pada kaus myoma uteri biasanya menyebabkan takikardi sehingga jantung berdebar

Abdomen : bagaimana keadaan perut, tegang atau lemas, ada nyeri tekan atau tidak, teraba massa di perut bagian bawah atau tidak, karena pada kasus myoma uteri biasanya ada nyeri tekan dan teraba massa bagian bawah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri b.d. gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma akibat nekrosis dan peradangan.b. Cemas b.d. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.c. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh b.d. perdarahan pervaginam berlebihan.d. Resiko tinggi infeksi b.d. tidak adekuat pertahanan tubuh akibat anemia.

C. RENCANA KEPERAWATAN

1. Nyeri b.d. gangguan sirkulasi darah pada mioma akibat nekrosis dan peradangan. Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Kriteria Hasil:

Klien menyatakan nyeri berkurang (skala 3-5)

Klien tampak tenang, eksprei wajah rileks.

Tanda vital dalam batas normal : Suhu : 36-37 0C

N : 80-100 x/m

RR : 16-24x/m

TD : Sistole : 100-130 mmHg

Diastole : 70-80 mmHg Intervensi :

Kaji riwayat nyeri, mis : lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas (kala 0-10) dan tindakan pengurangan yang dilakukan.

Bantu pasien mengatur posisi senyaman mungkin.

Monitor tanda-tanda vital

Ajarkan pasien penggunaan keterampilan manajemen nyeri misalnya dengan teknik relaksasi, tertawa, mendengarkan musik dan sentuhan terapeutik.

Evaluasi/ kontrol pengurangan nyeri

Ciptakan suasana lingkungan tenang dan nyaman.

Kolaborasi untuk pemberian analgetik sesuai indikasi.2. Cemas b.d kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan.Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pengetahuan klien tentang penyakitnya bertambah dan cemas berkurang.

Kriteria Hasil :

Klien mengatakan rasa cemas berkurang

Klien kooperatif terhadap prosedur/ berpartisipasi.

Klien mengerti tentang penyakitnya.

Klien tampak rileks.

Tanda-tanda vital dalam batas normal : Suhu : 36- 37 oC, Nadi : 80-100x/m, R: 16-24 x/m TD.: Sistole: 100-130 mmHg, Diastole : 70-80 mmHg

Intervensi :

Kaji ulang tingkat pemahaman pasien tentang penyakitnya.

Tanyakan tentang pengalaman klien sendiri/ orang lain sebelumnya yang pernah mengalami penyakit yang sama.

Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya

Ciptakan lingkungan tenang dan terbuka dimana pasien meraa aman unuk mendiskusikan perasaannya.

Berikan informasi tentang penyakitnya, prognosi, dan pengobatan serta prosedur secara jelas dan akurat.

Monitor tanda-tanda vital.

Berikan kesempatan klien untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas.

Minta pasien untuk umpan balik tentang apa yang telah dijelaskan.

Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila memungkinkan.

3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh b.d. perdarahan pervaginam berlebihan. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi kekurangan volume cairan tubuh.Kriteria Hasil : Tidak ditemukan tanda-tanda kekurangan cairan seperti turgor kulit kurang, membran mukosa kering, demam.

Pendarahan berhenti, keluaran urine 1 cc/kg BB/jam.

Tanda-tanda vital dalam batas normal : Suhu : 36-370C, Nadi : 80 100 x/m, RR :16-24 x/m, TD : Sistole : 100-130 mmHg, Diastole : 70-80 mmHg

Intervensi :

Kaji tanda-tanda kekurangan cairan.

Pantau masukan dan haluaran/ monitor balance cairan tiap 24 jam.

Monitor tanda-tanda vital. Evaluasi nadi perifer.

Observasi pendarahan

Anjurkan klien untuk minum + 1500-2000 ,l/hari

Kolaborasi untuk pemberian cairan parenteral dan kalau perlu transfusi sesuai indikasi, pemeriksaan laboratorium. Hb, leko, trombo, ureum, kreatinin.

4. Resiko tinggi infeksi b.d. pertahanan tubuh tidak adekuat akibat penurunan haemoglobin (anemia).

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.Kriteria Hasil :

Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi seperti rubor, color, dolor, tumor dan fungsiolesia.

Kadar haemoglobin dalam batas normal : 11-14 gr%

Pasien tidak demam/ menggigil, suhu : 36-370 C

Intervensi :

Kaji adanya tanda-tanda infeksi.

Lakukan cuci tangan yang baik sebelum tindakan keperawatan.

Gunakan teknik aseptik pada prosedur perawatan.

Monitor tanda-tanda vital dan kadar haemoglobin serta leukosit.

Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Batasi pengunjung untuk menghindari pemajanan bakteri.

Kolaborasi dengan medis untuk pemberian antibiotika.D. Implementasi KeperawatanImplementasi atau pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Rahmah, Nikmatur dan Saiful walid. 2009; 89).

E. Evaluasi Keperawatan

Rahmah, Nikmatur dan Saiful walid (2009; 94-96) menjelaskan bahwa evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenitto, Linda Jual. 2000. Asuhan Keperawatan, Edisi 2. Jakarta : EGC. Doengoes, Marillyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3, Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.Wiknjosastro, Hanifa dkk. 1999. Ilmu Kandungan, Edisi II, Cetakan 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.