laporan kel8 kekom

28
Makassar, 11 November 2013 LAPORAN PBL MODUL III “Penyakit Akibat Kerja” BLOK KESEHATAN KOMUNITAS Pembimbing : dr. Kelompok 8 Anggota: 1102100079 Cyntya Hapsari Novalinda 1102100084 Nur Rahmy 1102100088 Mila Astari 1102100096 M. Hapsi S 1102100104 Sulfikar 1102100112 Muhammad Jayadi Hamka 1102100120 Hafidah Rakhmatia 1102100128 Farhanah Syahab 1102100145 Rezki Hidayat

Transcript of laporan kel8 kekom

Page 1: laporan kel8 kekom

Makassar, 11 November 2013

LAPORAN PBLMODUL III “Penyakit Akibat Kerja”

BLOK KESEHATAN KOMUNITAS

Pembimbing : dr.

Kelompok 8

Anggota:

1102100079 Cyntya Hapsari Novalinda

1102100084 Nur Rahmy

1102100088 Mila Astari

1102100096 M. Hapsi S

1102100104 Sulfikar

1102100112 Muhammad Jayadi Hamka

1102100120 Hafidah Rakhmatia

1102100128 Farhanah Syahab

1102100145 Rezki Hidayat

Fakultas KedokteranUniversitas Muslim Indonesia

Makassar

Page 2: laporan kel8 kekom

2013

Pendahuluan

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT

karena atas limpahan rahmat dan HidayahNya sehingga laporan PBL

ini dapat kami selesaikan tepat waktu. Ucapan terima kasih kami

sampaikan kepada tutor kami yang telah membimbing kami dalam

memahami dan menyelesaikan laporan modul III, Penyakit Akibat

Pekerjaan.

Laporan ini kami buat sebagai salah satu prasyarat mengikuti

Blok Kesehatan Komunitas. Kami menyadari masih banyak

kekurangan dalam pembuatan laporan ini karena itu kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak

Demikian tugas laporan ini kami buat, kiranya dapat diterima

dan siap untuk dipresentasikan pada diskusi panel.

Makassar, 11 November 2013

Kelompok 8

Page 3: laporan kel8 kekom

Skenario:

Modul III - Penyakit Akibat Kerja

Perempuan usia 39 tahun masuk rumah sakit dengan serangan asma akut. ini

adalah masuk rumah sakit pertama dengan asma. dia mulai mengalami gejala

batuk, sesak napas dan wheezing kira-kira 6 bulan lalu. Dia mempunyai riwayat

penyakit rinitis alergi selama beberapa tahun tetapi tanpa asma. Dia mendapat

serangan pada malam hari. Dia merasa ada perbaikan pada hari-hari ia tidak

masuk bekerja. Ketika dia dalam keadaan cuti melahirkan selama 2 bulan, dia

tidak pernah mengalami asma. Satu minggu setelah kembali kerja, penyakit

asmanya kambuh. Pada saat diperiksa di klinik rawat jalan, dengan auskultasi

tidak ditemukan kelainan paru-paru. Pekerjaannya adalah mengawasi proses

finishing pada pabrik pintu yang terbuat dari kayu. Ia sendiri sering mengisi retak

atau celah pada pintu dengan bahan yang mengandung cyanoacrilate. Setelah itu

dia menghaluskan permukaan pintu dengan portable sanding machine.

Kata/Kalimat Sulit:

1. Wheezing : Wheezing adalah suara pernapasan frekuensi tinggi nyaring yang

terdengar di akhir ekspirasi. Hal ini disebabkan penyempitan saluran

respiratorik distal.

2. Rinitis Alergi : Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh

reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan

alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi

paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut (von Pirquet, 1986).

3. Cyanoacrilate : Cyanoacrylate adalah nama generik untuk golongan adesif

yang cepat waktu kerjanya dalam merekatkan. Biasa digunakan dalam

keperluan industri, medis, dan rumah tangga. Cyanoacrylate dapat berupa

metil 2-cyanoacylate, etil-2-cyanoacrylate dan n-butil cyanoacrylate

Page 4: laporan kel8 kekom

(digunakan pada hewan dan perekat kulit). Senyawa terkait 2-oktil

cyanoacrylate adalah lem yang digunakan dalam dunia medis. Senyawa ini

dikembangkan menjadi tidak beracun dan kurang mengiritasi jaringan kulit.

Cyanoacrylate adhesive terkadang dikenal sebagai lem instan.

4. Portable sanding machine : alat untuk menghaluskan kayu, biasa dipakai

pada proses finishing.

Kata/ Kalimat Kunci1. Perempuan, 39 tahun

2. Serangan asma akut pada malam hari

3. Gejala batuk, sesak napas dan wheezing sejak 6 bulan yang lalu

4. Ada riwayat penyakit rinitis alergi dan tanpa asma

5. Keadaan membaik jika tidak masuk kerja dan kambuh ketika masuk kerja.

6. Pemeriksaan fisis: tidak ditemukan kelainan paru-paru

7. Pekerjaannya mengawasi proses finishing pada pabrik pintu yang terbuat dari

kayu

8. Sering kontak dengan bahan yang mengandung cyanoacrylate

9. Sering menggunakan alat portable sanding machine.

Pertanyaan

1. Bagaimana langkah-langkah dalam menegakkan diagnostik Penyakit Akibat

Kerja (PAK) pada skenario?

2. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam menyebabkan PAK pada

skenario?

3. Apa efek samping cyanoacrylate dan berapa nilai ambang batasnya?

4. Jelaskan pencegahan dan pengendalian PAK sesuai skenario!

5. Jelaskan aspek rehabilitas PAK pada skenario!

6. Jelaskan peraturan dan perundangan landasan hukum dari pencegahan dan

pengendalian PAK !

7. Bagaimana perspektif islam tentang pekerjaan manusia?

Page 5: laporan kel8 kekom

Pembahasan

1. Langkah-langkah dalam menegakkan diagnostik Penyakit Akibat Kerja

(PAK) pada skenario

Tujuh Langkah diagnosis penyakit akibat kerja :

a. Tentukan Diagnosis klinisnya.

Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan

memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya

dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik

ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut

berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.

b. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini.

Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja

adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan

pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat

pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup:

Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh

penderita secara khronologis

Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan

Bahan yang diproduksi

Materi (bahan baku) yang digunakan

Jumlah pajanannya

Pemakaian alat perlindungan diri (misal: masker)

Pola waktu terjadinya gejala

Informasi mengenai tenaga kerja lain(apakah ada yang mengalami

gejala serupa)

Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan

(MSDS, label, dansebagainya).

Page 6: laporan kel8 kekom

c. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit

tersebut.

Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung

pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang

diderita. Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah

yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan

diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang

mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan

sehingga dapat menyebabkan penyakit yangdiderita (konsentrasi, jumlah,

lama, dan sebagainya).

d. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat

mengakibatkan penyakit tersebut.

Jika penyakit yangdiderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan

tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi

penting untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan

kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat

kerja.

e. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat

mempengaruhi.

Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat

pekerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya

penggunaan APD, riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga

risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan

(riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebihsensitif

terhadap pajanan yang dialami.

f. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit.

Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit?

Apakah penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat

merupakan penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain

tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di tempat

kerja.

Page 7: laporan kel8 kekom

g. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya.

Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan

berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan

penyebab langsung suatu penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya

memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini perlu

dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis.

Analisis Kasus Sesuai dengan 7 langkah diagnosis PAK

a. Diagnosis klinis dari skenario adalah Asma Akut

b. Dari skenario terdapat 2 pajanan yang dialami oleh pasien yaitu cyanoacrilate

dan limbah atau hasil akhir dari penggunaan portable sanding machine

c. Cyanoacrylate dapat menyebabkan degradasi dalam siklus biologis serta dapat

menyebabkan iritasi local.

Limbah dari portable sanding machine (debu kayu) dapat menyebabkan iritasi

dan alergi antara lain : gatal-gatal, ruam atau iritasi kulit. Kerusakan yang

lebih parah dapat terjadi apabila serbuk tersebut masuk kedalam mulut,

hidung, mata atau telinga yang merupakan organ yang lebih sensitive

dibandingkan kulit. Penyakit yang dapat diakibatkan serbuk kayu antara lain:

batuk, pilek atau gangguan pernafasan.

d. belum diketahui berapa ambang batas dari cyanoacrilate yang akan

mempengaruhi tubuh penderita akan tetapi ambang batas dari debu hasil

limbah dari penggunaan portable sanding machine adalah 2-10 mikrometer.

Debu kayu ini akan mengapung di udara bahkan pada saat keadaan pabrik

tenang dan mesin-mesin berhenti beroperasi.

e. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi penyakit pada scenario adalah

riwayat penyakit pasien yaitu rhinitis alergi.

f. Dalam skenario disampaikan bahwa penderita sebelumnya telah menderita

rhinitis alergi

Page 8: laporan kel8 kekom

g. Dari analisis skenario dapat kami simpulkan bahwa penyakit ini merupakan

penyakit akibat kerja sesuai dengan keluhan pasien yang mengatakan asma

pasien tidak kambuh ketika tidak masuk kerja dan sebaliknya.

2. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam menyebabkan PAK pada

skenario?

Faktor penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, tergantung pada

bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja.

Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan:

a. Golongan fisik

Di lihat dari golongan fisik penyakit akibat kerja dapat di sebabkan oleh, antara

lain :

1)      Suara

Kebisingan yang tinggi pada daerah di atas ambang batas (85 dB untuk 8

jam kerja) ditempat kerja akan menyebabkan terjadinya gangguan

pendengaran.

2)      Suhu

Temperatur yang sangat tinggi akan menyebabkan heat stoke/exhaust,

sedangkan temperature yang sangat rendah akan menimbulkan frostbite

(luka dan kulit melepuh) dan chilblain (rasa nyeri pada tangan dan kaki).

3)   Radiasi Elektromagnetik

Menyebabkan ganguan pada jaringan kulit (lapisan teratas, tengah dan

bawah).

4)   Tekanan Udara

Tekanan udara yang bertambah atau berkurang dari 1 atm akan

menimbulkan penyakit dekompresi.

5)   Penerangan (illumination)

Penerangan yang tidak mencukupi standar akan menggangu penglihatan

dan mata, cepat lelah ketika membaca dan menulis dan cepat rabun.

Page 9: laporan kel8 kekom

6)   Getaran (vibration)

Pengaruh dari suatu getaran terhadap tubuh akan mempengaruhi system

syaraf sentral. Gejala yang timbul, tangan dan kaki kehilangan rasa dan

juga gangguan terhadap pendengaran karena kebisingan (>85dB).

7)   Ventilasi

Pengaruh dari ventilasi yang jelek (buruk) akan menimbulkan penyakit

berasal dari bahan-bahan kimia, debu dari bahan isolasi, asap dari

pengelasan, dan lain-lain. Pekerja akan menderita penyakit infeksi saluran

pernapasan, keracunan, bahan kimia berbahaya, alergi kulit, mata dan lain-

lain. Tetmperatur ruangan yang bertambah panas akan mengakibatkan

cepat letih/lelah.

b. Golongan kimiawi

Bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupun yang terdapat dalam

lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas, larutan, awan atau kabut.

c. Golongan biologis

Penyebabnya: virus, bakteri, jamur, serangga, parasit, cacing dan binatang.

Lingkungan kerja yang tidak bersih dan makanan yang dikonsumsi tidak sehat

akan menyebabkan penyakit tersebut.

d. Golongan fisiologis

Biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja atau cara kerja desain tempat

kerja, beban kerja dan malposisi sewaktu bekerja (Myalgia, backache atau cedera

punggung)

e. Golongan psikososial

Lingkungan kerja yang mengakibatkan stress, monotoni kerja, tuntutan pekerjaan,

hubungan kerja yang kurang baik, upah tidak sesuai, tempat kerja yang terpencil

dan jaminan masa depan yang meragukan.

Page 10: laporan kel8 kekom

3. Efek samping cyanoacrylate dan berapa nilai ambang batasnya?

Efek Samping Cyanoacrylate

a. Jika digunakan terlalu banyak/berlebihan/terlalu tebal dapat terjadi

kerusakan jaringan akibat termal pada proses polimerisasi.

b. Reaksi alergi tidak di amati sejauh ini.

c. Pemberian yang terlalu banyak dapat mencegah penyembuhan jaringan

ikat.

d. Degradasi dalam sistem biologis dan terjadi iritasi lokal.

4. Pencegahan dan pengendalian PAK sesuai skenario!

1) Pencegahan Primer – Health Promotion

Pencegahan primer merupakan tahap pertama terhadap bahan /zat paparan

yang ada dilingkungan kerja seperti debu atau bahan kimia agar tidak

mengenai pekerja, sehingga pekerja tetap sehat selama dan setelah bekerja.

Kegiatan yang dilakukan adalah Health Promotion (Promosi Kesehatan )

yaitu :

a. Perilaku Kesehatan

b. Faktor bahaya di tempat kerja

c. Perilaku kerja yang baik

d. Olahraga

e. Gizi seimbang

2) Pencegahan Sekunder – Specifict Protection

Pencegahan tingkat kedua dengan deteksi diri pekerja yang menderita

penyakit tersebut dan menghentikan paparan lebih lanjut. Ini akan

mengurangi progresifitas penyakit, sehingga tidak menjadi lebih berat.

Dokter perusahaan harus melakukan pemantauan medis secara rutin,

khususnya pada pekerja yang banyak terpapar alergen.    

a. Pengendalian melalui perundang-undangan (Legislative Control) antara

lain:

UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Page 11: laporan kel8 kekom

Petugas kesehatan dan non kesehatan

UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

Peraturan Menteri Kesehatan tentang higene dan sanitasi

lingkungan.

Peraturan penggunaan bahan-bahan berbahaya

Peraturan/persyaratan pembuangan limbah dll.

b. Pengendalian administrative/organisasi

Persyaratan penerimaan tenaga medis, para medis, dan tenaga

nonmedis yang meliputi batas umur, jenis kelamin, syarat

kesehatan

Pengaturan jam kerja, lembur dan shift

Menyusun Prosedur Kerja Tetap (Standard Operating Procedure)

untuk masing-masing instalasi dan melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaannyasss

Melaksanakan prosedur keselamatan kerja (safety procedures)

terutama untuk pengoperasian alat-alat yang dapat menimbulkan

kecelakaan (boiler, alat-alat radiology, dll) dan melakukan

pengawasan agar prosedur tersebut dilaksanakan

Melaksanakan pemeriksaan secara seksama penyebab kecelakaan

kerja dan mengupayakan pencegahannya.

c. Pengendalian teknis (Engineering Control)

Dust Collection Systems, menggunakan prinsip ventilasi untuk

menangkap debu dari sumbernya. Debu disedot dari udara dengan

menggunakan pompa dan dialirkan kedalam dust collector,

kemudian udara bersih dialirkan keluar.

Wet Dust Suppression Systems, menggunakan cairan (yang banyak

digunakan adalah air, tapi bisa juga bahan kimia yang bisa

mengikat debu) untuk membasahi bahan yang bisa menghasilkan

debu tersebut sehingga bahan tersebut tidak cenderung

menghasilkan debu.

Page 12: laporan kel8 kekom

Airborne Dust Capture Through Water Sprays, menyemprot debu-

debu yang timbul pada saat proses dengan menggunakan air atau

bahan kimia pengikat, semprotan harus membentuk partikel cairan

yang kecil (droplet) sehingga bisa menyebar diudara dan mengikat

debu yang berterbangan membentuk agglomerates sehingga turun

kebawah.

Dilution Ventilation 

Teknik ini adalah untuk mengurangi konsentrasi debu yang ada di

udara dengan mendilusi udara berdebu dengan udara tidak berdebu

atau bersih. Secara umum sistem ini masih kurang baik untuk

kesehatan karena debu pada dasarnya masih terdapat diudara, akan

tetapi sistem ini bisa digunakan jika sistem lain tidak diijinkan

untuk digunakan

Isolation 

Teknik ini adalah dengan cara memisahkan pekerja dengan udara

yang terkontaminasi, pemisahan bisa dilakukan dengan

mengisolasi pekerja kemudian di suplai dengan udara bersih dari

luar. Contoh Supplier air system

Menggunakan alt pelindug diri/alat proteksi pernapasan Dengan

menggunakan alat proteksi pernapasan dapat menurunkan kejadian

asma akibatkerja 10-20 %. Suatu penelitian dipabrik yang

menggunakan acid anhydride dengan konsentrasi tinggi, dari 66

pekerja yang menggunakan alat proteksi pernapasan, hanya 3

pekerja yang menderita asma akibat kerja

Pengendalian jalur kesehatan: imunisasi

3) Pencegahan Tersier (Early Diagnosis And Prompt Treatment)

Page 13: laporan kel8 kekom

Tindakan di tingkat tersier adalah menghindarkan pekerja yang telah terdiagnosis

dari lingkungan kerja sebelumnya yang banyak alergen, ke lingkungan kerja bebas

alergen. Hal ini akan mencegah kerusakan akibat asma dan hiperreaktivitas yang

menetap

a. Pemeriksaan kesehatan pra-kerja

Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seseorang calon /

pekerja (petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai melaksanakan

pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran

tentang status kesehatan calon pekerja , tenaga kerja yang diterima sehat,

tidak mempunyai penyakit menular dan mengetahui apakah calon pekerja

tersebut ditinjau dari segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan

ditugaskan kepadanya.

Pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi:

Anamnese umum

Anamnese pekerjaan

Penyakit yang pernah diderita

Alrergi

Imunisasi yang pernah didapat

Pemeriksaan badan

Pemeriksaan laboratorium rutin

b. Pemeriksaan kesehatan berkala

Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara berkala dengan

jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan

yang dihadapi. Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar

pemeriksaan berkala. Pemeriksaan berkala bertujuan untuk mempertahankan

derajat kesehatan tenaga kerja, menilai kemungkinan pengaruh dari

pekerjaan, dan untuk pengendalian lingkungan kerja. Usaha yang dilakukan

adalah pemeriksaan berkala pada pekerja yang terpajan bahan yang berisiko

tinggi menyebabkan asma akibat kerja. Pemeriksaan berkala dilakuk 1 tahun

sekali, ditekankan pada 2 tahun pertama dan bila memungkinkan sampai 5

Page 14: laporan kel8 kekom

tahun. Bila terdeteksi seorang pekerja dengan asma akibat kerja, kondisi

tempat kerja harus harus dievaluasi apakah memungkinkan bagi pekerja

untuk tetap bekerja ditempat tersebut atau pindah ketempat lain.

c. Pemeriksaan Khusus

Yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus diluar waktu

pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada

keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja, menilai terhadap tenaga

kerja atau golongan tenaga kerja tertentu. Dilakukan pada pekerja yang

sudah terpapar bahan / zat ditempat kerja dan diagnosis kearah asma akibat

kerja sudah ditegakkan. Tindakan penting yang dilakukan adalah

menghindarkan penderita dari pajanan lebih lanjut, untuk mencegah

penyakit menjadi buruk atau menetap. Bagi mereka yang belum pindah kerja

harus diberitahu bahwa, apabila terjadi perburukan gejala atau memerlukan

tambahan pemakaian obat-obatan atau penurunan fungsi paru atau

peningkatan derajat hiperaktiviti bronkus, maka penderita seharusnya pindah

kerja sesegera mungkin. Pada pekerja yang telah pindah kerja ketempat yang

bebas pajanan harus dilakukan pemeriksaan ulang setiap 6 bulan selama 2

tahun untuk menilai kemungkinan penyakit menetap atau tidak.

d. Surveilans

e. Pemeriksaan lingkungan secara berkala

Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak berdampak kesehatan bagi

pekerja atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam

mengenali unsafe act dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan

sebagainya.

5. Aspek rehabilitas PAK pada skenario

Upaya yang perlu dilakukan dalam rehabilitasi kerja meliputi beberapa program:

a. Evaluasi.

Setelah dinyatakan pulih kesehatannya dan telah dilakukan perawatan untuk

mengurangi kelainan (impairment), ketidak mampuan (disability), dan

kecacatan (handicap), maka perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui sisa

Page 15: laporan kel8 kekom

dari kemampuan, kecakapan, keterampilan, potensi, dan motivasi dari tenaga

kerja yang bersangkutan.

b. Bimbingan/counseling.

Bimbingan ini bertujuan untuk memberikan arahan mengenai pekerjaan

yang mungkin dilakukan dan sesuai dengan kondisi tenaga kerja yang

bersangkutan serta kemungkinan kesempatan/peluang kerja yang tersedia.

c. Pelatihan.

Pada tenaga kerja yang mengalami cacat/ketidak mampuan sebagai akibat

kecelakaan atau penyakit, perlu diberikan pelatihan untuk mempersiapkan

tenaga kerja tersebut beradaptasi pada pekerjaan semula atau jenis pekerjaan

lain yang memerlukan keterampilan khusus.

d. Penempatan.

Penempatan tenaga kerja pada pekerjaan yang sesuai dengan kondisinya

merupakan hal penting dalam proses rehabilitasi, karena hal tersebut juga

mempengaruhi keberhasilan tenaga kerja dalam melaksanakan tugasnya.

6. Peraturan dan perundangan landasan hukum dari pencegahan dan

pengendalian PAK !

1) Undang-undang no. 13 tahun 2003

Pasal 86

1. Setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh

perlindungan atas :

a. keselamatan dan kesehatan kerja

b. moral dan kesusilaan

c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan mrtabat manusia

d. untuk melindungi keselamatan kerja atau buruh guna mewujudkan

prodiktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya K3.

2. Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan undangan yang

berlaku.

2) Undang-undang no. 14 tahun 1969

Page 16: laporan kel8 kekom

Pasal 9

Tiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas :

1. keselamatan

2. kesehatan

3. kesusilaan

4. pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat

dan moral agama

Pasal 10

Pemerintah membina norma perlindungan dengan tenaga kerja yang

melitputi :

1. norma keselamatan kerja

2. norma kesehatan kerja

3. norma kerja

4. pemberian ganti kerugian, perawatan, dan rehabilitasu dalam hal

kecelakaan kerja

3) Undang-undang no.1 tahun 1970

1. Agar pekerja dan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja

selalu berada dalam keadaan sehat dan selamat.

2. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara

aman dan efisien

3. Agar proses produksi berjalan secara lancer tanpa hambatan

4) Undang-undang no.3 tahun 1992

1. kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan

hubungan kerja termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja.

Demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari

rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang

biasa atau wajar dilalui

2. jaminan kecelakaan kerja. Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja

berhak menerima jaminan kecelakaan kerja meliputi :

Page 17: laporan kel8 kekom

1. biaya pengankutan

2. biaya pemeriksaan pengobatan dan atau perawatan

3. biaya rehabilitasi

4. santunan berupa uang meliputi

a. santunan sementara tidak mampu bekerja

b. santunan cacat sebagian untuk selamanya

c. santunan cacat total untuk selamanya baik fisik maupun mental

d. santunan kematian

7. Perspektif islam tentang pekerjaan manusia

“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula

Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian

dan janganlah berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud dari Abud

Darda` radhiallahu ‘anhu)

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah menurunkan sebuah

penyakit melainkan menurunkan pula obatnya. Obat itu diketahui oleh orang

yang bisa mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak bisa

mengetahuinya.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, beliau

menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Al-Bushiri

menshahihkan hadits ini dalam Zawa`id-nya. Lihat takhrij Al-Arnauth atas

Zadul Ma’ad, 4/12-13)

Page 18: laporan kel8 kekom
Page 19: laporan kel8 kekom

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.ichrc.org/44-kondisi-yang-disertai-dengan-wheezing

2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21493/4/Chapter

%20II.pdf

3. http://indpndnt13.blogspot.com/2012/10/makalah-ob-ke-5-sampai-berapa-

lagi-ob.html

4. http://www.wisnoe.com/index.php/en/woodworking-knowledge/

kesehatan-dan-keselamatan-kerja/104-debu-kayu-saw-dust

5. Djojodibroto,Darmanto, Kesehatan kerja di perusahaan, Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama , 1999

6. Meizarini Asti 2005. Sitotoksisitas Bahan Restorasi Cyanoacrylate pada

Variasi Perbandingan Powder dan Liquid Menggunakan MTT Assay.

Majalah Kedokteran Gigi (Dent. J) 38: 20-24