Sken b Blok 20 Kel8 (1)

download Sken b Blok 20 Kel8 (1)

of 26

Transcript of Sken b Blok 20 Kel8 (1)

LAPORAN TUTORIAL L6

LAPORAN TUTORIAL L8SKENARIO B (PHA)

Tutor : dr. Husni Samadin

Anggota kelompok:

Shinta Dwijayanti

04091001029Desti Enci Mayasari

04091001035Tanti Anggriyawati

04091001036Fatimah Syakira

04091001042Tria Puji Kurnia Sunazki

04091001049

Monica Putri Cicilia

04091001056Nisa Urrahma

04091001059

Chandra Hadi Pratama

04091001066

Salfitri Puspa Aryago

04091001090Adisti Syafira

04091001104Liza Khairunnisa

04091001107

Ferdi Stefiyan

04091001108

Chandra Hartono

04091001116

Rinana Sriwijayanti

04091001127FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2012KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya laporan tugas tutorial skenario B Blok 20 ini dapat terselesaikan dengan baik.

Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Tim penyusun laporan ini tak lupa mengucapkan terima kasih kepada dr. Husni Samadin selaku tutor kelompok 8 yang telah membimbing kami semua dalam pelaksanaan tutorial kali ini. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan tugas tutorial ini

Laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik pembaca akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan tim penyusun lakukan.

Palembang, September 2012Tim Penyusun

Skenario Kesehatan Lingkungan

Blok 20Oleh: Prof. dr. Tan Malaka.

Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di Porgan Ilir yakni desa Meranjat. Komunitas disini terdiri dari sekitar 500 KK dengan populasi sekitar 2000 orang. Mata penvcarian utama di desa ini adalah pertanian dan pertukangan. Pertanian terutama padi sawah dan karet alam.

Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu dan ada yang dari semen sesuai dengan kemampuan ekonomi mereka. Dario kedua jenis itu, ada pula yang lantainya dari tanah. Anak-anak dan orang dewasa sebagian memakai alas kaki tapi lebih banyak yang telanjang kaki.

Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah sungai Ogan; juga air rawa yaitu dari sawah sekitar desa. Sebagian besar KK memiliki sumur sendiri, namun sumur tersebut biasanya kering dimusim kemarau.

Sumber energi yang digunakan penduduk untuk lampu/penerangan adalah listrik; untuk masak memasak sebagian besar masih memakai kayu bakar, sebagian kecil memakai kompor minyak tanah. Tapi sejak minyak tanaha menjadi langka, penduduk kembali menggunakan kayu bakar, hanya sebagian kecil yang menggunakan gas LPG. Ada sebagian yang menggunakan briket batubara.

Pada bulan Januari sampai Agustus, kualitas udara di desa baik sekali namun pada bulan September sampai Desember seringkali ada serangan kabut asapa yang dapat berlangsung berminggu-minggu.

Pelayanan kesehatan di desa ini dilakukan oleh Pustusedangkan Puskes ada di kota kecamatan sekitar 15 km ke arah Palembang.

Petugas kesehatan yang ada di desa adalah Mantri dan bidan desa. Tapi jumlah kelahiran yang ditolong dukun masih lebih banyak dari bidan. Peran dukun masih cukup pentingsebagai garis pertama melayani orang sakit.

Di desa ini pengelolaan sampah dilakukan oleh masing-masing rumah tangga, tidak ada organisasi desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena disekitar desa banyak rawa, maka ini menjadi tempat ideal untuk buang sampah.Laporan tahunan dari Puskesmas memperlihatkan 10 besar penyakit yang terdeteksi didesa ini adalah :

ISPA

GI dan diare

Kulit

Malaria

DHF

Tuberkulosis

Asma

Gigi dan mulut

Hipertensi

Cidera karena kecelakaan lalu lintas

Dalam kurun waktu tahun 2010-2011 desa ini dua kali mengalami keracunan makanan yaitu tatkala ada hajatan perkawinan yang melibatkan banyak orang.

Dari pihak kabupaten pernah melakukan pemeriksaan kualitas air minum yang bersumber dari air sumur penduduk dan hasilnya diberikan pada lampiran. Dari pihak provinsi pernah juga melakukan pengukuran kualitas utara tatkala ada serangan asap, hasilnya juga diberikan di lampiran.

Ada hal menarik yang pernah dilakukan mahasiswa Unsri di desa ini di tahun 2009 yaitu Penelitian tentang Kualitas Udara Ruangan (Indoor Air Quality). Menurut studi itu akibat penggunaan bahan bakar kayu dan briket arang, sedangkan ventilasi dapur tidak baik, maka kualitas udara di dalam rumah tidak cukup baik, khususnya kadar debu halus (PM10) yang tinggi.

Akhir-akhir ini sejak harga karet alam naik, desa ini kebanjiran motor yang menyebabkan tingkat kecelakaan yang cukup tinggi. Menurut penuturan Kades, selain kecelakaan akibat motor, desa ini juga mulai mengalami budaya minuman keras dan narkoba.Lampiran:1. Hasil Pengujian Kualitas Air Minum

ParameterHasil Uji

E. coliTotal Coliform

Arsen

Flourida

Total kromium

Kadmium

Nitrit

Nitrat

Sianida

Selenium2000/100 cc

1000/100 cc

0,05 mg/L

1,4 mg/L

0,03 mg/L

0,01 mg/L

2 mg/L

25 mg/L

0,07 mg/L

0,01 mg/L

2. Kualitas Udara

ParameterWaktu PengukuranHasil Uji

SO2CO

NOxO3Hidrocarbon

Total Suspended Particulate (TSP)

Pb24 jam

24 jam

24 jam

1 jam

3 jam

24 jam

24 jam500 micrgr/M330000 micrgr/M3200 micrgr/M3200 micrgr/M3100 micrgr/M3500 micrgr/M35 micrgr/M3

A. Klarifikasi Istilah

1. Telanjang kaki: Tidak menggunakan alas kaki

2. Kebutuhan Domestik: Kebutuhan sehari-hari

3. Puskesmas: Pusat kesehatan masyarakat di tingkat kecamatan

4. Pustu: Pusat kesehatan masyarakat di tingkat kelurahan atau di tingkat desa5. Briket Batubara: Batu berwarna hitam yang bisa di bakar, biasanya digunakan sebagai bahan bakar6. Populasi: Kempulan individu sejenis yang tinggal pada suatu tempat

7. Mantri: perawat atau juru kesehatan8. Bidan: Tenaga kesehatan yang membantu proses persalinan

9. Garis Pertama: orang pertama yang menerima keluhan kesehatan10. Debu Halus: Partikel debu yang berukuran 2-10(11. Kualitas Udara Ruangan: tingkat kebersihan udara dari zat-zat polutan dalam ruanganB. Identifikasi Masalah

1. Tempat tinggal penduduk masih ada yang berlantai tanah dan sebagian penduduk tidak beralas kaki.

2. Sumber air utama, untuk kebutuhan domestic adalah sungai Ogan dan air rawa sawah sekitar desa.

Sebagian besar Kepala Keluarga memiliki sumur sendiri, namun biasanya kering di musim kemarau.

3. Sumber energi untuk masak adalah kayu bakar, sebagian kecil LPG dan Briket batubara.

4. Bulan September sampai Desember ada serangan kabut asap sampai berminggu-minggu.

5. Letak Puskesmas sekitar 15 km ke arah Palembang dari desa Mjt.

6. Petugas kesehatan mantri dan bidan , namun masyarakat lebih memilih dukun sebagai garis pertama dalam pelayanan kesehatan.

7. Tidak adanya organisasi desa yang bertugas untuk mengelolah sampah sehingga rawa menjadi tempat pembuangan yang ideal bagi masyarakat sedangkan salah satu sumber air yang dikonsumsi dari air rawa.

8. Terdapat 10 besar penyakit di desa.

9. Tahun 2010-2011 mengalami dua kali keracunan makanan saat hajatan.

10. Pengujian kualitan air minum.

11. Pengujian kualitas udara ruangan, sedangkan ventilasi rumah tidak cukup baik dan kadar debu halus (PM 10) tinggi.

12. Akhir-akhir ini desa kebanjiran kendaraan motor yang menyebabkan kecelakaan dan desa Mjt mulai mengalami miras dan narkoba.C. Analisis Masalah

1. Apa saja risiko kesehatan masyarakat desa bila :

Penggunaan lantai tanah dan kebiasaan tanpa alas kaki

Sumber air yang berasal dari sungai Ogan dan rawa yang tercemar sampah.

Penggunaan kayu bakar dan briket batubara, sedangkan ventilasi rumah tidak cukup baik.

Serangan kabut asap yang berminggu-minggu.

Dukun sebagai garis pertama dalam pelayanan kesehatan.

Tidak adanya organisasi desa yang bertugas untuk mengelolah sampah.

Peningkatan jumlah kendaraan motor. Peningkatan jumlah penggunaan miras dan narkoba.

2. Interpretasi kualitas air minum?

3. Interpretasi kualitas udara ruangan?

4. Apa saja nasihat spesifik untuk setiap risiko kesehatan yang teridentifikasi pada nomor 1?

5. Apa saja langkah-langkah penting yang harus dilakukan oleh Puskesmas untuk mengatasi risiko yang teridentifikasi pada nomor 1?

6. Bagaimana peran Dinkes dan Pemda setempat untuk untuk mengatasi risiko yang teridentifikasi pada nomor 1?

7. Apa saja pelatihan-pelatihan khusus yang bisa diberikan untuk pemuka masyarakat setempat dan petugas kesehatan?

8. Bagaimana inventarisasi Peraturan Perundangan Terkait dalam masalah kesehatan pada kasus ini? D. Hipotesis

Desa Mjt memiliki risiko gangguan kesehatan akibat rendahnya sanitasi lingkungan.E. Kerangka Konsep

F. SintesisI. Risiko dan solusi untuk kesehatan masyarakat1. Penggunaan lantai tanah dan kebiasaan tanpa alas kaki

Risiko kesehatan pada masyarakat :

Penyuluhan yang dapat dilakukan oleh Puskesmas, kepada masyarakat di Desa Mjt adalah berpartisipasi bersama kader aktif di Puskesmas dan bersama Ketua RT/RW, Lurah, atau Camat setempat untuk bersama-sama menggalakkan penyuluhan kepada seluruh warga agar selalu menggunakan alas kaki jika rumahnya hanya menggunakan lantai tanah, karena banyak hal bisa menyebabkan terjadinya:

Trauma/luka pada kaki sampai dapat menyebabkan seseorang terjangkit tetanus maupun penyakit infeksi lainnya.

Infeksi yang dapat ditularkan melalui cacing, contohnya infeksi yang disebabkan oleh cacing Fillariasis yang dapat menyebabkan kaki gajah, dll.

Solusi untuk kesehatan masyarakat :

Pemasangan lantai rumah

Pelatihan PHBS agar dapat menjaga higienitas, seperti memakai alas kaki, pelatihan mencuci tangan.

2. Sumber air yang berasal dari sungai Ogan dan rawa yang tercemar sampah.

Risiko kesehatan pada masyarakat :

Penyuluhan dapat dilakukan untuk menghimbau masyarakat agar:

Bersama-sama ketua RT/RW atau petinggi desa lainnya membangun suatu organisasi untuk pengelolaan sampah agar masyarakat di desa tersebut tidak membuang sampah ke rawa sehingga akan mencemari keadaan air rawa tersebut yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat.

Menghimbau kepada seluruh masyarakat di desa Mjt yang akan mengkonsumsi air rawa, air sungai, ataupun air tanah untuk memasak sampai air tersebut benar-benar matang terlebih dahulu sebelum mengkonsumsinya.

Penyuluhan yang harus diberikan ke dinas kesehatan:

Mencanangkan suatu organisasi untuk pengelolaan sampah ataupun limbah baik sampah organik maupun non-organik.

Menyarankan kepada dinas kesehatan untuk bekerja sama dengan petinggi desa lainnya untuk mengupayakan suplai air bersih bagi masyarakat desa.

Solusi untuk kesehatan masyarakat :

Pelatihan khusus membuat saringan air untuk mendapatkan air bersih.

Memperhatikan sumber air yang layak untuk digunakan dan dikonsumsi. Masyarakat desa Mjt. sebaiknya mengganti air rawa sebagai sumber air minum dengan sumber air lain, misalnya:

Air hujan : air hujan dapat ditampung kemudian dapat dijadikan sebagai air minum.

Air sungai dan danau : kedua sumber iar ini sering disebut dengan air permukaan. Tetapi kedua sumber air ini sangat mudah terkontaminasi/tercemar dengan berbagai macam kotoran, maka jika harus dijadikan air minum harus diolah terlebih dahulu.

Air sumur dalam : dalam nya dari permukaan tanah biasanya 15 m, oleh karena itu sebagian besar sumber air sumur ini sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum yang langsung ( tanpa melalui proses pengolahan )

Memperhatikan cara pengolahan sumber air sebelum dikonsumsi yaitu dengan ditampung di bak penampungan dan dimasak supaya mikroorganisme yang ada di air mati.

3. Penggunaan kayu bakar dan briket batubara, sedangkan ventilasi rumah tidak cukup baik.

Risiko kesehatan pada masyarakat :

Dilakukan penyuluhan secara langsung dari rumah ke rumah warga yang dilakukan oleh kader aktif Puskesmas dibantu dengan partisipasi masyarakat sekitar untuk memberitahu kepada warga yang memasak dengan bahan bakar menggunakan kayu bakar untuk memperbaiki ventilasi rumah apabila ventilasi rumahnya kurang baik, jika tidak dapat mengganti bahan bakar yang biasa digunakan untuk memasak menggunakan bahan bakar gas.

Menjelaskan kepada warga terkait bahaya yang dapat ditimbulkan dari asap kayu bakar tersebut jika terus-menerus dihirup oleh warga tersebut, seperti resiko meningkatnya Infeks Saluran Pernapasan Atas (ISPA), dll.

Solusi untuk kesehatan masyarakat :

Bila memasak dengan briket atau kayu bakar, usahakan jangan didalam rumah dan jauh dari tempat makan

4. Serangan kabut asap yang berminggu-minggu.

Risiko kesehatan pada masyarakat :

Gangguan visibilitas penting dari segi transportasi, menyebabkan rawan kecelakaan.

Pengaruh terhadap kesehatan :

Iritasi pada mata dan hidung

Menurunkan prestasi kerja dan atlit

Menimbulkan atau memperberat penyakit jantung dan pernafasan, seperti asma, bronkitis, dll.

Solusi untuk kesehatan masyarakat :

Sumber dalam ruangan (indoor): bangunan (debu, asbestos) Nasihat: Gunakan bahan bangunan lain, selain abses dan bahan yang banyak memproduksi debu, seperti kalsiboard atau tripleks.

Sumber luar ruangan (outdoor):

Sumber transportasi: kendaraan bermotor (SO2, NOx. Pb, hydrocarbon). Nasihat: Upayakan agar sekolah dipindahkan, tidak berada tepat di pinggir jalan raya. Kebakaran hutan. Nasihat: Upayakan membuat hujan buatan agar mengurangi kabut asap.

5. Dukun sebagai garis pertama dalam pelayanan kesehatan.

Risiko kesehatan pada masyarakat :

Dukun mungkin kurang paham mengenai sterilisasi sebelum tindakan kesehatan, sehingga saat menangani pasiennya besar resiko untuk terjadi infeksi

Kemampuan diagnosis dukun mungkin kurang terlatih, sehingga sakit yang diderita pasien tidak terobati dengan tepat

Saat terjadi gangguan kesehatan yang lebih kompleks, dukun kurang mampu menangani masalah tersebut

Solusi untuk kesehatan masyarakat :

Petugas kesehataan setempat diperbanyak, sehingga penduduk punya kesempatan lebih besar untuk berobat ke petugas kesehatan

Petugas kesehatan mengedukasi dukun mengenai masalah sterilisasi

6. Tidak adanya organisasi desa yang bertugas untuk mengelolah sampah.

Risiko kesehatan pada masyarakat :

Menjadi faktor resiko berkumpulnya koloni mikroorganisme patogenik (seperti E. Coli, Staph. Aureus, dll) yang menjadi faktor resiko berbagai penyakit

Sampah Organik

Mencemari air, sampah-sampah yang membusuk nantinya akan mencemari sungai, sehingga kondisi air tidak layak dikonsumsi

Mencemari udara dari bau nya

Sebagai sumber penularan penyakit

Sampah non organic

Mencemari air dalam waktu yang sangat lama karena tidak bias terurai

Bila menumpuk di daerah sungai akan menggangu daerah resapan air, dan menyebabkan banjir

Kaleng, drum, botol dapat menjadi tempat tinggal bagi jentik-jentik nyamuk

Menggangu pemandangan

Solusi untuk kesehatan masyarakat :

Pelatihan khusus untuk memisahkan sampah (anorganik dan organik)

Pelatihan khusus untuk pengolahan sampah.

Mengupayakan agar sampah dikelola, dipilah dan diproses tahap awal mulai dari tempat timbulan sampah itu sendiri (dalam hal ini mayoritas adalah lingkungan rumah tangga). Upaya ini setidaknya dapat mengurangi timbulan sampah yang harus dikumpulkan dan diangkut ke TPS sehingga bebannya menjadi berkurang.

Pada fase awal di tingkat rumah tangga setidaknya diupayakan untuk mengolah sampah organik menjadi kompos dan sampah anorganik dipilah serta dikumpul menurut jenisnya sehingga memungkinkan untuk di daur-ulang. Pemberdayaan TPS perlu ditingkatkan dengan pembuatan IPSO disana untuk mendampingi pengelolaan di tiap rumah tangga. Hasil pengamatan kondisi TPS di beberapa kab/kota di Indonesia diketahui bahwa masing-masing sampah anorganik sangat memiliki nilai ekonomi.

Tahapan selanjutnya adalah pengolahan sampah yang tidak memungkinkan untuk diolah di setiap lingkungan rumah tangga yang mempunyai TPS. TPS yang ada dengan menggunakan pendekatan ini kemudian diubah fungsinya menjadi semacam pabrik pengolahan sampah terpadu, yang produk hasil olahnya adalah kompos, bahan daur ulang dan sampah yang tidak dapat diolah lagi.

Tahapan akhir adalah pengangkutan sisa akhir sampah, sampah yang tidak dapat didaur ulang atau tidak dapat dimanfaatkan lagi di TPS sekitar 10-20% sampah menuju TPA. Pada fase ini barulah proses penimbunan atau pembakaran sampah akhir dapat dilakukan dengan menggunakan incinerator

7. Peningkatan jumlah kendaraan motor.

Risiko kesehatan pada masyarakat :

Peningkatan jumlah kendaraan bermotor dapat berpengaruh terhadap kesehatan, karena kendaraan bermotor menghasilkan gas buang berupa CO, yang berbahaya bagi kesehatan

Solusi untuk kesehatan masyarakat :

Penyuluhan pajak kendaraan

Penyuluhaan mengenai SIM

Pelatihan cara mengemudi yang baik dan sesuai aturan yang berlaku.8. Peningkatan jumlah penggunaan miras dan narkoba.

Risiko kesehatan pada masyarakat :

Untuk yang mengkonsumsi

Bisa terkena penyakit seperti paru-paru, hepatitis, gangguan otot jantung dan hipertensi

Dapat menjadi kekurangan gizi.

- Narkoba dan miras juga mempengaruhi emosi yang mengkonsumsi sehingga berpengaruh pada hubungan sosialisasi dalam masyrakat. Pengkonsumsi tidak lagi mematuhi aturan di desaakibat pengaruh miras dan narkoba.

Sangat sensitif dan mudah bosan.

Jika ditegur atau dimarahi, pemakai akan menunjukkan sikap membangkang.

Emosinya tidak stabil.

Sering melupakan tanggung jawab

Menunjukan sikap tidak peduli

Solusi untuk kesehatan masyarakat :

Menjadi faktor resiko penurunan daya tahan tubuh warga dan berpotensi menyebakan hipertensi sekunder pada masyarakat setempat yang mengonsumsinya

Untuk yang mengkonsumsi

Bisa terkena penyakit seperti paru-paru, hepatitis, gangguan otot jantung dan hipertensi

Dapat menjadi kekurangan gizi.

Narkoba dan miras juga mempengaruhi emosi yang mengkonsumsi sehingga berpengaruh pada hubungan sosialisasi dalam masyrakat

Pengkonsumsi tidak lagi mematuhi aturan di desa akibat pengaruh miras dan narkoba.

Sangat sensitif dan mudah bosan.

Jika ditegur atau dimarahi, pemakai akan menunjukkan sikap membangkang.

Emosinya tidak stabil.

Sering melupakan tanggung jawab

Menunjukan sikap tidak peduli

II. Interpretasi kualitas airHasil Pengujian Kualitas Air Bersih (PerMenKes: 416/Menkes/Per/IX/1990)ParameterHasil UjiKadar Maksimum yang DiperbolehkanKeterangan

E. coliTotal Coliform

Arsen

Flourida

Total kromium

Kadmium

Nitrit

Nitrat

Sianida

Selenium2000/100 cc

1000/100 cc

0,05 mg/L

1,4 mg/L

0,03 mg/L

0,01 mg/L

2 mg/L

25 mg/L

0,07 mg/L

0,01 mg/L50/100 cc

50/100 cc

0,05 mg/L

1,5 mg/L

0,05 mg/L

0,005 mg/L

1 mg/L

10 mg/L

0,1 mg/L

0,01 mg/L Melebihi

Melebihi

Normal

Normal

Normal

Normal

Melebihi

Melebihi

Normal

Normal

Kualitas Air yang digunakan untuk kebutuhan manusia haruslah air yang tidak tercemar atau memenuhi persyaratan fisika, kimia, dan biologis sesuai dengan Permenkes No. 416 yang diterbitkan tahun 1990 (Lihat Tabel)

Parameter Fisik

a. Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS)

TDS biasanya terdiri dari zat organik. Garam anorganik dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula. Efek TDS terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut. Jumlah zat pada terlarut di dalam air sumur SMP Tanjung Sejaro adalah 3000 mg/L. Jumlah ini melebihi batas ambang yang ditentukan oleh PERMENKES 416/MENKES/PER/IX/1990, yaitu 1500 mg/L.

b. Kekeruhan

Kekeruhan air dapat disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi yang bersifat anorganik maupun bersifat organik. Zat inorganik biasanya dapat berasal dari pelapukan batuan dan logam, sedangkan yang bersifat organik dapat berasal dari pelapukan tanaman atau hewan. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri yang merupakan zat organik tersuspensi sehingga akan menambah kekeruhan air. Air yang keruh sulit didesinfeksi karena mikroba terlindungi oleh zat tersuspensi tersebut. Hal ini tentu berbahaya bagi kesehatan bila mikroba itu patogen.

c. pH

Air minum sebaiknya netral, tidak asam/ basa. Untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat, dan korosi jaringan distribusi aor. Air adalah bahan pelarut yang baik sekali. Oleh karenanya, jika pH air tidak netral, air dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya. Kimia Anorganik

a. Air Raksa

Air raksa atau mercury adalah unsur logam yang termasuk logam berat yang bersifat racun terhadap tubuh manusia. Biasanya secara alami ada dalam air dengan konsentrasi sangat kecil. Pencemaran air atau sumber air oleh merkuri umumnya akibat limbah yang berasal dari industri. Air raksa merupakan racun sistemik dan dapat terakumulasi di dalam hati, ginjal, limpa atau tulang. Kadar air raksa dalam air sumur SMP Tanjung Sejari tidak dapat terdeteksi sehingga tidak dapat disimpulkan apakah air sumur itu mengandung air raksa atau tidak.b. Arsen

Arsen di alam terdapat di dalam Cu dan bersifat sangat toksik. Keracunan akut menimbulkan gejala muntaber disertai darah disusul dengan koma dan apabila dibiarkan dapat menyebabkan kematian. Secara kronis, keracunan arsen dapat menimbulkan anoreksia, mual, diare atau konstipasi, ikterus, pendarahan pada ginjal dan kanker kulit. Arsen dapat menimbulkan iritasi, alergi, dan cacat bawaan. Kandungan As di dalam air sumur SMP Tanjung Sejaro melewati ambang batas maksimum Permenkes No.416. Diare dan penyakit kulit yang merupakan penyakit terbanyak di desa TS mungkin dapat disebabkan oleh keracunan arsenik.

c. Besi (Fe)

Fe dalam dosis besar dapat merusak dinding usus dan dapat menyebabkan kematian. Debu Fe dapat diakumulasikan ke dalam alveoli dan menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru.

d. Mangan

Kelebihan Mn dapat menimbulkan racun yang lebih kuat dibanding besi. Toksisitas Mn hampir sama dengan nikel dan tembaga. Mangan bervalensi 2 terutama dalam bentukpermanganat merupakan oksidator kuat yang dapat mengganggu membran mucous,menyebabkan gangguan kerongkongan, timbulnya penyakit manganism yaitu sejenis penyakit parkinson, gangguan tulang, osteoporosis, penyakit Perthes,gangguan kardiovaskuler, hati, reproduksi dan perkembangan mental, hipertensi,hepatitis, posthepatic cirrhosis, perubahan warna rambut, kegemukan, masalahkulit, kolesterol, neurological symptoms dan menyebabkan epilepsi.e. Timbal

Timbal merupakan racun sistemik. Keracunan timbal akan menimbulkan gejala rasa logam di mulut, faris hitam pada gusi, gangguan GI, anoreksia, muntah-muntah, encephalitis, wrist drop, perubahan kepribadian, kelimpuhan dan kebutaan. Basophilic stippling dari sel darah merah merupakan gejala patognomis bagi keracunan Pb. Gejala lain dari keracunan ini berupa anemia dan albuminuria. Pada keracunan akut akan terjadu meninges diikuti dengan stupor, koma, dan kematian. Kimia Organik

a. Deterjen

Deterjen di dalam kasus masih dalam batas ambang normalb. Pestisida Total

Pestisida total dalam kasus masih dalam batas ambang normal. Biologik

Total Koliform melewati batas ambang normal. Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan produkproduksusu. Koliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35oC. Bakteri koliform dapat dibedakan menjadi 2 grup yaitu : (1) koliform fekal misalnya Escherichia coli dan ( 2 ) koliform nonfekal misalnya Enterobacter aerogenes. Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau manusia, sedangkan Enterobacter aerogenes biasanya ditemukan pada hewan atau tanam-tanaman yang telah mati. Jadi, adanya Escherichia coli dalam air minum menunjukkan bahwa air minum itu pernah terkontaminasi feses manusia dan mungkin dapat mengandung patogen usus. Oleh karena itu, standar air minum mensyaratkan Escherichia coli harus nol dalam 100 ml.III. Interpretasi kualitas udara ruangan

ParameterWaktu PengukuranNilai NormalHasil UjiInterpretasi

S0224 jam365 g/M3500 g/M3Lebih dari batas normal

CO24 jam10.000 g/M330.000 g/M3Lebih dari batas normal

NOx24 jam150 g/M3200 g/M3Lebih dari batas normal

O31 jam235 g/M3200 g/M3Masih dalam batas normal

Hidrokarbon3 jam160 g/M3100 g/M3Masih dalam batas normal

Total Suspended Particle (TSP)24 jam230 g/M3500 g/M3Lebih dari batas normal

Pb24 jam2 g/M35 g/M3Lebih dari batas normal

ParameterDampakFaktor resiko

S02 Mempengaruhi sistem pernapasan dan gangguan fungsi paru

Menyebabkan iritasi pada mata, inflamasi pada saluran pernapasan

Menyebabkan batuk, sekresi lendir,

Memicu asma dan bronkhitis kronis serta tekanan darah rendah, nadi cepat, dan sakit kepala Penggunaan bahan bakar seperti arang, kayu, minyak bumi dan batu bara.

Merokok di dalam rumah.

CO Efek toksik CO menyebabkan kegagalan transportasi O2 ke jaringan dan mengakibatkan anoksia jaringan, gangguan system syaraf pusat (kehilangan sensitifitas ujung jari, penurunan daya ingat, pertumbuhan mental buruk terutama pada balita, berat badan bayi lahir rendah, kematian janin dan gangguan kardiovaskular).

Gejala yang muncul akibat keracunan gas CO, antara lain pusing, mual, gelisah, sesak napas, sakit dada, bingung, pucat, tidak sadar, kegagalan pernapasan dan kematian.

NOx Dapat menimbulkan gangguan sistem pernapasan seperti lemas, batuk, sesak napas, bronchopneumonia, edema paru, dan cyanosis serta methemoglobinemia.

Pb Gangguan pada sistem saraf pusat, sel darah, dan ginjal.

Dalam konsentrasi tinggi, dapat menyebabkan konvulsi/kejang, koma, bahkan kematian.

Pajanan pada anak-anak atau janin dapat lebih parah, karena

Menyebabkan pertumbuhan yang terlambat, penurunan kecerdasan, mengurangi konsentrasi, dan gangguan perilaku. Cat yang bahan dasarnya mengandung Pb

Gas timbal dapat pula berasal dari luar rumah

PM10 Dapat menyebabkan pneumonia, gangguan system pernapasan, iritasi mata, alergi, bronchitis khronis. PM10 timbul dari pengaruh udara luar (kegiatan manusia akibat pembakaran dan aktifitas industri).

Sumber dari dalam rumah antara lain dapat berasal dari perilaku merokok, penggunaan energi masak dari bahan bakar biomasa, dan penggunaan obat nyamuk bakar.

IV. Inventarisasi Peraturan Perundangan Terkait Pada kasus iniUdara :

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional

Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 17 Tahun 2005 tentang Baku Mutu Udara Ambien Provinsi Sumatera Selatan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1077/MENKES/PER/V/2011 tentang pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah

Air :

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum dan Air Bersih

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 736/MENKES/PER/VI/2012 tentang Tatalaksana Pengawasan kualitas Air Minum

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Jasaboga :

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 10996/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga

Masalah pengolahan limbah

Masalah sanitasi lingkungan dan kesehatan kerja

Keamanan

Sanitasi makanan

Diare

Malaria

DHF

Masalah kualitas air

Masalah kualitas udara

Lokasi dan lalu lintas

Gigi-mulut

Malaria

DHF

Kulit

Diare

-ISPA

- TB

PAGE 24