laporan ergonomi

33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aspek ergonomidalamsuatu proses rancang bangun fasilitas kerja adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi. Terutama dalam hal perancangan ruang dan fasilitas akomodasi. Perlunya memperhatikan faktor ergonomi dalam proses rancang bangun fasilitas dalam dekade ini merupakan sesuatu yang tidak dapat ditunda. Hal tersebut tidak terlepas dari pembahasan mengenai ukuran anthropometri tubuh operator maupun penerapan data-data anthropometrinya. Kata anthropometri berasal dari bahasaYunani, yaitu anthropos yang berarti manusia (man, human) dan metrein (to measure) yang berarti ukuran. Jadi, Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimens itubuh manusia. Anthropometri akan memberikan penjelasan kalau manusa itu pada dasarnya memiliki berbeda satu dengan yang lain. Manusia akan bervariasi dalam berbagai macam dimensi ukuran seperti kebutuhan, motivasi, inteligensia, imaginasi, usia, latar belakang pendidikan, jenis kelamin, kekuatan, bentuk dan ukuran tubuh, dan sebagainya. Dengan memiliki data antropometri yang tepat, maka seorang perancang produk ataupun fasilitas kerja akan mampu menyesuaikan bentuk dan geometris ukuran dari produk rancangannya dengan 1

description

laporan praktikum ergonomi

Transcript of laporan ergonomi

Page 1: laporan ergonomi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aspek ergonomidalamsuatu proses rancang bangun fasilitas kerja adalah

merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa

produksi. Terutama dalam hal perancangan ruang dan fasilitas akomodasi.

Perlunya memperhatikan faktor ergonomi dalam proses rancang bangun fasilitas

dalam dekade ini merupakan sesuatu yang tidak dapat ditunda. Hal tersebut tidak

terlepas dari pembahasan mengenai ukuran anthropometri tubuh operator

maupun penerapan data-data anthropometrinya. Kata anthropometri berasal dari

bahasaYunani, yaitu anthropos yang berarti manusia (man, human) dan metrein

(to measure) yang berarti ukuran. Jadi, Secara definitif antropometri dapat

dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimens itubuh

manusia.

Anthropometri akan memberikan penjelasan kalau manusa itu pada

dasarnya memiliki berbeda satu dengan yang lain. Manusia akan bervariasi

dalam berbagai macam dimensi ukuran seperti kebutuhan, motivasi, inteligensia,

imaginasi, usia, latar belakang pendidikan, jenis kelamin, kekuatan, bentuk dan

ukuran tubuh, dan sebagainya. Dengan memiliki data antropometri yang tepat,

maka seorang perancang produk ataupun fasilitas kerja akan mampu

menyesuaikan bentuk dan geometris ukuran dari produk rancangannya dengan

bentuk maupun ukuran segmen-segmen bagian tubuh yang nantinya akan

mengoperasikan produk tersebut. Jadi bisa dikatakan antropometri memegang

peranan utama dalam rancang bangun sarana dan prasarana kerja.

Praktikum ini membahas tentang sekumpulan data numerik yang

berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia bentuk, ukuran, serta

penggunaan dari data tersebut untuk memecahkan suatu masalah

dalampendesain produk. Praktikum ini secara garis besar mengukur 17 dimensi

untuk antropometri tubuh.

Setelah diadakannya praktikumini, diharapkan praktikan dapat

mengetahui tata cara pengukuran dimensi tubuh manusia untuk kepentingan

ergonomi dan dapat mengetahui penggunaan data anthropometri dalam

perancangan produk atau stasiun kerja.

1

Page 2: laporan ergonomi

2

B. Tujuan

1. Mengetahui cara pengukuran dimensi tubuh, dimensi kaki, dan dimensi

lengan.

2. Mengetahui segmen tubuh yang digunakan untuk perancangan produk dan

optimasi metodologi kerja.

3. Mengetahui penggunaan data anthropometri dalam perancangan produk dan

stasiun kerja.

4. Mengetahui manfaat perancangan yang ergonomi untuk menghindari rasa

sakit pada saat kuliah.

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

a) Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang antropometeri.

b) Memberikan pengalaman pada mahasiswa bagaimana langkah–langkah

mengukur bagian-bagian tubuh manusia.

c) Memberikan pengetahuan pada mahasiswa mengenai fungsi

antropometri dalam kehidupan sehari-hari.

2. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

a) Meningkatkan kemampuan dan kualitas mahasiswa dalam penerapan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di dunia kerja

b) Menambah referensi kepustakaan untuk perkembangan ilmu

pengetahuan dalam bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Page 3: laporan ergonomi

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Anthropometri

Istilah Antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan

“metri” yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan

sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh

manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi,

lebar, dan sebagainya), berat dan lain–lain yang berbeda satu dengan yang

lainnya.

Menurut Sritomo (2003), salah satu bidang keilmuan ergonomi adalah

istilah anthropometri yang berasal dari Antro  yang berarti manusia dan

Metron yang berarti ukuran. Definisi dinyatakan sebagai suatu studi yang

menyangkut pengukuran dimensi tubuh manusia dan aplikasi rancangan

yang menyangkut geometri fisik, massa, dan kekuatan tubuh.

Menurut Nurmianto (1991), Anthropometri adalah satu kumpulan data

numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia

ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk

penanganan masalah desain.

Menurut Nurmianto (1991), Salah satu bidang keilmuan ergonomi

adalah Anthropometri yaitu suatu studi yang berhubungan dengan

pengukuran dimensi tubuh manusia. Anthropometri secara lebih luas

digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan

produk maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Data

Anthropometri yang berhasil akan diaplikasikan secara lebih luas antara lain

dalam hal:

a.       Perancangan areal kerja (work station)

b.      Perancangan alat kerja seperti mesin, equipment perkakas (tools)

c.       Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja dan

sebagainya

d.      Perancangan lingkungan fisik.

Dalam bidang-bidang tersebut, data statistik tentang distribusi dimensi

tubuh dari suatu populasi diperlukan untuk menghasilkan produk yang

optimal. Perubahan dalam gaya kehidupan sehari-hari, nutrisi, dan

3

Page 4: laporan ergonomi

4

komposisi dari masyarakat dapat membuat perubahan dalam distribusi

ukuran tubuh (misalnya dalam bentuk kegemukan) dan membuat perlunya

penyesuaian berkala dari koleksi data antropometri.

2. Pengukuran Anthropometri

Berikut adalah standar cara pengukuran posisi tubuh :

a. Pengukuran dimensi struktur tubuh

Pengukuran dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak seperti

berat, tinggi saat duduk/berdiri, ukuran kepala, tinggi, panjang lutut saat

berdiri/duduk, panjang lengan dan lain-lain.Disini tubuh diukur dalam

berbagai posisi standar tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Istilah

lain dari pengukuran tubuh dengan cara ini adalah “static

antropometri”. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara

lain meliputi berat badan,  tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun

duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut pada saat berdiri/ duduk,

panjang lengan dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini diambil dengan

percentile tertentu seperti 5-th dan 95-th percentile  

b. Pengukuran dimensi fungsional tubuh

Pengukuran saat melakukan gerakan tertentu yang berkaitan dengan

kegiatan yang harus dilakukan atau dengan kata lain pengukuran

dilakukan saat tubuh melakukan gerakan kerja dalam posisi dinamis dan

banyak diaplikasikan pada proses perancangan fasilitas/ruang kerja).

Menurut Sutalaksana (2006), antropometri adalah pengetahuan yang

menyangkut pengukuran tubuh manusia khususnya dimensi tubuh.

Antropometri dibagi atas dua bagian, yaitu:

a. Antropometri statis

Merupakan pengukuran manusia pada posisi diam dan linier

pada permukaan tubuh. Ada beberapa metode pengukuran tertentu agar

hasilnya representative. Selain itu terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi dimensi tubuh manusia, sebagai berikut:

1) Umur, ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir

sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada

kecenderungan berkurang setelah 60 tahun.

2) Jenis kelamin, jenis kelamin pria umumnya memiliki dimensi tubuh

yang lebih besar kecuali dada dan pinggul.

Page 5: laporan ergonomi

5

3) Suku bangsa (etnis), dimensi tubuh suku bangsa negara barat lebih

besar jika dibandingkan dengan dimensi tubuh suku bangsa negara

Timur.

4) Sosio ekonomi, tingkat sosio ekonomi sangat mempengaruhi

dimensi tubuh manusia. Pada negara- negara maju dengan tingkat

sosio ekonomi tinggi mempunyai dimensi tubuh yang besar

dibandingkan dengan negara-negara berkembang.

b. Antropometri dinamis

Maksud antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan

ciri-ciri fisik    manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan

gerakan-gerakan yang    mungkin terjadi saat pekerja tersebut

melaksanakan kegiatannya. Terdapat 3 kelas pengukuran antropometri

dinamis, yaitu:

1) Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk

mengerti keadaan mekanis dari suatu aktifitas. Contoh dalam

mempelajari performansi atlet.

2) Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat kerja. Contoh 

jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif pada saat bekerja,

yang dilakukan dengan berdiri atau duduk.

3) Pengukuran variabilitas kerja. Contoh analisis kinematika dan

kemampuan jari-jari tangan dari seorang juru ketik atau operator

komputer.

B. Perundang-undangan

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran

dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun

rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan

budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian

secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha

mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan

proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah

Indonesia merdeka menimbulkan konsekuensi meningkatkan intensitas kerja

yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.

Page 6: laporan ergonomi

6

Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih

tinggi dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk

maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan

yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No. 14 tahun 1969 tentang

pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan

menjadi UU No. 12 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.

Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja

atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan

dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan

harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.

Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah

peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja

sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.

406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan

perkembangan yang ada.

Peraturan tersebut adalah Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang

keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik

di  darat, di dalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada

di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Undang-undang

tersebut terdiri dari XI bab dan 18 pasal, yaitu :

1. Bab I (pasal 1) menjelaskan tentang istilah-istilah

2. Bab II (pasal 2) tentang ruang lingkup yang meliputi keselamatan dan

kesehatan kerja disemua tempat kerja baik didarat, di dalam tanah, di

permukaan air, di dalam air maupun di udara di wilayah Republik Indonesia.

3. Bab III (pasal 3 dan 4) mengenai syarat-syarat keselamatan kerja

4. Bab IV (pasal 5 – 8) tentang pengawasan

5. Bab V (pasal 9) tentang pembinaan K3

6. Bab VI (pasal 10) tentang P2K3

7. Bab VII (pasal 11) tentang kecelakaan kerja

8. Bab VIII (pasal 12) tentang kewajiban dan hak tenaga kerja

9. Bab IX (pasal 13) tentang kewajiban bila memasuki tempat kerja

10. Bab X (pasal 14) tentang kewajiban pengurus

11. Bab XI (pasal 15 – 18) tentang ketentuan penutup.

Selain itu masih ada beberapa perundang-undangan lain terkait

keselamatan dan kesehatan kerja, diantaranya yaitu :

Page 7: laporan ergonomi

7

1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 03 Tahun 1998 tentang Tatacara

Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan

Terdiri dari enam bab dan 15 pasal, mengatur kewajiban pengurus

atau pengusaha. DK3N – LK3I 12 melaporkan kecelakaan, tatacara pelaporan

dan pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan oleh pengawas ketenagakerjaan.

Lampiran satu adalah bentuk laporan kecelakaan, lampiran II laporan

pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan kerja, lampiran III bentuk laporan

pemeriksaan dan pengkajian penyakit akibat kerja, lampiran IV bentuk

laporan pemeriksaan dan pengkajian peristiwa kebakaran/peledakan/bahaya

pembuangan limbah.

2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja nomor 333 Tahun 1989 tentang Diagnosis

dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja

Terdiri atas enam pasal,mengatur mengenai tata cara diagnosis dan

pelaporan penyakit akibat kerja. Lampiran I adalah bentuk laporan kepada

Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja, sedang Lampiran II

adalah laporan medik penyakit akibat kerja yang merupakan rahasia

medik.Keputusan Menteri ini merupakan pedoman pelaksanaan dari Undang-

undang No. 2 Tahun 1951 tentang Pernyataan berlakunya Undang-undang

Kecelakaan Tahun 1947 yang telah diganti dengan Undang-undang No. 3

Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Pedoman ini dipakai untuk

menetapkan diagnosis dan penilaian cacat karena kecelakaan dan penyakit

akibat kerja guna memperhitungkan hal-hal tenaga kerja, yang meliputi

bidang pengobatan mata, penyakit telinga, hidung dan tenggorok (THT),

bidang orthopaedi, bidang penyakit dalam, bidang penyakit Paru, bidang

penyakit akibat radiasi mengion, bidang psikiatri, bidang neurologi dan

bidang penyakit kulit.

Page 8: laporan ergonomi

BAB IIIHASIL

A. Gambar Alat, Cara Kerja, dan Prosedur Pengukuran

1. Gambar Alat

Gambar Keterangan

a. Stadiometer 1) Angka-angka penunjuk

hasil (skala)

2) Tempat menggabungkan

sliding caliper

3) Pembatas

Fungsi alat : untuk

mengukur bagian-bagian

tubuh baik dalam posisi

berdiri maupun duduk.

b. Spreading caliper 1) Pengukur lingkar kepala

2) Skala

Fungsi : mengukur diameter

kepala.

c. Jangka sorong 1) Rahang tetap atas

2) Rahang tetap bawah

3) Rahang sorong atas

4) Rahang sorong bawah

5) Tombol kunci

8

3

1

2

1

2

Page 9: laporan ergonomi

9

6) Skala utama

Fungsi : mengukur ketebalan

obyek yang akan diukur.

d. Pita meter 1) Skala

2) Bagian ujung (atas)

Fungsi : Untuk mengukur

lebar bahu, lebar pinggul,

panjang lengan, panjang,

lebar dan tinggi kursi dan

meja, dll.

e. Busur 1) Skala2) Pengukur sudut

Fungsi : mengukur sudut sandaran kursi.

f. Meja dan kursi Fungsi : sebagai obyek pengukuran atau untuk peralatan kerja.

1

2 4

5 6

2

1

1

2

3

Page 10: laporan ergonomi

10

g. Alat tulis Fungsi : untuk mencatat data

hasil pengukuran.

2. Cara Kerja

a. Stadiometer

1) Pasang antropometer pada bagian tubuh probandus yang akan diukur

pada posisi berdiri maupun duduk.

2) Lalu lihat angka pada skala yang tertera pada antropometer.

Ketentuan yang berlaku apabila dalam pengukuran menggunakan

bagian luar stik dan dalam stik dari antropometer maka skala yang

dibaca di dalam kotak bagian atas, apabila menggunakan bagian

dalam stik dan dalam stik dari antropometer maka baca skala bagian

bawah, dan apabila menggunakan bagian luar dan luar dari

antropometer maka skala yang dibaca bagian atas ditambah 1 cm.

3) Kemudian catat hasil yang sudah dibaca tadi.

b. Spreading caliper

1) Putar mur yang ada pada pegangan alat agar bisa disesuaikan dengan

kepala probandus yang akan di ukur.

2) Pasang pada kepala untuk mengukur diameternya.

3) Lalu kencangkan alat hingga hasil pengukuran akurat.

4) Kemudian catat hasilnya.

Page 11: laporan ergonomi

11

c. Jangka sorong

1) Pasang jangka sorong ke obyek yang diukur.

2) Kencangkan alat agar ukuran tidak berubah.

3) Lihat dan catat hasil pengukuran.

d. Busur

1) Letakkan busur di sudut kemiringan pada sandaran kursi.

2) Lihat berapa besarnya derajat kemiringan.

3) Kemudian catat hasilnya.

e. Pita meter

1) Tarik pita meter dari gulungan, tempelkan pada bagian tubuh yang

akan diukur.

2) Lihat berapa panjangnya kemudian catat hasilnya.

3. Prosedur Pengukuran

a. Desain Antropometri Statis Berdiri

1) Probandus siap.

2) Probandus dalam keadaan berdiri tegak dan menghadap lurus ke

depan.

3) Pengukuran yang dilakukan antara lain :

a) Gidan ( tinggi badan ) yaitu jarak vertikal dari lantai sampai

ujung kepala

b) Gihu ( tinggi bahu ) yaitu jarak vertikal dari lantai sampai titik

tengah bahu

c) Giku ( tinggi siku ) yaitu jarak vertikal dari lantai sampai titik

tengah siku

d) Gigul ( tinggi pinggul ) yaitu jarak vertikal dari lantai sampai

titik tulang pinggul

e) Barhu ( lebar bahu ) yaitu jarak horizontal antara sisi paling luar

bahu kiri dan kanan

f) Bargul ( lebar pinggul ) yaitu jarak horizontal antara sisi luar

pinggul kiri dan kanan

g) Panleng ( panjang lengan ) yaitu jarak dari titik tengah bahu

sampai ujung jari tengah

h) PL. Bawah ( panjang lengan bawah ) yaitu jarak dari titik

belakang siku sampai ujung jari tengah

Page 12: laporan ergonomi

12

i) PL. Atas ( panjang lengan atas ) yaitu jarak dari titik tengah

bahu sampai titik tengah siku

j) Jangtas ( jangkauan atas ) yaitu Jarak vertikal dari lantai sampai

titik tengah kepalan tangan (tangan lurus keatas dengan tangan

menggenggam)

b. Desain Antropometri Duduk

1) Probandus siap.

2) Probandus dalam posisi duduk dan tegap.

3) Pengukuran yang dilakukan meliputi :

a) Giduk ( tinggi duduk ) yaitu jarak vertikal dari alas duduk ke

bagian paling atas kepala

b) Gikuduk ( tinggi siku duduk ) yaitu jarak vertikal dari alas

duduk sampai titik bawah siku duduk (kedua lengan atas lurus

kebawah disamping badan, siku ditekuk membentuk sudut 90°

c) Gigulduk ( tinggi pinggul duduk ) yaitu jarak vertikal dari alas

duduk sampai tulang pinggul paling atas

d) Gitutduk ( tinggi lutut duduk ) yaitu jarak vertikal dari lantai ke

tempurung lutut

e) Pangkaitas ( panjang tungkau atas ) yaitu jarak horizontal dari

titik belakang pantat sampai lekuk lutut (sudut popliteal)

f) Pangkaiwah ( panjang tungkai bawah ) yaitu jarak vertikal dari

lantai sampai lekuk lutut

g) Gibaduk ( tinggi bahu duduk ) yaitu jarak vertikal dari alas

duduk sampai titik tengah bahu

c. Pengukuran kursi :

1) Tinggi kursi dari lantai sampai dengan permukaan atas bagian

depan alas duduk.

2) Lebar kursi diukur pada garis tengah alas duduk melintang.

3) Panjang alas kursi diukur dari pertemuan garis proyeksi permukaan

depan sandaran duduk sampai dengan ujung depan alas duduk .

4) Sandaran punggung diukur lebar dan panjang/tinggi.

5) Sandaran tangan diukur panjang ,lebar dan tingginya.

d. Pengukuran meja :

1) Panjang meja diukur dari panjang permukaan atas meja.

2) Lebar meja diukur dari lebar permukaan atas meja.

Page 13: laporan ergonomi

13

3) Tinggi meja diukur dari lantai sampai permukaan atas meja.

4) Tebal meja diukur dari tebal permukaan atas meja.

B. Hasil Pengukuran dan Perhitungan

1. Hasil Pengukuran

BERDIRI

NO NAMAGIDA

N GIHU GIKU GIGULBARH

U1 Supriyadi 161 132 97,5 90,5 51

2Ami Widya

N.R 157 129 97,5 93,5 39

3

Belinda Ayunita K.C.D 156 128 97 93 42,5

4 Fia Anjani 157 131,5 97 90 41,5

5Prisca Danu

P. 146 122,5 92 85 37

6Ratna Nur

Santi 155 126,5 98,2 93 40

7Nevita Nurul

Husna 157,5 130,5 96 93,5 46

XRata-Rata  

155.33 129.67 95.50 90.25 42.60

SDStadard Deviasi 5.01 2.08 2.38 3.77 5.77

5% 5th Persentil148.2

5 128.10 92.60 85.75 37.40

95% 95 Persentil160.0

0 131.70 97.00 93.00 50.00

BARGUL

PANLENG

PL BAWA

HPL

ATASJANGTA

S31 64 38 26 19135 70 40 26 18739 62 36 25 18834 66 40 27 18730 60 36 23 17130 65 43 26 18543 62 38 26 192,5

34.57 64.14 38.71 25.57 184.83

4.93 3.29 2.50 1.27 7.0530.0

0 60.60 36.00 23.60 174.50

Page 14: laporan ergonomi

14

DUDUK

NO NAMA GIDUKGIKUDU

KGIGULD

UKGITUTD

UK1 Supriyadi 79 20 20 49,52 Ami Widya N.R 80 18 21 49

3Belinda

Ayunita. K.C.D 81 19 26 504 Fia Anjani 81 21 20 485 Prisca Danu P. 78 18 19 47

6Ratna Nur

Santi 80 18 20 51

7Nevita Nurul

Husna 82 20 20 48

XRata-Rata   80.14 19.14 20.86 48.83

SDStadard Deviasi 1.35 1.21 2.34 1.47

5% 5th Persentil 78.30 18.00 19.30 47.2595% 95 Persentil 81.70 20.70 24.50 50.75

PANGKAITAS

PANGKAIWAH

GIBADUK

45 39 6447 46 5650 36 5852 40 5743 45 5442 39 5750 35 60

47.00 40.00 58.003.83 4.16 3.21

42.30 35.30 54.6051.40 45.70 62.80

Page 15: laporan ergonomi

15

Stasiun Kerja :

NO Stasiun Kerja Dimensi

Ukuran

Satuan

1 Meja Panjang Meja (a)

104,5 Cm

 Lebar Meja (b) 68,5 Cm

 Tinggi Meja © 73 Cm

 Tebal Meja (d) 1,5 Cm

 

  

      

             

     

2 Kursi Tinggi kursi (a) 42 Cm

 Lebar kursi (b) 50 Cm

 Panjang kursi © 45 Cm

  Tinggi sandaran punggu

42,5 Cm

Page 16: laporan ergonomi

16

ng (d)

 

Lebar sandaran punggung (e) 49,5 Cm

 

Tinggi sandaran tangan (f) 9,6 Cm

 

Panjang sandaran tangan (g) 39,5 Cm

 

Lebar sandaran tangan (h) 6,7 Cm

2. Perhitungan

Dalam praktikum ini praktikan tidak hanya mengukur antropometri

tubuhnya saja namun juga menghitung nilai distribusi normalseperti rata-

rata, standard deviasi, dan persentil ( 5th persentil dan 95th persentil ).

Perhitungan tersebut diperoleh melalui rumus :

a. Rata – rata

1) Rumus manual

Χ = jumlah data : banyaknya data

2) Rumus pada microsoft excel

=AVERAGE(Blok Sel)

b. Standard deviasi

1) Rumus manual

Standard deviasi (α) = √∑(x-X)2/n-1

2) Rumus pada microsoft excel

=STDEV(Blok Sel)

c. Persentil

1) Rumus manual :

Langkah yang pertama menentukan nilai yang terkecil sampai

nilai yang terbesar dari suatu distribusi kelompok. Nilai tersebut

Page 17: laporan ergonomi

17

digunakan untuk menentukan nilai range, adapun rumus dalam

menentukan nilai range adalah :

R = Dmax – Dmin

Dimana : R = Nilai range

Dmax = Data terbesar

Dmin = Data terkecil

Langkah yang kedua yaitu menentukan kelas interval atau biasa

disingkat dengan sebutan kelas, adapun rumus dalam menentukan kelas

adalah sebagai berikut:

K = 1 + 3,3 Log N

Dimana : K = Kelas

N = Jumlah data

Langkah yang ketiga yaitu menentukan nilai interval, adapun

rumus dalam menentukan nilai interval adalah sebagai berikut:

I= RK

Langkah yang terakhir yaitu menghitung nilai persentil. Adapun

dalam menentukan nilai persentil yang harus dilakukan terlebih dahulu

yaitu menentukan letak dari nilai LCB, adapun rumus dalam

menentukan letak persentil adalah sebagai berikut:

Pi=(ixN )100

Dimana : Pi = Letak persentil

i = Nilai persentil ke-n

N = Jumlah data

Setelah diketahui letak dari persentil, maka langkah selanjut

menghitung nilai dari persenti, adapun rumus dari nilai persentil adalah

sebagai berikut:

P=LCB+ I [ ( ixN100 )−F−1

fi ]Dimana : P = Nilai persentil

LCB = Lower Class Boundary

F−1 = Nilai komulatif frekuensi sebelum LCB

Page 18: laporan ergonomi

18

fi = Nilai frekuensi

2) Rumus pada microsoft excel :

=PERCENTILE(Blok Sel,5%)

=PERCENTILE(Blok Sel,95%)

Page 19: laporan ergonomi

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Kesesuaian Meja

Kriteria :

Sesuai dengan antropometri tubuh probandus dan jenis pekerjaan.

Panjang meja harus sama dengan panjang lengan. Lebar meja sama dengan

panjang lengan. Tinggi meja setinggi siku saat posisi duduk. Tebal meja dibuat

sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kebebasan bergerak pada kaki dan

terbuat dari bahan yang keras dan tidak mudah patah.

1. Panjang Meja

Diukur dari panjang permukaan atas meja.

Panjang meja : 104,5 cm

Hasil : Panjang meja sudah sesuai dengan panjang lengan.

Karena sudah melebihi panjang lengan, yaitu 68,80 cm.

Sehingga tidak perlu melakukan gerakan paksa untuk

menjangkau sesuatu di area kerja.

2. Lebar Meja

Diukur dari lebar permukaan atas meja.

Lebar meja : 68,5 cm

Hasil : Sudah sesuai dengan ukuran panjang lengan yaitu 68,80

cm.

3. Tinggi Meja

Diukur dari lantai sampai permukaan atas meja.

Kritria : tingginya sama dengan tinggi siku duduk.

Tinggi meja : 73 cm

Hasil : Belum sesuai dengan ukuran antropometri tinggi siku.

Karena tinggi siku adalah 97cm. Sedangkan tinggi meja hasil

pengukuran terlalu rendah 73 cm. Sehingga perlunya

pembenahan meja menyesuaikan tinggi.

4. Tebal Meja

Diukur dari ketebalan permukaan atas meja.

Kriteria : Dapat memberikan gerakan bebas pada kaki dan terbuat dari

bahan yang keras dan tidak mudah patah.

19

Page 20: laporan ergonomi

20

Tebal meja : 1,5 cm

Hasil : Sudah sesuai dengan ukuran antropometri dan sudah

ergonomis. Bahanya juga terbuat dari bahan yang keras dan

tidak mudah patah.

B. Kesesuaian Tempat Duduk

Kriteria :

Probandus dengan sikap duduk mendapatkan sikap yang mantap dan

memberikan relaksasi otot, dan tidak mengalami penekanan-penekanan pada

bagian tubuh yang mengganggu sirkulasi darah dan sensitifitas bagian tubuh.

1. Tinggi Tempat Duduk

Dari lantai sampai dengan permukaan atas bagian depan alas duduk.

Kriteria : harus lebih pendek dari panjang lekuk lutut s/d telapak

kaki.

Tinggi Kursi : 42 cm

Hasil : Sudah sesuai dengan ukuran tinggi lutut duduk. Karena

tinggi lutut duduk adalah 50,75 cm. Sehingga sesuai dengan

kriteria bahwa tinggi tempat duduk lebih pendek dari tinggi

lutut.

2. Panjang Alas Duduk

Pertemuan garis proyeksi permukaan daepan sandaran duduk sampai dengan

alas duduk.

Kriteria : lebih pendek dari lekuk lutut sampai dengan garis

punggung.

Panjang kursi : 45 cm

Hasil : Sudah sesuai dengan ukuran antropometri panjang tungkai

atas. Karena panjang tungkai atas adalah 51,40 cm. Sehingga

dari percobaan panjang alas duduk lebih pendek dari lekuk

lutut sampai dengan garis punggung.

3. Lebar Tempat Duduk

Diukur pada garis tengah alas duduk melintang.

Kriteria : harus lebih lebar dari lebar pinggul.

Lebar kursi :50 cm

Hasil : Sudah sesuai dengan ukuran antropometri lebar pinggul,

karena lebar pinggul adalah 41,80 cm. Karena dalam

Page 21: laporan ergonomi

21

perancangan desain kursi adalah 50 cm, jadi akan tetap merasa

nyaman karena sudah diiperhitungkan nilai kelonggaran.

4. Tinggi Sandaran Tangan

Diukur panjang, lebar dan tinggi

Kriteria :

a. Jarak tepi dalam kedua sandaran tangan lebih lebar dari lebar pinggul dan

tidak melebihi lebar bahu.

b. Tinggi sandaran tangan adalah setinggi siku.

Sandaran tangan :

a. Panjang = 39,5 cm

b. Lebar = 6,7 cm

c. Tinggi = 9,6 cm

Hasil :

a. Sesuai dengan ukuran antropometri lebar bahu. Karena lebar bahu

adalah 50 cm, dan dalam desain seharusnya tidak melebihi lebar bahu,

karena lebar kursi adalah 50 cm.

b. Sudah sesuai dengan ukuran antropometri tinggi siku duduk. Karena

tinggi siku duduk adalah 20,7 cm.

Page 22: laporan ergonomi

22

Page 23: laporan ergonomi

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa ukuran meja dan kursi

mahasiswa secara keseluruhan sudah memenuhi kriteria, namun ada beberapa

bagian yang ukurannya masih kurang sesuai dengan antropometri probandus /

mahasiswa. Berikut adalah hasil pengukurannya :

1. Meja :

Panjang meja : 104,5 cm (sesuai)

Lebar meja : 68,5 cm (sesuai)

Tinggi meja : 73 cm (belum sesuai, karena seharusnya disesuaikan dengan

tinggi siku probandus, yakni 97 cm)

Tebal meja : 1,5 cm (sesuai)

2. Kursi :

Tinggi kursi : 42 cm (sesuai)

Panjang kursi : 45 cm (sesuai)

Lebar kursi : 50 cm (sesuai)

Panjang sandaran tangan : 39,5 cm (sesuai)

Lebar sandaran tangan : 6,7 cm (sesuai)

Tinggi sandaran tangan : 9,5 (sesuai)

B. Saran;Saran yang dapat kami sampaikan yaitu sebuah himbuan agar praktikan

pada saat melakukan praktikum/ pengambilan data benar-benar memperhatikan

ketelitian. Karena setiap angka (data) sangat mempengaruhi dan akan berdampak

pada uji kenormalan dan uji kecukupan data. Dan dengan ketelitian akan

memperoleh hasil yang maksimal.

Page 24: laporan ergonomi

DAFTAR PUSTAKA

Adam N.S.A.T.H. 2012. Landasan Teori Anthropometri. http://adamnsath.blogspot.com/2012/03/landasan-teori-anthropometri.html. (22 Maret 2012)

Muchamad Rochim. 2012. Laporan Bab 1 Anthropometri. hgbjkn.blogspot.com/2012/08/laporan-bab-1-antropometri_6764.html. (22 Agustus 2012)

Sefelindo Solo. 2008. Peraturan Perundang-Undangan Dibidang K3. safelindo.blogspot.com/2008/12/peraturan-perundang-undangan dibidang.html. (1 Desember 2008)

Tarwaka,PGDip.Sc. M.Erg.2011. Ergonomi Industri. Surakarta : Harapan Press, p:147

Yuri F. T. 2014. Laporan Ergonomi : Antrhopometri. http://fanditanjung19.blogspot.com/2014/03/laporan-ergonomi-antropometri.html. (19 Maret 2014)