laporan biokimia 2015
-
Upload
faisal-abdullah -
Category
Documents
-
view
20 -
download
0
description
Transcript of laporan biokimia 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai
bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan
membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Ginjal merupakan organ yang sangat
khusus dengan 2 fungsi utama yaitu mengeliminasi sisa-sisa metabolisme dalam bentuk
larutanserta memperthanakan homeostasis cairan tubuh.
Dalam keadaan normal pada orang dewasa akan dibentuk 1200-1500 ml urin dalam satu
hari. Secara fisiologis maupun patologis volume urin dapat bervariasi. Pmebentukan urin
dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Diet tinggi protein akan meningkatkan
pemebentukan urin sebab urin yang terbentuk pada proses metabolisme protein mempunyai efek
diuretik. Pada suhu lingkungan tinggi, volume urin berkurang. Volume urin yang diperlukan
untuk mengeskresi produk metabolisme tubuh adalah 500 ml
Pada keadaan volume urin meningkat (poliuria) ditemukan pada berbagai keadaan. Pada
diabetes insipidus,akibat tidak adanya hormon anti diuretik, volume urin tiap ahri dapat
mencapai 10-20 L. Pada diabetes melitus,volume urin dapat mencapai 5- 6L dalam 1 hari.
Oligouria (volume urin berkurang) dapat ditemukan pada keadaan demam, nefritis akut,
glomerulonefritis kronik, gangguan harian akut, diare, dan gagal jantung. Anuria (tidak terbentuk
urin) pada suatu keadaan tertentu dapat menyebabkan syok,keracunan air raksa,nefritis akut, atau
batu ginjal.
Rasio antara urin siang hari (pk. 08.00- pk. 20.00) dan urin malam hari (pk. 20.00-pk.
08.00) adalah 2 : 1, kadang-kadang 3:1. Pada kelainan ginjal rasio ini akar berubah bahkan
terbalik. Pada keadaan normal, urin yang terbentuk berwarna kuning muda dan jernih dengan
bau khas dan juga turut dipengaruhi oleh jenis makanan. Berat jenis urin 24 jam adalah 1,000-
1,030. Ph bersifat asam (6,0) dan sangat bervariasi anatar 4,9 – 8,0.Kandungan zat pada urin 24
jam adalah sebagai berikut :
- Klorida sebagai NaCl : ± 10 gr.
- Ca++, Mg++, dan Iodium : sedikit
- Urea : 20 – 30 gr
- Kreatinin : 1,5 gr
- Amonia : 0,7 gr
- Asam urat : 0,7 gr
Selain itu ditemukan sulfat, fosfat,oksalat,asam amino, vitamin,enzim,dan hormon,
Pada keadaan abnormal dapat ditemukan glukosa,benda keton,protein dan berbagai
senyawa lain seperti pigmen empedu, darah dan porfirin yang dapat digunakan untuk membantu
mendiagnosis penyakit tertentu. Dalam saluran kemih dapat terjadi batu sebagai akibat
menurunnya kelarutan senyawa tertentu dalam urin. Kira-kira 1/3 batu saluran kemih terdiri dari
Ca fosfat, Ca Karbonat, dan Mg-Amonium fosfat. Pembentukan batu terjadi akibat peningkatan
ekskresi kalsium, infeksi, dan peningkatan Ph. Dalam urin juga dpat ditemukan batu oksalat dan
batu asam urat.
Dalam keadaan tertentu perlu dilakukan penetapan jumlah zat dalam urin yang
dikumpulkan selama 24 jam. Pada pengumpulan urin 24 jam ini perludigunakan bahan pengawet
seperti toluen,sebab dapat terjadi perubahan senyawa dalam urin akibat kerja bakteri didalam
urin.Pada wanita hamil dalam urin ditemukan hormon hCG (Human chorionic gonadotropin)
yang dihasilkan oleh plasenta. Hormon ini menunjukkan hasil positif pada uji kehamilan.
1.2. Tujuan praktikum
a. Mengetahui sifat fisik urin
b. Membuktikan adanya indikan dalam urin
c. Menetapkan kadar kreatinin urin
d. Menentukan kadar glukosa urin secara semikuantitatif
e. Membuktikan adanya protein dalam urin
f. Membuktikan adanya benda keton dalam urin
g. Membuktikan adanya pigmen empedu dalam urin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sifat fisik urin
2.1.1 Volume urin
Volume urin normal per hari adalah 900 – 1200 ml, volume tersebut dipengaruhi banyak
faktor diantaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan kopi), jumlah air minum, hormon
ADH, dan emosi. Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam
seseorang.
a. Keruh.Kekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel padat pada urin seperti
bakteri, sel epithel, lemak, atau Kristal-kristal mineral.
b. Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini biasanya disebabkan oleh efek
samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti bluberi dan gula-gula, warna ini
juga bisa digunakan sebagai tanda adanya perdarahan di system urinaria, seperti
kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, atau pembengkakkan kelenjar prostat.
c. Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indicator adanya kerusakan
atau gangguan hati seperti hepatitis atau serosis.
d. Kuning gelap, Warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B kompleks
yang banyak terdapat dalam minuman berenergi.
2.1.2 Berat jenis urin
Pada keadaan normal,berat jenis urin 24 jam ±1,020 dengan kisaran 1,016 – 1,024. Berat
jenis urin bervariasi. Setelah minum sejumlah besar air, berat jenis urin akan turun jadi 1,002 dan
bila berkeringat banyak berat jenis urin dapat mencapai 1,040. Variasi berat jenis urin normal
terutama diakibatkan oleh kandungan urea, Nacl, dan fosfat. Berat jenis urin pada keadaan
patologis akan berubah. Berat jenis urin padapenderita diabetes melitusakan meningkat karena
adanya glukosa pada urinnya.
Dalam penetapan berat jenis urin ini akan diperkirakan kandungan zat padat dalam urin.
Jumlah zat padat pada urin dihitung dengan cara mengkalikan 2 angka terakhir berat jenis
dengan 2,6 (= koefisien long). Angka yang diperoleh menyatakan gram zat pada dalam 1 liter
urin.alay yang digunakan untuk menentukan berat jenis urin adalah urinometer.
2.2 Uji indikan
Bahan makanan akan diserap dari usus halus dan sisa makanan yang tidak diserap akan
terus ke usus besar. Dalam usus besar terjadi penyerapan air secara gradual isi usus akan menjadi
padat. Dalam usus besar terjadi proses fermentasi dan pembusukan terhadap sisa bahan makanan
oleh pengaruh enzim – enzim bakteri usus. Pada proses ini akan dihasilkan gas
CO2,metan,hidrogen,nitrogen,dan H2S,serta asam laktat,asam asetat,dan asam butirat.
Indikan dalam urin berasal dari proses pembusukan asam amino triptofan dalam usus,
bukan berasal dari katabolisme protein dalam tubuh. Ekskresi indikan ke dalam urin memberi
gambaran proses pembusukan dalam usus. Pada keadaan normal, dalam sehari diekskresi 10 – 20
mg. variasi ekskresi terutama ditentukan oleh jenis makanan. Makanan tinggi protein akan
meningkatkan ekskresi indikan dalam urin dan sebaliknya pada makanan tinggi karbohidrat. Bila
terjadi peningkatan proses pembusukan dalam usus atau bila ada stagnasi isi usus juga karena
terjadi peningkatan ekskresi indikan urin. Peningkatan indikan urin juga dapat ditemukan bila
ada dekompensasi protein dalam tubuh oleh bakteri sperti gangren. Indikasi dalam urin dpat
ditetapkan dalam uji orbenmeyer.
2.3 Uji kreatinin
Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat
dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin
phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi.Banyaknya kreatinin yang dikeluarkan
seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat
metabolisme protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian
umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang
menyebabkan kerusakan masif pada otot . Ginjal mempertahankan kreatinin darah dalam kisaran
normal. Kreatinin telah ditemukan untuk menjadi indikator yang baik untuk menguji fungsi
ginjal.
Pada orang yang mengalami kerusakan ginjal, tingkat kreatinin dalam darah akan naik
karena clearance/ pembersihan kratinin oleh ginjal rendah. Tingginya kreatinin memperingatkan
kemungkinan malfungsi atau kegagalan ginjal. Ini adalah alasan memeriksa standar tes darah
secara rutin untuk melihat jumlah kreatinin dalam darah. Hal ini penting untuk mengenali apakah
proses menuju ke disfungsi ginjal (gagal ginjal, azotemia) akut atau kronik. Sebuah ukuran yang
lebih tepat dari fungsi ginjal dapat diestimasi dengan menghitung berapa banyak kreatinin
dibersihkan dari tubuh oleh ginjal, dan ini disebut kreatinin clearance .
Klirens kreatinin adalah laju bersihan kreatinin menggambarkan volume plasma darah
yang dibersihkan dari kreatinin melalui filtrasi ginjal per menit. Bersihan kreatinin biasanya
dinyatakan dalam mililiter per menit..
3.4. Uji benedict semikuantitatif
Prinsip kerja dari uji benedict semi kuantitatif ini adalah pereaksi benedict yang
mengandung kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula yang menpunyai gugus
aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa). Dalam suasana Alkalis sakarida akan membentuk
enidid yang mudah teroksidasi. Semua monosakarida dan diskarida kecuali Sukrosa dan
trekalosa akan bereaksi positif bila dilakukan uji Benedict. Larutan-larutan tembaga yang alkalis
bila direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan
memebentuk cupro oksida (Cu2O) yang berwarna hijau merah orange atau merah bata dan
adanya endapan merah bata pada dasar tabung reaksi.
Normalnya glukosa tidak ada atau ada tapi dalam jumlah yang sangat kecil di dalam urin.
Ketika tingkat glukosa dalam darah in melebihi batasan gula ginjal (160-180 mg/dl) maka
glukosa mulai nampak dalam urin. Kehadiran glukosa dalam urin (glucosuria) merupakan
indikasi adanya penyakit diabetes mellitus
3.5. Uji protein
3.5.1. Uji heller
Uji ini dapat digunakan untuk menentukana adanya protein secara kuantitatif dan
cepat. Protein akan terkonjugasi akibat adanya asam kuat atau akibat panas. Hasil positif
ditandai terbentuknya cincin di atas lapisan HNO3 pekat.
3.5.2 Uji koagulasi
Protein dengan penambahan asam atau pemanasan asam akan mengalami koagulasi.
Pada Ph iso-elektrik,kelarutan protein sangat menurun atau mengendap. Pada temperatur >
600c kelarutan protein akan berkurang,karena pada temperatur yang tinggi energi kinetik
molekul protein meningkat sehingga terjadi getaran yang cukup kuat untuk merusak ikatan /
struktur sekunder,tersier,kuarter yang disebabkan adanya koagulasi.bila endapan tetap ada
menandakan adanya protein sebab fosfta akan larut dalam keadaan asam.
3.6 Uji keton (Rothera)
Benda keton terdiri dari 3 senyawa yaitu aseton, asam eseto asetat dan asm β-
hidroksibutirat yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam lemak yang berlebihan.
Benda keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk maenghasilkan energi
yang disebabkan oleh : gangguan metabolisme karbohirat (misalnya Diabetes Mellitus),
kurangnya asupan karbohidrat (kelaparan , diet tidak seimbang : tinggi lemak rendah
karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat, gangguan mobilisasi glukoma, sehingga tubuh
mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar.
Peningkatan kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis sehingga dapat
menghabiskan cadangan basa (misal bikarbonat, HCO3) dalam tubuh dan menyebabkan asidosis.
Pada ketoasidosis diabetik keton serum meningkat hingga mencapai lebih dari 50 mg/dL. Keton
memiliki struktur kecil dan dapat diekskresikan kedalam urin. Namun kenaikan kadarnya
pertama kali tampak pada plasma atau serum, kemudian baru urin. Ketonuria terjadi akibat
ketosis. Benda keton yang dijumpai di urin terutama adalah aseton dan asam aseto asetat.
Faktor yang mempengaruhi hasil laborat :
a. Diet rendah karbohidrat atau tinggi lemak dapat menyebabkan temuan positif palsu.
b. Urin disimpan pada temperature ruangan dalm waktu yang lama dapatmenyebabkan
hasil uji negative palsu.
c. Adanya bakteri dalam urin dapat menyebabkan kehilangan asam aseto asetat.
d. Anak penderita Diabetes cenderung mengalami ketonuria daari pada dewasa.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Sifat fisik urin
Isilah gelas ukuran 100/200 ml dengan urin (bahan pengawet harus dibuang terlebih
dahulu). Letakkan urinometer di dalamnya. Urinometer akan mengapung dan tidak boleh
menyentuh dinding tabung. Catat suhu urin tersebut. Tiap urinometer telah ditera untuk suhu
tertentu dan tertulis pada alat. Bila suhu urin tidak sama pada suhu tera alat, perlu dilakukan
koreksi pada angka yang ditunjukkan pada urinometer.
Tiap perbedaan 30C di atas suhu tera alat berat jenis urin harus ditambah 0,001dan tiap
perbedaah 30C di bawah suhu tera alat berat jenis urin harus dikurang 0,001.
3.2 Uji indikan
Dasar: Pereaksi orbenmeyer yang mengandung Fecl3 dan HCl pekat mengoksidasi gugus
hidroksil membentuk biru indigo yang larut dalam kloroform.
Reaksi pembentuk indikan :
Dalam usus :
Triptofan indol dan skatol
Dalam hati :
Indol oksidasi S04
Indoksil indikan
OH- (indoksil sulfat)
Skatol
Bahan dan pereaksi :
1. Urin
2. Pereaksi orbenmeyer (Larutkan 6,7 g feri klorda (FeCl3.6h2O) dalam asam klorida pekat
(berat jenis 1,19) dan encerkan sampai volume 1000 ml dengan asam yang sama)
3. Kloroform
Pelaksanaan :
Pipetkan ke dalam tabung reaksi
Larutan Tabung
Urin 8 ml
Pereaksi orbenmeyer 8 ml
Diamkan beberapa menit
Kloroform 3 ml
Campur dengan mebalik-balikkan tabung kira-kira 10 kali (jangan dikocok)
Klororm akan mengekstraksi biru indigo
3.3 Uji kreatinin
Dasar : kreatin bereaksi dengan larutan pikrat alkalis (reaksi jaffe) menghasilkan senyawa
kompleks (tautomer kreatinin pikrat) berwarna kuning jingga.
Bahan dan pereaksi :
1. Urin 24 jam
2. Larutan pikrat jenuh
3. Larutan NaOH 10%
4. Larutan standar kreatinin mengandung 1mg/ml
Larutan 1 g kreatinin dalam HCl 0,1 N dan encerkan sampai 1000 ml
Pelaksanaan : Pipetkan ke dalam tabung takar 100 ml :
Larutan Standar Blanko 1 Blanko 2 Uji 1 Uji 2
Akuades 1 ml - - - -
Standar 1 ml 1 ml -
Urin 1 ml 1 ml
Larutan asam
pikrat jenuh
20 ml 20 ml 20 ml 20 ml 20 ml
NaOH 1,5 ml 1,5 ml 1,5 ml 1,5 ml 1,5 ml
Kocok perlahan-lahan dan diamkan 25 menit. Encerkan dengan akuades sampai volume 100 ml.
campur dengan membalik-balik labu. Bacalah serapan pada panjang gelombnag 540 nm.
Perhitungan :
AU - AB volume urin 24 jam
Kadar kreatinin : x 1x x g/24 jam
AS - AB 1x 100
Kadar kreatinin dalam 24 jam
Koefisien kreatinin :
Berat badan (kg)
3.4. Uji benedict semikuantitatif
Dasar : gugus aledhil atau keton bebas gula akan mereduksi kuprioksida dalam pereaksi
benedict menjadi kuprioksida yang berwarna. Dengan uji ini dapat diperkirakan secara kasar
(semikuantitatif) kadar gula dalam urin.
Bahan dan pereaksi :
1. Urin normal
2. Larutan glukosa 0,3 %
3. Larutan glukosa 1 &
4. Larutan glukosa 5 &
5. Pereaksi benedict
Larutan 173 g Na sitrat dan 100 g Na karbonat dalam kirakira 800 ml akuades (perlu
pemanasan).
Larutan 17,3 g kristal tembaga sulfat dalam 100 ml akuades. Tambahkan larutan
tembaga sulfat ke dalam larutan sitrat-karbonat sambil terus diaduk. Encerkan dengan akuades
sampai volume 1000 ml.
Pelaksanaan : Pipetkan ke tabung reaksi :
Larutan Tabung
1
Tabung
2
Tabung 3 Tabung 4
Pereaksi benedict 2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml 2,5 ml
Urin 4 tetes
Larutan glukosa 0,3% 4 tetes
Larutan glukosa 1 % 4 tetes
Larutan glukosa 5 % 4 tetes
Panaskan dalam penangas air mendidih selama 5 menit atau didihkan diatas api kecil
selama 1 menit. Biarkan menjadi dingin perlahan-lahan. Endapan berwarna hijau, kuning, atau
merah menandakan hasil positif, sedangkan perubahan warna larutan saja tidak berarti bereaksi
positif.
3.5 Uji protein
Bahan dan pereaksi :
1. Urin dan urin yang mengandung protein
2. Asam nitrat pekat
Pelaksanaan : Pipetkan ke tabung reaksi :
Larutan Tabung
Asam nitrat pekat 5 ml
Miringkan tabung reaksi dan tambahkan perlahan-lahan.
Urin jernih (normal / patologis) 5 ml
Hasil positif ditandai oleh terbentuknya cincin diatas larutan HNO3 pekat.
3.6 Uji koagulasi
Bahan dan pereaksi :
1. Urin dan urin yang mengandung protein
2. Asam asetat 2%
Pelaksanaan : Pipetkan ke dalam tabung reaksi :
Larutan Tabung
Urin jernih (bila perlu disaring terlbih dahulu) 5 ml
Didihkan . endapan yang terbentuk adalah protein dan fosfat.
Asam asetat 2 % 5 tetes
Bila endapan tetap ada menandakan ada protein sebab fosfat akan larut dalam suasana asam.
3.6 Uji benda keton
Bahan dan pereaksi :
1. Urin dan urin yang mengandung keton
2. Kristal amonium sulfat
3. Larutan Na nitropusid 5%
4. Amonium hidroksi pekat
Pelaksanaan : Pipetkan ke tabung reaksi :
Larutan Tabung
Urin (normal / patologis) 5 ml
Kristal amonium sulfat Ditambah sampai jenuh
Na nitropusid 5 % 2-3 tetes
Amonium hidroksi pekat 1-2 tetes
Campur,dan diamkan selama 30 menit. Hasil positif ditandai dengan warna ungu
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.A Hasil
4.A.1 Sifat Fisis Urin
a. Volume : 1500 ml
b. Berat Jenis : 1.008
c. Zat padat total : 20,8 g/dl
4.A.2 Uji Indikan
Tidak terbentuk warna biru indigo yang larut dalam kloroform, yang berarti negatif.
4.A.3 Kreatinin Urin
Blanko : 0,009
Uji 1 : 0,279
Uji 2 : 0,286
Standar 1 : 0,390
Standar 2 : 0,337
Rata – rata Au : 0,279+0,286
2 = 0,2825
Rata – rata As :0,390+0,337
2 = 0, 3635
Kadar kreatinin = A U −ABA S−AB
x 1 xVolumeurin24 jam
1 x 1000x g/24 jam
Kadar kreatinin = 0,2825−0,0090 ,3635−0,009
x 1 x1500
1 x 1000x g/24 jam
Kadar kreatinin = 0 ,27350,3545
x 15001000
x g/24 jam
= 1,1572 gr/24 jam
Koefisien kreatinin = kadar kreatinin24 jam
berat badan x 1000
= 1,1572
77 x 1000
= 15, 0285
4.A.4 Uji Benendic Semikuantitatif
Hasil
Tabung Warna
1 Biru Jernih ( negatif)
2 Kuning Hijau ( + )
3 Kuning Kehijauan ( ++)
4 Jingga ( +++)
4.A.5. Uji Protein
A. Uji Heller
Urin Fisiologis ( normal)Tidak terdapat cincin putih di atas lapisan
HNO3 pekat
Urin PatologisTerdapat cincin putih di atas lapisan HNO3
pekat
B. Uji Koagulasi
Urin Fisiologis Tidak terdapat endapan
Urin Patologis Terdapat endapan
4.A.6 Uji Benda Keton ( Rothera)
Urin Fisiologis Coklat Jernih ( negatif)
Urin Patologis Warna Ungu ( positif)
4. B. Pembahasan
4. B. 1 Sifat Fisis Urin
Volume urin dari orang ke orang berbeda, faktor yang mempengaruhi adalah umur, berat
badan, jenis kelamin, makanan dan minuman suhu badan, iklim dan aktivitas fisik. Volume urin
OP 1500 mL, masih dalam batas normal, urin normal per hari berkisar 1200- 1500 ml. Volume
urin yang sedikit lebih banyak dikibatkan karena konsumsi cairan sedikit, jadi volume urin yang
dikeluarkan sedikit juga.
Warna urin menunjukkan warna kuning muda. Ini artinya masih dalam batas normal. OP
tidak mengalami dehidrasi. Warna urin tergantung dari diuresis, makin besar diuresis semakin
muda warna urin.
Berat jenis urin 24 jam 1016-1022. Oleh karena faktor-faktor yang menentukan besarnya
diuresis, batas normal boleh berbeda-beda dari 1003 sampai 1030. Berat jenis urin OP masih
dalam batas normal yaitu 1008. Tapi berat jenis urin 24 jam memang dikategorikan rendah,
mungkin diakibatkan karena banyaknya OP dalam mengkonsumsi cairan sehingga volume cairan
plasma meningkat mengakibatkan air sedikit yang tereabrobsi dan banyak tereksresi. Berat jenis
urin merupakan gambaran kepadatan komponen urin dan air. Apabila komponen air lebih banyak
dibanding komponen urinnya maka akan didapatkan berat jenis urin yang sedikit lebih rendah.
Urinometer yang dipakai dalam pemeriksaan hendaklah yang ditera pada satu suhu yaitu
27 dan 37. Jika suhu tera berbeda dengan suhu kamar harus diadakan koreksi pada berat jenis
urin. Setiap kenaikan 30 C suhu akan ditambahkan 0,001. Suhu tera 200 C sedangkan suhu urin
280 C.
4. B. 2. Uji Indikan
Urin OP tidak terjadi perubahan warna atau tidak terbentuknya warna biru indigo artinya
tidak terdapat indikan dalam urin OP. Pada orang normal indikan sedikit sekali ± 10-20 mg
diekskresikan di urin.
Indikan merupakan hasil dari proses pembusukan asam amino triptofan dalam usus
kebanyakan indikan diekskresikan melalui feses, sisanya dimetabolisme kembali dan
dieksresikan lewat urin. Indikan tergantung dari jenis makanan yang dikonsumsi, makanan tinggi
protein akan meningkatkan ekskresi indikan diurin sebaliknya pada makanan tinggi karbohidrat.
Tidak terdapatnya indikan dalam urin OP diakibatkan karena OP kurang mengkonsumsi
protein terutama daging sapi dan susu yang tinggi akan protein. Apabila protein banyak
dikonsumsi akan mengalami pembusukan diusus yang akan menghasilkan asam amino
triptofan,asam amino triptofan akan membentuk indol dan skatol yang akan diserap
usus,selanjutnya di dalam hati akan dioksidasi menjadi indoksil yang akan berkombinasi dengan
sulfat melalui proses konjugasi membentuk indikan (indoksil sulfat), yang kemudian akan
dieksresikan dalam urin.
4. B. 3. Uji Kreatinin
Kadar kreatinin OP dalam keadaan normal yaitu 1,1572 g. Artinya masih dalam batas
normal karena kreatinin difiltrasi oleh glomerulus dan dieksresi dalam urin. Dalam keadaan
normal sebesar 1-1,8 gram kreatinin dieksresi ke dalam urin dalam 24 jam. Jumlah kreatinin
yang diproduksi sebanding dengan massa otot. Dari hari ke hari pada satu individu eksresi
kreatinin bersifat konstan dan tidak tergantung pada diet, sehingga dapat dinyatakan sebagai
koefisien kreatinin.
Sedangkan koefisien menyatakan eksresi kreatinin dalam 24 jam (dalam mg) dibanding
dengan berat badan (kg). Koefisien kreatinin laki-laki 20-26mg/KgBB/24 jam dan wanita 14-22
mg/KgBB/24 jam. Koefisien kreatinin OP yaitu 15,028 mg/KgBB, OP berjenis kelamin laki-laki
berarti masih dalam batas normal. Wanita sedikit lebih rendah karena massa otot yang lebih
rendah daripada pria.
Kreatinin dapat dikaitkan dengan faal ginjal. Kadar kreatinin dapat meningkat
menandakan adanya penurunan fungsi ginjal biasanya pada pasien dengan gagal ginjal akut
maupun kronis. Kreatinin mengalami penurunan pada saat kehamilan dan eklampsia.
Beberapa faktor yang bisa mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium diantara adalah
obat tertentu (lihat pengaruh obat) yang dapat meningkatkan kadar kreatinin serum, kehamilan,
aktivitas fisik yang berlebihan, dan konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat
mempengaruhi temuan laboratorium.
4.B.4 Uji Benedict Semikuantitatif
Pada tabung 1 berisi urin OP setelah dilakukan uji benedict tidak terjadi perubahan warna
(biru) artinya tidak ditemukan adanya glukosa dalam urin OP. Pada orang normal, memang tidak
ditemukan glukosa diurin ini diakibatkan karena glukosa di reabsorbsi secara sempurna di
tubulus proksimal sehingga ketika urin diekskresikan tidak akan ditemukan lagi glukosa. Apabila
terdapat glukosa dalam urin ini menindikasikan pasien mengalami diabetes mellitus.
Pada tabung 2 berisi urin OP dengan ditetesi larutan glukosa 0,1% setelah dilakukan uji
benedict terjadi perubahan warna hijau kekuningan menandakan uji benedict positif (+1) artinya
terdapat glukosa dalam urin tersebut, glukosa didapatkan sebelum dilakukan uji benedict urin OP
ditetsi larutan glukosa 0,1%. Sama halnya tabung 3 dan tabung 4 terjadi perubahan warna yaitu
tabung 3 kuning kehijauan (+3) dan tabung 4 menunjukan merah bata (+4), didapatkan hasil
positif karena sebelum dilakukan uji benedict urin ditetesi larutan glukosa sehingga glukosa
terdeteksi dalam uji benedict ini.
4.B.5 Uji Protein
a. Uji Heller
Pada percobaan kali ini didapatkan urin OP tidak terbentuk cincin sedangakn urin
patologis terbentuk cincin diatas lapisan HNO3 pekat. Tidak terbentuknay cincin pada
urin OP dikategorikan normal. Normalnya urin tersebut jika kandungan protein < 150
mg/hari. Sedangkan pada urin patologis yang diujikam dipastikan kandungan protein >
250 mg/hari yang menyebabkan terbentuknya cincin
B . Uji Koagulasi
Pada hasil praktikum didapatkan tabung urin OP tidak mengandung protein
(-),dan tabung urin patologis mengandung protein (+). Beberapa bukti meyakinkan bahwa
ketika dipanaskan urin OP / Patologis terlihat ada butiran – butiran putih. Pengamatan
tersebut dapat mengindikasikan tiga hal yaitu : butiran – butiran tersebut berasal dari
calcium carbonat,calcium fosfat,atau protein. Untuk memastikannya,maka perlu
diteteskan asam asetat,apabila ketika ditetesi asam asetat,butiran tersebut hilang maka
diperoleh urin mengandung kalsium fosfat,dan jika butiran hilang dengan gas maka urin
mengandung calcium carbonat,dan bila ditetesi asam asetat butiran tersebut tidak hilang
maka dipastikan butiran tersebut adalah protein. Sehingga dapat disimpulkan urin OP
mengandung kalsium karbonat sedangkan urin patologis mengandung protein
4. B. 6 Uji Keton ( Rothera)
Pada urin OP tidak terbentuk warna ungu artinya tidak terdapat benda keton dalam urin.
Pada orang normal tidak terdapat benda keton dalam urin. Keton terdapat dalam urin disaat
tubuh sudah kehilangan glukosa, disaat lemak sudah tidak ada (gangguan metabolisme
karbohirat, misalnya Diabetes Mellitu) dan kurangnya asupan karbohidrat/ kelaparan. Jadi OP
masih dalam keadaan sehat tidak terjadi gangguan metabolisme dan tidak dalam kondisi
kekurangan glukosa ataupun kelaparan.
Pada urin patologis terbentuk warna ungu artinya terdapat benda keton dalam urin. Zat-
zat keton atau benda-benda keton dalam urin ialah aceton, asam aceto-acetat dan asam beta-
hidroxibutirat. Adanya badan keton didalam urin terjadi karena ketogenesis lebih besar dari
ketolisis, sehingga menyebabkan hiperketonemia, selanjutnya benda keton dalam darah sampai
ginjal dan keluar bersama urin (ketonuria). Proses pembentukan benda keton secara
normal terjadi di dalam hepar (ketogenesis). Adanya benda keton dalam urin biasanya terjadi
pada pasien diabetes mellitus karena pada DM (diabetes melitus) itu gula/glukosa tidak dapat
masuk sel, sehingga sel akan kelaparan (tidak dapat menghasilkan energi), sehingga yang jadi
korban adalah protein yang dibongkar (untuk menghasilkan energi) jadilah keton, bahaya keton
tinggi adalah dapat menyebabkan ketoasidosis metabolik
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Pada uji fisis urin didapatkan hasil yang normal dengan volume urin OP sebanyak 1500
ml,jernih berwarna kuning muda,dan berat jenis urin 1.008 dan zat padat total 20,8
2. Pada uji indikan, urin OP tidak terdapat indikan diakibatkan karena OP kurang
mengkonsumsi makanan tinggi protein.
3. Kadar kreatinin urin OP masih dalam batas normal yaitu 1,1572 g. Usia, jenis kelamin,
peningkatan sekresi tubulus bisa mempengaruhi kadar kreatinin seseorang. Koefesien
kreatinin juga dalam batas normal yaitu 15,028 mg/KgBB.
4. Pada uji benedict semikuantitatif Tabung 1 berisi urin OP tidak terjadi perubahan warna
artinya tidak terdapat glukosa dalam urin. Sedang kan pada tabung 2, tabung 3, dan
tabung 4 positif karena sebelum dilakukan uji benedict ini urin OP ditetesi larutan dahulu.
5. Pada uji protein dengan metode heller urin OP tidak terbentuk cincin pada tabung
reaksi,sedangkan urin patologis terbentuk cincin pada tabung reaksi. Menandakan adanya
protein dalam urin.
6. Pada uji protein dengan metode koagulasi pada urin fisiologis saat dipanaskan ada
endapan (+) , saat diberi asam asetat endapan hilang (-) sedangkan pada urin patologis :
saat dipanaskan ada endapan (+) saat diberi asam asetat endapan tetap ada (+). Masih
adanya endapan saat ditetesi menandakan adanya protein dalam urin.
7. Pada uji keton, Urin OP tidak terbentuk warna ungu artinya tidak terdapat benda keton
dalam urin lain halnya dengan urin patologis terjadi perubahan menjadi warna biru
menandakan adanya benda keton dalam urin (penderita diabetes mellitus).
5.2. Saran
1. Alat yang digunakan saat praktikum harus bersih dan lengkap serta tidak terkontaminasi
dengan bahan lain.
2. Pada uji kreatinin setelah memasukkan urindan reagen haris segera diukur untuk
mendapatkan hasil yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gandasoebrata, R . Penuntun Laboratorium Klinik, Jakarta Timur: Dian Rakyat. 2009
2. K, Murray dan Robert, dkk. Biokimia Harper Ed 27. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.2012
3. Panduan Penuntun Praktikum Biokimia Modul Ginjal dan Cairan Tubuh, Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura, 2014.
4. Soewoto , Hafiz. Biokimia Eksperimen Laboratorium . Jakarta : UI Press. 2001