LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

95
1 Koridor : KE Jawa Fokus Kegiatan : Makanan dan Minuman LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 20112025 (PENPRINAS MP3EI 2011-2025) FOKUS/KORIDOR : KE JAWA TOPIK KEGIATAN : PENYUSUNAN INTEGRATED RADIAL CYCLE (IRC) MODEL BERBASIS EKONOMI KERAKYATAN GUNA PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MAKANAN OLAHAN DI KORIDOR EKONOMI JAWA : IMPLEMENTASI R & D APPROACH Tahun ke 2 dari Rencana 3 Tahun TIM PENGUSUL : Dr. Ir. Bayu Nuswantara, MM NIDN. 0626016301 (Ketua) Prof. Dr. Sony Heru Priyanto, MM NIDN. 0614096601 (Anggota) Oesman Raliby, ST, M.Eng NIDN. 0603046801 (Anggota) Dra. Retno Rusdjijati, M.Kes NIDN. 0015026901 (Anggota) UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA NOPEMBER 2015

Transcript of LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

Page 1: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

1

Koridor : KE Jawa

Fokus Kegiatan : Makanan dan Minuman

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL

MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN

PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011–2025

(PENPRINAS MP3EI 2011-2025)

FOKUS/KORIDOR :

KE JAWA

TOPIK KEGIATAN :

PENYUSUNAN INTEGRATED RADIAL CYCLE (IRC) MODEL

BERBASIS EKONOMI KERAKYATAN

GUNA PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MAKANAN OLAHAN

DI KORIDOR EKONOMI JAWA :

IMPLEMENTASI R & D APPROACH

Tahun ke 2 dari Rencana 3 Tahun

TIM PENGUSUL :

Dr. Ir. Bayu Nuswantara, MM NIDN. 0626016301 (Ketua)

Prof. Dr. Sony Heru Priyanto, MM NIDN. 0614096601 (Anggota)

Oesman Raliby, ST, M.Eng NIDN. 0603046801 (Anggota)

Dra. Retno Rusdjijati, M.Kes NIDN. 0015026901 (Anggota)

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

NOPEMBER 2015

Page 2: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

2

Page 3: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

3

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................ 1

HALAMAN PENGESAHAN ................................................ 2

DAFTAR ISI ................................................ 3

RINGKASAN ................................................ 4

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Fokus Kajian

B. Tujuan Khusus

C. Urgensi (Keutamaan) Penelitian

D. Luaran yang Diharapkan

................................................

................................................

................................................

.................................................

................................................

10

10

10

10

11

BAB 2 STUDI PUSTAKA ................................................ 13

BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ................................................ 16

BAB 4 METODE PENELITIAN ................................................ 17

BAB 5 HASIL YANG DICAPAI ................................................ 19

BAB 6 RENCANA TAHUN BERIKUTNYA ................................................ 58

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 59

DAFTAR PUSTAKA 61

LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota

Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian

Lampiran 3. Justifikasi Anggaran Penelitian

Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti dan Anggota

Lampiran 5. Surat Pernyataan Penyediaan Dana

Page 4: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

4

RINGKASAN

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

tahun 2011-2015 dilaksanakan untuk mempercepat dan memperkuat pembangunan ekonomi

sesuai dengan unggulan dan potensi strategis wilayah dalam 6 koridor yang salah satunya

yaitu koridor ekonomi Jawa sebagai pendorong industri dan jasa nasional. Salah satu industri

yang dimaksudkan tersebut adalah Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang bergerak di

bidang olahan pangan berbahan baku hasil-hasil pertanian. Menurut Atih Suryati peneliti

utama Badan Pengkajian Iklim dan Mutu Industri Kementrian Perindustrian, jumlah industri

olahan pangan adalah 1,5 juta unit dari 3,8 juta unit total IKM nasional pada tahun 2009.

Pertumbuhannya relatif tinggi yaitu rata-rata 16% (2005-2009), di atas pertumbuhan IKM lain

yang rata-ratanya sekitar 10%.

Meskipun pertumbuhan industri olahan pangan nasional relatif tinggi, namun

demikian daya saingnya masih rendah dibandingkan negara-negara pesaing secara regional

(Asosiasi Industri, Indonesia Finance Today, Minggu 10 Maret 2013). Menurut Ketua Umum

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), daya saing industri

makanan dan minuman Indonesia menduduki peringkat 50 jauh di bawah Malaysia (peringkat

ke-25) dan Thailand (peringkat ke-38). Rendahnya daya saing tersebut menurut Iman Taufik

Direktur PT Gunanusa Utama Fabricator dan PT Tripatra Engineering, lebih banyak

disebabkan oleh kendala non teknis yaitu rendahnya akses pemasaran, akses informasi,

maraknya pungutan liar, korupsi, kolusi dan nepotisme, rumitnya masalah perpajakan, dan

lemahnya infrastruktur serta belum terciptanya iklim usaha yang kondusif dan bersahabat bagi

para pelaku usaha.

Berdasarkan observasi awal di lokasi (Kota Magelang Jawa Tengah, dan Kabupaten

Ciamis Jawa Barat) diperoleh hasil bahwa permasalahan yang dihadapi IKM olahan pangan

dalam meningkatkan kualitas produknya dikelompokkan menjadi 7 aspek yaitu aspek

kebijakan, aspek bahan baku, aspek tenaga kerja, aspek teknologi, aspek modal, dan aspek

pasar. Permasalahan tersebut muncul karena kebijakan pemerintah maupun pengaturan yang

mendukungnya sampai sekarang ini dirasa belum maksimal. Hal tersebut antara lain dapat

dilihat dari definisi yang berbeda antar instansi pemerintah tentang IKM, kebijakan yang

diambil cenderung berlebihan namun tidak efektif sehingga kurang komprehensif, terarah,

dan bersifat tambal sulam. Bersifat tambal sulam karena program pengembangan IKM

seringkali merupakan tindakan koreksi terhadap kebijakan lain yang berdampak merugikan

IKM itu sendiri.

Agar permasalahan tersebut segera teratasi, maka diperlukan suatu strategi yang tepat,

yang dapat mengakomodasikan ketujuh permasalahan IKM menjadi satu kesatuan dalam

rangka meningkatkan daya saingnya. Strategi tersebut akan menghasilkan Integrated Radial

Cycle (IRC) model yang mengintegrasikan 5 komponen yang mencakup ketujuh aspek

permasalahan yang dihadapi IKM sampel. Model tersebut dianggap dapat mengatasi

permasalahan rendahnya daya saing industri olahan pangan dan mengintegrasikan tiga elemen

utama strategi pelaksanaan MP3EI yaitu 1) mengembangkan potensi ekonomi wilayah di

koridor ekonomi Jawa, 2) memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal

dan terhubung secara global (locally integrated and gobally connected), dan 3) memperkuat

kemampuan sumberdaya manusia dan iptek nasional untuk mendukung pengembangan

progam utama di koridor ekonomi Jawa.

Kelima komponen tersebut adalah resources conectivity, innovation actor

empowerment, OVOP, technological development, dan product quality improvement.

Resources conectivity adalah jejaring kegiatan usaha yang mendorong berkembangnya proses

bisnis, yang berupa outbound dan inbound yang mengambil informasi dari sumber luar dan

dalam lingkungan usaha. Innovation actor empowerment adalah kegiatan untuk memunculkan

Page 5: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

5

pelaku usaha yang mampu memberikan dorongan dan kegiatan inovasi baru mulai dari

kegiatan produksi hingga pemasaran. OVOP adalah program pengembangan produk unggulan

desa dengan memunculkan satu komoditas unggulan di setiap desa dengan pendekatan lintas

sektoral. Technological development adalah terobosan metode yang berkaitan dengan jenis

produk baru yang merupakan konsep luas yang membahas penerapan gagasan, produk, dan

proses baru. Product quality improvement adalah upaya meningkatkan kualitas produk dengan

membangun ketrampilan dan pemahaman tentang manajemen mutu. Upaya ini dilakukan

dengan memaksimalkan produktivitas dan meminimalkan tindakan korektif.

Diharapkan dengan model tersebut dapat menghasilkan strategi yang bersifat

integrated atau terpaduguna meningkatkan daya saing IKM olahan pangan berbasis ekonomi

kerakyatan.Oleh karena itu, tujuan jangka pendek penelitian ini adalah : 1) terdiskripsikannya

strategi peningkatan daya saing IKM di koridor ekonomi Jawa, dengan studi kasus di

Kabupaten Sidohardjo Jawa Timur, Kota Magelang Jawa Tengah, dan Kabupaten Ciamis

Jawa Barat, serta 2) tersusun dan teraplikasikannya satu strategi nasional peningkatan daya

saing IKM yang terpadu berbasis ekonomi kerakyatan. Tujuan jangka panjangnya adalah 1)

dimilikinya strategi nasional peningkatan daya saing IKM berbasis ekonomi kerakyatan di

Indonesia yang terpadu, dan2) meningkatnya peranan IKM olahan pangan di KE Jawa yang

mendukung upaya tujuan MP3EI.

Penelitian ini menggunakan metode R and D methods atau action research adalah

penelitian yang membandingkan kondisi dan akibat dari berbagai bentuk tindakan sosial. Tipe

penelitian ini menggunakan langkah spiral yang terdiri dari perencanaan, tindakan, dan

penemuan fakta dari hasil tindakan.

Tahun pertama penelitian diawali dengan desain research untuk menghasilkan peta

klaster makanan, jejaring bisnis, dan draft awal model peningkatan daya saing. Langkah

berikutnya adalah menganalisis data dengan menggunakan pendekatan model penilaian

kriteria, penentuan prioritas,dan indikator kinerja kunci. Langkah terakhir pada tahunpertama

adalah menyusun konsep model peningkatan daya saing. Metode yang digunakan adalah FGD

dengan output yang ditargetkan adalah draft awal model peningkatan daya saing.

Tahun kedua dilakukan uji coba lapangan. Pada tahap ini hasil model yang didesain

mulai diujicobakan pada tiga wilayah sampel. Sebelum diujicobakan terlebih dahulu

dilakukan FGD Rekayasa Sosial untuk merekonstruksi mindset pelaku usaha dan

stakeholder. Pada tahapan ini diambil langkah pendampingan bagi adopsi teknologi untuk

klaster makanan. Langkah berikutnya melakukan evaluasi terhadap kinerja model awal, bila

hasil evaluasi belum mencapai parameter yang ditentukan, maka model akan diperbaiki

kembali dan menghasilkan model yang telah direvisi, sehingga diperoleh model baku.

Tahun ketiga dilakukan kegiatan pengembangan OVOP melalui pendampingan klaster

untuk memenuhi 3 aspek pokok agar diperoleh produk unggulan dengan kualitas global,

pengembangan wilayah (desa) sehingga ada kebanggaan tinggal di wilayah tersebut, dan

sumberdaya manusia yang berpikir global tetapi bertindak lokal. Langkah selanjutnya adalah

peningkatan kualitas produk kegiatan yang dilakukan dengan metode pelatihan dan

pendampingan.Terakhir tahap komersialisasi terdiri dari tiga langkah yaitu melakukan

pembakuan model strategi peningkatan daya saing, sosialisasi model strategi melalui FGD

dan sekaligus melakukan desiminasi kepada klaster makanan serta stakeholder, dan

melakukan komersialisasi model.

Page 6: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

6

PRAKATA

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

nikmat-Nya, laporan akhir tahun ke-2 penelitian MP3EI ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penelitian yang berjudul Penyusunan Integrated Radial Cycle (IRC) Strategy Melalui

Resources Conectivity, Innovation Actor Empowerment, OVOP, Technological Development,

dan Quality Product Improvement Guna Peningkatan Daya Saing Industri Makanan Olahan

Berbasis Ekonomi Kerakyatan ini mengambil sampel industri makanan olahan di 3 wilayah

yaitu Kota Magelang, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Ciamis.

Dukungan dan bantuan dari berbagai pihak diberikan kepada tim peneliti, oleh

karena itu diucapkan terimakasih kepada :

1. Rektor Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

2. Rektor Universitas Muhammadiyah Magelang

3. Kepala Diskoperindag Kota Magelang

4. Kepala Disperindag Kabupaten Ciamis

5. Kepala Disperindag Kabupaten Sidoarjo

6. Ketua BP3MM Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

7. Ketua LP3M Unversitas Muhammadiyah Magelang

8. Para pelaku usaha industri kecil dan menengah di Kota Magelang, Kabupaten Ciamis,

dan Kabupaten Sidoarjo

9. Berbagai pihak yang tidak dapat disebut satu persatu.

Semoga laporan kemajuan ini dapat bermanfaat.

Salatiga, Nopember 2015

Ketua Peneliti

Dr. Ir. Bayu Nuswantara, MM

Page 7: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

7

DAFTAR TABEL

5.1. Macam dan Jenis Produk Industri Kecil di Kota Magelang ....................... 20

5.2 Macam dan Jenis Produk Industri Kecil di Kabupaten Sidoarjo ....................... 21

Page 8: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

8

DAFTAR GAMBAR

1. Alur Penelitian ............................................................................ 18

2. Model Integrated Radial Cycle (Model IRC) ........................................ 37

Page 9: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

9

DAFTAR LAMPIRAN

1. Biodata Ketua dan Anggota Peneliti

2. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas

3. Surat Pernyataan Peneliti

Page 10: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

10

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Fokus Kajian

Industri makanan dan minuman merupakan industri yang dianggap paling

menjanjikan. Dibandingkan dengan industri kreatif yang lain, industri makanan dan minuman

mempunyai peluang yang sangat besar untuk tumbuh. Berdasarkan catatan GAPMMI,

industri makanan dan minuman pada tahun 2007 volume penjualannya mencapai 383 trilyun

dan terus meningkat tiap tahunnya yaitu tahun 2008 mencapai 505 trilyun, tahun 2009

mencapai 555 trilyun, dan tahun 2010 mencapai 605 triyun.

Jumlah penduduk Indonesia yang besar dan terus bertambah, peningkatan daya beli

masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi, kenaikan upah, dan meningkatnya populasi

masyarakat middle class income serta pertumbuhan jumlah gerai ritel modern menjadi driver

utama pertumbuhan permintaan industri makanan dan minuman olahan. Gabungan Pengusaha

Makanan dan Minuman (GAPMMI) memperkirakan nilai penjualan makanan dan minuman

tahun 2013 tumbuh sebesar 10% mencapai Rp 770 triliun. Besarnya potensi pasar, terutama

dari masyarakat middle class income diharapkan mendorong kenaikan pembelanjaan

konsumen terhadap produk makanan dan minuman (Anonim, 2013).

Meningkatnya populasi masyarakat middle class income juga akan memberikan

dampak yang signifikan bagi perkembangan industri makanan dan minuman olahan di

Indonesia dimana healthy, convenience and lifestyle food product diperkirakan tumbuh pesat

seiring meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan perubahan gaya hidup (Anonim, 2012).

Dari sisi produksi, industri makanan dan minuman menjadi kontributor terbesar

pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor industri manufaktur nonmigas Indonesia

dengan share yang terus meningkat dari 28,6% pada 2005 menjadi 36,3% pada 2012.

Pertumbuhan industri makanan dan minuman pada 2013 ditargetkan sebesar 8%, relatif sama

dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 7,7%. Jumlah pemain dalam industri makanan dan

minuman sangat banyak (Anonim, 2012).

Namun demikian meningkatnya volume penjualan industri makanan dan minuman

tersebut tidak diikuti dengan peningkatan daya saing produk dibandingkan negara-negara

pesaing secara regional (Asosiasi Industri, Indonesia Finance Today, Minggu 10 Maret 2013).

Menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI),

daya saing industri makanan dan minuman Indonesia menduduki peringkat 50 jauh di bawah

Malaysia (peringkat ke-25) dan Thailand (peringkat ke-38).

Page 11: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

11

Rendahnya daya saing tersebut menurut Iman Taufik Direktur PT Gunanusa Utama

Fabricator dan PT Tripatra Engineering, lebih banyak disebabkan oleh kendala non teknis

yaitu rendahnya akses pemasaran, akses informasi, maraknya pungutan liar, korupsi, kolusi

dan nepotisme, rumitnya masalah perpajakan, dan lemahnya infrastruktur serta belum

terciptanya iklim usaha yang kondusif dan bersahabat bagi para pelaku usaha.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah merancang atau menyusun suatu model

yang mengintegrasikan sejumlah komponen yang dapat digunakan untuk meningkatkan

kualitas produk olahan pangan di koridor ekonomi Jawa dalam rangka meningkatkan daya

saingnya.

Pada tahun pertama tujuan penelitian yang dilakukan adalah: 1). Menentukan produk-

produk unggulan dari industri makanan olahan di masing-masing wilayah. 2) Mengetahui

jejaring bisnis klaster makanan olahan di masing-masing wilayah. 3) Menyusun peta klaster

industri makanan olahan. 4) Menghasilkan draft awal model peningkatan daya saing.

Kemudian pada tahun kedua penelitian ini dilanjutkan dengan, tujuan sebagai berikut:

Tujuan Tahun Kedua

1. Melakukan ujicoba model awal

2. Melakukan pengujian ketepatan/validitas model dan evaluasi terhadap kinerja model

awal

3. Melakukan uji lapangan dan revisi yang terakhir terhadap model dan,

4. Membakukan model sebagai Model Strategi peningkatan daya saing industri

makanan, strategi Integrated Radial Cycle (IRC).

Kegiatan risetnya adalah menguji coba, uji ketepatan, merevisi dan membakukan dari 5

komponen dari model tersebut yaitu: resources conectivity, innovation actor empowerment,

one village one product (OVOP), technological development, dan product quality

improvement

C. Urgensi (keutamaan) kegiatan.

Penelitian ini sangat urgen dilakukan karena daya saing sektor industri nasional masih

rendah dan kalah bersaing dengan produk luar negeri. Buktinya masih banyak produsen

cenderung memilih berdagang produk-produk impor karena lebih murah. Kondisi ini tentu

saja semakin menjepit para produsen bahan baku seperti para petani.

Page 12: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

12

Upaya Pemerintah untuk meningkatkan daya saing industri olahan sudah banyak

dilakukan, namun ketercapaiannya belum optimal, produk makanan dan minuman Indonesia

masih kalah bersaing dengan produk luar negeri. Oleh karena itu, perlu dirancang suatu skema

intervensi yang dapat memacu pertumbuhan sektor industri pengolahan tersebut. Termasuk

mendorong model pembangunan industrial yang mengintegrasikan sektor primer (misalnya

pertanian), sekunder (industri), dan tersier (transportasi dan komunikasi).

Penelitian ini akan berupaya untuk merealisasikan impian tersebut, yaitu dengan

merancang satu model yang dapat digunakan sebagai strategi untuk meningkatkan kualitas

produk olahan khususnya olahan pangan yang didukung oleh 4 komponen yang saling

terintegrasi yaitu resources connectivity, OVOP, innovations actor empowerment, dan

technological development.Model tersebut selanjutnya dinamakan Integrated Radial Cycle

(IRC) Model yang nantinya dapat diimplementasikan guna mendukung upaya-upaya

Pemerintah dalam meningkatkan daya saing industri olahan di Indonesia khususnya industri

olahan pangan di koridor ekonomi Jawa.

D. Luaran yang ditargetkan

1. Model Berupa: Blueprint Integrated Radial Cycle (IRC) Model yang dapat digunakan

sebagai strategi untuk mengembangkan kualitas produk industri olahan pangan dalam

rangka meningkatkan daya saing.

2. TTG guna penguatan tingkat adopsi teknologi dan pengembangan keunggulan produk,

lokal tapi global, kebanggaan wilayah, kreatif dan inovatif.

3. Prosiding Seminar

4. Jurnal Internasional dan Nasional

5. Buku Ajar

E. Konstribusinya terhadap ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi berupa model Integrated Radial

Cycle (IRC) yang memperbaharui model daya saingnya Porter. Model ini lebih mikro dan

berdimensi perusahaan, bukan level industri seperti model Porter.

Ada beberapa teori peningkatan daya saing yang selama ini sudah diterapkan, namun

model ini mencoba meramu dari berbagai teori sebelumnya untuk digunakan sebagai cara

untuk meningkatkan daya saing produk makanan dan minuman yang belum pernah

dilakukan sebelumnnya. Ini berarti model ini memperkaya dari teori yang sudah ada

sebelummnya.

Page 13: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

13

BAB 2

STUDI PUSTAKA

A. Peran UKM bagi Perekonomian Indonesia

Perkembangan perekonomian Indonesia tidak dapat dilepaskan dari adanya peran

sektor usaha mikro dan kecil. Keberadaan usaha mikro dan kecil di setiap sektor ekonomi

tersebut mencerminkan wujud nyata kehidupan sosial dan ekonomi yang menjadi bagian

terbesar dari rakyat. Adapun peranan strategis usaha mikro dan kecil dapat dilihat dari

berbagai aspek (Bank Indonesia, 2005), yaitu: 1) Jumlah unit usahanya banyak dan terdapat

hampir di setiap sektor ekonomi; 2) Potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja;

3) Kontribusi usaha mikro dan kecil dalam Produk Domestik Bruto (PDB) nasional yang

cukup besar, serta potensinya dalam perkembangan nilai ekspor non migas.

Berdasarkan data Kemenkop dan UKM tahun 2011, tercatat 53.828.569 unit Usaha

Mikro dan Kecil (UMK) atau 99 persen lebih dari total pelaku usaha yaitu UMK dan Usaha

Besar (UB) di Indonesia. Besarnya potensi usaha mikro dan kecil, ditunjukkan oleh terus

meningkatnya jumlah unit usaha mikro selama kurun waktu tahun 2010 – 2011 rata-rata

sebesar 2.57 persen per tahun, sedangkan jumlah unit usaha kecil meningkat rata-rata 4.98

persen per tahun. Pada tahun 2011 tercatat jumlah usaha mikro sebanyak 53.207.500 unit

atau mencapai 98.85 persen dari total jumlah usaha mikro, kecil, menengah dan besar,

sedangkan jumlah usaha kecil tercatat sebanyak 573.601 unit atau sekitar 1.07 persen

(Kemenkop dan UKM, 2011).

Perkembangan penyerapan tenaga kerja periode tahun 2010-2011 oleh usaha mikro dan

kecil terus menunjukkan peningkatan, penyerapan tenaga kerja usaha mikro meningkat rata-

rata 2.33 persen per tahun, sedangkan penyerapan tenaga kerja usaha kecil meningkat rata-

rata 8.07 persen per tahun. Dalam hal penyerapan tenaga kerja, peran UMK pada tahun 2011

sebesar 101.722.458 orang atau 97.24 persen dari total penyerapan tenaga kerja UMKM dan

UB. Hal ini mengindikasikan bahwa penyerapan tenaga kerja sektor primer dan sekunder

masih di dominasi usaha mikro dan kecil (Kemenkop dan UKM, 201).

B. Daya Saing Industri Kecil dan Menengah (IKM)

Porter (1994) mengungkapkan bahwa persaingan adalah inti dari keberhasilan atau

kegagalan perusahaan. Hal ini mengandung pengertian bahwa keberhasilan atau kegagalan

tergantung pada keberanian perusahaan untuk bersaing. Daya saing produk IKM sangat erat

hubungannya dengan performance produk. Jika dilihat dari segi ketertarikan konsumen,

secara umum konsumen menganggap bahwa suatu produk dengan packaging yang bagus

Page 14: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

14

maka kualitasnya juga akan bagus. Menurut Martin et.al. (Widodo, 1998) Daya saing adalah

kemampuan yang berkelanjutan untuk memperoleh keuntungan dan mempertahankan pasar.

Tanpa berani bersaing, tidak mungkin keberhasilan dapat dicapai, oleh karena itu untuk

menghadapi persaingan yang dari hari ke hari semakin ketat maka setiap perusahan harus

mampu membaca peluang keunggulan bersaing yang dihadapinya.

C. Resources Connectivity

Merupakan konsep jejaring sumberdaya berkembang menjadi kerangka kerja secara luas

digunakan untuk menganalisis peran penting dari usaha kecil dalam mempromosikan

kegiatan usaha. Secara empiris telah signifikan meningkatkan inovasi, meningkatkan daya

saing, dan mampu memberikan tingkat pendapatan yang lebih. Secara keseluruhan dalam

perspektif yang terintegrasi dari jaringan inovasi antara kegiatan usaha mampu mendorong

berkembangnya IKM. Menurut Tsai, W. (2001) knowledge transfer in intraorganizational

networks berpengaruh terhadap inovasi dan kinerja unit bisnis. Sementara itu Smith (2011),

mengatakan bahwa jaringan yang mempengaruhi kinerja dapat diperoleh melalui pembelajaran

para aktor IKM dalam menghasilkan kerjasama dan inovasi.

D. Innovation Actor Empowerment

Inovator atau atau aktor inovasi memegang peranan penting dalam perancangan dan

penciptaan produk baru. Menurut Roper et al. (2006), penciptaan sistem inovasi di dalam

organisasi sangat ditentukan oleh actor atau orang yang berkompeten untuk itu. Jika IKM

ingin mengembangan inovasi produk maupun pasarnya, maka penguatan terhadap aktor

inovasi menjadi penting dilakukan.

E. One Village One Product

One Village One Product (OVOP) atau satu desa satu produk (SDSP) merupakan suatu

gerakan sosial yang tumbuh dari bawah keatas (bottom up) dan mulai dikembangkan oleh

Morihiko Hiramatsu, seorang mantan pejabat MITI yang terpilih menjadi Gubernur Oita pada

tahun 1979. Gerakan ini didasari dengan ide ingin mengembangkan potensi daerah supaya

menjadi lebih baik dengan melibatkan tokoh masyarakat, dan masyarakat itu sendiri sehingga

termotivasi bangkit dan membangun daerahnya menjadi daerah yang makmur serta

mensejahterakan masyarakat.

Konsep dasar dari pengembangan gerakan OVOP adalah adanya interaksi antara

pemerintah dan masyarakat, dimana peran masyarakat sangat dominan sebagai pihak yang

memiliki kemampuan dan keinginan untuk mengembangkan produk atau potensi daerah yang

Page 15: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

15

dimilikinya. Pemerintah yang telah banyak mengetahui potensi dan kemampuan masyarakat

hanya lebih banyak memfasilitasi dan memberikan informasi tentang potensi pasar,

membantu pengembangan produk supaya lebih menarik, membantu memanfaatkan teknologi.

Satu hal lagi dan menjadi sangat penting adanya insentif serta penghargaan yang mendukung

sehingga lebih dapat merangsang masyarakat untuk menciptakan dan mengembangkan

produk lainnya menjadi inovatif dan kreatif (Anonim, 2013).

Konsep OVOP ini harus menjadi model pengembangan IKM karena dibeberapa negara

konsep ini telah berhasil meningkatkan kinerja IKM. Menurut Natsuda et al. (2011),

mengatakan bahwa “OVOP programme to have been providing communities with the chance

to market local output and to create employment opportunities”

F. Technological Development (Innovation Technology)

Secara konvensional, inovasi didefinisikan sebagai terobosan metode yang berkaitan

dengan jenis produk baru. Inovasi didefinisikan sebagai konsep luas yang membahas

penerapan gagasan, produk dan proses baru. Lebih lanjut dikatakan bahwa inovasi merupakan

mekanisme perusahaan untuk beradaptasi dalam lingkungan yang dinamis. Inovasi mencakup

beberapa kegiatan utama yaitu: 1. Pemecahan masalah, integrasi sarana dan proses teknologi

baru serta memadukannya. 2. Melakukan eksperimen dan membangun prototype, mengimpor

dan menyerap teknologi dari luar perusahaan. 3. Belajar dari pasar. 4. Mengaplikasi

kemampuan pengembangan produk ke dalam pembangunan nasional dan terus menerus

melakukan penyegaran pengembangan produk (Hakim, 2006).

Jika inovasi dilakukan pada proses produksinya, keunggulan bersaing berkelanjutan akan

meningkat (Kaplan, 2000; Droge dan Vickery, 1995; Henard dan Szymanski, 2001). Inovasi

merupakan alat, kunci dan kebutuhan mendasar yang diperlukan untuk meraih keunggulan

bersaing berkelanjutan, ditarik hipotesis bahwa inovasi berdampak positif terhadap

keunggulan bersaing berkelanjutan.

G. Product Quality Improvement

Kualitas produk memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan konsumen.

Menurut Parasurahman (1996), persepsi konsumen terhadap kualitas suatu produk akan

mempengaruhi kepuasan pelanggan dan mempengaruhi loyalitas dari pelanggan tersebut.

Dalam kaitan ini, IKM akan berkembang kinerjanya jika produknya berkualitas sehingga akan

disukai konsumen dan konsumen akan menjadi loyal terhadap produk tersebut.

Page 16: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

16

BAB 3

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

1. Tujuan jangka pendek penelitian ini adalah :

a. Mendeskripsikan strategi peningkatan daya saing IKM di koridor ekonomi Jawa,

dengan studi di Kabupaten Sidoardjo, Kota Magelang, dan Kabupaten Ciamis.

b. Menyusun dan mengaplikasikan satu strategi nasional peningkatan daya saing

IKM yang terpadu berbasis ekonomi kerakyatan.

2. Tujuan jangka panjangnya adalah :

a. Memperoleh strategi nasional peningkatan daya saing IKM berbasis ekonomi

kerakyatan di Indonesia yang terpadu

b. Meningkatkan peranan IKM makanan di KE Jawa untuk mendukung MP3EI.

B. Manfaat Penelitian

Dapat memberikan manfaat bagi empat pihak yang terkait yaitu:

1. Pemerintah Daerah maupun Pusat

Menjadi bahan masukan/pertimbangan dalam penyusunan berbagai program kerja

yang berhubungan dengan peningkatan daya saing IKM di bidang olahan pangan, dan

selalu mensinergikan setiap program yang direncanakan dengan instansi atau pihak

terkait agar tidak terjadi overlapping program.

2. Pelaku usaha

Mampu meningkatkan motivasi mereka untuk selalu meningkatkan kualitas

produknya dengan selalu memperhatikan dan mengintegrasikan setiap komponen yang

ada dalam model yang dirancang guna peningkatan daya saingnya.

3. Akademisi

Dapat memotivasi untuk menghasilkan produk-produk serupa atau yang lebih baik

guna meningkatkan kualitas keilmuan serta dalam rangka membantu masyarakat

khususnya para pelaku usaha dalam rangka meningkatkan kualitas produk guna

peningkatan daya saingnya.

4. Pengguna atau pasar

Dapat meningkatkan kepuasan pada pengguna (konsumen dan pelaku pasar) dalam

menggunakan atau mengkonsumsi produk olahan dalam negeri. Hal ini akan

mendorong untuk semakin mencintai produk dalam negeri, sehingga produk tersebut

semakin digemari dan terus berkembang, yang pada akhirnya akan meningkatkan daya

saing produk tersebut.

Page 17: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

17

BAB 4

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode R and D methods atau action research. Action

research adalah penelitian yang membandingkan kondisi dan akibat dari berbagai bentuk

tindakan sosial. Tipe penelitian ini menggunakan langkah spiral yang terdiri dari perencanaan,

tindakan, dan penemuan fakta dari hasil tindakan.

A. Tahun pertama

1. Penelitian diawali dengan desain research untuk menghasilkan peta klaster makanan,

jejaring bisnis, dan draft awal model peningkatan daya saing.

2. Menganalisis data menggunakan pendekatan model penilaian kriteria, penentuan

prioritas, dan indikator kinerja kunci, serta analisis.

3. Menyusun konsep model peningkatan daya saing. Metode yang digunakan adalah

FGD dengan target output adalah draft awal model peningkatan daya saing.

B. Tahun kedua

1. Dilakukan uji coba lapangan. Pada tahap ini hasil model yang didesain mulai

diujicobakan pada tiga wilayah sampel, dengan didahului FGD Rekayasa Sosial

untuk merekonstruksi mindset pelaku usaha dan stakeholder. Di samping itu juga

diambil langkah pendampingan bagi adopsi teknologi untuk klaster makanan.

2. Langkah berikutnya melakukan evaluasi terhadap kinerja model awal, bila hasil

evaluasi belum mencapai parameter yang ditentukan, maka model diperbaiki kembali

dan menghasilkan model yang telah direvisi, sehingga diperoleh model baku.

C. Tahun ketiga

1. Dilakukan kegiatan pengembangan OVOP melalui pendampingan IKM makanan

olahan untuk memenuhi 3 aspek pokok agar diperoleh produk unggulan dengan

kualitas global, pengembangan wilayah sehingga terdapat kebanggaan wilayah, dan

sumberdaya manusia yang berpikir global tetapi bertindak lokal.

2. Pelatihan dan pendampingan dalam rangka peningkatan kualitas produk IKM

makanan olahan.

3. Tahap komersialisasi dengan langkah yaitu melakukan pembakuan model strategi

peningkatan daya saing makanan olahan melalui model IRC, sosialisasi model

strategi melalui FGD dan sekaligus melakukan desiminasi kepada IKM makanan

olahan serta stakeholder.

Page 18: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

18

Skema dari alur penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar. 1. Alur Penelitian

TAHUN PERTAMA

Page 19: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

19

BAB 5

HASIL YANG DICAPAI

Pada tahun kedua penelitian prioritas nasional Masterplan Percepatan dan Perluasan

Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 (PENPRINAS MP3EI 2011-2025), dengan

topik kegiatan: Penyusunan Integrated Radial Cycle (IRC) Model Berbasis Ekonomi

Kerakyatan Guna Peningkatan Daya saing Industri Makanan Olahan Di Koridor Ekonomi

Jawa : Implementasi R & D Approach, target luaran dari kegiatan penelitian ini adalah :

1. Model peningkatan daya saing

2. Tingkat adopsi teknologi

3. Keunggulan produk, lokal tapi global, kebanggan wilayah, kreatif dan inovatif

1. RINGKASAN HASIL YANG TELAH DICAPAI TAHUN SEBELUMNYA

Pada bagian ini akan disajikan hasil yang telah dicapai pada tahun 1 penelitian yang

meliputi: gambaran umum, produk unggulan, jejaring bisnis, klaster IKM makanan olahan.

1) Gambaran Umum Macam dan Jenis Produk Industri Kecil

Produk yang dihasilkan oleh industri kecil makanan olahan ini di wilayah kabupaten

Ciamis tercatat ada 4 kelompok macam produk yaitu: sale pisang, kue semprong, aneka

krupuk, aneka kripik (pisang), dan produk galendo (sejenis dodol dari kelapa). Hal menarik

adalah produk makanan olah ini paling banyak adalah jenis produk jadi yang siap konsumsi

sebanyak, sisanya merupakan produk setengah jadi yang siap diolah sebelum dikonsumsi,

dengan daerah pemasaran di wilayah Jawa Barat (Bandung) dan Jabodetabek. Wilayah ini

memang merupakan tempat tujuan pemasaran produk makan olahan dari berbagai tempat,

karena merupakan temapat yang banyak menjadi tujuan wisata dan konsumsi rumah tangga.

Adapun untuk bahan baku industri kecil makanan olahan ini sebagian besar adalah

produk bahan baku lokal yang didapat dari wilayah kabupaten Ciamis. Hal ini antara lain

disebabkan wilayah kabupaten Ciamis merupakan wilayah yang potensial penghasil produk

pertanian, seperti: pisang, ketela singkong, aneka produk palawija (ubi-ubian), dan kelapa.

Dengan struktur ini industri kecil makanan olahan memiliki potensi yang baik dari

struktur umur, karena sebagian besar berusia produktif (31 - 45 tahun), yang masih responsif

terhadap kebijakan yang mendukung perkembangan industri kecil, khususnya pada

konektivitas sumber bahan baku dan peralatan usaha, pengembangan teknologi tepat guna,

Page 20: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

20

peningkatan kualitas produk, pengembangan produk andalan di suatu kawasan/wilayah

produksi, dan tokoh inovasi produk.

Sedangkan untuk wilayah Kota Magelang, keragaan macam dan jenis produk industri

kecil yang ada terdapat beberapa hal yang agak berbeda dibandingkan di wilayah kabupaten

Ciamis, seperti tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 5.1. Macam dan Jenis Produk Industri Kecil di Kota Magelang

Diskripsi Jumlah Industri

Kecil

1. Jumlah Sampel 100

2. Macam Produk:

Tempe 11

Tahu 22

Aneka Krupuk (rambak,stik, dll) 11

Aneka Kripik (rempeyek,singkong,kedele,paru,dll) 41

Produk Lainnya (slondok,susu kedele,telur asin, dll) 15

3. Jenis Produk:

Produk jadi (siap konsumsi) 62

Produk setengah jadi (siap olah) 38

Sumber : Data Primer (diolah)

Keragaan macam dan jenis produk dari industri kecil yang dilakukan oleh sampel di

kota Magelang cukup bervariasi. Dari 100 sampel industri kecil makanan olahan tercatat ada

5 kelompok macam produk yaitu: tempe, tahu, aneka krupuk (rambak, stik, dll), aneka kripik

(rempeyek, singkong, kedele, paru, dll), dan produk lainnya (slondok, susu kedele, telur asin,

dll). Jumlah terbanyak produk aneka kripik sebanyak 40%, diikuti oleh produk tahu sebanyak

34%, kemudian produk lainnya (slondok, susu kedele, telur asin, dll) sebanyak 15 %, dan

diikuti aneka krupuk dan tempe masing-masing sebanyak 11%.

Untuk jenis produknya, paling banyak adalah jenis produk jadi yang siap konsumsi

sebanyak 62%, sisanya merupakan produk setengah jadi yang siap diolah sebelum dikonsumsi

sebanyak 38%, dengan daerah pemasaran di wilayah Jawa Tengah (Yogyakarta dan Semarang

sekitarnya) dan sebagian lagi di wilayah Jabodetabek. Untuk wilayah Yogyakarta ini

memang merupakan tempat tujuan pemasaran produk makan olahan dari berbagai tempat,

karena merupakan temapat yang banyak menjadi tujuan wisata dan konsumsi rumah tangga.

Sedangkan untuk bahan baku industri kecil makanan olahan ini sebagian besar adalah

produk bahan baku lokal yang didapat dari wilayah kabupaten Magelang. Hal ini antara lain

disebabkan wilayah Magelang merupakan wilayah yang potensial penghasil produk pertanian,

terutama ketela singkong dan aneka produk palawija (ubi-ubian).

Untuk jenis produk makanan olahan tahu, industri ini cukup kuat dalam aspek

konektivitas sumber bahan baku dan peralatan usaha, pengembangan teknologi tepat guna,

Page 21: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

21

peningkatan kualitas produk, pengembangan produk andalan di suatu kawasan/wilayah

produksi, dan tokoh inovasi produk.

Sedangkan untuk kabupaten Sidoarjo produk yang dihasilkan oleh industri kecil

makanan olahan ini ternyata juga cukup beragam, yaitu wilayah kabupaten Sidoarjo

menghasilkan produk makanan olahan meliputi: aneka produk kue, aneka produk krupuk,

aneka makanan olahan hasil laut seperti: bandeng, kerang, udang, dll. Kabupaten Sidoarjo

secara geografis memiliki keunggulan yang tinggi karena dekat dengan palabuhan Perak di

Surabaya dan bandara Juanda di Sidoarjo, serta merupakan jalur lintas darat pantura yang

menghubungkan pulau Jawa. Namun demikian untuk wilayah kabupaten Sidoarjo industri

makanan olahan yang akan diteliti, secara sengaja (purposive) sudah dipilih dari kelompok

makanan olahan jenis krupuk. Sedangkan wilayah penelitian berdasarkan pertimbangan jenis

komoditi krupuk, maka ditetapkan desa Tlasih kecamatan Tulangan sebagai wilayah

penelitian. Untuk macam dan jenis produk industri kecil yang ada di wilayah desa Tlasih

kabupaten Sidoarjo, tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 5.2. Macam dan Jenis Produk Krupuk di Desa Tlasih Kabupaten Sidoarjo

Diskripsi Jumlah Industri

Kecil

Prosentase (%)

1. Jumlah Sampel 50

2. Macam Produk Krupuk

Krupuk Mawar 11 22

Krupuk Puli Tahu 14 28

Krupuk Iris 9 18

Krupuk Impala 6 12

Krupuk Keong 5 10

Krupuk Manggar 5 10

3. Jenis Produk:

Produk setengah jadi (siap olah) 50 100

Sumber : Data Primer (diolah)

Dari Tabel diatas terlihat bahwa keragaan macam dan jenis produk dari industri kecil

yang ada di desa Tlasih cukup homogen. Di kabupaten Sidoarjo dari 50 sampel industri kecil

makanan olahan tercatat ada 6 kelompok besar macam produk krupuk yaitu: krupuk mawar,

krupuk puli tahu, krupuk iris, krupuk impala, krupuk keong, dan krupuk manggar. Krupuk

mawar dan krupuk puli tahu, termasuk produk makanan olahan yang banyak diproduksi di

sentra krupuk desa Tlasih, sekitar 48 %.

Hal menarik adalah produk makanan olahan jenis krupuk ini seluruhnya adalah jenis

produk setengah jadi yang siap diolah sebelum dikonsumsi, dengan daerah pemasaran di

wilayah Jawa Timur, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara, hingga Maluku dan

Papua. Adapun untuk bahan baku industri kecil makanan olahan ini sebagian besar adalah

Page 22: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

22

produk bahan baku lokal berupa tepung tapioka yang didapat dari wilayah provinsi Lampung.

Hal ini antara lain disebabkan wilayah propinsi Lampung merupakan wilayah yang potensial

penghasil produk palawija, khususnya ketela pohon (singkong) yang merupakan bahan baku

utama dari tepung tapioka.

Dengan struktur ini industri kecil makanan olahan memiliki potensi yang baik dari

struktur umur, karena sebagian besar berusia produktif antara 31 - 45 tahun, yang masih

responsif terhadap kebijakan yang mendukung perkembangan industri kecil, khususnya pada

konektivitas sumber bahan baku dan peralatan usaha, pengembangan teknologi tepat guna,

peningkatan kualitas produk, pengembangan produk andalan di suatu kawasan/wilayah

produksi, dan tokoh inovasi produk.

2) Produk Unggulan Di Masing-Masing Wilayah Penelitian

Makanan olahan sebagai salah satu produk pangan selain terkait dengan pemenuhan

kebutuhan individu juga menjadi komoditas ekonomi yang cukup penting. Berbagai proses

perbaikan telah dilakukan untuk melakukan peningkatan kualitas dan kuantitas pangan,

terutama perbaikan sumber atau bahan dan proses pengolahan. Pada berbagai kasus hal ini

juga terkait dengan industralisasi, terutama padaproses pengolahan makanan untuk keperluan

perdagangan. Hasil dari pengolahan makanan, disebut sebagai makanan olahan, yang

merupakan hasil dari pengolahan produk primer ataupun produk setengah jadi menjadi produk

jadi pada komoditas pertanian secara luas yang dimanfaatkan sebagai pangan untuk

dikonsumsi masyarakat.

Diberbagai wilayah kabupaten dan kota pengolahan makanan ini telah menjadi

industri kecil pengolahan makanan dari bahan baku hasil pertanian yang merupakan aktifitas

atau proses produksi dengan persyaratan bahan baku dan disertai modal, sarana, teknologi dan

persyaratan tertentu yang diperlukan sehingga menjadi produk yang oleh konsumen secara

luas. Hal ini membutuhkan peran pihak luar baik pemerintah maupun swasta dan perguruan

tinggi untuk turut serta memperkuat dan meningkatkan kuantitas dan kualitas produk yang

bisa bersaing pada pasar regional dan nasional.

Produk Unggulan Makanan Olahan di Kabupaten Ciamis.

Wilayah kabupaten Ciamis memiliki produk unggulan makanan olahan yang

menopang perekonomian daerah. Produk makanan olahan yang berasal dari industri kecil

yang terbukti mampu memenuhi kebutuhan di wilayah lokal dan mengisi pasar luar daerah

hingga ke ibukota provinsi dan sebagian wilayah Jabodetabek.

Macam dan jenis produk yang ada di kabupaten Ciamis, dapat ditentukan produk

unggulan makan olahan berdasarkan kriteria kualitatif dari sisi penawaran (supply) yang

Page 23: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

23

meliputi: berciri khas daerah, menggunakan tenaga kerja lokal yang besar, bahan baku lokal

yang banyak, memiliki nilai tambah, berdaya saing tinggi, memiliki pasar yang cukup luas,

ramah lingkungan, dan tingkat kesuaian dengan tempat tersebut, kemudian dari sisi

permintaan (demand) yang meliputi: memiliki nilai jual/harga produk yang cukup tinggi,

macam dan jenis produk mampu bertahan keberadaannya (existing), memiliki tingkat

preferensi konsumen, dan memiliki tingkat fleksibilitas produk yang baik.

Berdasarkan pertimbangan dari sisi penawaran dan permintaan produk makanan

olahan, dapat ditentukan produk unggulan makanan olahan di kabupaten Ciamis adalah: sale

pisang, aneka kripik pisang, dan galendo (dodol kelapa). Produk-produk ini dari sisi

penawaran memiliki keunggulan sebagai: produk khas daerah Ciamis, berbahan baku lokal,

memiliki nilai tambah dan daya saing yang bagus, memiliki pasar yang cukup luas, dan

kesesuaian dengan lokasi setempat. Sedangkan dari sisi permintaan produk-produk ini

memiliki keunggulan sebagai produk: dengan harga produk yang baik, tingkat eksisting yang

baik, disukai dan dicari konsumen.

Produk Unggulan Makanan Olahan di Kota Magelang

Demikian pula wilayah kota Magelang memiliki produk unggulan makanan olahan

yang menopang perekonomian daerah. Produk makanan olahan yang berasal dari industri

kecil ini telah lama ada bahkan sejak periode tahun 1970-an yang terbukti mampu memenuhi

kebutuhan di wilayah lokal Magelang dan sekitarnya dan mengisi pasar luar daerah hingga

Yogyakarta dan Semarang.

Macam dan jenis produk yang ada di kota Magelang, dapat ditentukan produk

unggulan makanan olahan berdasarkan kriteria kualitatif dari sisi penawaran (supply) yang

meliputi: berciri khas daerah, menggunakan tenaga kerja lokal yang besar, bahan baku lokal

yang banyak, memiliki nilai tambah, berdaya saing tinggi, memiliki pasar yang cukup luas,

ramah lingkungan, dan tingkat kesuaian dengan tempat tersebut, kemudian dari sisi

permintaan (demand) yang meliputi: memiliki nilai jual/harga produk yang cukup tinggi,

macam danjenis produk mampu bertahan keberadaannya (existing), memiliki tingkat

preferensi konsumen, dan memiliki tingkat fleksibilitas produk yang baik. Hal ini secara

bersama-sama dari sisi permintaan dan sisi penawaran akan mendorong berkembangnya

produk makanan olahan di wilayah tersebut.

Berdasarkan pertimbangan dari sisi penawaran dan permintaan produk makanan

olahan, dapat ditentukan produk unggulan makanan olahan di kota Magelang adalah: aneka

kripik ((kripik rempeyek, kripik singkong, kripik kedele, kripik paru, kripik tahu, kripik

Page 24: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

24

bayem, kripik gubi, kripik gembus, kripik usus, kripik tales) dan produk tahu. Adapun

produk-produk ini di Magelang dari sisi penawaran memiliki keunggulan sebagai: produk-

produk khas daerah Magelang, berbahan baku lokal dari Magelang dan sekitarnya, memiliki

nilai tambah dan daya saing produk yang bagus, memiliki wilayah pasar yang cukup luas, dan

ramah lingkungan. Sedangkan dari sisi permintaan produk-produk ini memiliki keunggulan

sebagai produk: dengan harga produk yang baik, tingkat eksisting yang baik, memiliki tingkat

preferensi konsumen yang baik, dan untuk produk kripik memiliki tingkat fleksibilitas produk

yang baik.

Namun demikian sebagai produk-produk unggulan makanan olahan perlu

mendapatkan dukungan agar produk-produk tersebut dapat terus berpotensi dan unggul dari

sisi permintaan oleh produsen dan sisi penawaran oleh konsumen. Hal dikarenakan pada

umumnya produk-produk ini masih memiliki keterbatasan dalam hal proses produksinya

sehingga masih bisa ditingkatkan proses produksi melalui penambahan bahan dan proses

packing lanjutan dan bisa bertahan lebih lama dan lebih menarik penampilannya. Dalam

kategori ini beberapa produk makanan olahan masih masuk produk yang sedikit memiliki

proses olahan (less processed food product), yang akan sulit untuk meningkatkan menjadi

produk berkualitas yang dapat menembus pasar nasional atau diterima di pasaran ekspor.

Karena itu perlu insentif dari pemerintah untuk kegiatan processing dan packing makanan

olahan, karena penguatan pada kegiatan ini akan mendorong kinerja pemasaran industri kecil

makanan olahan.

Produk Unggulan Makanan Olahan di Kabupaten Sidoarjo

Pada wilayah kabupaten Sidoarjo produk unggulan makanan olahan juga mampu

menopang perekonomian daerah. Produk makanan olahan yang berasal dari industri kecil

aneka krupuk ini telah lama ada bahkan sejak periode tahun 1950-an yang terbukti mampu

memenuhi kebutuhan di wilayah Jawa Timur dan mengisi pasar luar daerah hingga

Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, serta wilayah Timur Indonesia lainnya.

Macam produk yang ada di kabupaten Sidoarjo, dapat ditentukan produk unggulan

makanan olahan berdasarkan kriteria kualitatif dari sisi penawaran (supply) yang meliputi:

berciri khas daerah, menggunakan tenaga kerja lokal yang besar, bahan baku lokal yang

banyak, memiliki nilai tambah, berdaya saing tinggi, memiliki pasar yang cukup luas, ramah

lingkungan, dan tingkat kesuaian dengan tempat tersebut, kemudian dari sisi permintaan

(demand) yang meliputi: memiliki nilai jual/harga produk yang cukup tinggi, macam produk

mampu bertahan keberadaannya (existing), memiliki tingkat preferensi konsumen, dan

memiliki tingkat fleksibilitas produk yang baik.

Page 25: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

25

Berdasarkan pertimbangan dari sisi penawaran dan permintaan produk makanan

olahan, dapat ditentukan produk unggulan makanan olahan di kabupaten Sidooarjo adalah:

aneka krupuk (krupuk mawar, krupuk puli tahu, krupuk iris, krupuk manggar, krupuk keong,

krupuk impala, krupuk uker). Adapun produk ini di kabupaten Sidoarjo dari sisi penawaran

memiliki keunggulan sebagai: produk khas daerah, memiliki nilai tambah dan daya saing

produk yang bagus, memiliki wilayah pasar yang cukup luas, dan ramah lingkungan.

Sedangkan dari sisi permintaan produk-produk ini memiliki keunggulan sebagai produk:

dengan harga produk yang baik, tingkat eksisting yang baik, dan memiliki tingkat preferensi

konsumen yang cukup baik.

Namun demikian sebagai produk unggulan makanan olahan perlu mendapatkan

dukungan agar produk tersebut dapat terus berpotensi dan unggul dari sisi permintaan oleh

produsen dan sisi penawaran oleh konsumen. Hal dikarenakan pada umumnya produk-produk

ini masih memiliki keterbatasan dalam hal proses produksinya sehingga masih bisa

ditingkatkan proses produksi melalui penambahan bahan dan proses packing lanjutan dan bisa

bertahan lebih lama dan lebih menarik penampilannya. Dalam kategori ini beberapa produk

makanan olahan masih masuk produk yang sedikit memiliki proses olahan (less processed

food product), yang akan sulit untuk meningkatkan menjadi produk berkualitas yang dapat

menembus pasar nasional atau diterima di pasaran ekspor. Karena itu perlu insentif dari

pemerintah untuk kegiatan processing dan packing makanan olahan, karena penguatan pada

kegiatan ini akan mendorong kinerja pemasaran industri kecil makanan olahan.

3) Jejaring Bisnis Klaster Makanan Olahan

Kegiatan produksi yang dilakukan oleh industri kecil makanan olahan secara teknis

produksi akan menyangkut pada penggunaan: bahan baku, bahan bakar, dan tenaga kerja.

Penggunaan Bahan Baku

Bahan baku selalu dibutuhkan dalam setiap siklus kegiatan produksi yang dilakukan

oleh industri kecil, karena proses produksi merupakan aktivitas rutin yang selalu dilakukan

hampir setiap hari selama setahun dan hanya libur pada saat hari raya atau pada musim

tertentu yang berkaitan dengan lesunya pasar atau kelangkaan bahan baku pada beberapa jenis

industri kecil tertentu. Kebutuhan untuk penggunaan bahan baku ini bisa menjadikan beban

bagi industri kecil, apabila jumlah bahan baku yang dibutuhkan semakin bertambah, jumlah

persediaan barang jadi yang belum terjual, serta penjualan barang jadi pembayaran tertunda,

karena modal kerja yang dibutuhkan menjadi bertambah.

Page 26: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

26

Selama ini kebutuhan untuk penggunaan bahan baku bisa dikatakan selalu meningkat

karena adanya kenaikan harga bahan baku, serta adanya kebutuhan untuk memenuhi kenaikan

permintaan pasar pada musim tertentu atau memperluas pasar yang umumnya pembayaran

tunainya menjadi lebih lama. Oleh karena itu penguatan jejaring bisnis yang mengarah pada

kemudahan akses bahan baku untuk kegiatan produksi sangat dibutuhkan bagi industri kecil

untuk mendapatkan bahan baku kegiatan produksinya.

Kebutuhan biaya untuk penggunaan bahan baku biasanya didapatkan dari modal

sendiri (internal) usaha yang didapat dari surplus usaha dalam setiap kali proses produksi juga

akan digunakan lagi untuk membeli bahan baku, namun jumlahnya juga menjadi terbatas

karena masih banyak tertahan dalam bentuk persediaan bahan baku, persediaan barang jadi

dan penjualan tunai yang tertunda. Oleh sebab itu tambahan modal kerja dari luar usaha

(eksternal) dari jejaring bisnis sangatlah membantu, karena industri kecil bisa mendapatkan

dengan sistem non-tunai terutama untuk membeli bahan baku, serta bahan bakar, dan

membayar tenaga kerja untuk kegiatan produksi.

Penggunaan Bahan Bakar

Penggunaan bahan bakar untuk kegiatan produksi meliputi kayu bakar, bahan bakar

gas elpiji dan solar pada sebagian industri kecil, serta listrik PLN. Selama ini bahan bakar

yang digunakan dengan jumlah yang dominan adalah kayu bakar. Seperti pula bahan baku,

maka kebutuhan bahan bakar juga selalu dibutuhkan dalam setiap siklus kegiatan produksi

yang dilakukan oleh industri kecil. Hal ini dikarenakan bahan bakar adalah barang

komplementer yang dibutuhkan dalam proses produksi bersama dengan bahan baku.

Kebutuhan akan membiayai pengeluaran untuk penggunaan bahan bakar ini bisa menjadikan

beban bagi usaha kecil, apabila jumlah bahan bakar yang dibutuhkan semakin bertambah, atau

ketersedian bahar bakar menjadi langka dipasar sehingga harganya meningkat. Kebutuhan

biaya untuk penggunaan bahan bakar bisa dikatakan selalu meningkat karena adanya kenaikan

harga bahan bakar setelah minyak tanah bersubsidi dikonversi menjadi gas, serta adanya

kenaikan produksi pada saat-saat musim tertentu yang berkaitan dengan kenaikan permintaan

seperti hari raya.

Namun demikian peningkatan jumlah penggunaan kayu bakar akibat konversi minyak

tanah ke gas elpiji perlu dicermati, karena akan mendorong kelangkaan kayu bakar di tingkat

lokal dan dapat memicu kenaikan harga kayu bakar. Hal ini bisa menjadi problem kedepan,

mengingat adanya kecenderungan sebagian industri kecil untuk mengurangi biaya produksi

dengan cara menekan pengeluaran pada komponen bahan bakar, seperti beralihnya ke

Page 27: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

27

penggunaan kayu bakar setelah adanya kebijakan konversi minyak tanah ke gas elpiji. Pada

sebagian industri kecil juga kemudian menggunakan solar untuk menghidupkan mesin diesel

untuk memasak bahan baku, seperti pada industri kecil Tahu di kota Magelang. Pengeluaran

untuk penggunaan bahan bakar, bersama dengan penggunaan bahan baku dan tenaga kerja

bagi usaha kecil yang bergerak dalam usaha makanan olahan, adalah merupakan komponen

total pengeluaran untuk biaya produksi.

Penggunaan Tenaga Kerja

Penggunaan tenaga kerja meliputi tenaga kerja laki-laki dan perempuan dalam

kegiatan industri kecil dalam periode. Penggunaan tenaga kerja dalam proses produksi

merupakan hal yang sangat penting, mengingat industri kecil makanan olahan merupakan

kegiatan industri yang padat tenaga kerja dan mengandalkan ketrampilan tenaga kerja untuk

menghasilkan produk yang spesifik dan unik sehingga disukai oleh konsumen. Selama ini

tenaga kerja yang digunakan oleh industri kecil cukup beragam ada beberapa jenis usaha kecil

makanan olahan yang tenaga kerjanya dominan perempuan, namun ada pula yang tenaga

kerjanya dominan laki laki. Hal ini dikarenakan masing-masing jenis industri kecil makanan

olahan memiliki karakteristik yang berbeda, ada yang lebih mengandalkan tenaga ada pula

yang lebih mengandalkan ketelitian dan rasa.

Dalam usaha kecil makanan olahan, penggunaan tenaga kerja ini umumnya di upah

dengan sistem upah harian atau mingguan tergantung pada jenis kegiatan yang dilakukan dan

jenis usaha makanan olahan yang diproduksi. Selama ini penggunaan tenaga kerja perempuan,

terutama pada usaha kecil makanan olahan cukup dominan. Hal ini dikarenakan usaha

makanan olahan, umumnya masih memerlukan ketrampilan untuk menghasilkan rasa dan

kualitas lainnya.

Kontribusi Jejaring Bisnis

Selain itu wilayah pemasaran produk yaitu: wilayah lokal dalam kabupaten dan kota

dan wilayah regional meliputi ibukota provinsi memberikan kontribusi nyata terhadap

penerimaan usaha oleh industri kecil tersebut, karena penerimaan industri kecil merupakan

nilai penjualan hasil produksi (kuantitas hasil dikalikan harga jual produk) yang dihasilkan

oleh industri kecil dalam periode waktu tertentu dan dihitung dalam satuan rupiah.

Walaupun secara spesifik setiap macam dan jenis produk memiliki wilayah

pemasarannya sendiri, namun pada beberapa macam dan jenis produk industri kecil ada yang

memiliki wilayah pemasaran ke Yogyakarta, Semarang, Bandung dan wilayah Jabodetabek.

Ini terlihat pada industri kecil yang memproduksi kripik (ketela singkong, pisang, dll), seperti

Page 28: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

28

yang ada di kabupaten Ciamis dan kota Magelang. Umumnya pelaku industri kecil makanan

olahan yang memiliki wilayah pemasaran produk sampai ke ibukota provinsi dan wialyah

Jabodetabek mempunyai penerimaan usaha yang lebih tinggi. Hal lain yang menjadi catatan

adalah wilayah pemasaran yang luas tersebut akan memberikan kesempatan jejaring bisnis

yang lebih baik, hal ini bisa dilihat dari sistem penjualan produk yang sebagian juag

cenderung dengan sistem non-tunai dan menggunakan pembayaran melalui tranfer bank ke

rekening pelaku industri kecil. Sedangkan untuk wilayah kabupaten Sidoarjo, walaupun

wilayah pemasaran produk makanan olahan aneka krupuk ini telah menembus wilayah luar

Jawa, terutama Kalimantan, Bali, dan Sulawesi, serta wilayah Indoensia bagian Timur

lainnya, namun masih perlu meningkatkan dari sisi sistem pemasarannya.

4) Klaster Industri Kecil Makanan Dan Minuman

Secara deskriptif peta klaster IKM di kota Magelang dapat dilihat dari beberapa

indikator ekonomi, yang meliputi: jumlah persebaran, legalitas yang dimiliki, tingkat

produksi, tenaga kerja, bahan baku, bahan bakar energi, mesin dan peralatan, aspek

manajemen, dan aspek pemasaran. Dari sekitar 111 data IKM makanan olehan yang telah

diperoleh dari pendataan industry makanan olahan Kota Magelang tahun 2013, maka dapat di

deskripsi pemetaan klaster IKM di Kota Magelang sebagai berikut:

a. Jumlah persebaran: ada sekitar 45 industri makanan olahan yang tersebar di wilayah

kecamatan Magelang Utara, yang terdiri dari kelurahan: Kramat Selatan, Kedungsari,

Potrobangsan, Wates. Ada sekitar 23 industri makanan yang tersebar di wilayah

kecamatan Magelang Tengah, yang terdiri dari kelurahan: Cacaban, Magelang, Gelangan,

Kemirirejo, Rejowinagun Utara. Serta ada sekitar 43 industri makanan olahan yang

tersebar di kecamatan Magelang Selatan, yang terdiri dari kelurahan: Rejowinangun

Selatan, Jurangombo Utara, Jurangombo Selatan, Tidar Utara, dan Tidar Selatan.

b. Legalitas yang dimiliki: dari sekitar 45 IKM makanan olahan di kecamatan Magelang Utara

hanya terdapat 17 jenis legalitas usaha berupa TDI, SIUP, TDP, dan PIRT. Sedangkan di

kecamatan Magelang Tengah dari sekitar 23 IKM hanya terdapat 4 jenis legalitas usaha

berupaTDI, SIUP, dan PIRT. Serta dari wilayah kecamatan Magelang Selatan dari sekitar

43 IKM makanan olahan hanya terdapat 11 jenis legalitas usaha yang terdiri dari: SIUP,

PIRT, TDI, TDI. Dari gambaran ini secara kuantatif dan kualitatif, aspek legalitas usaha ini

jumlah masih sangat minim, rata-rata hanya kurang 30 % yang memiliki legalitas usaha,

dan banyak IKM yang sama sekali belum memiliki aspek legalitas usaha, sehingga bila

ingin memperoleh bantuan dari dinas terkait atau kredit dari lembaga keuangan (bank dan

Page 29: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

29

lainnya) akan mengalami kesulitan karena dianggap belum bankable, walaupun mungkin

usahanya telah feasible.

c. Tingkat produksi: di wilayah kecamatan Magelang Utara dari 45 IKM makanan olahan

hanya ada 6 IKM yang kapasitas produksi kurang dari ekuivalen 100 kilogram per hari,

sisanya sekitar 39 IKM menghasilkan produksi cukup besar rata-rata diatas 400 kg produk

per hari. Sedangkan di wilayah kecamatan magelang Tengah dari sekitar 23 IKM makanan

olahan hanya ada sekitar 3 IKM yang produksinya kurang dari 100 kg produk per hari,

lainnya sekitar 20 IKM berproduksi cukup besar dengan rata-rata sekitar 400 kg produk

per hari. Serta di wilayah Magelang Selatan dari sekitar 43 IKM makanan olahan hanya

ada sekitar 3 IKM yang berproduksi dibawah ekuivalen 100 kg produk, sisanya sekitar 40

IKM berproduksi diatas 100 kg produk per hari. Dari sisi produksi IKM makanan olahan

memiliki tingkat produksi yang cukup besar dan ini merata di 3 wilayah kecamatan, yaitu:

Magelang Utara, Magelang Tengah, dan Magelang Selatan.

d. Tenaga kerja: di wilayah kecamatan Magelang Utara dari sekitar 45 IKM makanan olahan

hanya ada 1 IKM yang memiliki tenaga kerja tetap diatas 10 orang, hampir seluruhnya

masih memiliki tenaga kerja kurang dari 10 orang. Demikian pula di wilayah kecamatan

Magelang Tengah hanya ada 1 IKM makana olahan yang memiliki tenaga kerja tetap

diatas 10 orang, sissnya hanya memiliki tenaga kerja tetap dibawah 10 oarang. Serta di

wilayah kecamatan Magelang Selatan hanya terdapat 2 IKM makanan olahan yang

memiliki tenaga kerja tetap diatas 10 orang, dan sisnya sekitar 41 IKM masih memiliki

tenaga kerja kurang dari 10 orang. Karena itu IKM makanan olahan dari sisi penggunaan

tenaga kerja memang masih termasuk industri padat karya (industri kecil dengan jumlah

tenaga kerja yang kecil per unit usahanya).

e. Bahan baku: untuk penggunaan bahan baku di wilayah kecamatan Magelang Utara dari 45

IKM makanan olahan hanya ada sekitar 8 IKM yang memiliki bahan baku kegiatan

produksi dengan ekuivalen sekitar 100 kilogram per hari, sisanya sekitar 35 IKM

menggunakan bahan baku yang cukup besar rata-rata diatas 200 kg produk per hari.

Sedangkan di wilayah kecamatan magelang Tengah dari sekitar 23 IKM makanan olahan

hterdapat sekitar 4 IKM yang penggunaan bahan bakunya kurang dari 100 kg per hari,

dan lainnya sekitar 19 IKM menggunakan bahan baku untuk produksi cukup besar dengan

rata-rata sekitar 250 kg produk per hari. Serta di wilayah Magelang Selatan dari sekitar 43

IKM makanan olahan hanya ada sekitar 5 IKM yang menggunakan bahan baku untuk

produksi dibawah ekuivalen 100 kg bahan baku, sisanya sekitar 38 IKM menggunakan

bahan baku cukup besar untuk kegiatan produksi diatas 200 kg bahan baku per hari. Dari

Page 30: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

30

sisi penggunaan bahan baku IKM makanan olahan memiliki tingkat penggunaan bahan

baku cukup besar dan ini merata di 3 wilayah kecamatan, yaitu: Magelang Utara,

Magelang Tengah, dan Magelang Selatan. Apabila jejaring klaster untuk bahan baku ini

bisa dilakukan, maka IKM makan olahan akan memperoleh manfaat yang besar dalam hal

harga yang kompetitif dan lebih berkesinambungan.

f. Bahan bakar energi: penggunaan bahan bakar untuk kegiatan produksi IKM merupakan

faktor yang penting, baik dari sisi produksi ataupun dari sisi lingkungan, karena hal ini

juga akan mempengaruhi daya saing produk IKM. Di kecamatan Megelang Utara terdapat

sekitar 14 IKM makanan olahan yang masih menggunakan bahan bakar kayu, 12 IKM

makanan olahan yang menggunakan listrik dari PLN untuk kegiatan produksi, dan 19 IKM

makanan olahan menggunakan bahan bakar gas dan solar. Di kecamatan Magelang Tengah

terdapat sekitar 6 IKM makanan oalhan menggunakan bahan bakar dari jenis kayu bakar, 4

IKM makanan olahan menggunakan bahan bakar dari listrik, dan ada 13 IKM makanan

olahan menggunakan bahan bakar gas dan solar. Sedangkan di kecamatan Magelang

Selatan terdapat sekitar 24 IKM menggunakan bahan bakar dari jenis kayu bakar, ada

sekitar 5 IKM menggunakan bahan bakar dari listrik, dan ada sekitar 14 IKM makanan

olahan menggunakan bahan bakar gas dan solar. Penggunaan bahan bakar dari jenis kayu

bakar ini cukup besar dan ada trend menaik tahun tahun ke tahun, yang didorong oleh

kenaikan harga bahan baku produksi, sehinggga IKM mencoba untuk menekan biaya

produksi dengan mencari bahan bakar yang harganya lebih murah dengan embeli limbah

kayu bakar untuk kegiatan produksi IKM.

g. Mesin dan peralatan: Penggunaan mesin dan peralatan untuk kegiatan produksi di industri

kecil dan menengah di Kota Magelang secara umum masih menggunakan mesin

sederhana, dan peralatan ringan dan manual. Pada tiga wilayah kecamatan yang ada yaitu:

Magelang Utara, Magelang Tengah, dan Magelang Selatan, penggunaan mesin dan

peralatan produksi terdiri dari: mesin giling, mesin serut, mesin, blender, peralatan sangria,

alat siller, alat mixer, peralatan oven, panci besar. Secara teknis penggunaan mesin dan

peralatan produksi yang masih sederhana dan manual ini akan menyulitkan pelaku usaha

untuk meningkatkan produktivitas, karena secara umum peningkatan produksi akan

memiliki faktor pembatas yang besar.

h. Aspek manajemen dan aspek pemasaran: Dari aspek manajemen pada pengorganisasian

dan pembagian tugas dalam usaha kecil pada umumnya semua IKM belum memiliki

struktur organisasi. Kegiatan usaha dijalankan dengan manajemen sederhana yang masih

tergantung pada keputusan tunggal pemilik usaha yang bertindak sekaligus sebagai

Page 31: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

31

manajer dan pelaksana kegiatan teknis usaha di produksi dan pemasaran, juga bahkan di

keuangan. Hal ini terlihat pula pada kegiatan pembukuan keuangan masih banyak yang

belum melakukan dan pelaksanaan pembukuan pada IKM masih dilakukan secara manual,

yang tidak tercatat secara historis dari waktu ke waktu dengan baik dan benar.

Pada industri kecil dan menengah aspek manajemen dan pemasaran yang ada di Kota

Magelang, menunjukkan secara merata masih relative sama. Di wilayah kecamatan

Magelang Utara untuk pemasaran produk ada sekitar 6 IKM makanan olahan yang

memasarkan produk ke luar wilayah kota Magelang, sisanya 39 IKM masih memasarkan

produk di wilayah kota Magelang dan sekitarnya. Sedangkan di wilayah kecamatan

Magelang Tengah terdapat 3 IKM yang memasarkan produk keluar kota Magkelang, dan

sekitar 20 IKM masih memasarkan produk di wilayah kota Magelang. Serta di wilayah

kecamatan Magelang Selatan terdapat 12 IKM makanan olahan yang memasarkan

produknya ke luar kota Magelang, dan ada 23 IKM masih memasarkan produk ke wilayah

kota Magelang dan sekitarnya.

2. MODEL PENINGKATAN DAYA SAING

A. Innovation Actor Empowerment (IAE)

Pada komponen Innovation Actor Empowerment ini, peran inovasi dalam organisasi,

produk, dan pasar pada kegiatan industri kecil yang ada di wilayah penelitian, dijalankan oleh

pihak / tenaga yang melakukan:

Technical Assistance: dari instansi terkait dinas perindustrian kabupaten dan kota yang

terlibat dalam kegiatan pendampingan kegiatan industri kecil di beberapa tempat. Tenaga ahli

(Technical Assistant / TA) dari dinas terkait ini, memiliki peran kunci dalam organisasi

kegiatan atau proyek. Aktor ini memastikan bahwa tugas-tugas teknis dan administrasi selesai

pada waktu yang tepat untuk mendukung kelancaran dan keberhasilan dari pekerjaan atau

proyek. Kegiatan yang dilakukan adalah: identifikasi atau pengkajian program dukungan

teknis dan bisnis industri kecil, menyiapkan rencana kerja untuk identifikasi peluang

pengembangan usaha berdasarkan pasar dan partisipasi pihak industri kecil, konsolidasi

kegiatan dari suatu pekerjaan atau proyek, dan penyempurnaan dukungan teknis dan bisnis.

Mentor: merupakan adalah aktor yang merupakan salah satu pelaku bisnis industri kecil

yang menjadi panutan dari pelaku bisnis sejenis lainnya dan pada umumnya, yang akan

sekaligus bertindak: a) sebagai panutan (trend setter) bagi pelaku industri lainnya yang masih

baru dan masih memerlukan bimbingan terutama teknis dan bisnis agar bisa meningkatkan

Page 32: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

32

kualitas produk makanan olahan yang dihasilkannya, b) melakukan pengarahan (direction)

dalam rangka mencapai tujuan kegiatan seperti membimbing orang, terinspirasi dan

memimpin mereka serta pengawasan dari aktivitas mereka diperlukan untuk mencapai hasil

yang diinginkan, dan c) melakukan pemberdayaan (empowerment) pada pelaku industri kecil

lainnya agar mampu membuat keputusan bisnis yang menguntungkan, dengan

menggabungkan antara teori dan kemampuan praktis.

B. Innovation Technology / Technological Development (TD)

Inovasi teknologi merupakan kunci dan kebutuhan mendasar yang diperlukan untuk

meraih keunggulan bersaing berkelanjutan. Dalam pengembangan teknologi pada industri

kecil makanan olahan ini bisa dilihat dari indikator: 1) Alat: pada kegiatan industri kecil

makanan olahan peralatan yang digunakan meliputi: oven, ketel, mesin parut, sealer, mesin

pengering, mesin selep, mesin diesel, tungku masak, tungku tahu, cetakan, bronjong, tungku

goreng, wajan. Adapun aspek inovasi alat ini dapat dilihat dari a) sifatnya alat: tradisional,

semi otomatis, dan otomatis. b) Perfomance: kemampuan alat menghasilkan produk sesuai

yang diharapkan, dan c) ergonomis: tingkat kesesuaian alat dengan dimensi tenaga kerja

(operator) secar optimum sehingga dapat mendukung produktivitas kerja , keamanan dan

kenyamanan. 2. Proses: pada kegiatan industri kecil makanan olahan meliputi: a) metode:

cara dala melakukan kegiatan produksi makanan olahan, b) layout: tata letak yang berkaitan

standar operasi dalam produksi sehingga prosesnya kontinyu dan efisien, dan c) bahan baku:

menggunakan bahan yang sesuai dengan standar alat dan proses produksi.

C. One Village One Product (OVOP)

OVOP adalah konsep satu desa satu produk (SDSP) merupakan suatu gerakan sosial yang

tumbuh dari bawah keatas (bottom up). Konsep dasar dari pengembangan gerakan OVOP

adalah adanya interaksi antara pemerintah dan masyarakat, dimana peran masyarakat sangat

dominan sebagai pihak yang memiliki kemampuan dan keinginan untuk mengembangkan

produk atau potensi daerah yang dimilikinya. Jika dikaitkan dengan industri kecil makanan

olahan, maka konsep OVOP ini bisa didekati dari dimensi: a) bahan baku, yang meliputi

instrumen: ketersediaan bahan baku, harga bahan baku, dan kesinambungan bahan baku, b)

sumber daya manusia (tenaga kerja) yang meliputi instrumen: tingkat pendidikan,

pelatihan yang diikuti, dan pengalaman kerja, c) pasar , yang meliputi instrumen: akses pasar,

dan wilayah pemasaran, d) teknologi, yang meliputi instrumen: kemudahan teknologi yang

dipakai, dan kesiapan penggunaan teknologi, e) ekonomi, yang meliputi instrumen:

Page 33: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

33

pendapatan usaha, dan biaya produksi, f) keunikan produk, yang meliputi instrumen: jenis

diferensiasi produk.

D. Resources Connectivity (RC)

Merupakan konsep jejaring sumberdaya berkembang menjadi kerangka kerja secara luas

digunakan untuk menganalisis peran penting dari industri kecil dalam mempromosikan

kegiatan industri kecil makanan olahan. Resources connectivity atau jejaring sumberdaya

dalam industri kecil makanan olahan ini. Dimensi Jejaring ini meliputi instrumen: a) bahan

baku (tepung tapioka, kedelai), b) teknologi (peralatan: mesin selep, tungku masak, tungku

tahu, cetakan, wajan, tungku goreng), c) tenaga kerja (buruh upahan), d) pasar (lokal,

regional, dan nasional, dan permodalan (tunai dan non-tunai).

E. Quality Product Improvement (QPI)

Pada dasarnya suatu produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen

untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai

pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan dalam hal ini adalah

konsumsen. Untuk produk makanan olahan, secara khusus perlu diperhatikan kualitasnya

karena menyangkut kesempurnaan dan kesesuaian yang dimiliki produks tersebut terhadap

persyaratan yang diinginkan oleh konsumen. Ini terjadi karena makanan olahan adalah produk

yang dikonsumsi langsung untuk dimakan. Kualitas makanan memberikan peranan penting

dalam keputusan pembelian oleh konsumen, sehingga bila kualitas makanan meningkat, maka

keputusan pembelian akan meningkat juga. Karena itu dimensi utama yang perlu diperhatikan

adalah cara produksi yang baik atau Good Manufacturing Pratice (GMP), agar kualitas

produk memiliki: rasa, bentuk, warna, keamanan, kesehatan, dan komposisi bahan yang baik.

Adapun instrumen (item) dalam GMP ada;ah: a) kemasan produk, b) legalitas kegiatan usaha,

c) difersifikasi produk, dan d) performance

F. Kinerja Usaha Kecil

Dalam kegiatan manajemen produksi istilah kinerja seringkali dipergunakan secara

bergantian dengan efisiensi dan produktivitas. Namun demikian terdapat perbedaan yang

cukup mendasar secara teknis. Efisiensi dan produktivitas lebih menunjukkan kepada ratio

keluaran (output) terhadap masukan (input), sedangkan kinerja menunjukkan pengertian lebih

luas dari efisiensi dan produktivitas (Adam dan Ronald, 1986). Istilah produktivitas berasal

dari kata produk yang berarti barang atau jasa, sehingga merupakan ukuran dari seluruh

keluaran produksi dibagi masukan produksi.

Page 34: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

34

Konsep kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja yang padanannya

dalam bahasa Inggris adalah performance. Kinerja dapat diartikan sebagai keluaran yang

dihasilkan oleh fungsi atau indikator suatu pekerjaan dalam waktu tertentu. Dalam kegiatan

usaha kecil, pekerjaan adalah aktivitas memproduksi suatu barang dengan menggunakan

bahan baku, tenaga kerja dan ketrampilan tertentu. Suatu pekerjaan mempunyai sejumlah

fungsi atau indikator yang dapat digunakan untuk mengukur hasil pekerjaan tersebut

(Wirawan, 2009). Karena itu kinerja dari kegiatan usaha kecil dapat diukur secara luas, baik

dengan ukuran finansial maupun ukuran non finansial.

Menurut (Radnor dan Barnes, 2007), dalam manajemen operasi dari suatu usaha kecil

pengukuran kinerja usaha antara lain mengacu pada langkah di tingkat perluasan (broadening)

dari unit analisis dan kedalaman (deepening) ukuran kinerja usaha. Hal ini akan memberikan

gambaran tidak hanya secara kuantitatif, tetapi juga secara kualitatif dari usaha kecil,

sehingga dapat mendukung perkembangan secara kualitatif dan meningkatkan daya saing

(competitiveness) dari usaha kecil.

Ukuran kinerja usaha ini seringkali merupakan sekumpulan pengharapan yang

diekspresikan sebagai sekumpulan sasaran yang dapat dirumuskan dalam bentuk hasil

penjualan, keuntungan usaha, pangsa pasar, pengembangan hasil produksi, penurunan biaya,

atau sasaran lainnya (Dharma, 2005). Sasaran-sasaran yang merupakan kinerja usaha ini akan

diukur dalam jangka waktu tertentu dan mempunyai ukuran kuantitatif yang jelas, sehingga

menjadi variabel kinerja yang secara kuantitatif mudah dan dapat diukur.

Variabel Kinerja yang merupakan ukuran kinerja usaha dari suatu kegiatan produksi

dapat dilihat dari tiga perspektif, (1) keluaran produksi dari kegiatan usaha terdiri dari aspek

finansial dan non-finansial, (2) proses internal dari kegiatan usaha terdiri antara lain aspek

inovasi produk, proses operasi (produksi), pemasaran produk, dan (3) kemampuan

sumberdaya terdiri dari aspek tenaga kerja, teknologi, dan organisasi.

Pada perspektif yang pertama yaitu keluaran produksi dari kegiatan usaha, variabel

kinerja finansial biasanya diukur dengan indikator : penerimaan usaha, keuntungan usaha,

pertumbuhan usaha, pangsa pasar, dan ratio keuangan. Sedangkan variabel kinerja non

finansial bisa dilihat dari tiga sisi, (1) konsumen, antara lain terdiri: harga produk, tipe pasar,

kualitas produk, distribusi dan waktu antar produk, tingkat pembelian ulang, (2) masyarakat

dan pemerintah, terdiri: keterlibatan terhadap komunitas (kepedulian sosial), tingkat limbah,

umpan balik masyarakat, dan regulasi pemerintah, dan (3) pemasok bahan baku, terdiri: lokasi

pemasok dan ukuran pemasok (Wibisono, 2006).

Page 35: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

35

Variabel kinerja finansial seringkali menjadi fokus perhatian bagi pihak internal

perusahaan sebagai ukuran keluaran produksi dari kegiatan usaha. Sedangkan variabel kinerja

non finansial biasanya menjadi perhatian pelanggan masyarakat dan pemerintah. Pengelolaan

variabel kinerja finansial maupun non finansial ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

pemangku kepentingan (stakeholder), dimana kebutuhan tersebut dapat berbeda bahkan

seringkali membutuhkan trade-off (memenuhi yang satu dengan mengorbankan yang lain)

bagi perusahaan untuk memenuhinya (Wibisono, 2006). Karena itu variabel kinerja yang

menjadi indikator kinerja bagi usaha kecil juga bisa berbeda, tergantung kebutuhannya.

Terdapat perubahan orientasi dari perusahaan dalam hal indikator kinerja, dimana diketahui

bahwa penentuan indikator kinerja bersifat dinamis terutama karena kebutuhan konsumen

yang terus berubah.

Beberapa indikator yang digunakan untuk mendefinisikan dan mengklasifikasikan

usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah sering pula dijadikan ukuran untuk menilai

kinerja usaha kecil yaitu, (1) undang-undang No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah menggunakan indikator, nilai kekayaan yang dimiliki usaha kecil (asset) dan

hasil penjualan (omset) tahunan untuk menilai usaha kecil, (2) Badan Pusat Statistik (BPS)

menggunakan indikator jumlah tenaga kerja, (3) Kementrian Negara Koperasi dan Usaha

Kecil Menengah (UKM) menggunakan indikator, nilai kekayaan yang dimiliki usaha kecil

(asset) dan hasil penjualan (omset) tahunan, (4) Bank Indonesia menggunakan indikator, nilai

kekayaan yang dimiliki usaha kecil (asset), hasil penjualan (omset) tahunan, pelaku usaha,

sifat usaha, tingkat penggunaan sumberdaya lokal, tingkat teknologi dan kemudahan keluar

masuk industri (barrier to entry and exit), dan (5) Bank Dunia menggunakan indikator,

jumlah tenaga kerja, nilai kekayaan yang dimiliki usaha kecil (asset), dan hasil penjualan

(omset) tahunan. Indikator-indikator dari berbagai lembaga nasional dan internasional ini

cukup beragam, karena disamping menilai kinerja internal usaha yang meliputi keluaran

produksi, proses produksi, dan kemampuan sumber daya, juga bisa digunakan untuk menilai

kinerja sektoral usaha tersebut.

Variabel kinerja usaha dari industri kecil dan menengah makanan olahan, diukur

dilihat dari dimensi perkembangan usaha, dengan instrumen sebagai berikut: a) kapasitas

usaha: menunjukkan tingkat kemampuan berproduksi secara optimum dari usaha makanan

olahan, b) omset usaha: merupakan jumlah penjualan dari produksi yang dihasilkan usaha

makanan olahan, c) aset usaha: merupakan jumlah kekayaan yang dimiliki usaha makanan

olahan diukur dari aset tetap yang ada dan dimiliki usaha makanan olahan, dan d) jumlah

tenaga kerja, yang berkerja dalam kegiatan produksi usaha makanan olahan.

Page 36: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

36

Sebagai ringkasan dari variabel model integrated radial cycle (model IRC), serta

variabel kinerja usaha dari industri kecil dan menengah makanan olahan, serta uraikan

dimensi variabel dan instrumen dari dimensi masing-masing yang meliputi: Innovation Actor

Empowerment (IAE), Technological Development (TD), One Village One Product (OVOP),

Resources Connectivity (RC), dan Quality Product Improvement (QPI) dengan membentuk

model radial cycle (lingkaran), serta kinerja usaha dari industri kecil dan menengah.

G. Model Integrated Radial Cycle (Model IRC)

Industri kecil makanan olahan sebagai suatu industri pada dasarnya merupakan

kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi (produk)

yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Industri kecil ini akan berbeda

antara satu dan lainnya didasarkan atas karekteristik ekonomi, situasi persaingan, dan prospek

perkembangannya di masa datang. Tingkat perubahan berbagai faktor seperti teknologi,

ekonomi, pasar dan persaingan akan bergerak, mulai dari yang lambat sampai dengan yang

cepat. Industri kecil makanan olahan sangat erat kaitannya dengan persaingan, karena itu

industri dan persaingan secara terus menerus akan melakukan penyesuaian dengan perubahan

dan kemudian membentuk kekuatan dalam menghadapi persaingan.

Ada faktor-faktor ekonomi yang berpengaruh terhadap pembentukan kekuatan suatu

industri, seperti: ukuran pasar, lingkup persaingan, tingkat pertumbuhan pasar dan siklus

kehidupan industri, jumlah dan ukuran pesaing, jumlah dan besaran pembeli potensial,

dorongan untuk melakukan integrasi ke depan dan ke belakang (jejaring), serta kemudahan

dan hambatan untuk memasuki atau keluar dari jenis industri. Karena itu industri akan sangat

erat kaitannya dengan persaingan. Suatu industri tidak mungkin hanya berdiri sendiri tanpa

adanya hubungan dengan industri lain. Suatu industri memproduksi dan menghasilkan suatu

produk umumnya juga akan menggunakan bahan yang diperoleh dari industri lain. Untuk itu,

satu industri dengan industri lain itu selalu berhubungan dan tak jarang melakukan persaingan

yang bersinergi.

Porter (1994) mengungkapkan bahwa persaingan adalah inti dari keberhasilan atau

kegagalan perusahaan. Hal ini mengandung pengertian bahwa keberhasilan atau kegagalan

tergantung pada keberanian perusahaan untuk bersaing. Daya saing produk UKM sangat erat

hubungannya dengan kualitas (performance) produk. Apabila dilihat dari segi preferensi

konsumen, maka secara umum konsumen menganggap bahwa suatu produk dengan

processing dan packaging yang bagus maka kualitasnya juga akan bagus. Menurut Martin

et.al. (Widodo, 1998) daya saing adalah kemampuan yang berkelanjutan untuk memperoleh

Page 37: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

37

keuntungan dan mempertahankan pasar. Tanpa berani bersaing, tidak mungkin keberhasilan

dapat dicapai, oleh karena itu untuk menghadapi persaingan yang dari hari ke hari semakin

ketat maka setiap perusahan harus mampu membaca peluang keunggulan bersaing yang

dihadapinya.

Oleh karena itu pada bagian ini telah disusun model peningkatan daya saing pada

industri kecil makanan olahan. Model peningkatan daya saing pada industri kecil makanan

olahan ini terdiri dari 5 (lima) komponen utama, yaitu: Innovation Actor Empowerment (IAE),

Technological Development (TD), One Village One Product (OVOP), Resources

Connectivity (RC), dan Quality Product Improvement (QPI) dengan membentuk model radial

cycle (lingkaran)

Gambar.2. Model Integrated Radial Cycle (Model IRC)

Keterangan:

1. Innovation Actor Empowerment (IAE)

2. Technological Development (TD)

3. One Village One Product (OVOP)

4. Resources Connectivity (RC), dan

5. Quality Product Improvement (QPI)

Page 38: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

38

Innovation Actor Empowerment

Pelaku inovasi atau aktor inovasi akan memegang peranan penting dalam perancangan dan

penciptaan produk baru, karena membantu mengembangkan dan membuka wawasan bagi

kemungkinan-kemungkinan lain yang baru.

Penciptaan sistem inovasi di dalam organisasi sangat ditentukan oleh actor atau orang

yang berkompeten untuk itu. Jika industri kecil makanan olahan ingin mengembangan inovasi

produk maupun pasarnya, maka penguatan terhadap aktor inovasi menjadi penting dilakukan.

(Roper, et al. 2006)

Technological Development (Innovation Technology)

Secara konvensional, inovasi didefinisikan sebagai terobosan metode yang berkaitan

dengan jenis produk baru. Inovasi didefinisikan sebagai konsep luas yang membahas

penerapan gagasan, produk dan proses baru. Lebih lanjut dikatakan bahwa inovasi merupakan

mekanisme perusahaan untuk beradaptasi dalam lingkungan yang dinamis. Inovasi mencakup

beberapa kegiatan utama yaitu: 1. Pemecahan masalah, integrasi sarana dan proses teknologi

baru serta memadukannya. 2. Melakukan eksperimen dan membangun prototype, mengimpor

dan menyerap teknologi dari luar perusahaan. 3. Belajar dari pasar. 4. Mengaplikasi

kemampuan pengembangan produk ke dalam pembangunan nasional dan terus menerus

melakukan penyegaran pengembangan produk (Hakim, 2006).

Jika inovasi dilakukan pada proses produksinya, keunggulan bersaing berkelanjutan akan

meningkat (Kaplan, 2000; Droge dan Vickery, 1995; Henard dan Szymanski, 2001). Inovasi

merupakan alat, kunci dan kebutuhan mendasar yang diperlukan untuk meraih keunggulan

bersaing berkelanjutan, ditarik hipotesis bahwa inovasi berdampak positif terhadap

keunggulan bersaing berkelanjutan.

One Village One Product

One Village One Product (OVOP) atau satu desa satu produk (SDSP) merupakan suatu

gerakan sosial yang tumbuh dari bawah keatas (bottom up) dan mulai dikembangkan oleh

Morihiko Hiramatsu, seorang mantan pejabat MITI yang terpilih menjadi Gubernur Oita pada

tahun 1979. Gerakan ini didasari dengan ide ingin mengembangkan potensi daerah supaya

menjadi lebih baik dengan melibatkan tokoh masyarakat, dan masyarakat itu sendiri sehingga

termotivasi bangkit dan membangun daerahnya menjadi daerah yang makmur serta

mensejahterakan masyarakat.

Konsep dasar dari pengembangan gerakan OVOP adalah adanya interaksi antara

pemerintah dan masyarakat, dimana peran masyarakat sangat dominan sebagai pihak yang

Page 39: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

39

memiliki kemampuan dan keinginan untuk mengembangkan produk atau potensi daerah yang

dimilikinya. Pemerintah yang telah banyak mengetahui potensi dan kemampuan masyarakat

hanya lebih banyak memfasilitasi dan memberikan informasi tentang potensi pasar,

membantu pengembangan produk supaya lebih menarik, membantu memanfaatkan teknologi.

Satu hal lagi dan menjadi sangat penting adanya insentif serta penghargaan yang mendukung

sehingga lebih dapat merangsang masyarakat untuk menciptakan dan mengembangkan

produk lainnya menjadi inovatif dan kreatif (Anonim, 2013).

Konsep OVOP ini harus menjadi model pengembangan industri kecil makanan olahan

karena dibeberapa negara konsep ini telah berhasil meningkatkan kinerja industri kecil.

Menurut Natsuda et al. (2011), mengatakan bahwa “OVOP programme to have been

providing communities with the chance to market local output and to create employment

opportunities”

Resources Connectivity

Merupakan konsep jejaring sumberdaya berkembang menjadi kerangka kerja secara luas

digunakan untuk menganalisis peran penting dari industri kecil dalam mempromosikan

kegiatan usaha. Secara empiris telah signifikan meningkatkan inovasi, meningkatkan daya

saing, dan mampu memberikan tingkat pendapatan yang lebih. Secara keseluruhan dalam

perspektif yang terintegrasi dari jaringan inovasi antara kegiatan usaha mampu mendorong

berkembangnya UKM. Menurut Tsai, W. (2001) knowledge transfer in intraorganizational

networks berpengaruh terhadap inovasi dan kinerja unit bisnis. Sementara itu Smith (2011),

mengatakan bahwa jaringan yang mempengaruhi kinerja dapat diperoleh melalui

pembelajaran para aktor UKM dalam menghasilkan kerjasama dan inovasi.

Quality Product Improvement

Kualitas produk memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan konsumen.

Menurut Parasurahman (1996), persepsi konsumen terhadap kualitas suatu produk akan

mempengaruhi kepuasan pelanggan dan mempengaruhi loyalitas dari pelanggan tersebut.

Dalam kaitan ini, UKM akan berkembang kinerjanya jika produknya berkualitas sehingga

akan disukai konsumen dan konsumen akan menjadi loyal terhadap produk tersebut.

3. TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI

Model peningkatan daya saing pada industri kecil makanan olahan ini terdiri dari 5

(lima) komponen utama, yaitu: Innovation Actor Empowerment (IAE), Technological

Development (TD), One Village One Product (OVOP), Resources Connectivity (RC), dan

Quality Product Improvement (QPI) dengan membentuk model radial cycle (lingkaran).

Page 40: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

40

A. Innovation Actor Empowerment

Peran dari pelaku atau actor dalam inovasi, termasuk juga pada industri kecil sangatlah

penting menjaga keberlangsungan dan kesinambungan usaha, karena pada dasarnya

merupakan inovator. Karena itu inovasi merupakan sebuah keharusan bagi organisasi karena

penelitian membuktikan bahwa inovasi akan berdampak positif pada pertumbuhan organisasi.

Namun demikian banyak masalah dan tantangan dari dalam organisasi yang akan dihadapi

sehubungan dengan implementasi inovasi di perusahaan. Oleh karena itu menyiapkan diri

agar mampu mengelola dan mengorganisir implementasi inovasi di perusahaan, menjadi hal

yang penting untuk keberhasilan implementasi strategi dan program inovasi.

Inovator atau aktor inovasi akan memegang peranan penting dalam perancangan dan

penciptaan produk baru. Menurut Roper et al. (2006), penciptaan sistem inovasi di dalam

organisasi sangat ditentukan oleh aktor atau orang yang berkompeten untuk itu. Jika industri

kecil makanan olahan ingin mengembangan inovasi produk maupun pasarnya, maka

penguatan terhadap aktor inovasi menjadi penting dilakukan.

Peran inovasi dalam organisasi, produk, dan pasar pada kegiatan industri kecil makanan

olahan dijalankan oleh: 1) Technical Assistance (TA): tenaga ahli dari instansi terkait dinas

perindustrian kabupaten dan kota yang terlibat dalam kegiatan pendampingan kegiatan

industri kecil di beberapa tempat. Tenaga ahli TA biasa melakukan: pengkajian program

dukungan teknis dan bisnis industri kecil, menyiapkan rencana kerja untuk identifikasi

peluang pengembangan usaha berdasarkan pasar dan partisipasi pihak industri kecil, dan

konsolidasi dan penyempurnaan dukungan teknis dan bisnis. Peran TA ini sebenarnya masih

bisa dioptimalkan pada semua jenis produk makan olahan, karena umumnya hanya terlihat

menonjol pada produk tahu dan aneka kripik seperti yang ada di wilayah kota Magelang.

Peran yang menonjol seperti dalam hal penyediaan peralatan produksi bantuan hibah dari

pemerintah atau lembaga donor lainnya kepda industri kecil, yaitu sebagai penghubung dan

fasilitator program perlu lebih ditingkatkan. Apabila kegiatan yang dilakukan tenaga TA ini

berhasil, maka akan dapat dengan segera di replikasi ke pelaku industri kecil lainnya pada

wilayah atau sentra lainnya. 2) Mentor: adalah pelaku bisnis industri kecil yang menjadi

panutan dari pelaku bisnis sejenis lainnya dan pada umumnya akan sekaligus bertindak

sebagai guru bagi pelaku industri lainnya yang masih baru dan masih memerlukan bimbingan

terutama teknis dan bisnis agar bisa meningkatkan kualaitas produk makanan olahan yang

dihasilkannya. Mentor sebagai panutan ini bisa muncul karena: paling awal memulai usaha di

wilayah sentra industry tersebut sehingga memiliki pengalaman dan ketrampilan yang tinggi,

Page 41: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

41

atau memiliki omset penjualan yang paling besar karena punya biaya produksi yang

kompetetif. Peran mentor ini juga terlihat pada indutri kecil makanan olahan produk Tahu di

kota Magelang, yang terkonsentrasi di kelurahan Tidar Selatan, dimana pada awalnya mereka

yang baru memulai produksi Tahu akan memperoleh bimbingan teknis produksi agar

diperoleh kualitas produksi yang baik dan standar (warna, rasa, bentuk, daya tahan,

komposisi, keamanan, dan kesehatan). Hal ini cukup menonjol karena pengrajin Tahu di

kelurahan Tidar Selatan ini sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu, disamping itu proses

produksi Tahu menghendaki komposisi yang tepat karena ada proses kimiawi yang harus

standar dan terjaga kebersihannya. Untuk wilayah Sidoarjo bantuan teknis masih dirasakan

perlu terutama dalam hal kegiatan produksi, terutama untuk aspek penanganan limbah (polusi

asap) yang berasal dari penggunaan bahan bakar yang tidak standar (kayu sisa, dan bahan

lainnya yang tidak standar).

B. Technological Development (Innovation Technology)

Inovasi teknologi merupakan suatu proses berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi

(iptek) dan sistem (Bagherinejad, 2006), yang juga dipengaruhi kemampuan internal

perusahaan, jaringan perusahaan dan kemampuan pembelajaran teknologi serta dipengaruhi

oleh faktor-faktor lingkungan. Inovasi teknologi juga ini melibatkan managerial, kompetensi

dan jaringannya (Vidyatmoko dkk, 2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi, yaitu

faktor internal (skala usaha, legalitas usaha, umur usaha, kemampuan keuangan, sumberdaya

manusia, orientasi belajar) dan faktor eksternal (pangsa pasar, hubungan dengan pihak lain,

kebijakan pemerintah dan dukungan permodalan). Inovasi mencakup beberapa kegiatan

utama yaitu: 1. Pemecahan masalah, integrasi sarana dan proses teknologi baru serta

memadukannya. 2. Melakukan eksperimen dan membangun prototype, mengimpor dan

menyerap teknologi dari luar perusahaan. 3. Belajar dari pasar. 4. Mengaplikasi kemampuan

pengembangan produk ke dalam pembangunan nasional dan terus menerus melakukan

penyegaran pengembangan produk (Hakim, 2006).

Dalam pengembangan teknologi pada industri kecil makanan olahan ini bisa dilihat dari

indikator: peralatan (alat) yang digunakan, dan proses produksi yang dilakukan.

Alat: oven, ketel, mesin parut, sealer, mesin pengering, mesin selep, mesin diesel, tungku

masak, tungku tahu, cetakan, bronjong, tungku goreng, wajan.

Apabila dilihat dari aspek inovasi teknologi pada peralatan produksi, maka pada umumnya

industri kecil masih terhambat dalam melakukan inovasi atau dalam pengembangan teknologi.

Satu jenis produk yang masih memungkinkan untuk dilakukan pengembangan teknologi

Page 42: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

42

dalam hal perlatan adalah industri Tahu. Inovasinya adalah adalah misalnya bila industri kecil

bisa membuat produk Tahu yang memiliki kandungan Omega-3 dan Omega-9. Inovasi ini

membutuhkan juga pengembangan alat yang lebih modern.

Proses: proses produksi pada kegiatan industri makanan olehan mengarah pada proses

produksi yang terus menerus (continous) yang berbasis siklus produksi. Misalnya untuk

produk Tahu yang menjadi salah satu produk makanan olahan di Magelang, jika dilihat dari

aliran proses produksi dari bahan baku utama kedelai sampai dengan produk akhir Tahu

dalam industri kecil makanan olahan, maka akan cenderung mengarah pada proses produksi

terus menerus (continuous). Ini merupakan proses produksi dimana terdapat pola atau urutan

yang lebih pasti sejak bahan baku utama kedelai dimasak dalam tungku menggunakan api

sampai dengan menjadi produk akhir Tahu. Pola ini sama dari hari ke-hari, sehingga variasi

produk akhir sangat kecil sehingga industri kecil sebenarnya bisa bekerja relatif lebih efisien.

Ciri-ciri proses produksi ini adalah: (1) hasil produksi bisa dibuat massal (jumlahnya

banyak dan bersamaan), (2) tata letak (layout) berdasar produknya, (3) alat dan mesin yang

digunakan bersifat agak khusus (tend to special purpose), (4) keahlian tenaga kerja kasar

(buruh) tidak harus tinggi, (5) sistem produksinya cenderung akan berkaitan, dan (6)

memerlukan pemeliharaan alat dan peralatan mesin yang lebih baik dan intensif.

Sebagai contoh untuk industri kecil Tahu, sejak awal bahan baku kedelai diproses dengan

cara memasak memakai kayu bakar atau mesin misalnya, maka bahan baku kedelai tadi harus

terus diproses sampai menjadi Tahu, setelah pembuatan bubur kedelai, penyaringan,

panambahan asam cuka, dstnya ditambah fermentasi Rhizopus jika diinginkan inovasi

teknologi dalam kerangka peningkatan kandungan gizi Omega 3 dan Omega 9 dalam produk

tahu yang dihasilkan.

C. One Village One Product

One Village One Product (OVOP) atau satu desa satu produk ini merupakan gerakan

masyarakat yang ingin mengembangkan potensi yang dimiliki daerah secara terintegrasi

untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sekaligus meningkatkan

rasa percaya diri serta kebanggaan akan kemampuan sendiri dan daerahnya (Soemarno,

2011). Gerakan ini didasari dengan ide ingin mengembangkan potensi daerah supaya menjadi

lebih baik dengan melibatkan tokoh masyarakat, dan masyarakat itu sendiri sehingga

termotivasi bangkit dan membangun daerahnya menjadi daerah yang makmur serta

mensejahterakan masyarakat.

Page 43: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

43

Langkah-langkah operasional untuk pelaksanaannya mencakup pemilihan produk

unggulan spesifik lokal, mengidentifikasi potensi dan kendala yang dihadapi jika akan

mengembangkan produk tersebut hingga mampu meningkatkan kualitas dan menembus pasar

global, melaksanakan kegiatan pengembangan (pengolahan dan pemasaran) untuk

memperoleh nilai tambah dan meningkatkan pendapatan, dan melaksanakan evaluasi untuk

meningkatkan kekuatan produk dan kinerja usaha. Pendekatan OVOP ini dapat dilaksanakan

di Indonesia jika semua pemangku kepentingan bersama instansi masing-masing berpihak

pada kepentingan masyarakat perdesaan.

Jika dikaitkan dengan industri kecil makanan olahan yang ada di wilayah kota Magelang

dan kabupaten Sidoarjo, maka konsep OVOP ini bisa didekati dengan indikator: sentra

industri, klaster industri, persebaran industri kecil, jumlah industri kecil, dan jenis industri

kecil.

Sentra: untuk wilayah kabupaten Ciamis sentra industri kecil makanan olahan ada pada

kelompok produk: sale pisang dan kripik pisang. Produk ini banyak diproduksi pada sentra

industri makanan olahan di sekitar Jl Raya Cijeungjing-Ciamis.

Untuk wilayah kota Magelang sentra industri makanan olahan ada di kelompok produk:

sale pisang di kelurahan Kramat Selatan, tempe kedelai di wilayah kelurahan Kedungsari,

kripik rempeyek , telur asin, dan kripik tempe di kelurahan Wates. Aneka kripik di kelurahan

Rejowinangun Utara dan Rejowinangun selatan. Krupuk rambak di kelurahan Gelangan.

Sedangkan untuk wilayah kabupaten Sidoarjo sentra industri kecil makanan olahan aneka

krupuk, terdapat di wilayah desa Tlasih di dareah tengah kabupaten Sidoarjo, desa Jabon di

wilayah timur/pantai Sidoarjo, dan wilayah Gedangan.

Klaster: untuk klaster industri makanan olahan wilayah yang menonjol adalah kota

Magelang, dengan produk Tahu yang ada di kelurahan Tidar Selatan, industri kecil tahu ini

juga mendorong munculnya sentra produk kripik Tahu di wilayah yang sama, yang dikelola

oleh 2 kelompok industri kecil. Di wilayah kabupaten Sidoarjo untuk klaster induatri

makanan olahan aneka krupuk, lebih terlihat di wilayah desa Jabon dan desa Tlasih, yang

telah lama berkembang.

Persebaran: produk makanan olahan ini persebaran ada merata dan ada yang belum

merata. Untuk wilayah kota Magelang persebaran industri kecil makanan olahan lebih merta

dibandingkan kabupaten Ciamis. Di kota Magelang, persebaran produk makanan olahan ada

di sebagian besar kelurahan, seperti: Kramat selatan, Kedungsari, Potrobangsan, Wates,

Cacaban, Magelang, Gelangan, Kemirirejo, Rejowinangun Utara, Rejowinangun Selatan, dan

Tidar Selatan.

Page 44: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

44

Untuk persebaran di wilayah kabupaten Sidoarjo, ada di wilayah tengah kabupaten yaitu

desa Tlasih, dan di wilayah pantai sebelah timur yang ada di desa Jabon, yang lebih banyak

bahan baku dari ikan laut.

Jumlah: untuk jumlah industri kecil makan olahan berturut-turut yang jumlahnya paling

banyak adalah di kelurahan: Tidar Selatan, Gelangan, Wates, Rejowinangun Utara,

Rejowinangun Selatan, Kramat Selatan, Kedungsari, Potrobangsan, Cacaban, Magelang, dan

Kemirirejo.

Jenis: untuk jenis produk industri makanan olahan di masing-masing kelurahan adalah:

Kramat selatan produk aneka kripik (jamur, tempe), rempeyek, dan selai pisang, Kedungsari

produk tempe kedelai, Potrobangsan produk rempeyek, krupuk rambak, Wates produk

rempeyek, sambal kacang, telur asin, Cacaban produk produk rempeyek, kripik singkong,

Magelang produk aneka kripik (rasa ikan, paru), telur asin, Gelangan produk aneka kripik

(talas, singkong, rambak, stik), Kemirirejo produk kripik ketela, kripik kedelai, rempeyek,

Rejowinangun Utara produk kripik tahu, kripik kedelai, marning, kripik usus, Rejowinangun

Selatan produk kripik paru, kripik ketela, dan Tidar Selatan produk Tahu.

D. Resources Connectivity

Persoalan yang sering dihadapi sebagian besar industry kecil adalah juga, bagaimana

membina hubungan dengan pihak lain seperti: pemasok, pembeli, lembaga permodalan,

lembaga pusat teknologi dan lembaga pemasaran, bahkan dengan sesame pengusaha sendiri,

seringkali kesulitan untuk bekerja sama, padahal umumnya kondisi internalnya belum

memadai, kapasitas terbatas, dan belum fleksibel. Resources Connectivity merupakan konsep

jejaring sumberdaya berkembang menjadi kerangka kerja secara luas digunakan untuk

menganalisis peran penting dari industri kecil dalam mempromosikan kegiatan usaha. Secara

empiris telah signifikan meningkatkan inovasi, meningkatkan daya saing, dan mampu

memberikan tingkat pendapatan yang lebih. Secara keseluruhan dalam perspektif yang

terintegrasi dari jaringan inovasi antara kegiatan usaha mampu mendorong berkembangnya

UKM. Resources connectivity atau jejaring sumberdaya dalam industri kecil makanan olahan

ini meliputi: bahan baku, teknologi, tenaga kerja, dan permodalan.

Sumber bahan baku: untuk industri makanan olahan sumber bahan baku umumnya ada

dari sekitar wilayah setempat, namun demikian ada sumber bahan baku yang didapat dari luar

daerah. Untuk kota Magelang bahan baku mentah seperti singkong berasal dari sekitar

Magelang. Bahan baku tepung tapioka berasal dari wialyah Jawa Tengah. Sedangkan untuk

bahan baku kedelai didapat dari pedagang yang merupakan sebagian kedeali impor.

Page 45: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

45

Bahan baku untuk industri makanan olahan krupuk di kabupaten Sidoarjo berasal dari

tepung tapioka yang di suplai dari wilayah Lampung, dengan pertimbangan kualitas tepung

tapioka-nya adalah yang terbaik.

Kerjasama sumber bahan baku: dalam hal kerjasama sumber bahan baku yang paling

menonjol adalah industri yang berada pada klaster industri seperti Tahu di kota Magelang.

Pada industri kecil Tahu, bahan kedelai ada yang dipesan bersama dalam satuan kuantitas

yang besar dan waktu yang berkala, kemudian digunakan / dibagi sesuai kebutuhan produksi

masing-masing industri kecil Tahu. Hal ini menjadikan penggunaan bahan baku menjadi lebih

efisien terutama dalam hal biaya produksi.

Sedangkan untuk industri kecil makanan olahan lainnya, yang umumnya merupakan

sentra produksi, seperti: aneka kripik di kota Magelang kerjasama sumber bahan baku

(pisang, ketela singkong, tepung tapioka), belum dilakukan, karena masing-masing masih

melakukan secara terpisah. Karena itu perlu diberdayakan kelompok usaha/industri kecil,

sehingga ada skala bahan baku yang cukup untuk dikerjasamakan dalam pemesanan

(economic order quantity) dan pemakaian bahan baku antar pengrajin dalam produk industri

kecil makanan olahan yang sama.

Kerjasama sumber bahan baku di wilayah kabupaten Sidoarjo, untuk bahan baku tepung

tapioka belum berjalan baik dan masih harus ditingkatkan lagi. Hal ini karena pada awalnya

lebih merupakan kebutuhan individual dan sudah ada keterikatan dengan pihak suplier

(pemasok) secara historis bahkan juga sebagian turun temeurun.

Teknologi (transfer of knowlegde): teknologi yang mengarah pada transfer of

knowledge juga lebih menonjol pada industri makanan olahan yang berada klaster industri

seperti produk Tahu di kota Magelang. Hal ini bisa dilihat dari indikator jenis peralatan yang

digunakan umumnya sudah standar dan sama antar pengrajin Tahu, seperti: mesin selep,

tungku masak, tungku tahu, cetakan, wajan, bronjong, tungku goreng.

Sedangkan untuk produk lainnya yang masih berada pada sentra-sentra industri, teknologi

yang mengarah pada transfer of knowlegde belum terasa. Pada kelompok ini masing-masing

pengrajin masih bersifat terpisah, dengan mengandalkan pada apa yang dimilikinya sendiri,

terutama peralatan yang dimilikinya.

Untuk wilayah Sidoarjo transfer of technology, bisa terlihat lebih menonjol pada

peralatan produksi terutama mesin pengering krupuk. Beberapa memiliki teknologi tepat guna

mesin pengering yang dirancang secara lokal oleh pemasok m,esin di wilayah Sidoarjo, yang

sebenarnya juga bisa dikembangkan lagi jika aspek permodalan untuk investasinya tersedia,

Page 46: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

46

serta bisa dikembangkan untuk memintakan hak paten (HKI). Bila hal ini dilakukan aspek

resources connectivity untuk peralatan bisa lebih mudah dijalin.

Tenaga kerja: tenaga kerja yang digunakan umumnya berasal dari sekitar wilayah

tersebut yang bekerja secara upah harian dan bekerja rutin ditempat yang sama. Hampir tidak

terjadi ada pertukaran atau perpindahan antar tenaga kerja dari satu pengrajin ke pengrajin

lainnya dalam rangka jejaring sumberdaya.

Permodalan: unsur permodalan dalam industri kecil makanan olahan masih

menggunakan modal internal dari dalam dan belum banyak memanfaafkan sumber modal dari

luar seperti: perbankan, koperasi atau lembaga keuangan lainnya untuk membiayai biaya

produksi. Namun demikian secara tidak langsung pada industri kecil Tahu di Magelang,

dalam hal pembelian bahan baku kedelai untuk produksi Tahu, ada yang memperoleh

kemudahan dalam hal pembayaran bahan baku secara non-tunai dan baru dibayar tunai pada

periode pembelian berikutnya, cara ini tentu sangat membantu industry kecil terutama dalam

kelancaran cashflow usaha.

Peralatan: alat produksi yang dimiliki industri kecil umumnya masih sederhana, dan

merupakan alat-alat produksi yang biasa digunakan industri rumah tangga secara manual dan

ukuran kecil. Namun demikian pada industri kecil Tahu di Magelang, peralatan yang ada

diantara pengrajin Tahu sudah standar dan lebih baik dibanding pengrajin produk makanan

olahan lainnya seperti: aneka kripik.

E. Quality Product Improvement

Pada dasarnya produk merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk

diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar (konsumen) sebagai

pemenuhan kebutuhan atau keinginan , dalam hal ini adalah konsumen. Untuk produk

makanan olahan, secara khusus perlu diperhatikan kualitasnya karena menyangkut

kesempurnaan dan kesesuaian yang dimiliki produks tersebut terhadap persyaratan yang

diinginkan oleh konsumen. Ini terjadi karena makanan olahan adalah produk yang dikonsumsi

langsung untuk dimakan. Kualitas makanan memberikan peranan penting dalam keputusan

pembelian oleh konsumen, sehingga bila kualitas makanan meningkat, maka keputusan

pembelian akan meningkat juga.

Berkaitan dengan Quality Product Improvement ini, ada beberapa indikator kualitas

produk yang perlu diperhatikan, yaitu: rasa, bentuk, warna, keamanan, kesehatan, dan

komposisi bahan.

Page 47: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

47

Rasa: produk makanan olahan yang dihasilkan industri kecil tidak terlepas dari aspek

rasa yang merupakan indikator utama dari kualitas makanan olahan. Rasa pada dasarnya

merupakan cara uji dengan menggunakan indera dari konsusmen sebagai alat utama untuk

pengukuran daya penerimaan terhadap suatu produk dan ini merupakan daya tarik tersendiri

yang khas. Penilaian indrawi ini ada enam tahap yaitu pertama menerima bahan, mengenali

bahan, mengadakan klarifikasi sifat-sifat bahan, mengingat kembali bahan yang telah diamati,

dan menguraikan kembali sifat indrawi produk tersebut. Indra yang digunakan dalam menilai

sifat indrawi suatu produk adalah: (1) Penglihatan yang berhubungan dengan warna kilap,

viskositas, ukuran dan bentuk, volume kerapatan dan berat jenis, panjang lebar dan diameter

serta bentuk bahan. (2) Indra peraba yang berkaitan dengan struktur, tekstur dan konsistensi.

Struktur merupakan sifat dari komponen penyusun, tekstur merupakan sensasi tekanan yang

dapat diamati dengan mulut atau perabaan dengan jari, dan konsistensi merupakan tebal, tipis

dan halus. (3) Indra pembau, pembauan juga dapat digunakan sebagai suatu indikator

terjadinya kerusakan pada produk, misalnya ada bau busuk yang menandakan produk tersebut

telah mengalami kerusakan. (4) Indra pengecap, dalam hal kepekaan rasa , maka rasa manis

dapat dengan mudah dirasakan pada ujung lidah, rasa asin pada ujung dan pinggir lidah, rasa

asam pada pinggir lidah dan rasa pahit pada bagian belakang lidah.

Setiap konsumen di setiap daerah memiliki kecenderungan selera tertentu sehingga

produk yang akan dipasarkan harus disesuaikan dengan selera masyarakat setempat. Selain itu

disesuaikan pula dengan target konsumen, apakah anak-anak atau orang dewasa. Hasil uji

seperti ini dapat digunakan untuk: (1) pengembangan produk dan perluasan pasar, (2)

pengawasan mutu: bahan mentah dan produk, (3) perbaikan produk, (4) membandingkan

produk sendiri dengan produk pesaing, dan (5) evaluasi penggunaan bahan, formulasi, dan

peralatan baru.

Pada produk makanan olahan yang ada di wilayah kota Magelang, umumnya

mengandalkan rasa sebagai salah satu ukuran kualitas produk. Untuk produk Tahu dan aneka

kripik juga memiliki kualitas rasa, yang baik dan banyak dicari konsumen karena sesuai

dengan keinginan pembeli. Kualitas rasa Tahu yang dihasilkan di kelurahan Tidar Selatan

sangat disukai pembeli dan banyak dicari konsumen, yang telah mengenal produk tersebut

cukup lama. Sedangkan produk aneka kripik dari beberapa kelurahan memiliki kualitas rasa

yang baik dan sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Kualitas rasa ini pada dasar tidak

berdiri sendiri, karena juga akan berinteraksi dengan kualitas lainnya seperti: bentuk, warna,

kesehatan, dll yang juga berhubungan erat dengan proses produksi secara manual hasil dari

pengrajin makanan olahan.

Page 48: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

48

Bentuk dan Ukuran: kualitas penampilan suatu produk makanan olahan bisa juga

dilihat dari penampilan bentuk dan ukuran produk. Bentuk dan ukran produk yang seragam

akan memberikan kesan rapi dan bersih. Sebaliknya produk dengan bentuk dan ukuran yang

berbeda-beda (tidak seragam) yang dikemas dalam satu wadah yang sama, akan memberikan

kesan yang ceroboh dalam proses pembuataannya, atau bahkan seperti sisa-sisa produk yang

dikemas menjadi satu.

Untuk produk makanan olahan yang ada di Magelang, masih ada beberapa produk yang

perlu ditinggkatkan kualitas bentuk dan ukurannya seperti: aneka kripik. Hal ini tentu saja

harus dimulai dari proses pemilihan bahan baku sampai dengan proses pengerjaan (peralatan

dan keahlian tenaga kerja) yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan terus. Bila bahan baku

kualitasnya kurang dijaga dan alat yang digunakan tidak standar, serta ketrampilan tenaga

kerja tidak ditingkatkan, maka akan sulit untuk meningkatkan kualitas bentuk ukuran produk

ini. Sedangkan untuk produk Tahu, kualitas bentuk dan ukuran produk yang dihasilkan sudah

cukup baik baik. Hal ini juga didorong oleh kualitas bahan baku dan proses produksi

(peralatan dan ketrampilan) yang baik yang dimiliki oleh industri kecil makanan olahan

tersebut.

Warna: kualitas penampilan suatu produk juga ditentukan oleh warna yang dimiliki

produk makanan olahan tersebut. Kualitas warna dari produk ini pada dasarnya berhubungan

erat dengan indera penglihatan pembeli yang akan membawa konsumen untuk tertarik dan

membeli suatu produk. Namun demikian warna produk ini harus dijaga dengan baik, karena

pemberian bahan-bahan pewarna tambahan yang berasal dari bahan kimiawi akan

membahayakan bagi konsumen apabila jenis dan jumlahnya bahan pewarnanya tidak diukur

dan diawasi dengan baik. Karena itu sangatlah penting untuk terus mempromosikan dan

mengawasi penggunaan bahan pewarna hanya dari bahan-bahan alami yang ada di sekitar

wilayah teresebut. Hal ini bisa mendorong kualitas produk makanan olahan dan menjadi

keunggulan produk yang sangat unique yang pada akhir sulit untuk disaingi produk-produk

liannya yang berasal dari pabrikan.

Untuk produk makan olahan di Magelang seperti: Tahu, aneka kripik, pada umumnya

sudah menggunakan bahan pewarna yang baik dan tidak membahayakan konsumen. Namun

perlu ditingkatkan penggunaan bahan-bahan pewarna alami yang terutama berasal dari nabati

dan mempromosikannya dalam kemasan yang dibuat untuk produk tersebut, dalam hal

bentuk, ukuran, dan bahannya.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemilihan warna produk makan olahan, dimana

dari sisi estetika perlu juga dibuat dan dihasilkan produk makanan olahan dengan warna-

Page 49: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

49

warna yang beragam untuk menimbulkan kesan baru dan inovatif dalam hal produk. Misalnya

untuk produk Tahu, bisa dibuat Tahu dengan beberapa warna, selain warna putih dan kuning

untuk menimbulkan kesan inovatif dari produk.

Komposisi bahan: secara alamiah produk makanan olahan yang dihasilkan oleh

pengrajin memiliki komposisi bahan alami yang baik dan bermanfaat bagi konsumen. Hal ini

karena produk makanan olahan tersebut berbasis produk pertanian lokal, namun demikian

karena perkembangan industri makanan dan persaingan pasar yang ada, komposisi bahan

yang digunakan pada produk makanan olahan ini mulai kurang diperhatikan. Selain itu

komposisi bahan ini juga berkaitan dengan resep yang dimiliki oleh masing-masing pengrajin

dala menghasilkan produknya. Pengetahuan yang dimiliki pengrajin secara individual ini yang

akan membedakan kualitas suatu produk dan ini merupakan tacit knowledge, sehingga banyak

konsumen kemudian hanya akan mau membeli produk makanan olahan dari satu atau

beberapa produsen (pengarajin) saja atau konsumen akan tersegmentasi berdasarkan kekhasan

yang dimiliki produk makanan olahan tersebut karena komposisi bahannya sangat pas, sesuai

dan diminati konsumen pada segmentasi tersebut.

Untuk produk makanan olahan yang ada di Magelang, beberapa produk yang unggulan

seperti: sale pisang, kripik pisang, Tahu, aneka kripik telah memiliki kekhasan dalam hal

komposisi bahan sehingga menghasilkan kualitas rasa dan aroma yang khas dan disukai

konsumen, sehingga produk tersebut dicari konsumen karena dianggap unique dibandingkan

produk dari wilayah lainnya.

Selain itu komposisi bahan ini dalam kaitannya dengan inovasi produk bisa digunakan

meningkatkan kualitas produk (quality product improvement), karena komposisi bahan yang

aman dan mengandung bahan-bahan yang bernilai gizi seperti: kalsium, phosphor, vitamin,

ribovlavin, omega 3 dan 6, atau ingridient lainnya yang sangat dibutuhkan oleh tubuh akan

memberikan peningkatan kualitas produk yang bersifat sustainable. Komposisi bahan yang

mudah dicerna dengan kandungan protein, mineral dan vitamin yang tinggi, menjadikan

produk makanan olahan sebagai sumber bahan makanan yang fleksibel yang dapat diatur

kadar lemaknya, sehingga dapat memenuhi keinginan dan selera konsumen.

Keamanan produk: kemajuan teknologi industri juga berimbas pada industri makanan

olahan, karena roduk makanan olahan menghasilkan produk-produk dengan range yang luas

dan mencapai seluruh strata masyarakat. Konsumsi masyarakat terhadap produk makanan

olahan cenderung terus meningkat, seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat (life

style) termasuk pola konsumsinya. Sementara itu pengetahuan dan kemampuan masyarakat

masih belum memadai untuk memilih dan menggunakan produk secara tepat, benar dan

Page 50: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

50

aman. Dilain pihak iklan dan promosi mendorong konsumen untuk mengkonsumsi secara

berlebihan, hal ini bisa meningkatkan risiko dengan implikasi yang pada kesehatan dan

keselamatan konsumen. Untuk itu dalam rangka melindungi, mencegah dan mengawasi

produk-produk bisa membahayakan konsumen maka aspek keamaan produk perlu

diperhatikan, karena pada dasarnya produsen bertanggung-jawab atas mutu dan keamaan

produk yang dihasilkannya.

Untuk produk makanan olahan unggulan yang ada di Magelang, seperti: Tahu, aneka

kripik telah memiliki tingkat keamanan produk yang yang baik karena memiliki kualitas

penampilan warna, bentuk dan ukuran, rasa dan aroma, dan komposisi bahan yang baik,

sehingga produk tersebut aman bagi konsumen karena tidak mengandung bahan-bahan yang

membahayakan konsumen. Karenanya perlu pengawasan tidak sejak awal proses, mulai

bahan baku, proses produksi, produk setengah jadi, produk jadi sampai pemasarn produk.

Selain itu aspek perijinan secara legal melalui dinas terkait guna memberikan keamanan

produk makanan olahan bagi konsumen, sangat diperlukan dengan sistem pembinaan dan

registrasi produk. Khususnya bagi produsen, bisa didorong untuk mendapatkan Sertifikat

Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) dari dinas kesehatan.

Kesehatan: aspek kesehatan pada produk makanan olahan ini lebih berkaitan dengan

sanitasi dalam proses produksi dan penganan limbah yang dihasilkan oleh industri kecil

makanan olahan. Pada industri kecil makanan olahan seperti: tahu, dan aneka kripik yang ada

di wilayah kota Magelang, dari aspek kesehatan yang berkaitan dengan limbah industri

umumnya masih terkendali dan bisa dimanfaatkan. Bahkan beberapa produk sampingan yang

bila dibiarkan akan menjadi limbah, sudah bisa dimanfaatkan menjadi produk sampingan

seperti: industri tahu di Tidar Selatan Magelang dapat dibuat menjadi produk sampingan baru

kripik tahu. Demikian pula untuk produk sale pisang dan kripik pisang, limbah kulit pisang

masih bisa dimanfaakan untuk makanan ternak.

Untuk menhasilkan produk makanan olahan yang berkualitas dan meminimalkan

pencemaran lingkungan, maka industri kecil perlu menerapkan juga prinsip pengelolaan

lingkungan. Hal ini bisa dimulai dari sanitasi tempat produksi yang berperan penting dalam

menentukan kebersihan sanitasi makanan olahan secara keseluruhan, tempat produksi yang

bersih, sehat dan terpelihara akan menjadi tempat yang menyenangkan dan menimbulkan

kesan (image) bagi pengrajin oleh pihak luar.

Sanitasi alat dan peralatan produksi industri kecil makanan olahan, menjadi penting

karena merupakan alat yang bersentuhan langsung dengan bahan baku yang digunakan, dan

bisa menghindarkan dari terjadinya kontaminasi. Peralatan harus bersih sehingga bisa

Page 51: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

51

mencegah kontaminasi silang pada produk makanan olahan, baik pada tahap persipan,

pengolahan, penyimpanan sementara. Peralatan pengolahan seperti: alat potong, papan

pemotong, alat pencampur, bak pencucian, dan bak penampungan, alat penyaring, dan alat

memasak merupakan sumber kontaminan yang potensial bagi produk makanan olahan, karena

air yang bersih dan frekuensi pencucian alat harus diperhatikan. Hal terakhir juga perlu

diperhatikan adalah kebersihan tenaga kerja yang menangani proses pengolahan, tenaga kerja

harus higienis: tidak merokok, badan bersih, menjaga lingkungan bersih, memakai alat

pelindung jika perlu penutup hidung dan mulut serta sarung tangan.

F. Kinerja Usaha dari Industri Kecil dan Menengah Makanan Olahan

Kinerja dapat diartikan sebagai keluaran yang dihasilkan oleh fungsi atau indikator

suatu pekerjaan dalam waktu tertentu. Dalam kegiatan usaha kecil, pekerjaan adalah aktivitas

memproduksi suatu barang dengan menggunakan bahan baku, tenaga kerja dan ketrampilan

tertentu. Suatu pekerjaan mempunyai sejumlah fungsi atau indikator yang dapat digunakan

untuk mengukur hasil pekerjaan tersebut, karena itu kinerja dari kegiatan usaha kecil dapat

diukur secara luas antara lain dari pendapatan usaha dan jumlah tenaga kerja (Wirawan,

2009).

Pendapatan usaha adalah pendapatan usaha kecil dan menengah makan olahan yang

merupakan nilai penjualan hasil produksi (kuantitas hasil dikalikan harga jual produk) yang

dihasilkan oleh usaha kecil dalam periode satu tahun dan dihitung dalam satuan rupiah.

Besarnya nilai penjualan hasil produksi dari usaha kecil, cukup beragam ada yang telah

mencapai diatas Rp.300 juta per tahun, dengan nilai rata-rata ini menunjukkan nilai penjualan

tahunan dari usaha ini tersebut termasuk dalam kategori usaha kecil (UU. No.20 Tahun 2008

Tentang UMKM), yaitu menghasilkan nilai penjualan tahunan diatas Rp 300 juta. Pendapatan

usaha yang menunjukkan nilai penjualan tahunan ini diperoleh dari pendapatan usaha setiap

kali proses produksi dikalikan jumlah hari produksi dalam satu tahun. Nilai penjualan ini

dipengaruhi oleh harga jual produk dan kuantitas produk, dengan asumsi bahwa harga jual

produk sangat bersaing di pasar, maka harga jual produk menjadi relatif stabil karena lebih

banyak ditentukan oleh pasar, sehingga nilai penjualan tahunan ini sangat dipengaruhi oleh

kuantitas produk yang dihasilkan. Kuantitas produk yang dihasilkan dalam setiap kali siklus

produksi pada setiap usaha kecil umumnya relatif tetap, kecuali pada saat menjelang hari raya.

Karena itu pengembangan wilayah pemasaran untuk memperoleh pangsa pasar baru sehingga

menambah kuantitas penjualan tahunan juga diperlukan.

Page 52: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

52

Sedangkan Penggunaan Tenaga Kerja juga akan berpengaruh terhadap Pendapatan

Usaha. Respon ini menunjukkan bahwa kenaikan pengeluaran untuk penggunaan tenaga kerja

akan menyebabkan bertambahnya kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan meningkat

sehingga menaikkan pendapatan usaha. Penggunaan tenaga kerja yang sesuai dengan jenis

kegiatan produksi yang dilakukan oleh usaha kecil dan kualitas produk yang diinginkan oleh

pasar, akan menyebabkan efisiensi sehingga kuantitas dan kualitas produk akan meningkat

sehingga penerimaan usaha juga meningkat. Keuntungan yang spesifik dari penggunaan

tenaga kerja ini adalah meningkatnya kualitas produk sesuai yang diinginkan dan

berkurangnya bahan baku yang terbuang. Hal ini karena pada usaha kecil makanan olahan,

kualitas produk berupa: bentuk, rasa dan ukuran, sangat ditentukan juga oleh jumlah dan

ketrampilan tenaga kerja yang digunakan.

Harga jual produk makanan olahan juga berpengaruh terhadap pendapatan usaha.

Respon yang relatif kecil dari pendapatan usaha oleh perubahan tingkat harga jual produk ini

diduga karena tingkat harga jual produk di pasar sangat bersaing dan masing-masing produk

telah memiliki segmen pasar dan wilayah pasar yang tersendiri. Namun setiap produk masih

bisa kompetitif, sehingga cukup signifikan dalam memberikan kontribusi terhadap pendapatan

usaha kecil. Karena itu upaya untuk memperkuat kegiatan produksi dan pemasaran produk,

terutama: ketrampilan tenaga kerja, sarana pemasaran dan cara pembayaran, sangatlah

diperlukan agar diperoleh tingkat harga yang lebih tinggi. Selain itu struktur pasar yang

cenderung bersaing dari produk-produk ini perlu diperhatikan oleh usaha kecil, sehingga

mampu menghasilkan produk yang spesifik, unik dan unggul serta dapat bersaing pada pasar

yang sangat kompetitif ini, seperti terlihat pada usaha kecil penghasil produk soun dan kripik

tempe. Untuk itu peningkatan ketrampilan tenaga kerja juga perlu mendapat perhatian.

Kegiatan usaha yang dilakukan oleh usaha kecil makanan olahan ini sebagian

merupakan usaha skala kecil dengan jumlah tenaga kerja antara 5 orang sampai dengan 19

orang, dan sebagian lagi merupakan usaha skala menengah dengan jumlah tenaga kerja diatas

orang, yang menghasilkan produk makanan olahan dengan baku bahan utama pertanian

seperti: ketela pohon, kedelai, beras ketan, pisang, tepung tapioka, tepung terigu, kulit

rambak, dan daging sapi. Kegiatan usaha dari usaha kecil dapat dikelompokkan, pertama,

kelompok usaha yang berorientasi untuk mencari kesempatan kerja, mencari nafkah dan

masih kurang memiliki jiwa kewirausahaan (livehood activities), kedua, kelompok usaha

yang lebih bersifat pengrajin dan sudah mulai memiliki jiwa kewirausahaan (micro

enterprise), ketiga, kelompok usaha yang telah memiliki jaringan kerja dan mampu melayani

pekerjaan pesanan atau sub-usaha dari pedagang, dan umumnya telah memiliki jiwa

Page 53: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

53

kewirausahaan (small dynamic enterprise), jumlah kelompok ini termasuk paling sedikit. Dari

segi manajemen umumnya kondisi dari usaha kecil adalah: pemilik langsung adalah

pengelola, perencanaan dan sekaligus pelaksana usaha berdasarkan kebiasaan dan tidak

tertulis, pendelegasian kerja masih melalui perintah lisan, saluran informasi yang tersedia

tidak dibina, dan masih bergantung pada pelanggan dan pemasok lokal sekitar. Namun

demikian pada kondisi ini pelaku usaha kecil diharapkan menjadi orang berkarakter baik,

yang mampu berinteraksi dengan tenaga kerja, membina jaringan kerja, dan mampu menjalin

hubungan sosial di masyarakat.

G. Tingkat Adopsi Teknologi Pada Komponen Model IRC dari Industri Kecil

Untuk mengetahui tingkat adopsi teknologi yang telah dilakukan oleh IKM makanan

olahan di tiga wilayah yang meliputi kabupaten Ciamis, kota Magelang, dan kabupaten

Sidoarjo, maka telah dilakukan pembekalan kepada pelaku IKM makanan olahan, dinas

terkait dan pengamat/pemerhati IKM makanan olahan, di masing-masing wilayah berjumlah

4-5 orang. Pada forum pembekalan ini dilakukan juga evaluasi pre test dan post test untuk

mengetahui tentang tingkat adopsi teknologi, pengetahuan dalam industri makanan olahan,

dan komponen dalam model integrated radial cycle (IRC) yang dimiliki para stakeholders

(pemangku kepentingan dalam IKM makanan olahan).

Kegiatan ekspose penggalian informasi dalam bentuk Forum Group Discussion (FGD)

dalam kelompok kecil, untuk mendapatkan: a) mengetahui sejauh mana para stakeholders ini

melaksanakan kegiatan dan tugasnya dilapangan/kegiatan usaha, b) Mengetahui tingkat

adopsi teknologi para stakeholders dalam penyelenggaraan kegiatannya (khususnya para

pelaku IKM), c) Mengetahui kesesuaian materi atau kebutuhan pengetahuan pelaku IKM

dengan materi yang disampaikan dalam penyelenggaraan pembekalan, d) Mengetahui tentang

harapan para pelaku IKM dan pihak terkait dalam penyelenggaraan pembelakan dan kegiatan

IKM makanan olahan kedepan.

Dari hasil evaluasi test (pre dan post test) dan pengagalian informasi dalam bentuk

Forum Group Discussion (FGD) pada kelompok kecil (4-5 orang per wilayah), tingkat adopsi

teknologi pada komponen model IRC secara kualitatif deskriptif masih taraf yang sedang dan

cukup, dengan gambaran sebagai berikut:

1) Innovation Actor Empowerment (IAE), peran inovasi dalam organisasi, produk,

dan pasar pada kegiatan industri kecil makanan olahan dijalankan oleh pelaku inovasi baik

technical assistance dan mentor (pelaku usaha), ada yang sudah: memperoleh informasi

tentang teknologi pada makanan olahan, melakukan persiapan untuk menggunakan teknologi

Page 54: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

54

untuk pertama kalinya, teknologi sudah digunakan rutin tetapi belum ada pemikiran untuk

memodifikasi, dan teknologi sudah digunakan rutin dan sudah ada pemikiran untuk

memodifikasi. Dari deskripsi ini adopsi teknologi berdasarkan tingkat penggunaan adalah

pada tingkat: Orientation (memperoleh informasi), Preparation (persiapan menggunakan),

Routine (rutin menggunakan), dan Refinement (menggunakan dan sudah ada pemikiran

memodifikasi).

2) Technological Development (TD), Dalam pengembangan teknologi pada industri

kecil makanan olahan pada indikator: peralatan (alat) yang digunakan, dan proses produksi

yang dilakukan, ada yang telah: memperoleh informasi tentang teknologi pada makanan

olahan, teknologi yang digunakan masih dalam tahap berlatih dan jarang digunakan, teknologi

sudah digunakan rutin tetapi belum ada pemikiran untuk memodifikasi, dan teknologi sudah

digunakan rutin dan sudah ada pemikiran untuk memodifikasi. Dari deskripsi ini adopsi

teknologi berdasarkan tingkat penggunaan adalah pada tingkat: Orientation (memperoleh

informasi), Mechanical use (tahap berlatih), Routine (rutin menggunakan), dan Refinement

(menggunakan dan sudah ada pemikiran memodifikasi).

3) One Village One Product (OVOP), Jika dikaitkan dengan industri kecil makanan

olahan, maka konsep OVOP ini pada tingkat sentra industri kecil, ada yang: menggunakan

teknologi di tahap awal pada makanan olahan, teknologi yang digunakan masih dalam tahap

berlatih dan jarang digunakan, teknologi sudah digunakan rutin tetapi belum ada pemikiran

untuk memodifikasi, dan teknologi sudah digunakan rutin dan sudah ada pemikiran untuk

memodifikasi. Dari deskripsi ini adopsi teknologi berdasarkan tingkat penggunaan adalah

pada tingkat: Preparation (persiapan menggunakan), Mechanical use (tahap berlatih),

Routine (rutin menggunakan), dan Refinement (menggunakan dan sudah ada pemikiran

memodifikasi).

4) Resources Connectivity (RC), atau jejaring sumberdaya dalam industri kecil

makanan olahan ini meliputi: bahan baku, teknologi, tenaga kerja, dan permodalan. Jika

dikaitkan dengan tingkat adopsi teknologi maka ada yang telah: menggunakan teknologi di

tahap awal pada makanan olahan, teknologi sudah digunakan rutin tetapi belum ada pemikiran

untuk memodifikasi, teknologi sudah digunakan rutin dan sudah ada pemikiran untuk

memodifikasi, dan bekerjasama dengan rekan-rekan dalam upaya peningkatan penggunaan

teknologi. Dari deskripsi ini adopsi teknologi berdasarkan tingkat penggunaan adalah pada

tingkat: Preparation (persiapan menggunakan), Routine (rutin menggunakan), Refinement

(menggunakan dan sudah ada pemikiran memodifikasi), dan Integration (bekerjasama

menggunakan teknologi).

Page 55: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

55

5) Quality Product Improvement (QPI), berkaitan dengan Quality Product

Improvement ini, ada beberapa indikator kualitas produk yang perlu diperhatikan, yaitu: rasa,

bentuk, warna, keamanan, kesehatan, dan komposisi bahan. Pada industri makanan olahan ada

yang sudah: memperoleh informasi tentang teknologi, menggunakan teknologi di tahap awal

pada makanan olahan, teknologi sudah digunakan rutin tetapi belum ada pemikiran untuk

memodifikasi, dan teknologi sudah digunakan rutin dan sudah ada pemikiran untuk

memodifikasi. Dari deskripsi ini adopsi teknologi berdasarkan tingkat penggunaan adalah

pada tingkat: Orientation (informasi awal), Preparation (persiapan menggunakan), Routine

(rutin menggunakan), dan Refinement (menggunakan dan sudah ada pemikiran

memodifikasi).

4. KEUNGGULAN PRODUK: LOKAL TAPI GLOBAL, KEBANGGAN WILAYAH,

KREATIF DAN INOVATIF.

Kegiatan produksi yang dilakukan oleh industri kecil makanan olahan dengan model

daya saing (Model IRC) dan tingkat adopsi teknologi yang telah dilakukan, diharapkan dapat

digunakan untuk melihat gambaran tentang keunggulan produk , yang lokal tapi global,

kebanggaan wilayah, kreatif dan inovatif. Adapun produk makanan olahan yang diharapakan

menjadi unggulan adalah: aneka kripik, produk tahu, dan aneka krupuk.

Keunggulan Produk: Keunggulan suatu produk baru merupakan salah satu faktor

penentu dari kesuksesan produk baru, karena sangat berkaitan dengan atribut produk seperti

kualitas teknologi, penggunaan baru dan keunikannya. Keunikan produk yang merupakan

indikator keunggulan produk, pada dasarnya berasal dari riset untuk memenuhi kebutuhan

pelanggan (orientasi pelanggan) dan melibatkan inovasi teknologi (Rachman, 2006).

Keunggulan produk juga merupakan pembedaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

tawaran kompetitor. Unsur-unsur keunggulan produk, misalnya keunikan, nilai dan

keuntungan yang ditawarkan produsen harus dilihat dari perspektif pengguna (konsumen),

yang didasarkan pada pemahaman atas kebutuhan dan keinginan konsumen, selain itu juga

dari faktor subjektif (suka dan tidak suka) dari para pelanggan.

Produk lokal tapi global, mengandung arti produk makanan olahan ini merupakan

produk yang dibuat di wilayah sentra industri, dengan menggunakan bahan baku yang ada dan

dihasilkan di sekitarnya atau dalam negeri, menggunakan tenaga kerja local, tetapi mampu

bersaing dengan produk dari luar atau bersaing di pasar luar negeri. Hal ini menjadi penting

ditengah-tengah derasnya arus glabalisasi yang dalam waktu dekat ditandai dengan

berlakunya pasar bebas ASEAN, sehingga banyak produk luar termasuk makanan olahan

Page 56: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

56

yang masuk ke dalam negeri. Namun hal ini juga berarti produk local memiliki peluang untuk

masuk pasar luar negeri, jika memiliki keunggulan produk.

Kebanggaan wilayah, produk unggulan yang muncul dari konsep dasar dari

pengembangan gerakan One village One Product (OVOP) adalah adanya interaksi antara

pemerintah dan masyarakat, dimana peran masyarakat sangat dominan sebagai pihak yang

memiliki kemampuan dan keinginan untuk mengembangkan produk atau potensi daerah yang

dimilikinya. Pemerintah yang telah banyak mengetahui potensi dan kemampuan masyarakat

hanya lebih banyak memfasilitasi dan memberikan informasi tentang potensi pasar,

membantu pengembangan produk supaya lebih menarik, membantu memanfaatkan teknologi.

Satu hal lagi dan menjadi sangat penting adanya insentif serta penghargaan yang mendukung

sehingga lebih dapat merangsang masyarakat untuk menciptakan dan mengembangkan

produk lainnya menjadi inovatif dan kreatif (Anonim, 2013). Dengan demikian produk

unggulan yang ada di masing-masing wilayah penelitian ini diharapakan dapat menjadi

kebanggaan wilayah. Hal ini juga telah banyak dilakukan di luar negeri, sehingga secara tidak

langsung, kita mengenal produk unggulan dari Negara lain dengan nama luar negeri untuk

produk yang telah masuk ke dalam negeri. Hal sebaliknya juga harus terjadi pada produk yang

dihasilkan di dalam negeri, sehingga nama di kenal di luar negeri dengan nama lokal dalam

negeri. Konsep OVOP sebenarnya relatif sederhana, karena berupaya untuk : 1) menemukan

keunikan produk suatu wilayah, sehingga dapat dijadikan sebagai ciri sekaligus kebanggaan

wilayah, 2) membuat produk yang memiliki nilai tambah tinggi, dan tetap menjaga kelestarian

lingkungan, sehingga dapat diterima dan diakui secara nasional maupun internasional, dan 3)

satu desa mengembangkan satu produk unggulan, sehingga lebih fokus dan akan tercipta

banyak produk unggulan yang bardaya saing tinggi di suatu wilayah.

Kreatif dan inovatif, merupakan kunci dalam peningkatan kualitas produk makan

olahan, sehingga menjadi produk unggulan yang mampu berkembang di dalam negeri dan

bersaing dipasar luar negeri. Inovasi akan menjadi keharusan dalam usaha makanan olahan,

jika tak ada dilakukan inovasi maka harus siap dikalahkan pesaing, karena itu menciptakan

inovasi-inovasi terbaru terus dilakukan agar tetap dicari konsumen. Inovasi produk pangan

penting untuk memanfaatkan bahan baku lokal yang ada di dalam negeri. Inovasi juga dapat

memicu pelaku industry kecil makanan olahan untuk menghasilkan produk yang lebih baik,

berdaya saing sehingga dapat setara melampaui produk-produk pasar global. Dengan jumlah

penduduk yang besar dan kaya dengan sumber daya alamnya, Indonesia berpotensi menjadi

basis produksi dan distribusi industri makanan olahan, baik dalam maupun luar negeri.

Page 57: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

57

Kelompok makanan olahan diharapkan akan menjadi kegiatan kreatif baru, kedepan

studi terhadap produk makanan olahan khas Indonesia yang dapat ditingkatkan daya saingnya

di pasar ritel dan pasar internasional, dengan data dan informasi selengkap mungkin mengenai

produk-produk makanan olahan khas Indonesia, untuk disebarluaskan melalui media yang

tepat, di dalam dan di luar negeri, sehingga memperoleh peningkatan daya saing di pasar ritel

modern dan pasar internasional. Pentingnya kegiatan ini dilatarbelakangi bahwa Indonesia

memiliki warisan budaya produk makanan khas, yang pada dasarnya merupakan sumber

keunggulan komparatif bagi Indonesia. Hanya saja, kurangnya perhatian dan pengelolaan

yang menarik, membuat keunggulan komparatif tersebut tidak tergali menjadi lebih bernilai

ekonomis. Kegiatan ekonomi kreatif sebagai prakarsa dengan pola pemikir biaya kecil tetapi

memiliki pangsa pasar yang luas serta diminati masyarakat luas diantaranya usaha makanan

olahan atau wisata kuliner (Wikipedia, 2015)

Page 58: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

58

BAB 6

RENCANA TAHAPAN TAHUN BERIKUTNYA

TAHUN KETIGA

1. Dilakukan kegiatan pengembangan OVOP melalui pendampingan IKM makanan

olahan untuk memenuhi 3 aspek pokok agar diperoleh produk unggulan dengan

kualitas global, pengembangan wilayah sehingga terdapat kebanggaan wilayah, dan

sumberdaya manusia yang berpikir global tetapi bertindak lokal.

2. Pelatihan dan pendampingan dalam rangka peningkatan kualitas produk IKM

makanan olahan.

3. Tahap komersialisasi dengan langkah yaitu melakukan pembakuan model strategi

peningkatan daya saing makanan olahan melalui model IRC, sosialisasi model

strategi melalui FGD dan sekaligus melakukan desiminasi kepada IKM makanan

olahan serta stakeholder.

Pada kegiatan penelitian tahun ketiga tersebut kegiatan dilakukan di kabupaten

Ciamis, kota Magelang, dan kabupaten Sidoarjo pada Industri Kecil dan Menengah makanan

olahan. Adapun luaran dari kegiatan tahapan di Tahun Ketiga adalah:

(1) Model baku peningkatan daya saing makanan (Model IRC), dan

(2) Strategi Integrated Radial Cycle.

Page 59: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

59

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

1. Model peningkatan daya saing pada industri kecil makanan olahan yang dihasilkan dari

penelitian ini adalah, model peningkatan daya saing pada industri kecil makanan olahan

ini akan terdiri dari 5 (lima) komponen utama, yaitu: Innovation Actor Empowerment

(IAE), Technological Development (TD), One Village One Product (OVOP), Resources

Connectivity (RC), dan Quality Product Improvement (QPI) dengan membentuk model

radial cycle (lingkaran).

2. Tingkat adopsi teknologi pada kegiatan industri kecil makanan olahan ada yang sudah:

memperoleh informasi tentang teknologi pada makanan olahan (Orientation), melakukan

persiapan untuk menggunakan teknologi untuk pertama kalinya (Preparation), teknologi

yang digunakan masih dalam tahap berlatih dan jarang digunakan (Mechanical use),

teknologi sudah digunakan rutin tetapi belum ada pemikiran untuk memodifikasi

(Routine), teknologi sudah digunakan rutin dan sudah ada pemikiran untuk memodifikasi

(Refinement), dan bekerjasama dengan rekan dalam upaya peningkatan penggunaan

teknologi (Integration).

3. Keunggulan produk yang dimiliki oleh industri kecil makanan olahan, seperti: aneka

kripik, produk tahu, dan aneka krupuk, yang merupakan produk lokal diharapkan dapat

bersaing secara global, menjadi kebanggaan wilayah, serta terus kreatif dan inovatif

sehingga mampu berkembang di dalam negeri dan bersaing dipasar luar negeri.

2. Saran

1. Dalam upaya pemantapan adopsi teknologi peningkatan daya saing industri makanan

olahan di wilayah penelitian, perlu penguatan kelompok industri makanan olahan

melalui peningkatan peran anggota dalam kelompok serta peningkatan peran tokoh dalam

kelompok industri makanan olahan.

2. Peran pemerintah dalam hal ini dinas terkait dan aparat desa sampai dengan kabupaten-

kota sebagai regulator sangat dibutuhkan untuk membantu permasalahan menyangkut

sumberdaya bahan baku, yang sering menghadapi permasalahan harga bahan baku yang

terus meningkat, permasalahan menyangkut penanganan limbah dan polusi industri, dan

perbaikan teknologi produksi dan pengepakan (packaging).

Page 60: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

60

3. Dari segi ekonomi umumnya kondisi dari usaha kecil makanan olahan memiliki

elastisitas permintaan yang rendah, modal usaha yang relatif terbatas membuat usaha

kecil memiliki produksi yang ketat (efisien) sehingga cukup fleksibel berpindah jenis

produk yang lebih menguntungkan, serta menyerap banyak tenaga kerja dan bahan baku

lokal sehingga mampu memperkuat perekonomian. Karena itu perlu dukungan dari

pemerintah dalam hal akses pasar yang lebih luas, tambahan modal usaha dari lembaga

keuangan, serta pelatihan dan pendampingan untuk peningkatan ketrampilan sumberdaya

manusia.

Page 61: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

61

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Industri Makanan dan Minuman. Buletin Industry Update. Vol 9, Mei 2012,

hal 2. http://www.bankmandiri.co.id/indonesia/eriview-pdf/NFDK01177899.pdf

Anonim. 2013. http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/49-juni-2008/426-gerakan-

ovop-one-village-one-product-sebagai-upaya-peningkatan-pengembangan-

daerah.html . diunduh 11 maret 2013.

Anonim, 2014. Lokasi Industri dan Pertanian. http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/

JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121-AGJA_WALUYA/GEOGRAFI_

EKONOMI/Geografi_Industri.pdf.

Bank Indonesia. 2005. Hasil Penelitian Profil Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di

Indonesia. Bank Indonesia, Jakarta.

Hakim, NF. 2006. Strategi Peningkatan Keunggulan Bersaing Berkelanjutan Melalui Kinerja

Teknologi Informasi Dan Inovasi Teknologi (Studi Empiris pada Perusahaan Jasa

Konstruksi Swasta Skala Besar di Indonesia). Tesis. Program Studi Magister

Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.

Islami, Fitrah Sari. 2014. ANALISIS POLA KLASTER, FORMASI KETERKAITAN DAN

ORIENTASI PASAR (Sentra Industri Krupuk Mie Desa Harjosari Lor Kecamatan

Adiwerna Kabupaten Tegal). Skripsi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas

Diponegoro.

Kemenkop dan UKM. 2011. Statistik Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Tahun 2010-2011.

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Jakarta.

Kaplan, S.M. 2000, “Innovating Professional Services”, Consultting Management,

Burlingame, May, Vol.11, Iss.1, Pg.30.

Lyon F, dan Atherton A, 2000. A Business View of Clustering: Lessons for Cluster

Development Policies Foundation for SME Development. University of Durham,

Durham.

Parasuraman, et al. 1996. The Behavioral Consequences of Service Quality. Journal of

Marketing.Vol. 60, No. 2 (Apr., 1996), pp. 31-46. Published by: American

Marketing Association.

Porter, M.E. 1994. The Competitive Advantage: Creating and Sustaining Superior

Performance. NY: Free Press.

Roper, et al. 2006. The Scottish Innovation System: Actors, Roles and Action. Aston Business

School, Birmingham. [email protected]

Smith, G. 2011. Questioning the Theoretical Basis of Current Global-City Research:

Structures, Networks and Actor-Networks. International Journal of Urban and

Regional Research. Volume 35, Issue 1, pages 24–39, January 2011

Tsai, W.2001. Knowledge transfer in intraorganizational networks: effects of network

position and absorptive capacity on business. Journal: Academy of Management

Journal, Oct 2001, Volume: 44 Issue: 5 pp.996-1004

Page 62: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

62

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Peneliti

1. Ketua Peneliti

a. Identitas diri

1) Nama lengkap : Dr. Ir. Bayu Nuswantara, MM

2) Jabatan fungsional : Asisten Ahli

3) Jabatan struktural : -

4) NIK : 1993038

5) NIDN : 0626016301

6) Tempat, tanggal lahir : Martapura (Kalsel), 26 Januari 1963

7) Alamat rumah : Jl. Kumpulrejo No.42 Salatiga- Jawa Tengah

8) Nomor telepon/faks/hp : Telp: 0298-315184 HP: 0816720542

9) Alamat kantor : Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW

Salatiga, Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga

10) Nomor telpon/fax : (0298) 321212 / Fax. (0298) 321433

11) Alamat e-mail : e-mail: bnuswan @yahoo.com

12) Lulusan yang telah

dihasilkan

: S1 = 21

13) Mata kuliah yang diampu : Ekonomi Mikro

Perdagangan Internasional

Metoda Kuantitatif

Ekonomi Sumberdaya

Manajemen Produksi Perkebunan

Analisis Kebijakan Pertanian

Pengendalian Operasi Perkebunan

b. Riwayat pendidikan

S1 S2 S3

1) Nama Perguruan Tinggi : UKSW

Salatiga

UGM

Yogyakarta

IPB

Bogor

2) Bidang ilmu : Sosial-

Ekonomi

Pertanian (Ir)

Manajemen

(MM/Magister

Manajemen)

Ilmu

Ekonomi

Pertanian

(Dr)

3) Tahun lulus : 1988 1992 2012

4) Judul

Skripsi/Thesis/Disertasi

: Pengaruh

Produktivitas

Tanah dan Luas

Penguasaan

TanahTerhadap

Mobilitas dan

Alokasi Tenaga

Kerja serta

Pendapatan Petani

Manajemen

Sumberdaya

Manusia di PT.

Mekar Armada

Jaya

Peranan Kredit

Mikro Dan

Kecil Terhadap

Kinerja Usaha

Kecil Dan

Ekonomi

Wilayah

Di Provinsi

Jawa Tengah

5) Nama Pembimbing : Ir. Murnito

Wirjomihardjo

Dr. Hani

Handoko

Prof. Dr. Ir.

Kuntjoro

Page 63: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

63

c. Pengalaman penelitian dalam 5 tahun terakhir (bukan skripsi atau thesis)

No

Tahun

Judul Penelitian

Pendanaan

Sumber Jumlah (juta

rupiah)

1) 1998 Penelitian Base Line Pertanian di

Wilayah Kabupaten Luwuk-

Banggai, Propinsi Sulawesi

Tengah.

World

Vision

Indonesia-

Jakarta.

50

2) 2001 Penelitian Revitalisasi Pertanian

pasca konflik di Wilayah

Halmahera Utara, Propinsi Maluku.

World

Vision

Indonesia.

75

3) 2013 Penyusunan Model Manajemen

Lahan Kritis Untuk Peningkatan

Nilai Ekonomi Dan Pelestarian

Lahan Berdasarkan Zona

Agroekologi

Hibah

Internal

UKSW

Salatiga

23

d. Pengalaman pengabdian kepada masyarakat dalam 5 tahun terakhir

No

Tahun

Judul Pengabdian

Pendanaan

Sumber Jumlah (juta

rupiah)

1) 2001-2003 Program Sinergi Pemberdayaan

Potensi Masyarakat (SIBERMAS)

Di Kecamatan Banyubiru,

Kabupaten Semarang

DIKTI dan

Pemkab.

Semarang

2001: 100

2002: 115

2003: 165

2) 2007 Pemantapan Program

SIBERMAS“Pemberdayaan

Rumah Tangga Miskin Produktif

Berbasis Pengembangan IPTEK

dan Potensi Wilayah” di Kec.

Sidorejo, Salatiga

DIKTI 100

3) 2008 Pengembangan Teknologi Produksi

Sabun Alami yang Didukung oleh

Teknologi Informasi

DIKTI 195

4) 2013 IbM Pemberdayaan Kelompok

Usaha Jasa Pariwisata di Obyek

Wisata Candi Ceto

DIKTI 47

e. Pengalaman penulisan artikel ilmiah dalam jurnal 5 tahun terakhir

No Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor/Tahun Nama Jurnal

1 Prospek Bank Pertanian Di

Indonesia: Kajian Terhadap

Skim Kredit Pertanian

Volume 14 No.1

Desember 2000

Jurnal Agric ISSN

0854-9028

Fakultas Pertanian

Page 64: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

64

dan Bisnis UKSW

Salatiga

2 Pengaruh Kebijakan Pajak

Pertambahan Nilai (PPN)

Pada Pengembangan

Agribisnis

Volume 15 No.1 Juli

2001

Jurnal Agric ISSN

0854-9028

Fakultas Pertanian

dan Bisnis UKSW

Salatiga

3 Pengaruh Kredit Mikro dan

Kecil Terhadap Kinerja

Usaha Kecil

Volume XIX No.2

September 2009

Jurnal Ekonomi UKI

ISSN: 0215-8442

:(97-119)

Fakultas Ekonomi

UKI Jakarta

4 Analisis Komparasi

Usahatani padi Organik dan

Anorganik di Kecamatan

Sambirejo Kabupaten Sragen

Volume 14 No.1

Oktober 2012

Jurnal Agric ISSN

0854-9028

Fakultas Pertanian

dan Bisnis UKSW

Salatiga

f. Pengalaman penyampaian makalah secara oral pada pertemuan/seminar ilmiah dalam

5 tahun terakhir

No Nama Pertemuan Ilmiah/

Seminar

Judul artikel Ilmiah Waktu dan Tempat

1 Seminar Nasional &Call for

Papers “Menilai Kinerja

Bisnis & Ekonomi Indonesia:

Problematika, Perspektif, &

Prospek”.

Peranan Kredit

Dalam Mendorong

Kinerja Usaha

Kecil

15-16 Mei 2012. Fak

Ekonomi Univ Atma

Jaya Yogyakarta

(UAJY) dan Ikatan

Sarjana Ekonomi

Indonesia (ISEI)

Yogyakarta

2 Seminar Nasional dan Call

for Paper: “Kesiapan Industri

Perbankan dan Bisnis dalam

Menghadapi Asean Economic

Community 2015”.

Analisis Penyaluran

Kredit Mikro dan

Kecil pada

Beberapa Lembaga

Keuangan Mikro di

Jawa Tengah.

7 Juni 2012. Fak

Ekonomi Universitas

Stikubank Semarang

dan Ikatan Sarjana

Ekonomi Indonesia

(ISEI) Semarang

3 Seminar Nasional dan Call for

Paper: “Pengembangan

Ekonomi Kreatif Berbasis

Komoditas Pertanian di

Indonesia”

Analisis Komparasi

Usahatani Padi

Organik dan

Anorganik di

Kecamatan

Sambirejo

Kabuapten Sragen.

26 Januari 2013

Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas

Maret (UNS) Surakarta

dan Perhimpunan

Ekonomi Pertanian

Indonesia (PERHEPI)

Page 65: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

65

Page 66: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

66

2. Anggota Peneliti 1

I. IDENTITAS DIRI

1.1. Nama Lengkap (dengan gelar) Prof. Dr. Ir. Sony Heru Priyanto, MM.

1.2. Jabatan Fungsional Guru Besar/IVE

1.3. NIDN 1914096601

1.4. Tempat dan Tanggal Lahir Banyuwangi, 14 September 1966

1.5. Alamat Rumah Jl, Merdeka Selatan III/8 Salatiga

1.6. Nomor Telepon/Fax (0298) 314 337 / (0298) 321 433

1.7. Nomor HP 085876699835

1.8. Alamat Kantor Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga

1.9. Nomor Telepon/Fax 0298 321212/ 0298 321433

1.10 Alamat e-mail [email protected]

1.11 Lulusan yg telah dihasilkan S1= 59 orang ; S2= 34 orang; S3= 7 orang;

1.12 Mata Kuliah yg diampu 1. Kewirausahaan

2. Entrepreneurship dan Pembangunan

3. SDM dan Pembangunan

4. Analisis SDM

5. Manajemen Perusahaan Pertanian

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

2.1. Program: S1 S2 S3

2.2. Nama PT UGM UGM Brawijaya

2.3. Bidang Ilmu Sosial Ekonomi

Pertanian

Manajemen Manajemen

2.4. Tahun Masuk 1985 1994 2001

2.5. Tahun Lulus 1990 1996 2003

2.6. Judul Skripsi/

Tesis/Disertasi

Analisis Perilaku

Konsumen Gula

Pasir

Analisis Reward

dan Punishment di

PT Hasfarm

Sukokulon

Hubungan Lingkungan

Eksternal,

Kewirausahaan dan

Kapasitas Manajemen

dengan Kinerja Usaha

Tembakau

2.7. Nama Pembim-

bing/ Promotor

Prof. Dr. Ir. Sri

Widodo, M.Sc

Dr.Ir.Suhatmini H,

MS.

Hani Handoko, SE,

MBA, Ph.D

Prof. Syafii Idrus

Dr. Ir.Nuhfil Hanani, MS

Dr. Candra

III. PENGALAMAN PENELITIAN (bukan skripsi, tesis, maupun disertasi)

No Tahun Judul Sumber Pendaaan Jumlah

(Jt Rp)

1.

2012

Penyusunan Entrepreneurial Learning

Model Untuk Pendidikan Formal:

Kasus Perguruan Tinggi

Dikti 60

2.

2012

Penyusunan Model Educational Park

Untuk Meningkatkan Kualitas

Layanan PAUDNI

P2PNFI 70

3.

2012

Konstruksi Sosial Kewirausahaan dan

Prototipe Model Pendidikan

Kewirausahaan: Cross National

Analysis

Dikti 100

Page 67: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

67

4.

2011

Penyusunan Dokumen Strategi

Pengembangan Intanpari di Kab.

Semarang

Bappeda Kab.

Semarang

70

5. 2011 Penyusunan Model Pengembangan

Lab-Site Kolaboratif

P2PNFI 100

6. 2010 Penyusnan Model Pengembangan

Desa Vokasi berbasis Kewirausahaan

P2PNFI 700

7 . 2010 Penyusunan Model Pendidikan

Kewirausahaan Level Non Formal

Hibah Kompetensi

Dikti

80

8.

2009

Dekontruksi Menyama Braya: Analisis

Sosio-kultural Masyarakat Bali dalam

Rangka Penyusunan Model Integrasi

Bangsa dan Harmoni Sosial Bangsa

Indonesia

Hibah Strategis

Nasional Dikti

100

9.

2009

Peningkatan Pendapatan Petani

melalui Penerapan Teknik Produksi

Benih Padi Hibrida

Hibah Strategis

Nasional Dikti

80

10.

2008

Analisis Faktor Yang mempengaruhi

Kewirausahaan untuk Level Individu

dan Industri di Usahatani Jawa Tengah

Hibah Bersaing

Dikti

45

11. 2007 Penyusunan Promosi Potensi Daerah

Kota Palembang

APBD Kota

Palembang

400

12. 2007 Stratifikasi dan Penyusunan

Klasifikasi Pelanggan PDAM

PDAM Kota

Salatiga

48

13. 2006 Analisis Kinerja Inkubator Bisnis Dinas Pelayanan Kop

dan UKM Jateng

50

14. 2005 Pengembangan Business development

Service Hortikultura

Dinas Koperasi dan

UKM Kota Salatiga

50

15.

2005

Pengembangan Agribisnis melalui

Penerapan Cold Storage

Dinas Pelayanan

Koperasi dan UKM

Jawa Tengah

250

16

2004 &

2005

Eksplanasi peranan kewirausahaan,

kapasitas manajemen dan kinerja

usaha nelayan di NTT

RUKK Menristek 160

17. 2004 Analisis Kebutuhan Pasar Untuk SNI Badan Standardi-

sasi Nasional (BSN)

250

18.

2002 Kewirausaahan dan Kapasitas

Manajemen Petani Tembakau di Jateng

PT Djarum Kudus

dan UKSW

25

19.

2001 Analisis Kewirausahaan dan Kapasitas

Manajemen petani di Kab. Klaten

USAID 80

IV. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (bukan skripsi, tesis,

maupun disertasi)

No. Tahun Judul Sumber Pendanaan Jumlah

(Juta)

1. 2012 Memberikan Penyuluhan Kepada

Pedagang Pasar Tradisional

Dinas Perdagangan

Jateng

1

2. 2012 Tim Akademisi P2PNFI Regional II

Semarang

P2PNFI 5

3. 2011 Pengembangan Pertanian Organik Coca Cola 13

2010 Pengembangan Education For Dikti 150

Page 68: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

68

4.

Sustainabel Education melalui

Pengembangan Padi Organik

5. 2009 Tim Akademisi P2PNFI Regional II

Semarang

P2PNFI 20

6. 2009 Pendampingan Badan Keswadayaan

Masyarakat Kelurahan Kalicacing

PNPM 300

7. 2008 Pendampingan Tim Komisi

Penyuluhan Propinsi Jateng

Pemda 100

8.

2006

Pengembangan Wirausaha Baru dalam

Rangka mengatasi Kemiskinan Kota di

Kab. Semarang

Dinas Koperasi &

UKM Kab.

Semarang

45

9. 2007 Pendampingan Masyarakat Penerima

Hibah di Kabupaten Semarang

Dinas Kope-rasi &

UKM Kab.Semarang

49.5

10.

2007

Tes Potensi dan Pengembangan

Kewirausahaan Karang Taruna

Kelurahan Mangunsari Kota Salatiga

UKSW 8

11. 2006 &

2007

Pendampingan Lembaga Keuangan

Desa/Kelurahan di Kab. Semarang

Biro Perek. Setda

Kab. Semarang

39

12.

2004 s/d

2006

Memberi Konsultasi dan

Pendampingan petani hortikultura

melalui BDS INTEKBIS UKSW

Dinas Koperasi &

UKM Salatiga

50

13. 2007 Mengembangkan BKM di Kelurahan

Kalicacing Salatiga

P2KP 250

14. 2006 Pendampingan Pelaksanaan Yayasan

Lembaga Bantuan Hukum Sinode

Kerk in Actie 250

15.

2007 Pendampingan Kelompok Plural di

Kota Salatiga

ICCO & Kerk in

Actie

100

16. 2006 Pendampingan Kewirausahaan

Mahasiswa Fakultas Pertanian

UKSW 2

17.

2003

Identifikasi Fisik Sumberdaya Lahan

Desa Genting Kec.Jambu, Kab.

Semarang

UKSW 5

V. PENGALAMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH DALAM JURNAL

No

.

Tahun Judul Artikel Ilmiah Volume/

Nomor

Nama Jurnal

1.

2013

Recent Future Research In Consumer

Behavior: A Better Understanding Of

Batik As Indonesian Heritage

Vol.– IV,

Issue – 4,

Oct.2013 [32]

Journal of Arts,

Science &

Commerce

2.

2013

Modeling Of Employee

Relationships In SME Batik: Case

Study Of Windasari Batik

Vol. 2 No. 4

October

2013

Asean Journal Of

Management Science

& Education

3.

2012

Implementation and transformation

of entrepreneurial learning model in

Indonesian university: SEM analysis

Vol. 1(3) pp.

57-63

October

2012

Basic Research

Journal of Business

Management and

Accounts.

http//www.basicresea

rchjournals.org

4.

2012

Entrepreneurial and vocational

learning in entrepreneurship

education: Indonesian Non formal

Vol. 1(2)

September

2012

Basic Research

Journal of Business

Manag.and Accounts

http//www.basicresea

Page 69: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

69

education perspective rchjournals.org

5. 2011 Menyama Braya: A Local Yet

Pesantren Studies Value

Vol 5, No. 1.

2011

International Journal

of Universal

6. 2010 Mengembangkan Pendidikan

Kewirausahaan Untuk Masyarakat

Vol 1 No. 1.

Nov 2011

Andragogia P2PNFI

Regional II

7.

2005

Relationship between entrepreneurial

learning, entrepreneurial

competencies and venture success:

empirical study on SMEs.

Vol. 5, Nos.

5/6, 2005

International Journal

Entrepreneurship

and Innovation

Management

8.

2006

A Structural Model Of Business

Performance: An Empirical Study on

Tobacco Farmers.

Vol 8, No. 1

January-

April 2006

Gadjah Mada

International Journal

of Business.

9.

2006

Model Struktural Hubungan

Lingkungan Ekternal,

Kewirausahaan, Kapasitas

Manajemen dan Kinerja: Studi

Empiris pada Petani Tembakau

No.

11/thXXXV

November

2006.

Manajemen

Usahawan

Indonesia.

10.

2003

Hubungan Lingkungan Organisasi

dan Ekonomi dengan

Kewirausahaan, Kapasitas

Manajemen, dan Kinerja Usahatani

Vol. 16 No.

2 Desember

2003

Majalah Ilmiah

AGRIC

11. 2007 Aspek Sosial & Ekonomi Industri

Gandum

THN VI No.

2 2006.

Majalah RENAI

12.

2007

Mencari Format Manajemen Pangan

Kita

Vol. XXV,

No.73 Juni

2007

Majalah Bina

Darma

13. 2004 Pengaruh Kepemilikan Kapasitas

manajemen thd Kinerja Usahatani.

Majalah Ilmiah

AGRIC

VI. PENGALAMAN PENULISAN BUKU

No Tahun Judul Buku Jml Hal Penerbit

1. 2013 Pembangunan Pertanian Yang Tidak

Membangun

105 Widya Sari Press

2. 2004 Kewirausahaan dan Kapasitas Manajemen 195 Widya Sari Press

3. 2005 Pembangunan Pertanian, Asa yang Tersisa 98 Widya Sari Press

4. 2002 Pengembangan Ekonomi Desa 236 Forsa Pustaka

5. 2002 Mengembangkan Masyarakat Desa yang

Demokratis dan Otonom

234 Forsa Pustaka

6. 2002 Dukun, Duit & Dukungan 124 Forsa Pustaka

7. 2002 Perubahan Sosial Politik di desa 112 Forsa Pustaka

8. 2002 Demokratisasi & Dinamika Politik di Desa 154 Forsa Pustaka

VII. PENGALAMAN RUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK/REKAYASA SOSIAL No. Tahun Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial

Lainnya yang telah diterapkan

Tempat

Penerapan

Respon Masyarakat

1. 2012 Tim akademik Penyusunan Model

PLRT

Kabupaten

Wonosobo

Baik,jadi acuan SKB

dan Lembaga Kursus

2.

2011

Tim Konsultan Pendampingan

Pengembangan Model

Pengembangan Labsite

Direktur Kursus

& Pelatihan

Kemdiknas

Dilanjutkan

2010 Tim Akademiki dalam penyusunan P2PNFI Regional Dilanjutkan tahun

Page 70: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

70

3.

model pengembangan desa

kewirausahaan

2 Semarang ke-3

4.

2009

Tim Akademiki dalam penyusunan

model pengembangan desa

kewirausahaan

P2PNFI Regional

2 Semarang

Dilanjutkan tahun

ke-2

5. 2008 Penyusunan Rencana Induk

Pengembangan Pertanian

Dinas Pertanian Menjadi acuan Pemda

membuat program

6. 2007 Tes Potensi dan Pengembangan

Kewirausahaan

Kelurahan

Mangunsari

Sangat baik

7. 2006 Penciptaan Wirausaha Baru Kec. Ambarawa Sedang

8. 2005 Pendampingan Pengembangan

Petani Jahe

Desa Randuacir Baik

9. 2007 Penyusunan Strategi Penanganan

Org dan Penanganan Kredit Macet

BKM Kelurahan

Kalicacing

Sangat Baik

10. 2006 Penyusunan Sistem Monev

Lembaga Keuangan Desa/Kota

LKD/K di Kab.

Semarang

Baik

11.

2002

Penyusunan Modul Pengembangan

Masyarakat Desa yang Demokratis

& Otonom

Kota Salatiga &

Kab. Klaten

Baik

12. 2004 Penyusunan Model Evaluasi Good

Corporate Governance

Kab. Semarang Baik

VIII. PENGHARGAAN YANG PERNAH DIRAIH

No Tahun Penghargaan Pemberi

1. 2006 Mendapatkan penghargaan sebagai Juara I Dosen

Berprestasi Tingkat Kopertis Wilayah VI

Kopertis Wilayah VI

Jateng

2. 2006 Mendapatkan penghargaan sebagai finalis Dosen

Berprestasi Tingkat Nasional

Kemdiknas

3. 2010 Penghargaan sebagai Tim Akademisi Program

Pengembangan Desa Kewirausahaan

P2PNFI

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-

sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya. Demikian biodata ini saya buat

dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitian

Kompetensi.

Desember 2013

Pengusul,

(Prof Dr. Ir Sony Heru Priyanto, MM)

Page 71: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

71

3. Anggota Peneliti 2

a. Identitas diri

1) Nama lengkap : Oesman Raliby, ST, M.Eng (L)

2) Jabatan fungsional : Lektor Kepala

3) Jabatan structural : Dekan Fakultas Teknik UMMagelang

4) NIK : 966806113

5) NIDN : 0603046801

6) Tempat, tanggal lahir : Temanggung, 3 April 1968

7) Alamat rumah : Wates Tengah 116 Magelang

8) Noor telepon/faks/hp : 0293-364622/-/0811258882

9) Alamat kantor : Jl. Mayjend Bambang Soegeng KM 5

Mertoyudan Magelang

10) Nomor telpon/fax : 0293326945/0293325554

11) Alamat e-mail : [email protected]

12) Lulusan yang telah

dihasilkan

: S1 = 127 orang

13) Mata kuliah yang diampu : Perancangan Sistem Kerja

Ergonomi Industri

Manajemen Bisnis

Manajemen Sumberdaya Manusia

b. Riwayat pendidikan

S1 S2 S3

1) Nama Perguruan Tinggi : Universitas

Muhammadiyah

Magelang

UGM

Yogyakarta

-

2) Bidang ilmu : Teknik Industri Teknik Mesin

Industri

-

3) Tahun masuk-lulus : 1987-1993 2003-2005 -

4) Judul Skripsi/Thesis : Material

Requirement

Planning Model

Optimasi

Pengembangan

Metode Penilaian

Kesalahan

manusia :

Page 72: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

72

Sistem

Persediaan pada

Perakitan Box

Aluminium di

Industri

Manufaktur PT.

Antika Raya

Semarang

Pendekatan

Kognitif

Ergonomi

5) Nama Pembimbing : Ir. Heru Prasta-

wa, DEA

Ir. Eko Muh

Widodo

Ir. Subagyo, PhD

Andi Rahadian,

ST, M.Sc

-

c. Pengalaman penelitian dalam 5 tahun terakhir (bukan skripsi atau thesis)

No

Tahun

Judul Penelitian

Pendanaan

Sumber Jumlah

(juta

rupiah)

1) 2008 Pengolahan Limbah Cair Tahu

Menjadi Biogas Sebagai Bahan

Bakar Alternatif pada Industri

Pengolahan Tahu

Balitbang

Provinsi

Jawa

Tengah

30

2) 2008 Penerapan Metode Moore Grag

Strain Index terhadap Sikap Kerja

Pemahat Batu (Penelitian pada

Pemahat Batu di Kecamatan

Muntilan Kabupaten Magelang

Dikti 7,5

3) 2010 Analisis Sikap Kerja Pengrajin

Keramik Wanita: Tinjauan

Ergonomi Kultural

Dikti 10

4) 2011 Pengembangan Teknologi Tepat

Guna (mesin pengering kerupuk

dan alat pembelah tahu) pada IKM

Makanan Ringan Kota Magelang

Guna Peningkatan Kapasitas

Produksi dan Produktivitas Kerja

Dikti 15

Page 73: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

73

5) 2012 Strategi Peningkatan Daya Saing

Bisnis Melalui Pemanfaatan E-

commerce pada Klaster Makanan

Ringan “Karya Boga” Kota

Magelang (Riset Unggulan Daerah

didanai Balitbang Provinsi Jawa

Tengah).

Balitbang

Provinsi

Jawa tengah

40

d. Pengalaman pengabdian kepada masyarakat dalam 5 tahun terakhir

No

Tahun

Judul Pengabdian

Pendanaan

Sumber Jumlah

(juta

rupiah)

1) 2009 Diversifikasi Pangan Olahan

Berbasis Komoditas Lokal Guna

Mengatasi Kerawanan Pangan di

Desa Jambewangi Kecamatan

Pakis Kabupaten Magelang

Dikti 50

2) 2009 Peningkatan Kelancaran Proses

Produksi Melalui Perancangan Alat

Pengering Kettle Boiler pada

Industri Pembuatan Kerupuk

Ampas Tahu

Dikti 15

3) 2011 Pengembangan dan Penguatan

Home Industry Berbasis KUBE di

Desa Pucungrejo Guna

Meningkatkan Kesejahteraan

Masyarakat dan Menuju Desa yang

Madani

Dikti 80

4) 2011 Pemberdayaan Wanita Perdesaan

Melalui Pengembangan Agribisnis

Jamur Guna Meningkatkan

Penghasilan Keluarga di Desa

Wanurejo Borobudur Kabupaten

Magelang

Diknas

Provinsi

Jateng

25

5) 2011 Tenaga Ahli Pemasaran Program

PLPBK di Desa Pucungrejo

Kecamatan Muntilan Kabupaten

Magelang

Dinas

Pekerjaan

Umum

Kabupaten

25

Page 74: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

74

Magelang

6) 2012 Penguatan KUBE Berbasis Olahan

Makanan Guna Peningkatan Daya

Saing Produk Lokal di Desa

Pucungrejo

Dikti 80

7) 2012 IbM bagi Industri Kecil Menengah

(IKM) Mainan Anak di Kota

Magelang

Dikti 40

8) 2013 IbW Kota Magelang dalam Rangka

Peningkatan Daya Saing Produk

Industri Kecil Menengah

Dikti 100

e. Pengalaman penulisan artikel ilmiah dalam jurnal 5 tahun terakhir

No

Judul Artikel Ilmiah

Volume/Nomor/Tahun

Nama Jurnal

1) Pengolahan Limbah Cair

Tahu Menjadi Biogas

Sebagai Bahan Bakar

Alternatif pada Industri

Pengolahan Tahu

Vol 7 No. 2 Desember

2009

Jurnal Litbang

Provinsi Jateng

2) Perancangan Alat

Pengering Kerupuk

dengan Memanfaatkan Gas

Buang Proses Produksi

ISBN 978-602-8273-25-1

tahun 2010

Prosiding Seminar

Nasional Unwahas

3) Analisis Postur Kerja

Pemotong Batu Guna

Mengurangi Resiko MSDs

di Perusahaan Pemotongan

Batu Alam Rizki Citra

ISBN : 978-979-796-189-

3 tahun 2011

Prosiding Seminar

Nasional dengan

tema Supply Chain

Practices and

Performance

Indicators yang

diselenggarakan

oleh Jurusan Teknik

Industri Fakultas

Teknik kerjasama

dengan Jurusan

Manajemen Fakultas

Ekonomi

Universitas

Muhammadiyah

Page 75: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

75

Malang.

4) Peningkatan Daya Saing

Bisnis Klaster Karya Boga

Melalui Sistem Penjualan

Berbasis E-commerce

Sedang dalam proses

penerbitan

Jurnal Litbang

Provinsi Jawa

Tengah

5) Redisain Mainan Anak

Berbahan Baku Kayu yang

Ramah Anak dan

Lingkungan

ISBN 978-602-98569-1-0 Prosiding ITATS

Seminar Nasional

Sains dan Teknologi

Terapan

(SNTEKPAN) 2013

6) Inovasi Asesoris Interior

Model Relief Candi

Melalui Pemanfaatan

Serbuk Gergaji Batu

ISBN 978-602-98569-1-0 Prosiding ITATS

Seminar Nasional

Sains dan Teknologi

Terapan

(SNTEKPAN) 2013

f. Pengalaman penyampaian makalah secara oral pada pertemuan/seminar ilmiah dalam

5 tahun terakhir

No Nama Pertemuan Ilmiah/

Seminar

Judul artikel Ilmiah Waktu dan Tempat

1) Seminar Nasional Sains dan

Teknologi 2010 “Peran

Teknologi Tepat Guna dalam

Menanggulangi Krisis Energi

dan Menjaga Ketahanan

Pangan”

Perancangan Alat

Pengering Kerupuk

dengan Memanfaatkan

Gas Buang Proses

Produksi

16 Juni 2010 di

Universitas Wahid

Hasyim Semarang

2) Seminar Nasional dengan

tema Supply Chain Practices

and Performance Indicators

yang diselenggarakan oleh

Jurusan Teknik Industri

Fakultas Teknik kerjasama

dengan Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Malang.

Analisis Postur Kerja

Pemotong Batu Guna

Mengurangi Resiko

MSDs di Perusahaan

Pemotongan Batu

Alam Rizki Citra

10 Januari 2011 di

Universitas

Muhammadiyah

Malang

3) Seminar Nasional Sains dan

Teknologi Terapan

(SNTEKPAN) 2013

“Pentingnya Peranan

Perguruan Tinggi dalam

Redisain Mainan Anak

Berbahan Baku Kayu

yang Ramah Anak dan

Lingkungan

Institut Teknologi

Adhitama Surabaya

tanggal 13 Februari

2013

Page 76: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

76

Pengembangan Inovasi

Teknologi Demi Kemandirian

Bangsa

4) Seminar Nasional Sains dan

Teknologi Terapan

(SNTEKPAN) 2013

“Pentingnya Peranan

Perguruan Tinggi dalam

Pengembangan Inovasi

Teknologi Demi Kemandirian

Bangsa

Inovasi Asesoris

Interior Model Relief

Candi Melalui

Pemanfaatan Serbuk

Gergaji Batu

Institut Teknologi

Adhitama Surabaya

tanggal 13 Februari

2013

g. Pengalaman perolehan HKI dalam 5-10 tahun terakhir

No Judul/tema HKI Tahun Jenis No P/ID

1) Alat Pembelah Tahu

Pong Mekanis

2012 Paten

Sederhana

S00201200112

h. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial dalam 5 tahun terakhir

No Judul/Tema/Jenis

Rekayasa Sosial Lainnya

yang Telah Diterapkan

Tahun Tempat

Penerapan

Respons

Masyarakat

1) Perencanaan

Pengembangan IKM

Kota Magelang

2012 Kota Magelang Hasil

perencanaan

tahun 2013

ini

dilaksanakan

untuk

kepentingan

masyarakat

terutama para

pelaku usaha

kecil dan

menengah.

Dalam

pelaksanaan

setiap

kegiatan,

antusiasme

para pelaku

usaha tersebut

cukup tinggi

untuk

mengikuti

kegiatan per

kegiatan.

Page 77: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

77

2) Perencanaan Revitalisasi

Koperasi di Kota

Magelang

2012 Kota Magelang Hasil

perencanaan

tersebut tahun

2013 ini

dilaksanakan

untuk

kepentingan

masyarakat

terutama para

pelaku usaha

kecil dan

menengah.

Dalam

pelaksanaan

setiap

kegiatan,

antusiasme

para pelaku

usaha tersebut

cukup tinggi

untuk

mengikuti

kegiatan per

kegiatan.

i. Penghargaan yang pernah diraih dalam 10 tahun terakhir (dari Pemerintah, asosiasi,

atau instansi lainnya)

No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi

penghargaan

Tahun

1) Kreativitas dan Inovasi Pemerintah Kota

Magelang

2007

2) Kreativitas dan Inovasi Pemerintah Kota

Magelang

2008

3) Kreativitas dan Inovasi Pemerintah Kota

Magelang

2009

4) Kreativitas dan Inovasi Pemerintah Kota

Magelang

2009

5) Kreativitas dan Inovasi Pemerintah Kota

Magelang

2010

6) Kreativitas dan Inovasi Gubernur Provinsi

Jawa Tengah

2010

7) 102 Inovasi Indonesia Business Innovation

Center (BIC) Kemen-

ristek

2010

8) Kreativitas dan Inovasi Pemerintah Kota

Magelang

2012

Page 78: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

78

Page 79: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

79

4. Anggota Peneliti 3

a. Identitas diri

1) Nama lengkap : Dra. Retno Rusdjijati, M.Kes (P)

2) Jabatan fungsional : Lektor Kepala

3) Jabatan structural : Kepala Pusat Penelitian LP3M UMMagelang

4) NIP : 196902151993032001

5) NIDN : 0015026901

6) Tempat, tanggal lahir : Surakarta, 15 Februari 1969

7) Alamat rumah : Tegalarum RT 02 RW 15 No : 60

Banjarnegoro Mertoyudan Magelang

8) Noor telepon/faks/hp : 0293-312126/-/0811258883

9) Alamat kantor : Jl. Mayjend Bambang Soegeng KM 5

Mertoyudan Magelang

10) Nomor telpon/fax : 0293326945

11) Alamat e-mail : [email protected]

12) Lulusan yang telah

dihasilkan

: S1 = 124 orang

13) Mata kuliah yang diampu : Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Psikologi Industri

Ilmu Lingkungan

Tata Tulis Ilmiah dan Komunikasi

Metodologi Penelitian

b. Riwayat pendidikan

S1 S2 S3

1) Nama Perguruan Tinggi : UKSW

Salatiga

UGM

Yogyakarta

-

2) Bidang ilmu : Biologi

Lingkungan

Kesehatan

Kerja

-

3) Tahun masuk-lulus : 1987-1991 2003-2005 -

4) Judul Skripsi/Thesis : Pengaruh

Berbagai

Konsentrasi

Pengaruh

Paparan

Getaran

-

Page 80: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

80

NaCl

terhadap

Pertumbuhan

dan

Pembentukan

Produk oleh

Isolat Khamir

Halofil A1

Tempat

Duduk dan

Lama Kerja

terhadap

Kelelahan

dan

Kenyamanan

Pengemudi

Bis Antar

Kota Antar

Provinsi

(AKAP)

Semarang-

Yogyakarta

5) Nama Pembimbing : Dra. Lucia-

wati Dewi

Dr. Lientje

Setyawati

Mauritz,

SPOK

DR. Dr. Djo-

ko Prakosa

-

c. Pengalaman penelitian dalam 5 tahun terakhir (bukan skripsi atau thesis)

No

Tahun

Judul Penelitian

Pendanaan

Sumber Jumlah (juta

rupiah)

1) 2008 Pengolahan Limbah Cair Tahu

Menjadi Biogas Sebagai Bahan

Bakar Alternatif pada Industri

Pengolahan Tahu

Balitbang

Provinsi

Jawa

Tengah

30

2) 2008 Penerapan Metode Moore Grag

Strain Index terhadap Sikap Kerja

Pemahat Batu (Penelitian pada

Pemahat Batu di Kecamatan

Muntilan Kabupaten Magelang)

Dikti 7,5

3) 2011 Pengembangan Teknologi Tepat

Guna (mesin pengering kerupuk

dan alat pembelah tahu) pada IKM

Makanan Ringan Kota Magelang

Guna Peningkatan Kapasitas

Produksi dan Produktivitas Kerja

Balitbang

Provinsi

Jateng

15

Page 81: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

81

(Pengembangan Teknologi didanai

Balitbang Provinsi Jawa Tengah)

4) 2012 Strategi Peningkatan Daya Saing

Bisnis Melalui Pemanfaatan E-

commerce pada Klaster Makanan

Ringan “Karya Boga” Kota

Magelang (Riset Unggulan Daerah

didanai Balitbang Provinsi Jawa

Tengah).

Balitbang

Provinsi

Jateng

40

d. Pengalaman pengabdian kepada masyarakat dalam 5 tahun terakhir

No

Tahun

Judul Pengabdian

Pendanaan

Sumber Jumlah

(juta

rupiah)

1) 2009 Diversifikasi Pangan Olahan

Berbasis Komoditas Lokal Guna

Mengatasi Kerawanan Pangan di

Desa Jambewangi Kecamatan

Pakis Kabupaten Magelang

Dikti 50

2) 2009 Peningkatan Kelancaran Proses

Produksi Melalui Perancangan Alat

Pengering Kettle Boiler pada

Industri Pembuatan Kerupuk

Ampas Tahu

Dikti 15

3) 2011 Pengembangan dan Penguatan

Home Industry Berbasis KUBE di

Desa Pucungrejo Guna

Meningkatkan Kesejahteraan

Masyarakat dan Menuju Desa yang

Madani

Dikti 80

4) 2011 Tenaga Ahli Pemasaran Program

PLPBK di Desa Pucungrejo

Kecamatan Muntilan Kabupaten

Magelang

Dinas

Pekerjaan

Umum

Kabupaten

Magelang

25

5) 2012 IbW Desa Sewukan Kecamatan

Dukun Magelang : Recovery

Dikti 100

Page 82: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

82

Ekonomi Pasca Erupsi Merapi

Melalui Penerapan Teknologi

Pertanian Terpadu

6) 2012 Pemberdayaan Wanita Perdesaan

Melalui Pengembangan Agribisnis

Jamur Guna Meningkatkan

Penghasilan Keluarga di Desa

Wanurejo Borobudur Kabupaten

Magelang (KKN Vokasi didanai

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa

Tengah)

Diknas

Provinsi

Jawa

Tengah

25

7) 2012 Penguatan KUBE Berbasis Olahan

Makanan Guna Peningkatan Daya

Saing Produk Lokal di Desa

Pucungrejo

Dikti 80

8) 2012 IbM bagi Industri Kecil Menengah

(IKM) Mainan Anak di Kota

Magelang

Dikti 40

9) 2013 IbW Kota Magelang dalam Rangka

Peningkatan Daya Saing Produk

Industri Kecil Menengah

Dikti 100

e. Pengalaman penulisan artikel ilmiah dalam jurnal 5 tahun terakhir

No

Judul Artikel Ilmiah

Volume/Nomor/Tahun

Nama Jurnal

1) Pengolahan Limbah Cair

Tahu Menjadi Biogas

Sebagai Bahan Bakar

Alternatif pada Industri

Pengolahan Tahu

Vol 7 No. 2 Desember

2009

Jurnal Litbang

Provinsi Jateng

2) Perancangan Alat

Pengering Kerupuk

dengan Memanfaatkan Gas

Buang Proses Produksi

ISBN 978-602-8273-25-1

tahun 2010

Prosiding Seminar

Unwahas

2) Analisis Postur Kerja

Pemotong Batu Guna

Mengurangi Resiko MSDs

di Perusahaan Pemotongan

ISBN : 978-979-796-189-

3 tahun 2011

Prosiding Seminar

Nasional dengan

tema Supply Chain

Practices and

Page 83: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

83

Batu Alam Rizki Citra Performance

Indicators yang

diselenggarakan

oleh Jurusan Teknik

Industri Fakultas

Teknik kerjasama

dengan Jurusan

Manajemen Fakultas

Ekonomi

Universitas

Muhammadiyah

Malang.

3) Peningkatan Daya Saing

Bisnis Klaster Karya Boga

Melalui Sistem Penjualan

Berbasis E-commerce

Sedang dalam proses

penerbitan

Balitbang Provinsi

Jawa Tengah

4) Redisain Mainan Anak

Berbahan Baku Kayu yang

Ramah Anak dan

Lingkungan

ISBN 978-602-98569-1-0 Prosiding ITATS

Seminar Nasional

Sains dan Teknologi

Terapan

(SNTEKPAN) 2013

5) Inovasi Asesoris Interior

Model Relief Candi

Melalui Pemanfaatan

Serbuk Gergaji Batu

ISBN 978-602-98569-1-0 Prosiding ITATS

Seminar Nasional

Sains dan Teknologi

Terapan

(SNTEKPAN) 2013

f. Pengalaman penyampaian makalah secara oral pada pertemuan/seminar ilmiah dalam

5 tahun terakhir

No Nama Pertemuan Ilmiah/

Seminar

Judul artikel Ilmiah Waktu dan Tempat

1) Seminar Nasional Sains dan

Teknologi 2010 “Peran

Teknologi Tepat Guna dalam

Menanggulangi Krisis Energi

dan Menjaga Ketahanan

Pangan”

Perancangan Alat

Pengering Kerupuk

dengan Memanfaatkan

Gas Buang Proses

Produksi

Universitas Wahid

Hasyim Semarang

2) Seminar Nasional dengan

tema Supply Chain Practices

and Performance Indicators

yang diselenggarakan oleh

Analisis Postur Kerja

Pemotong Batu Guna

Mengurangi Resiko

MSDs di Perusahaan

Universitas

Muhammadiyah

Malang

Page 84: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

84

Jurusan Teknik Industri

Fakultas Teknik kerjasama

dengan Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Malang.

Pemotongan Batu

Alam Rizki Citra

3) Seminar Nasional Sains dan

Teknologi Terapan

(SNTEKPAN) 2013

“Pentingnya Peranan

Perguruan Tinggi dalam

Pengembangan Inovasi

Teknologi Demi Kemandirian

Bangsa

Redisain Mainan Anak

Berbahan Baku Kayu

yang Ramah Anak dan

Lingkungan

Institut Teknologi

Adhitama Surabaya

tanggal 13 Februari

2013

4) Seminar Nasional Sains dan

Teknologi Terapan

(SNTEKPAN) 2013

“Pentingnya Peranan

Perguruan Tinggi dalam

Pengembangan Inovasi

Teknologi Demi Kemandirian

Bangsa

Inovasi Asesoris

Interior Model Relief

Candi Melalui

Pemanfaatan Serbuk

Gergaji Batu

Institut Teknologi

Adhitama Surabaya

tanggal 13 Februari

2013

g. Pengalaman perolehan HKI dalam 5-10 tahun terakhir

No Judul/tema HKI Tahun Jenis No P/ID

1 Alat Pembelah Tahu

Pong Mekanis

2012 Paten

Sederhana

S00201200112

h. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial dalam 5 tahun terakhir

No Judul/Tema/Jenis

Rekayasa Sosial Lainnya

yang Telah Diterapkan

Tahun Tempat

Penerapan

Respons

Masyarakat

1) Penyusunan Dokumen

Perencanaan

Pengembangan IKM

Kota Magelang

2012 Kota Magelang Hasil

perencanaan

tersebut tahun

2013 ini

dilaksanakan

untuk

kepentingan

masyarakat

terutama para

pelaku usaha

kecil dan

menengah.

Page 85: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

85

Dalam

pelaksanaan

setiap

kegiatan,

antusiasme

para pelaku

usaha tersebut

cukup tinggi

untuk

mengikuti

kegiatan per

kegiatan.

2) Perencanaan Revitalisasi

Koperasi di Kota

Magelang

2012 Kota Magelang Perencanaan

kegiatan

revitalisasi

koperasi

sudah

ditunggu oleh

para pelaku

koperasi yang

sudah tidak

aktif tetapi

menginginkan

untuk tetap

berkembang.

i. Penghargaan yang pernah diraih dalam 10 tahun terakhir (dari Pemerintah, asosiasi,

atau instansi lainnya)

No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi

penghargaan

Tahun

1) Kreativitas dan Inovasi Pemerintah Kota

Magelang

2007

2) Kreativitas dan Inovasi Pemerintah Kota

Magelang

2008

3) Kreativitas dan Inovasi Pemerintah Kota

Magelang

2009

4) Kreativitas dan Inovasi Pemerintah Kota

Magelang

2009

5) Kreativitas dan Inovasi Pemerintah Kota

Magelang

2010

6) Kreativitas dan Inovasi Gubernur Provinsi

Jawa Tengah

2010

7) 102 Inovasi Indonesia Business Innovation

Center (BIC) Kemen-

ristek

2010

8) Kreativitas dan Inovasi Pemerintah Kota

Magelang

2012

Page 86: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

86

Page 87: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

87

Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti Dan Pembagian Tugas

No Nama/NIDN Instansi

Asal

Bidang

Ilmu

Alokasi

Waktu

(jam/ming

gu)

Uraian Tugas

1. Dr. Ir. Bayu

Nuswantara, MM.

UKSW

Salatiga

Ilmu

Ekonomi

Pertanian

18 a. Mengembangkan

organisasi dan

sistem manajemen

yang utuh dan

akuntabel.

b. Melaksanakan

rencana yang telah

disusun untuk

mencapai sasaran

dan keluaran

strategis yang telah

ditentukan.

c. Mengupayakan

pemutakhiran peta

jalan teknologi dan

memantau

penguasaannya.

d. Mengamankan dan

mengelola

teknologi yang

dihasilkan.

e. Mengupayakan

langkah promosi

untuk produk yang

potensial.

f. Mengupayakan

mekanisme alih

teknologi dan

menyediakan

dukungan

teknisagar hasil

kegiatan dapat

diadopsi oleh

industri.

g. Menyampaikan

laporan kegiatan

kepada Ditlitabmas.

2. Prof. Dr. Ir. Sony

Heru Priyanto,

MM

UKSW

Salatiga

Manajemen

dan

kewirausaha

an

12 a. Membantusecara

administratif

koordinator

penelitian dalam

melaksanakan

Page 88: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

88

setiap kegiatan

dalam penelitian

ini.

b. Mengakumulasi

dan merangkum

hasil dari setiap

kegiatan penelitian.

c. Sebagai peneliti

dalam kegiatan

penelitian yang

berhubungan

dengan , OVOP,

innovation actor

empowerment,

technology

development, dan

product quality

improvement.

3. Oesman Raliby,

ST, M.Eng

UMMagel

ang

Ergonomi

dan

Perancanga

n Kerja

12 a. Membantu secara

administratif

koordinator

penelitian dalam

melaksanakan

setiap kegiatan

dalam penelitian

ini, terutama yang

berhubungan

dengan pihak luar.

b. Bertanggungjawab

terhadap kegiatan

penelitian yang

dilakukan di

lapangan.

c. Sebagai peneliti

dalam kegiatan

penelitian yang

berhubungan

denganresources

conectivity, OVOP

dan product quality

improvement.

4. Dra. Retno

Rusdjijati, M.Kes

UMMagel

ang

Kesehatan

Kerja

12 a. Membantu

koordinator

penelitian dalam

hal mengatur

keuangan dari

setiap kegiatan

penelitian yag

dilakukan.

Page 89: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

89

b. Merangkum

pembiayaan dari

setiap kegiatan

penelitian yang

telah dilaksanakan.

c. Sebagai peneliti

dalam kegiatan

penelitian yang

berhubungan

dengan , OVOP,

innovation actor

empowerment, dan

product quality

improvement.

Page 90: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

90

Lampiran 3. Surat Pernyataan Peneliti

Page 91: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

91

Page 92: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

92

Page 93: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

93

Page 94: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

94

Lampiran 4. Surat Pernyataan Pembiayaan dari Penyedia Dana Internal PT

Page 95: LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN ...

95