PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga...

57
i Fokus Kegiatan : Pariwisata PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011 – 2025 (PENPRINAS MP3EI 2011-2025) FOKUS/KORIDOR: PARIWISATA / BALI – NUSA TENGGARA TOPIK KEGIATAN PENYUSUNAN MODEL PENGEMBANGAN AGROWISATA BERKELANJUTAN BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Prof. Dr. Ir. I Ketut Satriawan, M.T. (Peneliti Utama) Dr. Ida Bagus Gde Pujaastawa, M.A. (Anggota Peneliti) I Made Sarjana, SP., M.Sc. (Anggota Peneliti) UNIVERSITAS UDAYANA Tahun 2012

Transcript of PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga...

Page 1: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

i

Fokus Kegiatan : Pariwisata

PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL

MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN

PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011 – 2025

(PENPRINAS MP3EI 2011-2025)

FOKUS/KORIDOR:

PARIWISATA / BALI – NUSA TENGGARA

TOPIK KEGIATAN

PENYUSUNAN MODEL PENGEMBANGAN AGROWISATA

BERKELANJUTAN BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Prof. Dr. Ir. I Ketut Satriawan, M.T. (Peneliti Utama)

Dr. Ida Bagus Gde Pujaastawa, M.A. (Anggota Peneliti)

I Made Sarjana, SP., M.Sc. (Anggota Peneliti)

UNIVERSITAS UDAYANA

Tahun 2012

Page 2: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

ii

HALAMAN PENGESAHAN

1. Topik Kegiatan : Penyusunan Model Pengembangan Agrowisata

Berkelanjutan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat

2. Fokus : Pariwisata (Deversifikasi Obyek Wisata)

3. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Prof. Dr. Ir. I Ketut Satriawan, MT.

b. Jenis Kelamin : Laki-laki

c. NIP/NIK : 19640717 198903 1 001

d. NIDN : 0017076403

e. Jabatan Struktural : Ketua LPPM

f. Jabatan Fungsional : Guru Besar

g. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana

h. Fakultas/Jurusan : Teknologi Pertanian/ Teknologi Industri Pertanian

i. Pusat Penelitian : Kebudayaan dan Pariwisata

j. Alamat : Kampus Bukit Jimbaran, Badung (80364) - Bali

k. Telpon/Faks : 0361-703367 / 704622

l. Alamat Rumah : Br. Darmatiaga, Blahbatuh (80581), Gianyar-Bali

m. Telpon/Faks/E-mail : 08128409393/ - / [email protected]

4. Jangka Waktu Penelitian : 3 (tiga) tahun (keseluruhan)

Laporan ini adalah Laporan Kemajuan tahun ke-1 (pertama)

5. Pembiayaan

Jumlah yang disetujui Dikti tahun ke-1: Rp 150.000.000

6. Mitra Kontribusi dari Mitra (in cash) : Belum Ada

Jimbaran, Nopember 2012

Mengetahui

Ketua LPPM Universitas Udayana, Ketua Peneliti,

ttd ttd

Prof. Dr. Ir. I Ketut Satriawan, MT. Prof. Dr. Ir. I Ketut Satriawan, MT.

NIP. 196407171989031001 NIP. 196407171989031001

Menyetujui,

Rektor Universitas Udayana

ttd

Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM)

NIP. 194806281979031001

Page 3: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

iii

STRATEGI PENGEMBANGAN MODEL AGROWISATA BERKELANJUTAN

BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PROVINSI BALI

I Ketut Satriawan1*, Ida Bagus Gde Pujaastawa

2, dan I Made Sarjana

3

1 Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana;

2

Antropologi, Fakultas Sastra, Universitas Udayana; 3 Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Udayana. *Koresponden: [email protected]

ABSTRAK

Kebijakan pengembangan pariwisata Bali secara formal lebih mengarah pada

pariwisata budaya yang berbasis pada kebudayaan Bali sebagai potensi dominan, namun

belakangan ini pengembangan pariwisata alternatif mulai mendapat perhatian para

pelaku pariwisata di daerah ini. Diantaranya pengembangan daya tarik wisata berbasis

pertanian (agrowisata) yang tersebar di sejumlah wilayah kabupaten/kota di Bali. Secara

kuantitas, keberadaan daya tarik agrowisata cenderung meningkat dari tahun ke tahun,

sehingga menimbulkan persaingan yang cukup ketat.

Berpijak pada fenomena tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk (1)

mengklasifikasi profil agrowisata yang ada berkembang saat ini; (2) menganalisis faktor

internal (kelemahan dan kekuatan) dan eksternal (peluang dan tantangan) dalam

pengembangan model agrowisata; (3) merumuskan strategi pengembangan model

agrowisata berkelanjutan dan berbasis pemberdayaan masyarakat; dan (4) membuat

standarisasi destinasi dan pengelolaan agrowisata. Melalui model ini pengembangan

agrowisata diharapkan mampu memberikan manfaat bagi kelestarian ekologi,

revitalisasi budaya, dan peningkatan ekonomi lokal secara lebih merata dan

berkelanjutan.

Agrowisata yang menjadi fokus penelitian adalah agrowisata yang berlokasi di

wilayah Provinsi Bali. Agrowisata yang dijadikan sebagai sampel penelitian ditentukan

dengan menggunakan metode snowbowling. Metode pengumpulan data dilakukan

dengan menggunakan kuesioner, wawancara mendalam (indepth interview), observasi

lapangan, dan diskusi kelompok terbatas (focus group discussion).

Profil klasifikasi atau tipologi agrowisata di Bali berdasarkan potensi daya

tariknya dapat dibedakan ke dalam lima tipe, yaitu: (1) Agrowisata berbasis pertanian,

(2) Agrowisata berbasis perkebunan, (3) Agrowisata berbasis peternakan, (4)

Agrowisata berbasis perikanan, dan (5) Agrowisata campuran (Terpadu). Persebaran

jumlah objek agrowisata berdasarkan wilayah terkonsentrasi pada 3 kabupaten, yaitu

Gianyar, Bangli dan Tabanan. Kabupaten ini memang memiliki potensi pertanian yang

baik dan jalur-jalur pariwisata utama. Kombinasi potensi pertanian dan pariwisata inilah

yang mendorong pertumbuhan agrowisata yang relatif cepat.

Beberapa grand strategy yang dapat dirumuskan adalah (1) peningkatan nilai

keunikan daya tarik dengan mengangkat kearifan lokal; (2) penetapan standar kualitas

berbagai produk agroindustri yang disajikan kepada wisatawan; (3) standarisasi daya

tarik dan pengelolaan pelayanan agrowisata; (4) pembentukan kelembagaan asosiasi

agrowisata; (5) pemanfaatan dan pengelolaan lahan pertanian secara berkelompok, dan

(6) penyusunan regulasi yang berorientasi pada prinsip-prinsip ekonomi kerakyatan,

konservasi lingkungan, dan revitalisasi budaya.

Page 4: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

iv

Beberapa standar destinasi agrowisata sebagai salah satu langkah pemberdayaan

masyarakat, harus mempertimbangan berbagai hal berikut: (1) luas areal pertanian

(kebun) minimal yang dijadikan daya tarik utama; (2) koleksi tanaman; (3) unit

pengolahan produk agro; (4) toko cinderamata / produk agro; (5) pemandu, yang dapat

memahami dan menjelaskan secara baik dan benar tentang objek dan atraksi yang

ditawarkan; (7) kebersihan dan kesehatan lingkungan; dan (8) memanfaatkan tenaga

kerja lokal setempat. Sedangkan standarisasi pengelolaan agrowisata meliputi standar

infrastruktur, fasilitas, dan sumber daya manusia pengelola.

Kata kunci : strategi pengembangan, agrowisata, pemberdayaan masyarakat,

berkelanjutan

Page 5: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………….. ii

ABSTRAK ……………………………………………………………………... iii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… v

I. PENDAHULUAN …………………………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………… 1

1.2 Tujuan Penelitian ………………………………………………………. 1

1.3 Urgensi Kegiatan ………………………………………………………. 2

1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………….. 3

II. STUDI PUSTAKA ………………………………………………………… 4

2.1 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Pariwisata ……… 4

2.2 Agrowisata …………………………………………………………….. 7

III. METODE PENELITIAN …………………………………………………. 9

3.1 Lokasi dan Sampel Penelitian ………………………………………… 9

3.2 Variabel Penelitian ……………………………………………………. 10

3.3 Formulasi Strategi ……………………………………………………. 10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………… 13

4.1 Klasifikasi Profil Agrowisata ………………………………………… 13

4.1.1 Agrowisata Berbasis Pertanian …………………………………….. 13

4.1.2 Agrowisata Berbasis Perkebunan ………………………………….. 17

4.1.3 Agrowisata Berbasis Peternakan …………………………………… 29

4.1.4 Agrowisata Berbasis Perikanan ……………………………………. 31

4.1.5 Agrowisata Campuran ……………………………………………… 32

4.2 Analisis Faktor Internal dan Eksternal ……………………………….. 36

4.2.1 Analisis Faktor Internal …………………………………………….. 36

4.2.2 Analisis Faktor Eksternal …………………………………………… 38

4.3 Strategi Pengembangan Model Agrowisata …………………………. 41

4.4 Standarisasi Destinasi dan Pengelolaan Agrowisata ………………… 42

4.4.1 Standarisasi Destinasi Agrowisata …………………………………. 42

4.4.2 Standarisasi Pengelolaan Agrowisata ………………………………. 44

V. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………… 49

5.1 Kesimpulan ……………………………………………………………. 49

5.2 Saran …………………………………………………………………… 50

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 51

Page 6: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bagi Provinsi Bali, sektor pariwisata telah lama menjadi primadona penghasil

devisa. Sumbangan sektor pariwisata terhadap pendapatan daerah Bali dari tahun ke

tahun terus meningkat mengungguli sektor-sektor lainnya. Namun demikian, kebijakan

pengembangan pariwisata Bali yang cenderung mengarah pada pariwisata bersekala

besar dan padat modal dikhawatirkan akan mengancam ketahanan budaya dan

lingkungan setempat.

Pembangunan berbagai jenis fasilitas kepariwisataan berskala besar tidak saja

menyebabkan alih fungsi lahan pertanian secara kurang terkendali, sekaligus juga

mengancam keberadaan subak sebagai salah satu warisan budaya agraris yang bersifat

adiluhung (Pujaastawa, 2003). Dalam berbagai kasus, pengembangan obyek wisata yang

hanya dilandasi oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomi semata tanpa memperhatikan

dimensi ekologi dan sosial-budaya, kerap menimbulkan kerusakan lingkungan dan

masalah sosial-budaya yang pada gilirannya dapat mengancam keberlanjutan pariwisata

itu sendiri. Di samping itu, manfaat ekonomi pariwisata berskala besar kerap lebih

berpihak kepada pemilik modal yang umumnya bukan berasal dari masyarakat setempat.

Sebagai upaya untuk mengantisipasi dan menanggulangi persoalan di atas,

kebijakan pengembangan pariwisata Bali belakangan ini juga memberi perhatian

terhadap pengembangan agrowisata sebagai daya tarik wisata alternatif. Berpijak pada

fenomena tersebut, maka studi ini akan mencoba untuk memformulasikan model

pengembangan agrowisata berkelanjutan berbasis pemberdayaan masyarakat. Melalui

model ini pengembangan agrowisata diharapkan mampu memberikan manfaat bagi

kelestarian ekologi, revitalisasi budaya, dan peningkatan ekonomi secara lebih merata

dan berkelanjutan.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendesain suatu Model Pengembangan

Agrowisata Berkelanjutan yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan dan

Page 7: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

2

pengelolaan agrowisata secara umum, dan khususnya di Provinsi Bali. Pada tahun

pertama, penelitian ini bertujuan untuk :

1) Mengklasifikasi profil agrowisata yang ada berkembang saat ini;

2) Menganalisis faktor internal (kelemahan dan kekuatan) dan eksternal (peluang dan

tantangan) dalam pengembangan Model Agrowisata;

3) Merumuskan Strategi Pengembangan Model Agrowisata Berkelanjutan dan Berbasis

Pemberdayaan Masyarakat;

4) Membuat Standarisasi Destinasi dan Pengelolaan Agrowisata;

1.3 Urgensi Kegiatan

Peranan sektor pariwisata bagi Provinsi Bali yang mengembangkan pariwisata

sebagai sektor andalan dapat dilihat secara jelas dari kontribusi sektor yang terkait

dengan kepariwisataan, yaitu perdagangan, hotel dan restoran terhadap PDRB dan

penyerapan tenaga kerja. Kontribusi sektor ini terhadap PDRB pada tahun 1969 (awal

Pelita I) sebesar 9,52% dan meningkat menjadi 32,33% pada tahun 2009 menurut harga

konstan tahun 2000. Namun, perkembangan pariwisata mengundang berbagai perhatian

dan kritik yang ditujukan terhadap berbagai dampak negatif yang ditimbulkan oleh

pariwisata “mass tourism”, diantaranya adalah menurunnya kualitas lingkungan, baik

fisik, biotik maupun sosial budaya. Pengembangan “mass tourism” harus dibayar mahal

oleh degradasi lingkungan dan kesenjangan pendapatan antar lapisan masyarakat dan

antar daerah. Menurut Suwantoro (2001), wisatawan dalam jumlah besar dan

terkonsentrasi di tempat tertentu dapat menurunkan kualitas kehidupan masyarakat,

yang pada akhirnya justru akan menghilangkan daya tarik daerah tersebut. Keindahan

lingkungan alam terganggu bila jumlah dan kualitas perilaku wisatawan tidak dapat

dikendalikan secara efektif.

Dalam rangka pengembangan dan pemantapan citra pariwisata Bali perlu

dilakukan :

a) Berbagai diversifikasi jenis usaha, produk, dan objek wisata sesuai dengan

perkembangan pariwisata dunia, yaitu pariwisata alternatif yang berwawasan

lingkungan.

Page 8: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

3

b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan

(pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

c) Peningkatan kesejahteraan petani sehingga sektor pertanian dapat mendukung sektor

pariwisata secara berkelanjutan.

d) Distribusi manfaat ekonomi pariwisata yang lebih besar kepada masyarakat luas

secara langsung yang bergerak pada sektor lain terkait dengan pariwisata.

e) Penataan dan pengembangan objek daerah tujuan wisata baru untuk penyebaran

wisatawan, pengendalian kualitas lingkungan, dan menciptakan pusat pertumbuhan

baru (Satriawan, 2005).

Pengintegrasian sektor pertanian dan pariwisata dalam perencanaan pembangunan

ekonomi wilayah melalui pengembangan kawasan agrowisata menjadi salah satu

alternatif.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1) Bagi Pengelola dan Pengembang Pariwisata (Investor), sebagai bahan informasi

yang dapat memberikan model alternatif pengelolaan agrowisata dan pertimbangan

dalam mengembangkan investasi dibidang agrowisata.

2) Bagi Pihak Perbankan, sebagai bahan informasi dalam memutuskan pemberian

kredit investasi.

3) Bagi Pemerintah, dapat dijadikan sebagai bahan dalam menyusun kebijakan dan

regulasi dibidang pariwisata, khususnya objek agrowisata.

4) Bagi Masyarakat, dapat dilibatkannya dalam setiap perencanaan, evaluasi,

pelaksanaan, dan pengembangan objek agrowisata sehingga dapat memberikan

manfaat dan kesejahteraan masyarakat.

Page 9: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

4

BAB II. STUDI PUSTAKA

2.1 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Pariwisata

Wacana mengenai pembangunan berdimensi kerakyatan merupakan reaksi keras

terhadap kebijakan pembangunan konglomerasi yang selama ini lebih berpihak pada

para pemilik modal (investor). Berbagai potensi kepariwisataan digali, dikembangkan,

dan dipromosikan untuk memperoleh manfaat ekonomi yang sebesar-besarnya tanpa

memperhatikan hak-hak dan kepentingan masyarakat tuan rumah. Para pemikir dan

praktisi pembangunan perdesaan telah lama menyadari bahwa pembangunan

konglomerasi kerap merugikan masyarakat setempat. Masyarakat sebagai tuan rumah

sekaligus pemilik sah atas sumber daya justru kerap mengalami marginalisasi yang

ditandai dengan terbatasnya kesempatan mereka untuk berperanserta dalam

pembangunan pariwisata, sehingga perkembangan sektor pariwisata tidak mampu

memberikan manfaat signifikan bagi peningkatan kesejahteraan hidup mereka.

Atas dasar pemikiran tersebut di atas, beberapa pakar menekankan pentingnya

pembangunan dari bawah, yakni pembangunan yang mengutamakan adanya partisipasi

masyarakat lokal dalam berbagai tahap pembangunan, sehingga pengelolaan

pembangunan benar-benar dilakukan oleh mereka yang hidup dan kehidupannya paling

dipengaruhi oleh pembangunan tersebut, atau apa yang dikenal dengan community-

based resource management atau community management (Korten, 1986). Ada tiga

alasan dasar yang diajukan Korten mengenai mengapa community management sangat

penting sebagai ancangan dasar pembangunan, yaitu :

a) Adanya local variety (variasi lokal) yang tidak dapat diberikan perlakuan sama.

Karakteristik daerah yang berbeda menuntut sistem pengelolaan yang berbeda pula

dan masyarakat lokallah yang paling memahami situasi daerahnya.

b) Adanya local resources (sumber daya lokal) yang secara tradisional telah dikelola

oleh masyarakat setempat secara turun-temurun. Pengalaman mengelola sumber

daya setempat yang telah diwariskan secara turun-temurun umumnya menimbulkan

akumulasi pengetahuan tentang pengelolaan. Pengambilalihan pengelolaan ini akan

dapat menimbulkan rasa ketersinggungan masyarakat, dan masyarakat bersikap

antipati terhadap proyek pembangunan.

Page 10: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

5

c) Adanya local accountability (tanggung jawab lokal) yang berarti bahwa

pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat setempat biasanya lebih bertanggung

jawab, karena berbagai hal yang mereka lakukan terhadap sumber daya akan

berpengaruh langsung terhadap kehidupan mereka. Pengelolaan oleh pihak luar

kerap tidak mengandung kedekatan moral dengan masyarakat lokal, sehingga tidak

merasa mempunyai tanggung jawab moral yang tinggi.

Belakangan ini kesadaran akan pentingnya pendekatan pembangunan pariwisata

berdimensi kerakyatan terasa kian meningkat, mengingat dalam kenyataannya selama

ini manfaat pariwisata lebih banyak berpihak pada para pemilik modal yang umumnya

bukan berasal dari warga masyarakat setempat. Pengembangan industri pariwisata

bersekala besar dan padat modal umumnya sangat kurang melibatkan peran serta

masyarakat setempat, bahkan justru mengakibatkan terjadinya proses marginalisasi

terhadap hak-hak komunitas budaya lokal. Berkaitan dengan hal ini Cernea (1991),

menyatakan bahwa baik di negara-negara maju maupun berkembang masyarakatnya

sering merasa tak berdaya untuk mempengaruhi pola-pola pembangunan pariwisata.

Pembangunan pariwisata berdimensi kerakyatan mengacu kepada pembangunan

pariwisata yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pendekatan ini pada

dasarnya juga merupakan model pemberdayaan masyarakat yang memberikan lebih

banyak peluang kepada masyarakat lokal untuk berpartisipasi secara aktif dalam

kegiatan-kegiatan pembangunan. Hal ini berarti memberi wewenang atau kekuasaan

kepada masyarakat lokal untuk mengerahkan kemampuan mereka sendiri dalam

mengelola sumber daya setempat. Kedudukan mereka adalah sebagai pemeran utama

dalam membuat keputusan dan melakukan kontrol terhadap kebijakan-kebijakan yang

mempengaruhi kehidupannya (Cernea, 1991). Pendekatan ini melibatkan masyarakat

sebagai proses pengembangan dirinya.

Konsep pembangunan dari bawah yang lebih mengedepankan partisipasi

masyarakat sebenarnya sudah menjadi jargon pembangunan yang selama ini banyak

dibicarakan oleh kalangan birokrasi. Konsep tersebut mengandung pengertian bahwa

setiap kebijakan pembangunan semestinya dimulai dari mendengar suara rakyat, atau

berguru kepada rakyat, dengan keyakinan bahwa “rakyat adalah sumber ilmu”.

Berdasarkan sejumlah pengalaman, gagasan – gagasan yang lahir dari proses seperti ini

Page 11: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

6

akan lebih mudah dimengerti dan diterima oleh masyarakat karena ia disusun

berdasarkan logika rakyat (Chambers, 1987).

Partisipasi masyarakat merupakan aspek terpenting dari konsep pembangunan

berdimensi kerakyatan. Selama ini partisipasi kerap dipahami secara keliru dan sepihak.

Para perencana pembangunan, pemerintah dan aparatnya cenderung memahami

partisipasi sebagai dukungan yang harus diberikan oleh rakyat terhadap kebijakan dari

atas (top down); sedangkan kaum intelektual cenderung memposisikan rakyat sebagai

subyek yang bisa menciptakan kebutuhan pembangunannya sendiri. Konsep ini

menempatkan rakyat pada posisi equal powership berhadapan dengan pemerintah dan

aparat pembangunan. Idealnya rakyat diajak merencanakan, melaksanakan, dan

mengevaluasi proses pembangunan (Korten dan Sjahrir, 1988)

Berpijak dari fenomena tersebut, maka pengelolaan potensi kepariwisataan,

khususnya agrowisata akan lebih mengedepankan peranserta dan tanggungjawab

masyarakat setempat. Hal tersebut dianggap penting sebagai upaya menuju pengelolaan

sumberdaya yang berbasis kerakyatan (community based management). Masyarakat

sebagai salah satu stakeholder haruslah dilibatkan dalam pengelolaan berbagai

sumberdaya yang terdapat di daerah/wilayah mereka. Masyarakat lokal memiliki hak-

hak azasi untuk menginterpretasikan, memelihara dan mengelola sumberdaya yang

mereka miliki (Ascherson 2000). Faulkner (2000) mengemukakan konsep yang

disebutnya “Democratic Archaeology from Below”, yang pada dasarnya

mengedepankan partisipasi masyarakat pada semua jenis dan tingkat pekerjaan.

Kearifan lokal maupun lembaga tradisional yang berkembang di masyarakat

bersangkutan dalam pengelolaan sumberdaya budaya harus tetap dipelihara dan

dilibatkan. Pemerintah maupun instansi yang berwenang berperan sebagai fasilitator

dalam pengelolaan sumberdaya budaya yang bersangkutan.

Keterlibatan dan peranserta masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya harus

dimulai sedini mungkin atau sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Pengelolaan sumberdaya tersebut harus mampu memberikan manfaat ekonomi kepada

masyarakat setempat. Di samping itu pengelolaan sumberdaya harus dilakukan secara

berkelanjutan, bukan saja untuk generasi sekarang, tetapi juga untuk generasi

mendatang.

Page 12: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

7

Kodhyat (1997) menyatakan bahwa pariwisata harus dipersepsikan sebagai suatu

instrumen untuk meningkatkan kualitas hubungan antar manusia, kualitas hidup

penduduk setempat, dan kualitas lingkungan hidup. Pengembangan pariwisata perlu

dijadikan sebagai bagian dari pembangunan nasional yang berkelanjutan, dan dilakukan

dalam kesatuan terpadu dengan sektor-sektor pembangunan lainnya. Beberapa kriteria

untuk memberikan arahan tentang pengembangan pariwisata perlu ditetapkan, seperti

yang diperkenalkan oleh Rev. Ron O’Grady sebagi berikut :

a) Pembuatan keputusan tentang bentuk pariwisata pada suatu tempat harus dilakukan

melalui konsultasi dan dapat diterima masyarakat lokal

b) Masyarakat harus mendapatkan bagian yang layak dari keuntungan yang berasal dari

pariwisata

c) Pariwisata harus berdasarkan pada prinsip-prinsip lingkungan dan ekologi yang

logis, peka terhadap budaya lokal dan tradisi keagamaan dan seharusnya tidak akan

menempatkan anggota masyarakat tuan rumah dalam posisi yang rendah

d) Jumlah wisatawan yang mengunjungi suatu tempat seharusnya tidak akan melebihi

populasi lokal dan meniadakan nilai keaslian kemanusiaan yang ada.

2.2 Agrowisata

Menurut Keputusan Bersama Mentan dan Menparpostel (1989) agrowisata

adalah suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro sebagai obyek

wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan

hubungan usaha dibidang agro. Guntoro (1995) menyatakan bahwa agrowisata adalah

suatu bentuk kegiatan pariwisata yang obyeknya berupa usaha tani (agro), beserta

kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan usaha tersebut, termasuk kegiatan penelitian

dan eksplorasi sumberdaya pertanian, peralatan usaha tani serta produk pertanian.

Agrowisata dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu : agrowisata tanaman pangan

dan hortikultura, agrowisata tanaman industri (perkebunan), agrowisata perikanan dan

agrowisata peternakan. Untuk tujuan penelitian ini pengertian agrowisata adalah suatu

bentuk pariwisata yang memanfaatkan aktivitas-aktivitas pertanian dari hulu sampai

hilir beserta fisilitas terkait sebagai objek dan atraksi wisata untuk memenuhi tujuan

pariwisata.

Page 13: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

8

Nilai dan prinsip yang terkandung dalam konsep pariwisata agro meliputi lima

aspek utama, yaitu : pertanian, konservasi, pendidikan, keterlibatan masyarakat dan

ekonomi (Ahmadjayadi 2001). Penduduk sekitar harus mengenal dan menghargai

agrobiodiversity sebagai proteksi yang berharga dan bermanfaat, untuk menjamin

bahwa agrowisata juga membantu melestarikan keanekaragaman sumberdaya hayati

(Kasparek 2004).

Page 14: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

9

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Sampel Penelitian

Agrowisata yang menjadi fokus penelitian adalah agrowisata yang berlokasi di

Provinsi Bali. Agrowisata yang bermunculan dan berkembang di Provinsi Bali tersebar

pada beberapa daerah tujuan wisata. Lokasi dan alamat detailnya sangat susah dilacak

karena tidak ada data yang akurat di Dinas Pariwisata provinsi maupun kabupaten, atau

dinas lainnya. Hal ini terjadi karena agrowisata tersebut kebanyakan tidak memiliki ijin

sehingga tidak terdata dengan baik. Oleh karena itu agrowisata yang digunakan sebagai

sampel penelitian ditentukan dengan metode snowbowling, yaitu dengan cara

menanyakan lokasi agrowisata lainnya yang terdekat dari salah satu agrowisata acuan

yang telah diketahui dengan pasti. Pencarian sampel dihentikan sampai tidak diperoleh

lagi informasi agrowisata lainnya yang diketahui dari agrowisata acuan sebelumnya.

Berdasarkan metode tersebut di atas sampai saat ini telah diperoleh sampel

penelitian seperti pada Tabel 1. berikut. Tabel satu menunjukkan bahwa perkembangan

agrowisata cukup pesat terjadi di Kabupaten Bangli, Gianyar, dan Tabanan, terutama

pada jalur wisata Tampaksiring – Kintamani atau Ubud – Kintamani, dan Denpasar -

Bedugul.

Tabel 1. Jumlah agrowisata sebagai sampel penelitian

No Kabupaten / Kota Jumlah Sampel

1 Gianyar 9

2 Bangli 10

3 Klungkung -

4 Karangasem 3

5 Singaraja -

6 Tabanan 8

7 Jembrana -

8 Badung 3

9 Denpasar 9

Total 42

Page 15: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

10

3.2 Variabel Penelitian

Penelitian Penyusunan Model Agrowisata Berkelanjutan Berbasis Pemberdayaan

Masyarakat direncanakan selama tiga tahap (tahun) dengan tahapan dan metode serta

output seperti disajikan pada Gambar 1. Untuk kegiatan tahun pertama dapat diuraikan

sebagai berikut :

1) Pengklasifikasian Agrowisata yang ada saat ini dengan menggunakan metode survey

(kuisioner terlampir) dan Focus Group Discussion (FGD);

2) Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal menggunakan Matriks Evaluasi Faktor

Internal (EFI), Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) (Rangkuti, 2000)

3) Perumusan Strategi menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrics (QSPM)

(David, 2002).

4) Standarisasi Agrowisata dilakukan melalui metode survey, FGD, dan Need

Assessment.

3.3 Formulasi Strategi

Tahapan kerangka kerja perumusan strategi menurut Rangkuti (2000) dan David

(2002), terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap input, tahap analisis (pencocokan) dan tahap

keputusan.

Tahap Input. Tahap input meringkas informasi input dasar yang diperlukan untuk

merumuskan strategi, dilakukan melalui pengembangan matriks evaluasi faktor

eksternal (Matriks EFE) dan matriks evaluasi faktor internal (Matriks EFI).

Tahap Analisis. Tahap analisis (pencocokan) memfokuskan untuk menghasilkan

alternatif strategi yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal.

Teknik yang digunakan adalah matriks SWOT (Stengths-Weaknesses-Opportunities-

Threats). Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan

ancaman eksternal yang dihadapi dan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan

alternatif strategis seperti Tabel 2.

Page 16: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

11

Tabel 2. Diagram Matriks SWOT

Kekuatan/Strengths (S)

• Tentukan 5-10 faktor-

faktor kekuatan internal

Kelemahan/Weaknesses (W)

• Tentukan 5-10 faktor-faktor

kelemahan internal

Peluang/Opportunities (O)

• Tentukan 5-10 faktor-

faktor peluang eksternal

Strategi S-O

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan

peluang

Strategi W-O

Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan

untuk memanfaatkan peluang

Ancaman / Threats (T)

• Tentukan 5-10 faktor-

faktor ancaman eksternal

Strategi S-T

Ciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan

untuk mengatasi ancaman

Strategi W-T

Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan dan

menghindari ancaman

Tahap Keputusan. Pada tahap keputusan ini dibuat peringkat strategi untuk

memperoleh daftar prioritas menggunakan Quantitative Strategic Planning Matrices

(QSPM). QSPM adalah alat untuk mengevaluasi strategi alternatif secara obyektif,

berdasarkan pada faktor-faktor kritis eksternal dan internal yang dikenali sebelumnya.

QSPM menggunakan input dari analisis tahap-1 (input) dan hasil analisis tahap-2

(analisis/pencocokan) untuk memutuskan alternatif strategi terbaik diantara beberapa

strategi alternatif yang ada.

QSPM mempunyai beberapa kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan QSPM dapat

mengevaluasi sejumlah set strategi secara beurutan dan bersamaan serta tidak ada batas

jumlah strategi yang dapat dievaluasi sekaligus. Dalam proses evaluasi QSPM, ahli

strategi harus memadukan faktor-faktor eksternal dan internal yang terkait dalam proses

keputusan. QSPM dapat disesuaikan untuk organisasi kecil atau besar dan praktis

diterapkan untuk tipe organisasi apapun.

Keterbatasan QSPM adalah proses ini selalu memerlukan penilaian intuitif dan

asumsi yang diperhitungkan sehingga akan bergantung pada ahli strategi yang terlibat.

Pemberian peringkat dan nilai daya tarik menggunakan keputusan subyektif, walaupun

demikian prosesnya harus menggunakan informasi obyektif. Hasil QSPM akan sangat

bergantung pada informasi awal (tahap input) dan tahap pencocokan yang menjadi

landasannya.

Page 17: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

12

Kegiatan Metode Output Tahap I (2012)

Tahap II (2013)

Tahap III (2014)

Gambar 1. Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Klasifikasi Profil

Agrowisata

Survei, FGD Profil

Agrowisata

Analisis Lingkungan

Internal & Eksternal

Matriks EFE &

EFI, QSPM

Pemetaan

Agrowisata

Perumusan Strategi

Pengembangan

Metode SWOT Strategi

Pengembangan

Standarisasi

Agrowisata

Survei, FGD,

Need Assesment

Standar Objek &

SOP Pengelolaan

Penyusunan Model Metode MPE,

PHA

Alternatif Model

Agrowisata

Analisis Kelayakan Metode NPV,

IRR, PBP, BCR

Nilai Kriteria

Kelayakan

Layak ? Evaluasi

Skenario Model

Mulai

Sosialisasi dan Aksi

YA

TIDAK

Penyuluhan,

Pelatihan, Bintek

Agrowisata

Berkelanjutan

Selesai

Page 18: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

13

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Klasifikasi Profil Agrowisata

Agrowisata pada dasarnya merupakan suatu jenis pariwisata yang memanfaatkan

usaha agro (agribisnis) sebagai daya tarik wisata dengan tujuan untuk memperluas

pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. Secara

lebih spesifik Yoeti (2000) menyatakan agrowisata merupakan jenis pariwisata yang

khusus menjadikan komoditas pertanian, peternakan, perkebunan sebagai daya tarik

bagi wisatawan.

Berpijak pada konsep agrowisata seperti dikemukakan di atas, maka agrowisata

di Bali dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis-jenis komoditas yang menjadi daya

tariknya, sebagai berikut : (1) Agrowisata Berbasis Pertanian, (2) Agrowisata Berbasis

Perkebunan, (3) Agrowisata Berbasis Peternakan, (4) Agrowisata Berbasis Perikanan,

dan (5) Agrowisata Campuran (Terpadu).

4.1.1 Agrowisata Berbasis Pertanian

Agrowisata berbasis pertanian mengacu pada jenis agrowisata yang menyajikan

komoditas tanaman pertanian sebagai daya tarik utamanya. Dari berbagai jenis usaha

pertanian yang ada di Bali, hingga sejauh ini hanyalah usaha pertanian padi lahan basah

(sawah) yang mendapat sentuhan pengelolaan sebagai daya tarik agrowisata dengan

sistem subak sebagai daya tarik utamanya. Jenis agrowisata yang menjadikan subak

sebagai daya tarik utama ini lebih dikenal dengan sebutan agrowisata subak.

Berdasarkan jenis komoditas yang menjadi daya tarik utamanya, maka agrowisata

subak tergolong agrowisata berbasis pertanian monokultur.

Sebaran Lokasi

Meskipun keberadaan subak dapat dijumpai di masing-masing kabupaten/kota di

Bali, namun pengelolaan subak sebagai daya tarik agrowisata baru berkembang di

Kabupaten Tabanan, khususnya di Desa Jatiluwih dan Wongaya Gede, Kecamatan

Penebel yang juga dikenal sebagai daerah lumbung beras dengan beberapa varietas

padi berkualitas tinggi. Terkait dengan ini sidang komite warisan dunia UNESCO di

Page 19: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

14

Saint Petersburg pada tanggal 29 Juni 2012 menetapkan Kawasan Jatiluwih sebagai

salah satu warisan budaya dunia. Hingga saat ini di kawasan ini baru tercatat dua usaha

agrowisata berbasis subak.

Potensi Daya tarik

Potensi daya tarik agrowisata berbasis pertanian padi lahan basah di Bali pada

umumnya adalah aspek ideofak (sistem nilai), sosiofak (sistem sosial), dan artifak

(infrastruktur) dari sistem subak yang merupakan sistem bercocok tanam tradisional di

Bali yang sudah cukup terkenal di mata dunia.

Keberadaan Subak di Bali selain menjadi perhatian para pakar pembangunan

sektor pertanian dan pedesaan, juga sangat menarik perhatian para wisatawan dari

berbagai belahan dunia. Secara formal subak diartikan sebagai masyarakat hukum adat

yang bersifat sosio-agraris-religius, yang terdiri dari para petani yang menggarap sawah

pada suatu areal persawahan yang mendapatkan air dari suatu sumber2. Geertz (1980),

memberikan batasan subak sebagai areal persawahan yang mendapatkan air irigasi dari

suatu sumber mata air. Sementara Sutawan, dkk., (1986), menyatakan definisi subak

sebagai organisasi petani lahan basah yang mendapatkan air irigasi dari satu sumber

mata air secara bersama, memiliki satu atau lebih pura subak, yaitu Pura Bedugul

(tempat pemujaan Dewi Sri, manifestasi Tuhan sebagai Dewi Kesuburan), serta

mempunyai kebebasan dalam mengatur rumah tangganya sendiri maupun dalam

hubungan dengan pihak luar.

Dari sejumlah batasan mengenai Subak tersebut terlihat bahwa secara garis

besar subak memiliki tiga aspek pokok, yaitu aspek religius, sosial, dan fisik. Dalam

konsep budaya lokal (Bali) ketiga aspek tersebut merupakan aspek-aspek Tri Hita

Karana yang berarti “Tiga Penyebab Kesejahteraan”, yaitu: (1) Parhyangan

(lingkungan spiritual), (2) Pawongan (lingkungan sosial), dan (3) Palemahan

(lingkungan alamiah). Berkenaan dengan itu, untuk mencapai kesejahteraan maka

manusia hendaknya senantiasa menjaga hubungan yang seimbang dan harmonis dengan

lingkungan spirtitualnya, lingkungan sosialnya, dan lingkungan alam sekitarnya.

2 PERDA Bali No.02/DPRD/1972.

Page 20: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

15

Sebaliknya hubungan yang tidak seimbang dan tidak harmonis diyakini akan dapat

mengganggu kesejahteraan hidup umat manusia.

Unsur parhyangan memberikan nuansa religius yang mengekspresikan

hubungan manusia dengan lingkungan spiritual. Setiap Subak dilengkapi dengan tempat

suci (pura) yang disebut Pura Ulun Suwi atau Bedugul yang dibangun tidak jauh dari

sumber mata air, bendungan, atau bagian hulu kawasan persawahan. Di tempat suci

tersebut para petani menyelenggarakan berbagai jenis ritual keagamaan yang berkaitan

dengan sistem bercocok tanam, seperti : ritual memohon kesuburan, memohon hujan,

menolak bala (hama dan penyakit tanaman), dan lain sebagainya. Unsur pawongan

mengacu kepada aspek sosial (manusia), yakni para petani yang terhimpun dalam

organisasi subak yang lazim disebut krama subak. Dalam rangka menjalankan

fungsinya, organisasi subak dilengkapi dengan awig-awig berupa seperangkat aturan

mengenai tata-tertib organisasi serta hak dan kewajiban para anggotanya. Unsur

palemahan merupakan komponen infrastruktur yang terdiri dari lingkungan fisik

alamiah berupa areal persawahan yang disebut uma atau carik dengan berbagai macam

fasilitas sistem irigasinya (Pujaastawa, 2003).

Dalam konteks dunia kepariwisataan, subak merupakan daya tarik yang

menyajikan perpaduan atraksi alam dan budaya agraris yang unik. Panorama rice

terrace yang mempesona dan berbagai aktivitas pertanian serta tradisi ritual

masyarakat agraris merupakan pemandangan dunia perdesaan sehari-hari yang hampir

tidak pernah luput dari rekaman lensa kamera wisatawan. Diakui atau tidak, subak

merupakan aset yang sangat berharga yang telah banyak memberikan kontribusi bagi

dunia kepariwisataan di Bali.

Bentuk-bentuk Kegiatan Wisatawan

Bentuk-bentuk kegiatan wisatawan dalam rangka melakukan kunjungan wisata

ke kawasan agrowisata berbasis pertanian meliputi :

• Sight seeing atau melihat-lihat panorama terasering persawahan

• Trekking atau menyusuri kawasan pertanian dengan berjalan kaki

• Cycling atau mengelilingi kawasan pertanian dengan mengendarai sepeda

Page 21: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

16

• ATV riding atau menyusuri kawasan pertanian dengan mengendarai kendaraan ATV

(all terrain vehicle) yang telah dirancang secara khusus untuk kegiatan adventure

(berpetualang) di sekitar kawasan pertanian atau perkebunan

• Matekap (membajak sawah dengan menggunakan sapi)

• Menanam bibit padi

• Menikmati aneka jenis kuliner dari hasil pertanian lokal, seperti nasi beras merah

atau beras organik, teh beras merah serta aneka lauk dan sayur-sayuran dari hasil

pertanian setempat.

Kunjungan Wisatawan

Kunjungan rata-rata wisatawan ke Kawasan Agrowisata Jatiluwih dan Wangaya

Gede mencapai sekitar 450 orang tiap bulan. Dari keseluruhan wisatawan yang

berkunjung dan melakukan berbagai jenis kegiatan wisata di kawasan ini, sekitar 75% di

antaranya adalah wisatawan mancanegara, sedangkan wisatawan nusantara pada

umumnya hanya sebatas menikmati panorama terasering persawahan sambil memotret.

Kepemilikan dan Sistem Pengelolaan

Sistem pengelolaan usaha agrowisata di Kawasan Jatiluwih dan Wongaya Gede

dapat dibedakan atas pengelolaan yang dilakukan oleh perusahaan secara mandiri dan

pengelolaan yang dilakukan atas kerjasama antara perusahaan dan organisasi subak.

setempat.

Pada pengelolaan tipe pertama, baik lahan pertanian yang dimanfaatkan sebagai

daya tarik wisata maupun fasilitas akomodasi dan fasilitas pendukung lainnya

sepenuhnya merupakan milik perusahaan. Agrowisata yang dikelola secara mandiri ini

di samping memiliki keterbatasan dalam penyediaan lahan pertanian juga dalam jenis-

jenis atraksi wisata yang ditawarkannya, yakni hanya trekking dan menikmati aneka

hidangan kuliner lokal. Namun demikian, agrowisata yang dikelola secara mandiri ini

memiliki kelebihan, yakni berupa beberapa unit bungalo sebagai tempat menginap bagi

wisatawan.

Dalam pengelolaan usahanya, agrowisata yang dikelola secara mandiri ini di

samping melibatkan tenaga kerja dari lingkungan keluarga, juga memanfaatkan

Page 22: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

17

sejumlah tenaga kerja yang berasal dari desa setempat, khususnya mereka yang

memiliki latar belakangan pendidikan menengah kejuruan di bidang kepariwisataan.

Pada pengelolaan agrowisata tipe kedua, pihak perusahaan hanya menyediakan

fasilitas akomodasi seperti tempat peristirahatan yang dilengkapi dengan restoran dan

fasilitas penunjang atraksi seperti sepeda gunung, kendaraan ATV, dan lainnya,

sedangkan kawasan pertanian yang dimanfaatkan sebagai daya tarik utama disediakan

oleh petani yang tergabung dalam organisasi subak setempat.

Dalam pengelolaan usahanya, agrowisata yang dikelola dengan pola kerjasama

ini lebih banyak memanfaatkan tenaga kerja lokal terutama yang memiliki latar

belakang pendidikan menengah kejuruan di bidang kepariwisataan. Pada umumnya

mereka dilibatkan sebagai interpreter atau pemandu untuk kegiatan hikking, cycling,

ATV riding, dan sebagai pelayan restoran. Khusus untuk demonstrasi atraksi membajak

atau matekap dilakukan oleh petani setempat.

4.1.2 Agrowisata Berbasis Perkebunan

Secara garis besar, agrowisata berbasis perkebunan dapat dibedakan menjadi dua

macam, yakni agrowisata perkebunan dengan komoditas tanaman tunggal atau sejenis

(monokultur) dan tanaman campuran (polikultur)

4.1.2.1 Agrowisata Berbasis Perkebunan Monokultur

Berdasarkan jenis komoditasnya, agrowisata berbasis perkebunan monokultur

yang ada di Bali dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a) Agrowisata Berbasis Perkebunan Bunga

Sebaran Lokasi

Berdasarkan sebaran lokasi pengembangan komoditas unggulan nasional dan

unggulan daerah, Provinsi Bali tergolong salah satu sentra pengembangan tanaman hias

(http://www.hortikultura.deptan.go.id). Menurut data statistik Dinas Pertanian Tanaman

Pangan Provinsi Bali, luas areal tanaman hias di Provinsi Bali cenderung mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Sampai tahun 2009 luas areal untuk berbagai jenis

tanaman hias mencapai 915,51 ha. Jenis-jenis tanaman hias yang dikembangkan di

Page 23: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

18

antaranya adalah anggrek, anyelir, mawar, melati, angsoka, krisan, gladiol, pisang-

pisangan, sedap malam, palm, ephorbia, soka, adenium, antorium, pakis dan lainnya.

Meskipun usaha tanaman hias, khususnya perkebunan bunga di Bali cenderung

menunjukkan perkembangan, namun pengelolaan usaha perkebunan bunga sebagai daya

tarik wisata (agrowisata) masih sangat terbatas. Hingga sejauh ini upaya untuk

memanfaatkan usaha perkebunan bunga sebagai daya tarik agrowisata baru dijumpai di

wilayah Badung Utara, tepatnya di Desa Plaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung

dengan jenis tanaman bunga hortensia sebagai potensi daya tarik utamanya.

Potensi Daya tarik

Tanaman bunga-bungaan tergolong jenis tanaman hias. Salah satu jenis tanaman

hias yang belakangan ini kian banyak dikembangkan adalah tanaman bunga hortensia

(Hydrangea macrophylla). Tanaman hortensia merupakan tanaman berbunga indah

yang dapat ditanam di dalam pot, maupun di lapangan. Biasanya tanaman hortensia

dibudidayakan sebagai tanaman hias maupun bunga potong. Tanaman hortensia juga

dikenal dengan nama kembang bokor karena bentuk calyx (mahkota) dekat dengan dasar

bunga yang berkumpul berbentuk bokor (http://id:wikipedia.org). Tanaman hortensia

yang memiliki efek warna putih kebiruan antara lain kerap digunakan sebagai hiasan

dekorasi taman pelaminan pengantin. Di Bali tanaman hortensia lebih dikenal dengan

nama bunga pecah seribu atau kembang seribu yang dibudidayakan sebagai bunga

potong untuk sarana upacara adat/agama terutama banten (sesaji) bagi umat Hindu

(Sumerta dkk, 2005).

Keindahan tanaman bunga hortensia menjadikan kawasan perkebunan bunga

hortensia sebagai panorama yang sangat menarik perhatian wisatawan. Di samping

menikmati indahnya hamparan bunga hortensia, wisatawan juga dapat menyaksikan atau

berpartisipasi secara langsung dalam berbagai kegiatan terkait usaha budi daya

perkebunan bunga, seperti pembibitan, penanaman, pemupukan, perawatan, dan

pemanenan sambil menikmati udara pegunungan yang sejuk dan segar.

Page 24: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

19

Bentuk-bentuk Kegiatan Wisatawan

Bentuk-bentuk kegiatan wisatawan dalam rangka melakukan kunjungan wisata

ke kawasan agrowisata berbasis perkebunan bunga hortensia ini meliputi :

• Relaksasi atau bersantai sambil menikmati keindahan panorama perkebunan

• Trekking atau berjalan kaki di sekitar kawasan perkebunan

• Menyaksikan atau berpartisipasi secara langsung dalam kegiatan usaha budi daya

perkebunan bunga, seperti pembibitan, penanaman, pemupukan, perawatan, dan

pemanenan sambil menikmati udara pegunungan yang sejuk dan segar

• Menyaksikan atau berpartisipasi secara langsung demonstrasi seni merangkai bunga

hortensia

• Berbelanja (bunga atau bibit tanaman bunga dan beberapa jenis cindramata)

Kunjungan Wisatawan

Dari keseluruhan wisatawan yang berkunjung dan melakukan berbagai jenis

kegiatan wisata di Kawasan Agrowisata Perkebunan Bunga di Desa Plaga, 50% di

antaranya adalah wisatawan mancanegara, sedangkan 50% lainnya adalah wisatawan

nusantara (termasuk wisatawan lokal). Kegiatan wisata yang dilakukan oleh wisatawan

nusantara di kawasan ini pada umumnya hanya sebatas menikmati keindahan panorama

perkebunan bunga sambil memotret, sedangkan wisatawan lokal di samping menikmati

keindahan panorama perkebunan bunga juga kerap berbelanja bibit tanaman bunga

untuk tanaman hias dan bunga untuk keperluan upacara keagamaan.

Kepemilikan dan Sistem Pengelolaan

Usaha agrowisata berbasis perkebunan bunga di Desa Plaga merupakan usaha

milik sendiri yang pengelolaannya melibatkan individu anggota keluarga. Keterlibatan

mereka dalam usaha agrowisata ini lebih banyak tercurah pada kegiatan-kegiatan yang

terkait dengan pembudidayaan tanaman, seperti pembibitan, penanaman, pemupukan,

perawatan, dan pemanenan. Sementara untuk penanganan wisatawan sepenuhnya

diserahkan kepada interprener dari pihak agen perjalanan.

Page 25: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

20

b) Agrowisata Berbasis Perkebunan Strowberi

Sebaran Lokasi

Agrowisata berbasis perkebunan stroberi atau yang lebih dikenal dengan sebutan

agrowisata strowberi lebih banyak terdapat di Kawasan Bedugul (Tabanan), Pancasari

(Buleleng), dan Plaga (Badung) yang merupakan daerah dataran tinggi dan pegunungan.

Hal ini dapat dimaklumi mengingat tanaman strowberi merupakan jenis tanaman

subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis pada ketinggian

1.000 -1.500 meter dari permukaan laut dengan suhu udara berkisar antara 17-20oC.

Potensi Daya tarik

Di samping suasana lingkungan alam pegunungan yang hijau dan sejuk,

agrowisata strowberi menampilkan keindahan panorama kawasan perkebunan dengan

komoditas buah stroberi sebagai daya tarik utama. Di samping itu, di dalam kawasan

perkebunan wisatawan juga dapat menyaksikan atau turut berpartisipasi dalam berbagai

kegiatan yang berkaitan dengan budidaya tanaman strowberi, seperti pembibitan,

penanaman, pemupukan, perawatan, dan pemanenan buah strowberi sambil menikmati

udara pegunungan yang sejuk dan segar.

Bentuk-bentuk Kegiatan Wisatawan

Dalam rangka melakukan kunjungan wisata di kawasan agrowisata berbasis

perkebunan strowberi, wisatawan dapat melakukan sejumlah kegiatan sebagai berikut :

• Relaksasi atau bersantai menikmati keindahan panorama perkebunan stroberi sambil

menikmati segarnya buah strowberi dan udara pegunungan yang sejuk dan segar

• Trekking atau berjalan kaki di sekitar kawasan perkebunan

• Menyaksikan atau berpartisipasi secara langsung dalam kegiatan usaha budi daya

tanaman strowberi, seperti pembibitan, penanaman, pemupukan, perawatan, dan

pemanenan

• Menyaksikan atau berpartisipasi secara langsung dalam proses pengolahan buah

strowberi menjadi produk olahan seperti juice, sirup, selai, ataupun stup (compote)

strowberi.

Page 26: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

21

• Berbelanja (buah, bibit tanaman strowberi, dan beberapa jenis produk olahan sebagai

cindramata)

Di samping beberapa kegiatan wisata seperti dikemukakan di atas, di kawasan

agrowisata di Desa Plaga wisatawan juga dapat melakukan beberapa jenis kegiatan

seperti :

• Buggy riding yakni mengelilingi properti dengan menggunakan kendaraan khusus

(buggy). Selama perjalanan, petugas agrowisata menjelaskan mengenai tanaman

yang dibudidayakan di sekitar areal agro.

• Bird watching, selain menikmati pemandangan alam sekitar, wisatawan juga dapat

menyaksikan beraneka jenis satwa burung yang terdapat di sekitar kawasan

agrowisata. Kegiatan ini terutama dapat dilakukan pada pagi hari saat matahari

terbit.

• Children playground, disediakan bagi pengunjung yang datang bersama anak-anak.

Tempat bermain anak-anak dibuat sedemikian rupa sehingga anak-anak bisa

mengenal alam secara lebih dekat sambil bermain.

Kunjungan Wisatawan

Dari tiga sebaran kawasan agrowisata berbasis perkebunan strowberi yang

terdapat di Bali, ternyata kunjungan wisatawan lebih banyak (70%) tertuju pada daya

tarik agrowisata yang ada di Kawasan Bedugul-Pancasari. Hal ini disebabkan karena

keberadaan Kawasan Bedugul-Pancasari merupakan kawasan daya tarik wisata khusus

(KDTWK) dengan deversitas daya tarik dan fasilitas akomodasi pariwisata yang lebih

beragam.

Kepemilikan dan Sistem Pengelolaan

Pada umumnya usaha agrowisata berbasis perkebunan stroberi yang terdapat di

Kawasan Bedugul-Pancasari merupakan milik perorangan yang pengelolaannya

melibatkan individu-individu anggota keluarga. Keterlibatan mereka dalam usaha

agrowisata ini lebih banyak tercurah pada kegiatan-kegiatan yang terkait dengan

pembudidayaan tanaman, seperti pembibitan, penanaman, pemupukan, perawatan, dan

pemanenan. Sementara untuk penanganan wisatawan sepenuhnya diserahkan kepada

Page 27: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

22

interprener dari pihak agen perjalanan. Di samping merupakan usaha keluarga, di

kawasan Pancasari juga terdapat agrowisata berbasis perkebunan strowberi yang

dikelola oleh sebuah yayasan yang bergerak di bidang pariwisata dan pelestarian

lingkungan yang anggota-anggotanya berasal dari pihak pemerhati dan peduli pariwisata

dan lingkungan setempat. Sedangkan usaha agrowisata berbasis perkebunan stroberi

yang terdapat di Desa Plaga merupakan sebuah usaha yang dikelola dengan prinsip

manajemen profesional yang sebagian besar karyawannya berasal dari penduduk

setempat.

c) Agrowisata Berbasis Perkebunan Salak

Sebaran Lokasi

Selain terkenal sebagai daerah tujuan wisata, Pulau Bali juga terkenal sebagai

salah satu sentral produksi buah salak di Indonesia. Desa Sibetan dan Perangsari

(Karangasem) yang berjarak sekitar 85 Km dari Denpasar berada pada ketinggian 500 m

di atas permukaan laut merupakan wilayah yang sangat cocok untuk budidaya

perkebunan salak. Di kedua desa ini terdapat kawasan perkebunan salak dengan luas

areal keseluruhan sekitar 1.125.000 hektar, yang oleh Pemerintah Kabupaten

Karangasem telah dikembangkan menjadi daya tarik agrowisata.

Potensi Daya Tarik

Jenis-jenis potensi daya tarik agrowisata berbasis perkebunan salak atau yang

yang lebih dikenal dengan sebutan agrowisata salak meliputi :

• Kawasan perkebunan salak. dengan jejeran pohon salak yang ditata rapi menyerupai

barisan serta dibatasi dengan pagar dari batang pohon salak merupakan daya tarik

tersendiri. Petani salak juga membagi kebunnya ke dalam beberapa bagian sesuai

dengan jenis salak yang diusahakan, sehingga memudahkan pengunjung untuk

mengetahui jenis dan nama varietas salak yang ditanam. Sekitar 15 jenis tanaman

salak yang ditanam di areal perkebunan desa Sibetan dan Perangsari, di antaranya

adalah salak nanas dan salak gula pasir yang merupakan varietas unggul dengan rasa

yang sangat manis serta daging buah yang tebal.

Page 28: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

23

• Teknik budidaya tanaman salak mulai dari pembibitan, pemeliharaan tanaman,

hingga panen

• Beraneka jenis komoditas buah salak segar yang siap disantap

• Teknik pengolahan buah salak menjadi aneka produk kuliner (dodol, anggur)

• Suasana kehidupan penduduk pedesaan dengan berbagai jenis tradisi dan adat-

istiadatnya, di antaranya tradisi ritual keagamaan (tumpek uduh) yang berlangsung

secara periodik setiap 210 hari sekali, dan

• Seni merangkai buah salak dalam bentuk gebogan atau pajegan

.Bentuk-bentuk Kegiatan Wisatawan

Jenis-jenis kegiatan wisata yang dapat dilakukan oleh wisatawan dalam rangka

melakukan kunjungan di kawasan agrowisata salak di Desa Sibetan dan Perangsari

meliputi :

• Trekking atau berjalan kaki menyusuri kawasan perkebunan salak

• Cycling atau menyusuri kawasan perkebunan salak dengan mengendarai sepeda

• Di dalam kawasan perkebunan wisatawan dapat memetik sendiri buah salak yang

diinginkan

• Menyaksikan atau turut mencoba demonstrasi pengolahan buah salak menjadi aneka

produk olahan seperti dodol salak, sirup salak, manisan salak, anggur salak, dan

lainnya

• Menyaksikan atau turut mencoba seni merangkai buah salak dalam bentuk gebogan

atau pajegan

• Berbelanja (membeli buah salak segar atau berbagai jenis produk olahannya.

Kunjungan Wisatawan

Kunjungan wisatawan ke kawasan agrowisata salak di Desa Sibetan dan

Perangsari umumnya didominasi oleh wisatawan asing (65%) yang sebagian besar

berasal dari Jerman dan Australia sedangkan 35% lainnya adalah wisatawan nusantara

(termasuk wisatawan lokal).

Page 29: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

24

Kepemilikan dan Sistem Pengelolaan

Usaha agrowisata berbasis perkebunan salak baik di Desa Sibetan dan Perangsari

dikelola secara kolektif oleh para warga pemilik perkebunan salak yang tergabung

dalam kelompok sadar wisata. Dengan demikian, pengembangan pariwisata di kedua

desa ini dapat dikatakan telah mengacu pada konsep pengembangan pariwisata berbasis

komunitas yang bertumpu pada model pemberdayaan masyarakat. Pengembangan

agrowisata dengan model ini memnawa implikasi terhindarnya alih kepemilikan lahan

dari masyarakat setempat ke tangan investor. Di samping membentuk kelompok sadar

wisata, para petani perkebunan salak juga membangun koperasi guna meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Dengan adanya kelompok sadar wisata dan koperasi, memudahkan mereka baik

dalam bidang pengelolaan maupun pengembangan usaha agrowisata. Misalnya, melalui

kelompok sadar wisata mereka memiliki peluang dan akses yang lebih baik untuk

memperoleh peningkatan keterampilan melalui pendidikan dan pelatihan, serta

kerjasama dengan pihak-pihak lain terkait dengan pengembangan agrowisata. Di

samping itu yang terpenting adalah dengan adanya kelomok sadar wisata yang

beranggotakan petani setempat, memberi peluang besar untuk penyerapan tenaga kerja

lokal. Jenis-jenis pekerjaan yang dimaksud misalnya sebagai karyawan restoran, proses

produksi wayn atau anggur salak, pemadu trekking, pemandu petik salak, dan lainnya.

d) Agrowisata Berbasis Perkebunan Kopi

Sebaran Lokasi

Meskipun potensi perkebunan kopi tersebar di sejumlah wilayah kabupaten di

Bali (seperti Tabanan, Badung, Buleleng, dan Bangli), namun upaya pengelolaan

perkebunan kopi sebagai daya tarik agrowisata yang berbasis perkebunan monokultur

dengan memanfaatkan tanaman kopi sebagai komoditas tanaman tunggal belum banyak

dijumpai. Hingga saat ini agrowisata berbasis perkebunan kopi sebagai perkebunan

monokultur dapat dijumpai di Desa Landih, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli.

Page 30: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

25

Potensi Daya Tarik

Jenis-jenis potensi daya tarik agrowisata berbasis perkebunan kopi yang bersifat

monokultur ini meliputi :

• Kawasan perkebunan dengan tanaman kopi sebagai komoditas monokultur

• Teknik fermentasi buah kopi secara alamiah dengan menggunakan proses

pencernaan melalui binatang luwak atau musang.

• Proses pengolahan buah kopi pasca fermentasi hingga siap saji

• Produk olahan kopi luwak

• Tradisi upacara ritual keagamaan (tumpek uduh) yang berlangsung secara periodik

setiap 210 hari sekali

• Outlet untuk memajang dan menjual barang-barang produk olahan dan cindramata.

Bentuk-bentuk Kegiatan Wisatawan

Dalam rangka melakukan kunjungan wisata di kawasan agrowisata berbasis

perkebunan monokultur khususnya perkebunan kopi, wisatawan dapat melakukan

sejumlah kegiatan sebagai berikut :

• Hikking atau berjalan kaki di sekitar kawasan perkebunan kopi sambil mengamati

tanaman kopi dan binatang luwak yang dilepas secara bebas.

• Menyaksikan atau ikut mencoba proses sangrai kopi dengan menggunakan

peralatan dan teknologi tradisional

• Mencoba produk olahan kopi luwak

• Mengambil foto untuk kenang-kenangan

• Berbelanja (membeli beraneka jenis produk olahan dan barang-barang kerajinan

sebagai cindramata)

Kunjungan Wisatawan

Wisatawan yang mengunjungi agrowisata berbasis perkebunan kopi ini rata-rata

berjumlah 70 orang tiap bulan yang terdiri dari 75 persen wisatawan mancanegara dan

25 persen wisatawan nusantara. Berdasarkan tipologi perjalanan wisatanya pada

umumnya, kunjungan wisatawan mancanegara ke daya tarik agrowisata berbasis

Page 31: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

26

perkebunan kopi ini sebagai bagian dari package tour atau paket perjalanan wisata

mereka ke beberapa daya tarik wisata yang telah direncanakan sebelumnya. Sedangkan

bagi wisatawan nusantara, kunjungan mereka ke daya tarik agrowisata berbasis

perkebunan campuran ini umumnya bukan merupakan kunjungan yang telah

direncanakan sebelumnya.

Kepemilikan dan Sistem Pengelolaan

Agrowisata berbasis perkebunan kopi ini merupakan usaha milik perorangan

yang dikelola dengan ststem manajemen yang bersifat informal yang melibatkan

individu-individu anggota keluarga. Keterlibatan mereka dalam usaha agrowisata ini

lebih banyak tercurah pada kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pembudidayaan

tanaman (seperti pembibitan, penanaman, pemupukan, dan perawatan tanaman),

pembuatan dan penyajian produk olahan, serta kebersihan dan keamanan lingkungan.

Sementara untuk penanganan wisatawan sepenuhnya diserahkan kepada interprener dari

pihak agen perjalanan. Namun demikian, sebagian dari pengelola agrowisata juga

menyiapkan tenaga interprener yang pada umumnya berasal dari masyarakat lokal.

4.1.2.2 Agrowisata Berbasis Perkebunan Campuran (Polikultur)

Sebaran Lokasi

Agrowisata berbasis perkebunan campuran merupakan jenis agrowisata yang

paling dominan. Hingga saat ini, dari keseluruhan daya tarik agrowisata yang ada di

Bali, sekitar 80% di antaranya tergolong agrowisata berbasis perkebunan campuran.

Keberadaannya tersebar di empat kabupaten, dengan jumlah populasi terbanyak terdapat

di Kabupaten Bangli (40%), menyusul Kabupaten Gianyar (30%), Kabupaten Tabanan

(20%), serta Kabupaten Badung dan Karangasem masing-masing (5%). Sebagian besar

dari usaha agrowisata tersebut terletak di dekat jalan raya yang merupakan jalur-jalur

pariwisata utama di Bali, seperti di sepanjang jalur pariwisata Ubud-Tampak Siring-

Kintamani (wilayah Kabupaten Gianyar dan Bangli), jalur pariwisata Tembuku-Besakih

(wilayah Kabupaten Bangli dan Karangasem), dan jalur pariwisata Bedugul-Pancasari

(wilayah Kabupaten Tabanan).

Page 32: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

27

Potensi Daya Tarik Wisata

Sebagian besar (86%) usaha agrowisata berbasis perkebunan campuran di Bali

mengusahakan tanaman kopi jenis arabica sebagai tanaman utama. Di samping tanaman

kopi, juga terdapat tanaman lainnya sebagai pelengkap, seperti kakao, rempah-rempah,

tanaman obat-obatan (herbal), dan tanaman buah-buahan dan beberapa jenis tanaman

lokal lainnya. Selain itu, juga terdapat sejumlah (14%) usaha agrowisata berbasis

perkebunan campuran yang mengusahakan jenis-jenis tanaman lainnya, seperti manggis,

coklat, durian, salak, duku, nangka, dan lainnya.

Agrowisata berbasis perkebunan campuran memiliki potensi daya tarik yang

cukup beragam. Secara lebih rinci, jenis-jenis potensi daya tarik agrowisata berbasis

perkebunan campuran ini adalah sebagai berikut:

• Pada umumnya usaha agrowisata berbasis perkebunan campuran menyajikan

suasana lingkungan perkebunan yang sejuk dan asri dengan berbagai jenis tanaman

perkebunan, termasuk tanaman langka.

• Di beberapa tempat, pengunjung juga dapat menyaksikan indahnya panorama

lembah dengan latar perbukitan yang ada di sekitar kawasan.

• Teknologi budidaya tanaman mulai dari pembibitan, pemeliharaan tanaman, hingga

panen

• Teknik fermentasi buah kopi secara alamiah dengan menggunakan proses

pencernaan melalui binatang luwak atau musang.

• Proses pengolahan buah kopi pasca fermentasi hingga siap saji

• Produk olahan kopi luwak

• Produk tanaman buah-buahan lainnya (jeruk, durian, nangka, mangga, manggis,

duku, dan lainnya) serta aneka produk olahan lainnya.

• Produk olahan lainnya seperti herbal dan obat-obatan

• Tradisi upacara ritual keagamaan (tumpek uduh) yang berlangsung secara periodik

setiap 210 hari sekali

Page 33: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

28

• Di beberapa tempat daya tarik agrowisata berbasis perkebunan campuran ini juga

dilengkapi dengan fasilitas peristirahatan berupa kubu-kubu atau gazebo dengan

langgam arsitektur tradisional Bali, serta tempat berkemah (camping grown)

• Di beberapa tempat kawasan perkebunan juga dilengkapi dengan representasi

rumah tradisional Bali dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti tembok

popolan, atap alang-alang, dan dinding dari bahan bambu.

• Outlet untuk memajang dan menjual barang-barang produk olahan dan cindramata.

Bentuk-bentuk Kegiatan Wisatawan

Dalam rangka melakukan kunjungan wisata di kawasan agrowisata berbasis

perkebunan campuran, wisatawan dapat melakukan sejumlah kegiatan sebagai berikut :

• Hikking atau berjalan kaki di sekitar perkebunan sambil mengamati beraneka ragam

jenis tanaman

• Mengamati binatang luwak

• Memberi makan luwak

• Menyaksikan atau ikut mencoba proses sangrai kopi dengan menggunakan

peralatan dan teknologi tradisional

• Mencoba produk olahan kopi luwak dan produk lainnya seperti ginger tea, jamu,

dll.

• Mencoba produk tanaman buah-buahan serta produk olahannya

• Mengambil foto untuk kenang-kenangan

• Berbelanja (membeli beraneka jenis produk dan barang-barang kerajinan sebagai

cindramata)

• Melakukan kegiatan camping

Kunjungan Wisatawan

Wisatawan yang mengunjungi agrowisata berbasis perkebunan campuran ini

umumnya didominasi (90%) oleh wisatawan mancanegara, sedangkan 10% lainnya

adalah wisatawan nusantara. Pada umumnya, kunjungan wisatawan mancanegara ke

daya tarik agrowisata berbasis perkebunan campuran ini sebagai bagian dari package

Page 34: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

29

tour atau paket perjalanan wisata mereka ke beberapa daya tarik wisata yang telah

direncanakan sebelumnya. Sedangkan bagi wisatawan nusantara, kunjungan mereka ke

daya tarik agrowisata berbasis perkebunan campuran ini umumnya bukan merupakan

kunjungan yang telah direncanakan sebelumnya.

Kepemilikan dan Sistem Pengelolaan

Pada umumnya usaha agrowisata berbasis perkebunan campuran di Bali

merupakan usaha milik perorangan yang pengelolaannya melibatkan individu-individu

anggota keluarga. Keterlibatan mereka dalam usaha agrowisata ini lebih banyak tercurah

pada kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pembudidayaan tanaman (seperti

pembibitan, penanaman, pemupukan, dan perawatan tanaman), pembuatan dan

penyajian produk olahan, serta kebersihan dan keamanan lingkungan. Sementara untuk

penanganan wisatawan sepenuhnya diserahkan kepada interprener dari pihak agen

perjalanan. Namun demikian, sebagian dari pengelola agrowisata juga menyiapkan

tenaga interprener yang pada umumnya berasal dari masyarakat lokal.

4.1.3 Agrowisata berbasis Peternakan

Sebaran lokasi

Hingga sejauh ini, keberadaan agrowisata berbasis peternakan di Bali masih

sangat terbatas. Meskipun beberapa tahun silam pernah dicoba upaya pengembangan

agrowisata berbasis peternakan dengan model pengembangan Agro Techno Park di

Desa Pangkung Tanah, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, namun tampaknya

upaya tersebut akhirnya menemui kegagalan. Satu-satunya daya tarik agrowisata

berbasis peternakan yang ada di Bali saat ini adalah Kawasan Pemeliharaan Lembu

Putih yang terdapat di Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar.

Keberadaannya yang masih bertahan hingga saat ini tidak terlepas dari konsepsi

keyakinan masyarakat setempat yang menilai satwa lembu putih sebagai binatang suci

dan keramat.

Page 35: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

30

Potensi Daya Tarik

Jenis-jenis potensi daya tarik agrowisata berbasis peternakan di Desa Taro

meliputi sebagai berikut :

• Populasi satwa lembu putih yang tergolong satwa endemik

• Kawasan pemeliharaan lembu putih dengan pola ranch yang cukup luas dengan latar

belakang persawahan.

• Adanya konsepsi keyakinan masyarakat setempat tentang lembu putih sebagai

binatang suci dan keramat

• Adanya bentuk-bentuk perlakuan khusus (istimewa) oleh masyarakat setempat

terhadap satwa lembu putih yang dinilai sebagai binatang suci dan keramat

• Beberapa tempat tempat dan kawasan suci yang terkait dengan konsepsi keyakinan

terhadap lembu putih sebagai binatang suci dan keramat.

• Tradisi ritual keagamaan (tumpek uye) yang berlangsung secara periodik setiap 210

hari sekali.

Bentuk-bentuk Kegiatan Wisatawan

Dalam rangka melakukan kunjungan wisata di kawasan agrowisata berbasis

pemeliharaan lembu putih di Desa Taro, wisatawan dapat melakukan sejumlah kegiatan

sebagai berikut :

• Hikking atau berjalan kaki mengelilingi kawasan pemeliharaan lembu putih

• Menyaksikan aktivitas pemeliharaan lembu putih, khususnya pemberian pakan

• Mendengarkan penjelasan mengenai mitos lembu putih sebagai binatang suci dan

keramat

• Mengunjungi tempat suci dan kawasan hutan yang terkait dengan mitos lembu putih

sebagai binatang suci dan keramat

Kunjungan Wisatawan

Wisatawan yang mengunjungi agrowisata lembu putih di Desa Taro umumnya

didominasi (80%) oleh wisatawan mancanegara, sedangkan 20% lainnya adalah

wisatawan nusantara. Hanya pada saat-saat tertentu, khususnya pada saat pelaksaan

Page 36: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

31

ritual pujawali di Pura Gunung Raung yang letak di Banjar Taro Kaja yang berlangsung

setiap 210 hari, kawasan pemeliharaan lembu putih banyak dikunjungi oleh wisatawan

lokal sehabis melakukan persembahyangan di Pura Gunung Raung. Sedangkan

kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara ke tempat itu umumnya sebagai

kunjungan tambahan setelah Kawasan Elephant Safari Park yang letaknya tidak jauh

(sekitar 100 meter) dari kawasan pemeliharaan lembu putih.

Kepemilikan dan Sistem Pengelolaan

Kawasan pemeliharaan lembu putih beserta satwa lembu putih yang terdapat di

Desa Taro merupakan hak ulayat desa adat atau desa pakraman Taro Kaja yang telah

mereka warisi secara turun-temurun. Sistem pengelolaannya sepenuhnya melibatkan

warga desa adat dengan aturan yang telah ditetapkan dalam bentuk seperangkat undang-

undang adat yang disebut awig-awig atau perarem.

4.1.4 Agrowisata Berbasis Perikanan

Sebaran Lokasi

Sementara ini agrowisata berbasis perikanan di Bali dijumpai di Desa Sidakarya,

Denpasar. Di desa ini terdapat sekitar lima usaha pemeliharaan ikan yang sekaligus

dikelola sebagai daya tarik wisata memancing dengan luas lahan berkisar antara 0,5-1,0

hektar. Lokasi daya tarik wisata memancing ini terletak di pinggir jalan by pass I Gusti

Ngurah Rai yang merupakan jalur pariwisata utama Tohpati-Nusa Dua. Selain itu,

kolam pemancingan juga terdapat di Jalan Cokroaminoto dan Kebo Iwa, Denpasar.

Potensi Daya Tarik

Jenis-jenis potensi daya tarik agrowisata berbasis perikanan di Bali meliputi

sebagai berigut :

• Kolam pemancingan yang dilengkapi dengan balai-balai atau gazebo yang umumnya

terbuat dari bahan bambu beratapkan alang-alang sehingga terkesan cukup artistik

• Berbagai jenis ikan air tawar seperti nila, mujair, karper, patin, bawal, dan lainnya.

Page 37: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

32

• Tempat membakar atau memanggang ikan hasil pancingan

• Restoran yang menyediakan aneka jenis kuliner ikan air tawar

Bentuk-bentuk Kegiatan Wisatawan

Pada umumnya (80%) wisatawan yang berkunjung ke daya tarik agrowisata

berbasis perikanan bertujuan untuk melakukan kegiatan memancing ikan. Hal ni dapat

dilihat dari kedatangan mereka ke tempat itu dilengkapi dengan peralatan memancing

ikan. Sedangkan 20% lainnya wisatawan yang datang untuk sekadar melihat-lihat atau

menonton wisatawan lainnya yang sedang memancing ikan, atau kedatangan mereka

untuk menikmati aneka hidangan kuliner ikan air tawar yang tersedia di restoran tempat

pemancingan. Selain itu, wisatawan juga dapat memasak (membakar atau memanggang)

ikan hasil pancingannya sendiri di tempat yang telah disediakan.

Kunjungan Wisatawan

Pada hari-hari biasa, sebagian besar (80%) wisatawan yang berkunjung ke

agrowisata berbasis perikanan adalah wisataan lokal, sedangkan 20% lainnya adalah

wisatawan domestik. Kunjungan wisatawan domestik ke tempat itu biasanya mengalami

peningkatan pada saat-saat liburan, seperti liburan sekolah, lebaran, natal, dan tahun

baru.

Kepemilikan dan Sistem Pengelolaan

Sebagian usaha agrowisata berbasis perikanan di Bali merupakan usaha milik

perorangan dan sebagian lainnya merupakan kerjasama antara pemilik lahan dengan

pemilik modal. Pengelolaan daya tarik umumnya dilakukan dengan merekrut tenaga

kerja lokal yang dipekerjakan untuk pemeliharaan ikan dan perawatan kolam, pemandu

wisata memancing, pelayan restoran, dan sebagainya.

4.1.5 Agrowisata Campuran (Terpadu)

Agrowisata campuran (terpadu) adalah usaha agrowisata yang menyajikan

perpaduan lebih dari satu jenis komoditas sebagai daya tarik utamanya. Sebagai contoh

Page 38: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

33

misalnya, agrowisata yang menyajikan komoditas perkebunan, pertanian, peternakan,

atau perikanan sebagai daya tarik utamanya.

Sebaran Lokasi

Di Bali, usaha agrobisnis dengan pola campuran (terpadu) sesungguhnya dapat

dijumpai di beberapa tempat. Seperti di sekitar wilayah Kintamani, misalnya, banyak

terdapat usaha perkebunan dengan komoditas campuran seperti jeruk, kopi, dan tanaman

hortikultura. hal yang sama juga dapat dijumpai di sekitar Kawasan Bedugul (Tabanan),

Pancasari (Buleleng), dan Pelaga (Badung). Namun demikian, keberadaan usaha

agribisnis tersebut belum banyak dikelola sebagai daya tarik agrowisata terpadu.

Sementara ini usaha agribisnis yang telah dikelola sebagai daya tarik agrowisata terpadu

adalah sebagaimana yang dapat dsaksikan di Kawasan Desa Budaya Kertalangu,

Denpasar dan Kawasan Agrowisata Kerta yang terletak di Desa Kerta, Kecamatan

Payangan, Kabupaten Gianyar.

Potensi Daya Tarik

Jenis-jenis potensi daya tarik agrowisata terpadu seperti yang dapat disaksikan di

Desa Budaya Kertalangu dan Kawasan Agrowisata Kerta meliputi :

Desa Budaya Kertalangu

• Taman Santhi Buwana ditandai dengan keberadaan “Tugu Perdamaian Dunia”

berupa patung-patung tokoh perdamaian dunia antara lain Mahatma Gandhi, Bung

Karno, Madame Theresa, Barack Obama, serta tokoh perdamaian dunia lainnya di

tengah-tengah hamparan rumput hijau yang luas dan asri. Untuk menghantarkan kita

pada suasana damai sekaligus menghayati jiwa besar para tokoh perdamaian dunia.

• Megalitic Paviliun sebagai sumber informasi dan pengetahuan tentang peradaban

jaman megalitik

• Hamparan persawahan yang menghijau serta aktivitas petani desa Kertalangu dalam

mengelola pertanian dengan sistem subaknya.

• Cultural Park yang secara berkala menggelar pertunjukkan dan pergelaran untuk

memperingati peristiwa national dan international untuk ikut serta mempromosikan

Page 39: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

34

semangat perdamaian dunia. Perayaan akan diselenggarakan dalam bentuk diskusi

berkala, pergelaran, festival, pertunjukkan tari-tarian, musik dan makanan serta

pameran kesenian dan kerajinan.

• Empat buah kolam pancing yang masing-masing kolam dihuni oleh berbagai

macam jenis ikan air tawar

Kawasan Agrowisata Kerta

• Kawasan agrowisata campuran dengan berbagi jenis komoditas yang diusahakan

seperti perkebunan jeruk, sayuran, buah-buahan, beraneka jenis pohon bambu,

peternakan sapi dan babi, serta hamparan persawahan yang ada di sekelilingnya.

• Aneka produk buah-buahan, dan sayuran

• Souvenir, handicraft dari bahan bambu.

Bentuk-bentuk Kegiatan Wisatawan

Desa Budaya Kertalangu

Wisatawan yang berkunjung ke Desa Budaya Kertalangu dapat menikmati

berbagai jenis kegiatan yang meliputi sebagai berikut :

• Hikking atau jogging mengelilingi hamparan sawah yang hijau serta menyaksikan

lebih dekat kehidupan petani desa kertalangu melakukan kegiatan pertanian dengan

sistem subaknya.

• Horse riding (menunggang kuda) mengelilingi kawasan

• Menyaksikan atau turut mencoba demonstrasi menanam padi, mengejar bebek, dan

menangkap belut,

• Fishing atau memancing ikan di kolam yang sudah disediakan

• Cooking Class, Desa Budaya Kertalangu menawarkan pengalaman kuliner serta

belajar bersama dan langsung dibawah asuhan chef yang handal dan berpengalaman

• MICE, menggelar acara-acara seperti pertemuan, pameran, workshop, pernikahan

dan lainnya. Tersedia fasilitas Sasana Budaya yang dapat menampung hingga 3000

orang peserta. Sementara Taman Santhi Buwana dilengkapi dengan panggung

terbuka untuk pentas budaya dan jamuan makan hingga pesta taman dengan

kapasitas 3000 orang

Page 40: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

35

• Kuliner, menikmati aneka kuliner yang telah disediakan di restoran setempat

• Shopping, berbelanja berbagai macam produk industri budaya dan cindramata.

Kawasan Agrowisata Kerta

Wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Agrowisata Kerta dapat menikmati

berbagai jenis kegiatan yang meliputi sebagai berikut :

• Trekking sambil melihat-lihat keindahan panorama di sekitar kawasan perkebunan

• Menyaksikan atau mengamati berbagai jenis tanaman perkebunan serta peternakan

sapi dan babi

• Menikmati aneka produk buah-buahan segar

• Berbelanja aneka produk buah-buahan dan cindramata.

Kunjungan Wisatawan

Sebagian besar (80%) wisatawan yang berkunjung ke Desa Budaya Kertalangu

adalah wisatawan nusantara (termasuk wisatawan lokal), sementara 20% lainnya adalah

wisatawan mancanegara. Baik kunjungan wisatawan nusanstara maupun wisatawan

lokal biasanya mengalami peningkatan pada hari-hari libur nasional dan keagamaan.

Sedangkan wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Agrowisata Kerta didominasi oleh

wisatawan mancanegara dengan jumlah kunjungan rata-rata perbulan sekitar 50 orang

Kepemilikan dan Sistem Pengelolaan

Daya tarik wisata Desa Budaya Kertalangu merupakan milik masyarakat Desa

Kesiman Kertalangu yang pengelolaannya dipercayakan kepada pihak swasta PT Uber

Sari dengan menerapkan sistem manajemen formal. Konsep pengelolaannya lebih

mengarah pada konservasi lahan pertanian melalui pemanfaatannya sebagai daya tarik

wisata dengan lebih mengedepankan partisipasi masyarakat setempat (community based

development). Sedangkan Agrowisata Kerta yang juga merupakan milik masyarakat

setempat, namun sistem pengelolaannya lebih mengarah pada konsep pemberdayaan

masyarakat, yakni sepenuhnya melibatkan partisipasi masyarakat setempat.

Page 41: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

36

4.2 Analisis Faktor Internal dan Eksternal

Analisis lingkungan internal dan eksternal merupakan analisis terhadap kondisi

internal dan eksternal wilayah yang berpengaruh terhadap pengembangan destinasi

agrowisata di Provinsi Bali. Analisis internal meliputi faktor kekuatan (strengths) dan

kelemahan (weaknesses), sedangkan analisis eksternal meliputi faktor peluang

(opportunities) dan ancaman atau tantangan (threats).

4.2.1 Analisis Faktor Internal

Faktor internal yang berpengaruh terhadap pengembangan agrowisata terdiri dari

faktor kekuatan dan faktor kelemahan.

Kekuatan (Strengths). Beberapa faktor internal yang dapat diidentifikasi

menjadi kekuatan atau keunggulan dalam pengembangan destinasi agrowisata di

Provinsi Bali adalah:

1) Ketersediaan kebun (kopi, kakao, jeruk, salak, strowberi, dan lainnya) yang

memadai. Beberapa wilayah kabupaten di Provinsi Bali memiliki kawasan

perkebunan yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai daya tarik

agrowisata. Pemanfaatan kebun sebagai daya tarik agrowisata akan memberikaan

nilai tambah bagi pekebun/petani.

2) Memiliki pemandangan (view) alam yang menarik. Hampir semua lokasi agrowisata

memiliki pemandangan alam yang menarik sebagai daya tarik penunjang. Beberapa

view yang dimaksud seperti kawasan persawahan, perkebunan, hutan, pegunungan,

perbukitan, lembah, landscape garden, dan lainnya.

3) Lahan milik sendiri. Kepemilikan lahan oleh pengelola atau pemilik destinasi

agrowisata memberikan modal keberanian untuk memulai usaha agrowisata. Lahan

tersebut merupakan modal utama yang memang sangat diperlukan dalam

pembukaan destinasi agrowisata.

4) Kopi luwak sebagai unggulan. Kopi luwak merupakan produk komoditas kopi yang

sedang populer saat ini dan mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi.

Pemanfaatan kopi luwak sebagai produk unggulan sekaligus menjadi ikon destinasi

agrowisata di samping menambah nilai keunikan sekaligus juga menjadi identitas

Page 42: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

37

dari agrowisata. Selain itu, demonstrasi proses pengolahan kopi secara tradisional

dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang menarik bagi para wisatawan;

5) Pengalaman pengelola atau pemilik di bidang kepariwisataan. Tidak sedikit

pengelola atau pemilik agrowisata sebelumnya sudah memiliki pengalaman kerja di

bidang pariwisata. Pengalama kerja yang dimaksud misalnya sebagai pemandu

wisata, pedagang acung, karyawan travel agent, karyawan hotel, karyawan restoran,

dan lainnya. Selain pengalaman kerja, umumnya mereka juga telah memiliki

networking di dunia pariwisata, sehingga lebih mempermudah mereka dalam

promosi dan pemasaran.

Kelemahan (Weaknesses). Beberapa faktor internal yang dapat diidentifikasi

menjadi kelemahan dalam pengembangan agrowisata di Provinsi Bali adalah:

1) Kuantitas dan kualitas koleksi tanaman yang relatif terbatas. Beberapa agrowisata

memiliki koleksi tanaman yang relatif terbatas, sementara jenis-jenis produk olahan

yang ditawarkan kepada wisatawan cukup beragam. Hal ini menyebabkan

interpreter kerap tidak dapat menunjukkan secara langsung atau menjelaskan

tentang asal usul dari produk yang ditawarkannya.

2) Kualitas pelayanan sumber daya manusia (SDM) pelaku agrowisata belum

sepenuhnya memenuhi standar. Beberapa SDM pelaku agrowisata belum memenuhi

standar karena tidak memiliki latar belakang pendidikan di bidang kepariwisataan,

bahkan sebagian di antaranya hanya tamat sekolah dasar (SD) dan sekolah

menengah pertama (SMP).

3) Masih kurangnya promosi. Promosi yang dilaksanakan oleh masing-masing

destinasi agrowisata sangat terbatas. Pada umumnya promosi dilakukan dengan

membagikan kartu nama, komunikasi langsung dengan pemandu wisata, dan

beberapa melalui website. Promosi melalui pameran sangat jarang dilakukan.

4) Keterbatasan Modal. Sumber permodalan yang dapat diakses oleh

pemilik/pengelola agrowisata masih relatif terbatas. Kalaupun ada, suku bunganya

masih dianggap relatif tinggi, sehingga sulit dijangkau terutama bagi pengelola

agrowisata yang baru memulai usahanya. Keperluan dana operasional (modal kerja)

antara lain untuk membeli pakan luwak berupa buah kopi petik merah. Hal ini

Page 43: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

38

disebabkan oleh keterbatasan lahan, sehingga kopi yang dihasilkan di kebun sendiri

tidak mencukupi untuk pakan luwak.

5) Terbatasnya luas areal kebun kopi yang dijadikan usaha agrowisata berimplikasi

pada sistem pengelolaan agrowisata yang cenderung dilakukan secara individual.

6) Produk souvenir tidak mempunyai standar perdagangan internasional. Produk yang

tidak mempunyai standar perdagangan internasional akan menjadi penghambat bagi

wisatawan dalam proses transaksi karena produk yang dibeli tersebut tidak bisa

dibawa pulang ke negaranya.

7) Teknik penataan dan perawatan tanaman yang masih kurang. Umumnya penataan

dan perawatan tanaman tidak dilakukan oleh tenaga profesional, melainkan oleh

pekebun dengan pengetahuan otodidak yang kurang memahami prinsip-prinsip

estetika untuk penataan daya tarik agrowisata.

8) Keterbatasan infrastruktur akses jalan. Umumnya destinasi agrowisata berkembang

pada jalur utama pariwisata. Namun, beberapa agrowisata belum memiliki

infrastruktur terutama akses jalan yang memadai karena tidak berada pada posisi

jalur wisata utama.

9) Kompetisi pemanfaatan sumberdaya air. Beberapa usaha agrowisata terkendala oleh

terbatasnya ketersediaan air untuk kebutuhan pemeliharaan tanaman. Untuk

mengatasi masalah ini harus dilakukan pengeboran air bawah tanah yang cukup

dalam atau penyedotan dari sumber air yang cukup jauh dengan biaya yang tinggi.

Selain itu, kompetisi pemanfaatan air dengan jenis-jenis usaha lainnya juga

meningkatkan nilai penggunaan air sehingga sumberdaya air akan menjadi langka

dan mahal.

4.2.2 Analisis Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan agrowisata terdiri

dari faktor peluang dan faktor tantangan.

Peluang (Opportunities). Beberapa faktor eksternal yang dapat diidentifikasi

sebagai peluang dalam pengembangan agrowisata di Provinsi Bali adalah:

1) Networking yang telah terbangun dengan baik. Kebanyakan pemilik atau pengelola

destinasi agrowisata telah memiliki pengalaman di bidang pariwisata. Hal ini

Page 44: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

39

memberikan peluang terbentuknya relasi yang lebih baik sehingga akan

mempermudah promosi dan pemasaran agrowisata mereka.

2) Lokasi Agrowisata di jalur wisata utama. Agrowisata yang banyak berkembang di

Kabupaten Gianyar dan Bangli terutama berada pada lokasi yang dilalui jalur wisata

Tampaksiring-Kintamani. Demikian juga untuk agrowisata di Kabupaten Tabanan,

yang banyak berkembang adalah agrowisata pada jalur Denpasar – Bedugul. Lokasi

agrowisata yang dilalui jalur utama pariwisata Bali menjadi peluang yang besar bagi

agrowisata untuk dapat dikunjungi wisatawan.

3) Rasa ingin tahu wisatawan terhadap tanaman penghasil produk yang sering

dikonsumsinya. Banyak wisatawan yang tidak mengetahui tanaman asal produk

yang sering dikonsumsinya, seperti tanaman kopi, kakao, rempah-rempah, dan

lainnya. Hal ini disebabkan tanaman tersebut tidak dijumpai di daerah asalnya, baik

karena kondisi tanah, iklim, atau faktor lainnya sebagai penghambat.

4) Konsumen atau penikmat kopi cukup banyak. Khusus untuk agrowisata dengan ikon

utama kopi (kopi luwak), para penikmat kopi luwak memberikan kontribusi yang

signifikan. Selain karena perkembangan jumlah penduduk, jumlah penikmat kopi

semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dengan semakin menjamurnya café-café

yang menyajikan kopi sebagai hidangan utama, terutama di tempat-tempat strategis

untuk kalangan menengah ke atas. Beberapa kaum hawa pun juga sebagai penikmat

kopi, selain untuk kebutuhan, juga sebagai trend gaya hidup (life style) dan bukan

rutinitas seperti kaum laki-laki.

5) Usaha agrowisata menjadi trend pasar, karena minat wisatawan yang cenderung

ingin kembali ke alam (back to nature) dan issue green tourism.

6) Diakuinya subak sebagai warisan budaya dunia. Pengakuan ini memberikan

kesempatan yang lebih luas dalam upaya memperkenalkan destinasi agrowisata pada

wisatawan di seluruh dunia.

7) Kemacetan lalu-lintas di destinasi wisata lainnya. Kemacetan lalu-lintas yang

belakangan ini makin menjadi masalah serius di beberapa destinasi wisata (seperti

daerah tujuan wisata Kuta, Ceking Tegalalang) dapat menyebabkan menurunnya

minat wisatawan untuk berkunjung ke daerah itu. Hal ini tentunya akan membuka

peluang bagi destinasi wisata lainnya.

Page 45: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

40

Tantangan (Threats). Beberapa faktor eksternal yang dapat diidentifikasi

sebagai ancaman atau tantangan dalam pengembangan agrowisata di Provinsi Bali

adalah:

1) Persaingan semakin ketat. Dengan semakin menjamurnya usaha agrowisata di

berbagai daerah tujuan wisata ditambah pula jarak antara agrowisata yang satu

dengan yang lainnya relatif berdekatan, menyebabkan tingkat persaingan menjadi

semakin ketat. Hal ini memerlukan langkah-langkah antisipasi agar keberlanjutan

masing-masing usaha agrowisata dapat terjamin.

2) Sistem komisi terlalu tinggi. Sebagian besar pengelola agrowisata berpendapat

bahwa jumlah komisi (fee) untuk jasa para guide yang telah mengantarkan

wisatawan ke agrowisatanya terlalu tinggi (hingga mencapai 70%). Hal ini dirasakan

sangat memberatkan para pengelola atau pemilik agrowisata. Kondisi ini

dikhawatirkan akan menurunkan kualitas layanan agrowisata dan akhirnya akan

berpengaruh kepada penurunan kunjungan wisatawan karena kepuasan yang mereka

peroleh berkurang.

3) Persaingan harga produk antar sesama agrowisata. Beberapa produk dan paket

wisata yang ditawarkan antar agrowisata memang tidak bisa distandarkan karena

ragam jenis dan kualitasnya yang berbeda. Namun, hal ini menjadi tantangan yang

harus diantisipasi agar produk yang disajikan tetap berkualitas dengan harga yang

wajar sehingga tidak terjadi “perang harga produk” antar agrowisata dengan

mengabaikan kualitas produk.

4) Perburuan di sekitar lokasi agrowisata. Adanya perburuan berbagai satwa di sekitar

lokasi agrowisata di samping dapat mengganggu kenyamanan pengunjung, juga

menimbulkan citra negatif bagi upaya pelestarian lingkungan.

5) Perkembangan investasi sektor lainnya. Berkembangnya investai pada sektor-sektor

lainnya, seperti sektor industri, perdagangan, property dan lainnya yang disertai

dengan penguasaan lahan termasuk lahan agrowisata, dapat mengganggu keindahan

dan kenyamanan daya tarik atau bahkan mengancam keberlanjutan usaha agrowisata

yang sudah ada.

Page 46: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

41

4.3 Strategi Pengembangan Model Agrowisata

Beberapa grand strategy yang dapat dirumuskan dalam pengembangan

agrowisata sehingga berkelanjutan dan dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat

di Provinsi Bali adalah:

1) Peningkatan nilai keunikan daya tarik dengan mengedepankan unsur-unsur kearifan

lokal. Pertumbuhan jumlah destinasi agrowisata yang semakin meningkat dengan

jenis produk yang hampir seragam serta jarak antarlokasi yang semakin berdekatan

menyebabkan terjadinya persaingan yang semakin tajam. Untuk mengatasi hal

tersebut masing-masing agrowisata perlu memiliki keunikan tersendiri sebagai

pemberi identitas yang berbeda sekaligus mencerminkan keunggulannya.

2) Penetapan standar kualitas berbagai produk agroindustri yang dikemas dan disajikan

sebagai daya tarik agrowisata. Produk-produk pertanian yang diperdagangkan di

dalam agrowisata sudah seharusnya memenuhi standar kualitas yang dipersyaratkan

sehingga tidak menimbulkan permasalahan dalam transaksi dan pendistribusiannya.

3) Standarisasi daya tarik dan pengelolaan pelayanan agrowisata. Jenis dan

karakteristik potensi daya tarik agrowisata cukup beragam, sehingga

pengkemasannya sebagai daya tarik agrowisata membutuhkan standarisasi sesuai

dengan prinsip-prinsip pengembangan agrowisata. Demikian pula terhadap kualitas

SDM yang terlibat dalam sistem pengelolaan dan pelayanannya perlu ditingkatkan

melalui pelatihan bersertifikasi.

4) Pembentukan kelembagaan asosiasi agrowisata. Pembentukan asosiasi diperlukan

untuk meningkatkan nilai tawar usaha agrowisata, pertukaran informasi dan

pengalaman, penguatan jaringan, promosi bersama, atau kegiatan lainnya yang dapat

memberikan dampak bersama.

5) Pemanfaatan dan pengelolaan lahan pertanian secara kolektif dan terintegrasi untuk

meningkatkan luas areal dan keanekaragaman potensi. Umumnya luas lahan

agrowisata yang ada saat ini relatif terbatas dan cenderung diusahakan secara

individual. Pengelolaan lahan secara kolektif dan terintegrasi di samping akan

meningkatkan luas dan jumlah jenis tanaman, juga meminimalisasi persaingan.

Page 47: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

42

6) Penyusunan regulasi yang berorientasi pada prinsip-prinsip ekonomi kerakyatan,

konservasi lingkungan, dan revitalisasi budaya secara lebih merata dan

berkelanjutan.

4.4 Standarisasi Destinasi dan Pengelolaan Agrowisata

4.4.1 Standarisasi Destinasi Agrowisata

Pengembangan agrowisata dapat dikatakan sebagai aksi nyata pemberdayaan

masyarakat perdesaan berpendapatan rendah seperti petani, peternak, nelayan, perajin

dan yang lainnya. Merekalah yang menjadi aktor utama dalam pengembangan dan

pelestarian budaya Bali akan tetapi ketika aset budaya Bali menjadi daya tarik wisata,

komunitas berpendapatan rendah ini belum mendapatkan kontribusi memadai sebagai

imbalannya. Lebih dari itu pengembangan agrowisata juga sebagai langkah

penyelamatan lingkungan di suatu daerah. Dalam konteks ini, kegiatan tersebut

memiliki beberapa tujuan antara lain: untuk memproteksi dan memelihara lahan

pertanian, meningkatkan produktivitas pertanian dan pemasaran produk-produk

pertanian, menciptakan peluang kerja baik di bidang pertanian dan non pertanian, serta

meningkatkan kontribusi sektor pertanian pada pendapatan nasional dan masyarakat

pedesaan (Akpinar dkk., 2004). Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa areal sawah atau

perkebunan yang dikelola sebagai destinasi agrowisata akan mendapat perhatian lebih

dari pemiliknya sehingga kerusakannya dapat dicegah. Petani tentu tidak mau

pendapatannya berkurang akibat ekosistem sawah atau kebunnya terganggu.

Dalam mengembangkan destinasi agrowisata, petani harus memahami

peningkatan kualitas pengelolaan areal pertaniannya. Misalnya, tidak menebang pohon

sembarangan untuk menjaga kawasan tetap hijau, rindang dan juga menghindari tanah

longsor. Petani sebaiknya memanfaatkan teknologi ramah lingkungan di sawah atau di

kebunnya mengingat pertanian organik menjadi isu utama dalam pembangunan

pertanian dan kesehatan masyarakat. Petani juga dituntut untuk menata areal

pertaniannya (landscape) agar terlihat sebagai panorama alam yang memikat hati

pengunjung.

Akhirnya petani pun harus memahami perubahan yang terjadi di areal

pertaniannya. Semula kawasan pertanian hanya dimanfaatkan untuk produksi produk-

Page 48: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

43

produk pertanian, selanjutnya pengelolaannya ditingkatkan menjadi kawasan yang layak

dikunjungi untuk melepas kepenatan bagi pengunjung. Menyimak pendapat Pandurang

dalam Maruti (2009) bahwa agrowisata sebagai aktivitas agribisnis dimana petani

pemilik menawarkan paket perjalanan pariwisata di areal pertaniannya dan mengizinkan

pengunjung untuk melihat proses penanaman, pemeliharaan, panen, dan proses

pembuatan pangan yang berbahan baku lokal seperti kelapa, nenas, gula merah, jagung,

dan produk pertanian lainnya dimana pengunjung tidak mendapatkan pengalaman

serupa di kota kelahiran atau negaranya.

Kondisi tersebut menjadi peluang usaha bagi masyarakat perdesaan. Petani pun

memberi respon yang cukup positif, terbukti di beberapa lokasi destinasi agrowisata di

luar negeri maupun di luar Bali banyak petani telah menyewakan rumahnya sebagai

penginapan bagi wisatawan. Lebih jauh, petani juga terbuka menerima wisatawan di

areal sawah atau pekerbunan untuk memberi ruang bagi para wisatawan untuk

mendapatkan pengalaman nyata hidup di desa sebagai petani. Dalam konteks ini, sawah

atau kebun petani sebagai tempat praktik lapangan (pendidikan) pertanian. Secara

ringkas dapat disimpulkan bahwa agrowisata merupakan aktivitas wisata yang ditujukan

untuk mendistribusikan efek ekonomi dari kegiatan pariwisata kepada penduduk lokal

(Juganaru dkk, ?).

Berdasarkan kajian Howell (2001) inilah standar dasar dalam mengelola

destinasi agrowisata adalah sebagai berikut:

1) Atraksi agrowisata: ruang pengunjung, museum, panduan perjalanan, area bagi

pengunjung untuk berinteraksi dengan satwa di sekitar destinasi agrowisata.

2) Aktivitas agrowisata: menunggang kuda, memancing, memanen buah, mencicipi.

3) Akomodasi agrowisata: penginapan, rumah makan/restaurant, fasilitas camping.

4) Adanya fasilitas lain yang menunjang kenyamanan pengunjung seperti cafe, toko

buah-buahan lokal , stand menjual sayur mayur.

5) Akses ke lokasi agrowisata: kualitas infrastruktur (jalan, telekomunikasi, air bersih,

kesehatan dll.), rute angkutan umum.

Mengacu pada kajian diatas, lebih detail dapat dirumuskan beberapa standar

destinasi agrowisata sebagai salah satu langkah pemberdayaan masyarakat

Page 49: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

44

berpendapatan rendah di perdesaan. Dalam mengembangkan destinasi agrowisata harus

mempertimbangan berbagai hal berikut:

1) Kebun/areal pertanian minimal 2 hektar baik yang dimiliki perorangan, lembaga

komunitas petani, ataupun lembaga masyarakat (Maruti, 2009). Hanya saja, dalam

konteks pengembangan agrowisata di Bali luas areal pertanian (kebun) yang

dijadikan daya tarik utama minimal rata-rata adalah 50 are.

2) Koleksi tanaman, diutamakan memiliki tanaman dominan yang menjadi unggulan

agrowisata tersebut. Misalnya kalau unggulannya adalah produk kopi luwak maka

di agrowisata tersebut harus memiliki kebun kopi dan binatang luwaknya.

3) Unit pengolahan, setiap destinasi agrowisata minimal dapat menunjukkan salah satu

proses produk yang menjadi ikon utama. Sebagai tambahan dapat dilibatkan

partisipasi wisatawan dalam proses pengolahan produk tersebut sebagai atraksi

untuk menambah pengalaman wisatawan.

4) Toko cinderamata / produk agro, sebagai tempat untuk memajang produk-produk

agrowisata dan tempat menjual cinderamata (souvenir). Produk-produk yang dijual

agar memenuhi standar perdagangan internasional sehingga produk yang dibeli

wisatawan dapat dibawa pulang ke negaranya masing-masing.

5) Pemandu, yang dapat memahami dan menjelaskan secara baik dan benar tentang

objek dan atraksi yang ditawarkan agrowisata.

6) Kebersihan dan kesehatan lingkungan di sekitar destinasi agrowisata

7) Ketenagakerjaan, minimal (50% dari seluruh tenaga kerja) memanfaatkan tenaga

kerja lokal setempat.

4.4.2 Standar Pengelolaan Agrowisata

Tahapan atraksi atau pelayanan yang dapat dinikmati wisatawan jika berkunjung

ke destinasi agrowisata, menurut Maruti (2009) dalam mengelola destinasi agrowisata

sepatutnya mengacu pada standar infrastruktur, fasilitas dan lainnya:

a. Standar infrastruktur

• Fasilitas akomodasi di areal agrowisata atau di sekitar ada kawasan perhotelan.

Page 50: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

45

• Rumah petani yang disewakan untuk penginapan bagi tamu, dimana rumah

tersebut mesti nyaman dengan persyaratan tertentu.

• Kaya sumberdaya pertanian terutama air dan kebun/komoditas pertanian.

• Peralatan dapur memadai, untuk memasak jika wisatawan menginginkannya.

• Kolam renang atau kolam pancing untuk wisatawan yang senang mancing atau

berenang.

• Fasilitas komunikasi, dll.

b. Standar fasilitas

• Menawarkan keaslian perdesaan seperti penganan lokal untuk sarapan

(breakfast), makan siang (lunch), dan makan malam (dinner).

• Petani harus menawarkan kepada wisatawan untuk melihat dan berpartisipasi

dalam aktivitas pertanian.

• Adanya kesempatan yang ditawarkan bagi wisatawan untuk mengikuti

permainan tradisional.

• Tersedianya informasi yang memadai tentang budaya, cara berpakaian, kesenian,

kerajinan, festival (kegiatan), tradisi lokal, dan juga sebaiknya ada upaya untuk

mendemostrasikan dihadapan wisatawan.

• Menyediakan fasilitas hiking, menunggang kuda, memancing atau yang lainnya

di sekitar kawasan agrowisata.

• Menyediakan buah-buahan lokal, jagung, kacang, tebu, dan produk pertanian

lainnya yang tersedia.

• Mampu menunjukkan keanekaragaman hayati seperti burung, binatang liar

lainnya, air terjun dan mampu memberikan informasi yang sebenarnya tentang

semua itu.

• Harus mampu menyediakan fasilitas wisata yang aman seperti adanya fasilitas

kesehatan yang memadai.

• Menyelenggarakan pertunjukkan seni lokal.

• Tersedianya toko souvenir lokal bagi wisatawan.

Page 51: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

46

c. Lainnya

• Memastikan lingkungan yang bebas polusi bagi wisatawan.

• Berupaya menciptakan kreasi budaya lokal yang menarik ditawarkan bagi

wisatawan menyongsong industri pariwisata.

• Memperkenalkan wisatawan kepada masyarakat setempat

• Mempekerjakan staff yang telah lulus training kepariwisataan dengan baik atau

orang yang memiliki selera humor tinggi dengan keahlian komunikasi tinggi dan

pandai menghibur orang.

• Menyediakan informasi tentang rute transportasi publik yang menghubungkan

destinasi agrowisata dan tempat lainnya.

d. Standar pengelola SDM pariwisata

Anon (2006) memaparkan sumber daya manusia yang bekerja di lingkungan

pertanian termasuk destinasi agrowisata wajib memenuhi kualifikasi atau standar

tertentu. Karenanya, standar SDM agrowisata berikut ini dapat diadopsi atau

dimodifikasi sesuai kebutuhan para pengelola destinasi agrowisata, sehingga mereka

lebih mudah dalam mengelola agrowisatanya.

1. Pekerja Agrowisata mesti menguasai pengetahuan dasar tentang spesifikasi

komoditi pertanian, prosedur operasional di perkebunan pertanian, kegiatan

pertanian dan pemasaran produk. Kemampuan dasar tersebut menunjang

kemampuan pengelola agrowisata dalam menjelaskan bentuk, warna, dan

perkembangan fisiologi tanaman atau hewan pertanian secara tepat.

2. Pekerja agrowisata juga harus memiliki kemampuan hukum ketenagakerjaan seperti

kebijakan, prinsip-prinsip dan prosedur perekrutan ketenagakerjaan. Dalam konteks

ini, pengelola agrowisata harus memahami aturan ketenagakerjaan, persetujuan

kontrak kerja, deskripsi kerja (job description), evaluasi personal, dan perjanjian

kinerja.

3. Pekerja agrowisata mesti memahami standar kesehatan, keamanan, regulasi

lingkungan, kebersihan pribadi. Dalam konteks ini pekerja agrowisata agar mampu

menjaga kesehatan dan kebersihan bagi dirinya dan melayani wisatawan dengan

kinerja yang memadai sehingga wisatawan merasa puas.

Page 52: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

47

4. Pekerja agrowisata harus mampu menyimpan dan memanfaatkan data/informasi

pribadi, mengelola data sistem keamanan, dan kerahasian seseorang secara baik.

5. Pekerja wisata harus mampu mengidentifikasi semua pemangku kepentingan yang

terlibat dalam jaringan bisnis wisata, sehingga yang bersangkutan mampu

membangun dan mengembangkan jaringan kerja (networking) dalam menunjang

kelancaran usaha agrowisata tempatnya bekerja.

6. Pekerja agrowisata harus mampu berbagi berbagai manfaat agrowisata dengan

pemangku kepentingan dan memahami peran dari serikat pekerja/organisasi lainnya

dalam menyelesaikan konflik kepentingan yang kemungkinan muncul di tempat

kerjanya.

7. Pekerja agrowisata harus memiliki keahlian dalam penyelesaian masalah (problem

solving)

8. Pekerja agrowisata harus mampu bekerja dalam tim

9. Pekerja agrowisata harus mampu menginterpretasikan informasi yang ada

10. Pekerja agrowisata harus mampu menjalin komunikasi formal ataupun imformal

11. Pekerja agrowisata harus menggunakan ilmu pengetahuan terutama teknologi

informasi

12. Pekerja agrowisata harus mampu dan mau meningkatkan kapasitas diri (self

development) secara terus menerus.

Berdasarkan temuan fakta-fakta di lapangan sejumlah destinasi agrowisata sudah

dikelola mendekati standar pengelolaan diatas, mengingat tidak semua standar-standar

tersebut dapat diterapkan secara mutlak di setiap destinasi agrowisata. Sebagai contoh,

pada destinasi agrowisata yang menjadi bagian dari Desa Budaya Kertalangu, pengelola

tidak perlu merangkul petani memodifikasi rumah tinggalnya sebagai tempat menginap

bagi wisatawan. Destinasi ini sangat mudah diakses karena terletak di dekat kawasan

wisata Sanur, dimana wisatawan akan dengan mudah menemukan tempat menginap

sesuai dengan keinginannya baik hotel melati, homestay ataupun hotel bintang lima.

Secara umum aksesibilitas destinasi agrowisata yang ada di perdesaan terutama

yang tidak berada di jalur utama jaringan destinasi wisata, memiliki kualitas jalan yang

jelek. Kondisi jalan yang kurang memadai ini kemungkinan menurunkan animo

Page 53: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

48

wisatawan untuk berkunjung ke sebuah destinasi agrowisata. Sebagai contoh, akses

jalan menuju destinasi agrowisata kopi luwak/kopi organik B36 Desa Landih, Bangli

masih perlu ditingkatkan kualitasnya, sehingga kunjungan wisatawan ke destinasi

agrowisata tersebut bisa lebih banyak lagi.

Buruknya kualitas jalan di perdesaan atau kawasan yang potensial

dikembangkan menjadi destinasi agrowisata sangat tergantung pada kebijakan

pemerintah. Banyak terjadi di Indonesia termasuk Bali penyediaan/perbaikan

infrastruktur (jalan, telekomunikasi, air bersih) adalah tanggung jawab pemerintah

(baik lokal maupun pusat). Untuk kawasan wisata yang sudah terkenal, dan ramai

dikunjungi wisatawan kondisi infrastrukturnya akan lebih baik, sedangkan destinasi

wisata yang baru berkembang belum mendapatkan perhatian yang serius dari

pemerintah untuk perbaikannya.

Sementara itu, pengusaha yang memiliki tugas utama menata objek wisata agar

layak dikunjungi. Sebagian besar dari destinasi agrowisata yang menjadi objek pada

penelitian ini sudah dipersiapkan dengan baik. Pengusaha umumnya telah, menyediakan

fasilitas toilet, tempat istirahat, dan atraksi wisata yang memikat wisatawan.

Mencermati kualitas sumberdaya manusia yang dipekerjakan di destinasi

agrowisata, secara umum pekerja telah memiliki wawasan/pengetahuan tentang

pelayanan kepariwisataan memadai. Sebagaian besar pekerjanya sudah dilatih atau

memiliki latar belakang pendidikan kepariwisataan, sehingga mereka sudah terampil

melayani wisatawan yang berkunjung ke tempatnya bekerja. Di sisi lain, sangat minim

ditemukan tenaga kerja yang memiliki wawasan pengelolaan “atraksi pertanian”

memadai, sehingga banyak landscape pertanian pada destinasi agrowisata terkesan asal

jadi, bahkan ada kesan areal pertanian tidak terurus sebagai mana mestinya.

Mengantisipasi kemungkinan kemunduran destinasi agrowisata yang kini sedang

berkembang pesat, para pengelola destinasi agrowisata merekrut tenaga yang trerampil

melayani wisatawan dan mengelola kebun/sawah secara profesional. Tujuannya, agar

ada keseimbangan dalam menampilkan produk agrowisata, promosi, dan pelayanan

terhadap wisatawan. Pada akhirnya, semua pihak akan terpuaskan dengan adanya

destinasi agrowisata di lokasi tertentu, baik pengelola, pengunjung, pemerintah dan yang

utama masyarakat sekitar dapat mengembangkan berbagai usaha.

Page 54: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

49

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut :

1) Secara garis besar, klasifikasi atau tipologi agrowisata di Bali berdasarkan potensi

daya tariknya dapat dibedakan ke dalam 5 tipe, yaitu: (1) Agrowisata Berbasis

Pertanian, (2) Agrowisata Berbasis Perkebunan, (3) Agrowisata Berbasis

Peternakan, (4) Agrowisata Berbasis Perikanan, dan (5) Agrowisata Campuran

(Terpadu). Persebaran jumlah objek agrowisata berdasarkan wilayah terkonsentrasi

pada 3 kabupaten, yaitu Gianyar, Bangli dan Tabanan. Kabupaten ini memang

memiliki potensi pertanian yang baik dan jalur-jalur pariwisata utama. Kombinasi

potensi pertanian dan pariwisata inilah yang mendorong pertumbuhan agrowisata

yang relatif cepat.

2) Berdasarkan analisis internal dan eksternal, maka beberapa faktor kekuatan harus

diberdayakan dan faktor kelemahan harus diperbaiki. Demikian juga untuk faktor

eksternal harus dapat diupayakan pemanfaatan peluang dengan sebaik-baiknya dan

menyelesaikan permasalahan yang disebabkan oleh faktor tantangan.

3) Beberapa grand strategy yang dapat diusulkan adalah : (1) meningkatkan nilai

keunikan daya tarik dengan mengedepankan unsur-unsur kearifan lokal; (2)

penetapan standar kualitas berbagai produk agroindustri yang dikemas dan disajikan

sebagai daya tarik agrowisata; (3) standarisasi daya tarik dan pengelolaan pelayanan

agrowisata; (4) pembentukan kelembagaan asosiasi agrowisata; (5) pemanfaatan dan

pengelolaan lahan pertanian secara berkelompok untuk meningkatkan luas areal dan

keanekaragaman potensi (6) penyusunan regulasi yang berorientasi pada prinsip-

prinsip ekonomi kerakyatan, konservasi lingkungan, dan revitalisasi budaya secara

lebih merata dan berkelanjutan.

4) Standarisasi destinasi agrowisata meliputi: luas kebun/areal pertanian, koleksi

tanaman, unit pengolahan, toko cinderamata / produk agro, pemandu, kebersihan dan

kesehatan lingkungan, dan ketenagakerjaan. Sedangkan standarisasi pengelolaan

Page 55: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

50

agrowisata meliputi standar infrastruktur, fasilitas, dan sumber daya manusia

pengelola.

5.2 Saran

1) Perlu segera dibentuk kelembagaan yang mengurus agrowisata seperti Asosiasi

Wisata Agro Indonesia (AWAI) Cabang Bali. Kelembagaan ini nantinya dapat

memfasilitasi permasalahan yang dialami agrowisata dan memberikan sharing

keberhasilan sesama anggota, yang pada intinya dapat saling meningkatkan kualitas

pelayanan untuk memenuhi kepuasanan wisatawan.

2) Dengan semakin berkembangnya destinasi agrowisata maka pemerintah perlu

menerbitkan regulasi untuk mengatur keberadaan destinasi agrowisata sehingga

tercipta iklim yang kondusif dan sinergis antar pelaku pariwisata dan saling

menguntungkan.

Page 56: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

51

DAFTAR PUSTAKA

Anon. 2006. Guide Facilitator: Apply basic human resource management principles

and practices applicable in an agricultural environment. Agriseta-Department of

Agriculture, Republic of South Africa.

Ahmadjayadi C. 2001. Kebijakan dan dukungan pemerintah daerah dalam

pengembangan wisata agro di era otonomi daerah. Makalah Rapat Kerja

Nasional Wisata Agro Departemen Pertanian; Cisarua Bogor, 11-13 Oktober

2001.

Akpinar, N., Talay, I., Ceylan,C., Gunduz,S., 2004. Rural Women and Agrotourism in

the Context of Sustainable Rural Development: A Case Study from Tukey.

Kluwer Journal 6: 473–486.

Cernea, M.M. 1991. “Unit-unit Alternatif Organisasi Sosial untuk Mendukung Strategi

Penghutanan Kembali”, dalam M.M. Cernea (ed.) : Menguatkan Manusia dalam

Pembangunan. Basulio Bengo Teko (Penerjemah). Jakarta : Universitas

Indonesia.

Chambers, R. 1987. Pembangunan Desa Mulai dari Belakang.

David FR. 2002. Manajemen Strategis : Konsep. Sindoro A, penerjemah. Jakarta : PT

Ikrar Mandiri. Terjemahan dari : Concepts of Strategic Management.

Foulker, N. 2000. “Archaeologi from Below” dalam Public Archaeology, Volume 1,

No.1, Halaman : 21 – 23.

Geertz, Cliffiord. 1980 : “Organization of Balinese Subak”, dalam Coward E.W. Jr.

(ed.) : Irrigation and Agricultural Development in Asia. Cornell University,

Ithaca.

Guntoro S. 1995. Panca Pesona Wisata Agro Daeah Bali. Denpasar : Yayasan Bina

Hayati.

Howell, A. 2001.Developing Quality Standard for Agritourism. Report of Research

Project Submitted in Partial Fulfillment of The Requirements For The Degree of

Master of Resource Management in Simon Fraser University- Canada

Juganaru, I.D., Juganaru,M., Anghel, A. (?) Sustainable Tourism Types. Ovidius

Universty of Constanta, Faculty of Economic Scienses.

Kasparek M. Agrotourism and agricultural diversity. http://www.gtz.de [6 Sep 2004].

Korten, D.C. (ed.). 1986. Community Management : Asian Experience and

Perspektives. Connenticut : Kumarian Press.

Korten, D.C. dan Syahrir. 1988. Pembangunan Berdimensi Kerakyatan. Jakarta :

Yayasan obor Indonesia.

Maruti, K.V,. 2009. Agro-Tourism: Scope And Opportunities for The Farmers in

Maharashtra. Socio-Economic Voices. Indiastat.com Sept.-Oct., 2009.

Page 57: PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN … · b) Pencarian solusi untuk mengintegrasikan tiga sektor prioritas pembangunan (pertanian, pariwisata dan industri kecil) Provinsi Bali.

52

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 02/PD/DPRD/1972, Tentang. Irigasi Daerah

Provinsi Bali.

Pujaastawa, I.B.G. 2003. “Pariwisata Subak : Menjaga Identitas Budaya dan

Keseimbangan Ekologi Bali Tengah”, dalam Guratan Budaya dalam Perspektif

Multikultural. Denpasar : Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Denpasar.

Rangkuti F. 2000. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT

Gramedia Pustaka Utama.

Satriawan, IK. 2005. Rancang Bangun Sistem Penunjang Keputusan Model Integrasi

Agroindustri dan Pariwisata Dalam Perencanaan Pembangunan Ekonomi

Kabupaten Jembrana. Disertasi. Sekolah Pascasrjana, Institut Pertanian Bogor,

Bogor

Spillane, S.J. James, J., 1994 : Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa

Kebudayaan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Sutawan, dkk., 1986 : Studi Mengenai Subak Gede : Suatu Wdah Koordinasi Antar

Subak di Bali. Kerjasama Sub Dinas Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Propinsi

Bali dengan Universitas Udayana, Denpasar.

Suwantoro G. 2001. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi.

Yoeti, Oka A. 2000. Ilmu Pariwisata: Sejarah, Perkembangan dan Prospeknya, Jakarta :

PT. Perca.