Laporan Akhir DDA 20144
-
Upload
nindiafanisa -
Category
Documents
-
view
102 -
download
5
description
Transcript of Laporan Akhir DDA 20144
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Dasar-Dasar Agronomi yang
Praktikum ini dilaksanakan di Lahan Praktikum Fakultas Pertanian
Universitas Andalas
Dengan selesainya Laporan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Yusniwati, Bapak nasrez akhir dan Bapak reflin
selaku Dosen yang telah memberikan bantuan dan arahan dalam
penulisan Laporan ini. Semoga mendapat balasan dari Allah SWT.
Amin. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
rekan-rekan yang banyak membantu dalam penulisan Laporan ini.
Semoga Laporan ini bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan
umumnya dan ilmu pertanian khususnya.
Padang,JUNI 2014
G.R
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................
DAFTAR TABEL..........................................................................
DAFTAR GAMBAR......................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 LATARBELAKANG.....................................................
1.2 TUJUAN........................................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 AGRONOMI.................................................................
2.2 BUDIDAYA KANGKUNG DARAT...............................
2.3 BUDIDAYA BAYAM....................................................
2.4 BUDIDAYA MENTIMUN..............................................
BAB III. BAHAN DAN METODA
3.1 WAKTU DANTEMPAT.................................................
3.2 ALAT DAN BAHAN......................................................
3.3 PELAKSANAAN...........................................................
3.4 PENGAMATAN............................................................
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN...............................................................
B. SARAN..........................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bercocok tanam, terdapat beberapa pola tanam agar efisien
dan memudahkan kita dalam penggunaan lahan, dan untuk menata ulang
kalender penanaman. Pola tanam sendiri ada tiga macam, yaitu : monokultur,
polikultur (tumpangsari), dan rotasi tanaman. Ketiga pola tanam tersebut
memiliki nilai plus dan minus tersendiri. Pola tanam memiliki arti penting
dalam sistem produksi tanaman. Dengan pola tanam ini berarti memanfaatkan
dan memadukan berbagai komponen yang tersedia (agroklimat, tanah,
tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosial ekonomi). Pola tanam di
daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun selama 1 tahun dengan
memperhatikan curah hujan (terutama pada daerah/lahan yang sepenuhnya
tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yang ditanampun perlu
disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan.
Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dalam waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-
barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau
lebih jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah
atau bisa juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda.
Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu
diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh
diantaranya ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama
penyakit. Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsarikan dan saat
penanaman sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama
pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari persaingan
(penyerapan hara dan air) pada suatu petak lahan antar tanaman. Pada pola
tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan dikombinasikan antara tanaman
yang mempunyai perakaran yang relatif dalam dan tanaman yang mempunyai
perakaran relatif dangkal. ( Fahmi, 2012)
Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran
(polyculture) berupa pelibatan dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal
lahan tanam dalam waktu yang bersamaan atau agak bersamaan. Tumpang
sari yang umum dilakukan adalah penanaman dalam waktu yang hampir
3
bersamaan untuk dua jenis tanaman budidaya yang sama, seperti jagung dan
kedelai, atau jagung dan kacang tanah. Dalam kepustakaan, hal ini dikenal
sebagai double-cropping. Penanaman yang dilakukan segera setelah tanaman
pertama dipanen (seperti jagung dan kedelai atau jagung dan kacang panjang)
dikenal sebagai tumpang gilir.Tumpang sari dapat pula dilakukan pada
pertanaman tunggal (monokultur) suatu tanaman perkebunan besar atau
tanaman kehutanan sewaktu tanaman pokok masih kecil atau belum produktif.
Hal ini dikenal sebagai tumpang sela (intercropping). Jagung atau kedelai
biasanya adalah tanaman sela yang dipilih. Dalam kehutanan hal ini disebut
sebagai wana tani. Suatu konsep serupa juga diterapkan bagi budidaya padi
dan ikan air tawar yang dikenal sebagai mina tani. ( Wikipedia, 2013 )
Tumpang sari adalah cara bercocok tanam pada satu petak lahan
dengan dua atau tiga tanaman sekaligus. Cara bercocok tanam semacam ini
memberikan beberapa keuntungan antara lain lahan yang ada bisa dimanfaat
dengan sebaik baiknya. Manfaat lainnya adalah dalam satu musim kadang
hama menyerang pada salah satu tanaman, namun tidak menyerang jenis
tanaman lainnya sehingga jika satu jenis tanaman terserang penyakit maka
jenis tanaman lainnya masih bisa selamat.Jagung bisa tumbuh dengan baik
jika ditanam disela sela tanaman kedelai, biasanya untuk periode musim
tanam yang ke tiga yaitu padi - padi - kedelai. Pola semacam ini sudah mulai
banyak diterapkan para petani pada lahan sawah semi irigasi, dimana pada
musim penghujan mereka menanam padi sebanyak 2 kali sedangkan pada
musim kemarau ganti menanam kedelai dengan memanfaat air tanah yang
dipompa dengan menggunakan mesin diesel. Sebagai persiapan awal lahan
bekas tanaman padi dibuat selokan menggunakan traktor dengan jarak kurang
lebih satu setengah meter. Kemudian benih kedelai dimasukkan pada lubang
lubang yang telah di buat menggunakan tugal (gejik). Pada keesokan harinya
barulah benih jagung ditanam dengan cara yang sama menggunakan tugal.
Usahakan benih jagung yang sudah dimasukkan dalam lubang ditutup dengan
pasir atau pupuk kandang, bisa juga menggunakan sekam bekas pembakaran
pabrik tahu. Mengapa di beri jarak satu hari setelah penanaman kedelai karena
benih jagung tidak menyukai lahan yang terlalu banyak air. Tanah yang basah
tanpa ada genangan air akan membuat benih jagung tumbuh dengan baik. Jika
terlalu banyak air benih jagung akan membusuk. Pada setiap gulutan tanah
cukup diberi satu deret tanaman jagung dan posisi deretan berada ditepi
saluran air bagian kiri dan kanannya. Tidak perlu tiap saluran air diberi
4
tanaman jagung namun beri jeda satu saluran air kosong tak ada tanaman
jagungnya, sedangkan sebelahnya ada lagi tanamannya. ( Anonim, 2011)
Segala bentuk pemanfaatan sumberdaya alam dan manusia dalam
pemanfaatanya untuk budidaya tanaman guna memdapat hasil yanng
sebanyak-banyaknya secara berkelajutan. Pola tanam atau (cropping patten)
iyalah suatu urutan pertanaman pada sebidang tanah selama satu periode.
Lahan yang dimaksut bisa berupa lahan kosong atau lahan yang sudah
terdapat tanaman yang mampu dilakukan tumpang sirih. Usaha yang
dilakukan dengan melaksanakan penanaman pada sebidang lahan dengan
mengatur susunan tata letak dari tanaman dan tata urutan tanaman selama
periode waktu tertentu, termasuk masa pengolahan tanah dan masa tidak
ditanami selama periode tertentu. Produktivitas merupakan suatu hal yang
sangat vital dalam usaha pertanian, dimana akhir-akhir ini semakin ditantang
untuk mengimbangi tuntutan sosial ekonomi masyarakat suatu bangsa.
Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan permintaan akan kebutuhan
hasil-hasil pertanian baik jenis, jumlah maupun kualitasnya. Disisi lain lahan
untuk pertanian semakin terbatas karena alih fungsi lahan menjadi tempat
pemukiman, industri, sarana jalan serta sarana fisik lainnya, Untuk itu,
bagaimana merancang suatu model penanaman, agar lahan yang semakin
terbatas itu dapat menghasilkan produksi yang tinggi secara
berkelanjutan.Jagung sebagai tanaman pangan, menduduki urutan kedua
setelah padi. Disamping itu juga mempunyai peranan yang tidak kalah
pentingnya dengan padi, karena jagung merupakan salah satu jenis bahan
makanan yang banyak mengandung karbohidrat sehingga dapat dijadikan
sebagai pengganti beras. Di Indonesia sangat mendukung dikembangkannya
komoditi jagung, sebab jagung memiliki potensi yang cukup baik untuk
dibudidayakan dan mudah diusahakan. Konsumsi jagung di Indonesia terus
meningkat, karena itu peluang pemasaran jagung masih terbuka lebar).Selain
komoditi jagung sebagai bahan makanan, masih dibutuhkan komoditi lain
seperti kacang hijau. Kacang hijau merupakan salah satu jenis komoditi dari
jenis tanaman leguminosa yang mempunyai arti penting. Posisinya
menduduki urutan ketiga setelah kedelai dan kacang tanah. Manfaat kacang
hijau sebagai penghasil bahan makanan merupakan hal yang sangat penting,
karena jenis kacang ini banyak mengandung vitamin terutama vitamin B1
yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan gizi masyarakat yang relatif
kurang vitamin. Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan antara lain
tumpang sari, tumpang gilir, tanaman bersisispan, dan tanamana campuran.
5
Tumpang sari (intercropping), adalah melakukan penanaman lebih dari satu
tanaman yang memiliki umur sama atau berbeda contoh tumpang sari sama
umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung,
ketela pohon, padi gogo.Tumpang gilir (Multiple Cropping) yaitu penanaman
yang dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan
faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum.( Patra, 2012 )
Tumbuhan monokotil dan dikotil ialah salah satu penggolongan
secara garis besar darikelompok tetumbuhan, oleh sebab itu dengan
pengamatan ini diharapkan mampu menganalisistipe tumbuhannya
berdasarkan anatominya. pada pengamatan jaringan yang dimiliki oleh
keduatumbuhan relatif sama, tetapi bila diteliti perbedaan nampak pada
susunan berkas pengangkutnyabila pada dikotil, memiliki kambium dan
monokotil tidak berkambium yang nantinya akanmemengaruhi pertulangan
daunnya (nervatio) dari tumbuhan monokotil maupun dikotil. tumbuhan itu
terbagi atas beberapa jenis, diantaranya tumbuhan berbiji.Tumbuhan berbiji
(spermatophyte) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tumbuhan berbiji terbuka
(Gymnospermae) dan tumbuhan berbiji tertutup (angiospermae). Tumbuhan
berbiji tertutup (angiospermae) dikelompokkan lagi menjadi dua, yaitu
tumbuhan berkeping satu (monokotil) dan tumbuhan berkeping dua (dikotil).
Masing-masing jenis tumbuhan berkeping biji tersebut mempunyai ciri
karakteristik yang berbeda-beda, baik secara morfologi maupun anatomi.
( Purwono, 2007 )
B. Tujuan
Untuk mengetahui cara-cara budidaya dari bayam,mentimun dan
kangkung darat serta mengetahui apa saja yang termasuk OPT yang
menyerang tanaman.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. AGRONOMI
Agronomi dapat diistilahkan sebagai produksi tanaman, dan diartikan
suatu usaha pengelolaan tanaman dan lingkungannya untuk memperoleh hasil
sesuai tujuan. Ada dua tujuan, yaitu memaksimalkan output atau meminimalkan
input agar kelestarian lahan tetap terjaga.
Pada awal kehidupan manusia di bumi, hanya hidup dari mencari makan
dari hasil hutan secara langsung. Perkembangan berikutnya, semakin banyak
anggota kelompoknya, lalu ada tempat untuk menetap dan mulai bercocok tanam
di lahan sekitar tempat tinggalnya dan mulai memelihara ternak dan terbentuklah
pekarangan.
Setelah itu, berkembang untuk membuka lahan di hutan untuk bercocok
tanam, sehingga hanya dapat ditanami beberapa tahun lalu pindah tempat, sering
dikenal dengan lahan berpindah.
Semakin bertambahnya penduduk, sistem-sistem tersebut tidak dapat
dipertahankan, lalu berusaha untuk tetap mempertahankan tingkat kesuburan
tanahnya dan mulai dikenal teknik budidaya (agronomi).
Ketidakseimbangan penambahan jumlah penduduk dibanding penambahan
hasil pangan menjadi persoalan yang dipelajari oleh bidang Agronomi. Antara lain
usahanya dengan perluasan lahan, penggunaan varietas unggul, peningkatan
manajemen dalam berbagai tindak agronomi dan pelaksanaanya.
B. Budidaya Kangkung Darat
1.1. Sejarah Singkat
Kangkung tergolong sayur yang sangat populer, karena banyak
peminatnya. Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus,
Water spinach. Berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia,
Burma, Indonesia, China Selatan Australia dan bagian negara Afrika.
1.2. Sentra Penanaman
Kangkung banyak ditanam di Pulau Jawa khususnya di Jawa Barat,
juga di Irian Jaya di Kecamatan Muting Kabupaten Merauke kangkung
merupakan lumbung hidup sehari-hari. Di Kecamatan Darussalam Kabupaten
Aceh Besar tanaman kangkung darat banyak ditanam penduduk untuk
7
konsumsi keluarga maupun untuk dijual ke pasar.
1.3. Jenis Tanaman
Kangkung termasuk suku Convolvulaceae (keluarga kangkung-
kangkungan). Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat yang
memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Kangkung yang
dikenal dengan nama Latin Ipomoea reptans terdiri dari 2 (dua) varietas, yaitu
Kangkung Darat yang disebut Kangkung Cina dan Kangkung Air yang
tumbuh secara alami di sawah, rawa atau parit-parit.
Perbedaan antara kangkung darat dan kangkung air:
a. Warna bunga.
Kangkung air berbunga putih kemerah-merahan, sedangkan
kangkung darat bunga putih bersih.
b. Bentuk daun dan batang.
Kangkung air berbatang dan berdaun lebih besar dari pada kangkung
darat. Warna batang berbeda. Kangkung air berbatang hijau, sedangkan
kangkung darat putih kehijau-hijauan.
c. Kebiasaan berbiji.
Kangkung darat lebih banyak berbiji dari pada kangkung air. Itu
sebabnya kangkung darat diperbanyak lewat biji, sedangkan kangkung air
dengan stek pucuk batang.
1.4. Manfaat Tanaman
Bagian tanaman kangkung yang paling penting adalah batang muda
dan pucuk-pucuknya sebagai bahan sayur-mayur. Kangkung selain rasanya
enak juga memiliki kandungan gizi cukup tinggi, mengandung vitamin A, B
dan vitamin C serta bahan-bahan mineral terutama zat besi yang berguna bagi
pertumbuhan badan dan kesehatan. Disamping itu hewan juga menyukai
kangkung bila dicampur dalam makanan ayam, itik, sapi, kelinci dan babi.
II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun.
Kangkung darat dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim
dingin
b. Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini
berkisar antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung
8
pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak
tumbuh rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat
menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput,
kebun/ladang yang agak rimbun.
c. Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau
mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi)
tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus.
Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang.
Apabila ditanam di tempat yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus
dan lemas sehingga disukai konsumen.
d. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100
m tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C. Apabila kangkung
ditanam di tempat yang terlalu panas, maka batang dan daunnya menjadi agak
keras, sehingga tidak disukai konsumen.
2.2. Media Tanam
a. Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak
mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah.
b. Tanaman kangkung darat tidak menghendaki tanah yang
tergenang, karena akar akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung air
membutuhkan tanah yang selalu tergenang air.
c. Tanaman kangkung membutuhkan tanah datar bagi
pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat
mempertahankan kandungan air secara baik.
2.3. Ketinggian Tempat
Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran
rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik kangkung
darat maupun kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana
saja, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Bibit Kangkung Darat
Dalam pemilihan bibit harus disesuaikan dengan lahan (air atau
9
darat). Karena kalau kangkung darat ditanam di lahan untuk kangkung air
produksinya kurang baik, warna daun menguning, bentuk kecil dan cepat
membusuk.
Bibit kangkung sebaiknya berasal dari kangkung muda, berukuran
20 -30 cm. Pemilihan bibit harus memperhatikan hal-hal seperti berikut,
batang besar, tua, daun besar dan bagus. Penanamannya dengan cara stek
batang, kemudian ditancapkan di tanah. Sedangkan biji untuk bibit harus
diambil dari tanaman tua dan dipilih yang kering serta berkualitas baik.
3.1.2. Penyiapan Benih
a) Benih kangkung yang akan ditanam adalah stek muda, berukuran
20-30 cm, dengan jarak tanam 1,5 x 15 cm.
b) Untuk benih dari biji kangkung diambil dari tanaman yang tua.
c) Benih yang diperlukan untuk seluas 10 m2 atau 2 bedengan ± 300
gram, jika tiap lubang diisi 2-3 butir biji.
3.1.3. Teknik Penyemaian Benih
Biji dengan ukuran diameter 3 mm, disebar dalam baris-baris
berjarak 15 cm dengan jarak kira-kira 5 cm antara masing-masing biji.
Kultivar yang berbiji dapat tahan tanah lembab dan tumbuh baik dalam
musim hujan.
3.1.4. Pemeliharaan Pembenihan/Penyemaian
Agar diperoleh hasil panen yang baik, dalam pemeliharaan
pembenihan kangkung diperlukan penyiraman teratur dan kerap pada cuaca
kering.
3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan
Kangkung air membutuhkan tempat-tempat yang ada genangan air.
Bertanam kangkung memerlukan tanah yang diberi pupuk kompos, kemudian
dibuatkan petak-petak/bedengan seperti tanaman sayuran lain. Tentang
panjang bedengan, tergantung kondisi lahan. Kemudian siapkan tugal dan
tancapkan di atas bedengan dengan jarak 20 x 20 cm.
10
3.2.2. Pembukaan Lahan
Tiga minggu sebelum melakukan penanaman kangkung, sebaiknya
tanah diolah terlebih dahulu. Kemudian tanah dicampur dengan pupuk
kompos atau pupuk kandang sebanyak 10 ton per hektar, diberi air dengan
ketinggian 5 cm, dibiarkan tergenang air dan diberi urea 1 kuintal per hektar.
3.2.3. Pembentukan Bedengan
Pembentukan bedengan untuk tanaman kangkung dapat dilakukan
dengan ukuran lebar 0,8-1,2 m, panjang 3-5 m, dalam ± 15-20 cm dan jarak
antar bedeng 50 cm dengan membuat selokan. Ukuran tersebut dapat
disesuaikan, tergantung keadaan lahan yang tersedia. Bedengan dibuat untuk
kelancaran pemasukan dan pembuangan air yang berlebih serta untuk
memudahkan pemeliharaan dan kegiatan lain. Ada pula yang membuat
bedengan dengan ukuran panjang kali lebar: 2x1 m dengan kedalaman
drainase 30x30 cm.
3.2.4. Pemupukan
Pemupukan bagi tanaman kangkung terdiri dari pupuk dasar yaitu
pupuk kandang, yang diberikan seminggu sebelum tanam (setelah selesai
pembuatan bedengan). Selain itu juga diberikan pupuk urea, seminggu setelah
tanam, kemudian 2 minggu setelah tanam. Pemberian pupuk urea dicampur
dengan air kemudian disiram pada pangkal tanaman dengan ember penyiram.
Pada waktu melakukan pemupukan, lahan dikeringkan terlebih
dahulu selama 4 sampai 5 hari. Kemudian diairi kembali. Pupuk yang
diperlukan adalah sebagai berikut: 10-20 ton/ha rabuk organik dan 100-250
kg/ha urea, diberikan selama 2 minggu pertama, dengan cara disiramkan.
3.2.5. Lain-lain
Agar tanaman kangkung dapat berproduksi secara memuaskan, perlu
dilakukan pergiliran tanaman dengan tanaman kacang tanah, kacang hijau,
kacang buncis, kecipir atau ketimun.
3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanam
Penentuan pola tanam dapat disesuaikan dengan luas lahan yang
akan ditanami. Apabila bedengan dibuat dengan ukuran 2x1 m, maka bila
11
jarak tanamnya ditentukan 20x20 cm, maka dalam satu bedengan terdapat
sebanyak 50 lubang atau 50 rumpun kangkung.
3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam dapat dilakukan dengan cara ditugal, yang
berjarak 20x20 cm, sedalam ± 5 cm. Setiap bedengan dapat ditentukan jumlah
lubangnya (tergantung ukuran bedengan).
3.3.3. Cara Penanaman
Penanaman kangkung darat dilakukan pada sore hari yaitu jam 16.00
sampai 18.00. Hal ini bertujuan agar benih setelah ditanam tidak langsung
mendapat udara kering sehingga benih cepat berkecambah.
3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman
Bila tanaman kangkung terlalu lebat/sangat berdesakan dalam satu
rumpun maka diperlukan penjarangan. Apabila tanaman banyak yang mati,
maka segera dilakukan penyulaman (diganti dengan bibit yang baru yang
telah disiapkan).
3.4.2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan bila terdapat rumput liar (tanaman
pengganggu). Penyiangan dilakukan setiap 2 minggu.
3.4.3. Pembubunan
Pembumbunan dilakukan untuk mendekatkan unsur hara bagi
tanaman kangkung sehingga dapat mempermudah akar tanaman untuk
mentransfernya. Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 2
minggu.
3.4.4. Perempalan
Bagi tanaman kangkung sebagai penghasil daun dan batang,
perempalan tidak dibutuhkan, sebab perempalan adalah penyortiran dan
pengambilan tunas-tunas muda yang tidak berguna, yang akan menghambat
pertumbuhan tanaman.
12
3.4.5. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk urea. Pupuk urea
diberikan hanya sekali dengan cara dilarutkan dalam air lalu disiram pada
tanaman kangkung. Perlu diperhatikan agar pada waktu menebar pupuk
jangan sampai ada butir pupuk yang tersangkut atau menempel pada daun,
sebab akan menyebabkan daun menjadi layu. Gunakan sapu lidi setiap selesai
menabur pupuk.
3.4.6. Pengairan dan Penyiraman
Selama tidak ada hujan, perlu dilakukan penyiraman. Penyiraman
gunanya untuk mencegah tanaman kangkung terhadap kekeringan.
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi (jam 07.00) dan sore (jam
17.00). Penyiraman dilakukan dengan gembor penyiram. Tanaman kangkung
membutuhkan banyak air dalam pertumbuhannya.
3.4.7. Waktu Penyemprotan Pestisida
Tanaman kangkung darat yang terkena ulat berwarna putih yang
berada pada helai daun sebelah bawah sehingga menyebabkan warna daun
menjadi kuning. Untuk penanggulangannya disemprotkan Baysudin dengan
dosis 2 cc per liter air, yang disemprotkan sore hari. Untuk memberantas ulat
daun yang sering menyerang tanaman kangkung, digunakan Insektisida
Diazinon 60 EC, dengan dosis sebesar 2 cc per liter air dan disemprotkan
pada tanaman. Serangga pemakan daun dikendalikan dengan penyemprotan
strategis senyawa organofosfat jauh sebelum pemanenan.
3.4.8. Pemeliharaan Lain
Agar pertumbuhan subur, sebaiknya seminggu setelah atau sebelum
panen, tanaman dipupuk urea kembali.
3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
Hama yang banyak menyerang tanaman kangkung umumnya relatif
tidak ganas, antara lain: belalang dan ulat daun. Pengendalian: untuk
mencegah terjadi over populasi, semprotkan Sevin atau sejenisnya. Untuk
memberantas ulat daun ini digunakan Insektisida Diazinon 60 EC, dengan
dosis sebesar 2 cc per liter air dan disemprotkan pada tanaman. Pada waktu
13
membasmi hama, sebaiknya lahan dikeringkan terlebih dahulu selama 4-
5hari. Kemudian diairi kembali.
3.5.2. Penyakit
Tanaman kangkung tahan terhadap penyakit dan hanya memerlukan
sedikit perlindungan. Penyakit jamur yang lazim menyerang tanaman
kangkung adalah karat putih (Albugo
Ipomoea panduratae). Penyakit ini peka terhadap Dithane M-45 atau
Benlate, tetapi bila benih diperlakukan dengan penyiraman dan higiene
umumnya baik, penyakit tidak menjadi masalah. Serangga pemakan daun
dikendalikan dengan penyemprotan strategis senyawa organofosfat jauh
sebelumpemanenan.
14
C. BUDIDAYA BAYAM
1.1. Sejarah Singkat
Bayam merupakan tanaman sayuran yang dikenal dengan nama
ilmiah Amaranthus spp. Kata "amaranth" dalam bahasa Yunani berarti
"everlasting" (abadi). Tanaman bayam berasal dari daerah Amerika tropik.
Tanaman bayam semula dikenal sebagai tumbuhan hias. Dalam
perkembangan selanjutnya. Tanaman bayam dipromosikan sebagai bahan
pangan sumber protein, terutama untuk negara-negara berkembang. Diduga
tanaman bayam masuk ke Indonesia pada abad XIX ketika lalu lintas
perdagangan orang luar negeri masuk ke wilayah Indonesia.
1.2. Sentra Penanaman
Pusat penanaman bayam di Indonesia adalah Jawa Barat (4.273
hektar), Jawa Tengah (3.479 hektar), dan Jawa Timur (3.022 hektar). atau
menempati urutan ke-11 dari 18 jenis sayuran komersial yang dibudidayakan
dan dihasilkan oleh Indonesia. Produk bayam nasional sebesar 72.369 ton
atau rata-rata 22,63 kuintal per hektar.
1.3. Jenis Tanaman
Keluarga Amaranthaceae memiliki sekitar 60 genera, terbagi dalam
sekitar 800 spesies bayam (Grubben, 1976). Dalam kenyataan di lapangan,
penggolongan jenis bayam dibedakan atas 2 macam, yaitu bayam liar dan
bayam budidaya. Bayam liar dikenal 2 jenis, yaitu bayam tanah (A. blitum L.)
dan bayam berduri (A. spinosus L.). Ciri utama bayam liar adalah batangnya
berwarna merah dan daunnya kaku (kasap).
Jenis bayam budidaya dibedakan 2 macam, yaitu:
a. Bayam cabut atau bayam sekul alias bayam putih (A. tricolor L.).
Ciri-ciri bayam cabut adalah memiliki batang berwarna kemerah-merahan
atau hijau keputih- putihan, dan memilki bunga yang keluar dari ketiak
cabang. Bayam cabut yang batangnya merah disebut bayam merah,
sedangkan yang batangnya putih disebut bayam putih.
b. Bayam tahun, bayam skop atau bayam kakap (A. hybridus L.).
15
Ciri-ciri bayam ini adalah memiliki daun lebar-lebar, yang dibedakan atas 2
spesies yaitu:
1. A. hybridus caudatus L., memiliki daun agak panjang dengan
ujung runcing,
berwarna hijau kemerah-merahan atau merah tua, dan bunganya
tersusun dalam rangkaian panjang terkumpul pada ujung batang.
2. A. hibridus paniculatus L., mempunyai dasar daun yang lebar
sekali, berwarna hijau, rangkaian bunga panjang tersusun secara teratur dan
besar- besar pada ketiak daun.
Varietas bayam unggul ada 7 macam yaitu; varietas Giri Hijau, Giti
Merah, Maksi, Raja, Betawi, Skop, dan Hijau. Sedangkan beberapa varietas
bayam cabut unggul adalah Cempaka 10 dan Cempaka 20.
1.4. Manfaat Tanaman
Bayam merupakan bahan sayuran daun yang bergizi tinggi dan
digemari oleh semua lapisan masyarakat. Daun bayam dapat dibuat berbagai
sayur mayur, bahkan disajikan sebagai hidangan mewah (elit). Di beberapa
negara berkembang bayam dipromosikan sebagai sumber protein nabati,
karena berfungsi ganda bagi pemenuhan kebutuhan gizi maupun pelayanan
kesehatan masarakat.
Manfaat lainnya adalah sebagai bahan obat tradisional, dan juga
untuk kecantikan. Akar bayam merah dapat digunakan sebagai obat
penyembuh sakit disentr. Daun dan bunga bayam duri berkhasiat untuk
mengobati penyakit asma dan eksim. Bahkan sampai batas tertentu, bayam
dapat mengatasi berbagai jenis penyakit dalam. Untuk tujuan pengobatan
luar, bayam dapat dijadikan bahan kosmetik (kecantikan). Biji bayam
digunakan untuk bahan makanan dan obat-obatan. Biji bayam dapat
dimanfaatkan sebagai pencampur penyeling terigu dalam pembuatan roti atau
dibuat bubur biji bayam. Ekstrak biji bayam berkhasiat sebagai obat
keputihan dan pendarahan yang berlebihan pada wanita yang sedang haid.
II. SYARAT PERTUMBUHAN
16
2.1. Iklim
a. Keadaan angin yang terlalu kencang dapat merusak tanaman
bayam khususnya untuk bayam yang sudah tinggi. Kencangnya angin dapat
merobohkan tanaman.
b. Karena tanaman bayam cocok ditanam di dataran tinggi maka
curah hujannya juga termasuk tinggi sebagai syarat pertumbuhannya. Curah
hujannya bisa mencapai lebih dari 1.500 mm/tahun.
c. Tanaman bayam memerlukan cahaya matahari penuh. Kebutuhan
akan sinar matahari untuk tanaman bayam cukup besar. Pada tempat yang
terlindungi (ternaungi), pertumbuhan bayam menjadi kurus dan meninggi
akibat kurang mendapat sinar matahari penuh.
d. Suhu udara yang sesuai untuk tanaman bayam berkisar antara 16-
20 derajat C. e. Kelembaban udara yang cocok untuk tanaman bayam antara
40-60%.
2.2. Media Tanam
a. Tanaman bayam menghendaki tanah yang gembur dan subur.
Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman bayam adalah yang penting
kandungan haranya terpenuhi.
b. Tanaman bayam termasuk peka terhadap pH tanah. Bila pH tanah
di atas 7 (alkalis), pertumbuhan daun-daun muda (pucuk) akan memucat
putih kekuning-kuningan (klorosis). Sebaliknya pada pH di bawah 6 (asam),
pertumbuhan bayam akan
merana akibat kekurangan beberapa unsur. Sehingga pH tanah yang
cocok adalah antara 6-7.
c. Tanaman bayam sangat reaktif dengan ketersediaan air di dalam
tanah. Bayam termasuk tanaman yang membutuhkan air yang cukup untuk
pertumbuhannnya. Bayam yang kekurangan air akan terlihat layu dan
terganggu pertumbuhannya. Penanaman bayam dianjurkan pada awal musim
hujan atau akhir musim kemarau.
d. Kelerengan lahan untuk budidaya tanaman bayam adalah sekitar
15-45 derajat.
2.3. Ketinggian Tempat
17
Dataran tinggi merupakan tempat yang sesuai untuk pertumbuhan
tanaman bayam. Ketinggian tempat yang baik yaitu ±2000 m dpl.
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Benih/biji yang baik untuk bertanam bayam adalah dapat memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a) berasal dari induk yang sehat
b) bebas dari hama/penyakit,)
c) daya kecambah 80 prosen, dan
d) memiliki kemurnian benih yang tinggi.
Propinsi lainnya berada pada kisaran luas panen antara 13.0-2.376
hektar. Di Indonesia total luas panen bayam mencapai 31.981 hektar.
Disamping persyaratan seperti yang disebutkan diatas, benih/bibit yang
digunakan kalau bisa merupakan benih unggul agar nantinya tahan terhadap
hama dan penyakit.
3.1.2. Penyiapan Benih
Benih Bayam sayur yang ditanam petani kebanyakan swadaya dari
tanaman terdahulu yang sengaja dibiarkan tumbuh terus untuk produksi biji.
Keperluan benih untuk lahan 1 hektar berkisar antara 5-10 kg, atau 0,5-1,0
gram per m2 luas lahan. Biji dipanen pada waktu musim kemarau dan hanya
dipilih tandan yang sudah tua (masak). Tandan harus dijemur beberapa hari,
kemudian biji dirontokkan dari tandan dan dipisahkan dari sisa-sisa tanaman.
Untuk memproduksi bibit bagi satu hektar kebun yang berisi 25000-40000
tanaman, kemungkinan dibutuhkan sekitar 1-2 kg benih.
3.1.3. Teknik Penyemaian Benih
Lahan untuk pembibitan dipilih yang lebih tinggi dari sekitarnya dan
bebas dari hama dan penyakit tanaman maupun gulma. Pembibitan diberi
atap plastik atau atap jerami padi. Benih bayam disebar merata atau berbaris-
baris pada tanah persemaian dan ditutup dengan selapis tanah tipis.
3.1.4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
18
Dalam pemeliharaan benih/bibit perlu dilakukan penyiraman dengan
teratur dan hati-hati. Tanah yang digunakan juga perlu dipupuk agar
kesuburannya tetap terjaga. Pupuk yang digunakan sebaiknya pupuk kandang.
Setelah bibit tumbuh dan ada benih yang terserang hama/penyakit maka perlu
disemprot dengan pestisida dengan dosis rendah.
3.1.5. Pemindahan Bibit
Setelah bibit tumbuh berumur sekitar 7-14 hari, bibit dipindah-tanam
ke dalam pot-pot yang terbuat daun pisang atau kantong plastik es mambo
yang sebelumnya telah diisi dengan medium tumbuh campuran tanah dan
pupuk organik yang halus (1:1). Bibit dalam pot disiram teratur dan setelah
berumur sekitar 7-14 hari setelah dipotkan, bibit tersebut telah siap untuk
dipindah-tanam ke lapangan.
3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan
Sebelum pengolahan lahan dilakukan perlu diketahui terlebih dahulu
pH tanah yang sesuai yaitu antara 6-7 sehingga perlu dilakukan pengukuran
dengan menggunakan pH-meter. Selanjutnya menganalisis tanah yang cocok
untuk tanaman bayam, apakah perlu dilakukan pemupukan atau tidak. Kapan
tanaman akan ditanam dan sebaiknya pada awal musim hujan atau akhir
musim kemarau. Berapa luas lahan yang akan ditanami dan akan melakukan
sistem polikultur atau monokultur. Dan berapa banyak kebutuhan benih untuk
dapat memenuhi produk bayam yang diinginkan.
3.2.2. Pembukaan Lahan
Lahan yang akan ditanami dicangkul/dibajak sedalam 30-40 cm,
bongkah tanah dipecah gulma dan seluruh sisa tanaman diangkat dan
disingkirkan lalu diratakan. Lahan kemudian dibiarkan selama beberapa
waktu agar tanah matang benar.
3.2.3. Pembentukan Bedengan
Setelah tahap pencangkulan kemudian dibuat bedengan dengan lebar
sekitar 120 cm atau 160 cm, tergantung jumlah populasi tanaman yang akan
ditanam nanti. Dibuat parit antar bedengan selebar 20-30 cm, kedalaman 30
19
cm untuk drainase. Pada bedengan dibuat lubang-lubang tanam, jarak antar
barisan 60-80 cm, jarak antar lubang (dalam barisan) 40-50 cm.
3.2.4. Pengapuran
Apabila pH tanah terlalu rendah maka diperlukan pengapuran untuk
menaikkannya. Pengapuran dapat menggunakan kapur pertanian atau Calcit
maupun Dolomit. Pada tipe tanah pasir sampai pasir berlempung yang pH-
nya 5,5 diperlukan ± 988 kg kapur pertanian/ha untuk menaikkan pH menjadi
6,5. Kisaran kebutuhan kapur pertanian pada tanah lempung berpasir hingga
liat berlempung ialah antara 1.730-4.493 kg/hektar. Sebaliknya, untuk
menurunkan pH tanah, dapat digunakan tepung Belerang (S) atau Gipsum,
biasa sekitar 6 ton/hektar. Cara pemberiannya, bahan-bahan tersebut disebar
merata dan dicampur dengan tanah minimal sebulan sebelum tanam.
3.2.5. Pemupukan
Pemupukan awal menggunakan pupuk kandang yang telah masak.
Waktu pemupukan dilakukan satu minggu atau dua minggu sebelum tanam.
Cara pemupukan adalah dengan disebarkan merata diatas bedengan kemudian
diaduk dengan tanah lapisan atas. Untuk pemupukan yang diberikan per
lubanng tanam, cara pemberiannya dilakukan dengan memasukkan pupuk ke
dalam lubang tanam. Dosis pemberian pupuk dasar disesuaikan dengan jenis
tanaman dan keadaan lahan. Akan tetapi dosis untuk pupuk kandang sekitar
10 ton per hektar. Pemupukan per lubang tanam biasanya diperlukan sekitar
1-2 kg per lubang tanam.
3.2.6. Pemberian Mulsa
Untuk memperoleh hasil produksi yang berkualitas baik maka di
dalam penanaman perlu dipasang palstik perak-hitam sebagai mulsa. Dengan
penggunaan plastik ini dapat mengurangi serangan hama dan penyakit
termasuk gangguan gulma dan lainnya.
3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanam
Jarak tanam untuk tanaman bayam adalah antara 60 cm x 50 cm atau
80 cm x 40 cm. Jarak tanam tersebut dapat divariasikan sesuai dengan tingkat
kesuburan tanah dan jenis bayam sehingga populasi tanaman per hektar
berkisar antara 30.000-60.000 tanaman. Pola tanam untuk bayam cabut
20
adalah monokultur. Dalam satu hamparan lahan biasanya ditanam berbagai
jenis tanaman dengan pola mosaik (perca), yaitu berbagai tanaman ditanam
monokultur pada petak-petak tersendiri. Tanaman lainnya tadi antara lain
seperti kakngkung (darat), selada, lobak, paria, kemangi dan sayuran lalapan
lainnya.
3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dapat dibuat dengan menggunakan alat kayu dengan
cara di pukul-pukul sehingga membentuk lubang. Jarak antara barisan adalah
60-80 cm dan jarak antar lubang (antar barisan) 40-50 cm.
3.3.3. Cara Penanaman
Penanaman dapat langsung di lapangan tanpa penyemaian atau
dengan penyemaian terlebih dahulu. Apabila tanpa penyemaian maka biji
bayam dicampur abu disebarkan langsung di atas bedengan menurut barisan
pada jarak antar barisan 20 cm dan arahnya membujur dari Barat ke Timur.
Setelah disebarkan benih segera ditutup dengan tanah halus dan disiram
hingga cukup basah. Waktu penanaman paling baik adalah pada awal musim
hujan. Dengan penyemaian maka tanaman dapat tumbuh dengan lebih baik
karena benih diperoleh dengan cara seleksi untuk ditanam.
3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman
Apabila sewaktu menyebar benih secara langsung di lapangan tidak
merata maka akan terjadi pertumbuhan yang mengelompok (rapat) sehingga
pertumbuhannya terhambat karena saling bersaing satu sama lain. Oleh
karena itu perlu dilakukan penjarangan sekaligus sebagai panen pertama.
Apabila tanaman bayam dihasilkan dari benih yang disemai maka setelah
penanaman di lapangan ada yang mati/terserang penyakit, maka perlu
dilakukan penyulaman dengan mengganti tanaman dengan yang baru.
Caranya dengan mencabut dan apabila terserang penyakit segera
dimusnahkan agar tidak menular ke tanaman lainnya. Penyulaman dapat
dilakukan seminggu setelah tanam.
3.4.2. Penyiangan
21
Penyiangan dilakukan apabila muncul gulma tanaman Gelang
(Portulaca oleracea) dan rumput liar lainnya. Kehadiran gulma gelang dapat
menurunkan produksi bayam antara 30-
65%. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan tanah.
Alat yang digunakan dalam penyiangan dapat berupa cangkul kecil atau sabit.
Caranya dengan dicangkul untuk mencabut gulma atau langsung dicabut
dengan tangan. Disamping itu pencangkulan dilakukan untuk
menggemburkan tanah.
3.4.3. Pembubunan
Proses pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
3.4.4. Perempalan
Apabila perawakan tanaman terlalu subur, mungkin perlu dilakukan
perempalan tunas- tunas liar dan pemasangan ajir/turus untuk memperkuat
tegaknya tanaman agar tidak rebah.
3.4.5. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik, untuk
tiap lubang calon tanaman sekitar 0,4-0,8 kg. Dengan demikian kuantum
pupuk organik akan berkisar 15-30 ton. Untuk pertanaman di dataran rendah
bekas sawah, pupuk organik tidak diberikan, tinggi bedengan perlu ditambah
dan dalamnya parit antar bedengan perlu diperdalam. Pupuk organik yang
diberikan adalah pupuk N (Urea sekitar 250 kg/ha atau ZA 500 kg/ha) cara
dilarutkan dalam air ± 25 gram/10 liter air, TSP 300 kg/ha dan KCl 200
kg/ha. N diberikan dua kali, setengah takaran pada waktu tanam dan yang
setengahnya lagi pada umur 30 hari setelah tanam. Apabila ternyata nanti
pertumbuhan tanaman kurang subur, dapat dipertimbangkan untuk memberi
pupuk N susulan dengan takaran sekitar 125 kg/ha, interval sekitar 30 hari
dan dihentikan 30 hari sebelum panen. Pupuk P diberikan sekali pada waktu
tanam, sedangkan pupuk K diberikan dua kali, setengah takaran pada waktu
tanam dan setengah lagi pada umur 30 hari setelah tanam.
3.4.6. Pengairan dan Penyiraman
Pada fase awal pertumbuhan, sebaiknya penyiraman dilakukan rutin
dan intensif 1-2 kali sehari, terutama di musim kemarau. Waktu yang paling
baik untuk menyiram tanaman bayam adalah pagi atau sore hari, dengan
22
menggunakan alat bantu gembor (emrat) agar air siramannya merata.
3.4.7. Waktu Penyemprotan Pestisida
Jenis pestisida yang digunakan untuk tanaman bayam adalah Dithane
M-45 dengan dosis
1,5-2 gram/liter air, Ambush 2 EC atau Lannate 2 EC dengan
konsentrasi 2 gram per liter air. Penyemprotan dilakukan dengan
menggunakan alat penyemprot berupa tangki sprayer. Cara penyemprotan
yaitu jangan dilakukan ketika angin bertiup kencang dan jangan menentang
arah datangnya angin. Jangan melakukan penyemprotan pada saat akan hujan
dan sebaiknya dicampurkan bahan perekat. Waktu penyemprotan dilakukan
pada pagi hari benar atau sore hari ketika udara masih tenang. Hal tersebut
untuk menghindari matinya lebah atau serangga lainnya yang
menguntungkan.
23
3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Serangga ulat daun (Spodoptera Plusia Hymenia)
Gejala: daun berlubang-lubang. Pengendalian: pestisida/cukup
dengan menggoyangkan tanaman.
b. Serangga kutu daun (Myzus persicae Thrips sp.)
Gejala: daun rusak, berlubang dan layu. Pengendalian:
pestisida/cukup dengan menggoyangkan tanaman.
c. Serangga tungau (Polyphagotarsonemus latus)
Gejala: daun rusak, berlubang dan layu. Pengendalian:
pestisida/cukup dengan menggoyangkan tanaman.
d. Serangga lalat (Liriomyza sp.)
Gejala: daun rusak, berlubang dan layu. Pengendalian:
pestisida/cukup dengan menggoyangkan tanaman.
3.5.2. Penyakit
a. Rebah kecambah
Penyebab: cendawan Phytium sp. Gejala: menginfeksi batang daun
maupun batang daun. Pengendalian: Fungisida
Busuk basah
Penyebab: cendawan Rhizoctonia sp. Gejala: adanya bercak-bercak
putih. Pengendalian:
sama dengan pengendalian penyakit rebah kecambah. a.
b. Karat putih
Penyebab: cendawan Choanephora sp. Gejala: menginfeksi batang
daun dan daunnya. Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit rebah
kecambah.
3.5.3. Gulma
24
Jenis gulma: rumput-rumputan, alang-alang. Ciri-ciri: tumbuh
mengganggu tanaman budidaya. Gejala: lahan banyak ditumbuhi pemila liar.
Pencegahan: herbisida
3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri bayam cabut siap panen adalah umur tanaman antara 25-35
hari setelah tanam. Tinggi tanaman antara 15-20 cm dan belum berbunga.
Waktu panen yang paling baik adalah pagi atau sore hari, saat suhu udara
tidak terlalu tinggi.
3.6.2. Cara Panen
Cara panennya adalah dengan mencabut seluruh bagian tanaman
dengan memilih tanaman yang sudah optimal. Tanaman yang masih kecil
diberi kesempatan untuk tumbuh membesar, sehingga panen bayam identik
dengan penjarangan.
3.6.3. Periode Panen
Panen pertama dilakukan mulai umur 25-30 hari setelah tanam,
kemudian panen berikutnya adalah 3-5 hari sekali. Tanaman yang sudah
berumur 35 hari harus dipanen seluruhnya, karena bila melampaui umur
tersebut kualitasnya menurun atau rendah; daun- daunnya menjadi kasar dan
tanaman telah berbunga.
D. BUDIDAYA MENTIMUN.1.1. Sejarah Singkat
Mentimum adalah salah satu jenis sayur-sayuran yang dikenal di
hampir setiap negara. Tanaman ini berasal dari Himalaya di Asia Utara. Saat
ini, budidaya mentimum sudah meluas ke seluruh baik wilayah tropis atau
subtropis. Mentimun memiliki berbagai nama daerah seperti timun (Jawa),
bonteng (jawa barat), temon atau antemon (Madura), ktimun atau antimun
(Bali), hantimun (lampung) dan Timon (Aceh).
1.2. Sentra Penanaman
25
Pusat penanaman mentimun di Indonesia adalah Jawa Barat, DI
Aceh, Bengkulu, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Pada tahun 1991, semua
propinsi di Indonesia kecuali Timor Timur telah membudidayakan mentimun.
Pada tahun 1991, luas areal panen mentimum nasional 55.792 ha dengan
produksi 268.201 ton. Pada tahun 1994 luas panen menurun menjadi 53.438
ha dengan sedikit pengingkatan produksi menjadi 280.934 ton. 65.57%
mentimum diproduksi di Pulau Jawa.
1.3. Jenis Tanaman
Klasifikasi botani tanaman mentimun adalah sebagai berikut:
a) Divisi : Spermatophyta
b)
Sub divisi :
A
ngiosperma
e c) Kelas :
D
icotyledona
e
d)
Keluarga :
C
ucurbitacea
e e) Genus
: Cucumis
f) Spesies : Cucucmis sativus L.
Jenis mentimun yang berkembang di daerah adalah kultivar lokal
seperti Dawuan kasokandel, Brebes, Kairo, Haji Kairo, Madura I, Madura II
dan Mentimun Suri. Kultivar lokal unggul adalah jenis Venus yang benihnya
dihasilkan melalui teknologi pembenihan sehingga memiliki keunggulan
yaitu berumur genjah/pendek, dipanen pada umur 22 hari dengan produksi 50
ton/ha.
1.4. Manfaat Tanaman
26
Buah ini mengandung mineral seperti kalsium, fosfor, kalium dan besi
di samping vitamin A, B dan C. Mentimun muda dijadikan sayuran mentah atau
bahan makanan yang diawetkan seperti acar. Buah mentimum dimanfaatkan
untuk perawatan kecantikan dan untuk pengobatan tradisional untuk
memperlancar buang air kecil dan menurunkan darah tinggi.
II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
Di daerah tropis, mentimun dapat ditanam di dataran rendah sampai
dataran tinggi karena daya adaptasi tanaman pada berbagai iklim cukup tinggi.
Untuk pertumbuhan yang optimum diperlukan iklim kering, sinar matahari
yang cukup (tidak ternaungi), temperatur 1,1-26,7 derajat C dan tidak banyak
hujan.
2.2. Media Tanam
Hampir semua jenis tanah cocok untuk ditanami mentimun.
Untuk tujuan komersil, sebaiknya lahan yang dilipih adalah lahan yang
subur, gembur, banyak mengandung humus, tata air baik, tanah mudah
meresapkan air, pH tanah antara 6-7.
2.3. Ketinggian Tempat
Mentimun lokal lebih cocok ditanam di dataran rendah dan biasanya
merupakan tanaman yang diikutkan dalam pola pergiliran tanaman.
Sebaliknya, mentimun hibrida introduksi lebih baik ditanam di dataran rendah
pada ketinggian 1.000-1.200 meter dpl.
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Memperbanyak tanaman mentimun dilakukan dengan biji. Benih dapat
ditanam langsung di lubang tanam sebanyak 3 benih/lubang atau dengan sistem
semai yang dapat menghemat benih. Benih mentimun unggul dan hibrida
27
introduksi dapat diberli di toko sarana produksi tani. Benih yang dibeli harus
memiliki daya kecambah > 80% dan belum kadaluarsa. Berbeda dengan benih
lokal, benih ini tidak dapat dibenihkan kembali.
3.1.2. Penyiapan Benih
Mentimun varitas lokal dapat dibenihkan kembali dengan cara:
a) Pilih buah yang matang pohon, sehat dan
bentuknya sempurna.
b) Belah menjadi dua, keluarkan bijianya.
c) Keringkan biji sampai kadar airnya 12%.
d) Pilih biji yang baik (tidak keriput, bernas) dan simpan di wadah
tertutup.
3.1.3. Teknik Penyemaian Benih
Untuk menghemat benih sebaiknya benih disemaikan dulu di dalam
polibag ukuran 8x10 cm. Sebelum disemai, benih direndam di dalam air hangat
55-60 derajat C selama 30 menit atau dibungkus dengan handuk basah selama 12
jam. Media tumbuh berupa campuran tanah halus dan pupuk kandang matang
yang halus dengan perbandingan 7:3. Sebelum disemai benih dikecambahkan
dulu dengan cara meletakkan benih di kain basah yang diletakkan di atas plastik,
kemudian plastik dan kain itu digulung. Biarkan 12 jam dan setiap benih yang
berkecambah dipindahkan ke dalam polibag sedalam 0,5-1 cm.
3.1.4. Pemeliharaan Bibit
Polybag ditempatkan di bawah naungan plastik bening dan bibit
disiram setiap dua kali sehari. Setelah berumur 12-20 hari atau berdaun 3-4
helai, bibit dipindahkan ke kebun.
3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan
a. Bersihkan lahan dari gulma, rumput, pohon yang tidak diperlukan.
28
b. Tanah diolah dengan bajak/cangkul sedalam 30-35 cm sambil
membalikkan tanah. c. Biarkan 2 minggu.
d. Olah kembali tanah sambil membuat:
29
1. bedengan dengan lebar 120 cm, tinggi 30-40 cm dan jarak antar
bedengan 30 cm, atau
2. guludan dengan lebar bawah 60-80 cm dan lebar atas 40-60 cm,
jarak antar guludan 30 cm.
e. Tambahkan pupuk kandang dengan cara:
1. Mencampurkan 10-20 ton/ha pupuk kandang (mentimun lokal)
atau 20-30 ton/ha (mentimun hibrida) dengan tanah sedalam 30 cm.
2. Menambahkan 0,5 kg pupuk kandang ke dalam lubang tanam
berukuran
40x40x40 cm.
f. Rapikan bedengan/guludan.
3.2.2. Pengapuran
Jika pH tanah < 6, lakukan pengapuran dengan kalsit atau dolomit
dengan dosis 1-2 ton/ha. Banyaknya kapur yang diberikan tergantung dari pH
tanah awal dan kandungan Aluminium di dalam tanah. Kapur dicampur merata
dengan tanah sedalam 30 cm pada saat pengolahan tanah pertaman (sebelum
dibiarkan 2 minggu).
3.3. Teknik Penanaman
Waktu tanam terbaik adalah pada akhir musim hujan atau pada
musim kemarau. Penanaman dapat dilakukan dengan cara memakai benih
atau bibit dari persemaian.
3.3.1. Penanaman dengan memakai Benih
a) Buat lubang tanam dengan tugal dengan jarak tanam 100 cm
antar barisan dan 50 dalam barisan.
b) Tanam 2-3 benih mentimun dan tutup dengan tanah tipis, sirami
permukaan bedengan. Benih akan tumbuh setelah 3-5 hari.
3.3.2. Penanaman dengan memakai Bibit
a. Tambahkan pupuk dasar berupa urea, SP-36 dan KCl masing-
masing 150 kg/ha, kecuali untuk mentimun hibrida asal Taiwan berupa 150 -
225 kg/ha urea, 160-240 kg/ha SP-36 dan 150-200 kg/ha KCl. Pupuk
30
dicampur merata dengan tanah bedangan/guludan.
b. Buat lubang tanam sedalam 20 cm dengan cangkul pada
jarak 100 x 50 cm.
c. Siram bibit dalam polibag dengan air, terutama jika
tanahnya agak kering.
d. Keluarkan bibit bersama medianya dari polibag.
e. Tanamkan bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar batang.
3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1 Penyulaman dan Penjarangan
Penyulaman dilakukan sampai hari ke 15 dan jangan sampai
terlambat. Tanaman yang tumbunnya tidak baik dicabut dan tanaman baru
ditanam pada lubang yang sama. Pada sistem tanam dengan benih, di tiap
lubang hanya disisakan satu tanaman yang terbaik.
3.4.2. Penyiangan
Penyiangan disesuaikan dengan pertumbuhan gulma dan pada waktu
pemupukan.
3.4.3. Pemasangan Ajir/Turus
Turus dipasang sekitar 5 hari setelah tanam (hst) untuk merambatkan
tanaman. Ajir dibuat dari bambu yang dibelah atau tali rafia. Untuk mentimun
lokal biasany empat turus dipasang di sudut-sudut tanamn dan disatukan
dengan ujung atasnya. Untuk mentimun hibrida dipasang ajir tunggal pada
musim kemarau dan ajir ganda pada musim hujan.
3.4.4. Pemangkasan/Perempalan
Daun yang terlalu lebat harus dipangkas, biasanya dilakukan 3 minggu
setelah tanam pada pagi atau sore hari.
3.4.5. Pemupukan
31
a. Mentimun lokal
Pempukan dilakukan pada waktu tanaman berumur 1 bulan berupa 100
kg/ha urea, 200 kg/ha ZA, 100 kg/ha TSP dan 100 kg/ha KCl. Pupuk dimasukkan
ke dalam larikan atau lubang tanah di sekeliling tanaman sejauh 15 cm dari
batang.
b. Mentimun hibrida
Jenis ini sangat responsif terhadap pemupukan. Adapun jenis
dan waktu pemupukan untuk tanaman mentimun hibrida Jepang (kg/ha)
adalah sebagai berikut:
a. Pupuk Kandang: pupuk dasar=20.000 kg.
b. Urea: pupuk dasar=150 kg; susulan I=150 kg; susulan II=300 kg;
susulan
III=250 kg.
c. SP-36: pupuk dasar=150 kg; susulan I=100 kg; susulan II=250 kg.
KCl: pupuk dasar=150 kg; susulan I=100 kg; susulan II=100 kg; susulan
III=250 kg. Sedangkan jenis pupuk dan waktu pemupukan untuk mentimun
hibrida Taiwan (kg/ha) adalah:
a. Pupuk kandang: pupuk dasar=20.000-30.000 kg.
b. Urea: pupuk dasar=150-225 kg; susulan I=50-75 kg; susulan II=100-
150kg; susulan III=100-150 kg; susulan IV=100-150
kg.
c. SP-36: pupuk dasar = 60-240 kg; susulan I=40-60 kg; susulan II=40-
60 kg.
d. KC: pupuk dasar=150-200 kg; susulan I=50 kg; susulan III=50-100
kg.
Catatan: pemupukan susulan I dilakukan 3-5 hari setelah tanam (hst);
susulan II dilakukan 10 hst; susulan III dilakukan setelah tanaman berbunga
dan susulan IV pada saat panen pertama. Pupuk lebih baik diberikan dalam
bentuk larutan dan disiramkan pada jarak 10-15 cm dari batang daripada
disebar di dalam larikan atau di dalam lubang pupuk.
3.4.6. Pengairan dan Penyiraman
Pada masa awal pertumbuhan pengairan rutin dilakukan setiap pagi
dan sore hari dengan cara di siram atau menggenangi lahan selama 15 menit.
Selanjutnya pengairan hanya dilakukan jika diperlukan dan diintensifkan
32
kembali pada masa pembungaan dan pembuahan.
3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Oteng-oteng (Aulocophora similis Oliver)
Kumbang daun ini berukuran 1 cm dengan sayap kuning polos.
Gejala: merusak dan memakan daging daun sehingga daun bolong; pada
serangan berat, daun tinggal tulangnya. Pengendalian: dengan insektisida
Lannate L. atau Sevin 85 S.
b. Lalat buah (Dacus cucurbitae Coq.)
Lalat dewasa berukuran 1-2 mm. Lalat menyerang mentimun muda
untuk bertelur, Gejala: memakan daging buah sehingga buah abnormal dan
membusuk. Pengendalian: dengan insektisida Malathion WP.
33
c. Kutu daun (Aphis gossypii Clover)
Kutu berukuran 1-2 mm, berwarna kuning atau kuning
kemerahan atau hijau gelap sampai hitam. Gejala: menyerang pucuk
tanaman sehingga daun keriput, kerititing dan menggulung. Kutu ini
juga penyebar virus. Pengendalian: dengan insektisida Perfekthion 40
EC.
3.5.2 penyakit
a. Busuk daun (Downy mildew )
Penyebab: Pseudoperonospora cubensis Berk et Curt. Menginfeksi
kulit daun mentimum pada kelembaban udara tinggi, temperatur 16-22 derajat
C dan berembun atau berkabut. Gejala: daun berbercak kunign dan berjamur,
warna daun akan menjadi coklat dan busuk. Pengendalian: dengan Fungisida
Mankozeb atau Zineb.
b. Penyakit tepung (Powdery mildew )
Penyebab: Erysiphe cichoracearum. Berkembang jika tanah
kering di musim kemarau dengan kelemaban tinggi. Gejala: permukaan
daun dan batang muda ditutupi tepung putih, kemudian berubah menjadi
kuning dan mengering. Pengendalian: dengan fungisida berbahan aktif
benomyl atau karbendazim.
c. Antraknose
Penyebab: cendawan Colletotrichum lagenarium Pass. Gejala: bercak-
bercak coklat pada daun. Bentuk bercak agak bulat atau bersudut-sudut dan
menyebabkan daun mati; gejala bercak dapat meluas ke batang, tangkai dan
buah. Bila udara lembab, di tengah bercak terbentuk massa spora berwarna
merah jambu. Pengendalian:
dengan fungisida berbahan aktif karbendazim
atau mankozeb. d. Bercak daun bersudut
Penyebab: cendawan Pseudomonas lachrymans. Menyebar pada saat
musim hujan. Gejala: daun berbercak kecil kuning dan bersudut; pada serangan
berat seluruh
daun yang berbercak berubah menjadi coklat muda kelabu,
mengering dan berlubang. Pengendalian: dengan bakterisida berbahan aktif
Streptomycin atau Oksitetracyclin.
e. Layu bakteri
Penyebab: Erwinia tracheiphila. Penyakit disebarkan oleh kumbang
mentimun. Gejala: satu daun layu, kemudian seluruh daun layu secara
34
mendadak dan tamaman mati; jika dipotong, pangkal batang yang layu
mengeluarkan lendir putih kental dan lengket. Pengendalian: dengan
bakterisida streptomycin.
f. Virus.
Penyebab: Cucumber Mosaic Virus, CMV, Potato virus mosaic, PVM;
Tobacco Etch Virus, TEV; otato Bushy Stunt Virus (TBSV); Serangga vektor
adalah kutu daun Myzus persicae Sulz. dan Aphis gossypii Glov. Gejala: daun
menjadi belang hijau tua dan hijau muda, daun berkerut, tepi daun menggulung,
tanaman kerdil. Pengendalian: dengan mengendalikan serangga vektor,
mengurangi kerusakan mekanis, mencabut tanaman sakit dan rotasi dengan
famili bukan Cucurbitaceae.
g. Kudis (Scab)
Penyebab: cendawan Cladosporium cucumerinum Ell.et Arth.
Terjadi pada buah mentimun muda. Gejala: ada bercak basah yang
mengeluarkan cairam yang jika mengering akan seperti karet; bila
menyerang buah tua, terbentuk kudis yang bergabus. Pengendalian: dengan
fungisida Ditiokarbamat
h. Busuk buah
Penyebab: cendawan (1) Phytium aphinadermatum (Edson) Fizt.; (2)
Phytopthora sp., Fusarium sp.; (3) Rhizophus sp., (4) Erwinia carotovora pv.
Carotovora. Infeksi terjadi di kebun atau di tempat penyimpanan. Gejala: (1)
Phytium aphinadermatum: buah busuk basah dan jika ditekan, buah pecah; (2)
Phytopthora: bercak agak basah yang akan menjadi lunak dan berwarna coklat
dan berkerut; (3) Rhizophus: bercak agak besah, kulit buah lunak ditumbuhi
jamur, buah mudah pecah; (4) Erwinia carotovora: buah membusuk, hancur
dan berbau busuk. Pengendalian: dengan menghindari luka mekanis,
penanganan pasca panen yang hati-hati, penyimpanan dalam wadah bersih
dengan suhu antara 5-7 derajat C.
35
3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur Panen
Buah mentimun muda lokal untuk sayuran, asinan atau acar
umumnya dipetik 2-3 bulan setelah tanam, mentimun hibrida dipanen
42 hari setelah tanam Mentimun Suri dipanen setelah matang.
3.6.2. Cara Panen
Buah dipanen di pagi hari sebelum jam 9.00 dengan cara
memotong angkai buah dengan pisau tajam.
3.6.3. Periode Panen
Mentimun sayur dipanen 5-10 hari sekali tergantung dari
varitas dan ukuran/umur buah yang dikehendaki.
3.6.4. Perkiraan Produksi
Mentimun lokal: 0,9-1.6 kg/tanaman dengan 4-5
buah/tanaman; mentimun hibrida: 10 kg/tanaman dengan jumlah
buah 10-12/tanaman. Budidaya yang intensif akan menghasilkan >
20 ton/ha.
36
BAB III. BAHAN DAN METODA
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di Lahan Percobaan setiap hari
Sabtu pada Pukul 07:30 WIB di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Andalas.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah
alat tulis , alat untuk dokumentasi , cangkul,parang,tali.
3.3 Cara Kerja
3.3.2 Praktikum Lapangan
Pelaksanaan praktikum lapangan ini di awali dengan pembukaan
lahan untuk penanaman, dengan menggunakan cangkul. lalu setelah lahan
dibuka diamkan selama 1 minggu. setelah itu bersihkan gulma2 yang berada
disekitar Lahan. Lalu setelah itu buat batasan bedengan antar kelompok.
setelah itu buat bedengan dengan ukuran yang telah ditetapkan, buat
bedengan dengan rapi dan tidak rencong. setelah bedengan siap siram
bedengan tersebut agar subur. lalu minggu selanjutnya di beri pupuk
kandang dengan dosis yang sesuai takaran. minggu selanjutnya diberi bibit
yang akan ditanam, sebelum ditanam di ukur jarak antar tanaman agar tidak
terlalu rapat saat tumbuh nanti, setelah itu masukkan benih yang akan
ditanam, jangan terlalu dalam dimasukkan benih agar tidak rusak.Lalu tutup
dan kemudian disiram setiap hari agar cepat tumbuh. Pengamatan dilakukan
tiap minggu untuk melihat pertumbuhan dari tanaman tersebut.
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.1.1 Tabel 1 hasil pengamatan tanaman Mentimun
Minggu Ke Jumlah Daun Tinggi Batang Lebar DaunI - - -II 3 4,5 1III 6 6 3IV 8 8 4VII 12 70 10
4.1.2 Tabel 2 hasil pengamatan tanaman Kangkung
Minggu Ke Jumlah Daun Tinggi Batang Lebar DaunI - - -III 4 3 0,3IV 5 7,4 0,9VI 10 12,5 1,5VII >10 15 2,3
4.1.3 Tabel 3 hasil pengamatan tanaman Bayam
Minggu Ke Jumlah Daun Tinggi Batang Lebar DaunI - - -II 5 0,2 0,7III 8 7 1IV 13 10 2,7VII >17 19 4
4.2 PEMBAHASAN
Dari data yang telah diapatkan diatas terdapat keragaman dalam tiap
minggu di setiap jenis tanaman. Keragaman tersebut membuktikan bahwa
penyerapan dan perebutan nutrisi sangat terjadi.
Dalam bercocok tanam, terdapat beberapa pola tanam agar efisien dan
memudahkan kita dalam penggunaan lahan, dan untuk menata ulang kalender
penanaman. Pola tanam sendiri ada tiga macam, yaitu : monokultur, polikultur
(tumpangsari), dan rotasi tanaman. Ketiga pola tanam tersebut memiliki nilai
plus dan minus tersendiri. Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem
produksi tanaman. Dengan pola tanam ini berarti memanfaatkan dan
38
memadukan berbagai komponen yang tersedia (agroklimat, tanah, tanaman,
hama dan penyakit, keteknikan dan sosial ekonomi). Pola tanam di daerah
tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun selama 1 tahun dengan
memperhatikan curah hujan (terutama pada daerah/lahan yang sepenuhnya
tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yang ditanampun perlu
disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan.
Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dalam waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-
barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau
lebih jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah
atau bisa juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda.
39
DAFTAR PUSTAKA
Hadisoeganda, A. Widjaja W. 1996. Bayam Sayuran Penyangga Petani di Indonesia. Monograf No. 4. BPPP. Lembang, Bandung.
Prasojo, B. Joko. 1984. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rahardi, F., CS. 1993. Agribisnis Tanaman Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rukmana, Rahmat. 1994. Bayam Bertanam & Pengolahan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.
Setiawan, Ade Iwan. 1995. Sayuran Dataran Tinggi Budidaya dan Pengaturan Panen. Penebar Swadaya. Jakarta.
40
41
42
43
44
45