LAPAS RADIOLOGI

52
REFLEKSI KASUS ANKYLOSING SPONDILITIS OLEH : Henny Harianty 01.208.5668 Indah Mustika Dewi 01.208.5678 Maya Mareta 01.208.5709

description

radiologi

Transcript of LAPAS RADIOLOGI

Page 1: LAPAS RADIOLOGI

REFLEKSI KASUS

ANKYLOSING SPONDILITIS

OLEH :

Henny Harianty 01.208.5668

Indah Mustika Dewi 01.208.5678

Maya Mareta 01.208.5709

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2013

Page 2: LAPAS RADIOLOGI

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS RADIOLOGI

Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan klinis Bagian Ilmu Radiologi

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung

Nama : Henny Harianty 01.208.5668

Indah Mustika Dewi 01.208.5678

Maya Mareta 01.208.5709

Judul : Laporan Kasus Pasien dengan Ankylosing Spondilitis

Bagian : Ilmu Radiologi

Fakultas : Kedokteran Unissula

Pembimbing : dr. Bambang Satoto, Sp. Rad.

Telah diajukan dan disahkan

Semarang, Februari 2013

Pembimbing

Dr. Bambang Satoto, Sp. Rad

ii

Page 3: LAPAS RADIOLOGI

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 3

2.1 ANATOMI VERTEBRA ......................................................... 3

2.2 ANKYLOSIS SPONDILITIS................................................... 12

2.2.1 Definisi ......................................................................... 12

2.2.2 Epidemiologi ................................................................ 13

2.2.3 Patofisiologi .................................................................. 13

2.2.4 Gambaran klinis daerah yang terkena .......................... 13

2.2.5 Diagnosis ...................................................................... 16

2.2.6 Penegakan diagnosis radiologi ..................................... 18

2.2.7 Medikasi........................................................................ 23

2.2.8 Prognosis....................................................................... 23

BAB III LAPORAN KASUS......................................................................... 25

3.1. Identitas Penderita .................................................................. 25

3.2. Anamnesa ............................................................................... 25

3.3. Diganosa .............................................................................. 25

3.4. Pemeriksaan Penunjang ......................................................... 26

BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................. 28

BAB V KESIMPULAN ................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 30

iii

Page 4: LAPAS RADIOLOGI

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang

Ankylosing Spondylitis (spinal osteoarthritis) adalah suatu gangguan

degeneratif yangdapat menyebabkan hilangnya struktur dan fungsi normal

tulang belakang. Proses vical,thoracal, dan atau lumbal dari tulang belakang

memngaruhi diskus intervertebralis danfacet join.

Spondylosis mempengaruhi 0,1-1,0 % dari populasi dunia. Penyakit ini

paling umumpada orang Eropa utara dan paling lazim banyak ditemukan di

Afrika.

Ankylosing spondylosi dihubungkan dengan genetic umum ( antigen

leukosit manusia / HLA). HLA B 27 dan proses patologi pada umumnya.

Kasus Spondylitis pertama kalididokumentasikan pada tahun1691.

Pasien ankylosing spondylitis cenderung memiliki tubuh condong ke

depan, danberpostur menekuk ke depan karena gravitasi. Tulang belakang

bisa dikoreksi melaluiprosedur pembedahan kompleks yang berisiko cedera

neurologis.

Ankylosing spondylitis juga merupakan penyakit rematik sistemik yang

dapatmenyebabkan peradangan sendi dan organ-organ lain, seperti jantung,

paru-paru, danginjal. Ankylosing spondylitis paling umum pada pria usia

muda.

1

Page 5: LAPAS RADIOLOGI

2

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui cara

mendiagnosa terutama secara radiologis dan mengelola pasien dengan tepat

berdasarkan data yang diperoleh dari anamnesa dan pemeriksaan penunjang

pada pasien ankylosing spondilitis.

1.3 Manfaat

Dengan penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

media belajar bagi mahasiswa klinik sehingga dapat mendiagnosa terutama

secara radiologis dan mengelola pasien dengan permasalahan seperti pada

pasien ini secara komprehensif.

Page 6: LAPAS RADIOLOGI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Vertebra

Tulang vertebra terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang servikal, 12 buah

tulang torakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sakral. Tulang servikal,

torakal dan lumbal masih tetap dibedakan sampai usia berapapun, tetapi

tulang sakral dan koksigeus satu sama lain menyatu membentuk dua tulang

yaitu tulang sakum dan koksigeus. Kolumna vertebralis mempunyai lima

fungsi utama, yaitu:

(1) menyangga berat kepala dan dan batang tubuh

(2) melindungi medula spinalis

(3) memungkinkan keluarnya nervi spinalis dari kanalis spinalis

(4) tempat untuk perlekatan otot-otot

(5) memungkinkan gerakan kepala dan batang tubuh

Tulang vertebra secara gradual dari cranial ke caudal akan membesar

sampai mencapai maksimal pada tulang sakrum kemudian mengecil sampai

apex dari tulang  koksigeus. Struktur demikian dikarenakan beban yang harus

ditanggung semakin membesar dari cranial hingga caudal sampai kemudian

beban tersebut ditransmisikan menuju tulang pelvis melalui articulatio

sacroilliaca. Korpus vertebra selain dihubungkan oleh diskus intervertebralis

juga oleh suatu persendian sinovialis yang memungkinkan fleksibilitas tulang

punggung, kendati hanya memungkinkan pergerakan yang sedikit untuk

3

Page 7: LAPAS RADIOLOGI

4

mempertahankan stabilitas kolumna vertebralis guna melindungi struktur

medula spinalis yang berjalan di dalamnya. Stabilitas kolumna vertebralis

ditentukan oleh bentuk dan kekuatan masing-masing vertebra, diskus

intervertebralis, ligamen dan otot-otot .

Vertebra lumbalis terletak diregio punggung bawah antara regio torakal

dan sakrum. Vertebra pada regio ini ditandai dengan korpus vertebra yang

berukuran besar, kuat dan tiadanya costal facet. Vertebra lumbal ke 5 (VL5)

merupakan vertebra yang mempunyai pergerakan terbesar dan menanggung

beban tubuh bagian atas.

Setiap vertebra lumbal dibagi atas 3 set elemen fungsional yaitu :

a. Elemen anterior atau korpus vertebra

Merupakan komponen utama dari kolumna vertebralis. Berfungsi untuk

mempertahankan diri dari beban kompresi yang tiba pada kolumna

vertebra bukan saja dari berat badan, tetapi juga dari kontraksi otot-otot

punggung.

b. Elemen posterior

Elemen posterior berfungsi untuk mengatur kekuatan pasif dan aktif yang

mengenai kolumna vertebralis dan juga mengatur gerakannya. Prosesus

artikularis memberikan mekanisme locking yang menahan tergelincirnya

ke depan dan terpilinnya korpus vertebra. Prosesus spinosus, transversus,

mamilaris dan aksesorius menjadi tempat melekatnya otot sekaligus

menyusun pengungkit untuk memperbesar kerja otot-otot tersebut.

Lamina merambatkan kekuatan dari prosesus spinosus dan prosesus

Page 8: LAPAS RADIOLOGI

5

artikularis superior ke pedikel sehingga ia rentan terhadap trauma seperti

fraktur pars artikularis.

c. Elemen tengah

Elemen tengah terdiri dari pedikel. Pedikel berfungsi menghubungkan

elemen posterior dan anterior, memindahkan kekuatan yang mengontrol dari

elemen posterior ke anterior.

Vertebra sakrum merupakan tulang yang berbentuk segitiga dan

merupakan fusi dari kelima segmen vertebra segmen sakral. Sakrum berperan

dalam stabilisasi dan kekuatan dari pelvis serta mentransmisikan berat badan

tubuh ke pelvis .

Persendian pada kolumna vertebralis ada 2 yaitu persendian antara 2

korpus vertebra (amphiarthrodial) dan antara 2 arkus vertebra (arthrodial).

Persendian ini membentuk apa yang disebut motion segmen .Persendian

antara 2 vertebra disebut persendian amfiartrodial dimana permukaan tulang

dihubungkan baik oleh fibrokartilago diskus atau oleh ligamen interoseus,

sehingga pergerakan menjadi terbatas tetapi bila keseluruhan vertebra

bergerak maka rentang gerakan dapat diperhitungkan.

Persendian amfiartrodial melibatkan komponen-komponen sebagai

berikut:

a. Diskus intervertebralis

Diskus intervertebralis merupakan suatu bantalan penghubung

antar dua korpus vertebra yang di desain untuk menahan beban peredam

Page 9: LAPAS RADIOLOGI

6

getaran (shock absorbers) selama berjalan, melompat, berlari dan

memungkinkan terjadinya gerakan kolumna vertebralis.

Diskus intervertebralis terdiri dari 3 komponen yaitu :

1)   Nukleus sentralis pulposus gelatinous

Nukleus pulposus terdiri dari matrik proteoglikans yang

mengandung sejumlah air (±80%), semitransparan, terletak ditengah

dan tidak mempunyai anyaman jaringan fibrosa.

2)  Anulus fibrosus yang mengelilingi nukleus pulposus

Anulus fibrosus merupakan suatu cincin yang tersusun oleh

lamellae fibrocartilogenea yang konsentris yang membentuk

circumfereria dari diskus intervertebralis. Cincin tersebut diselipkan

di cincin epifisis pada fasies artikularis korpus vertebra. Serabut-

serabut yang menyusun tiap lamella berjalan miring dari satu

vertebra ke vertebra lainnya, serabut-serabut dari suatu lamella

secara khas berjalan pada sisi kanan menuju yang berdekatan. Pola

seperti ini, walaupun memungkinkan terjadinya suatu gerakan antar

dua vertebra yang berdekatan juga berfungsi sebagai pengikat yang

erat antar dua vertebra tersebut .

3)   Sepasang vertebra endplate yang mengapit nukleus

Sepasang vertebra endplate adalah merupakan permukaan

datar teratas dan terbawah dari suatu diskus intervertebralis.

Fungsi mekanik diskus intervertebralis mirip dengan balon yang

diisi air yang diletakkan di antara ke dua telapak tangan . Bila suatu

Page 10: LAPAS RADIOLOGI

7

tekanan kompresi yang merata bekerja pada vertebra maka tekanan itu

akan disalurkan secara merata ke seluruh diskus intervertebralis. Bila

suatu gaya bekerja pada satu sisi yang lain, nukleus polposus akan

melawan gaya tersebut secara lebih dominan pada sudut sisi lain yang

berlawanan. Keadaan ini terjadi pada berbagai macam gerakan vertebra

seperti fleksi, ekstensi, laterofleksi. Diskus intervertebralis sendiri

merupakan jaringan non innervasi dan non vaskuler sehingga apabila

terjadi kerusakan tidak bisa terdeteksi oleh pasien meskipun sudah

berlangsung dalam waktu lama .

Ligamen longitudinal anterior

Ligamen longitudinal anterior melapisi dan menghubungkan bagian

anterolateral korpus vertebra dan diskus intervertebralis, terbentang dari

permukaan anterior sakrum hingga ke tuberkulum anterior vertebra

servikal 1 dan tulang oksipital di sebelah anterior foramen magnum.

Ligamen ini melekat pada korpus vertebra dan diskus

intervertebralis .Fungsi ligamen anterior tersebut adalah untuk

memelihara stabilitas pada persendian korpus vertebralis dan mencegah

hiperekstensi kolumna vertebralis .

Ligamen longitudinal posterior

Ligamen longitudinal posterior lebih sempit dan lebih lemah dari

ligamen anterior, terbentang dalam kanalis vertebralis di dorsal dari

korpus vertebralis. Ligamen ini melekat pada diskus intervertebralis dan

Page 11: LAPAS RADIOLOGI

8

tepi posterior dari korpus vertebra mulai vertebra servikal 1 sampai

sakrum. Ligamentum ini dilengkapi akhiran saraf nyeri (nociceptor).

Ligamen posterior berperan mencegah hiperfleksi kolumna vertebralis

serta mencegah herniasi diskus intervertebralis .

Persendian antara 2 arkus vertebra (arthrodial) dibentuk oleh

prosesus artikularis superior dari 1 vertebra dengan prosesus artikularis

inferior vertebra di atasnya disebut sebagai zygapophyseal joint/facet

joint atau sendi faset. Arah permukaan sendi faset mencegah/membatasi

gerakan yang berlawanan arah dengan permukaan sendi faset. Di regio

lumbal, sendi fasetnya memiliki arah arah sagital dan medial, sehingga

memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi dan lateral fleksi, namun

tidak memungkinkan terjadinya gerakan rotasi. Pada sikap lordosis

lumbalis (hiperekstensi lumbal) kedua faset saling mendekat sehingga

gerakan kelateral, obique dan berputar terhambat, tetapi pada posisi

sedikit fleksi kedepan (lordosis dikurangi) kedua faset saling menjauh

sehingga memungkinkan gerakan ke lateral berputar.

Ligamen-ligamen yang memperkuat persendian di kolumna

vertebralis regio lumbal adalah :

a.    Ligamen flavum

Ligamen flavum merupakan ligamen yang menghubungkan

lamina dari dua arkus vertebra yang berdekatan. Ligamen ini

panjang, tipis dan lebar diregio servikal, lebih tebal di regio torakal

dan paling tebal di regio lumbal. Ligamen ini mencegah terpisahnya

Page 12: LAPAS RADIOLOGI

9

lamina arkus vertebralis dan juga mencegah terjadinya cidera di

diskus intervertebralis. Ligamen flavum yang kuat dan elastis

membantu mempertahankan kurvatura kolumna vertebralis dan

membantu menegakkan kembali kolumna veretbralis setelah posisi

fleksi. 

b.   Ligamen interspinosus

Ligamen interspinosus merupakan ligamen yang

menghubungkan prossesus spinosus mulai dari basis hingga apex,

merupakan ligamen yang lemah hampir menyerupai membran

c.    Ligamen intertranversus

Ligamen intertranversus adalah ligamen yang

menghubungkan prossesus tranversus yang berdekatan. Ligamen ini

di daerah lumbal tipis dan bersifat membranosa.

d.   Ligamen supraspinosus

Ligamen supraspinosus menghubungkan prosesus spinosus di

daerah apex vertebra servikal ke 7 (VC7) sampai dengan sakrum.

Ligamen ini dibagian kranial bergabung dengan ligamen nuchae.

Ligamen supraspinosus ini kuat, menyerupai tali

Otot punggung bawah dikelompokkan kesesuai dengan fungsi

gerakannya. Otot yang berfungsi mempertahankan posisi tubuh tetap

tegak dan secara aktif mengekstensikan vertebrae lumbalis adalah : m.

quadraus lumborum, m. sacrospinalis, m. intertransversarii dan m.

interspinalis. Otot fleksor lumbalis adalah muskulus abdominalis

Page 13: LAPAS RADIOLOGI

10

mencakup : m. obliqus eksternus abdominis, m. internus abdominis, m.

transversalis abdominis dan m. rectus abdominis, m. psoas mayor dan m.

psoas minor. Otot latero fleksi lumbalis adalah m. quadratus lumborum,

m. psoas mayor dan minor, kelompok m. abdominis dan m.

Intertransversarii. Jadi dengan melihat fungsi otot punggung di bawah

berfungsi menggerakkan punggung bawah dan membantu

mempertahankan posisi tubuh berdiri.

Medulla spinalis dilindungi oleh vertebra. Radik saraf keluar

melalui kanalis spinalis, menyilang diskus intervertebralis di atas

foramen intervertebralis.

Ketika keluar dari foramen intervertebralis saraf tersebut bercabang

dua yaitu ramus anterior dan ramus posterior dan salah satu cabang saraf

tersebut mempersarafi sendi faset. Akibat berdekatnya struktur tulang

vertebra dengan radik saraf cenderung rentan terjadinya gesekan dan

jebakan radik saraf tersebut. Semua ligamen, otot, tulang dan sendi faset

adalah struktur tubuh yang sensitif terhadap rangsangan nyeri, karena

struktur persarafan sensoris. Kecuali ligamen flavum, diskus

intervertebralis dan ligamentum interspinosum, karena tidak dirawat oleh

saraf sensoris. Dengan demikian semua proses yang mengenai struktur

tersebut di atas seperti tekanan dan tarikan dapat menimbulkan keluahan

nyeri. Nyeri punggung bawah sering berasal dari ligamentum

longitudinal anterior atau posterior yang mengalami iritasi. Nyeri

artikuler pada punggung bawah berasal dari fasies artikularis vertebra

Page 14: LAPAS RADIOLOGI

11

beserta kapsul persendiannya yang sangat peka terhadap nyeri. Nyeri

yang berasal dari otot dapat terjadi oleh karena aktivitas motor neuron,

ischemia muscular dan peregangan miofasial pada waktu otot

berkontraksi kuat.

Page 15: LAPAS RADIOLOGI

12

2.2 Ankylosing Spondylitis

2.2.1 Definisi

Ankylosing spondylitis adalah bentuk artritis langka yang

menyebabkan peradangan pada tulang belakang dan sendi-sendi

sakroiliaka.Kondisi ini ditandai dengan kekakuan progresif dari

sekelompok sendi dan ligamen di tulang belakang, menyebabkan rasa

sakit kronis dan gangguan mobilitas tulang belakang.Ketika tulang

belakang pasien menjadi lebih kaku, beberapa fraktur stres kecil dapat

berkembang dan patah tulang ini dapat sangat menyakitkan. Jika

parah, ankylosing spondylitis juga dapat menyebabkan fusi

(penggabungan) ligamen tulang belakang dengan cakram/diskus antar

vertebra.

Page 16: LAPAS RADIOLOGI

13

2.2.2 Epidemiologi

Ankylosing spondylitis menyerang 0,1-0,2% populasi di

Amerika. Sementara di dunia sebanyak 0,1-1,0% populasi. Penyakit

ini menyerang pada pria di banding wanita sebanyak 3:1. Onset

dimulainya penyakit dimulai pada usia dewasa muda sampai usia awal

dewasa. Sementara pada usia lebih dari 45 tahun jarang ditemukan.

2.2.3 Patofisiologi

Ankylosing spondylitis adalah penyakit inflamasi kronis yang

melibatkan sendi sakroiliaka, kerangka aksial, dan sendi

perifer.Etiologinya tidak diketahui tetapi melibatkan interaksi faktor

genetic dan lingkungan.

Patologi utama dari Ankylosing spondylitis adalah proses

peradangan kronis, termasuk CD4, CD8, limfosit T dan makrofag.

Sitokin, terutama tumor necrosis factor-α (TNF-α) dan Transforming

Group Factor-β (TGF-β), juga penting dalam proses inflamasi dengan

menyebabkan fibrosis dan pengerasan di tempat terjadinya

peradangan.

2.2.4 Gambaran Klinis Daerah Yang Terkena

2.2.4.1 Diskus Intervertebralis

Ketika orang menua terjadi perubahan biokimiawi tertentu yang

mempengaruhi jaringan di seluruh tubuh. Pada tulang belakang,

struktur dari diskus intervertebralis (annulus fibrosus,lamellae, dan

nucleus pulposus) mungkin dapat mengalami perubahan biokimiawi

Page 17: LAPAS RADIOLOGI

14

tersebut. Annulus fibrosus tersusun dari 60 atau lebih pita yang

konsentris dari serabut kolagen yang dinamakan lamellae. Nucleus

pulposus adalah suatu bahan seperti gel didalam diskus

intervertebralis yang dibungkus oleh annulus fibrosus.Serabut kolagen

membentuk nukelus bersama dengan air dan proteoglikan.

Efek degeneratif dari penuaan dapat melemahkan struktur dari

annulus fibrosus yang menyebabkan bantalan melebar dan robek. Isi

cairan didalam nucleus menurun sesuai dengan usia, mempengaruhi

kemampuannya untuk melawan efek kompresi (peredam getaran).

Perubahan struktural karena degenerasi dapat mengurangi ketinggian

diskus dan meningkatkan risiko herniasi diskus.

2.2.4.2 Facet Joint

Sendi facet disebut juga dengan zygapophyseal joints.Masing-

masing korpus vertebrae memiliki empat sendi yang bekerja seperti

engsel.Ini adalah persendian tulang belakang yang dapat

menyebabkan ekstensi, fleksi, dan rotasi.Seperti sendi lainnya,

permukaan sendi dari tulang memiliki lapisan yang tersusun dari

kartilago.Kartilago adalah jenis jaringan konektif tertentu yang

memiliki permukaan gesekan rendah karena memiliki lubrikasi

sendiri.Degenerai facet joint menyebabkan hilangnya kartilago dan

pembentukan osteofit.Perubahan ini dapat menyebabkan hipertrofi

atau osteoarthritis, dikenal juga sebagai degenerasi joint disease.

Page 18: LAPAS RADIOLOGI

15

2.2.4.3 Tulang dan ligament

Osteofit dapat terbentuk berdekatan dengan lempeng

pertumbuhan tulang, sehingga dapat mengurangi aliran darah ke

vertebra.Kemudian permukaan pertumbuhan tulamg dapat kaku,

terjadi suatu penebalan atau pengerasan tulang dibawah lempeng

pertumbuhan.Ligament adalah pita dari jaringan ikat yang

menghubungkan struktur tulang belakang dan melindungi dari

hiperekstensi.Namun demikian, perubahan degeneratif dapat

menyebabkan ligament kehilangan kekuatannya.

2.2.4.4 Tulang Cervical

Kompleksitas anatomi dan pergerakan yang luas membuat

segmen ini rentan terhadap gangguan yang berkaitan dengan

perubahan degeneratif.Nyeri leher sering terjadi.Nyeri dapat menjalar

ke bahu ata ke lengan kanan.Ketika suatu osteofit dapat

mengakibatkan kompresi akar syaraf, kelemahan tangan mungkin

tidak disadari. Pada kasus yang jarang, osteofit pada dada dapat

mengakibatkan susah menelan (disfagia).

2.2.4.5 Vertebra Thorakalis

Nyeri yang berkaitan dengan penyakit degeneratif sering dipicu

oleh fleksi kedepan dan hiperekstensi. Pada diskus vertebrae torakalis

nyeri dapat disebabkan oleh fleksi facet join yang hiperekstensi.

Page 19: LAPAS RADIOLOGI

16

2.2.4.6 Vertebra Lumbalis

Spondylosis sering kali mempengaruhi vertebra lumbalis pada

orang diatas usia 40 tahun. Nyeri dan kekakuan badan merupakan

keluhan utama.Biasanya mengenai lebih dari satu vertebrae.Vertebrae

lumbalis menopang sebagian besar berat badan.Oleh karenanya,

gerakan dapat merangsang serabut saraf nyeri pada annulus fibrosus

dan facet joint.Pergerakan berulang seperti mengangkat dan

membungkuk dapat meningkatkan nyeri.

2.3 Diagnosis

2.3.1 Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik menyeluruh mengungkapkan banyak tentang

kesehatan dan keadaan umum pasien. Pemeriksaan termasuk ulasan

terhadap riwayat medis dan keluarga pasien.Palpasi untuk menentukan

kelainan tulang belakang, daerah dengan nyeri tekan, dan spasme otot.

2.3.2 Pemeriksaan neurologis

Pemeriksaan neurologis dengan memeriksa gejala-gejala pasien

termasuk nyeri, kebas, paresthesias, sensasi, motoris, spasme otot,

kelemahan, gangguan perut, dan kandung kemih.Pemeriksaan range of

motion, mengukur tingkatan sampai sejauh mana pasien dapat

melakukan gerak fleksi, ekstensi, miring ke lateral, dan rotasi tulang

belakang.

Page 20: LAPAS RADIOLOGI

17

2.3.3 Pencitraan

Radiografi (x-rays) dapat memperlihatkan berkurangnya diskus

vertebralis dan osteofit. Namun tidak sejelas CT-scan atau MRI.CT-

scan dapat digunakan untuk mengungkap adanya perubahan tulang

yang berhubungan dengan spondylosis.MRI mampu memperlihatkan

kelainan diskus, ligament, dan nervus.

2.3.4 Kriteria Diagnosis

Untuk memudahkan menegakkan diagnosis telah dibuat kriteria-

kriteria tertentu; umumnya berdasarkan atas gejala klinis dan

pemeriksaan radiologis. Kriteria diagnostik pertama yang dibuat

adalah kriteria Roma yang dibuat pada tahun 1961, kemudian disusul

dengan munculnya kriteria New York pada tahun 1966 dan akhirnya

muncul kriteria yang terakhir yaitu kriteria New York yang

mengalami modifikasi pada tahun 1984.

Modifikasi kriteria New York (1984) terdiri dari :

1. Nyeri pinggang paling sedikit berlangsung selama 3 bulan,

membaik dengan olah raga dan tidak menghilang dengan

istirahat.

2. Keterbatasan gerak vertabra lumbal pada bidang frontal rnaupun

sagital.

3. Penurunan relatif derajat ekspansi dinding dada terhadap umur

dan jenis kelamin.

4. Sacroiliitas bilateral grade 2-4.

Page 21: LAPAS RADIOLOGI

18

5. Sacroiliitis unilateral grade 3-4.

Diagnosis ankylosing spondylitis definitif apabila terdapat

sacroiliitis unilateral grade 3-4 atau sacroiliitis bilateral grade 2-4

disertai dengan salah satu gejaia klinis di atas

2.4 Penegakan Diagnosis Radiologi

Radiografi yang paling penting teknik pencitraan untuk deteksi,

diagnosis, dan tindak lanjut pemantauan pasien dengan ankylosing

spondylitis.Morfologi tulang secara keseluruhan dan kalsifikasi halus dan

ossifications bisa ditunjukkan baik secara radiografi. Diagnosis dapat dibuat

jika fitur radiografi khas dari ankylosing spondylitis hadir.

2.4.1 X foto polos:

Sakroiliitis terjadi di awal perjalanan dari ankylosing spondylitis

dan dianggap sebagai ciri dari penyakit.Radiografi, tanda paling awal

adalahkesuraman dari sendi.Sendi awalnya melebar sebelum akhirnya

menyempit.Erosi tulang subchondral di sisi iliaka dari sendi terlihat,

ini diikuti oleh sclerosis subchondral dan proliferasi tulang (lihat

gambar di bawah).

Page 22: LAPAS RADIOLOGI

19

Gambar 2.1. Bilateral sakroiliitis.Radiograf frontal menunjukkan erosi sacroiliac bilateral bersama dan iliaka sclerosis sisi subchondral.

Sakroiliitis yang terlihat di Ankylosing Spondylosis biasanya

bilateral, simetris, dan secara bertahap progresif selama bertahun-

tahun.Lesi menunjukkan perubahan progresif yaitu “blurring” pada

permukaan tulang subchondral menjadi erosi ireguler pada tepi sendi

sakroiliaka (pseudowidening) untuk sclerosis, penyempitan, dan

akhirnya fusi.

Erosi tulang subchondral dari sendi sakroiliaka biasanya terlihat

dini di bagian bawah sendi (karena bagian ini dipagari oleh sinovium)

dan di sisi iliaka (karena tulang kartilago ini meliputi sisi sendi).

Tanda-tanda radiografi Ankylosing Spondylosis adalah akibat

enthesitis, terutama dari anulus fibrosus. Tanda-tanda radiografi awal

termasuk “squaring” dari badan vertebra yang disebabkan oleh erosi

dari margin superior dan inferior, yang mengakibatkan hilangnya

kontur cekung normal dari permukaan anterior badan vertebra (lihat

gambar bawah). Lesi inflamasi pada entheses tulang belakang dapat

mengakibatkan sclerosis dari margin superior dan inferior badan

vertebra, disebut sudut mengkilap (Romanus lesi).

Page 23: LAPAS RADIOLOGI

20

2.4.2 CT SCAN

CT scan dari sendi Sakroiliaka, tulang belakang, dan sendi

perifer dapat mengungkapkan bukti sakroiliitis awal, erosi, dan

enthesitis yang tidak jelas pada radiografi standar. Fitur seperti erosi

sendi, sclerosis subchondral (lihat gambar bawah),dan ankilosis tulang

yang divisualisasikan lebih baik pada CT scan dari pada radiografi,

namunbeberapa varian normal sendi sacroiliaka dapat mensimulasikan

fitur sakroiliitis

Radiograf lateral menunjukkan erosi sudut anterior pada T12 dan L1 tubuh

vertebralis.Tanda sudut khas mengkilap (atau lesi Romanus) hadir (panah).

Gambar. 2.2 Antero posterior radiografi tulang belakang pasien dengan ankylosing spondylitis. Pengerasan fibrosus anulus di

berbagai tingkat dan squaring dari badan vertebra dapat diamati

Page 24: LAPAS RADIOLOGI

21

2.4.3 MRI

MRI mungkin memiliki peran dalam diagnosis awal

sakroiliitis.Deteksi peningkatan sinovial pada MRI ditemukan

berkorelasi dengan aktivitas penyakit, yang diukur dengan penanda

laboratorium inflamasi.MRI telah ditemukan untuk menjadi lebih

unggul CT scan dalam mendeteksi perubahan tulang rawan, erosi

Bilateral sakroiliitis. Aksial CT scan menunjukkan erosi dan iliaka sclerosis sisisubchondral sendi-sendi sacroili

ac

Ektasia dural. Aksial postmyelographic CT scan menunjukkan dural menonjol ektasia dengan scalloping dari vertebra

yang berdekatan.

Page 25: LAPAS RADIOLOGI

22

tulang, dan perubahan tulang subkondral. MRI juga sensitif dalam

penilaian aktivitas penyakit yang relatif dini

MRI lebih sensitif dibandingkan baik radiografi atau CT scan

dalam mendeteksi perubahan awal tulang rawan dan edema sumsum

tulang dari sendi-sendi sacroiliaka.Meskipun sensitif dalam

mendeteksi sakroiliitis, MRI tidak spesifik untuk mendiagnosis

ankylosing spondylitis sebagai penyebab sakroiliitis.

2.4.4 Nuclear Imaging

Skintigrafi tulang mungkin membantu untuk pasien dengan

ankylosing spondylitis yang disarankan dalam temuan foto toraks

Pseudoarthrosis. Sagital T1-tertimbang MRI menunjukkan lesi T11-T12

diskovertebral menonjol (panah) dengan keterlibatan elemen posterior (kepala

panah)

Pseudoarthrosis (pasien yang sama seperti pada gambar

sebelumnya).

Page 26: LAPAS RADIOLOGI

23

normal atau samar-samar.Skintigrafi memiliki sensitivitas yang tinggi

tetapi spesifisitas rendah dalam diagnosis sakroiliitis.

2.5 Medikasi

Tidak ada tindakan pencegahan atau pengobatan definitif

untuk individu dengan Ankylosing spondylosis. Diagnosis dini

dan pendidikan pasien yang tepat adalah penting.Nonsteroidal anti-

inflammatory drugs (NSAIDs) biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri

dan mengurangi peradangan.Pembedahan ini diarahkan untuk resolusi

komplikasi yang berhubungan dengan Ankylosing Spondylosis.Tidak ada

pengobatan bedah kuratif.Pengobatan konservatif berhasil dalam 75% dari

seluruh waktu.

2.6 Prognosis

Hasil pada pasien dengan ankylosing spondylitis umumnya baik

dibandingkan pada pasien dengan rheumatoid arthritis.Pasien sering

Kuantitatif skintigrafi

Page 27: LAPAS RADIOLOGI

24

membutuhkan terapi anti-inflamasi jangka panjang.Cacat fisik parah tidak

umum di antara pasien dengan AS.Masalah dengan mobilitas terjadi pada

sekitar 47% pasien. Cacat ini berkaitan dengan durasi penyakit, perifer

arthritis, tulang belakang keterlibatan serviks, usia yang lebih muda saat onset

gejala, dan penyakit hidup bersama. Kecacatan telah ditunjukkan untuk

meningkatkan dengan jangka waktu latihan atau koreksi bedah keterlibatan

tulang perifer bersama dan serviks

Page 28: LAPAS RADIOLOGI

25

Page 29: LAPAS RADIOLOGI

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Penderita

Nama : Tn. Juharno Heru Warsito

Usia : 59 th

Jenis kelamin : Laki Laki

Alamat : Samirejo RT 02/ RW 04 Dawe, Kudus

3.2. Anamnesa (Aloanamnesa)

Seorang pasien laki-laki dengan usia 59 tahun tahun datang ke Poli

Penyakit Dalam pada tangal 12 Januari 2013. ± 2 hari sebelum pasien dirawat

di Rumah sakit, pasien merasa sakit pada bagian punggung dirasakan sekitar

5 hari. Sakit dirasakan hilang timbul. Rasa sakit berkurang setelah

beristirahat. Dan terasa kelemahan pada daerah pinggang bawah. Selain itu

pasien merasa kesulitan dalam berjalan. Keluhan lain yang dirasa : muntah (-)

, mual (-) , BAB (+) , BAK . Setelah itu pasien kePoli Penyakit Dalam di RS

Islam Sultan Agung pukul 09.01 WIB.

3.3. Diagnosis

Spondilitis

26

Page 30: LAPAS RADIOLOGI

27

3.4. Pemeriksaan Penunjang

3.2.1. Pemeriksaan Radiologi

3.2.1.1. Gambaran thoraks (X-foto thoracolumbal)

Page 31: LAPAS RADIOLOGI

28

3.2.1.2. Pembacaan Hasil Foto Toraks ( Vertebra Thorakolumbal)

Stuktur tulang Parotik.

Alignment baik, tak tampak listesis.

Tampak korpus vertebra thoracal 12 memipih dan

sklerotik.

Pedikel, Proc.Spinosus dan transversus baik.

Tampak Following corpus vertebra thoracolumbal

( Bamboo Spine ).

Tak tampak penyempitan discus dan foramen

interventerbalis.

3.2.1.3. KESAN

KOMPRESI KORPUS VERTEBRA THORACAL 12

GAMBARAN ANKYLOSING SPONDILITIS

DEGENERATIF SPINE DIEASASE

Page 32: LAPAS RADIOLOGI

BAB IV

PEMBAHASAN

Ankylosing Spondylitis (spinal osteoarthritis) adalah suatu gangguan

degeneratif yang dapat menyebabkan hilangnya struktur dan fungsi normal tulang

belakang, sehingga memerlukan diagnosis yang tepat agar tidak terjadi kesalahan

dalam penanganannya. Radiologi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang

yang dibutuhkan dalam kasus ini, karena radiologi dapat memberikan penjelasan

secara gambar tentang letak dari gangguan ini. Dalam kasus ini mendapatkan,

seorang laki-laki umur 59 tahun datang ke Poli Penyakit Dalam RSISA pada

tangal 12 Januari 2013 mengeluhkan pasien merasa sakit hilang timbul pada

bagian punggung yang dirasakan sekitar 5 hari. Rasa sakit berkurang setelah

beristirahat. Dan terasa kelemahan pada daerah pinggang bawah. Selain itu pasien

merasa kesulitan dalam berjalan. Setelah dilakukan pemeriksaan radiologi

didapatkan kesan adanya kompresi korpus vertebra thoracal 12, gambaran

ankylosing spondilitis, digeneratif spine disease.

29

Page 33: LAPAS RADIOLOGI

BAB V

KESIMPULAN

1. Ankylosing spondylitis adalah proses degeneratif yang dapat mengenai

daerah cervical, thoracal, dan lumbal dari tulang belakang dengan

mempengaruhi diskus intervertebralis dan facet joint.

2. Pada pemeriksaan radiografi (x-ray) dapat memperlihatkan berkurangnya

tebal diskus intervertebralis dan tampak adanya osteofit.

3. Pemeriksaan ct-scan dilakukan jika pada x-foto polos tampak

normal. Erosi sendi, sclerosis subchondral, dan ankilosistulang yang divisuali

sasikan lebih baik pada CT scan daripada radiografi.

4. MRI lebih unggul dari CT scan dalam mendeteksi perubahan tulang rawan,

erosi tulang, dan perubahan tulang subkondral. MRI juga sensitif dalam

penilaian aktivitas penyakit yang relatif dini.

30

Page 34: LAPAS RADIOLOGI

REFERENSI

1. Hanson JA, Mirza S. Predisposition for spinal fracture in ankylosing spondylitis. AJR Am J Roentgenol. Jan 2000;174(1):150

2. Wilfred CG Peh, MD, MBBS, FRCP. Imaging in Ankylosing Spondylitis.http://emedicine.medscape.com/article/386639-overview#showall

3. Lawrence H Brent, MD. Ankylosing Spondylitis and Undifferentiated Spondyloarthropathy http://emedicine.medscape.com/article/332945-overview

4. S Craig Humphreys, MD. Ankylosing Spondylitis in Orthopedic Surgeryhttp://emedicine.medscape.com/article/1263287-overview

5. Jennifer H. Jang,Michael M. Ward, Adam N. Rucker, John D. Reveille, John C. Davis, Jr,Michael H. Weisman, and Thomas J. Learch. Ankylosing Spondylitis: Patterns of Radiographic Involvement—A Re-examination of Accepted Principles in a Cohort of 769 Patients. Radiology January 2011 258:192-198; Published online October 22, 2010, doi:10.1148/ radiol.10100426

6. Baraliakos, X., Listing, J., Rudwaleit, M., Sieper, J. and Braun, J. (2009), Development of a radiographic scoring tool for ankylosing spondylitis only based on bone formation: Addition of the thoracic spine improves sensitivity to change. Arthritis Care & Research, 61: 764–771. doi: 10.1002/art.24425

31