Lambda Ganda

download Lambda Ganda

of 15

description

dasar teori spektro lamda ganda

Transcript of Lambda Ganda

PENETAPAN KADAR TABLET PARASETAMOL COFFEIN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV LAMBDA GANDA

A. TUJUAN PERCOBAANUntuk mengetahui cara penetapan kadar tablet parasetamol coffein secara spektrofotometri UV lambda ganda.

B. DASAR TEORISpektrofotometerSpektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding (Khopkar, 1990).Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector vacum phototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu suatu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Sumber sinar tampak yang biasa digunakan pada spektro Visibel adalah lampu Tungsten. Tungsten juga dikenal dengan nama wolfram,tungsten mempunyai titik didih 3422C, titik didih ini merupakan yang tertinggi dibandingkan logam lainnya (Riyadi,2009).Spektrofotometri UV-Visibel merupakan metode spektrofotometri yang didasarkan pada adanya serapan sinar pada daerah ultraviolet (UV) dan sinar tampak (Visibel) dari suatu senyawa. Senyawa dapat dianalisis dengan metode ini jika memiliki kemampuan menyerap pada daerah UV atau daerah tampak. Senyawa yang dapat menyerap intensitas pada daerah UV disebut dengan kromofor, sedangkan untuk melakukan analisis senyawa dalam daerah sinar tampak, senyawa harus memiliki warna (Riyadi,2009).Spektrofotometri derivatif merupakan metode manipulatif terhadap spektra pada spektrofotometri ultraviolet dan cahaya tampak. Pada spektrofotometri konvensional, spektrum serapan merupakan plot serapan (A) terhadap panjang gelombang (). Pada metode spektrofotometri derivatif, plot A lawan , ditransformasikan menjadi plot dA/d lawan untuk derivatif pertama, dan d 2 lawan untuk derivatif kedua, dan seterusnya (Hayun, dkk, 2006).Spektro Visibel digunakan terutama untuk analisa kualitatif, tetapi dapat juga untuk analisa kualitatif. Pada spektrofometer ini, yang digunakan sebagai sumber sinar adalah cahaya tampak (visibel). Cahaya visible termasuk spectrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Sampel yang dapat dianalisa dengan spektrofotometer ini hanya sampel yang memiliki warna. Oleh karena itu, untuk sampel yang tidak memilki warna harus terlebih dulu dibuat berwarna dengan menggunakan reagen spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagen yang digunakan harus betul-betul spesifik hanya bereaksi dengan analat yang akan dianalisa, dan produk yang dihasilkan harus benar-benar stabil. Panjang gelombang untuk spektrofotometri visibel adalah 400-750 nm (Riyadi,2009).Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk terjadinya transisi elektronik. Dengan demikian, spektra ultraviolet dan spektra tampak dikatakan sebagai spektra elektronik. Jika suatu molekul sederhana dikenakan radiasi elektromagnetik maka molekul tersebut akan menyerap radiasi elektromagnetik yang energinya sesuai. Interaksi antara molekul dengan radiasi elektromagnetik ini akan meningkatkan energi potensial elektron pada tingkat keadaan tereksitasi. Apabila pada molekul yang sederhana tadi hanya terjadi transisi elektronik pada satu macam gugus yang terdapat pada molekul, maka hanya akan terjadi satu absorpsi yang merupakan garis spektrum (Riyadi,2009).Pada kenyataannya, spektrum UV Vis yang merupakan korelasi antara absorbansi (sebagai ordinat) dan panjang gelombang (sebagai absis) bukan merupakan garis spektrum akan tetapi merupakan suatu pita spektrum. Terbentuknya pita spektrum UV-Vis tersebut disebabkan oleh terjadinya eksitasi elektronik lebih dari satu macam pada gugus molekul yang sangat kompleks. Terjadinya dua atau lebih pita spektrum UV-Vis diberikan oleh molekul dengan struktur yang lebih kompleks karena terjadi beberapa transisi sehingga mempunyai lebih dari satu panjang gelombang maksimal (Gandjar, 2007).Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert Beer, bila cahaya monokromatik melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian lagi dipancarkan. Transmitans adalah perbandingan intensitas cahaya yang ditransmisikan ketika melewati sampel dengan intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel. Persyaratan hukum Lambert Beer, antara lain: radiasi yang digunakan harus monokromatik, energi radiasi yang diabsorpsi oleh sampel tidak menimbulkan reaksi kimia, sampel (larutan) yang mengabsorpsi harus homogen, tidak terjadi fluoresensi atau phosporesensi, dan indeks refraksi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi larutan tidak pekat (harus encer). Spektrofotometer UV-Vis membandingkan cuplikan standar yaitu substrat gelas preparat. Hasil pengukuran dari spektrofotometer UV-Vis menunjukkan kurva hubungan transmitan dan panjang gelombang (Basset 1994).Menurut hukum Lambert, serapan (A) berbanding lurus dengan ketebalan lapisan (b) yang disinari : A = k.bDengan bertambahnya ketebalan lapisan, serapan akan bertambah. Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahaya monokromatis dan larutan yang sangat encer, serapan (A) dan konsentrasi (c) adalah : A = k.c Jika konsentrasi bertambah, jumlah molekul yang dilalui berkas sinar akan bertambah, sehingga serapan juga bertambah. Kedua persamaan ini digabungkan dalam hukum Lambert-Beer, maka diperoleh bahwa serapan berbanding lurus dengan konsentrasi dan ketebalan lapisan: A = k.c.b Umumnya digunakan dua satuan c (konsentrasi zat yang menyerap) yang berlainan, yaitu gram per liter atau mol per liter. Nilai tetapan (k) dalam hukum Lambert-Beer tergantung pada sistem konsentrasi mana yang digunakan. Bila c dalam gram perliter, tetapan disebut dengan absorptivitas (a) dan bila dalam mol per liter tetapan tersebut adalah absortivitas molar (). Jadi dalam sistem dikombinasikan, hukum Lambert-Beer dapat mempunyai dua bentuk: A = a.b.c g/liter atau A = . b. C mol/literPenandaan lain untuk a adalah ekstingsi spesifik, koefisien ekstingsi, dan indeks absorbansi, sedangkan adalah koefisien ekstingsi molar (Day and Underwood, 1999). Berikut ini adalah uraian bagian-bagian spektrofotometer. 1. Sumber-sumber lampu; lampu deutrium digunakan untuk daerah UV pada panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel (pada panjang gelombang antara 350-900 nm).2. Monokromator: digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma ataupun grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian.3. Sel absorpsi: Pada pengukuran didaerah tampak, kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvet adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang lebih besar dapat digunakan. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder dapat juga digunakan. Kita harus menggunakan kuvet yang bertutup untuk pelarut organik. Sel yang baik adalah kuarsa atau gelas hasil leburan serta seragam keseluruhannya. 4. Detektor: Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang (Khopkar, 2002).

C. KARAKTERISTIK BAHANPARASETAMOL (FI IV hal 649)Berat molekul : 151.16. Rumus empiris : C8H9NO2.Pemerian : serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahitKelarutan : larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 0,1N, mudah larut dalam etanol, air mendidih 1:20, alkohol 1:10, 1N NaOH 1;15

Panjang Gelombang Parasetamol Menurut AOAC,hal 242A1%1 cmsolvent

2436790,1N HCl

243679H2O

24892095% EtOH

2577500,1N NaOH

COFFEIN (FI IV HAL 254)Berat molekul : 194,19Rumus empiris : C8H10N4O2Pemerian: serbuk putih, atau bentuk jarum mengkilat putih, biasanya menggumpal, tidak berbau, rasa pahit. Larutan bersifat netral terhadap lakmus. Bentuk hidratnya mekar diudara.Kelarutan : agak sukar larut dalam air, dalam etanol, mudah larut dalam kloroform, sukar larut dalam eter.

Panjang Gelombang Coffein menurut AOAC, hal 245A1%1 cmsolvent

2734000,5 N NaOH

2734000,5N H2SO4

273532CHCl3

Pelarut yang terpilih : NaOH 0,1N

D. PROSEDUR KERJA1) Pembuatan Kurva BakuRentang absorbansi = 0,2 1,5

ParasetamolC

= 2,67 ppm

C

Rentang absorbansi paracetamol = 2,67 20 ppmCoffein C

= 5 ppmC

= 37,5 ppm Rentang absorbansi Coffein = 5 37,5 ppm

2) Pembuatan Larutan Baku IndukParasetamolKonsentrasi = 1000 ppmCara Kerja :Timbang Parasetamol 25 mg

Masukkkan dalam beaker glass ditambahkan NaOH 0,1N

Masukkan dalam labu takar ad 25 ml

Tambahkan NaOH 0,1Nsampai batas tanda

Tutup labu ukur dan kocok sampai homogen

Larutan Baku

Cara Kerja :Pipet larutan baku induk parasetamolC1= 50 l, C2= 100l, C3= 150 l, C4= 200 l, C5= 250l

Masing-masing ditambahkan 0,1N NaOH ad 10 ml dalam labu takar 10 ml

Cek absorbansinya dengan spektrofotometriHasil Pengamatan Kurva Baku Parasetamol

Konsentrasi = = 1032 ppm

Baku KonsentrasiA = 257,5A = 268,0A

C15,160,4140,2380,178341,085

C210,320,7500,3730,377365,310

C315,481,0880,5550,533344,315

C420,641,3720,6820,69334,302

C525,81,9951,0290,966374,418

C1. = =341,085C2. = = 365,310C3. = = 344,35C4. = = 334,302C5. = = 374,418(C4) 334, 302 + (C1) 341,085 + (C3) 344,315 + (C2) 365,310 = 346,253 (Xrata-rata)C5 =374,418 *(C4) 11,951 + (C1) 5,168 + (C3) 1,938 + (C2) 19,057 = 9, 5285 (d)Jika nilai d yang di dapat 9,52854d = 4x 9,5285 = 38,114d * = 374,418- 346,250 = 28,165d *< 4d data di terima

CoffeinKonsentrasi = 1000 ppmCara Kerja :Timbang Coffein 25 mg

Masukkkan dalam beaker glass ditambahkan NaOH 0,1N

Masukkan dalam labutakar ad 25 ml

Tambahkan NaOH 0,1N sampai batas tanda

Tutup labu ukur dan kocok sampai homogen

Larutan Baku

Cara Kerja :Pipet larutan baku induk CoffeinC1= 50 l, C2= 100l, C3= 150 l, C4= 200 l, C5= 250l

Masing-masing ditambahkan 0,1N NaOH ad 10 ml dalam labu takar 10 ml

Cek absorbansinya dengan spektrofotometriHasil Pengamatan Kurva Baku Coffein

Konsentrasi= = 1032 ppmBakuKonsentrasiA = 243,5 nmA = 273,0A

C15,10,0870,2150,128250,98

C210,20,1590,4060,247242,156

C315,30,2300,6100,38248,366

C420,40,3220,8330,511250,490

C525,50,4231,1450,722283,137

C1. = = 250,980C2. = = 242,156C3. = = 248,366C4. = = 250,490C5. = = 283,137(C2) 242,156 + (C3) 248,366 + (C4) 250,490 + (C1) 250,980 = 247,998 (Xrata-rata)(C2) 242,156 + (C3) 0,368 + (C4) 2,492 + (C1) 2,982 = 2,921 (d)Jika nilai d yang di dapat 2,9214.d = 4 x 2,921 = 11,684d* = 283,137 247,998= 35,139d *> 4d data di buang (C5)

3) Preparasi SampelCara Kerja :Timbang sampel setara dengan 25 mg parasetamol

Tambahkan 0,1N NaOH dalam labu takar

Saring dengan kertas whatman

Pipet 150l dengan pipet volume

Tambahkan 0,1N NaOH ad 10 ml dalam labu takar

Baca serapan pada Paracetamol1, Paracetamol2Coffein1, Coffein2

Penimbangan NaOH 0,1N 400 mlN0,1= 1,6 gram ad 400 ml

Pengamatan maks (Baku)Parasetamol1 = 257,52 = 286,0Coffein1 = 243,52 = 273,0

Bobot rata rata 3 tablet = Kandungan parasetamol dalam obat = Kandungan coffein dalam obat = Penimbangan sampel Data SampelSampelPenimbanganVolumeC teoritis

10,025525 ml15,3

20,026025 ml15,6

30,025225 ml15,12

Cteoritis= =Cteoritis= =Cteoritis= =

Pengamatan max (baku) paracetamol 1 = 257,52 = 286,0 kafein 1 = 243,52 = 273,0

Data Pengamatan sampel parasetamolSampel = 257,5 = 286,0AC sampel

10, 8740,4520,42212,03

20,8340,4280,40611,59

30,9150,4700,44512,66

Data Pengamatan sampel coffeinSampel = 243,5 = 273,0AC sampel

10, 6760,7180,0421,8299

20,6430,6850,0421, 8299

30,7020,7530,0512,1879

Jumlah parasetamol dalam sampelSampel 1 = Sampel 2 = Sampel 3 =

Rata rata kadar= Jumlah parasetamol dalam sampel = Jumlah coffein dalam sampelSampel 1 = Sampel 2 = Sampel 1 = Rata rata kadar= Jumlah coffein dalam sampel= E. PEMBAHASANSinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata, maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna, bening dan transparan. Oleh karena itu, sampel yang tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagent tertentu. Bahkan sampel dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sampel keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau sentrifugasi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sampel harus jernih dan larut sempurna, tidak ada partikel koloid apalagi suspensi, karena apabila sampel tidak jernih atau dikatakan terdapat senyawa lain yang tidak larut maka hasil pembacaan absorbansi menjadi tidak tepat. Pada penetapan kadar kapsul kloramfenikol ini praktikan melakukan preparasi sampel dengan metode filtrasi atau di disaring menggunkan kertas saring. Pada praktikum ini kelompok kami mendapatkan hasil jumlah parasetamol 583,712 mg/tablet sedangkan kadar sebenarnya adalah 500 mg/tablet dan julah coffein 87,653 mg/tablet sedangkan kadar sebenarnya adalah 65 mg/tablet. Kesalahan dalam penetapan kadar ini disebabkan karena dalam penyaringan hasil saringan tidak jernih atau dapat dikatakan masih terdapat matriks yang lolos selain itu bisa juga disebabkan karena adanya matriks yang terlarut dalam NaOH 0,1 N yang digunakan sebagai pelarut, sehingga dengan adanya senyawa pengganggu ini hasil pembacaan absorbansi tidak murni hanya parasetamol dan coffein saja oleh sebab itu konsentrasi menjadi meningkat sehingga pembacaan absorbansi menjadi lebih tinggi sehingga tidak memberikan jumlah parasetamol dan coffein yang sebenarnya.F. KESIMPULANMetode ini tidak dapat digunakan untuk penetapan kadar tablet parasetamol dan coffein.G. SARANSebaiknya untuk penetapan kadar tablet parasetamol dan coffein menggunakan pelarut yang sesuai yang hanya bisa melarutkan parasetamol dan coffein, selain itu juga sebaiknya pada saat proses penyaringan menggunakan kertas whatman. H. DAFTAR PUSTAKAAnonim.1995. FarmakopeIndonesiaEdisiIV.DepartemenKesehatan Republik Indonesia : Jakarta.Basset J et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.Day and Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga : Jakarta.Hayun, Harianto dan Yenti. 2006. Penetapan Kadar Triprolidina Hidroklorida Dan Pseudoefedrina Hidroklorida Dalam Tablet Anti Influenza Secara Spektrofotometri Derivatif. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No.1, April 2006, 94105, ISSN : 1693-9883. Departemen Farmasi FMIPA-UI.Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press : Jakarta.Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press : Jakarta.Riyadi.2009. Macam Spektrofotometri dan penerapannya, UI-Press : Jakarta.Rohman, Abdul, Ibnu Gandjar. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Belajar : Yogyakarta. 2008. Kimia Farmasi Analisis.Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

15