koreksi refleksi kasus
Transcript of koreksi refleksi kasus
-
7/24/2019 koreksi refleksi kasus
1/4
Stase: IKA Nama: Lim Yi Wen
Rotasi: KBY Refleksi: 1
Minggu: 2 Instruktur: Dr. Nurnaningsih, SpA (K)
1. Deskripsi Kasus yang diambil
Pasien merupakan seorang bayi baru lahir, laki-lakim dari seorang ibu usia 25 tahun, usia
kehamilan 39 minggu, G1P0A0 secara spontan pukul 12:05 tanggal 10/2/15, bayi langsung nangis,
APGAR score 7 pada menit 1 dan 9 ada menit 5, gerak aktif, ketuban hijau keruh, meconium+, BBL:
3295gr, PB:50cm, LK: 33.5cm, LD: 32cm, LLAK: 13cm, UUB 2x1.5cm, CR: 34cm, LP:28cm, tanda-tanda
vital: nadi 150bpm, suhu: 36.5c, RR: 75x/min, tipe abdominal-thoracal, sika bayi: fleksi pada keempat
ekstremitas.
Pemeriksaan fisik system dalam batas normal, semua reflex primitive positive, nilai Dubowitz
26+34=60 (40mgg+3), assessment BBLB, CM, SMK, spontan. Telah dilakukan thermoregulasi, rawat tali
pusat, inj.vit.K 1mg IM pada paha kiri, inj.vaksin hepB 0.5cc IM pada paha kanan, Kebutuhan cairan:
60cc/kg/hari.
Pada tanggal 11/2/15, bayi mengalami penurunan BB (3200gr, 97%) dan nafas cepat 64x/min tpi
tanpa retraksi dada, tanapa grunting, tanpa suara tambahan, HR 128x/min, Downe score: 1
Pada tanggal 12/2/15, bayi dinilai Ikterus (Kramer III) diperiksa TCB pada 24 jam: 7,9mg/dL, ASIibu belom keluar, BAK 2x dalam 7 jam terakhir, RR 62x/min, Downe score: 1, bayi juga mengalami
penurunan berat badan hingga 91,8% (3020gr), RR dbn (30-35x/min), Assessment: neonatal Jaundice.
2. Refleksi Kasus
Pada kasus inin bayi aterm dilahirkan cukup bulan, cukup berat badan. Namun terdapat beberapa
permasalahan pada kasus ini yang memnolehkan saya pelajari dengan lebih mendalam, antaranya
adalah ikterus yang muncul dalam waktu 24 jam setelah lahir, penurunan berat nadan, tachypbea
persistent tanpa penjelasan dan lahir dalam air ketuban penuh mecomium. Saya mempunyai
keingintahuan apakah masalah air ketuban tidak jernih itu sesuatu perkara yang lazim, apakah
komplikasi yang boleh disebabkan oleh bayi yang lahir dalah air ketuban keruh, apakah penanganan bayi
lahir normal dengan bayi yang dilahirkan dalam air ketuban keruh.Saya menggali kenapa bisa terjadi keluarnya meconium awal. Ternyaa menurut buku lecture note
pedriatika, hipoksia akut maupun kronik dan asfoksia intrapartum pada bayi yang lahir pada usia
kehamilan penuh dapat mengakibatkan keluarnya meconium intrauterine, hal ini seterusnya
menyebabkan obstruksi jalan napasa kut, peningkatan resistensi jalan napas, atelektasis dan
hiperekspansi yang disebabkan mekanisme ball-valve. Fase obstruksi diikuti oleh fase inflamasi 12-24
jam sesudahnya yang meneybabkan kerusakan lanjut. Yang menyebabkan hipoksia, contohnya adalah
kompresi umbilical cord, plasenta insufficiency atau infeksi intrapartum.
Apakah kejadian ini sering terjadi? Menurut mercks manual, kira-kira 10-15% bayi akan
mengeluarkan mekonium sebelum lahir, tetapi yang dikatakan mengalami MAS hanay sekitar 5%, bayi-
bayi ini teraspirasi mekonium sewaktu deliery atau antenatal,, ini berarti tidak semua bayi dengan air
ketuban keruh mengalami MAS. Kejadian air ketuban keruh( meconium-stained amniontic fluid) kira-kira
5% pada bayi preterm, meninkat ke 10% setelah Usia kehamilan 38 minnggu dan 30% setelah usia
kehamilan 42 minggu. Hal ini menarik karena pada bayi preterm yang lahir dalam air ketuban keruh,
oleh karena prevelencenya rendah, maka kita harus curiga terjadi sesuatu infeksi intrapartum, misalnya
listeria infection. Harus diperhatikan juga pada bayi postterm yang mempunyai kondisi oligoamnion,
oleh karena mekonium lebih kental, akan menyebabkan obstruksi jalan napas yagn lebih parah.
Pada kasus ini, bayi lahir dengan usia kehamilan 40minggu+3 menurut nilai Dubowitz, jadi
mempunyai sekitar 10% bayi lahirkan dalam air ketuban keruh. Ibu bayi merupakan seorang
primigravida berusia 25 tahun, tidak mempunyai riwayat penyakit kronis, tidak obesitas, dan routine
-
7/24/2019 koreksi refleksi kasus
2/4
menjalani antenatal care tanpa sebarang komplikasi selama kehamilan (seperti IUGR, fetal malformation,
anemia, pre-eklampsia, bleeding, infesi, post-term gestation, multiple gestation etc). Selama
intrapartum, satu-satunya faktor resiko untuk prediksi kemungkinan perlu melakukan resusitasi
neonatal adalah bayi lahir dalam air ketuban keruh. Faktor resiko lain seperti emergency C-section,
breech presentation, forseps/vacummn assisted delivery, prematur, precipitious, chorionamnioitis,
prolonged ruptured of membrane, prolonged labour, prolonged stage 2, fetal bradycardia, non assuring
fetal heart rate atau uterine tetany todak ditemukan.
Tanda-tanda awal asfiksia merupakan cyanosis, diikuti oleh bradypnea, tonus otot menurun, dan
bradycardia. Dengan usaha resusitasi yang efektif, heart rate akan pertama kali meningkat, diikuti oleh
pembaikan refleks, warna, pernapasan dan tonus otot.
Langkah-langkah awal resusitasi termasuk menanyakan keempat pertanyaan yang berikut:
1)
Apakah bayi aterm
2)
Apakah air ketuban jernih
3)
Apakah bayi bernapas/menangis
4)
Apakah tonus otot baik?
Sekiranaya semua jawaban ya, bayi akan dirawat Routine care. Tetapi sekiranya salah satu
daripada pertanyaan di atas adalah tidak,bayi akan menerima bantuan resusitasi. Langkah-langkah
resusitasi termasuk (1) Initial steps (warmth, position, clear airway, dry, stimulation,reposition, (2)ventilation, chest compression (3) ET, medication-epinephrine dan (4) volume expansion.
-
7/24/2019 koreksi refleksi kasus
3/4
A.
Initial steps
i.
Memastikan kehangatan
-dengan linen kering bersih dan ditempatkanke meja yang terdapat radiant warmer
ii.
Posisi dan Membuka jalan napas
-posisi kepala dalam sniffing position, leher sedikit ekstensi
-bayi normal biasanay tidak perlu suction, cukup dilap dengan gauze
-sekiranya suctiondi butuhkan, bersihkan jalan napas (mulut dan hidung ) dengan bulb
syringe atau suction catheter, tekanan harus 100x/min, napas spontan, warna meah jambu, bayi diberi supportive
care.ii.
Berikan O2 sekira terdapat cyanosis sentral, PPV jika cyanosis persistent lebih dari 30
detik.
C.
Ventilasi
i.
Sekiranya bayi tidak napas spontan, sianosis lebih 30 detik atau denyutan nadi
100, warna pink, bayi ke
ongoing care. Sekiranya bayi masih pucat/ sianosis, berikan free flow oksigen.
D.
Chest Compression
i.
Sekiranya nadi 60x/min, diberikan hanya PPV 40-60x/min
sekiranya nadi >100x/min dan napas spontan, bayi ke observational care
sekiranya nadi< 60x/minn, Intubasi diindikasikan, consider epinephrine.
E.
Volume expansion
Pada bayi yang lahir dengan air ketuban keruh, pertama kali menilai apakah bai vigorous. Bayi
dikatakan vigorous sekiranya napas kuat, tonus otot bagus, nadi>100x/min. Sekiranya bayi vigorous,
disuction mulut dan hidung dengan bulb syringe atau suction cathether (12 or 14F) untuk membersihkan
sekresi dan mekonium. Sekiranya bayi tidak vigorous, suction trakea dengan segera sebelum melakukan
tindakan lain. Masukkan larygoscope dan suction catheter 12F atau 14F untuk visualisasi glottis,
masukkan ET ke trachea, masukkan mecomium aspirator ke dalam ET atau dengan suction cathether.
Dilakukan beberapa kali tetapi tidak lebih dari 3-5 detik .sekiranya bayi mengalami severe respiratory
distress, atau bradycardia, hentian suction dan segera melakukan PPV atau chest compression sesuai
algorithme. Sekiranya bayi awalnya vigorous, tetapi pada langkah-langkah akhir membutuhkan resusitasi
PPV, mereka tetap harus dilakaukan tracheal suctionning.
-
7/24/2019 koreksi refleksi kasus
4/4
Pada kasus ini, walaupun bayi dilahirkan dalam kondisi air ketuban keruh,namun cuma dilakukan
resusitasi sampai inital steps, yaitu provide warmth, clear airway dengan suctioning, dry, stimulasi dan
reposisi, hal ini karena bayi lahir langsung nangis, tonus otot bagus(gerak aktif), nadi 130x/min dan tidak
sianosis.APGAR score pada menit 1: 9 dan menit 5: 10. Bayi seterusnya dilakukan inisiasi menyusu dini,
thermoregulasi, rawat tali pusat, inj.vit,K 1mg IM dan inj.vaksin Hepatitis B 0.55cc IM. Bayi dirawat
gabung di bangsal Bougenville atas indikasi observasi tachypnea persistent Dx: TTP dd. MAS
3. Tuliskan bagaimana cara memenuhi keingintahuan saudara
Saya memenuhi keingintahuan saya dengan mendiskusi dengan residen yang
memegang pasien, memeriksa pasien dan menganamnesis ibu bayi untuk menggali factor resiko
dari riwayat Obs & Gyn. Saya juga sempat menanyakan ke Dr Ekawaty selaku instruktur klinik
stase KBY sewaktu Bed Side Teaching. Beberapa sumber yang saya pakai untuk mencari
informasi adalah:
Pedoman pelayanan medis IDAI
Nottigham neonate clinical guideline
Lecture note pedriatika dari Roy Meadow,
Mercks manual versi internet
Medscape referenceClinical Key
4. Tuliskan hal-hal yang telah anda pelajari termasuk kompetensi yang dipenuhi:
a.
Anamnesis, alloanamnesis dan pemeriksaan fisik
b.
Menilai dubowitz score secara mandiri
c.
Menilai APGAR score
d.
Meilhat pemeriksaan TCB
e.
Belajar teori tentang gizi neonates, jaundice neonatorum, respiratory distress pada BBL,
meconium aspiration syndrome
f.
Mengambil data anthropometry BBL.
g.
Melatihkan algoritme neonatal resuscitasi dengan mannequin.