Konstruktivisme

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri individu agar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang manusia dengan lingkungan tersebut. Sedangkan makna perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya menentukan tujuan, metoda, isi, dan program yang akan diwujudkan dalam sebuah proses pembelajaran. Pentingnya perencanaan pembelajaran dapat kita simak dengan melihat pernyatanan Nana Sudjana (1989) sebagai berikut: “Mengingat pelaksanaan Pembelajaran adalah mengkoordinasikan komponen-komponen pengajaran, maka isi perencanaan pun pada hakekatnya mengatur dan menetapkan komponen-komponen tersebut. Komponen yang dimaksud antara lain tujuan, bahan, metoda dan alat, serta evaluasi”. Kemudian, pernyataan Slameto (1988:95) bahwa: “…. Guru akan mengajar efektif bila selalu membuat perencanaan sebelum mengajar”. Sehingga perencanaan pembelajaran adalah sebuah alat menuju 1

description

Makalah landasan pendidikan dan pembelajaran

Transcript of Konstruktivisme

Page 1: Konstruktivisme

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan

bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan

sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa

manusia tersebut. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri

individu agar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa berarti

adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang manusia dengan lingkungan tersebut.

Sedangkan makna perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya

menentukan tujuan, metoda, isi, dan program yang akan diwujudkan dalam sebuah proses

pembelajaran. Pentingnya perencanaan pembelajaran dapat kita simak dengan melihat

pernyatanan Nana Sudjana (1989) sebagai berikut: “Mengingat pelaksanaan Pembelajaran

adalah mengkoordinasikan komponen-komponen pengajaran, maka isi perencanaan pun

pada hakekatnya mengatur dan menetapkan komponen-komponen tersebut. Komponen

yang dimaksud antara lain tujuan, bahan, metoda dan alat, serta evaluasi”. Kemudian,

pernyataan Slameto (1988:95) bahwa: “…. Guru akan mengajar efektif bila selalu

membuat perencanaan sebelum mengajar”. Sehingga perencanaan pembelajaran adalah

sebuah alat menuju pelaksanaan pembelajaran di masa depan yang kita inginkan agar

pembelajaran itu terjadi sesuai dengan keinginan perencana atau pendidik.

Pada dunia pendidikan dikenal beberapa jenis teori belajar yang dirancang sebagai

model untuk pembelajaran yang berasal dari temuan beberapa ahli psikologi dan

pendidikan. Teori belajar itu diklasifikasikan kedalam tiga kelompok yaitu teori belajar

Behavioristik, teori belajar Kognitif dan teori belajar Humanistik.

Para ahli yang mendasarkan teori belajarnya terhadap hasil penelitian mencoba

merumuskan konsep belajar dengan tujuan agar dapat mencerdaskan manusia mulai

dikenal dengan konsep-konsep yang dikemukakannya, tentunya dengan argumentasi

ilmiah mereka dalam hal yang mereka temukan tersebut.

1

Page 2: Konstruktivisme

Namun, apakah teori belajar yang demikian terkenal itu merupakan teori belajar yang

baik, terutama jika indikasinya untuk mempengaruhi pembelajaran dan proses

sebelumnya yang disebut perencanaan pembelajaran dapat berhasil efektif membelajarkan

manusia.

Filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari paham progesifisme John

Dewey. Yang mana intinya siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka

pelajari berhubungan dengan apa yang mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif

jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar disekolah. Selain itu, ada sebuah teori baru

lagi yang melatar belakangi teori Konstruktivisme.yaitu teori kognitif, siswa akan

belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan dikelas dan

berkesempatan untuk menemukan sendiri. Siswa menunjukkan hasil belajar dalam bentuk

apa yang mereka ketahui dan apa yang dapat mereka lakukan. Belajar dipandang sebagai

usaha atau kegiatan intelektual untuk membengkitkan ide-ide yang masih laten melalui

kegiatan introspeksi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Dan Ruang Lingkup Teori Konstruktivisme?

2. Bagaimana Hubungan Konstruktivisme Dengan Teori Belajar Yang Lain?

3. Bagaimanakah Implikasi Teori Konstruktivisme Pada Pembelajaran ?

2

Page 3: Konstruktivisme

BAB II

TEORI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME

A. Pengertian dan Tujuan Konstruktivisme

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan,

Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya

modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual

yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan

bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.

Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman

nyata.

Sedangkan menurut Tran Vui Konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang

dibangun atas anggapan bahwa dengan memfreksikan pengalaman-pengalaman sendiri.

sedangkan teori Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap

manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk

menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitasi orang lain

Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan

terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi,

dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Adapun tujuan dari

teori ini dalah sebagai berikut:

1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.

2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri

pertanyaannya.

3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara

lengkap.

4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.

5. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

3

Page 4: Konstruktivisme

B. Ciri-Ciri Pembelajaran Secara Konstuktivisme

1. Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam

dunia sebenar

2. Menggalakkan soalan/idea yang dimulai oleh murid dan menggunakannya sebagai

panduan merancang pengajaran.

3. Menyokong pembelajaran secara kooperatif Mengambil sikap dan pembawaan murid

4. Mengambilkira dapatan kajian bagaimana murid belajar sesuatu idea

5. Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi murid

6. Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru

7. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil

pembelajaran

8. Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen.

C. Prinsip-Prinsip Konstruktivisme

Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar

adalah :

1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri

2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan

murid sendiri untuk menalar

3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep

ilmiah

4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan

lancer

5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa

6. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan

7. mencari dan menilai pendapat siswa

8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya

semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa . siswa harus membangun pengetahuan

didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara

mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa,

4

Page 5: Konstruktivisme

dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri

ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi

mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tanggapan kepada siswa yang mana

tanggapan itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman

yang lebih tinggi , tetapi harus diupayakan agar siswa itu sendiri yang memanjatnya.

D. Kelebihan Dan Kelemahan Teori Konstrutivisme

1. Kelebihan

a) Berfikir: Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk

menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat keputusan.

b) Faham:Oleh karena murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru,

mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.

c) Ingat: Oleh karena murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat

lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membina sendiri

kefahaman mereka. Justeru mereka lebih yakin dan menyelesaikan masalah dalam

situasi baru.

d) Kemahiran sosial: Kemahiran sosial diperoleh apabila berinteraksi dengan rekan dan

guru dalam membina pengetahuan baru.

2. KelemahanDalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses

belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung.

5

Page 6: Konstruktivisme

Tabel 1. Gambaran tentang garis demarkasi yang membedakan karakteristik kelas tradisional dan kelas konstruktivisme

Kelas Tradisional Kelas Konstruktivisme

1 Aktifitas kurikulum menitik beratkan pada buku teks dan pekerjaan siswa

Aktifitas kurikulum menitik beratkan pada sumber data dan rekayasa materi

2 Siswa dipandang sebagai kertas kosong yang hanya diisi dengan informasi dari guru

Siswa diperlukan sebagai pemikir dengan menampilkan teori-teori tentang dunia

3 Guru bertindak sebagai orang yang hanya memberikan perintah dan penyebaran informasi kepada siswa

Guru bertindak sebagai orang yang mampu berinteraksi, sebagai moderator dengan lingkungannya terhadap siswa

4 Guru berusaha mengoreksi jawaban siswa yang benar untuk menerangkan pelajaran pada siswa

Guru berusaha mempeeroleh pendapat dan pandangan siswa agar siswa memahami konsep-konsep yang disampaikan kepada siswa untuk digunakan sebagai pelajaran berikutnya

5 Kurikulum diajarkan secara part towhole, dengan penekanan basic skill

Kurikulum disampaikan secara whole to part dengan penekanan big concept

6 Secara letak mengacu pada kurikulum untuk mencapai nilai yang tinggi

Mempengaruhi siswa untuk bertanya guna mencapai nilai yang tinggi

7 Evaluasi hasil belajar siswa dilakukan secara terpisah oleh guru dan secara keseluruhan dapat di uji hanya melalui tes

Evaluasi hasil belajar siswa adalah menyalin imajinasi dengan kebenaran melalui usaha observasi pada guru terhadap pekerjaan siswa juga

E. Proses Belajar Menurut Konstruktivisme Proses belajar dari pandangan kontruktruktuvisme dan dari aspek-aspek si belajar, peranan

guru, sarana belajar, dan evaluasi belajar adalah sebagai berikut:

1. Proses belajar kontruktuvisme secara konseptual proses belajar jika dipandang dari

pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah

dari luar kedalam diri siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan

akomodasi yang bermuara pada pemuktahiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar

lebih dipandang dari segi rosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari pada

fakta-fakta yang terlepas-lepas.

2. Peranan siswa. Menurut pandangan ini belajar merupakan suatu proses pembentukan

pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif

melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang 6

Page 7: Konstruktivisme

hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa

untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar.

Namun yang akhirnya paling menentukan adalah terwujudnya gejala belajar adalah

niat belajar siswa itu sendiri.

3. Peranan guru. Dalam pendekatan ini guru atau pendidik berperan membantu agar

proses pengkontruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak

mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa

untuk membentuk pengetahuannya sebdiri.

4. Sarana belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan

belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Segala

sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan

untuk membantu pembentukan tersebut.

5. Evaluasi. Pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat

mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas,

kontruksi pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman.

F. Contoh Model Pengajaran Konstruktivisme

1. Model Pengajaran Interaktif (Biddulph & Osborne)

a) Guru lebih sensitif kepada ide dan persoalan pelajar.

b) Guru menyediakan pengalaman penerokaan yang membolehkan pelajar menimbul

persoalan dan mencadangkan penerangan yang munasabah.

c) Guru menydiakan aktivitas yang memfokuskan kapada ide dan persoalan oleh guru

d) Guru menyediakan aktivitas yang menggalakkan pelajar membuat penyiasatan.

e) Guru berinteraksi dengan pelajar untuk mencabar dan melanjutkan idea mereka.

7

Page 8: Konstruktivisme

2. Pengajaran Model Berpusatkan Masalah (Wheatley)

a) guru memilih tugasan yang berkemungkinan menjadi masalah besar kepada pelajar.

b) Pelajar membuat tugasan dalam kelompok kecil.

c) Pelajar akan berkumpul semula untuk membentangkan kepada kelas dan guru.guru

hanya berperan sebagai fasilistor.

3. Cara-cara Pelajar Membina Konsep Matematik

a) Pelajar membuat penyelesaian matematik dengan manipulatif.

b) Pelajar berbincang keputusan penyiasatan mereka.

c) Pelajar menulis hasil pengalaman mereka.

d) Pelajar belajar cara penemuan mereka.

e) Pelajar berfikir secara mencapah.

f) Pelajar menyelesaikan masalah yang terbuka.

4. Keberkesanan Strategi Pengajaran Matematik Melalui Pendekatan Kontruktivisme

a) pelajar berpeluang mengemukakan pandangan mereka terhadap suatu konsep.

b) Pelajar dapat berkongsi persepsi/ pandangan/ ide antara satu dengan yang lain.

c) Pelajar dapat menerima serta menghormati semua pandangan dari pada rekan-rekan

mereka.

5. Semua pandangan bisa diterima dan tidak dipandang rendah.

a) Pelajar dapat mengaplikasi ide baru dalam konteks yang berbeda untuk mengukuhkan

kepahaman tersebut.

b) Pelajar dapat merenung dan mengimbas kembali proses pembelajaran yang telah

dilalui

c) Pelajar dapat menghubung kaitkan ide yang asal dengan ide yang baru dibinanya.

d) Pelajar dapat mengemukakan hpotesis dari pada taktifi yang dilaluinya tetapi bukan

guru yang menerangkan teori.

e) Pelajar dapat berinteraksi dengan pelajar lain dan guru

6. Memupuk kerja sama antar individu dan kumpulan melalaui aktifiti koperatif

a) Pengajaran berpusatkan pada pelajaran

b) Guru akan dapat meningkatkan kemahiran berfikir di kalangan pelajarnya

c) Guru menjadi lebih prihatin terhadap keperluan , kebolehan serta minat pelajar.

8

Page 9: Konstruktivisme

G. Hubungan Konstruktivisme Dengan Teori Belajar LainSelama 20 tahun terakhir ini konstruktivisme telah banyak mempengaruhi pendidikan

Sains dan Matematika di banyak negara Amerika, Eropa, dan Australia. Inti teori ini

berkaitan dengan beberapa teori belajar seperti teori Perubahan Konsep, Teori Belajar

Bermakna dan Ausuble, dan Teori Skema.

1. Teori Belajar Konsep

Dalam banyak penelitian diungkapkan bahwa teori petubahan konsep ini

dipengaruhi atau didasari oleh filsafat kostruktivisme. Konstruktivisme yang

menekankan bahwa pengetahuan dibentuk oleh siswa yang sedang belajar, dan teori

perubahan konsep yang menjelaskan bahwa siswa mengalami perubahan konsep terus

menerus, sangat berperan dalam menjelaskan mengapa seorang siswa bisa salah

mengerti dalam menangkap suatu konsep yang ia pelajari. Kostruktivisme membantu

untuk mengerti bagaimana siswa membentuk pengetahuan yang tidak tepat.

Dengan demikian, seorang pendidik dibantu untuk mengarahkan sisiwa dalam

pembentukan pengetahuan mereka yang lebih tepat. Teori perubahan konsep sangat

membantu karena mendorong pendidik agar menciptakan suasana dan keadaan yang

memungkinkan perubahan konsep yang kuat pada murid sehingga pemahaman mereka

lebih sesuai dengan ilmuan. Konstrutivisme dan Teori Perubahan Konsep memberikan

pengertian bahwa setiap orang dapat membentuk pengertian yang berbeda tersebut

bukanlah akhir pengembangan karena setiap kali mereka masih dapat mengubah

pengertiannya sehingga lebih sesuai dengan pengertian ilmuan. “Salah pengrtian”

dalam memahami sesuatu, menurut Teori Konstruktivisme dan teori Perubahan

Konsep, bukanlah akhir dari segala-galanyamelainkan justru menjadi awal untuk

pengembangan yang lebih baik.

9

Page 10: Konstruktivisme

2. Teori Bermakna Ausubel

Menurut Ausubel, seseorang belajar denga mengasosiasikan fenomena baru ke

dalam sekema yang telah ia punya. Dalam proses itu seseorang dapat

memperkembangkan sekema yang ada atau dapat mengubahnya. Dalam proses belajar

ini siswa mengonstruksi apa yang ia pelajari sendiri. Teori Belajar bermakna Ausuble

ini sangat dekat dengan Konstruktivesme. Keduanya menekankan pentingnya pelajar

mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem

pengertian yang telah dipunyai. Keduanya menekankan pentingnya asimilasi

pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa.

Keduanya mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu siswa aktif.

3. Teori Skema.

Menurut teori ini, pengetahuan disimpan dalam suatu paket informasi, atau

sekema yang terdiri dari konstruksi mental gagasan kita. Teori ini lebih menunjukkan

bahwa pengetahuan kita itu tersusun dalam suatu skema yang terletak dalam ingatan

kita. Dalam belajar, kita dapat menambah skema yang ada sihingga dapa t menjadi

lebih luas dan berkembang.

4. Konstruktivisme, Behaviorisme, dan Maturasionisme

Konstruktivisme berbeda dengan Behavorisme dan Maturasionisme. Bila

Behaviorisme menekankan keterampilan sebagai suatu tujuan pengajaran,

konstruktivime lebih menekankan pengembangan konsep dan pengertian yang

mendalam. Bila Maturasionisme lebih menekankan pengetahuan yang berkembang

sesuai dengan langkah–langkah perkembangan kedewasaan. Konstruktivisme lebih

menekankan pengetahuan sebagai konstruksi aktif sibelajar. Dalam pengertian

Maturasionisme, bila seseorang mengikuti perkembangan pengetahuan yang ada,

dengan sendirinya ia akan menemukan pengetahuan yang lengkap. Menurut

Konstruktivisme, bila seseorang tidak mengkonstruktiviskan pengetahuan secara aktif,

meskipun ia berumur tua akan tetap tidakakan berkembang pengetahuannya.

Dalam teori ini kreatifitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk

berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif mereka. Mereka akan terbantu menjadi orang

10

Page 11: Konstruktivisme

yang kritis menganalisis sesuatu hal karena mereka berfikir dan bukan meniru saja.

Kadang–kadang orang menganggap bahwa konstruktivisme sama dengan Teori

Pencarian Sendiri (Inguiry Approach) dalam belajar. Sebenarnya kalau kita lihat

secara teliti, kedua teori ini tidak sama. Dalam banyak hal mereka punya

kesamaan,seperti penekanan keaktifan siswa untuk memenuhi suatu hal.

Metode pencarian sendiri memang merupakan metode konstruktivisme tetapi

tidak semua konstruktivis dengan metode pencarian sendiri. Dalam konstruktivisme

terlebih yang personal sosial, justru dikembangkan belajar bersama dalam kelompok.

Hal ini yang tidak ada dalam metode mencari sendiri. Bahkan, dalam praktek metode

pencarian sendiri tidak memungkinkan siswa mengkonstruk pengetahuan sendiri,

karena langkah-langkah pencarian dan bagaimana pencarian dilaporkan dan

dirumuskan sudah dituliskan sebelumnya.

5. Pandangan Konstruktivisme Tentang Belajar adalah sebagai berikut:

1) Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan non objektif, bersifat temporer,

selalu berubah dan tidak menentu.teori ini memandang siswa secara terus menerus

memeriksa informasi-informasi baru yang berlawanan dengan aturan-aturan yang

lama dan memperbaiki aturan-aturan tersebut jika tidak sesuai lagi.

2) Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman kongkrit, aktifitas

kolaboratif dan refleksi dan interpretasi.

3) Di dalam kelas yang terpusat pada siswa, peran guru adalah membantu siswa

menemukan fakta, konsep atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan memberikan

ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas

4) Siswa secara terus menerus memeriksa informasi-informasi baru yang berlawanan

dengan aturan-aturan lama dan memperbaiki aturan- aturan tersebut jika tidak sesuai

lagi.

5) guru tidak dapat hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa

harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu

proses ini, dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi bermakna

dan sangat relevan bagi siswa. Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar

11

Page 12: Konstruktivisme

menyadari dan secara sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk

belajar.

H. Implikasi Konstruktivisme Pada Pembelajaran

1. Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada

hasilnya, disamping kebenaran jawaban siswa, guru juga harus memahami proses yang

digunakan siswa sehingga sampai pada jawaban tersebut.

2. Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materi yang

dibangun atau dikonstruksi para siswa sendiri bukan ditanamkan oleh guru.

Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri ketelibatan aktif dalam

pembelajaran didalam kelas konstruktufis, penyajian pengetahuan jadi tidak mendapat

penekanan.

3. Pendekatan konstruktuvisme dalam pengajaran lebih menekankan pengajaran top down

daripada bottom up

4. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan

pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.

5. Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan

menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.

6. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai

dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang membuat

situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.

7. Discoverylearning dalam discoverylearning siswa didorong untuk belajar sendiri secara

mandiri

Pada pembelajaran konstruktivisme juga melibatkan guru-guru yang konstruktif dan

mamiliki daya kreatif tinggi. Sebagai guru yang konstruktif ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan:

a. Mendukung dan menerima otonomi dan inisiatif siswa

b. Menggunakan data mentah dan nara sumber asli, bersama bahan yang manipulative,

interaktif dan nyata.

12

Page 13: Konstruktivisme

c. Ketika member tugas, menggunakan istilah kognitif’

d. Memperbolehkan jawaban siswa menuntun pelajaran, megubah strategi pembelajaran

dan mengubah isinya.

e. Mendukung siswa untuk terlibat dalam dialog, baik dengan guru atau sesama siswa

f. Mendorong siswa untuk bertanya dengan memberiakan pertanyaan terbuka dan

mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan sesama siswa.

g. Mencari perluasan dari tanggapan siswa.

h. Mengajak siswa terlibat dalam pengalaman yang mungkin bertentangan dengan

hipotesa awal mereka dan kenudian mendorong untuk berdiskusi.

I. Kesukaraan Penerapaan Pembelajaran Dengan Pendekatan Konstruktivisme

1. Guru merasa kesulitan memberikan contoh-contoh kongkrit dan realistis.

2. Guru tidak ingin berubah, mereka tertutup/menahan diri untuk berubah.

3. Pengajaran tradisional bias sukses dan memperoleh nilai tinggi, mengapa harus berubah.

4. Guru berfikir bahwa dalam pembelajaran konstruktuvisme memerlukan lebih banyak

waktu.

5. Beban guru sudah banyak. Mereka mengajar 24 jam/45 menit dalam seminggu. Mereka

lebih suka rutinitas

6. Belum adanya alat-alat laboratorium yang cukup memadai untuk jumlah siswa yang

besar.

7. Harapan orang tua siswa adalah terfokus pada hasil belajar, sedangkan guru pada proses

belajar.

8. Guru mengajar menuruut cara bagaimana mereka diajar saat kuliah, perubahan dalam

praktek mengajar memerlukan perubahan cara mengajar dosen.

9. Guru masih beranggapan bahwa mengajar itu menghadapi tes akan menekankan pada

drilling dan skil.

10. Terlalu banyak bidang studi yang harus dipelajari kurikulum syarat dan istilah.

11. Guru mengajar diluar bidang study

12. Guru tidak memenuhi kualifikasi

13. Siswa rngharapkan informasi dari guru, mencatat dan mengerjakan test pilihan ganda

13

Page 14: Konstruktivisme

14. Siswa telah terbiasa dengan pembelajaran terpusat pada guru

J. Kendala Yang Mungkin Timbul Dalam Penerapan Teori Belajar Dengan Pendekatan

Konstruktivisme Disekolah-Sekolah Indonesia

1. Sulit mengubah keyakinan guru yang sudah terstruktur bertahun-tahun menggunakan

pendekatan tradisional.

2. Guru konstruktif dituntut untuk kreatif dalam merencanakan pelaran dan memilih atau

mengunakan media.

3. Siswa dan orang tua mungkin merlukan waktu beradaptasi dengan proses pembelajaran

yang baru.

4. Fleksibel kurikulummungkin masih sulit diterima oleh guru yang terbiasa dengan

kurikulum yang terkontrol.

Mengingat adanya kesukaran dalam implementasi pembelajaran konstuktivisme,

maka perlu melihat kondisi obyektif yang dikembangkan di lapangan antara lain:

1. Siswa dianggap sebagai pemikir

2. Siswa bekerja dalam kelompok.

3. Pengajaran yang menimbulkan banyak pertanyaan dari siswa sangat dihargai

4. Pada umumnya guru berpriliaku secara interaktif menggunakan lingkungan sebagai

media belajar.

5. Penelitian terjalin menjadi satu dalam pembelajaran dan dilaksnakan dalam bentuk

observasi terhadap kerja siswa/tampilan/tugas.

6. Guru mencari sudut pandang siswa untuk memahamkan konsep yang disajikan pada

siswa untuk keperluan pembelajaran lebih lanjut.

7. Kegiatan kurikulum bertumpu pada sumber data primer dan materi yang akan

digunakan single text book.

8. Kurikulum disajikan dari kesatuan ke bagian dengan penekanan konsep utama.

14

Page 15: Konstruktivisme

BAB III

KESIMPULAN

Teori Konstruktivisme merupakan satu faham bahwa murid membina sendiri pengetahuan

atau konsep secara aktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada. Dalam hal ini

murid akan menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang ada untuk

membina pengetahuan baru. Pandangan belajar menurut teori ini adalah guru tidak hanya

semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan

dibenaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini, dengan cara-cara mengajar yang membuat

informasi menjadi bermakna dan sangat relevan bagi siswa. Dengan memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa

agar menyadari dan secara sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.

Pada teori ini menganjurkan peranan yang lebih aktif bagi siswa dalam Pembelajaran

mereka sendiri dibandingkan dengan apa yang saat ini dilaksanakan pada mayoritas kelas, karena

penekanannya pada siswa sebagai siswa aktif, maka strategi konstruktivisme sering disebut

pengajaran yang terpusat pada siswa. Pembelajaran ini menggalakkan murid mencipta

penyelesaian mereka sendiri dan menguji dengan menggunakan hipotesis -hipotesis dan ide-ide

baru. Hakekat dari teori konstuktivisme adalah ide bahwa siswa harus menjadikan

informasi itu miliknya sendiri.

15

Page 16: Konstruktivisme

DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, C. A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Fuad Efendy, Ahmad. 2005. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat.

Inganah, Siti, dkk. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Malang : UMM Press.

Muhaimin, dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: CV Mitra Media.

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam Kbk. Malang :UM PRESS.

Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran; Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

16