Konstruktivisme
-
Upload
annisa-kecil -
Category
Documents
-
view
17 -
download
2
description
Transcript of Konstruktivisme
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa, dan
bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk menghasilkan
sebuah perilaku, pengetahuan, atau teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa
manusia tersebut. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju pengembangan diri
individu agar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya. Belajar pula bisa berarti
adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang manusia dengan lingkungan tersebut.
Sedangkan makna perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya
menentukan tujuan, metoda, isi, dan program yang akan diwujudkan dalam sebuah proses
pembelajaran. Pentingnya perencanaan pembelajaran dapat kita simak dengan melihat
pernyatanan Nana Sudjana (1989) sebagai berikut: “Mengingat pelaksanaan Pembelajaran
adalah mengkoordinasikan komponen-komponen pengajaran, maka isi perencanaan pun
pada hakekatnya mengatur dan menetapkan komponen-komponen tersebut. Komponen
yang dimaksud antara lain tujuan, bahan, metoda dan alat, serta evaluasi”. Kemudian,
pernyataan Slameto (1988:95) bahwa: “…. Guru akan mengajar efektif bila selalu
membuat perencanaan sebelum mengajar”. Sehingga perencanaan pembelajaran adalah
sebuah alat menuju pelaksanaan pembelajaran di masa depan yang kita inginkan agar
pembelajaran itu terjadi sesuai dengan keinginan perencana atau pendidik.
Pada dunia pendidikan dikenal beberapa jenis teori belajar yang dirancang sebagai
model untuk pembelajaran yang berasal dari temuan beberapa ahli psikologi dan
pendidikan. Teori belajar itu diklasifikasikan kedalam tiga kelompok yaitu teori belajar
Behavioristik, teori belajar Kognitif dan teori belajar Humanistik.
Para ahli yang mendasarkan teori belajarnya terhadap hasil penelitian mencoba
merumuskan konsep belajar dengan tujuan agar dapat mencerdaskan manusia mulai
dikenal dengan konsep-konsep yang dikemukakannya, tentunya dengan argumentasi
ilmiah mereka dalam hal yang mereka temukan tersebut.
1
Namun, apakah teori belajar yang demikian terkenal itu merupakan teori belajar yang
baik, terutama jika indikasinya untuk mempengaruhi pembelajaran dan proses
sebelumnya yang disebut perencanaan pembelajaran dapat berhasil efektif membelajarkan
manusia.
Filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari paham progesifisme John
Dewey. Yang mana intinya siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka
pelajari berhubungan dengan apa yang mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif
jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar disekolah. Selain itu, ada sebuah teori baru
lagi yang melatar belakangi teori Konstruktivisme.yaitu teori kognitif, siswa akan
belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan dikelas dan
berkesempatan untuk menemukan sendiri. Siswa menunjukkan hasil belajar dalam bentuk
apa yang mereka ketahui dan apa yang dapat mereka lakukan. Belajar dipandang sebagai
usaha atau kegiatan intelektual untuk membengkitkan ide-ide yang masih laten melalui
kegiatan introspeksi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Dan Ruang Lingkup Teori Konstruktivisme?
2. Bagaimana Hubungan Konstruktivisme Dengan Teori Belajar Yang Lain?
3. Bagaimanakah Implikasi Teori Konstruktivisme Pada Pembelajaran ?
2
BAB II
TEORI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
A. Pengertian dan Tujuan Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan,
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya
modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata.
Sedangkan menurut Tran Vui Konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang
dibangun atas anggapan bahwa dengan memfreksikan pengalaman-pengalaman sendiri.
sedangkan teori Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap
manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk
menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitasi orang lain
Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan
terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi,
dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Adapun tujuan dari
teori ini dalah sebagai berikut:
1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri
pertanyaannya.
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara
lengkap.
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
5. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
3
B. Ciri-Ciri Pembelajaran Secara Konstuktivisme
1. Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam
dunia sebenar
2. Menggalakkan soalan/idea yang dimulai oleh murid dan menggunakannya sebagai
panduan merancang pengajaran.
3. Menyokong pembelajaran secara kooperatif Mengambil sikap dan pembawaan murid
4. Mengambilkira dapatan kajian bagaimana murid belajar sesuatu idea
5. Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi murid
6. Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru
7. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil
pembelajaran
8. Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen.
C. Prinsip-Prinsip Konstruktivisme
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar
adalah :
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan
murid sendiri untuk menalar
3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep
ilmiah
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan
lancer
5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
6. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
7. mencari dan menilai pendapat siswa
8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya
semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa . siswa harus membangun pengetahuan
didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara
mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa,
4
dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri
ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi
mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tanggapan kepada siswa yang mana
tanggapan itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat pemahaman
yang lebih tinggi , tetapi harus diupayakan agar siswa itu sendiri yang memanjatnya.
D. Kelebihan Dan Kelemahan Teori Konstrutivisme
1. Kelebihan
a) Berfikir: Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk
menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat keputusan.
b) Faham:Oleh karena murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru,
mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.
c) Ingat: Oleh karena murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat
lebih lama semua konsep. Yakin Murid melalui pendekatan ini membina sendiri
kefahaman mereka. Justeru mereka lebih yakin dan menyelesaikan masalah dalam
situasi baru.
d) Kemahiran sosial: Kemahiran sosial diperoleh apabila berinteraksi dengan rekan dan
guru dalam membina pengetahuan baru.
2. KelemahanDalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses
belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung.
5
Tabel 1. Gambaran tentang garis demarkasi yang membedakan karakteristik kelas tradisional dan kelas konstruktivisme
Kelas Tradisional Kelas Konstruktivisme
1 Aktifitas kurikulum menitik beratkan pada buku teks dan pekerjaan siswa
Aktifitas kurikulum menitik beratkan pada sumber data dan rekayasa materi
2 Siswa dipandang sebagai kertas kosong yang hanya diisi dengan informasi dari guru
Siswa diperlukan sebagai pemikir dengan menampilkan teori-teori tentang dunia
3 Guru bertindak sebagai orang yang hanya memberikan perintah dan penyebaran informasi kepada siswa
Guru bertindak sebagai orang yang mampu berinteraksi, sebagai moderator dengan lingkungannya terhadap siswa
4 Guru berusaha mengoreksi jawaban siswa yang benar untuk menerangkan pelajaran pada siswa
Guru berusaha mempeeroleh pendapat dan pandangan siswa agar siswa memahami konsep-konsep yang disampaikan kepada siswa untuk digunakan sebagai pelajaran berikutnya
5 Kurikulum diajarkan secara part towhole, dengan penekanan basic skill
Kurikulum disampaikan secara whole to part dengan penekanan big concept
6 Secara letak mengacu pada kurikulum untuk mencapai nilai yang tinggi
Mempengaruhi siswa untuk bertanya guna mencapai nilai yang tinggi
7 Evaluasi hasil belajar siswa dilakukan secara terpisah oleh guru dan secara keseluruhan dapat di uji hanya melalui tes
Evaluasi hasil belajar siswa adalah menyalin imajinasi dengan kebenaran melalui usaha observasi pada guru terhadap pekerjaan siswa juga
E. Proses Belajar Menurut Konstruktivisme Proses belajar dari pandangan kontruktruktuvisme dan dari aspek-aspek si belajar, peranan
guru, sarana belajar, dan evaluasi belajar adalah sebagai berikut:
1. Proses belajar kontruktuvisme secara konseptual proses belajar jika dipandang dari
pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah
dari luar kedalam diri siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan
akomodasi yang bermuara pada pemuktahiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar
lebih dipandang dari segi rosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari pada
fakta-fakta yang terlepas-lepas.
2. Peranan siswa. Menurut pandangan ini belajar merupakan suatu proses pembentukan
pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia harus aktif
melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang 6
hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil prakarsa
untuk menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi terjadinya belajar.
Namun yang akhirnya paling menentukan adalah terwujudnya gejala belajar adalah
niat belajar siswa itu sendiri.
3. Peranan guru. Dalam pendekatan ini guru atau pendidik berperan membantu agar
proses pengkontruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak
mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa
untuk membentuk pengetahuannya sebdiri.
4. Sarana belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan
belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Segala
sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan
untuk membantu pembentukan tersebut.
5. Evaluasi. Pandangan ini mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat
mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas,
kontruksi pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman.
F. Contoh Model Pengajaran Konstruktivisme
1. Model Pengajaran Interaktif (Biddulph & Osborne)
a) Guru lebih sensitif kepada ide dan persoalan pelajar.
b) Guru menyediakan pengalaman penerokaan yang membolehkan pelajar menimbul
persoalan dan mencadangkan penerangan yang munasabah.
c) Guru menydiakan aktivitas yang memfokuskan kapada ide dan persoalan oleh guru
d) Guru menyediakan aktivitas yang menggalakkan pelajar membuat penyiasatan.
e) Guru berinteraksi dengan pelajar untuk mencabar dan melanjutkan idea mereka.
7
2. Pengajaran Model Berpusatkan Masalah (Wheatley)
a) guru memilih tugasan yang berkemungkinan menjadi masalah besar kepada pelajar.
b) Pelajar membuat tugasan dalam kelompok kecil.
c) Pelajar akan berkumpul semula untuk membentangkan kepada kelas dan guru.guru
hanya berperan sebagai fasilistor.
3. Cara-cara Pelajar Membina Konsep Matematik
a) Pelajar membuat penyelesaian matematik dengan manipulatif.
b) Pelajar berbincang keputusan penyiasatan mereka.
c) Pelajar menulis hasil pengalaman mereka.
d) Pelajar belajar cara penemuan mereka.
e) Pelajar berfikir secara mencapah.
f) Pelajar menyelesaikan masalah yang terbuka.
4. Keberkesanan Strategi Pengajaran Matematik Melalui Pendekatan Kontruktivisme
a) pelajar berpeluang mengemukakan pandangan mereka terhadap suatu konsep.
b) Pelajar dapat berkongsi persepsi/ pandangan/ ide antara satu dengan yang lain.
c) Pelajar dapat menerima serta menghormati semua pandangan dari pada rekan-rekan
mereka.
5. Semua pandangan bisa diterima dan tidak dipandang rendah.
a) Pelajar dapat mengaplikasi ide baru dalam konteks yang berbeda untuk mengukuhkan
kepahaman tersebut.
b) Pelajar dapat merenung dan mengimbas kembali proses pembelajaran yang telah
dilalui
c) Pelajar dapat menghubung kaitkan ide yang asal dengan ide yang baru dibinanya.
d) Pelajar dapat mengemukakan hpotesis dari pada taktifi yang dilaluinya tetapi bukan
guru yang menerangkan teori.
e) Pelajar dapat berinteraksi dengan pelajar lain dan guru
6. Memupuk kerja sama antar individu dan kumpulan melalaui aktifiti koperatif
a) Pengajaran berpusatkan pada pelajaran
b) Guru akan dapat meningkatkan kemahiran berfikir di kalangan pelajarnya
c) Guru menjadi lebih prihatin terhadap keperluan , kebolehan serta minat pelajar.
8
G. Hubungan Konstruktivisme Dengan Teori Belajar LainSelama 20 tahun terakhir ini konstruktivisme telah banyak mempengaruhi pendidikan
Sains dan Matematika di banyak negara Amerika, Eropa, dan Australia. Inti teori ini
berkaitan dengan beberapa teori belajar seperti teori Perubahan Konsep, Teori Belajar
Bermakna dan Ausuble, dan Teori Skema.
1. Teori Belajar Konsep
Dalam banyak penelitian diungkapkan bahwa teori petubahan konsep ini
dipengaruhi atau didasari oleh filsafat kostruktivisme. Konstruktivisme yang
menekankan bahwa pengetahuan dibentuk oleh siswa yang sedang belajar, dan teori
perubahan konsep yang menjelaskan bahwa siswa mengalami perubahan konsep terus
menerus, sangat berperan dalam menjelaskan mengapa seorang siswa bisa salah
mengerti dalam menangkap suatu konsep yang ia pelajari. Kostruktivisme membantu
untuk mengerti bagaimana siswa membentuk pengetahuan yang tidak tepat.
Dengan demikian, seorang pendidik dibantu untuk mengarahkan sisiwa dalam
pembentukan pengetahuan mereka yang lebih tepat. Teori perubahan konsep sangat
membantu karena mendorong pendidik agar menciptakan suasana dan keadaan yang
memungkinkan perubahan konsep yang kuat pada murid sehingga pemahaman mereka
lebih sesuai dengan ilmuan. Konstrutivisme dan Teori Perubahan Konsep memberikan
pengertian bahwa setiap orang dapat membentuk pengertian yang berbeda tersebut
bukanlah akhir pengembangan karena setiap kali mereka masih dapat mengubah
pengertiannya sehingga lebih sesuai dengan pengertian ilmuan. “Salah pengrtian”
dalam memahami sesuatu, menurut Teori Konstruktivisme dan teori Perubahan
Konsep, bukanlah akhir dari segala-galanyamelainkan justru menjadi awal untuk
pengembangan yang lebih baik.
9
2. Teori Bermakna Ausubel
Menurut Ausubel, seseorang belajar denga mengasosiasikan fenomena baru ke
dalam sekema yang telah ia punya. Dalam proses itu seseorang dapat
memperkembangkan sekema yang ada atau dapat mengubahnya. Dalam proses belajar
ini siswa mengonstruksi apa yang ia pelajari sendiri. Teori Belajar bermakna Ausuble
ini sangat dekat dengan Konstruktivesme. Keduanya menekankan pentingnya pelajar
mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem
pengertian yang telah dipunyai. Keduanya menekankan pentingnya asimilasi
pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa.
Keduanya mengandaikan bahwa dalam proses belajar itu siswa aktif.
3. Teori Skema.
Menurut teori ini, pengetahuan disimpan dalam suatu paket informasi, atau
sekema yang terdiri dari konstruksi mental gagasan kita. Teori ini lebih menunjukkan
bahwa pengetahuan kita itu tersusun dalam suatu skema yang terletak dalam ingatan
kita. Dalam belajar, kita dapat menambah skema yang ada sihingga dapa t menjadi
lebih luas dan berkembang.
4. Konstruktivisme, Behaviorisme, dan Maturasionisme
Konstruktivisme berbeda dengan Behavorisme dan Maturasionisme. Bila
Behaviorisme menekankan keterampilan sebagai suatu tujuan pengajaran,
konstruktivime lebih menekankan pengembangan konsep dan pengertian yang
mendalam. Bila Maturasionisme lebih menekankan pengetahuan yang berkembang
sesuai dengan langkah–langkah perkembangan kedewasaan. Konstruktivisme lebih
menekankan pengetahuan sebagai konstruksi aktif sibelajar. Dalam pengertian
Maturasionisme, bila seseorang mengikuti perkembangan pengetahuan yang ada,
dengan sendirinya ia akan menemukan pengetahuan yang lengkap. Menurut
Konstruktivisme, bila seseorang tidak mengkonstruktiviskan pengetahuan secara aktif,
meskipun ia berumur tua akan tetap tidakakan berkembang pengetahuannya.
Dalam teori ini kreatifitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk
berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif mereka. Mereka akan terbantu menjadi orang
10
yang kritis menganalisis sesuatu hal karena mereka berfikir dan bukan meniru saja.
Kadang–kadang orang menganggap bahwa konstruktivisme sama dengan Teori
Pencarian Sendiri (Inguiry Approach) dalam belajar. Sebenarnya kalau kita lihat
secara teliti, kedua teori ini tidak sama. Dalam banyak hal mereka punya
kesamaan,seperti penekanan keaktifan siswa untuk memenuhi suatu hal.
Metode pencarian sendiri memang merupakan metode konstruktivisme tetapi
tidak semua konstruktivis dengan metode pencarian sendiri. Dalam konstruktivisme
terlebih yang personal sosial, justru dikembangkan belajar bersama dalam kelompok.
Hal ini yang tidak ada dalam metode mencari sendiri. Bahkan, dalam praktek metode
pencarian sendiri tidak memungkinkan siswa mengkonstruk pengetahuan sendiri,
karena langkah-langkah pencarian dan bagaimana pencarian dilaporkan dan
dirumuskan sudah dituliskan sebelumnya.
5. Pandangan Konstruktivisme Tentang Belajar adalah sebagai berikut:
1) Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan non objektif, bersifat temporer,
selalu berubah dan tidak menentu.teori ini memandang siswa secara terus menerus
memeriksa informasi-informasi baru yang berlawanan dengan aturan-aturan yang
lama dan memperbaiki aturan-aturan tersebut jika tidak sesuai lagi.
2) Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman kongkrit, aktifitas
kolaboratif dan refleksi dan interpretasi.
3) Di dalam kelas yang terpusat pada siswa, peran guru adalah membantu siswa
menemukan fakta, konsep atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan memberikan
ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas
4) Siswa secara terus menerus memeriksa informasi-informasi baru yang berlawanan
dengan aturan-aturan lama dan memperbaiki aturan- aturan tersebut jika tidak sesuai
lagi.
5) guru tidak dapat hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa
harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Guru dapat membantu
proses ini, dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi bermakna
dan sangat relevan bagi siswa. Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar
11
menyadari dan secara sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk
belajar.
H. Implikasi Konstruktivisme Pada Pembelajaran
1. Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada
hasilnya, disamping kebenaran jawaban siswa, guru juga harus memahami proses yang
digunakan siswa sehingga sampai pada jawaban tersebut.
2. Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materi yang
dibangun atau dikonstruksi para siswa sendiri bukan ditanamkan oleh guru.
Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri ketelibatan aktif dalam
pembelajaran didalam kelas konstruktufis, penyajian pengetahuan jadi tidak mendapat
penekanan.
3. Pendekatan konstruktuvisme dalam pengajaran lebih menekankan pengajaran top down
daripada bottom up
4. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan
pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
5. Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan
menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
6. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai
dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang membuat
situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
7. Discoverylearning dalam discoverylearning siswa didorong untuk belajar sendiri secara
mandiri
Pada pembelajaran konstruktivisme juga melibatkan guru-guru yang konstruktif dan
mamiliki daya kreatif tinggi. Sebagai guru yang konstruktif ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
a. Mendukung dan menerima otonomi dan inisiatif siswa
b. Menggunakan data mentah dan nara sumber asli, bersama bahan yang manipulative,
interaktif dan nyata.
12
c. Ketika member tugas, menggunakan istilah kognitif’
d. Memperbolehkan jawaban siswa menuntun pelajaran, megubah strategi pembelajaran
dan mengubah isinya.
e. Mendukung siswa untuk terlibat dalam dialog, baik dengan guru atau sesama siswa
f. Mendorong siswa untuk bertanya dengan memberiakan pertanyaan terbuka dan
mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan sesama siswa.
g. Mencari perluasan dari tanggapan siswa.
h. Mengajak siswa terlibat dalam pengalaman yang mungkin bertentangan dengan
hipotesa awal mereka dan kenudian mendorong untuk berdiskusi.
I. Kesukaraan Penerapaan Pembelajaran Dengan Pendekatan Konstruktivisme
1. Guru merasa kesulitan memberikan contoh-contoh kongkrit dan realistis.
2. Guru tidak ingin berubah, mereka tertutup/menahan diri untuk berubah.
3. Pengajaran tradisional bias sukses dan memperoleh nilai tinggi, mengapa harus berubah.
4. Guru berfikir bahwa dalam pembelajaran konstruktuvisme memerlukan lebih banyak
waktu.
5. Beban guru sudah banyak. Mereka mengajar 24 jam/45 menit dalam seminggu. Mereka
lebih suka rutinitas
6. Belum adanya alat-alat laboratorium yang cukup memadai untuk jumlah siswa yang
besar.
7. Harapan orang tua siswa adalah terfokus pada hasil belajar, sedangkan guru pada proses
belajar.
8. Guru mengajar menuruut cara bagaimana mereka diajar saat kuliah, perubahan dalam
praktek mengajar memerlukan perubahan cara mengajar dosen.
9. Guru masih beranggapan bahwa mengajar itu menghadapi tes akan menekankan pada
drilling dan skil.
10. Terlalu banyak bidang studi yang harus dipelajari kurikulum syarat dan istilah.
11. Guru mengajar diluar bidang study
12. Guru tidak memenuhi kualifikasi
13. Siswa rngharapkan informasi dari guru, mencatat dan mengerjakan test pilihan ganda
13
14. Siswa telah terbiasa dengan pembelajaran terpusat pada guru
J. Kendala Yang Mungkin Timbul Dalam Penerapan Teori Belajar Dengan Pendekatan
Konstruktivisme Disekolah-Sekolah Indonesia
1. Sulit mengubah keyakinan guru yang sudah terstruktur bertahun-tahun menggunakan
pendekatan tradisional.
2. Guru konstruktif dituntut untuk kreatif dalam merencanakan pelaran dan memilih atau
mengunakan media.
3. Siswa dan orang tua mungkin merlukan waktu beradaptasi dengan proses pembelajaran
yang baru.
4. Fleksibel kurikulummungkin masih sulit diterima oleh guru yang terbiasa dengan
kurikulum yang terkontrol.
Mengingat adanya kesukaran dalam implementasi pembelajaran konstuktivisme,
maka perlu melihat kondisi obyektif yang dikembangkan di lapangan antara lain:
1. Siswa dianggap sebagai pemikir
2. Siswa bekerja dalam kelompok.
3. Pengajaran yang menimbulkan banyak pertanyaan dari siswa sangat dihargai
4. Pada umumnya guru berpriliaku secara interaktif menggunakan lingkungan sebagai
media belajar.
5. Penelitian terjalin menjadi satu dalam pembelajaran dan dilaksnakan dalam bentuk
observasi terhadap kerja siswa/tampilan/tugas.
6. Guru mencari sudut pandang siswa untuk memahamkan konsep yang disajikan pada
siswa untuk keperluan pembelajaran lebih lanjut.
7. Kegiatan kurikulum bertumpu pada sumber data primer dan materi yang akan
digunakan single text book.
8. Kurikulum disajikan dari kesatuan ke bagian dengan penekanan konsep utama.
14
BAB III
KESIMPULAN
Teori Konstruktivisme merupakan satu faham bahwa murid membina sendiri pengetahuan
atau konsep secara aktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada. Dalam hal ini
murid akan menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan yang ada untuk
membina pengetahuan baru. Pandangan belajar menurut teori ini adalah guru tidak hanya
semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan
dibenaknya sendiri. Guru dapat membantu proses ini, dengan cara-cara mengajar yang membuat
informasi menjadi bermakna dan sangat relevan bagi siswa. Dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa
agar menyadari dan secara sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.
Pada teori ini menganjurkan peranan yang lebih aktif bagi siswa dalam Pembelajaran
mereka sendiri dibandingkan dengan apa yang saat ini dilaksanakan pada mayoritas kelas, karena
penekanannya pada siswa sebagai siswa aktif, maka strategi konstruktivisme sering disebut
pengajaran yang terpusat pada siswa. Pembelajaran ini menggalakkan murid mencipta
penyelesaian mereka sendiri dan menguji dengan menggunakan hipotesis -hipotesis dan ide-ide
baru. Hakekat dari teori konstuktivisme adalah ide bahwa siswa harus menjadikan
informasi itu miliknya sendiri.
15
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, C. A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Fuad Efendy, Ahmad. 2005. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat.
Inganah, Siti, dkk. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Malang : UMM Press.
Muhaimin, dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: CV Mitra Media.
Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam Kbk. Malang :UM PRESS.
Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran; Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
16