Komprehensif i Lp Hemaptoe

23
KOMPREHENSIF I HEMAPTOE LAPORAN PENDAHULUAN oleh. Kurnia Juliarthi NIM 132310101012 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

description

uyee

Transcript of Komprehensif i Lp Hemaptoe

KOMPREHENSIF IHEMAPTOE

LAPORAN PENDAHULUAN

oleh.Kurnia JuliarthiNIM 132310101012

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER2015DAFTAR ISI

DAFTAR ISIiLAPORAN PENDAHULUAN1A.Definisi Penyakit1B.Etiologi1C.Tanda dan Gejala1D.Patofisiologi1E.Komplikasi3F.Pemeriksaan Penunjang3G.Clinical Pathway3H.Penatalaksanaan Medis3I.Penatalaksanaan Keperawatan61.Pengkajian62.Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)83.Perencanaan /Nursing Care Plan94.Discharge Planning13J.Daftar Referensi14Lampiran pathway15

LAPORAN PENDAHULUANA. Definisi PenyakitHemaptoe adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah atau sputum yang berdarah. Batuk darah adalah batuk yang disertai pengeluaran darah dari paru atau saluran pernapasan.B. Etiologi1. Peradangan(Infeksi) : tuberkulosis, bronkiektasis, abses paru, pneumonia, bronkitis2. Neoplasma(Tumor) : karsinoma paru, adenoma, tumor ektratorakal3. Lain-lain : tromno emboli paru, traumaC. Tanda dan Gejala1. Didahului batuk keras yang tidak tertahankan2. Terdengar adanya gelembung-gelembung udara bercampur darah di dalam saluran napas3. Terasa asin / darah dan gatal di tenggorokan (DS)4. Warna darah yang dibatukkan merah segar bercampur buih, beberapa hari kemudian warna menjadi lebih tua atau kehitaman5. Bisa berlangsung beberapa hari6. Penyebabnya : kelainan paruD. PatofisiologiSetiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan hipervaskularisasi dari cabang-cabang arteri bronkialis yang berperanan untuk memberikan nutrisi pada jaringan paru bila terjadi kegagalan arteri pulmonalis dalam melaksanakan fungsinya untuk pertukaran gas. Terdapatnya aneurisma Rasmussen pada kaverna tuberkulosis yang merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe masih diragukan. Teori terjadinya perdarahan akibat pecahnya aneurisma dari Ramussen ini telah lama dianut, akan tetapi beberapa laporan autopsi membuktikan bahwa terdapatnya hipervaskularisasi bronkus yang merupakan percabangan dari arteri bronkialis lebih banyak merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe.Mekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut :1. Radang mukosaPada trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya pembuluh darah menjadi rapuh, sehingga trauma yang ringan sekalipun sudah cukup untuk menimbulkan batuk darah.2. Infark paruBiasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme pada pembuluh darah, seperti infeksi coccus, virus, dan infeksi oleh jamur.3. Pecahnya pembuluh darah vena atau kapilerDistensi pembuluh darah akibat kenaikan tekanan darah intraluminar seperti pada dekompensasi cordis kiri akut dan mitral stenosis.4. Kelainan membran alveolokapilerAkibat adanya reaksi antibodi terhadap membran, seperti pada Goodpastures syndrome.5. Perdarahan kavitas tuberkulosaPecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang dikenal dengan aneurisma Rasmussen; pemekaran pembuluh darah ini berasal dari cabang pembuluh darah bronkial. Perdarahan pada bronkiektasis disebabkan pemekaran pembuluh darah cabang bronkial. Diduga hal ini terjadi disebabkan adanya anastomosis pembuluh darah bronkial dan pulmonal. Pecahnya pembuluh darah pulmonal dapat menimbulkan hemoptisis masif.6. Invasi tumor ganas7. Cedera dadaAkibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami transudasi ke dalam alveoli dan keadaan ini akan memacu terjadinya batuk darah.E. KomplikasiKomplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari hemoptoe, yaitu ditentukan oleh tiga faktor :1. Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam saluran pernapasan.2. Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptoe dapat menimbulkan syok hipovolemik.3. Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa makanan ke dalam jaringan paru yang sehat bersama inspirasi.F. Pemeriksaan Penunjanga. X-fotoDi dapatkan pembesaran kelenjar para tracheal dengan atau tanpa adanya infiltrat. Gambaran milier atau bercak kalsifikasi.b. Pemeriksaan sputum / BakteriologisPemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB. Pemeriksaan sputum dilakukan dengan cara pengambilan cairan di lambung dan dilakukan setiap pagi 3 hari berturut-turut yaitu sewaktu pagi sewaktu.c. Pemeriksaan mantoox testSebagai standar dipakai PPO SIU atau OT 0,1 mg.G. Clinical PathwayTerlampirH. Penatalaksanaan MedisPada umumnya hemoptoe ringan tidak diperlukan perawatan khusus dan biasanya berhenti sendiri. Yang perlu mendapat perhatian yaitu hemoptisis yang masif.Tujuan pokok terapi ialah :1. Mencegah tersumbatnya saluran napas oleh darah yang beku2. Mencegah kemungkinan penyebaran infeksi3. Menghentikan perdarahan Sasaran-sasaran terapi yang utama adalah memberikan suport kardiopulmaner dan mengendalikan perdarahan sambil mencegah asfiksia yang merupakan penyebab utama kematian pada para pasien dengan hemoptisis masif. Masalah utama dalam hemoptoe adalah terjadinya pembekuan dalam saluran napas yang menyebabkan asfiksi. Bila terjadi afsiksi, tingkat kegawatan hemoptoe paling tinggi dan menyebabkan kegagalan organ yang multipel. Hemoptoe dalam jumlah kecil dengan refleks batuk yang buruk dapat menyebabkan kematian. Dalam jumlah banyak dapat menimbukan renjatan hipovolemik. Pada prinsipnya, terapi yang dapat dilakukan adalah :1. Terapi konservatif a. Pasien harus dalam keadaan posisi istirahat, yakni posisi miring ( Trendelendburg/lateral decubitus). Kepala lebih rendah dan miring ke sisi yang sakit untuk mencegah aspirasi darah ke paru yang sehat. b. Melakukan suction dengan kateter setiap terjadi perdarahan.c. Batuk secara perlahanlahan untuk mengeluarkan darah di dalam saluran saluran napas untuk mencegah bahaya sufokasi.d. Dada dikompres dengan es kap, hal ini biasanya menenangkan penderita.e. Pemberian obatobat penghenti perdarahan (obatobat hemostasis), misalnyaf. Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder.g. Pemberian cairan atau darah sesuai dengan banyaknya perdarahan yang terjadi.h. Pemberian oksigen.Tindakan selanjutnya bila mungkin :a. Menentukan asal perdarahan dengan bronkoskopib. Menentukan penyebab dan mengobatinya, misal aspirasi darah dengan bronkoskopi dan pemberian adrenalin pada sumber perdarahan.2. Terapi pembedahanReseksi bedah segera pada tempat perdarahan merupakan pilihan. Tindakan operasi ini dilakukan atas pertimbangan :a. Terjadinya hemoptisis masif yang mengancam kehidupan pasien.b. Pengalaman berbagai penyelidik menunjukkan bahwa angka kematian pada perdarahan yang masif menurun dari 70% menjadi 18% dengan tindakan operasi.c. Etiologi dapat dihilangkan sehingga faktor penyebab terjadinya hemoptoe yang berulang dapat dicegah.Busron (1978) menggunakan pula indikasi pembedahan sebagai berikut :a. Apabila pasien mengalami batuk darah lebih dari 600 cc / 24 jam dan dalam pengamatannya perdarahan tidak berhenti.b. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam dan tetapi lebih dari 250 cc / 24 jam jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%, sedangkan batuk darahnya masih terus berlangsung.c. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam dan tetapi lebih dari 250 cc / 24 jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%, tetapi selama pengamatan 48 jam yang disertai dengan perawatan konservatif batuk darah tersebut tidak berhenti.Sebelum pembedahan dilakukan, sedapat mungkin diperiksa faal paru dan dipastikan asal perdarahannya, sedang jenis pembedahan berkisar dari segmentektomi, lobektomi dan pneumonektomi dengan atau tanpa torakoplasti. Penting juga dilakukan usaha-usaha untuk menghentikan perdarahan. Metode yang mungkin digunakan adalah :a. Dengan memberikan cairan es garam yang dilakukan dengan bronkoskopi serat lentur dengan posisi pada lokasi bronkus yang berdarah. Masukkan larutan NaCl fisiologis pada suhu 4C sebanyak 50 cc, diberikan selama 30-60 detik. Cairan ini kemudian dihisap dengan suction.b. Dengan menggunakan kateter balon yang panjangnya 20 cm penampang 8,5 mm.I. Penatalaksanaan Keperawatan1. Pengkajian1. Anamnesaa. Data Demografi : Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber informasi).b. Keluhan Utama: Pasien hemaptoe ditandai dengan sesak nafas, batuk dan berat badan menurun.c. Riwayat Penyakit Sekarang: pasien hemaptoe sering panas lebih dari dua minggu sering batuk yang disertai dengan darah, anoreksia, lemah, dan berkeringat banyak pada malam harid. Riwayat Penyakit Dahulu: pasien mempunyai riwayat tertentu seperti penyakit jantung, TBC dll.e. Riwayat Penyakit Keluarga: biasanya keluarganya mempunyai penyakit menular atau tidak menular.f. Riwayat psikososialRiwayat psikososial sangat berpengaruh dalam psikologis pasien dengan timbul gejala-gejala yang dialami dalam proses penerimaan terhadap penyakitnya, meliputi : perumahan yang padat, lingkungan yang kumuh dan kotor, keluarga yang belum memahami tentang kesehatan.2. Pengkajian 11 Pola fungsional Gordon1. Pola Persepsi dan Penanganan KesehatanBiasanya pasien mempunyai kebiasaan merokok, penggunaan alkohol, dan kebiasaan olahraga. Setelah masuk rumah sakit biasanya kebiasaan merokoknya berhenti.2. Pola Nutrisi/MetabolismeSebelum sakit biasanya nafsu makan tidak terganggu, tetapi setelah masuk rumah sakit nafsu makan menurun, diet khusus / suplemen, fluktasi berat baan dan anoreksia.3. Pola EliminasiPada saat sebelum dan setelah masuk rumah sakit umumnya pasien tidak mengalami gangguan eleminasi4. Pola AktivitasSebelum masuk rumah sakit pasien masih segar bugar dan bisa melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Tetapi setelah masuk rumah sakit aktivitas dasar pasien terganggu seperti makan minum, toileting, berpakaian, dll.5. Pola Istirahat TidurUmumnya pasien mengalami gangguan pola tidur / istirahat setelah masuk rumah sakit, beda dengan sebelum masuk rumah sakit. Manusia normalya tidur >6 jam per hari, setelah masuk rumah sakit hanya bisa tidur 1-4 ja6. Pola Kognitif-PersepsiSebelum dan setelah masuk rumah sakit, umumnya pasien tidak mengalami gangguan pada indera7. Pola Peran HubunganHubungan pasien dengan keluarga dan masyarakat sekitar cukup baik sebelum masuk rumah sakit dan setelah masuk rumah sakit biasanya hubungan dengan orang-orang sekitar semakin bertambah karena pasien sakit membutuhkan perhatian orang sekitar8. Pola Seksualitas/ReproduksiUntuk pasangan suami istri yang biasanya melakukan seksualitas secara teratur, namun ketika sakit pola seksualitas akan terganggu9. Pola Koping Toleransi StressPenyebab stres, koping terhadap stres, dan pemecahan masalah. Sebelum masuk rumah sakit sudah banyak pikiran misalnya tentang sosial-ekonomi ditambah lagi ketika manusia masuk rumah sakit pikiran tersebut bisa menambah dua kali lipat10. Pola Keyakinan NilaiSebelum masuk rumah sakit pasien rajin sholat dan beribadah kepada Tuhannya, tetapi setelah masuk rumah sakit mungkin pasien hanya bisa beribadah lewat doa-doa dan cara sholat yang duduk maupun tiduran di tempat tidur11. Pola Konsep diriPasien selalu berespon atau mengatakan bahwa dirumah lebih nyaman daripada dirumah sakit dan pasien ingin sekali cepat sembuh dan kembali ke rumah berkumpul bersama keluarga terdekat3. Pemeriksaan Fisika. Keadaan umum: Keadaan penyakit, kesadaran, suhu meningkat, dan BB menurun.b. Tanda-tanda Vital : TD:.., RR:..., HR:.., Suhu:,...c. Kepala: d. Mata : e. Telinga :f. Hidung :g. Mulut :h. Leher :i. Thoraks: Bentuk thorax pasien hemaptoe biasanya tidak normal (Barrel chest)j. Paru: Bentuk dada simetris/tidak, pergerakan paru tertinggal/bersama, adanya whezing atau ronkhi.k. Jantung: ada/tidak suara 1 dan suara 2 tambahanl. Abdomen: Biasanya terdapat pembesaran limfa dan hatim. Urogenitaln. Ekstremitas: kekuatan otot, akralo. Kulit dan kukup. Keadaan lokal2. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas (sekresi dibronkus, mukus yang berlebihan); fisiologis (infeksi).2. Nyeri akut b.d agen injuri (fisik).3. Ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologi (hemaptoe).4. Gangguan rasa nyaman 5. Kurang pengetahuan b.d kurangnya paparan informasi.6. PK infeksi10

3. Perencanaan /Nursing Care PlanNo.Diagnosa (PES)Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)Intervensi (NIC)Rasional

1.1.Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas (sekresi dibronkus, mukus yang berlebihan), fisiologis (infeksi) ditandai denganDS : DispneuDO :1. Penurunan suara nafas2. Orthopneu3. Sianosis4. Kelainan suara (crackles, wheezing)5. Kesulitan berbicara6. Batuk7. Produksi sputumTujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan bersihan jalan klien menjadi efektif.Kriteria hasil : a) Suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dipsneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah)b)Menunjukkan jalan napas yang paten (irama nafas, frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara napas abnormal)c)Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan napas.1. Auskultasi suara napas 1-4 jam2. Pantau pola nafas, meliputi rate, kedalaman, dan upaya bernafas3. Berikan oksigen sesuai order4. Observasi sputum, warna, bau, dan volume5. Dorong pemberian cairan lebih dari 2500ml/ hari kecuali klien dengan gangguan jantung atau ginjal6. Berikan kompres dingin dibagian leher dan dada klien7. Berikan pengobatann seperti obat koagulan dan antitusifa. Suara napas normal jelas atau krakels tersebar dibagian dasar yang jelas dengan napas dalam.b. Respiratory rate normal untuk dewasa tanpa dispneu adalah 16-24,adanya sekresi pada jalan napas RR akan meningkatc. Pemberian oksigen dapat memperbaiki hipoksemiad. Sputum normal adalah bening atau abu-abu dan minimal sputum abnormal adalah hijau, kuning atau terdapat bercak darah, berbau, dan biasanya jumlah banyake. Meminimalisasi keringnya mukosa dan memaksimalkan kerja silia untuk mengeluarkan sekresif. Kompres dingin memberikan efek vasokontriksi pada pembuluh darah sehingga perdarahan dapat dikontrolg. Obat koagulan diberikan untuk menghentikan perdarahan dan obat golongan antitusif untuk mengurangi batuk pada klien melalui penekanan pusat saraf batu

2.2.Nyeri akut b.d agen injuri (fisik) ditandai dengan perubahan nafsu makan, perubahan respiratory rate, melaporkan nyeri secara verbal ditandai dengan:DS : Laporan secara verbalDO :1. Posisi untuk menahan nyeri2. Tingkah laku berhati-hati3. Gangguan tidur4. Kurang fokus5. Perubahan dalam tonus otot mungkin lemah6. Tingkah laku ekspresif ( gelisah, merintih)7. Perubahan dalam nafsu makan dan minumTujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan 1 x 2 jam diharapkan nyeri yang dirasakan klien berkurang.Kriteria hasil :a) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeric) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri)d) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

1. Lakukan pengkajian menyeluruh pada nyeri meliputi PQRST2. Kaji adanya nyeri secara rutin, biasanya dilakukan pada pemeriksaan TTV dan selama aktivitas dan istirahat3. Minta klien untuk menjelaskan pengalaman nyeri sebelumnya, keefektifan intervensi manajemen nyeri, respon pengobatan analgetik termasuk efek samping, dan informasi yang dibutuhkan4. Manajemen nyeri akut dengan pendekatan multimodal5. Jelaskan pada klien mengenai pendekatan manajemen nyeri, termasuk intervensi farmakologi dan nonfarmakologi.6. Minta klien untuk menjelaskan nafsu makan, eliminasi, dan kemampuan untuk istirahat dan tidur7. Sebagai tambahan administrasi obat analgesik, dukung klien untuk menggunakan metode nonfarmakologi untuk membantu mengontrol nyeri, seperti distraksi, imaginary, relaksasi dengan menarik napas dalam1. Pengkajian menyeluruh pada nyeri termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi penting untuk menentukan penyebab utama nyeri dan pengobatan yang efektif2. Nyeri akut sebaiknya dikaji saat istirahat (penting untuk kenyamanan) dan selama bergerak (penting untuk fungsi dan menurunkan risiko terjadinya kardiopulmonari dan tromboembolitik pada klien)3. Memperoleh riwayat nyeri individu membantu untuk mengidentifikasi faktor potensial yang mungkin mempengaruhi keinginan pasien untuk melaporkan nyeri, seperti intensitas nyeri, respon klien terhadap nyeri, cemas, farmakokinetik dari analgesik4. Manfaat dari pendekatan ini adalah dosis efektif terendah dari setiap obat bisa diberikan, hasilnya efek samping dapat diminimalkan seperti terjadinya oversedasi dan depresi respirasi5. untuk meningkatkan kemampuan kontrol nyeri adalah klien memahami nyeri secara alami dengan baik, pengobatannya dan peran klien dalam mengontrol nyeri6. Strategi perilaku-kognitif dapat menjadi sumber kontrol diri klien, keberhasilan personal, dan berpartisipasi aktif dalam pengobatannya sendiri

3Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologi (hemaptoe) ditandai dengan berat badan turun dengan intake makanan yang tidak adekuat, nyeri dada, kesulitan menelan makanan dtandai dengan :DS:1. Nyeri abdomen2. Muntah3. Kejang perut4. Rasa penuh tiba-tiba setelah makanDO :1. Diare2. Kurang nafsu makan3. Bising usus berlebih4. Konjungtiva pucat5. Denyut nadi lemahTujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhiKriteria hasil : a) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.b) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.c) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.1. Pantau intake makanan2. Tawarkan makanan yang biasa pasien makan3. Anjurkan pasien yang mungkin tidak nafsu makan untuk makan sedikit tapi sering4. Pantau eliminasi pasien5. Berikan pengobatan antiemetik dan nyeri sesuai order dan keperluan1. Pencatatan intake makanan membantu klien dan perawat, mengakaji makanan yang biasa dimakan, pola makan2. Setiap orang menyukai makanan yang biasa dimakan, terutama ketika mereka sakit3. Pasien harus tetap mengkonsumsi makanan walaupun sedikit untuk menghindari dari resiko peningkatan asam lambung4. Mengetahui intake dan output nutrisi pasien dapat dikategorikan normal atau abnormal5. Adanya mual/ muntah atau nyeri menimbulkan penurunan nafsu makan

4. Discharge Planning1. Jelaskan kepada pasien dan keluarga untuk mengkonsumssi obat yang telah diberikan pihak rumah sakit sampai batas pemakaian2. Untuk sementara, anjurkan kepada pasien dan keluarga agar mengatur posisi tidur pasien dirumah dengan posisi supinasi (terlentang)3. Jelaskan kepada pasien dan keluarga untuk membatasi aktivitas pasien hemaptoe (bedrest)4. Anjurkan kepada keluarga untuk mengantar pasien ke rumah sakit untuk kontrol sesuai anjuran

Lampiran pathway

Peradangan (Tuberculosis, Pneumonia, Bronklektasis, Brokitis, Abses paru), Neoplasma ( Karsinoma Paru, Adenoma), Lain-lain (Trombo emboli paru, trauma)Batuk produktif (batuk terus menerus)Batuk beratDroplet infeksiTerhirup orang sehatResiko InfeksiTerjadi robekan pembuluh darah pada paru-paruDistensi abdomenMual, muntahHEMAPTOEPerdarahanKetidakefektifan bersihan jalan nafasIntake nutrisi kurangKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhPK infeksiFisik (batuk)psikologisKurang pengetahuanGangguan rasa nyamanAnsietas, takutNyeri akut