KHARISMATIKA

download KHARISMATIKA

of 45

Transcript of KHARISMATIKA

Pdt. Stefanus Suheru, M.A. Charismatics

Pentecostalism &

PENTECOSTALISM1. LATAR BELAKANG HISTORIS Sejarah gerakan Pentakosta tidak dapat dipisahkan dari seorang tokoh yang bernama John Wesley, pendiri Gereja Methodis. Dari pengalaman rohaninya yang sangat menarik, ia menekankan pentingnya second blessing, yang terjadi setelah pertobatan. Pada tanggal 1 Januari 1739, ada semacam pesta kasih di Petter Lane yang dihadiri oleh 60 orang. Pada dini hari jam 03.00, tatkala mereka sedang berdoa dengan tekun, datanglah kuasa Allah sehingga ada yang berteriak dengan penuh kesukaan dan ada pula yang tergeletak jatuh ke lantai serta memuji kebesaran Allah. Menurut mereka, inilah pengalaman second blessing ( pengalaman disucikan ). Dengan dasar ini, John Wesley menulis sebuah buku dengan judul : A Plain Account of Christian Perfection as Believed and Taught by The Rev. John Wesley . Buku ini terdiri atas 81 halaman, yang merupakan pernyataan dasar dari Holiness Movement (Gerakan Kesucian) yang kelak di kemudian hari melepaskan diri dari Gereja Methodis. Dalam buku tersebut ada dua (2) penekanan utama, yaitu : Pertobatan saja belumlah cukup. Ada second blessing , yang memberikan dasar bagi orang-orang percaya agar hari demi hari semakin disucikan sehingga hidup berkemenangan. Dengan berkembangnya Gereja Methodis ke Amerika Serikat, maka gagasan Holiness Movement inipun dibawa masuk ke daerah baru tersebut. Kepada para penginjil pertama Methodis yang mengabarkan Injil ke sana, Francis Asbury & Richard Wright, John Wesley menekankan bahwa tujuan Pekabaran Injil Methodis adalah : [1] Membawa pembaharuan kepada benua Amerika. [2] Menyebarluaskan kesucian Alkitabiah ke seluruh dunia. Ternyata gerakan Methodis tersebut mendapat sambutan hangat. Di mana-mana terjadi Kebangunan Rohani, dengan tanda-tanda yang serupa dengan apa yang terjadi dalam gerakan Pentakosta di kemudian hari, misalnya : (a) Berseru memohon pengampunan dosa. (b) Menangis dan berteriak memohon Allah melepaskan mereka dari dosa-dosa yang tersembunyi. (c) Tubuh yang bergeletar. (d) Jatuh ke lantai. (e) Teriakan-teriakan sukacita.1Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &Semuanya ini dapat dikatakan sebagai reaksi atas kesuaman gereja-gereja yang ada pada waktu itu, yang terikat oleh liturgi yang ketat serta intelektualisme yang kering. Dengan demikian, John Wesley dapat disebut sebagai Bapak Aliran Kesucian & Pentakosta. 2. PERKEMBANGAN SELANJUTNYA Dengan memuncaknya semangat kesucian, terjadilah kebangunan rohani yang sangat termasyur di Cane Ridge Camp Meeting, Logan County, Kentucky, pada tahun 1800. Gejala yang dilaporkan adalah : jatuh ke lantai, menggonggong seperti anjing, menggeram, tertawa suci, tarian suci seperti Daud, tidak sadar berjam-jam lamanya dan setelah sadar kembali telah disucikan. Kebangunan Rohani semacam itu terus berlangsung selama satu tahun, sehingga pada tahun 1801 sudah terkumpul sekitar 25.000 orang. Dalam sinar api unggun, ratusan orang berdosa jatuh ke tanah, bahkan kadangkala seluruh jemaat berseru nyaring. Dari negara bagian Kentucky, gerakan ini menyebar ke Tennessee, North & South Carolina, West Virginia dan Georgia. Di mana-mana gejala-gejala yang sama terus berulang. Pada tahun 1801 dalam suatu kebaktian kebangunan rohani di universitas Georgia, banyak orang yang jatuh tergeletak lalu berbicara dengan bahasa Roh. Sebenarnya ini bukan hal baru, namun baru kali inilah dalam gerakan Kesucian ini, hal-hal tersebut di atas mendapatkan perhatian yang besar dan meluas. Semangat kesucian ini dihembuskan kembali dengan hebat (gelombang pertama) melalui kebangunan rohani yang dipimpin oleh Charles G. Finney (1792 - 1875). Perkembangan selanjutnya sedemikian pesat, sehingga datang gelombang berikutnya (Gelombang Kedua) pada akhir dasawarsa 1850-an. Kesucian ini sudah menjadi ciri khas Methodisme. Tokoh yang menonjol adalah Ny. Phoebe Palmer, seorang anggota gereja Methodis di New York, yang mengadakan pertemuan hari Selasa untuk kesucian. Dalam pertemuan-pertemuan semacam ini, ratusan pendeta dan kaum awam datang untuk mendengarkan ajaran-ajaran yang dikemukakan oleh Ny. Phoebe Palmer, antara lain yang terpenting adalah : Jalan terdekat untuk kesempurnaan adalah dengan jalan menyerahkan segalanya di atas altar & menerima baptisan Roh Kudus. Dengan demkian, Ny. Phoebe Palmer menjadi pemimpin utama dari Gerakan Kesucian Nasional di Amerika Serikat dan Canada Gelombang ketiga dan terbesar muncul sejak paruhan kedua dasawarsa 1860-an, segera setelah Perang Saudara di Amerika Serikat (1860 - 1865). Masa pasca-perang saudara ini ditandai oleh degradasi moral, banyak rohaniwan yang kualitas pendidikan & kerohaniannya sangat meragukan, gereja menjadi suam, dan banyak orang membutuhkan pegangan iman yang pasti. Dalam suasana seperti inilah kembali angin Gerakan Kesucian (Holiness Movement) bertiup kencang dan menjadi sangat populer, dengan semboyan mereka, The Only Answer To The Crisis of Moral.2Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &Tokoh-tokohnya yang terkenal pada era ini adalah William B. Osborn & John S. Inskip. Mereka menyelenggarakan serangkaian camp meeting yang berskala nasional dengan nama National Camp Meeting Association for the Promotion of Holiness. Rangkaian pertemuan itu, antara lain menghasilkan National Holiness Movement & National Holiness Association yang dipimpin oleh John S. Inskip, dan berkembang pesat hingga mencapai puncaknya pada tahun 1880-an. Mereka yang tergabung di dalamnya mengaku mengalami penyucian dan kesempurnaan hidup sebagai berkat kedua. Statistik : Tahun 1887 National Holiness Association memiliki 206 penginjil Kesucian, Tahun 1891 National Holiness Association memiliki 304 penginjil Kesucian. Ada beberapa faktor penunjang/alasan yang membuat banyak orang tertarik pada Gerakan Kesucian ini, antara lain : (1) Gerakan ini didukung oleh kalangan Kristen Urban (orang-orang kota) yang berpendidikan namun sekaligus bersikap konservatif, yakni tidak menyukai adanya perubahan mendadak dalam bentuk kegiatan dan kehidupan gereja yang dilakukan sejumlah pendeta yang mereka nilai kelewat progresif. (2) Pandangan teologis para pendeta progresif itu, yang sebagian mengikuti pendidikan di Jerman, dinilai banyak warga gereja sangat liberal (antara lain menerima studi kritis atas Alkitab) dan dianggap telah dipengaruhi oleh paham evolusionisme Darwin. Warga gereja pada umumnya memahami Alkitab sebagai tak mungkin keliru atau tak mengandung kesalahan (fundamentalistis) serta menjadi landasan dan pegangan dalam mengejar kesucian dan kesempurnaan hidup, sehingga sorotan kritis atas Alkitab dianggap mengancam kehidupan iman. (3) Kebangunan rohani yang diprakarsai Gerakan Kesucian ini, setidaknya hingga tahun 1880-an, dilihat juga sebagai kekuatan pemersatu, sebab menembus batasbatas aliran gereja (denominasi), kendati kalangan Methodis tetap pemeran utama. Perkembangan Gerakan Kesucian memang luar biasa, namun ekstrimisme juga banyak terjadi, antara lain : [a] Ada yang menekankan Third Blessing (Baptisan Api). [b] Ada yang anti-dokter dan anti-obat. Aksi tentu menimbulkan reaksi, demikian pula dengan Gerakan Kesucian. Timbul reaksi di mana-mana, yang menuduh mereka itu sebagai semi Pelagian & terikat Taurat. Namun, di tengah-tengah reaksi yang demikian, Gerakan Kesucian terus berkembang dengan pesat, merambah ke berbagai negeri, antara lain ke Inggris, ke lingkungan asal Methodis. William Booth, pendiri Bala Keselamatan, adalah salah seorang tokoh yang sangat mendukung gerakan ini di sana. Namun sementara gerakan ini berkembang pesat, sejak tahun 1880-an terjadi pula di dalamnya serentetan3Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &pertikaian yang bermuara pada pemisahan atau perpecahan. Puncak pertikaian itu terjadi pada dasawarsa pertama abad XX. Ada beberapa faktor penyebab pemisahan ataupun pertikaian di lingkungan gerakan ini, antara lain : The National Holiness Association, yang mewadahi gerakan ini sejak sekitar 1870, secara berangsur telah menjelma menjadi lembaga tersendiri di luar gereja Methodis Hal ini bagi banyak pemimpin Methodis yang berpegang pada disiplin organisasi gereja itu dilihat sebagai penyimpangan yang berbahaya. Dalam gerakan ini tampil kelompok radikal yang menghendaki agar dibentuk gereja baru. Salah seorang di antaranya adalah Daniel S. Warner , yang sejak 1880 membentuk Church of God, yang berkantor pusat di kota Anderson, yang belakangan menjadi salah satu organisasi gereja dalam rumpun Pentakosta. Jadi, mereka tetap menyebut diri penganut gerakan kesucian, namun memisahkan diri dari penganut kesucian yang tetap setia kepada gereja Methodis ataupun kepada gereja-gereja mapan lainnya, lalu membentuk organisasi gereja sendiri. Dengan demikian, mereka menjadikan rumpun gereja kesucian sebagai denominasi tersendiri. 3. GEREJA-GEREJA KESUCIAN Dari gerakan Kesucian ini, muncullah dua corak gereja, yakni Holiness Churches dan Pentecostal Churches. 3.1. Salah satu gereja kesucian yang terpenting adalah Church of God. Antara tahun 1880 - 1923 ada sekitar 200 kelompok yang memakai nama ini, dengan berbagai variasi. Mengapa hal ini bisa terjadi ? Church of God yang tadinya muncul itu merupakan kelompok yang terpisah, dan tidak saling mengenal. Salah satu alasan mereka senang memakai nama ini adalah karena menurut mereka nama itulah yang berulang kali ditemukan di dalam Alkitab. Church of God yang pertama dan terkenal sampai saat ini didirikan pada tahun 1880 oleh Daniel S. Warner dari Anderson, Indiana. Sebelum tahun 1894 bercorak Holiness, setelah itu bercorak Pentakosta. Church of God in Christ didirikan oleh C.H. Mason dan C.P. Jones (tadinya berasal dari Baptis ) pada tahun 1895. Kini menjadi Gereja Negro Pentakosta terbesar di dunia, dan menjadi Gereja Pentakosta Kedua Terbesar di Amerika Serikat setelah Assemblies of God (Pada tahun 1991 beranggotakan sekitar 5,5 juta jiwa). Church of God, Tenneessee dimulai dengan kebaktian kebangunan rohani di bawah pimpinan beberapa orang pendeta pada tahun 1896. Di bawah pimpinan Rev. Bryant, kelompok ini berkembang terus. Mereka mengadakan pertemuanpertemuan yang dikenal dengan nama : kebaktian-kebaktian Camp Creek,4Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &dengan penekanan pada : [a] Kesucian, termasuk anti permen, anti obat, anti dasi, dan anti daging. [b] Kesembuhan Ilahi. [c] Baptisan Api. [d] Kedatangan Kristus Kedua Kali. Pada tahun 1902, gereja lokal pertama mulai dibentuk dengan nama The Holiness Church at Camp Creek, yang kemudian disebut Church of God, Cleveland. Gereja ini kemudian menjadi salah satu aliran Pentakosta yang terbesar di dunia. 3.2. Fire Baptized Holiness Church (Gereja Kesucian Baptisan Api) adalah salah satu gereja yang muncul dari lingkungan National Holiness Association, yang tidak betah lagi di lingkungan Methodis. Gereja ini dimulai di negara bagian Iowa pada tahun 1895, didirikan oleh B.H. Irwin, seorang ahli hukum yang kemudian menjadi pendeta Baptis dan menyukai penekanan pada kesucian. B.H. Irwin mengajarkan adanya Third Blessing, yaitu Baptisan Api, yang ditandai dengan great ecstacy and demonstration of Joy yang sering terungkap lewat teriakan, erangan, berbahasa Roh, kesurupan, dan bahkan kejang-kejang. Ajaran ini dipromosikan dengan mendasarkannya pada beberapa nats Alkitab, antara lain di Matius 3:1 dan Lukas 3:16. Fire Baptized Holiness Church (Gereja Kesucian Baptisan Api) ini menyediakan mata-rantai penting, yang menghubungkan secara langsung gerakan Kesucian dengan gerakan Pentakosta abad XX. Charles F. Parham pernah bekerjasama dengan B.H. Irwin pada tahun 1901, dengan mempromosikan Fire Baptized Holiness Church (Gereja Kesucian Baptisan Api). 3.3. Christian and Missionary Alliance (CAMA) didirikan oleh A.B. Simpson pada tahun 1887 di New York. Ajarannya yang terkenal adalah Four Fold Gospel (Injil Empat Ganda) sebagai berikut : Kristus adalah Juru Selamat, Penyuci dengan Roh, Penyembuh yang Agung, dan Raja yang akan datang. CAMA ini mengirim banyak penginjilnya ke Indonesia, antara lain R.A. Jaffray, dan menghasilkan berbagai organisasi gereja yang masuk rumpun KINGMI (Kemah Injil Gereja-gereja Masehi Indonesia; kini berganti nama menjadi GKII : Gereja Kemah Injil Indonesia). CAMA bersama gereja-gereja yang dihasilkannya mendirikan sejumlah sekolah Alkitab dan perguruan tinggi teologi, beberapa di antaranya menggunakan nama Jaffray, antara lain yang di Ujung Pandang dan Jakarta (STT Jaffray). 3.4. Church of The Nazarene dimulai pada tahun 1895 di Los Angeles oleh Phineas Breese. Kini menjadi Gereja Kesucian terbesar di Amerika Serikat (beranggotakan sekitar 500.000 orang). Gereja ini nantinya membuka cabang di Indonesia dan memelopori pembentukan Sekolah Theologia Injili Indonesia (STII ) & Universitas Kristen Maranatha (UKRIM) di Yogyakarta.5Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &3.5. Pentecostal Holiness Church didirikan oleh A.B. Crumpler pada tahun 1900. Ia tadinya berasal dari Methodis, kemudian keluar setelah ada kecenderungan di kalangan Methodis untuk menentang kesucian. Pada mulanya Pentecostal Holiness Church ini bercorak kesucian, namun kemudian bercorak Pentakosta. Salah seorang penginjil terkenal dari gereja ini adalah Oral Roberts (yang kemudian menghebohkan karena ia masuk kembali ke Methodis). 3.6. Gereja-gereja Kesucian lainnya sangat banyak jumlahnya, namun pada umumnya terdiri atas kelompok-kelompok yang kecil, antara lain : a. Wesleyan Church. Di Indonesia dikenal dengan nama Gereja Wesleyan Indonesia yang ada di Bandung dan Magelang, dan memiliki Sekolah Tinggi Theologia Wesleyan. b. Free Methodist Church (Gereja Methodis Merdeka) Di Indonesia ada di Sumatera Utara. c. The Missionary Church Gereja Misionaris memiliki keanggotaan lebih dari 180.000 orang di lebih dari 1.700 jemaat di 34 negara. Pada tahun 2005, di Amerika Serikat ada 35.538 anggota di 426 jemaat. Indiana menjadi pusat denominasi secara geografis, dengan hampir setengah dari anggotanya. Di Ohio dan Michigan juga ada sejumlah besar anggota. 4. AWAL GERAKAN PENTAKOSTA Meskipun gejala bahasa Roh sudah ada sejak jaman para rasul dan di sepanjang sejarah gereja, gejala itu agak terisolir dan tidak menjadi suatu gerakan yang bersifat meluas (world-wide). Hanya karena pendeta Charles Fox Parham, gagasan bahasa Roh itu menjadi meluas ke mana-mana. Charles Fox Parham (1873 - 1929) adalah seorang pendeta Methodis yang menyukai ajaran kesucian (second blessing). Ia mengikuti kebaktian-kebaktian di Fire Baptized Holiness Church (Gereja Kesucian Baptisan Api). Komentarnya : Saya tidak menyukai emosi yang berlebih-lebihan, namun saya tidak menolak adanya Baptisan Roh. Karena tidak menyukai denominasionalisme, maka pada tahun 1895 ia keluar dari Gereja Methodis dan pada tahun 1898 ia mendirikan Bethel Healing Home (Wisma Penyembuhan Ilahi Bethel) di Topeka, di mana ia mengumpulkan orang-orang sakit untuk disembuhkan. Pada tahun 1900, Parham menyelenggarakan tour pelayanan kesucian & penyembuhan ke berbagai kota di Amerika Serikat. Kembali ke Topeka, ia menemukan bahwa pekerjaannya dianggap keliru dan diharamkan oleh gereja-gereja utama setempat. Parham tidak menerima perlakuan itu, lalu membeli sebuah gedung, persis di luar batas6Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &kota, dan mendirikan Bethel Bible School menjelang akhir tahun 1900, dengan jumlah murid 40 orang. Pada liburan Natal, sebelum meninggalkan kota itu selama tiga hari untuk berkhotbah di Kansas City, ia menugaskan kepada para muridnya mempelajari ciri-ciri utama gerakan kesucian, termasuk penyucian dan penyembuhan ilahi, demikian juga selukbeluk Baptisan Roh ( yang seringkali disebut Pentecostal Blessing ), bertolak dari peristiwa-peristiwa yang dituturkan dalam Kisah Para Rasul (2:4, 10:45, dan 19:6). Tatkala Parham kembali dan menanyakan hasilnya, ia mendapatkan laporan bahwa semua muridnya setuju bahwa Baptisan Roh haruslah disertai dengan bahasa Roh. Berdasarkan hal itu, Parham menarik kesimpulan bahwa baptisan Roh pasti selalu ditandai oleh glossolalia. Ia yakin bahwa kesimpulan itu adalah penafsiran yang paling tepat atas nats-nats di kitab Kisah Para Rasul itu. Kemudian Parham mengajak para muridnya berupaya memperoleh Baptisan Roh yang disertai dengan bahasa Roh, dengan mengadakan doa semalam suntuk sejak 31 Desember 1900. Pada tanggal 1 Januari 1901, Agnes N. Ozman meminta Parham meletakkan tangannya di atas kepalanya dan berdoa baginya agar ia memperoleh Baptisan Roh disertai bukti berbahasa Roh. Dan hal itu sungguh-sungguh terjadi. Agnes N. Ozman berbahaya Kuo Yu (bahasa Cina) dengan lingkaran cahaya pada wajah dan di atas kepalanya. Selama 3 hari ia terus berbicara dalam bahasa Kuo Yu. Para murid yang lain juga menyusul memperoleh pengalaman yang serupa, bahkan akhirnya atas diri Parham sendiri. Menurut laporan, ada 21 bahasa yang diucapkan dalam pertemuan di Topeka ini, antara lain : bahasa Perancis, Jerman, Bulgaria, Rusia, Italia, Spanyol, dan Norwegia. Padahal mereka belum pernah belajar bahasa-bahasa tersebut sebelumnya. Peristiwa itu dipandang sebagai hari lahirnya Gerakan Pentakosta (Awal Gerakan Pentakosta). Dan Parham adalah orang pertama yang mengajarkan doktrin bahwa bahasa Roh adalah satu-satunya tanda/bukti dari Baptisan Roh ! Peristiwa ini menjadi sangat termasyur, sehingga akibatnya adalah sangat banyak orang yang datang ke sana untuk mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi. Hal ini merupakan propaganda bagi Gerakan Pentakosta yang masih sangat muda itu. Setelah peristiwa di Topeka itu, Parham menutup sekolah Alkitabnya pada tahun itu juga (1901), lalu mengutus para muridnya menyebarluaskan amanat Pentakosta itu. Parham sendiri melakukan banyak perjalanan untuk mengadakan kebaktian kebangunan rohani dengan doktrin yang diyakininya. Dengan demikian, tersebarlah doktrin Pentakosta itu ke pelbagai daerah di Amerika Serikat. Sejak tahun 1905, Parham memusatkan kegiatannya di kota pelabuhan Houston, Texas dan membuka sekolah Alkitab The Bible Training School. Dimulai dengan 25 murid, salah seorang di antaranya adalah William J. Seymour (1870-1922), seorang negro, yang kemudian hari terkenal dengan sebutan Rasul Asuza Street !7Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &Parham pernah mempunyai pandangan yang sangat ekstrim, yaitu dengan adanya bahasa Roh, tidak perlu lagi seorang missionaris yang pergi ke negeri asing mempelajari bahasa negeri itu. Cukup meminta pimpinan Roh, maka kita dapat mengabarkan Injil (berkhotbah) dalam bahasa asing itu. Mengikuti pandangan ini, ada seorang murid Parham yang mengabarkan Injil ke India, dan ternyata cara ini mengalami kegagalan total. 5. PERANAN REVIVAL DI AZUSA STREET Peranan William J. Seymour dalam perkembangan gerakan Pentakosta selanjutnya sangat penting. Ia adalah seorang pengkhotbah Baptis yang menerima ajaran kesucian dan kemudian belajar di The Bible Training School. Secara fisik, tampaknya tidak mengesankan. Tubuhnya pendek, berkulit hitam, bermata satu, miskin, dan tidak terpelajar. Namun kenyataannya, ia adalah seorang yang dipakai oleh Tuhan sehingga sangat berjasa bagi perkembangan gerakan Pentakosta. Pada suatu hari, ia menerima undangan khotbah dari Church of The Nazarene di Los Angeles. Ia berkhotbah dari Kisah Para Rasul 2:4, dengan penekanan baptisan Roh yang disertai tanda bahasa Roh. Akibatnya, Seymour diusir dari gereja tersebut. namun ia diterima di rumah Francis Asbury (orang negro) di 312 Bonnie Brae Street. Di situlah ia meneruskan kebaktian-kebaktiannya. Asbury sekeluarga menerima baptisan Roh yang disertai dengan bahasa Roh (April 1906). Kebaktian-kebaktian berjalan terus dan mulai banyak orang yang datang, sehingga ruangan penuh sesak. Tanda-tanda dalam kebaktian itu adalah : orang yang dibaptiskan dengan Roh berbahasa Roh. Ruangan kian sempit, sehingga mereka mencari tempat lain yang lebih luas. Mereka mendapatkan bahwa di 312 Azusa Street ada sebuah rumah yang besar, namun kondisinya rusak, tua, dan sangat kotor. Mereka merasa bahwa inilah tempat yang mereka cari. Mottonya : Dengan keadaan demikian, orang yang paling miskin pun, dapat datang di kebaktian. Maka mulailah serangkaian kebaktian kebangunan rohani yang sangat bernilai historis antara tahun 1906 - 1909 (tiga tahun) secara terus menerus di tempat itu. Tidak jarang dimulai jam 10.00 A.M. sampai jam 03.00 A.M. hari berikutnya. Inilah merupakan dapur penggodogan api gerakan Pentakosta yang kemudian menyebar luas ke segala penjuru dunia. Adapun ciri-ciri khas Revival di Azusa Street adalah : [1] Tidak ada koor yang baik, tidak ada buku-buku nyanyian, dan tidak ada liturgi. Yang ada hanyalah perasaan religius yang sangat dalam. [2] Seymour berkhotbah dengan penuh semangat sambil kadangkala berjalan keliling, mendoakan/tumpang tangan atau meneguhkan orang-orang percaya untuk menerima baptisan Roh. [3] Tidak ada perbedaan ras (tidak ada diskriminasi), semuanya bersama mencari hadirat Allah.8Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &Berita Kebaktian Kebangunan Rohani ini mengundang Charles Fox Parham datang di Los Angeles, namun ia tidak sepaham dengan Seymour, sebab ia merasakan bahwa apa yang terjadi di Azusa Street itu terlalu ekstrim dan fanatisme. Akibatnya, kehadiran Parham menjadi tidak disukai. Maka Parham berusaha untuk membuat suatu kebaktian kebangunan rohani tandingan di kota yang sama, namun tidak berhasil. Sementara itu, berita tentang kebaktian kebangunan rohani di Azusa Street kian terkenal dan berbondong-bondong orang datang ke sana. Sampai saat ini, ada semacam kebanggaan di antara para tokoh gerakan Pentakosta, bila mereka dapat membuktikan bahwa mereka pernah hadir dalam kebaktian kebangunan rohani di Azusa Street yang bernilai historis itu. Setelah tahun 1909, Seymour menjadi seorang penginjil keliling dan mengajarkan doktrin Pentakosta itu di mana saja. Dan pada tahun 1928, gereja di Azusa Street dirobohkan untuk bangunan lain. Kaum Pentakosta tidak berusaha untuk memelihara bangunan yang bersejarah itu, dengan alasan bahwa bagi mereka yang penting bukanlah gedung gerejanya, melainkan Roh Allah yang menghidupkan itulah yang terlebih penting daripada segalanya. Skema Historis : Gereja Kesucian Methodisme Holiness Movement Gereja Pentakosta6. PROBLEM-PROBLEM TEOLOGIS 6.1. Second or Third Blessing? Antara tahun 1906 - 1914, ada persoalan teologis penting di dalam tubuh Gerakan Pentakosta yang masih muda itu, yakni mengenai second or third blessing. Dalam fase pertama dari gerakan Pentakosta, umumnya diterima konsep yang dimiliki oleh John Wesley, sebab kebanyakan para tokoh gerakan Pentakosta yang mula-mula berasal dari Holiness Movement yang berciri Methodis. Doktrin mereka adalah mempertahankan gagasan bahwa baptisan Roh adalah Third Blessing, setelah pertobatan dan penyucian (Seymour juga setuju dalam hal ini). Namun kemudian muncullah tokoh-tokoh baru yang bukan berasal dari latar belakang Wesleyan, misalnya : Baptis, Presbiterian, yang tidak biasa dengan tradisi kesucian berciri Wesleyan tersebut. Mereka mengungkapkan pandangan teologis mereka bahwa baptisan Roh adalah second blessing, setelah pertobatan. Tokoh dari aliran ini adalah Durham dari Chicago. Ia juga pernah hadir dalam revival di Azusa Street. Pada tahun 1910 ia mengemukakan pandangannya tentang The Finished Work, yang menyerang pandangan kesucian Wesleyan. Ia menyatakan bahwa di kayu salib, Kristus telah menyucikan kita, jadi tidak ada the second blessing lagi.9Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &Pandangan Durham ini disambut oleh dua pihak yang anti & pro : [1] Yang Pro : golongan gereja-gereja Pentakosta Independen. [2] Yang Anti : gereja-gereja Pentakosta yang berlatar belakang kesucian. Akibatnya : sebagian besar gereja-gereja Pentakosta yang terbentuk setelah tahun 1911, tidak lagi menekankan ajaran tentang pengalaman disucikan ini. Di kalangan gereja-gereja yang independen itu, ada kerinduan untuk bersatu dan membentuk suatu organisasi bersama. Hal ini terwujud pada tahun 1914 di Hot Springs, Arkansas. Tiga ratus pendeta dan kaum awam berkumpul di situ dan mereka membentuk suatu denominasi baru dengan nama : Assemblies of God (Sidang Jemaat Allah), dengan doktrin sebagai berikut : Menerima ajaran tentang The Finished Work. Bahasa Roh adalah tanda dari seseorang yang dibaptiskan dengan Roh Kudus. Kesucian adalah suatu hal yang harus dikejar, bukan dialami. Dengan terbentuknya Sidang Jemaat Allah ini, maka : [a] Terbentuklah gereja Pentakosta pertama yang menentang teologi kesucian. [b] Berakhirlah kesatuan teologis di kalangan gerakan Pentakosta. [c] Gereja-gereja Pentakosta yang masih mempertahankan kesucian, lebih Memperkuat konsep mereka tentang pengalaman disucikan itu. Dijadikanlah hal itu sebagai tes orthodoksi (Tes kemantapan). Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Pentecostal Holiness Church & Church of God in Christ. 6.2. Jesus Only Sidang Jemaat Allah sebagai gereja yang masih muda, segera pula menghadapi suatu masalah teologis yang baru, yang cukup berat, yakni mengenai Jesus Only atau Unitarian Pentecostal. Dalam suatu pertemuan Pentakosta Internasional pada tahun 1913, pendeta R.E. McAlister mengungkapkan bahwa para rasul jaman dahulu membaptiskan orang dengan nama Yesus, bukan dengan nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus (rumusan trinitaris). Pernyataan ini menggemparkan, namun Pendeta Ewart, tokoh Pentakosta di pantai barat Amerika Serikat terpengaruh. Ia kemudian menyelidiki hal ini selama 1 tahun. Setelah yakin benar akan ideenya itu, barulah ia berani membuat sebuah kampanye untuk menyebarluaskan ajaran Jesus Only itu. Ewart berpendapat sebagai berikut : Di dalam diri Allah, hanyalah ada SATU PRIBADI SAJA, yaitu TUHAN YESUS KRISTUS. Istilah Bapa dan Roh Kudus hanyalah sama dengan gelar yang dipakai untuk menyatakan beberapa aspek dari pribadi Tuhan Yesus. Ajaran trinitas adalah suatu kekeliruan besar dari Konsili Oikumenis di Nicea pada tahun 325 A.D.10Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &Ewart dalam usahanya itu didukung oleh Pendeta Cook. Mereka dibaptis lagi dalam nama Tuhan Yesus, dan mereka berkeliling ke mana-mana untuk mengkhotbahkan pandangan teologisnya itu. Pada tahun 1915 mereka datang ke kota Indianapolis dan disambut oleh pendeta G.T. Haywood (dari Sidang Jemaat Allah). Hasilnya : Haywood dengan 465 anggota jemaatnya minta dibaptis ulang dengan nama Tuhan Yesus. Timbullah kegemparan di kalangan para tokoh Sidang Jemaat Allah, sehingga diadakanlah suatu rapat khusus untuk membahas ajaran baru ini. Namun tak lama kemudian pendeta Bell, ketua Sidang Jemaat Allah sendiri masuk ke aliran Jesus Only. Keadaan bertambah rumit. Pada bulan Oktober 1915, dalam Musyawarah Besar Sidang Jemaat Allah, jelas ada dua pihak : Yang Pro dan Kontra dengan gerakan Jesus Only. Rapat besar ini tidak berhasil memutuskan sikap terhadap gerakan baru tersebut. Pada bulan Oktober 1916 diadakan Musyawarah Sidang Jemaat Allah di kota St. Louis, yang dikuasai oleh kaum yang pro Tritunggal, bahkan pendeta Bell dapat ditarik kembali ke pihak mereka. Akibatnya : 156 dari 585 pendeta keluar dari Assemblies of God dan membentuk gereja sendiri dengan nama Pentecostal Church, Incorporated (di bawah pimpinan Haywood) dan Pentecostal Assemblies of Jesus Christ. Pada tahun 1945, kedua gereja tersebut mengadakan merger dengan nama United Pentecostal Church (UPC), yang tidak setuju dengan ajaran Trinitas. 7. NISBAH GERAKAN PENTAKOSTA DENGAN MASYARAKAT Sejarah gerakan Pentakosta ada banyak segi persamaannya dengan sejarah kaum Methodis (abad XVIII) dan kaum Baptis (abad XIX), yaitu mula-mula diejek dan dihina, namun lama kelamaan diakui keberadaannya oleh masyarakat. Bila kita mengamati relasi antara gerakan Pentakosta dengan masyarakat, maka yang dapat kita lihat pertama-tama adalah adanya ketegangan yang cukup menyolok. Kaum Pentakosta menolak masyarakat sebab masyarakat dituduh sudah rusak, korup, dan memusuhi mereka. Sedangkan masyarakat sendiri memandang kaum Pentakosta sebagai kaum yang munafik, berdoktrin keliru. Bahkan ada isue-isue bahwa kaum Pentakosta memakai bubuk magis, menyukai keadaan trance dengan maksud-maksud tertentu, menyukai promiskuitas (pergaulan bebas/amoral). Orang-orang yang masuk ke Pentakosta dicap bodoh dan tak terpelajar (memang tidak dapat disangkal bahwa pada mulanya kaum Pentakosta ini terdiri atas orang-orang low-class /golongan rendah). Untuk memahami mengapa masyarakat pada umumnya tidak menyukai kaum Pentakosta ini, harus dilihat beberapa fakta yang obyektif berikut di bawah ini : [1] Ada satu sekte Church of God di dekat kota Grasshopper, Tenneessee, di bawah pimpinan George Hensly mengajarkan bahwa dengan dasar Markus 16, para pengikutnya harus memelihara ular. Mereka menyebut nama gerejanya dengan : Church of God With Signs Followings. Yang tidak mau memelihara ular dicap11Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &mundur atau sudah suam imannya ! Gereja-gereja Pentakosta pada umumnya mengecam sekte ini. Namun, di kalangan masyarakat, berita tentang adanya para pemelihara ular ini dibesarbesarkan, seakan-akan semua orang Pentakosta adalah demikian. [2] Emosi yang berlebih-lebihan pada saat berbicara dalam bahasa Roh dan berdoa untuk orang sakit disertai dengan penumpangan tangan, menimbulkan reaksi ketakutan di kalangan masyarakat. Mereka melihat hal-hal itu terlalu fanatik. [3] Kaum Pentakosta memperbolehkan kaum perempuan berkhotbah. Hal ini sebenarnya berakar di dalam gerakan kesucian, yang telah lama mengijinkan kaum perempuan berkhotbah, dengan dasar Yoel 2:28. Namun dalam masyarakat terdapat suatu rasa keengganan terhadap hal ini, dengan dasar bahwa Hawa itulah yang berbuat dosa terlebih dahulu. Pengkhotbah perempuan yang menjadi pelopor adalah Mary Woodworth Etter, yang giat mengkhotbahkan kesembuhan ilahi pada tahun 1890-an. Pada abad XX dapat dikatakan bahwa gereja-gereja beraliran Pentakosta memiliki paling banyak pengkhotbah perempuan, bila dibandingkan dengan gereja-gereja beraliran lain. [4] Dalam hubungannya dengan kesembuhan ilahi, banyak sekali yang ekstrim, misalnya : anti-dokter dan anti-obat. Pada tahun 1915 terjadi suatu peristiwa yang menggemparkan. Istri pendeta Barney sakit keras, namun suaminya tidak mau memanggil dokter atau memberikan obat kepadanya. Akhirnya, istrinya meninggal dan suaminya dituduh sebagai pembunuh istrinya. Nyaris saja ia mendapatkan hukuman mati, bila tidak diampuni oleh gubernur negara bagian Virginia. Mendengar hal ini, masyarakat menjadi bertambah anti terhadap gerakan Pentakosta. [5] Tidak ada lembaga-lembaga atau kesenangan-kesenangan duniawi yang lepas dari serangan kaum Pentakosta. Misalnya : tembakau, asuransi jiwa, dokter, obat, minuman keras, dansa, teater, bioskop, coca cola, berenang di kolam renang umum, olah raga profesional, salon kecantikan, perhiasan, make up, bazaar gerejawi, dan dasi. Dengan memahami hal-hal tersebut di atas, tidaklah mengherankan bila timbul ketegangan hubungan antara masyarakat dengan kaum Pentakosta. Bahkan tidak jarang terjadi tindakan-tindakan kekerasan terhadap kaum Pentakosta dari pihak masyarakat. Dalam keadaan seperti itulah, muncul seorang tokoh besar yang membawa suasana perubahan yaitu Ny. Aimee Semple McPherson. Ia lahir pada tahun 1890 sebagai Aimee Kennedy, dari keluarga Methodis yang keras. Kemudian ia menikah dengan pendeta Robert Semple, dan mereka menjalankan tugas sebagai missionaris di Tiongkok, di mana Robert Semple kemudian meninggal di sana. Istrinya lalu pulang kembali ke Amerika Serikat dan pada tahun 1917 menikah dengan Harold McPherson, sehingga ia dikenal sebagai Mrs. Aimee Semple McPherson.12Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &Mrs. Aimee ini membuat kebaktian kebangunan rohani yang membuatnya menjadi sangat terkenal di Amerika Serikat. Ia menganut The Finished Work Theory. Pada awal pelayanannya ia terikat dengan Assemblies of God, namun karena pelayanannya kian meluas, maka pada tahun 1923, ia mendirikan gereja sendiri dengan nama : International Church of The Four Square Gospel. Nama ini dipilihnya sebab menurutnya pada tahun 1921, ia mendapatkan visi tentang Yehezkiel 1:1-28 mengenai mahluk yang berwajah empat (Manusia, Singa, Lembu, dan Burung Nazar). Dari visinya ini, ia menafsirkan bahwa ini adalah keempat Injil. Pusat aktivitas gereja yang baru ini adalah Abgelus Temple di Los Angeles, berkapasitas 5.000 orang dan dibangun dengan biaya sebesar 1,5 juta dollar Amerika Serikat. Mrs. Aimee adalah seorang tokoh perempuan yang hebat dan dinamis, sehingga berhadapan dengan fakta bahwa ia adalah seorang pendeta Pentakosta, namun masyarakat dapat menerimanya. Masyarakat melihat bahwa di dalam tubuh aliran Pentakosta itu tidak semuanya ekstrim, namun ada juga yang positif. Jadi Mrs. Aimee ini membuat suatu babak baru dalam relasi antara gereja Pentakosta dengan masyarakat di Amerika Serikat. Minat toleransi terhadap gereja Pantekosta mulai tampak di kalangan masyarakat. Faktor lain yang membantu terciptanya suasana yang lebih baik adalah Perang Dunia II, di mana para pendeta Pentakosta juga terjun ke dalam bidang ketentaraan dan ikut aktif melayani dalam medan-medan pertempuran. Lagi pula, gereja-gereja Pentakosta terutama Assemblies of God membuat banyak sekali aksi sosial serta mengabarkan Injil kepada para tentara yang bertugas. Dan faktor berikutnya yang tidak dapat diabaikan adalah meningkatnya status sosial dari kaum Pentakosta ini (Middle Class). Dengan demikian, lambat laun keberadaan gereja-gereja Pentakosta mendapat tempat yang semestinya di kalangan masyarakat. Pertumbuhan gereja pun berkembang dengan pesat. Perhatikan tabel berikut di bawah ini : Denominasi Assemblies of God Church of God in Christ Church of God Cleveland Pentecostal Holiness Church Pentecostal Assemblies of The World Jemaat Tahun 671 733 644 252 126 Anggota 1926 47.950 30.263 23.247 6.096 7.850 Jemaat Tahun 8.570 4.500 3.834 1.355 550 Anggota 1970 626.660 425.500 243.532 66.790 45.0008. NISBAH GEREJA-GEREJA PENTAKOSTA DENGAN GEREJA-GEREJA LAIN13Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &Tadinya nisbah antara kedua aliran tersebut tidak harmonis, misalnya : 8.1. Church of The Nazarene membuang nama Pentakostanya, hanya untuk membedakannya dari gereja aliran Pentakosta. 8.2. Di Inggris, tokoh Koswick Convention yang terkenal, Oswald Chambers menyebut aliran Pentakosta sebagai aliran setan. 8.3. Pada tahun 1920, kaum Fundamentalis menyebut kaum Pentakosta sangat sesat. Namun dengan diterimanya kaum Pentakosta di kalangan masyarakat, maka berubahlah relasi ini. Satu titik penting terjadi pada tanggal 3 - 6 Mei 1943 di Chicago. Di kota ini berkumpullah para tokoh Injili. Mereka merasa bahwa perkembangan kaum liberal terlalu menguatirkan. Kaum Injili perlu membuat suatu front aksi bersama. Dengan dasar ini dibentuklah apa yang disebut National Association of Evangelicals (NAE). Untuk pertama kalinya gereja Pentakosta yang diundang adalah Assemblies of God dan Church of God, Cleveland. Ini merupakan babak awal yang penting, yang sekaligus merupakan pengakuan dari gereja-gereja lain terhadap keberadaan gereja-gereja Pentakosta. Dengan demikian, diteroboslah benteng-benteng pemisah antara gereja-gereja Pentakosta dengan gerejagereja beraliran lainnya. 9. NISBAH ANTAR SESAMA GEREJA-GEREJA PENTAKOSTA Sudah sejak lama sekali di kalangan Pentakosta ada suatu kerinduan adanya suatu kesatuan. Pada tahun 1911, pendeta Thomas Ball Barrett mengeluarkan suatu karangan yang berjudul, Suatu Dorongan Untuk Kesatuan , yang isinya mengakui adanya kesatuan rohani di antara sesama aliran Pentakosta, namun ia merindukan adanya suatu wadah kesatuan yang dapat dilihat. Namun banyak orang berpendapat bahwa kesatuan dalam bentuk organisasi adalah bersifat terlalu mengikat. Terhadap hal ini, Barrett setuju, bahwa yang ia dambakan adalah kesatuan yang dari Roh Kudus. Pada tahun 1921, di Amsterdam, beberapa tokoh Pentakosta berkumpul untuk membicarakan kemungkinan dibentuknya suatu persatuan. Sayang sekali, pertemuan ini tidak menghasilkan apa-apa, sebab para pendeta Jerman hendak memonopoli pertemuan ini dengan suatu ajaran baru yang mereka peroleh melalui visi dan nubuat. Delegasi Swedia dengan tegas mengecam hal ini sehingga terjadi suasana yang keruh. Dalam periode 1930 - 1940 ada usaha-usaha Pentecostal Unity Conference yang disponsori oleh Assemblies of God (USA), Mr. Naumann (Usahawan Inggris yang berusaha meyakinkan para tokoh Pentakosta Inggris pentingnya persatuan), dan gerejagereja Pentakosta di Swedia.14Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &Pada tahun 1937, Assemblies of God mengundang para wakil dari Inggris, Canada, Afrika Selatan, dan sebagainya, datang bermusyawarah besar di Memphis. Hasilnya : jelas ada kerinduan besar untuk adanya persatuan, bahkan ditentukan untuk mencoba mengundang World Conference pada tahun 1940. Pada tahun 1939/1940 para tokoh Pentakosta Inggris berkumpul di London, dan berusaha mendapatkan persatuan Pentakosta se-Inggris. Tanggal 5 - 12 Juni 1939 para wakil dari 20 negara Eropa berkumpul di Stockholm untuk mendiskusikan banyak hal, namun masih belum sampai kepada persatuan se-dunia yang dirindukan. Perang Dunia II untuk sementara waktu menghentikan usaha-usaha ini, namun setelah itu, dilanjutkan kembali dengan giat. Sponsor utama datang dari orang-orang yang dahulu ikut konferensi Stockholm. Sementara itu, keadaan di Italia di mana kaum Pentakosta sedang memperjuangkan kebebasan, mempunyai gagasan untuk secepatnya mengadakan konferensi dunia. Pada bulan Mei 1946 ada suatu Prayer Convention di Basel, Swiss, yang kemudian memutuskan untuk mengadakan Pentecostal World Conference (PWC) di Zurich pada tahun 1947 dengan thema dari 1 Korintus 12:13, Oleh Roh yang satu itu, kita semua telah dibaptiskan ke dalam satu tubuh Pentecostal World Conference (PWC) yang pertama ini masih banyak terdapat perbedaan pendapat, antara lain ada yang tidak setuju diadakannya PWC ini, datang untuk diskusikan hal-hal rohani/praktis saja. Hasil konkretnya antara lain : menerbitkan majalah Pekabaran Injil Pentakosta yang bersifat internasional, dengan nama : Pentecost. Pentecostal World Conference (PWC) yang kedua diadakan pada tahun 1949 di Paris dengan hasil-hasil sebagai berikut : [1] Persekutuan secara rohani harus dipertahankan dan dikuatkan dengan cara membuat konferensi-konferensi di pelbagai tempat, minimal setiap 3 tahun sekali. [2] Seorang sekretaris harus dipilih dalam setiap konferensi untuk melayani segala aliran Pentakosta selama masa selang konferensi. [3] Persekutuan se-dunia ini adalah persekutuan rohani, jadi tidak mengurusi segala macam tata gereja dan mengijinkan kebebasan yang ada dalam setiap gereja. [4] Menganjurkan agar diadakan kerjasama yang lebih erat antar sesama aliran Pentakosta di mana pun di dunia. Pada tahun-tahun berikutnya, kekuatiran tentang PWC sebagai mesin organisasi segera lenyap. Akibatnya semakin besar sambutan gereja-gereja Pentakosta terhadap PWC, yang diadakan secara berkala setiap tiga (3) tahun sekali. Para peserta PWC semakin meningkat dan dalam pertemuan-pertemuan itu kian berkurang mendiskusikan hal-hal yang kontroversial. Sebaliknya, makin menekankan kepada Warm Fellowship, musik yang membawa ilham, dan Outstanding Preaching. Acara yang pada umumnya dapat dilihat dalam PWC antara lain : Pagi : diisi dengan ceramah tentang berbagai hal. Sore : diisi dengan kesaksian-kesaksian dan musik.15Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism & Malam : diisi dengan Evangelistic Preaching. Persekutuan Dalam Taraf Nasional Dibentuknya PWC pada tahun 1947, mendorong dibentuknya juga persekutuan dalam taraf nasional, terutama di Amerika Serikat dan Inggris. Pada tahun 1948, delapan denominasi Pentakosta berkumpul di Chicago untuk mencari kemungkinan mengadakan suatu persekutuan Pentakosta. Mereka adalah Pentecostal Holiness Church, Church of God Cleveland, Assemblies of God, Four Square Gospel Church, Open Bible Standard Church, Pentecostal Assemblies of Canada, Elim Missionary Assemblies, dan International Pentecostal Assemblies. Pada tanggal 26 - 28 Oktober 1948, diadakan lagi pertemuan di Dea Moines, Iowa dengan hasil : suatu konstitusi disetujui dengan didirikannya Pentecostal Fellowship of North America (PFNA) dengan prinsip sebagai berikut : Ini merupakan persekutuan rohani. Tidak mencampuri soal organisasi, tiap gereja tetap mempunyai kebebasannya masing-masing. PFNA ini termasuk sukses. Pada konferensi yang kedua di Oklahama City pada tahun 1949, yang ikut bergabung sudah mencapai 14 gereja aliran Pentakosta dengan total anggota sekitar satu juta orang. Pada tahun-tahun berikutnya, PFNA telah melakukan banyak sekali hal-hal yang menghapuskan kecurigaan-kecurigaan yang timbul karena kontroversi tentang kesucian yang diperdebatkan 40 tahun sebelumnya. Dalam taraf nasional, PFNA mensponsori forum dan seminar, di mana para wakil gereja Pentakosta dapat bertukar pikiran dalam topik-topik tertentu, misalnya pekabaran Injil di dalam dan di luar negeri, program untuk kaum muda, PAK, dan percetakan Kristen. Dalam taraf lokal, PFNA mensponsori religiour-rallies, di mana gereja-gereja Pentakosta dalam suatu daerah dapat bekerjasama untuk maksud ini. Pada saat-saat PFNA ini dibentuk, di Inggris juga dilaksanakan usaha-usaha yang senada. Gereja-gereja Pentakosta di Inggris ingin menghapuskan kesan buruk di tahun 1930-an, di mana mereka justru saling bermusuhan. Tiga kelompok besar di Inggris yang menginginkan suatu persatuan adalah : Elim Church, Assemblies of God, dan Apostolic Church. Maka pada tahun 1948 dibentuklah British Pentecostal Fellowship (BPF). Usahanya yang nyata adalah mensponsori PWC di London pada tahun 1952. Statistik BPF pada tahun 1956 tercatat 1.000 jemaat, 60.000 anggota, dan 800 pendeta. 10. NISBAH KAUM PENTAKOSTA DENGAN GERAKAN OIKUMENIS16Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &Pada umumnya, gereja-gereja Pentakosta bersikap menjauhkan diri dari gerakan Oikumenis yang dipimpin oleh World Churches Conference (WCC). Keberatan mereka yang terutama adalah dalam bidang teologis. Sebab-sebabnya adalah : 10.1. Kaum Pentakosta adalah Fundamentalis dalam arti memegang teguh verbal inspiration (Alkitab tidak bisa salah, kurban Kristus adalah untuk menebus dosa umat manusia, keilahian Kristus ). 10.2. Kaum Pentakosta mencurigai organisasi raksasa yang mendetail sifatnya. Mereka berprinsip bahwa gereja yang benar itu bersifat rohani dan bukan organisasi raksasa seperti WCC. Syarat menjadi anggota gereja yang rohani adalah lahir baru dan bukan menjadi anggota organisasi gereja tertentu. Oleh karena itu, mereka pada umumnya menolak usaha-usaha untuk membuat persatuan gereja yang tampak di dunia ini. 10.3. Kaum Pentakosta masih sukar untuk begitu saja melupakan denominasidenominasi yang dahulu pernah menindas mereka. Jadi mereka tidak mau terlalu dekat dengan denominasi-denominasi tersebut yang kini memasuki WCC. Bahkan banyak orang Pentakosta berpendapat bahwa dengan ikut masuk ke dalam WCC, berarti ikut ambil bagian dalam kemurtadan akhir jaman sebagaimana diungkapkan dalam kitab Wahyu. 10.4. Ada rasa kuatir : persekutuan dengan orang-orang non-Pentakosta akan berakhir dengan lemahnya kaum Pentakosta sendiri, sehingga mengurangi kuasa rohani mereka. Demikianlah sikap umum di kalangan kaum Pentakosta. Sekalipun demikian, ada juga para tokoh Pentakosta yang sikapnya sangat terbuka, antara lain : David du Plessis. Dalam konferensi yang disponsori oleh WCC di Willingan pada tahun 1952, ia menekankan bahwa bagi orang-orang Pentakosta sebenarnya telah dimulai suatu era baru, di mana ada pendekatan antara sesama orang Kristen. Kemudian, dalam sidang raya WCC di New Delhi pada tahun 1961, diterimalah dua gereja Pentakosta dari Chili, yaitu : Iglesia Pentecostal de Chile & Mission Iglesia Pentecostal. Dua gereja ini hanyalah mewakili sebagian kecil daripada sekitar 500.000 orang Pentakosa di Chili. Hal ini merupakan suatu langkah yang penting, di mana WCC memberikan pengakuannya terhadap eksistensi gereja-gereja beraliran Pentakosta. David du Plessis sendiri hadir dalam sidang raya di New Delhi ini sebagai Pentecostal Observer. Bagaimanakah reaksi gereja-gereja beraliran Pentakosta atas hal tersebut di atas ? Banyak surat ditujukan kepada para tokoh Pentakosta yang isinya menanyakan apakah17Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &ada perubahan sikap dari kaum Pentakosta terhadap kaum Oikumenis. Pada umumnya jawaban terhadap masalah tersebut adalah tidak ada perubahan sikap ! Pernyataan yang paling jelas diungkapkan oleh pendeta Thomas Zimmermann, General Superintendent dari Assemblies of God, dalam khotbahnya di WCC di Yerusalem pada tahun 1961 sebagai berikut : Kami mendengar tentang masuknya gereja Pentakosta di Chili dan juga di Yugoslavia ke dalam tubuh WCC. Kami menyatakan bahwa kami tidak mempunyai hubungan dengan gereja-gereja tersebut, dan kami juga tidak mengetahui untuk maksud apa mereka itu masuk ke dalam WCC. Tetapi tidak ada kompromi bagi kami. Kami tidak dapat berkompromi dengan mereka, sebab kami mendasarkan iman kami atas pemberian Allah yang suci. 11. BERKURANGNYA SIFAT SEKTARIS Para ahli Sosiologi Agama berpendapat bahwa bila suatu sekte pertama kali muncul, mereka sangat cenderung ke arah radikalisme dan ekstrimisme. Namun, lambat laun terjadi perkembangan ke arah kemajuan secara jumlah, sosial, ekonomis, dan psikologis. Demikianlah yang terjadi dengan gerakan Pentakosta yang memang tadinya menuju ke arah gejala sektaris. Meskipun ada garis perkembangan kemajuan sebagaimana tersebut di atas, namun sekelompok orang berpendapat bahwa kemajuan itu dibeli dengan harga yang terlampau mahal, yakni harus : - mengorbankan doktrin (kompromi), - kehilangan vitalitas rohani, - menekankan kembali organisasi & pendidikan yang semula justru hendak dihindarkan. Akibatnya : perkembangan ke arah denominasi sering disambut dengan apatis. Akhirnya timbullah kelompok-kelompok baru yang bermaksud mempertahankan ciri sektaris itu. Mereka berpandangan bahwa gedung gereja yang bagus, organ, jubah mahal, perhiasan, dan sebagainya tidak boleh ada dalam suatu gereja yang berkerohanian tinggi. Sekalipun ada reaksi semacam itu, bila kita mengamati sejarah gerakan Pentakosta selama 20 tahun belakangan ini, dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa ciri-ciri sektaris itu semakin menghilang. Sebaliknya, denominasionalisme mulai tampak dengan jelas. Hal ini dapat dilihat daripada perkembangan-perkembangan sebagai berikut di bawah ini. 11.1. Membangun Gedung-gedung Yang Bagus Tadinya, tempat ibadah hanya menumpang saja di suatu tempat atau membuat sebuah kemah yang besar. Namun lambat laun kaum Pentakosta mulai mendirikan gedung-gedung yang bagus. Misalnya :18Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &a> Assemblies of God di Wichita, Kansas memiliki gedung gereja yang megah. b> Apostolic Church membuat gedung gereja terbesar di seluruh Wales. c> Yoi Do Plaza (berbentuk kubah) di Seoul, Korea. 11.2. Perhatian Terhadap Liturgi Tadinya ibadah begitu bebas, penuh semangat karismatis (nubuat, glossolalia, menangis, berteriak, ... ). Dalam perkembangannya, hal-hal tersebut mulai dikendalikan. Kini, penekanan dalam ibadah diberikan kepada nyanyian bersama, doa, musik, dan khotbah. Segala macam nubuat dan keramaian yang lainnya tidak diperkenankan dalam kebaktian umum. Hanya dalam persekutuan doa biasanya kebebasan lebih banyak diberikan. Dengan demikian, glossolalia dalam ibadah digantikan oleh khotbah yang berdasarkan Firman Allah. Akibatnya peraturan-peraturan dan tanggung jawab para pimpinan gereja semakin bertambah. Misalnya : tadinya Assemblies of God hanya mempunyai pimpinan yang disebut Ketua dan sekretaris, kini dalam bentuk denominasi memiliki banyak pemimpin dengan tugasnya masing-masing secara terinci, sehingga jumlah orang yang bekerja di kantor pusat Assemblies of God mencapai 600 orang. Tak diragukan lagi, apa yang dahulunya merupakan percikan persekutuan rohani, kini sudah menjadi ecclesiastical centralization ! 11.3. Perhatian Yang Kian Bertambah Terhadap Pendidikan Seorang ahli Sosiologi Agama, Liston Pope menyatakan bahwa Bila Kecenderungan sektaris mulai ditinggalkan, dan para pendetanya berpendidikan akademis, maka aliran itu mulai mendukung program pendidikan. Demikianlah yang terjadi dengan gerakan Pentakosta terutama setelah tahun 1940. Pada awal perkembangan Pentakosta, sangat sedikit pimpinan yang berpendidikan tinggi. Paling banyak mereka adalah orang-orang yang selfeducated. Bahkan, dengan ekstrimisme pada waktu itu, banyak di antara mereka yang anti terhadap pendidikan, dengan alasan : [a] Pendidikan menodai kerohanian. [b] Dana untuk membangun gedung pendidikan dan honor untuk para guru lebih baik dipergunakan untuk pekabaran Injil saja. [c] Pada gilirannya, gereja hanya mencari pendeta dengan dasar pendidikan, bukan kerohaniannya. [d] Menurut Yohanes 16:13, Roh Kudus akan mengajar kita, jadi tidak perlu adanya pendidikan teologi maupun sekuler. [e] Sebagian besar kaum Pentakosta adalah low-class, sehingga tidak berminat besar terhadap pendidikan. Dengan berkembangnya gerakan ini, terjadi pula banyak perubahan pandangan19Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &dalam hal pendidikan. Pada tahun 1920-an para pimpinan menyadari bahwa para petobat baru/kaum muda bertumbuh tanpa adanya prinsip-prinsip Pentakosta yang kuat. Maka muncullah Institut-institut Alkitab dan program-program PAK di gereja-gereja lokal. Dengan berakhirnya Perang Dunia II, tuntutan terhadap pendidikan yang khas Pentakosta semakin keras terdengar. Akibatnya cukup hebat : dalam satu tahun ada 2.000 orang pendaftar yang masuk ke dalam Bible Institutes. Lebih lanjut, dirasakan pula perlunya lebih banyak sekolah-sekolah Alkitab. Dengan demikian, bermunculanlah Sekolah-sekolah Alkitab baru yang berprinsip ajaran Pentakosta di mana-mana. Misalnya : [1] Assemblies of God memiliki 7 Bible Colleges, [2] Oral Roberts University didirikan tahun 1966, dengan kampus seluas 220 hektar, dengan harga sekitar 25 juta dollar, dengan program jangka panjang melatih 1.000 orang pendeta setiap tahunnya dengan corak Pentakosta. 11.4. Perhatian Terhadap Masalah-masalah Sosial Dalam perkembangannya, gerakan Pentakosta mulai berusaha menerapkan Injil itu kepada masyarakat dalam arti mau melayani masyarakat. Ada yang memasuki bidang politik, dengan dasar : Daud melayani masyarakatnya dengan kehendak Allah. Ada pula yang bekerja di kalangan orang yang disebut sampah masyarakat di kota-kota Metropolitan. Yang sangat berhasil adalah Teen Chalenge dibawah pimpinan Pdt. David Wilkerson. Sejak tahun 1958, Wilkerson mengadakan pertemuan dengan para pemuda Geng di Manhattan, dengan hasil 125 orang bertobat. Melihat keberhasilan ini, banyak yang lain juga mencoba memberikan perhatian kepada orang-orang yang terjerat obat bius, prostitusi, yatim piatu, dan sebagainya. Usaha-usaha ini mendapatkan sukses di mana-mana. Terhadap para narapidana, Assemblies of God bahkan mempunyai suatu kelompok yang dinamakan National Prison Chaplains yang bertugas khusus untuk pekabaran Injil dan konseling terhadap para narapidana tersebut. 11.5. Suara-suara Self-Critic Terdengar Gejala kedewasaan dari suatu denominasi adalah self-critic. Inilah juga yang terdengar di kalangan Pentakosta selama 20 tahun terakhir. Mereka terusmenerus mengadakan evaluasi bagi diri mereka sendiri. Pada tahun 1956, Charles Conn mengkritik sesama kaum Pentakosta yang tidak menyukai teknik audio-visual, pendidikan, gedung gereja yang bagus, dan sebagainya. Pernyataannya : Kita sebenarnya melukai diri sendiri bila menolak hal-hal yang sebenarnya baik. Dahulu kita penah anti-radio yang dicap duniawi, namun kita lihat kini bahwa radio adalah alat yang baik sekali untuk pekabaran Injil. Takut terhadap perkembangan berarti kalah sebelum bertempur. Kita harus menerima kemajuan teknologi sebagai anugerah Allah20Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &untuk menolong kita dalam tugas pelayanan kita kepada-Nya. Pada kesempatan berbeda, Donald Gee mengkritik cara-cara musik dalam kebaktian-kebaktian. Ia berpendapat bahwa ada bahaya tertentu dalam hal mengulang-ulangi koor-koor yang populer/lagu-lagu kuno/solo yang sentimentil, dan sebagainya. Bahayanya adalah bukannya Yesus yang dipermuliakan, melainkan manusia ! Banyak kaum Pentakosta mengakui bahwa kritik dari luar yang menyatakan bahwa kaum Pentakosta terlalu banyak memakai emosi dalam ibadah, dapat diterima. Banyak tokoh yang sadar bahwa dalam emosionalisme yang berlebihan ada bahaya yang besar sekali. Donald Gee juga mengkritik healing & deliverance ministry yang seringkali dicampuradukkan dengan unsur-unsur komersil, cari dukungan/dana dengan melaporkan yang hebat-hebat, padahal kenyataannya belum tentu benar. Kritik tertajam dari Donaled Gee adalah sebagai berikut : Bila kita, kaum Pentakosta, bergembira karena penambahan secara jumlah, kekayaan, dan milik kita juga terus bertambah, maka kita harus waspada dan mendengar kritik Yesus kepada jemaat Laodekia ! 12. GERAKAN PENTAKOSTA DI INDONESIA Untuk melihat sejarah gerakan Pentakosta di Indonesia, maka kita harus mulai dengan memperhatikan perkembangan-perkembangan yang terjadi di Amerika Serikat pada awal abad XX, di mana api Pentakosta mulai berkobar di Los Angeles (Azusa Street) dan kemudian menyebar luas ke daerah-daerah lain. Api itu antara lain sampai di Green Lake Seatle, Washington, yang kemudian berdiri satu gereja yang beraliran Pentakosta yakni Bethel Temple di bawah pimpinan W.H. Offiler. Pada tahun 1919 diadakan suatu mass-meeting dalam suatu tenda besar yang berkapasitas 1.000 orang, di mana Roh Allah bekerja dengan sangat heran. Ada manifestasi karunia bahasa Roh, kesembuhan ilahi serta orang-orang yang mau menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan. Di antara sekian banyak orang yang mau menyerahkan diri untuk menjadi hamba Tuhan itu, ada dua pasang suami istri, yaitu Cornelis Groesbeek & Richard van Klaveren. Mereka mendapat visi untuk pergi ke Indonesia, dan menceritakan hal ini kepada Offiler. Mereka sebenarnya adalah warga negara Amerika Serikat, namun konsul Belanda di Amerika Serikat menasehatkan agar mereka menanggalkan warga negara Amerika Serikat dan menjadi warga negara Belanda kembali bila mereka hendak mengabarkan Injil ke Indonesia. Jemaat Bethel Temple juga mendukung kerinduan mereka itu dalam doa dan juga berhasil menghimpun dana sebesar 1.700 dollar, padahal dibutuhkan dana 2.200 dollar. Keberangkatan kapal semakin dekat. Semua jemaat berdoa dengan tekun menantikan jawaban Allah.21Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &Muncul perkembangan baru. Seorang perempuan bernama Emily Malquist datang kepada Offiler dengan keluhan bahwa ia menderita penyakit kanker di bagian pinggangnya sudah 5 tahun dan 3 hari lagi harus dioperasi. Ia lalu meminta agar Offiler mendoakannya. Setelah didoakan, ia merasa lebih nyaman dan di rumah ternyata keluar gumpalan daging sebesar 18,5 pound (sekitar 9,25 Kg). Emily disembuhkan secara ajaib. Dengan penuh ucapan syukur, ia memeriksakan diri ke dokter, dan dokter menyatakan bahwa ia sungguh-sungguh sudah sembuh. Sepulangnya dari dokter, Emily mengambil uang di bank sebesar 500 dollar dan diberikan kepada Offiler. Uang tersebut segera diberikan kepada para hamba Tuhan yang sedang berdoa mohon dana untuk ke Indonesia. Dengan demikian, gerakan Pentakosta di Indonesia dimulai dengan doa & mujizat ! Pada tanggal 4 Januari 1921, dengan naik kapal Suwa Maru, keluarga Groesbeek dan van Klaveren berangkat ke Indonesia dengan singgah di Yokohama, Osaka, dan Hongkong. Pada bulan Maret 1921, mereka tiba di Batavia dan kemudian melalui Surabaya terus ke Den Pasar. Mengapa demikian ? Sebab ada suatu visi yang menerangkan mereka harus ke pulau Bali. Tempat tinggal mereka di sana sangat sederhana, yakni bekas gudang kopra yang lantainya batu bata yang sudah hancur serta atapnya hanya terbuat dari rumbia. Namun mereka bekerja dengan giat dan mulai memenangkan jiwa-jiwa, sehingga ada reaksi dari para imam Hindu yang marah dan bersepakat untuk membunuh mereka. Namun mereka selamat karena dijaga oleh para Malaikat. Selama 21 bulan lamanya mereka tinggal di Den Pasar, sampai kemudian pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan bahwa pulau Bali tertutup untuk pekabaran Injil, dengan alasan takut merusak kebudayaan asli pulau Bali. Maka berpindahlah kedua keluarga Missionaris itu ke pulau Jawa menjelang Natal 1922. Groesbeek ke Cepu, sedangkan Klaveren ke Jakarta. Groesbeek ke Cepu sebab ada undangan dari seorang ibu dari pegawai Battafse Petroleum Maatschappy (BPM) di Cepu, yaitu ibu van Gessel. Ibu ini menerima kesembuhan ilahi setelah didoakan oleh Groesbeek ketika ada di Surabaya. Suasana di sekitar tahun 1920-an sepenuhnya dikuasai oleh BPM dengan pabrik pengilangan minyak, gedung-gedung perkantoran, dan perumahan-perumahan para pegawai. Para pegawai BPM yang berjumlah sekitar 450 orang itu merupakan kelompok masyarakat tersendiri. Mereka hidup mewah dan serba kecukupan, sehingga mereka merasa tidak perlu Tuhan. Dalam keadaan seperti itulah keluarga Groesbeek diterima oleh keluarga Ir. van Gessel, seorang pegawai tinggi BPM dengan gaji pada waktu itu sebesar 800 Holden. Van Gessel sendiri sebenarnya hanya Kristen tradisi, namun terkena api Pentakosta, sehingga ia benar-benar bertobat. Kebaktian yang diadakan di tempat itu mempengaruhi para pegawai BPM lainnya, antara lain : S.I.P. Lumoindong & August Kopa, yang kemudian juga bertobat sungguh-sungguh. Kebaktian-kebaktian di rumah van Gessel terus berlangsung dengan baik dan jumlah pengunjung bertanbah sampai 50 orang. Pada tanggal 30 Maret 1923 terjadi suatu peristiwa penting, yang menjadi tonggak sejarah gerakan Pentakosta di Indonesia,22Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &yakni baptisan air pertama, tepat pada hari Jumat Agung di sebuah sungai dekat pasar sore Cepu. Pada hari yang bersejarah itu, telah dibaptiskan 15 orang, di antaranya adalah : suami sitri van Gessel, suami istri S.I.P. Lumoindong dan August Kopa. Kebaktian-kebaktian Pentakosta di Cepu ini menimbulkan reaksi yang keras. Mereka kerap diejek dan diolok-olok. Ds. Hoekendyk menegaskan bahwa apa yang terjadi di Cepu itu berasal dari setan, dan semua mujizat yang terjadi tidak lain hanyalah perbuatan si jahat jua adanya. Namun kaum Pentakosta tetap tenang dan berpegang pada Kisah Para Rasul 5:38-39. Antara tahun 1923 - 1928, jemaat di Cepu telah menghasilkan 16 hamba Tuhan yang merupakan para perintis gerakan Pentakosta di Indonesia. Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa pekerjaan Pentakosta di Indonesia pada mulanya dilaksanakan tanpa mengikuti garis-garis organisasi. Para perintis hanya bekerja atas panggilan Allah saja. Para Pelopor Yang Lain : [1] Pdt. J. Thiessen berasal dari Ukraina (1869). Pada usia 1 tahun ia telah menjadi anak yatim. Pada usia 15 tahun sakit paru-paru yang sangat parah, diramalkan akan mati. Namun disembuhkan oleh kuasa Tuhan. Pada usia 25 tahun, ia meninggalkan gereja orthodoks yang kering, lalu mencari hadirat Tuhan dengan sungguh-sungguh. Akhirnya, ia melihat uatu cahaya yang terang benderang serta mendengar suara untuk membaca Matius 11:28-29. Selama 3 tahun ia belajar di sekolah Alkitab Swiss bersama dengan 120 murid yang lain. Dan bersama mereka, ia diutus untuk memberitakan Injil. Ia kembali ke Rusia. Tak lama kemudian, meletuslah perang revolusi komunis (Lenin naik tahta). Ia ditawan, untung dapat meloloskan diri, kemudian pergi ke Irlandia, lalu ke Belanda (selama 9 tahun) lalu ke Jerman, dan akhirnya ke Inggris. Di situlah ia berkenalan dengan ajaran Pentakosta. Ia pegi ke tempat-tempat lain, bahkan sampai ke Konstantinopel, dan Turki di mana ia dikuatkan untuk menerima pengalaman Pentakosta ini. Akhirnya, J. Thiessen datang ke Indonesia pada tahun 1914. Ia melayani pekerjaan Tuhan di Sumatera, Sulawesi, dan akhirnya Jawa. Hasil dari pelayanannya adalah terbentuknya sebuah gereja dengan nama De Inksterbeweging (1927), yang kemudian berganti nama menjadi Gereja Gerakan Pentakosta (GGP - jemaatnya antara lain ada di Jakarta, Bogor, Bandung dan Sukabumi). [2] Barnhard (1919) Pada tahun 1911 di Temanggung ada persekutuan doa orang-orang Belanda dari berbagai gereja, antara lain gereja Protestan dan gereja Baptis Hari Ketujuh. Mereka bertujuan agar ada kegerakan rohani. Kemudian persekutuan ini bertumbuh terus untuk membuat sebuah yayasan serta mendirikan sebuah sekolah umum Kristen yang memakai Alkitab di dalam pelajaran-pelajarannya. Di samping itu, ada juga persekutuan lain yang dipimpin oleh Zr. M.A. Alt, mantan Juru rawat Rumah Sakit Jiwa Magelang. Ia berasal dari Gereja Baptis Hari23Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &Ketujuh. Kemudian, masuklah seorang hamba Tuhan dari Inggris bernama Barnhard (1919) dan mulailah api Pentakosta di situ. Maka persekutuan itu mulai berkembang, bercorak Pentakosta. Zr. Alt juga menerima api Pentakosta ini, lalu pindah ke Waru, Surabaya, ke Kediri (1932) dan akhirnya ke Lawang (1938). Gerejanya disebut Pinksterzending (kini berganti nama menjadi Gereja Utusan Pentakosta/GUP). Perkembangan Selanjutnya Sejak tahun 1923, api Pentakosta telah menjalar di banyak tempat, sehingga dirasakan perlunya satu organisasi untuk mengatur semuanya itu. Maka pada tanggal 23 Juni 1923 didirikanlah Vereeniging De Pinkstergemeente In Nederlandsch Indie. Dan pada tanggal 4 Juni 1924, badan ini diakui oleh pemerintah Belanda sebagai badan hukum. Kemudian, pada tanggal 4 Juni 1937 badan ini diakui sebagai lembaga gereja dengan nama De Pinksterkerk In Nederlandsch Indie. Dengan pecahnya Perang Dunia II, namanya diganti menjadi Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI). Gereja ini menjadi gereja Pentakosta terbesar di Indonesia, dengan gedung-gedung gerejanya yang megah, dan jumlah anggotanya sekitar 1,5 - 2 juta jiwa, terhimpun di lebih dari 6.000 jemaat yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara, bahkan ada beberapa di luar negeri. GPdI ini juga memiliki 17 Sekolah & Sekolah Tinggi Alkitab. Sementara itu, Groesbeek menyerahkan pimpinan sidang jemaat di Cepu kepada van Gessel, dan ia bergabung dengan van Klaveren untuk memulai pekerjaan di Surabaya. Pada tahun 1924 mengadakan kebaktian-kebaktian tenda yang sangat sukses. Banyak pemuda yang bertobat dan menyerahkan diri untuk menjadi hamba Tuhan, antara lain H.N. Runkat, G. Lesnussa (pelopor Pentakosta di Sulawesi Selatan dan Maluku), dan A. Siwi (pelopor Pentakosta di Sumatera Selatan). Selain daripada itu, dibentuk pula Pinkster Convent, suatu lembaga yang mengawasi pekerjaan Pentakosta di seluruh Indonesia yang anggota-anggotanya adalah van Gessel, van Leon, van Aboukde, van Klaveren dan istri, Horstmann serta Zr. Alt.Perpecahan-perpecahan24Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &Sama seperti induknya di mancanegara, cukup banyak di antara gereja-gereja Pentakosta di Indonesia yang rajin berbiak atau mengalami perpecahan. Dari GPdI saja, misalnya, selama kurang lebih 70 tahun sejarahnya sudah menyempal sekurangkurangnya 8 organisasi gereja baru. Pada tahun 1935, Zr. Alt memisahkan diri dan membentuk Gereja Utusan Pentakosta (GUP), dengan alasan Pdt. Offiler menganut ajaran sesat. Perpecahan-perpecahan lainnya segera menyusul dengan jumlah yang cukup banyak : Gereja Isa Almasih ( GIA, 1946 ), Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS, 1952), Gereja Bethel Tabernakel (GBT, 1954), Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS, 1959), dan seterusnya sehingga dewasa ini kita menermukan ratusan organisasi (belum termasuk Yayasan) yang masuk rumpun Pentakosta. Ada bermacam-macam penyebab pembiakan dan perpecahan, antara lain : (1) Perbedaan ajaran. Misalnya pro-kontra tentang Jesus Only. (2) Pro-kontra tentang boleh tidaknya perempuan menjadi pemimpin. (3) Hubungan antara jemaat dan pusat (terutama menyangkut hak kepemilikan atas harta benda). (4) Prestise suku atau pun perorangan. (5) Adanya sponsor dari luar negeri untuk membentuk gereja baru sebagai duplikat induknya di sana. Tidak jarang pembiakan atau perpecahan itu dibenarkan atas nama petunjuk Roh Kudus. Karena itu ada organisasi gereja yang cukup besar, memiliki ratusan unit jemaat lokal dan berskala nasional, namun ada yang hanya terdiri atas satu-dua jemaat dan berskala lokal. Dalam rangka mengatasi atau mengurangi kemajemukan dan perpecahan sambil mengupayakan persatuan, di lingkungan aliran Pentakosta di Indonesia, sejak dasawarsa 1970-an diikrarkanlah pembentukan wadah persatuan. Yang terpenting di antaranya adalah Dewan Pantekosta Indonesia (DPI). Pemrakarsanya terutama adalah GPdI, gereja Pentakosta terbesar di Indonesia. Namun belum semua, bahkan belum setengah, gereja-gereja yang termasuk rumpun Pentakosta berhimpun di dalamnya. Di samping di dalam wadah DPI, sejak akhir dasawarsa 1950-an sekurang-kurangnya delapan (8) gereja-gereja Pentakosta juga menjadi anggota Dewan Gereja-gereja Indonesia (DGI)/ Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), antara lain : Gereja Isa Almasih (GIA), Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS), Gereja Pentakosta Pusat Surabaya (GPPS), Gereja Gerakan Pentakosta (GGP), Gereja Bethel Indonesia (GBI), dan Gereja Tuhan di Indonesia (GTdI). Namun jumlah yang bergabung di dalam DGI/PGI ini sangat kecil dibanding jumlah mereka keseluruhan. Hal yang sama juga tampak di dalam lembaga-lembaga oikumenis sedunia, misalnya Dewan Gereja-gereja Dunia (DGD). Alasan banyak gereja Pentakotsa untuk tidak bergabung dalam lembaga oikumenis antara lain adalah tidak ditemukan dasar Alkitabiah untuk bersekutu dengan DGD ataupun dewan gerejagereja nasional, , karena perbedaan besar dalam sistem pemerintahan (organisasi) maupun ajaran gereja.25Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &Di antara mereka yang bergabung ataupun tidak bergabung dalam DGI/PGI ataupun DPI, banyak pula yang bergabung di dalam Persekutan Injili Indonesia (PII). Di antara 68 anggota PII hingga tahun 1993, sekurang-kurangnya 20 masuk rumpun Pentakosta. Hal ini bisa terjadi karena cukup besar dari antara gereja-gereja Pentakosta juga mengaku sebagai yang injili, sekalipun kaum Injili tidak mau diidentikkan dengan kaum Pentakosta. Dengan kata lain, cukup banyak gereja Pentakosta yang bergabung dan bernaung di dalam lebih dari satu wadah persatuan. Misalnya GBI bergabung di dalam DPI, PII dan PGI. Namun cukup banyak pula yang tidak bergabung ke manamana. Seiring dengan perkembangan aliran Pentakosta di Indonesia ini, lembaga-lembaga pendidikan teologi yang berciri khas Pentakosta pun mulai bermunculan di mana-mana, antara lain : [1] Sekolah Alkitab Gereja Pentakosta (SAGP) di Purbasari, Beji, Salatiga, Balikpapan, Malino, Airmadidi, Tentena dan di Pulau Biak. [2] Sekolah Alkitab Alfa Omega di Lawang & Semarang, milik Gereja Bethel Tabernakel. [3] Semnari Bethel di Jakarta, milik Gereja Bethel Indonesia. [4] Sekolah Tinggi Theologia Abdiel di Ungaran, milik Gereja Isa Almasih. [5] Sekolah Tinggi Teologi Sangkakala (STT Sangkakala) di Getasan, Kopeng, didirikan oleh Sinode Jemaat Kristen Indonesia. [6] Sekolah Tinggi Theologia Efata (STEFA) di Salatiga, milik Gereja Pantekosta Isa Almasih Indonesia (GPIAI). Konklusi Aliran Pentakosta merupakan salah satu di antara berbagai aliran gereja, yang kemunculan dan perkembangannya paling spektakuler pada abad ini. Dalam waktu kurang dari setengah abad aliran Pentakosta telah tersebar ke seluruh dunia dan berhasil menghimpun jutaan penganut. Pertumbuhan itu akan lebih spektakuler lagi bila jemaat-jemaat yang bercorak Karismatik dihisabkan ke dalamnya. Tidaklah mudah menyebut jumlah warga Pentakosta di seluruh dunia pada awal abad XXI ini. Sebab banyak di antara gereja-gereja yang tidak suka atau tidak cermat menyusun statistik, atau tidak terbiasa mendaftarkan anggotanya, atau malah melebihlebihkan angka jumlah penganutnya. Menurut sejarawan Pentakosta tertentu, misalnya Synan, pada tahun 1970 jumlah warga Pentakosta berkisar 15 juta, tetapi - tanpa mengikutsertakan kaum Karismatik - pada dasawarsa 1990-an bisa diduga lebih dari dua kali itu, mengingat pertumbuhannya yang tetap pesat, terutama di Amerika Latin, Afrika dan juga di kalangan kulit berwarna di Amerika Utara dan Eropa.26Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &Sama seperti yang terjadi di berbagai negeri lain, sejak kehadirannya sekitar tahun 1920 melalui para penginjil awam maupun yang profesional dari Eropa terutama Belanda, hingga kini, gerakan Pentakosta di Indonesia telah menjelma menjadi lebih dari seratus organisasi gereja. Sebagian besar di antaranya tidak secara nyata menyebut diri atau menggunakan nama Pentakosta/Pantekosta/Pentekosta. Kita catat misalnya : Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS), Gereja Bethel Indonesia (GBI), Gereja Isa Almasih (GIA), Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA), Gereja Sidang Roh Kudus Indonesia (GSRKI), Gereja Tuhan di Indonesia (GTdI), Jemaat Kristen Indonesia (JKI) dan sebagainya. Di antara 275 organisasi gereja yang ada di Indonesia saat ini, lebih dari setengahnya tercakup dalam aliran Pentakosta, termasuk sejumlah gereja kecil yang jemaatnya hanya satu-dua dan anggotanya kurang dari seribu. 13. DOKTRIN-DOKTRIN UTAMA PENTAKOSTA Berikut ini kita akan berusaha meninjau doktrin-doktrin utama dari aliran Pentakosta : 13.1. Alkitab Alkitab adalah Firman Allah, yang diilhamkan dan dinyatakan Allah kepada manusia, untuk menjadi tata-tertib bagi iman dan perilaku. Alkitab mengungguli hati nurani dan akal budi, tetapi tidak bertentangan dengannya. Oleh karena diilhamkan secara langsung oleh Allah, Alkitab tidak mengandung kesalahan. Pada saat yang sama, dalam praktek, banyak kaum Pentakosta memiliki konsep otoritas yang subyektif dan berdasarkan pengalaman. Tuhan telah berbicara kepadaku adalah sarana penyataan (wahyu) yang umum. Dan para pengkhotbah perkataan Iman seringkali memegang penyataan-penyataan mereka menjadi sejajar dengan Firman Allah (Alkitab). Nubuatan dihargai begitu tinggi dan menjadi aspek yang umum dalam penyembahan kaum Pentakosta. 13.2. Allah Allah yang benar dan hidup itu oleh sebagian besar kaum Pentakosta diyakini selaku Allah yang esa, namun menyatakan diri di dalam tiga Pribadi : Bapa, Anak dan Roh Kudus. Ke dalam ketiga nama inilah dibaptis setiap orang yang sudah menyatakan imannya. Namun ada sekelompok kecil yang cenderung menganut paham unitarian (membaptis hanya dengan nama Yesus). 13.3. Keselamatan Keselamatan diyakini sebagai buah kasih karunia Allah, yang ditawarkan kepada manusia melalui pemberitaan & ajakan menyatakan penyesalan dan mohon pengampunan kepada Allah, dan iman kepada Yesus Kristus. Manusia diselamatkan melalui kelahiran kembali dan pembaharuan oleh Roh Kudus. Setelah dibenarkan oleh kasih karunia melalui iman, ia menjadi Anak Allah dan pewaris Kerajaan Allah, sesuai dengan pengharapan akan kehidupan kekal.27Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &Bukti batiniah bagi orang percaya tentang keselamatannya adalah kesaksian langsung dari Roh Kudus, sedangkan bukti lahiriah adalah kehidupan di dalam kebenaran & kesucian sejati. 13.4. Baptisan Baptisan ini ada dua (2) macam : 13.4.1. Baptisan Air, yakni lambang kematian & penguburan manusia lama, dengan cara diselamkan ke dalam air. Dengan itu tubuhnya yang berdosa sudah dibersihkan, sedangkan hati & batinnya telah disucikan oleh darah Kristus. Dengan itu mereka telah menyatakan kepada dunia bahwa mereka telah mati bersama Kristus dan juga telah bangkit bersama Dia untuk berjalan di dalam hidup yang baru. Mengingat bahwa yang mampu menyatakan pertobatan dan pengakuan imannya adalah orang dewasa, maka Baptisan Air pada umumnya berlaku bagi orang dewasa (12 tahun ke atas). Bagi anak-anak ditetapkan upacara penyerahan anak untuk menerima bayi atau anak-anak ke dalam persekutuan. Upacara ini tidak dipandang sebagai sakramen, dan mengacu kepada penyerahan Samuel dan bayi yesus di bait Allah. 13.4.2. Baptisan Roh Kaum Pentakosta percaya bahwa pengalaman orang-orang percaya sekarang ini, sama seperti yang diterima oleh para murid Yesus pada hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:4). Bagi kalangan Pentakosta, pengalaman Baptisan Roh adalah Alkitabiah (sejajar dengan pengalaman pertobatan). Dan bukti utama & pertama dari penerimaan Baptisan Roh Kudus ini adalah ber-glossolalia. Dasar Alkitabiah untuk Baptisan Roh Kudus adalah : Baptisan Roh telah dinubuatkan oleh para nabi Perjanjian Lama, khususnya nabi Yoel. Selanjutnya banyak pernyataan Perjanjian Baru yang menyatakan hal Baptisan Roh yakni : Markus 16:17, Lukas 3:16, 11:13, 14:49, Yohanes 7:37-39, 14:16. Keunikan aliran Pentakosta adalah bahwa Baptisan Roh ditandai oleh fenomena Glossolalia, dengan menunjuk kepada peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam Kisah Para Rasul 2:4, 10:46, 19:1-7, dan 1 Korintus 14:18. Dengan baptisan Roh ini, orang yang menerimanya beroleh kuasa ilahi yang diperlukan untuk hidup dan pelayanan. Pengalaman menakjubkan ini merupakan bentuk yang nyata dan kelanjutan dari pengalaman kelahiran baru. 13.5. Karunia-karunia Rohani Kaum Pentakosta meyakini bahwa karunia-karunia Roh itu sangat penting dan masih berlangsung sekarang ini. Semua karunia yang disebutkan dalam Alkitab (Roma 12:68, 1 Petrus 4:10-11, dan 1 Korintus 12-14) harus beroperasi atau digunakan di dalam masyarakat Kristiani.28Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &Karunia-karunia Rohani ini disebut sebagai manifestasi dari Roh Kudus yang menimbulkan suatu kehidupan Kristen yang dinamis. Dengan mempraktekkan karunia-karunia ini, gereja mengalami peningkatan voltasi, kehangatan & semangat akan dirasakan di mana-mana. Berbicara dalam bahasa Roh (berglossolalia), tentu saja, menempati posisi utama yakni sebagai tanda bukti yang diperlukan dari Baptisan Roh, sebagaimana diberikan Allah kepada para rasul (Kisah Para Rasul 2:4). Berbahasa Roh dalam nats ini pada hakekatnya sama dengan karunia berbahasa Roh dalam 1 Korintus 12:4-10,28, namun berbeda dalam maksud & penggunaannya. Bagi kaum Pentakosta, Bahasa Roh adalah bahasa yang transenden, yang berasal dari Roh Kudus. Bahasa Roh ini merupakan medium persekutuan mereka dengan Allah, bahasa doa & pujian yang melampaui intelektual masuk ke dalam suasana spiritual. 13.6. Perjamuan Kudus Perjamuan Kudus yang terdiri atas unsur roti dan air buah anggur, adalah lambang yang mengungkapkan keikutsertaan di dalam kodrat ilahi dari Tuhan Yesus Kristus, pengenangan atas penderitaan & kematian-Nya dan nubuat atas kedatangan-Nya kedua kali. Ini dinikmati oleh semua orang percaya sampai Ia datang. Dengan rumusan seperti ini pemahaman kaum Pentakosta dekat dengan pemahaman Baptis dan Mennonit, yakni lebih memberi penekanan atas aspek pengenangan (memorial). 13.7. Kesucian & Perilaku Hidup Sebagai pewaris Gerakan Kesucian, sebagian besar kaum Pentakosta tetap mempertahankan kesucian sebagai pokok ajaran yang penting. Namun pada umumnya mereka tidak lagi memahaminya sebagai second blessing . Kesucian menyeluruh adalah kehendak Allah bagi semua orang percaya, dan harus sungguh-sungguh dikejar dengan cara berjalan di dalam ketaatan pada Firman Allah. 13.8. Kesembuhan Ilahi Ajaran tentang Kesembuhan Ilahi merupakan pokok penting dalam Kebaktian Kebangunan Rohani bercorak Pentakosta. Tokoh-tokoh yang terkenal di Amerika Serikat dalam hal ini antara lain : William Branham, Oral Roberts, Tommy Hicks, T.L. Osborn, Gordon Lindsay, dan Kathryn Kuhlman. Kesembuhan Ilahi merupakan salah satu dari karunia roh yang pada prinsipnya diberikan kepada semua orang percaya (Yesaya 53:4-5, Matius 8:16-17), namun dalam prakteknya hanya diperoleh orang-orang tertentu. Parham dan banyak kalangan Pentakosta lainnya memahami kesembuhan Ilahi itu sebagai bagian atau lanjutan dari penyucian (tubuh dibersihkan dari segala penyakit). Pada awalnya banyak warga Pentakosta (termasuk Parham) menolak pemanfaatan ilmu kedokteran dan obat-obatan modern, sebab dianggap penuh dosa. Belakangan semakin banyak yang melihat bahwa kedua hal itu tidak perlu dipertentangkan, namun juga melihat bahwa kesembuhan Ilahi lebih unggul dari ilmu kedokteran dan obat-obatan modern.29Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &13.9. Akhir Jaman Sebagai penganut milenarisme, kaum Pentakosta pada umumnya yakin bahwa - sesuai dengan janji Alkitab - Tuhan Yesus Kristus akan datang kembali & memerintah dalam Kerajaan Seribu Tahun di dunia ini, sambil memulihkan & menyelamatkan bangsa Israel. Pemulihan Israel ini pada umumnya dikaitkan dengan berdirinya kembali negara Israel di tanah perjanjian yang berpusat di Yerusalem. Dengan kata lain ungkapan apokaliptik dalam kitab Wahyu dipahami secara harfiah. Setelah Kerajaan Seribu Tahun itu barulah turun langit & bumi baru di mana kebenaran akan tinggal tetap. Mereka yang telah diselamatkan, yaitu yang sudah bertobat, beroleh kasih karunia pembenaran dan hidup dalam kesucian, akan menikmati hidup kekal. Sementara itu, orang fasik yang tetap berdosa - sehingga namanya tidak tercatat dalam kitab kehidupan - akan menerima penghukuman kekal. 13.10. Gereja Gereja diyakini selaku tubuh Kristus, tempat Allah berdiam melalui Roh-Nya, dengan serangkaian ketetapan ilahi dalam rangka memenuhi amanat agung-Nya. Setiap orang percaya, yang lahir oleh Roh, adalah bagian integral dari gereja yang merupakan anak sulung dari mereka yang diselamatkan, yang namanya telah tertulis di Surga. Kaum Pentakosta pada umumnya mengidentikkan diri (bahkan sebagian menamakan diri) dengan Gereja Perjanjian Baru. Tugasnya pada jaman modern ini adalah memulihkan Gereja Perjanjian Baru itu. Karena itu, segala yang berlaku di dalam gereja mula-mula itu berlaku pula di dalam gereja-gereja beraliran Pentakosta, termasuk jenis jabatan & pola pemerintahan (organisasi) gereja. 13.11. Ibadah & Upacara Gerejawi Gereja-gereja beraliran Pentakosta beribadah secara teratur pada hari Minggu, ditambah dengan beberapa pertemuan ibadah pada hari lainnya. Tidak diperlukan tata ibadah yang sangat rinci dan baku, dan juga sebelumnya tidak perlu ditetapkan nats & tema khotbah, sebab hal itu dianggap menghambat pekerjaan Roh Kudus. Sebagian besar ibadah berlangsung secara spontan. Di dalam ibadah yang bersifat lisan (tidak tertuang secara tertulis) dan spontan itu terbuka kesempatan luas bagi ungkapan emosi yang dalam, ekstase, luapan semangat, kesaksian yang bercampur dengan visi (penglihatan) dan sebagainya, namun menurut mereka - tetap terkendali. Kendati tidak ada tata ibadah yang baku, namun ada semacam pola dan unsur-unsur yang umum, yakni : doa pembuka, puji-pujian, doa lanjutan, pujian penyembahan, khotbah & pelayanan altar (altar service; altar calling). Yang terakhir ini memberi kesempatan untuk mengungkapkan pertobatan ataupun kesediaan dipanggil menjadi hamba Tuhan, ataupun menerima Baptisan Roh.30Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &CHARISMATICS Gerakan Karismatik (sering juga disebut Pembaharuan Karismatik, Charismatic Renewal) dikenal pula dengan nama Gerakan Pentakosta Baru (Neo-Pentacostal). Karena itu, seringkali gerakan ini diidentikkan atau dicampuradukkan dengan gerakan/aliran/gereja-gereja Pentakosta yang sudah muncul sejak awal abad XX. Tidak dapat disangkal bahwa gerakan Karismatik ini bermula pada dan mempunyai banyak persamaan dengan gerakan/aliran Pentakosta (Lama). Pengalaman rohani tertentu yang dianggap sebagai ciri utama aliran Pentakosta antara lain Baptisan Roh & Kesembuhan Ilahi, juga menjadi ciri utama gerakan ini. Oleh karena itu, tidak mudah - pun bagi para ilmuwan/peneliti - untuk membuat perbedaan atau menarik garis pemisah yang tegas di antara keduanya. Namun, seperti akan kita lihat, dalam perkembangan selanjutnya banyak hal yang membedakan gerakan ini dari pendahulu atau saudara tua rohaninya itu. Bahkan tidak jarang terjadi ketegangan & bentrokan di antara keduanya, baik karena perbedaan pemahaman (ajaran) maupun karena perbedaan penampilan dan cara berkegiatan. 14. LATAR BELAKANG HISTORIS Peristiwa yang terjadi pada tanggal 5 April 1960 sering diacu sebagai pemicu kemunculan gerakan Karismatik. Ketika itu, Dennis J. Bennett (pendeta dari St. Mark Epicospal Church) di Van Nuys, California memberitakan kepada 2.000 orang anggota jemaatnya tentang pengalaman Pentakosta yang menekankan tentang kekayaan anugerah. Sebagai akibatnya, Dennis dipecat, dan uskup di Los Angeles mengeluarkan surat edaran yang berisi kutukan terhadap gerakan bahasa Roh di kalangan gerejanya. Peristiwa ini mendapat perhatian di kalangan para jurnalistik, sehingga masuk dalam berita di koran-koran. Akibatnya, dalam waktu yang singkat praktek-praktek semacam Pentakosta ini sudah dilihat di Reformed Church in America, United Methodist Church, Evangelical United Brethren, United Presbyterian Church & Episcopal Church. Sebenarnya, sebelum peristiwa tersebut di atas terjadi, sudah terjadi serangkaian peristiwa yang mengawali kemunculan gerakan Kharismatik ini, yakni : 14.1. Full Gospel Business Mens Fellowship International (FGBMFI). Penjangkaun terorganisir pertama di antara kalangan Non-Pentakosta terjadi pada tahun 1951 dengan organisasi FGBMFI di California Selatan, yang dibentuk oleh Demos Shakarian. Shakarian adalah seorang milyuner, pengusaha peternakan di California, berasal dari keluarga imigran Armenia yang pada tahun 1905 mengungsi ke daerah itu. Ayah Shakarian pada tahun 1905 ikut menghadiri kebangunan rohani di Azusa Street Los Angeles dan kaum imigran Armenia ini ikut melatar-belakangi kemunculan gerakan Pentakosta. Pada tahun 1951, setelah membantu Oral Roberts di dalam serangkaian kebaktian kebangunan rohaninya, Shakarian mengatakan kepada Roberts bahwa Allah mengarahkan dirinya untuk membentuk organisasi kaum awam Pentakosta yang31Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &bertujuan melakukan dan mendukung penginjilan. Roberts mendukung gagasan ini dan ikut mempromosikan organisasi itu (yakni FGBMFI) di dalam rangkaian kegiatannya. Bahkan Oral Roberts hadir sebagai pemberi rsstu & pembicara kehormatan pada acara pembukaan & peresmian FGBMFI. Dalam kesempatan itu pula Oral Roberts menubuatkan bahwa lebih dari seribu cabang (chapters) akan muncul dan menjadi alat potensial bagi pemberitaan Injil. Visi Roberts digenapi. FGBMFI berjumlah lebih dari 100.000 anggota di dalam 300 cabang menjelang pertengahan tahun 1960-an dan, menjelang akhir tahun 1980-an, terbentuk lebih dari 3.000 cabang di hampir 90 bangsa. Anggota atau pesertanya sebagian besar terdiri atas kalangan menengah ke atas : para direktur perusahaan, pengacara, dokter, kontraktor, dan para pedagang besar. Dengan itu, gerakan Karismatik menampilkan citra yang kelak menjadi citra umum kalangan Karismatik, yang berbeda dari gerakan Pentakosta pada tahap awal sebagai gerakan kaum pekerja dan kelas bawah. Dengan corak keanggotaan seperti itu, wajar bila di dalamnya sangat ditekankan kemakmuran sebagai berkat Allah (Teologi Sukses/Teologi Kemakmuran). Adapun usaha-usaha yang dilakukan oleh FGBMFI ini antara lain : Mengadakan dinner-meetings di tempat-tempat terkenal di Amerika Serikat dan luar negeri. Di situlah kaum awam itu bersaksi kepada teman-temannya dan memanggil mereka untuk bertobat dan menerima baptisan Roh Kudus. Usahausaha ini banyak menarik orang dari luar kalangan Pentakosta. 14.2. David du Plessis Sampai sejauh itu, baik FGBMFI maupun para penginjil-kesembuhan Ilahi yang mendukungnya memahami bahwa pengalaman dipenuhi Roh Kudus hanya merupakan berkat rohani dan pemberian kuasa (empowerment) secara perseorangan. Mereka tidak memiliki visi bahwa Roh Kudus akan memperbaharui gereja-gereja yang historis atau yang mapan. Visi ini, yang menjadi visi sentral dari banyak kalangan Karismatik pada perkembangan selanjutnya, setidak-tidaknya di Amerika Serikat, baru diperlihatkan oleh David Johannes du Plessis (1905 - 1987). Du Plessis lahir di tahun 1905 di Afrika Selatan di lingkungan kaum Hugenot (Protestan) Perancis, mengalami pertobatan versi Injili tahun 1916 dan menerima baptisan Roh tahun 1918 di salah satu gereja Pentakosta di Afrika Selatan, sementara ia dan orang tuanya masih merupakan anggota Gereja Reformed Belanda di sana. Hal ini membuat mereka dikeluarkan dari gereja itu, sebab paham dan gereja Pentakosta dinilai gerja itu bersifat sektarian & sesat. Selanjutnya Du Plessis menjadi pendeta gereja Pentakosta itu, bahkan menjadi salah seorang pemimpin tertingginya, kendati tanpa pendidikan teologi yang formal, sama seperti kebanyakan pendeta Pentakosta pada masa itu. Belakangan terbukti bahwa Du Plessis memiliki kecakapan dan kedalaman teologi yang luar biasa, sehingga ia sering diundang memberi ceramah di perguruan-perguruan tinggi teologi ternama (antara lain : Harvard, Yale, & Union Seminaries). Jabatannya selaku Sekretaris dari World Pentecostal Conference memungkinkannya untuk bergerak secara leluasa. Dalam 10 tahun terakhir dengan sponsor dari Dr. John MacKay dari Princeton, du Plessis berkeliling sebagai duta besar Pentakosta di32Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &kalangan non-Pentakosta. Dalam setiap kesempatan, ia selalu berbicara tentang ciri khas Pentakosta. David du Plessis dijuluki Mr. Pentecost, dikenang & dihormati sebagai tokoh Pentakosta yang giat di lingkungan gerakan dan organisasi oikumenis sedunia, kendati ia tetap memahami diri sebagai seorang Pentakosta klasik. Ia berhasil membawa aliran atau gereja-gereja itu keluar dari lingkungannya yang eksklusif (merasa benar & suci sendiri), serta membuat mereka itu mendapat pengakuan & penghargaan di kalangan gereja-gereja arus utama, bahkan ikut berjasa membuat aliran Pentakosta menjadi kekuatan ketiga di lingkungan gereja (Third Force in World Christianity), setelah Gereja Katolik Roma dan Protestan 14.3. Blessed Trinity Society Di samping FGBMFI dan David du Plessis, kita juga perlu mencatat jasa dari Blessed Trinity Society (Lembaga Tritunggal yang Diberkati) dalam keseluruhan gerakan Karismatik. Usaha ini ada di bawah pimpinan Harold Berdesen (yang membuat Pat Boone bertobat), pendeta dari Mount Vernon Dutch Reformed Church di New York (di mana ia memulai A Charismatic Prayer Meeting) dan Mrs. Jean Stone (editor majalah triwulan Trinity). Artikel-artikel dari majalah ini mengupas hal bahasa Roh secara teologis dan psikologis, serta memberikan tinjauan-tinjauan dasar sejarah gereja yang erat kaitannya dengan bahasa Roh ini. Bredesen juga dipakai Allah selaku alat di dalam perkembangan awal Gerakan Karismatik Katolik Roma di Amerika Latin. Dengan tinjauan sepintas ini kita dapat menyimpulkan bahwa sejak berabad-abad yang lalu, terutama satu-dua dasawarsa sebelum 1960, telah terdapat berbagai peristiwa dan kenyataan yang mempersiapkan kemunculan gerakan Karismatik, yang sejak 1960 melanda hampir seluruh gereja-gereja arus utama, termasuk Gereja Katolik Roma dan Ortodoks Timur. Kita juga melihat bahwa para perintis gerakan ini tidak bergabung ke dalam gereja-gereja Pentakosta yang sudah ada, berdasarkan beberapa alasan, antara lain : [1] Menurut mereka banyak dari antara gereja-gereja Pentakosta yang sudah menjelma menjadi gereja mapan dan sudah kehilangan Roh yang semula. [2] Mereka justru mau tetap tinggal di dalam lingkungan gereja masing-masing agar dapat membawa Roh Pembaharuan ke dalamnya. Dalam perkembangan selanjutnya para pemimpin dan peserta perhimpunan perintis gerakan Karismatik ini, sambil tetap berada di gereja semula, juga membentuk wadahwadah persekutuan baru, seperti misalnya FGBMFI. FGBMFI ini menjaring banyak warga gereja dari kelas atas, baik dari lingkungan gereja Protestan yang ortodoks, maupun dari lingkungan gereja-gereja Pentakosta lama.15. PERKEMBANGAN BERIKUTNYA33Pdt. Stefanus Suheru, M.A. CharismaticsPentecostalism &Khusus di Amerika Serikat, negeri kemunculan gerakan ini, perkembangan gerakan Karismatik berlangsung dalam 3 tahap : 15.1. Tahap Pertama (1960 - 1967) : Khusus di Lingkungan Protestan Peristiwa yang membuat khalayak ramai menyadari munculnya gerakan Karismatik dan yang pada umumnya diacu sebagai penanda kemunculan gerakan ini, berlangsung di lingkungan gereja Episkopal di sekitar kota Los Angeles - California. Pada musim semi 1959 sepasang suami istri yang masih muda, John & Joan Baker, anggota jemaat Episkopal di Monterey Park, di pinggiran Los Angeles, menerima baptisan Roh disertai tanda berbahasa Roh setelah bersentuhan dengan kalangan Pentakosta. Segera menyusul sekitar 10 orang lagi, lalu mereka berhimpun mengadakan kebaktian tersendiri. Pendeta setempat, Frank Maguire, menjadi bingung dan merasa terganggu, lalu berkonsultasi dengan rekannya, pendeta Dennis Bennett (dari jemaat tetangga St. Markus di kota Van Nuys). Namun pada bulan November 1959 malah kedua pendeta itu ikut menerima baptisan Roh. Bennett segera membagikan pengalaman itu kepada warga jemaat dan anggota majelisnya yang berminat. Dan pada musim semi 1960 sekitar 70 orang, termasuk para tokoh penting dan pemegang posisi kunci di jemaat itu, mendapat baptisan Roh. Sementara itu, tanpa diketahui oleh kedua jemaat itu, sekelompok kecil jemaat Episkopal St Lukas di Monrovia (masih di kawasan pinggiran Los Angeles), pada musim gugur 1959 juga mendapat karunia bahasa Roh, menafsirkannya dan bernubuat. Rangkaian peristiwa itu menimbulkan isue & kegemparan di Van Nuys dan sekitarnya. Untuk meredakannya, Bennett secara terbuka menuturkan pengalamannya menerima kuasa & kepenuhan Roh Kudus, termasuk karunia berbahasa yang tak dikenal kepada seluruh jemaat pada Minggu Paskah, 3 April 1960. Hal ini justru membuat heboh sehingga majelis jemaat meminta Bennett berhenti dengan hormat. Bennett mengumumkan pengunduran diriny