Kel 1-Acetaminophen-mitokondria (Maju Presentasi)
description
Transcript of Kel 1-Acetaminophen-mitokondria (Maju Presentasi)
PENGARUH ACETAMINOPHEN (HEPATOTOXIC DRUG)
TERHADAP KINERJA ORGANEL MITOKONDRIA
Disusun Oleh:Fikriatul Hidayah 132210101010Ayunda Nur Hidayatiningsih 132210101014Stella Christa 132210101030Sugihartono 132210101062Nina Amalia 132210101076Mardiyatul Afifah 132210101104Irine Aulia 132210101105Fairuza Nafilah 132210101106Fatimah Indah Fikriyah 132210101112Mega Latzuard S. 132210101116Zahradita Widhayanti 132210101120
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN AKADEMIK
2013/2014
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah berjudul “Pengaruh Acetaminophen terhadap Kinerja Organel
Mitokondria”. Karya tulis ini digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Biologi Dasar Program Studi Farmasi Universitas Jember semester 1.
Dalamkesempataninipenulismenyampaikan rasa terimakasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginyakepadasemuapihak yang
telahmemberikanbantuan, dorongan, bimbingan dan arahankepadapenulis.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Dengan senang hati,
penulis akan menerima kritik dan saran yang membangun. Semoga kritik dan
saran dapat menjadi bekal dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Jember, 1 Desember 2013
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4
1.1. LatarBelakang.....................................................................................4
1.2. RumusanMasalah................................................................................5
1.3. TujuanPenelitian.................................................................................5
1.4. ManfaatPenelitian...............................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................6
2.1 Mitokondria.............................................................................................6
2.2 Liver/Hati................................................................................................7
2.3 Obat Acetaminophen...............................................................................10
BAB III PEMBAHASAN...................................................................................13
3.1 Mekanisme kerja mitokondria.................................................................13
3.2 Hepatotoxicity.........................................................................................14
3.3 Kerusakan mitokondria akibat Acetaminophen......................................15
BAB IV PENUTUP............................................................................................17
4.1 Simpulan.................................................................................................17
4.2 Saran........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Makhluk hidup memiliki struktur organisasi biologis. Penyusun terkecil
dari suatu makhluk hidup ialah sel. Dalam menjalankan fungsinya, sel dilengkapi
dengan organel. Ada berbagai macam organel, yaitu mitokondria, ribosom,
nukleus, retikulum endoplasma, lisosom, sentriol, vakuola, badan golgi,
mikrotubulus, dll. Setiap organel tersebut memiliki fungsi masing-masing untuk
menjaga kelangsungan hidup organisme. Salah satu organel yang berperan
penting ialah mitokondria. Mitokondria berperan dalam proses respirasi sel dan
pembentukan ATP. ATP (energi) yang dihasilkan digunakan untuk menjalankan
berbagai aktivitas sel. Mitokondria dapat dikatakan sebagai house of power dalam
sel.
Dalam melakukan peran vitalnya, suatu organel perlu dijaga dan dipelihara
agar dapat berfungsi dengan baik. Manusia mendukung peran vital organel dengan
cara mengembangkan berbagai macam obat meningkatkan kinerja sel. Namun,
obat yang diproduksi ternyata memiliki pengaruh positif dan negatif bagi kinerja
organel tertentu. Salah satu contoh obat yang umum digunakan ialah
acetaminophen. Acetaminophen dikenal dengan sebutan paracetamol.
Acetaminophen termasuk dalam golongan obat analgesik antipiretik.
Berbagai macam studi dan penelitian membahas mengenai efek
acetaminophen sebagai salah satu hepatotoxic drugs. Sebagai salah satu
hepatotoxic drugs, Acetaminophen tentu memiliki efek negatif bagi kinerja
organel tertentu. Kelompok kami tertarik untuk mencari tahu lebih lanjut
mengenai mekanisme kerja dan pengaruh acetaminophen terhadap mitokondria.
4
Bertolak dari pemikiran di atas, makalah ini diberi judul “Pengaruh
Acetaminophen(Hepatotoxic Drug) terhadap Kinerja Organel Mitokondria”.
1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah adalah sebagai
berikut.
1.2.1 Bagaimana mekanisme kerja obat acetaminophen?
1.2.2 Bagaimana pengaruh acetaminophen terhadap mitokondria?
1.3 TujuanPembahasan
Tujuan pembahasan makalah “Pengaruh Acetaminophen(Hepatotoxic Drug)
terhadap Kinerja Organel Mitokondria” adalah sebagai berikut.
1.3.1 Untuk mengetahui mekanisme kerja obat acetaminophen;
1.3.2 Untuk mengetahui pengaruh acetaminophen terhadap mitokondria.
1.4 ManfaatPembahasan
Manfaat pembahasan makalah “Pengaruh Acetaminophen(Hepatotoxic Drug)
terhadap Kinerja Organel Mitokondria” adalah sebagai berikut.
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami mekanisme kerja obat
acetaminophen serta pengaruhnya terhadap kinerja mitokondria.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat menambah wawasan mengenai obat acetaminophen dan
pengaruhnya terhadap kinerja organel mitokondria.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mitokondria
Mitokondria merupakan organel sel yang memiliki fungsi sebagai tempat
terjadinya respirasi sel atau sering disebut sebagai House of Power. Organel ini
memiliki dua lapis membran, yaitu lapisan membran dalam dan membran luar.
Membran luar mitokondria tersusun atas protein dan lipid dengan perbandingan
yang sama serta protein porin yang membuat membran luar mitokondria bersifat
permeabel terhadap molekul berukuran 6000 dalton.
Membran dalam mitokondria tersusun atas 20% lipid dan 80%protein. ATP
banyak dihasilkan pada daerah ini. Membran dalam mitokondria berbentuk
lipatan-lipatan yang dibeut Christae untuk memperluas permukaan lapisan
membran sehingga mengoptimalkan ATP yang dihasilkan. Di dalam mitokondria
terdapat 'ruangan' yang disebut matriks, dimana beberapa mineral dapat
ditemukan. Mitokondria banyak terkandung pada sek yang memiliki fungsi
aktivitas metabolisme tinggi dan memerlukan banyak ATP dalam jumlah banyak
seperti jantung, hati, dan otot.
Mitokondria memiliki materi genetik tersendiri yang disebut sebagai
mtDNA (mithocondrial DNA). MtDNA memiliki bentuk berpilin ganda, sirkular,
dan tidak terlindung membran. Oleh sebab itu, mitokondria dapat melakukan
replikasi secara mandiri atau disebut dengan self replicating apabila mitokondria
menjadi terlalu besar. Proses replikasi mitokondria diawali dengan replikasi
mtDNA, kemudian pembelahan berjalan dari lapisan membran dalam dilanjutkan
pembelahan lapisan membran luar.
Sebagai House of Power, mitokondria membenruk ATP dari metabolisme
karbohidrat. Proses metbolisme tersebut dinamakan fosfolirisasi oksidatif yang
6
terdiri dari 5 tahapan enzimatis yang melibatkan proses transpor elektron dengan
bantuan empat kompleks enzim, yaitu:
a. Kompleks I – NADH Dehidrogenase
b. Kompleks II – Suksinat Dehidrogenase
c. Kompleks III – Koenzim Q – Sitokrom C Reduktase
d. Kompleks IV – Sitokrom Oksidase
2.2 Hati/Liver
Hati merupakan suatu kumpulan besar sel reaktan kimia dengan laju
metabolisme yang tinggi, saling memberikan subtrat dan energi dari satu sistem
metabolisme ke sistem yang lain, mengelola dan menyintesis berbagai zat yang
diangkut ke daerah tubuh lainnya dan melakukan berbagai fungsi metabolisme.
Macam-macam jenis metabolik hati:
1. Metabolisme karbohidrat
Hati melakukan beberapa fungsi berikut dalam metabolisme karbohidrat.
a. Menyimpan glikogen dalam jumlah besar.
b. Mengkonversi galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa.
c. Glukoneogenesis (mempertahankan konsentrasi normal glukosa
darah).
d. Pembentukan banyak senyawa kimia dari produk metabolisme
karbohidrat.
Hati berfungsi untuk mempertahankan glukosa darah normal.
Penyimpanan glikogen memungkinkan hati mengambil kelebihan glukosa
dari darah, menyimpannya, dan menembalikannya ke dalam darah bila
konsentrasi glukosa menurun. Fungsi ini disebut fungsi penyanggah
glukosa hati.
7
2. Metabolisme lemak
Fungsi spesifik hati dalam metabolisme lemak sebagai berikut :
a. Oksidasi asam lemak untuk menyuplai energi bagi fungsi tubuh yang
lain.
b. Sintesis kolesterol, fosfolipid, dan sebagian besar lipoprotein.
c. Sintesis lemak dari protein dan karbohidrat.
Proses metabolisme lemak untuk mendapatkan energi adalah
lemak dipecah menjadi gliserol dan asam lemak, asam lemak dipecah oleh
oksidasi beta menjadi radikal asetil berkarbon dua yang membentuk asetil
koenzim A (asetil koA). Asetil koA dapat masuk dalam siklus asam sitrat
dan dioksidasi untuk membebaskan sejumlah energi yang sangat besar.
Oksidasi beta terjadi sangat cepat dalam sel hati.
Sekitar 80% kolesterol disintesis dalam hati menjadi garam
empedu yang kemudian disekresikan kembali ke dalam empedu. 20%
sisanya diangkut dalam lipoprotein dan dialirkan oleh darah ke seluruh sel
jaringan tubuh. Fosfolipid juga disintesis di hati dan terutama ditransport
dalam lipoprotein. Keduanya fosfolipid dan kolesterol digunakan oleh sel
untuk membentuk membran struktur intrasel dan bermacam-macam zat
kimia yang penting untuk fungsi sel.
3. Metabolisme protein
Fungsi hati yang paling penting dalam metabolisme protein sebagai
berikut:
a. Deaminasi asam amino.
b. Pembentukan ureum untuk mengeluarkan amoniak dari cairan tubuh.
c. Pembentukan protein plasma.
d. Interkonversi beragam asam amino dan sintesis senyawa lain dari asam
amino.
Deaminasi asam amino dibutuhkan sebelum asam amino dapat
digunakan untuk energi atau diubah menjadi karbohidrat atau lemak.
8
Pembentukan ureum oleh hati mengeluarkan amoniak dari cairan tubuh.
Sejumlah besar amoniak dibentuk melalui proses deaminasi dan
jumlahnya masih ditambah oleh pembentukan bakteri di dalam usus secara
kontinu dan di arbsorpsi ke dalam darah. Oleh karena itu bila hati tidak
membentuk ureum, konsentrasi amoniak plasma meningkat dengan cepat
dan menimbulkan koma hepatik dan kematian. Sel hati menghasilkan kira-
kira 90% dari semua protein plasma. Hati mungkin dapat membentuk
protein plasma pada kecepatan maksimum 15-60 gram/hari. Jika tubuh
kekurangan separuh protein plasma dapat digantiku dalam satu atau dua
minggu oleh hati. Jika kehilangan protein plasma menimbulkan mitosis sel
hati yang cepat dan pertumbuhan hati menjadi lebih besar. Pengaruh ini
digandakan oleh kecepatan pengeluaran protein plasma sampai konsentrasi
plasma kembali normal.
4. Fungsi hati yang lain
a. Hati merupakan tempat penyimpanan vitamin
Vitamin yang paling banyak disimpan dalam hati adalah vitamin A
yang cukup disimpan untuk mencegah kekurangan vitamin A. Vitamin
D dalam jumlah yang cukp dapat disimpan untuk mencegah defisiensi
selama 3-4 bulan, dan vitamin B12 yang cukp dapat disimpan untuk
bertahan paling sedikit .
b. Hati menyimpan besi dalam bentuk ferritin.
Kecuali besi dalam hemoglobin darah, sebagian besar besi di dalam
tubuh biasanya disimpan di hati dalam bentuk ferritin. Sel hati
mengandung sejumlah besar protein yang disebut apoferritin, yang
dapat bergabung dengan besi baik dalam jumlah sedikit atau banyak.
c. Hati membentuk zat-zat yang digunakan untuk koagulasi darah dalam
jumlah banyak.
Zat-zat yang dibentuk di hati yang digunakan pada proses koagulasi
meliputi fibrinogen, protrombin, globulin akselerator, faktor VII, dan
beberapa faktor koagulasi penting lainnya. Vitamin K dibutuhkan oleh
9
proses metabolisme hati, untuk membentuk protrombin dan faktor VII,
IX dan X. Bila tidak terdapa vitamin K, maka konsentrasi zat-zat ini
akan turun secara bermakna dan keadaan ini mencegah koagulasi
darah.
d. Hati mengeluarkan atau mengekskresikan obat-obatan, hormon, dan
zat lain.
Medium kimia yang aktif dari hati dikenal kemampuannya dalam
melakukan detoksifikasi atau ekskresi berbagai obat-obatan, seperti Sulfonamid,
Penicillin, Ampicillin, dan Erythromycin ke dalam empedu. Dengan cara yang
sama, beberapa hormon yang di sekresi oleh kelenjar endokrin di ekskresi atau
dihambat secara kimia oleh hati, meliputi tiroksin dan terutama semua hormon
steroid seperti esterogen, kortysol, dan aldosteron. Kerusakan hati dapat
mengakibatkan penimbunan yang berlebihan dari satu atau lebih hormon ini di
dalam cairan tubuh dan oleh karena itu menyebabkan aktivitas berlebihan dari
sistem hormon.
2.3 Obat Acetaminophen
Acetaminophen atau paracetamol merupakan obat yang paling laku dan
paling banyak dikonsumsi orang selain Amoxicillin. Parasetamol (asetaminofen)
10
merupakan metabolit aktif dari fenasetin yang mempunyai efek analgesic dan
antipiretik, yaitu efek untuk menghilangkan nyeri tanpa menghilangkan kesadaran
dan menurunkan temperatur tubuh saat panas. Acetaminophen dapat
menghasilkan nekrosissel-selcentrilobular dalam hati ketika mendapatkan dosis
yang berlebih (Reid et al., 2004). Alasan tersebut juga menjadikan parasetamol
sebagai salah satu obat yang paling sering menyebabkan kematian akibat
keracunan (self poisoning) (Maulana, 2010).
Acetaminophen dapat mengurangi kadar metabolit prostaglandin dalam
urin tetapi tidak mengurangi sintesis prostaglandin oleh trombosit darah atau oleh
mukosa lambung. Karena acetaminophen adalah inhibitor lemah in vitro dari
cyclooxygenase(COX) -1danCOX-2, dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa
obat ini lebih selektif menghambat COX-2. Meskipun mempunyai aktivitas
antipiretik dan analgesik, tetapi aktivitas anti inflamasinya sangat lemah karena
dibatasi beberapa faktor, salah satunya adalah tingginya kadar peroksida dapat
lokasi inflamasi. Hal lain, karena selektivitas hambatannya pada COX-2, sehingga
obat ini tidak menghambat aktivitas tromboksan yang merupakan zat pembekuan
darah (Botting, 2000)
Menurut Farmakope Indonesia edisi Ketiga tahun 1979, Acetaminophen
mengandung tidak kurang dari 98.0% dan tidak lebih dari 101.0% C8H9NO2
terhadap zat yang telah dikeringkan. Acetaminophen memiliki pemerian hablur
atau serbuk hablur putih, tidak berbau, dan rasa pahit. Larut dalam 70 bagian air,
dalam 7 bahian etanol (95%) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian
gliserol P, dan dalam 9 bagian propilenglikol p, larut dalam larutan alkali
hidroksida. Timbal tidak lebih dari 10 bpi. Suhu lebur 169oC sampai 172oC. Susut
pengeringan tidak lebih dari 0,5%. Sisa pemijaran tidak lebih dari 0,1%.
Penetapan kadar dilakukan dengan cara penetapan kadar nitrogen, menggunakan
300 mg yang ditimbang saksama dan 8 ml asam sulfat bebas nitrogen P. Dimana,
1 ml asam sulfat 0,1N setara dengan 15,116 mg C8H9NO2. Penyimpanan dalam
wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Parasetamol di Indonesia lebih dikenal dibandingkan dengan nama
asetaminofen, dan tersedia sebagai obat bebas (Maulana, 2010). Obat ini popular
11
sejak 1949 setelah diketahui merupakan metabolit aktif utama dari asetanilid dan
fenasetin. Sifat farmakologis yang ditoleransi dengan baik, sedikit efek samping,
dan dapat diperoleh tanpa resep membuat obat ini dikenal sebagai analgesik yang
umum di rumah tangga (Maulana, 2010).
Pemberian acetaminophen secara oral dengan penyerapan yang cepat dan
hampir sempurna di saluran pencernaan. Penyerapan dihubungkan dengan tingkat
pengosongan lambung, dan konsentrasi dalam plasma mencapai puncak dalam 30
sampai 60 menit (Maulana, 2010).Waktu paruh dalam plasma 1 sampai 3 jam
setelah dosis terapeutik dengan 25% acetaminophen terikat protein plasma dan
sebagian dimetabolisme enzim mikrosom hati (Maulana, 2010). Hati merupakan
tempat metabolism utama parasetamol. Didalam hati, 60% dikonjugasikan dengan
asam glukuronat, 35% asam sulfat, dan 3% sistein; yang akhirnya menghasilkan
konjugat yang larut dalam air serta diekskresi bersama urin. Jalur konjugasi
pertama (terutama glukuronidasi dan sulfasi) tidak dapat digunakan lagi ketika
asupan acetaminophen jauh melebihi dosis terapi dan sebagian kecil akan beralih
ke jalur sitokrom P450(CYP2E1) (Maulana, 2010).
Metabolisme melalui sitokrom P450 membuat acetaminophen mengalami
N-hidroksilasi membentuk senyawa antara, N-acetyl-para-
benzoquinoneimine(NAPQI), yang sangat elektrofilik dan reaktif. Dalam dosis
terapi, NAPQI didetoksifikasi oleh glutathione (GSH) secara efisien. Dalam dosis
yang berlebih, GSH mengalami deplesi (penipisan) dan NAPQI berikatan secara
kovalen pada protein untuk membentuk aduksi protein. Ikatan kovalen antara
NAPQI dengan protein merupakan korelasi yang baik dari toksisitas aminophen
(Reid et al., 2004).
Pada beberapa tahun terakhir ini juga diketahui bahwa perixonitrit
dihasilkan di hepatosit yang mengalami nekrosis onkotik saat terjadi overdosis
acetaminophen (Hinson et al., 1998; Knight et al., 2001). Peroxinitrit merupakan
mediator penting dalam mekanisme kerusakan sel dan juga merupakan mediator
yang bertanggung jawab dalam kerusakan mtDNA. (Cover et al., 2005)
12
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Mekanisme Kerja Mitokondria
Organel mitokondria merupakan organel penting yang berfungsi sebagai
penghasil energidalam proses metabolisme.Proses-proses yang terjadi dalam
mitokondria antara lain oksidasi asam lemak dan siklus kreb. Oksidasi asam
lemak terjadi pada membran dalam mitokondria. Tahapan yang terjadi pada
oksidasi asam lemak atau fosforilasi oksidatif sampai pembentukan ATP , yaitu:
a. Perpindahanelektrondarisenyawa NADH (Kompleks I) dan suksinat
(Kompleks II) ke CoQ
b. Transfer elektron ke kompleks III dan pereduksi.
c. Elektron dari komplek III ditransferkesitokrom C
d. Kemudian elektron dibawakekompleks IV membrane dalam mitokondria
dalam rangka pengubahan O2 menjadi H2O.
e. Tahapan terakhir,transfer elektron dari matriks ke ruang membran dalam
mitokondria disertai dengan transpor proton menyebabkan gradien
potensial yang menimbulkan energi. Energi tersebut dapat dipakai
kompleks V untuk membentuk ATP.
Mekanisme kerja mitokondria sangat vital dalam proses metabolisme
dalam hati. Pada umumnya kerusakan pada mitokondria disebabkan oleh mutasi
mtDNA atau gen inti yang langsung berpengaruh terhadapekspresi gen
mitokondria. Kerusakan dapat menyebabkan berkurangnya pembentukan O2- dan
ATP. Sehingga sel akan mengalami penurunan produktivitas dan lama kelamaan
akan mati .
13
Gambar 1 : Proses Metabolisme pada Mitokondria
3.2 Hepatotoxicity
Hepar merupakan organ yang memliki banyak fungsi penting dalam
metabolisme senyawa-senyawa yang masuk dalam tubuh, salah satunya obat-
obatan terutama obat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal. Oleh karena itu,
hepar sangat rentan terhadap paparan. Kerusakan hati dapat diakibatkan oleh
toksisitas langsung dari obat atau metabolitnya atau sebagai tanggapan
idiosinkrasi pada orang yang memiliki gen khusus yang mempengaruhinya.
Idiosinkrasi sendiri adalah efek abnormal obat yang terjadi pada seseorang akibat
faktor genetik abnormal.
Reaksi hepatotoksik dapat diramalkan tergantung pada takaran dan tidak
tergantung pada induk seperti toksisitas acetaminophen. Toksisitas dimulai pada
awal pemakaian atau setelah beberapa hari pemakaian. Namun dalam beberapa
kasus, hepatotoksik tidak dapat diramalkan ketika reaksi yang terjadi pada saat
obat diubah menjadi metabolit lanjutan yang toksik atau obat tersebut memicu
terjadinya reaksi hiperpeka.
14
Kerusakan hati dapat berupa kematian sel atau nekrosis hepatosit,
kolestatis, dan disfungsi hati. Hepatotoksik lebih sering terjadi apabila hati kita
sudah mengalami kerusakan akibat hepatitis. Beberapa obat seperti
acetaminophen dapat menimbulkan risiko terhadap toksisitas hati.
3.3 Kerusakan Mitokondria akibat Obat Acetaminophen
Acetaminophen merupakan obat yang dimetabolit dalam hati.
Acetaminophen termasuk inhibitor siklooksigenasi yang lemah dengan adanya
hidrogen peroksida dengan konsetrasi yang tinggi yang dihasilkan oleh neutrofil.
Pada umumnya acetaminophen diberikan per oral dengan tujuan agar diserap
dengan cepat dan hampir sempurna di saluran pencernaan. Sebagian besar akan
dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati.Hati sendiri merupakan organ yang
bertugas untuk memetabolisme senyawa obat yang masuk ke dalam tubuh. Oleh
karena itu, hati terdiri dari banyak sel yang mengandung Mitokondria.
Metabolisme dalam hati menghasilkan konjugat yang terdiri dari 60%dikonjugasi
dengan asam glukuronat, 35% dikonjugasi dengan asam sulfat, dan 3%
dikonjugasi dengan sistein, yang pada akhirnya menghasilkan konjugat yang larut
dalam air.
Ketika Acetaminophen diberikan melebihi dosis terapi, maka jalur
konjugasi pertama tidak dapat digunakan lagi dan sebagian kecil beralih ke jalur
Sitokrom P-450 yang memacu terbentuknya radikal bebas superoksida (O2) yang
dinetralisir oleh superoksida dismutase (SOD) menjadi H2O2, suatu Reactive
Oxygen Species (ROS) yang tidak begitu berbahaya.
Pada keadaan normal, senyawa antara ini dieliminasi melalui konjugasi
dengan glutathione (GSH). Senyawa tersebut berikatan dengan gugus sulfhidril
yang dimetabolisme kembali menjadi asam merkapturat. Kemudian senyawa
tersebut dieksresi melalui urin. Ketika terjadi kelebihan dosis Acetaminophen,
kadar GSH rendah. Sehingga kemungkinan NAPQI yang sangat elektrofilik dan
reaktif untuk berikatan secara kovalen dengan makromolekul sel dan
menyebabkan disfungsi berbagai sistem enzim semakin besar. Ikatan kovalen
15
yang terbentuk antara NAPQI dan makromolekul sel pada gugus tiol protein dan
kerusakan oksidatif juga merupakan patogenesis utama terjadinya nefropati
analgesik
Penurunan jumlah GSH secara tidak langsungdapat menimbulkan
terjadinya stres oksidatif akibat penurunan proteksi antioksidan endogen
(antioksidan enzimatik), yang juga dapat menyebabkan terjadinya peroksidasi
lipid. Peroksidasi lipid merupakan suatu proses autokatalisis yang mengakibatkan
kematian sel.
Produk akhir peroksidasi lipid di dalamtubuh adalah malondialdehid
(MDA). Selain itu, reaksi pembentukan NAPQI akibat detoksifikasi oleh sitokrom
P450 memacu terbentuknya radikalbebas superoksida (O2) yang dinetralisir oleh
superoksida dismutase (SOD) menjadi H2O2, suatu Reactive Oxygen Species
(ROS) yang tidak begitu berbahaya. Peroksidasi lipid dan Reactive Oxygen
Species (ROS) dapat menimbulkan jumlah radikal yang melebihi batas
kemampuan tubuh, disebut juga sebagai stres oksidatif. Stres oksidatif dapat
menimbulkan kematian sel dan memicu terjadinya penuaan dini.
Indikasi pemberian acetaminophen adalah sebagai analgesik
danantipiretik. Nyeri akut dan demam dapat diatasi dengan 325-500 mg empat
kali sehari dan secara proporsional dikurangi untuk anak-anak. Toksisitas
parasetamol terjadi pada penggunaan dosis tunggal 10 sampai 15 gr (150 sampai
250 mg/kg BB); dosis 20 sampai 25 gr atau lebih kemungkinan menyebabkan
kematian. Akibat dosis toksik yang paling serius adalah nekrosis hati. Sekitar 10%
pasien mengalami keracunan dan tidak mendapatkan penanganan khusus
mengalami kerusakan hati yang parah. Sebanyak 10-20% di antaranya akhirnya
meninggal karena kegagalan fungsi hati.
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut
1. Mitokondria merupakan organel sel yang memiliki fungsi sebagai
tempat terjadinya respirasi sel.
2. Acetaminophen atau parasetamol mempunyai efek analgesic dan
antipiretik yaitu efek untuk menghilangkan nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran dan menurunkan temperature tubuh saat
panas.
3. Acetaminophen adalah obat yang bersifat hepatotoksik. Adapun
yang menyebabkan acetaminophen dapat merusak sel adalah
pembentukan NAPQI akibat detoksifikasi oleh sitokrom P450
memacu terbentuknya radikal bebas superoksida (O2) yang
dinetralisir oleh superoksida dismutase(SOD) menjadi H2O2, hal
ini menimbulkan stres oksidatif. Stres oksidatif dapat menimbulkan
kematian sel dan memicu terjadinya penuaan dini.
4.2 Saran
Penggunaan acetaminophen haruslah dengan dosis yang tepat. Obat ini
tidak boleh digunakan untuk jangka waktu yang lama karena akan
menyebabkan kerusakan mitokondria pada sel hati.
17
DAFTAR PUSTAKA
Botting, R. M. (2000). Mechanism of action of acetaminophen: is there a cyclooxygenase 3?.Clinical Infectious Diseases, 31(Supplement 5), S202-S210.
Cover, C., Mansouri, A., Knight, T. R., Bajt, M. L., Lemasters, J. J., Pessayre, D., &Jaeschke, H. (2005). Peroxynitrite-induced mitochondrial and endonuclease-mediated nuclear DNA damage in acetaminophen hepatotoxicity.Journal of Pharmacology and Experimental Therapeutics, 315(2), 879-887.
Reid, A. B., Kurten, R. C., McCullough, S. S., Brock, R. W., & Hinson, J. A. (2005). Mechanisms of acetaminophen-induced hepatotoxicity: role of oxidative stress and mitochondrial permeability transition in freshly isolated mouse hepatocytes. Journal of Pharmacology and Experimental Therapeutics, 312(2), 509-516.
Maulana, A. I. 2010. Pengaruh EkstrakTauge (PhaseolusRadiatus) terhadap Kerusakan Sel Ginjal Mencit (MusMusculus) yang Diinduksi Parasetamol. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
18