Keadilan Individu Dan Keadilan Sosial

22
Keadilan Individu dan Keadilan Sosial Diposkan oleh kampusku di 21:28 Cara yang paling baik untuk menguraikan keadilan sosial adalah membedakannya dengan keadilan individu. Kedua macam keadilan ini berbeda karena pelaksanaannya berbeda. Pelaksanaan keadilan individual tergantung pada kemauan atau keputusan satu orang ( atau bisa beberapa orang ) saja. Dalam pelaksanaan keadilan sosial, satu orang atau beberapa orang saja tidak berdaya. Keadilan sosial tergantung pada struktur – struktur masyarakat dibidang sosial – ekonomi, politik, budaya dan sebagaimananya. Keadilan sosial tidak akan terlaksana kalau struktur – struktur masyarakat tidak memungkinkan Definisi Keadilan Pertanyaan pertama yang muncul dalam pikiran dan mesti dijawab dengan jelah adalah: “Apakah arti keadilan dan kezaliman itu?” Sebelum konsep keadilan ini dijelaskan, seluruh upaya kita akan menjadi sia-sia atau, paling tidak, sulit bagi kita untuk menghindari ketaksaan Kata “adil” digunakan dalam empat hal: Keseimbangan, Persamaan dan Nondiskriminasi, Pemberian Hak kepada yang Berhak, dan Pelimpahan Wujud Berdasarkan Tingkat dan Kelayakan. 1. KEADILAN: Keseimbangan. Adil disini berarti keadaan yang seimbang. Apabila kita melihat suatu sistem atau himpunan yang memiliki beragam bagian yang dibuat untuk tujuan tertentu, maka mesti ada sejumlah syarat, entah ukuran yang tepat pada setiap bagian dan pola kaitan antarbagian tersebut. Dengan terhimpunnya semua syarat itu, himpunan ini bisa bertahan, memberikan pengaruh yang diharapkan darinya, dan memenuhi tugas yang telah diletakkan untuknya. Misalnya, setiap masyarakat yang ingin bertahan dan mapan harus berada dalam keadaan seimbang, taitu segala sesuatu yang ada di

description

ilmu

Transcript of Keadilan Individu Dan Keadilan Sosial

Page 1: Keadilan Individu Dan Keadilan Sosial

Keadilan Individu dan Keadilan Sosial

Diposkan oleh kampusku di 21:28 Cara yang paling baik untuk menguraikan keadilan sosial adalah membedakannya dengan keadilan individu. Kedua macam keadilan ini berbeda karena pelaksanaannya berbeda. Pelaksanaan keadilan individual tergantung pada kemauan atau keputusan satu orang ( atau bisa beberapa orang ) saja. Dalam pelaksanaan keadilan sosial, satu orang atau beberapa orang saja tidak berdaya. Keadilan sosial tergantung pada struktur – struktur masyarakat dibidang sosial – ekonomi, politik, budaya dan sebagaimananya. Keadilan sosial tidak akan terlaksana kalau struktur – struktur masyarakat tidak memungkinkan

Definisi Keadilan

Pertanyaan pertama yang muncul dalam pikiran dan mesti dijawab dengan jelah adalah: “Apakah arti keadilan dan kezaliman itu?”

Sebelum konsep keadilan ini dijelaskan, seluruh upaya kita akan menjadi sia-sia atau, paling tidak, sulit bagi kita untuk menghindari ketaksaan

Kata “adil” digunakan dalam empat hal: Keseimbangan, Persamaan dan Nondiskriminasi, Pemberian Hak kepada yang Berhak, dan Pelimpahan Wujud Berdasarkan Tingkat dan Kelayakan.

1. KEADILAN: Keseimbangan.

Adil disini berarti keadaan yang seimbang. Apabila kita melihat suatu sistem atau himpunan yang memiliki beragam bagian yang dibuat untuk tujuan tertentu, maka mesti ada sejumlah syarat, entah ukuran yang tepat pada setiap bagian dan pola kaitan antarbagian tersebut. Dengan terhimpunnya semua syarat itu, himpunan ini bisa bertahan, memberikan pengaruh yang diharapkan darinya, dan memenuhi tugas yang telah diletakkan untuknya.

Misalnya, setiap masyarakat yang ingin bertahan dan mapan harus berada dalam keadaan seimbang, taitu segala sesuatu yang ada di dalamnya harus muncul dalam proporsi yang semestinya, bukan dalam proporsi yang setara. Setiap masyarakat yang seimbang membutuhkan bermacam-macam aktifitas. Di antaranya adalah aktifitas ekonomi, politik, pendidikan, hukum, dan kebudayaan. Semua aktifitas itu harus didistribusikan di antara anggota masyarakat dan setiap anggota harus dimanfaatkan untuk suatu aktifitas secara proporsional.

Keseimbangan sosial mengharuskan kita untuk memerhatikan neraca kebutuhan. Lalu, kita mengkhususkan untuknya anggaran yang sesuai dan mengeluarkan sumber daya yang proporsional. Manakal sudah sampai disini, kita menghadapi persoalan “kemaslahatan”, yakni kemaslahatan masyarakat yang dengannya kelangsungan hidup “keseluruhan” dapat terpelihara. Hal ini lalu mendorong kita untuk memerhatikan tujuan-tujuan umum yang mesti dicapai. Dengan perspektif ini, “bagian” hanya menjadi perantara dan tidak memiliki perhitungan khusus.

Page 2: Keadilan Individu Dan Keadilan Sosial

Demikian pula halnya dengan keseimbangan fisik. Mobil, misalnya, dibuat untuk tujuan tertentu dan untkmkebutuhan-kebutuhan tertentu pula. Karenanya, apabila mobil itu hendak dibuat sebagau produk yang seimbang, mobil itu harus dirancang dari berbagai benda mengikuti ukuran yang proporsional dengan kepentingan dan kebutuhannya. Begitu pula halnya dengan keseimbangan kimiawi. Setiap senyawa kimiawi memiiki stuktur, pola, dan proporsional tertentu pada setiap unsur pembentuknya. Apabila hendak meniciptakan senyawa itu, kita mesti menjaga struktur dan proporsi di atas sehingga tercipta suatu keseimbangan dan simetris. Kalau tidak, alam tidak dapat tegak dengan baik, tidak pula ada sistem, perhitungan, dan perjalanan tertentu di dalamnya. Al-Qur’an menyatakan:

م�اء� ف�ع�ه�ا و�الس� ان� و�و�ض�ع� ر� �م�يز� ال

Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). QS. Al-Rahman [55]: 7

Ketika membahas ayat di atas, para ahli tafsir menyebutkan bahwa yang dimaksud oleh ayat itu adalah keadaan yang tercipta secara seimbang. Segala obyek dan partikelnya telah diletakkan dalam ukuran yang semestinya. Tiap-tiap divisi diukur secara sangat cermat.

Dalam suatu hadis, Nabi Saw bersabda: “Dengan keadilan, tegaklah langit dan bumi.” (Tafsir Al-Shafi, tentang QS. Al-Rahman [55]: 7)

Lawan keadilan, dalam pengertian ini, adalah “ketidakseimbangan”, bukan “kezaliman”.

Banyak orang yang berupaya menjawab semua kemusykilan dalam keadilan Ilahi dari perspektif keseimbangan dan ketidakseimbangan alam, sebagai ganti dari perspektif keadailan dan kezaliman. Merteka puas dan berusaha untuk puas dengan pandangan bahwa semua diskriminasi yang terjadi, baik disertai alasan ataupun tidak, dan semua kejahatan yang ada, sebenarnya merupakan keharusan dan keniscayaan sistem alam yang menyeluruh. Tidak diragukan lagi bahwa eksistensi obyek tertentu merupakan keniscayaan bagi keseimbangan alam secara historis. Tetapi, solusi ini tidak menjawab keberatan seputar terjadinya kezaliman.

Kajian tentang keadilan dalam pengertian “keseimbangan”, sebagai lawan ketidakseimbangan, akan muncul jika kita melihat sistem alam sebagai keseluruhan. Sedangkan, kajian tentang keadilan dalam pengertian sebagai lawan kezaliman dan yang terjadi ketika kita melihat tiap-tiap individu secara terpisah-pisah adalah pembahasan yang lain lagi. Keadlian dalam pemgertian pertama menjadikan “maslahat umum” sebagai persoalan. Adapun keadilan dalam pengertian kedua menjadikan “hak individu” sebagai pokok persoalan. Karenanya, orang yang mengajukan keberatan akan kembali mengatakan, “Saya tidak menolak prinsip keseimbangan di seluruh alam, tapi saya mengatakan bahwa pemeliharaan terhadap keseibangan ini, mau tidak mau, akan mengakibatkan munculnya pengutamaan tanpa dasar (tarjih bila murajjih). Semua pemgutamaan ini, dari sudut pandang keseluruhan dapat diterima dan relevan. Tapi, dari sudut pandang individual, ia tetap tidak dapat diterima dan tidak relevan.”

Keadilan dalam pengertian “simetri” dan “proporsi” termasuk dalam konsekuensi sifat Mahabijak dan Maha Mengetahui Allah. Berdasarkan ilmu-Nya yang komprehensif dan

Page 3: Keadilan Individu Dan Keadilan Sosial

kebijaksanaan-Nya yang meyeluruh. Dia mengetahui bahwa penciptaan sesuatu meniscayakan proporsi tertentu dari berbagai undur. Dia menyusun unsur-unsur itu untuk menciptakan bangunan tersebut.

2. KEADILAN: Persamaan dan Nonkontradiksi.

Pengertian keadilan yang kedua ialah persamaan dan penafian terhadap diskriminasi dalam bentuk apapun. Ketika dikatakan bahwa “Si Fulan adalah orang adil”, yang dimaksud adalah bahwa Fulan itu memandang semua individu secara sama rata, tanpa melakukan pembedaan dan pengutamaan. Dalam pengertian ini, keadilan sama dengan persamaan.

Definisi keadilan seperti itu menuntut penegasan: kalau yang dimaksud dengan keadilan adalah keniscayaan tidak terjaganya beragam kelayakan yang berbeda-beda dan memandang segala sesuatu dan semua orang secara sama rata, keadilan sepeeti ini identik dengan kezaliman itu sendiri. Apabila tindakan memberi secara sama rata dipandang sebagai adil, maka tidak memberi kepada semua secara sama rata juga mesti dipandang sebagai adil. Anggapan umum bahwa “kezaliman yang dilakukan secara sama rata kepada semua orang adalah keadilan” berasal dari pola pikir semacam ini.

Adapun kalau yang dimaksud dengan keadilan adalah terpeliharanya persamaan pada saat kelayakan memang sama, pengertian itu dapat diterima. Sebab, keadilan meniscayakan dan mengimplikasikan persamaan seperti itu. Pengertian adil ini terkait dengan makna keadilan ketiga [Keadilan: Pemberian Hak kepada Pihak yang Berhak] yang akan dijelaskan nanti.

3. KEADILAN: Pemberian Hak kepada Pihak yang Berhak.

Pengertian ketiga keadilan ialah pemeliharaan hak-hak individu dan pemberian hak kepada setiap obyek yang layak menerimanya. Dalamartian iniu, kezaliman adalah pelenyapan dan pelanggaran terhadap hak-hak pihak lain. Pengertian keadilan ini, yaitu keadilan sosial, adalah keadilan yang harus dihormati di dalam hukum manusia dan setiap individu benar-benar harus berjuang untuk menegakkannya. Keadilan dalam pengertian ini bersandar pada dua hal:

Pertama: hak dan prioritas, yaitu adanya berbagai hak dan prioritas sebagai individu bila kita bandingkan dengan sebagian lain. Misalnya, apabila seseorang mengerjakan sesuatu yang membutuhkan hasil, ia memiliki prioritas atas buah pekerjaannya. Penyebab timbulnya prioritas dan preferensi itu adalah pekerjaan dan aktifitasnya sendiri. Demikian pula halnya dengan bayi. Ketika dilahirkan oleh ibunya, ia memiliki klaim prioritas atas air susu ibunya. Sumber prioritas itu adalah rencana penciptaan dalam bentuk sistem keluarnya air susu ibu untuk bayi tersebut.

Kedua, karakter khas manusia, yang tercipta dalam bentuk yang dengannya manusia menggunakan sejumlah ide i’tibaritertentu sebagai “alat kerja”, agar dengan perantaraan “alat kerja” itu, ia bisa mencapai tujuan-tujuannya. Ide-ide itu akan membentuk serangkaian gagasan “i’tibari” yang penentuannya bisa dengan perantara “seharusnya”. Ringkasannya, agar tiap individu masyarakat bisa meraih kebahagiaan pelihara. Pengertian keadilan manusia seperti itu diakui oleh kesadaran semua orang. Sedangkan titiknya yang berseberangan adalah kezaliman yang ditolak oleh kesadaran semua orang.

Page 4: Keadilan Individu Dan Keadilan Sosial

Penyair Mawlawi mengatakan:

Apakah keadilan? Menempatkan sesuatu pada tempatnyaApakah kezaliman? Menempatkan sesuatu bukan pada tempatnyaApakah keadilan? Engkau menyiram air pada pepohonanApakah kezaliman? Engkau siramkan air pada duriKalau kita letakkan “raja” di tempat “benteng”, rusaklah permainan (catur)Kalau kita letakkan “menteri” di tempat “raja”, bodohlah kita

Pengertian keadilan dan kezaliman ini pada satu sisi bersandar pada asas prioritas dan presedensi, dan pada sisi lain bersandar pada asas watak manusia yang terpaksa menggunakan sejumlah konvensi untuk merancang apa yangf “seharusnya” dan apa yang “tidak seharusnya” serta mereka-reka “baik dan buruk”. Pengertian keadilan dan kezaliman yang berpijak pada kedua asas di atas hanya khusus menyangkut bidang kehidupan manusia dan tidak mencakup bidang ketuhanan. Karena, sebagaimana telah ditunjukkan sebelumnya, Dia adalah Pemilik Mutlak, maka Dia pulalah yang secara mutlak memiliki prioritas atasa segala sesuatu. Jika Dia memperlakukan sesuatu dengan cara tertentu, pada dasarnya Dia telah memperlakukan sesuatu yang terikat dengan-Nya dalam eksistensi totalnya, dan itu merupakan miliki mutlak-Nya.

Kezaliman dalam pengertian di atas, yakni pelanggaran prioritas dan hak pihak lain, tidak mungkin terjadi pada Allah. Sebab, kita tidak mungkin dapat menemukan contoh-contoh kasus terjadinya kezaliman Allah pada makhluk dalam konteks ini.

4. KEADILAN: Pelimpahan Wujud Berdasarkan Tingkat dan Kelayakan.

Pengertian keadilan yang keempat ialah tindakan memelihara kelayakan dalam pelimpahan wujud, dan tidak mencegah limpahan dan rahmat pada saat kemungkinan untuk mewujudkan dan menyempurna pada itu telah tersedia. Pada bagian yang akan datang, saya akan menjelaskan bahwa sistem ontologis ini, tiap-tiap maujud berbeda-beda dalam hal kemampuan menerima eminasi dan karunia dari Sumber Wujud. Semua maujud, pada tingkatan wujud yang mana pun, memiliki kelatakan khas terkait kemampuannya menerima eminasi tersebut. Dan mengingat Zat Ilahi yang Kudus adalah Kesempurnaan Mutlak dan Kebaikan Mutlak yang senantiasa memberi emanasi, maka Dia pasti akan memberikan wujud atau kesempurnaan wujud kepada setiap maujud sesuai dengan yang mungkin diterimanya.

Jadi, keadilan Ilahi, menurut rumusan ini, berarti bahwa setiap maujud mengambil wujud dan kesempurnaan wujudnya sesuai dengan yang layak dn yang mungkin untuknya. Para ahli hikman (teosof) menyandang sifat adil kepada Allah Swt dalam pengertian yang sedang kita bicarakan sekarang ini, agar sejalan dengan (ketinggian ) Zat Allah Swt dan mejadi sifat sempurna bagi-Nya. Begitu juga kezaliman yang mereka nafikan dari Allah Swt sebagai kekurangan bagi-Nya.

Para teosof berkayinan bahwa sesuatu yang maujud tidak memiliki hak atas Allah, sedemikian sehingga pemberian hak itu merupakan sejenis pelunasan utang atau pelaksanaan kewajiban. Dan bila sudah dipenuhi, Allah bisa dipandang adil karena Dia telah melaksanakan segenap kewajiban-Nya terhadap pihak-pihak lain secara cermat. Keadilan Allah sesungguhnya identik dengan kedermawanan dan kemurahan-Nya. Maksudnya, keadilan-Nya berimplikasi bahwa

Page 5: Keadilan Individu Dan Keadilan Sosial

kemurahan-Nya tidak tertutup bagi semua maujud semaksimal yang mungkin diraihnya. Pengertian itulah yang dimaksud oleh Imam ‘Ali as dalam khutbah 214 dalam Nahj Al-Balaghah, “ Sesungguhnya, hak itu tidak terdiri di satu pihak. Setiap orang berhak atas piak lain, pihak lain pun berhak atas pihak pertama. Zat Allah dikecualikan dari kaidah ini karena Dia memiliki hak terhadap segala sesuatu segala sesuatu tidak memiliki selain tanggungt jawab dan taklif terhadap Pencipta-Nya. Tidak ada yang memiliki hak apa pun pada Pewujudnya.”

Apabila melalui tolok ukur yang paling tepat ini kita bermaksud meniliti berbagai persoalan, kita harus melihat persoalan yang dipandang sebagai “kejahatan” atau “pengutamaan tanpa keutamaan” atau “kezaliman” sembari bertanya: Apakah ada suatu maujud yang memiliki kemungkinan untuk mewujud, tapi (terbukti) tidak mewujud? Apakah ada maujud yang memiliki kemungkinan menyempurna dalah sistem universal, tapi terbukti tidak memperoleh kesempurnaan tersebut?apakah setiap maujud telah diberi apa “yang seharusnya diberikan” padanya? Maksudnya, apakah Allah menggantikan kebaikan dan rahmat dengan sesuatu yang bukan kebaikan dan rahmat, melainkan kejahatan dan bencana; bukan kesempurnaan, melainkan kekurangan?

Dalam Al-Asfar, jilid II, Bab “Al-Shuwar Al-Nau’iyyah (Forma-Forma Spesifik), dibawah pasal berjudul “Kayfiyat Wujud Al-Ka’inat Al-Haditsah bi Hudutsi Al-Zaman (Modus Eksistensi Berbagai Entitas yang Bermula dalam Waktu), Mullah Shadra mengisyaratkan konsep keadilan Ilahi dan pengertiannya yang sejalan dengan cita rasa para teosof. Dia menuliskan:

“Berdasarkan uraian lampau, kau sudah tahu bahwa materi (maddah) dan forma (shurah) adalah dua kausa bagi (eksistensi) benda-benda fisik. Dari bahasan ihwal interdependensi keduanya, bisa disimpulkan keniscayaan adanya kausa efisien yang bersifat metafisik. Pada pokok bahasan tentang gerakan-gerakan universal (al-harakat al-kulliyyah), kita akan membuktikan bahwa tiap gerakan itu memiliki tujuan akhir yang metafisik. Kausa efisien dan tujuan metafisik itu adalah dua kausa jauh bagi (eksisitensi) semua benda fisik. Sekiranya kedua kausa jauh itu cukup untuk mewujudkan benda-benda alam fisik, niscaya semua benda fisik ini akan bersifat kekal, tidak akan meniada. Lebih dari itu, segenap kesempurnaan yang layak untuknya telah ada sejak semula, awal wujudnya akan identik dengan akhir wujudnya. Namun, kedua kausa iu tidaklah mencukupi sehingga ada dua kausa dekat yang juga berefek padanya, yaitu materi dan forma.

“Pada satu sisi, terdapat oposisi dalam forma (suatu benda) dan tingkat-tingkat awal forma itu cenderung punah. Pada sisi lain, tiap materi berpotensi menerima berbagai forma yang beroposisi. Karenanya, setiap maujud (bendawi) berpotensi menerima dua kelayakan dan pangkat yang berlawanan; yang satu dari forma dan lainnya dari materi. Forma menuntut kelanggengan dan pemeliharaan keadaan-saat-ini suatu maujud, sedangkan materi menuntut perubahan keadaan dan pemakaian forma lain yang berlawanan dengan forma di dalam dirinya. Mengingat kemustahilan terpenuhinya dua ‘hak’ atau tuntunan yang beroposisi pada satu maujud ini secara bersamaan pada satu waktu, maka satu materi tak mungkin mengandung banyak forma yang berlawanan pada satu waktu. Anugerah Ilahi meniscayakan penyempurnaan materi alam semesta—yang merupakan alam paling rendah ini—dengan perantaraan bermacam-macam forma. Karena itu, kebijaksanaan Ilahi menetapkan bahwa gerakan itu berlangsung terus-menerus dalam waktu yang tidak terputus. Dia juga menetapkan materi selalu berubah-ubah dan berganti tempat seiring perubahan forma sepanjang waktu. Keniscayaan menuntut setiap forma

Page 6: Keadilan Individu Dan Keadilan Sosial

memiliki saat tertentu yang khusus untuknya, sehingga setiap forma pada gilirannya memperoleh jatah untuk mewujud.

“Kemudian, lantaran materi itu milik bersama, maka setiap forma memiliki hak yang sebanding atas forman lain (untuk menjelma dalam materi). Jadi, keadilan meniscayakan materi dengan forma A menjelmakan forma B dan materi dengan forma B mengembalikan (penjelmaan) forma A. dengan pola seperti ini, suatu materi berpindah-pindah diantara banyak forma secara bergantian. Oleh sebab itu, demi “keadilan” dan terjaganya kelayakan serta hak segala sesuatu, kita menyaksikan keberlangsungan dan kelanggengan (baqa’ al-anwa’), dan bukan individu (al-afrad).”

Pada poin ini, muncul masalah lain, yaitu: bila segala sesuatu berada dalam relasi setara dihadapan Allah, tiada “kelayakan” atau “hak” yang mesti dipelihara supaya ada “keadilan” yang berarti pemeliharaan “kelayakan” atau “hak”. Satu-satunya keadilan yang mungkin dibenarkan menyangkut Allah ialah keadilan dalam arti memelihara kesetaraan. Sebab, dari segi kelayakan dan pangkat, sebagaimana telah saya katakan, tiada perbedaan di sisi Allah. Maka, keadilan dalam arti memelihara kelayakan atau kepangkatan di sisi Allah sama dengan keadilan dalam arti memelihara kesetaraan. Oleh karena itu, keadilan Ilahi mengharuskan tiadanya pengutamaan dan perbedaan di antara sesama makhluk. Padahal, di alam wujud ini, kita menyaksikan timbulnya begitu banyak perbedaan. Bahkan, alam ini semata-mata berisi perbedaan, keberagaman, dan kepangkatan.

Jawabannya: pengertian hak dan kelayakan segala sesuatu dalam kaitannya dengan Allah tak lain dari ungkapan kebutuhan eksistensial atau kebutuhan akan kesempurnaan eksistensial segala sesuatu kepada-Nya. Setiap maujud yang memiliki kapasitas untuk mewujud atau memiliki salah satu jenis kesempurnaan pasti akan Allah limpahi dengan wujud atau kesempurnaan itu, karena Allah Swt Maha Melakukan dan niscaya Memberi karunia. Dengan demikian, keadilan Allah—sebagaimana yang saya kutip dari Mulla Shadra di atas—tak lain adalah rahmat umum dan pemberian menyeluruh kepada segala sesuatu yang memiliki kapasitas untuk mewujud atau kapasitas untuk mendapatkan kesempurnaan tanpa pernah menahan atau mengutamakan yang satu atas yang lain.

Ihwal apakah faktor utama di balik perbedaan kapasitas dan kelayakan itu; danbagaimana mungkin kita menafsirkan dan memahami perbedaan kapasitas dan kelayakan itu berdasarkan fakta bahwa segala sesuatu itu pada esensinya berbeda dari segi kapasitas dan kelayakan. Padahal saya telah menegaskan bahwa emanasi dan limpahan karunia Allah Swt tidak berujung dan tidak berhingga; Inilah pertanyaan yang saya coba uraikan—dengan bantuan dan taufik Allah—pada halaman-halaman berikutnya.

Apakah Masih Ada   Keadilan? Posted on Rabu, 14 April, 2010 by saatteduh

- Diambil dari Renungan Gereja Kristen Yesus Jemaat Green Ville -

Baca: Mazmur 10-11

Page 7: Keadilan Individu Dan Keadilan Sosial

Banyak orang yang mengaku beragama, tetapi perbuatan mereka menunjukkan bahwa mereka tidak takut akan Tuhan. Mereka menganggap Tuhan itu jauh, bahkan Tuhan dianggap tidak ada (10:4). Walaupun mereka belum dihukum, suatu saat Tuhan akan menyatakan keadilan-Nya.

Karena orang-orang yang berbuat jahat tidak langsung dihukum Tuhan, mereka seakan-akan bebas untuk berbuat jahat. Pada masa kini, kita masih bisa menjumpai berbagai penganiayaan dan kesulitan yang dihadapi orang Kristen dalam wujud penghancuran gereja, kesulitan untuk mendapat izin mendirikan rumah ibadah, dan berbagai ancaman bila kita melakukan penginjilan. Dalam situasi semacam ini, mungkin kita akan bertanya apakah masih ada keadilan bagi orang Kristen? Perbuatan fasik (perbuatan yang tidak mengindahkan kehendak Allah) tidak hanya dilakukan oleh orang yang tidak mengenal Allah, tetapi juga oleh orang yang mengaku mengenal Allah dan beribadah kepada-Nya. Mereka senang melakukan semua bentuk kejahatan. Pemazmur semakin tertekan ketika melihat bahwa Tuhan bungkam dan belum bertindak melawan kefasikan (10:1).

Sekalipun situasi seperti di atas, pemazmur tidak melepaskan pengharapan dan imannya kepada Tuhan. Tuhan pasti mempertimbangkan apa yang dilakukan manusia dan Tuhan pasti akan membalas kejahatan sesuai dengan keadilan-Nya (10:13-14). Tuhan pasti mendengarkan segala keluh kesah yang disampaikan orang percaya dalam doa dan Dia pasti akan bertindak sesuai dengan kehendak-Nya (10:17-18). Tindakan-Nya selalu adil. Semua orang percaya yang berlindung dan bersandar kepada-Nya pasti akan dibela oleh-Nya. Jangan berhenti berharap dan mempercayai Tuhan, Sang Raja yang Adil! [FW]

Mazmur 10:17-18a

“Keinginan orang-orang yang tertindas telah Kaudengarkan ya Tuhan; Engkau menguatkan hati mereka, Engkau memasang telinga-Mu, Untuk memberi keadilan kepada anak yatim dan orang yang terinjak.”

ADIL, KEADILAN DAN KEBENARANCatatan :Pengertian-pengertian keadilan dan kebenaran itu sangat dekat. Karena dalam Alkitab Terjemahan Baru Indonesia beberapa istilah Ibrani dan Yunani diterjemahkan dengan kedua istilah bahasa Indonesia ini, maka uraian di bawah ini disusun menurut kata-kata Ibrani dan Yunani.

* Mazmur 116:5 LAI TB, TUHAN adalah pengasih dan adil, Allah kita penyayang. KJV, Gracious is the LORD, and righteous; yea, our God is merciful. Hebrew,

ם׃ Oח Qר Sינו מ Oאלה Oיק ו ד[ Qצ Sוה ו aה Sנון י Qח

Page 8: Keadilan Individu Dan Keadilan Sosial

Translit, KHANUN YEHOVAH (dibaca: 'Adonay) VETSADIQ VELOHEYNU MERAKHEM

ALLAH itu ADIL, bersifat adil berarti bahwa Allah menopang tatanan moral semesta alam, dan dalam perlakuan-Nya terhadap umat manusia Ia bersikap benar dan tidak berdosa. Tekad Allah untuk menghukum orang berdosa dengan maut bersumber pada keadilan-Nya; Ia marah terhadap dosa karena Ia mengasihi kebenaran. Dia menyatakan murka-Nya terhadap segala bentuk kefasikan, khususnya penyembahan berhala, ketidakpercayaan, dan perlakuan tidak adil terhadap sesama manusia. Yesus Kristus, yang juga disebut sebagai 'Orang Benar' juga mengasihi kebenaran dan membenci kejahatan. Perhatikan bahwa keadilan Allah tidak bertentangan dengan kasih-Nya. Sebaliknya, untuk memuaskan keadilan-Nyalah Dia mengutus Yesus ke dalam dunia sebagai karunia kasih-Nya dan sebagai korban-Nya karena dosa demi kita, supaya memperdamaikan kita dengan diri-Nya sendiri. Penyataan Allah yang terakhir akan Diri-Nya ialah Yesus Kristus; dengan kata lain, jikalau kita ingin sepenuhnya mengerti kepribadian Allah, kita harus memandang kepada Kristus, sebab dalam Dia berdiam seluruh kepenuhan ke-Allahan.

-----

* Kejadian 18:19LAI TB, Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikan-Nya kepadanya."KJV, For I know him, that he will command his children and his household after him, and they shall keep the way of the LORD, to do justice and judgment; that the LORD may bring upon Abraham that which he hath spoken of him. Hebrew,

הוה Sך י gר gרו ד Sשמ Sריו ו iו אח aית Oת־ב gא Sת־בניו ו gה א gו Qצ Sר י gש iן א Qע Qמ Sיו ל ת[ Sע Qד Sי י כ[ר עליו׃ gב ר־ד[ gש iת א Oרהם א Sל־אב Qהוה ע Sיא י ן הב[ Qע Qמ Sפט ל Sש דקה ומ[ Sות צaש iע Qל Translit, KI YEDATIV LEMA'AN 'ASYER YETSAVEH 'ET-BANAV VE'ET-BEITO 'AKHARAV VESYAMRU DEREKH YEHOVAH (dibaca 'Adonay) LA'ASOT TSEDAQAH UMISYPAT LEMA'AN HAVI 'YEHOVAH (dibaca 'Adonay) 'AL-'AVRAHAM 'ET 'ASYER-DIBER 'ALAV

פט .1 Sש MISYPAT . Arti dasar kata ini ialah, bahwa ada cara yg benar bagi seseorang untuk - מ[membawakan diri, dan cara yang benar untuk memperlakukan orang lain. Perangai atau tingkah laku ini dapat dipaksakan secara hukum. Proses menyatakan hak perseorangan ialah keadilan, dan jika seseorang melakukan kejahatan maka benarlah bahwa dia patut dihukum. Hak-hak Allah terungkap dalam undang-undang yg diberikan-Nya kepada manusia. Misypat berarti juga kepu-tusan yang tepat yg diberikan mengenai masalah-masalah yg sukar, khususnya oleh Urim dan Tumim (lihat tabernakel-vt318.html#p6908 ).

Ayat-ayat terkait: Hak : Keluaran 23:6; Ulangan 10: 18; Yesaya 49:4 Keadilan: Kejadian 18:19; Ulangan 6:19; 2 Samuel 8:15; Ayub 8:3;Yesaya 1:17

Page 9: Keadilan Individu Dan Keadilan Sosial

Penghukuman : Mazmur 105:5; Yeremia 51:9; Hosea 5:l Peraturan : Keluaran 21: I; Ulangan 4: 1; Yehezkiel 5:6 Hukum : Mazmur 19:11; 103:6: 119:7 dll Keputusan : Keluaran 28: 15; Bilangan 27:21; Ulangan 17:8-9; 1 Raja 3:28.

* 2 Samuel 8:15LAI TB, Demikianlah Daud telah memerintah atas seluruh Israel, dan menegakkan keadilan dan kebenaran bagi seluruh bangsanya.KJV, And David reigned over all Israel; and David executed judgment and justice unto all his people. Hebrew,

מaו׃ Qכל־ע Sדקה ל Sפט וצ Sש ה מ[ gשaד ע י דו[ ה[ Sי Qל ו Oרא Sל־כל־יש Qד ע לך דו[ Sמ י[ QוTranslit, VAYIMLOKH DAVID 'AL-KOL-YISRA'EL VAYEHI DAVID 'OSEH MISYPAT UTSEDAQAH LEKHOL-AMO

דקה .2 Sצ - TSEDAQAH (dan kata-kata seakar).

Kata ini mempunyai aneka pengertian. Arti pertama agaknya ialah kelurusan secara harfiah. Tapi sudah sejak zaman Bapak leluhur tsedaqa mempunyai arti rohani, yaitu sesuai dengan suatu ukuran yang diterima. Umpamanya hidup Yakub yg memenuhi syarat-syarat perjanjiannya untuk menggembalakan domba Laban. disebut TSEDAQAH ('kejujuranku', Kejadian 30:33). Musa membicarakan neraca-neraca dan batu-batu timbangan yang betul (Imamat 19:36) atau utuh dan tepat (Ulangan 25:15) - terjemahan ק gד gצ - TSEDEQ : ia menuntut supaya para hakim Israel menghakimi dengan pengadilan yang adil (juga TSEDEQ), Ulangan 16: 18, 20. Pembicara

pertama dalam suatu pertikaian nampaknya benar ( יק ד[ Qצ - TSADIQ ) sehingga orang lain

menunjukkan kepalsuannya (Amsal 18:17). Bahkan benda-benda mati bisa menjadi TSEDEQ, umpamanya Mazmur 23:3, jalan yang benar, yang berarti jalan-jalan yang bisa dijalani oleh seseorang.

Karena ukuran tertinggi dalam hidup manusia diturunkan dari Tuhan, maka sesudah zaman Musa (bndingkan Ulangan 32:4) TSEDAQAH berarti kehendak Allah dan tindakan-tindakan yang diakibatkannya. "Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa!" (Wahyu 15:3). Ayub bertanya, "Masakan rnanusia benar di hadapan Allah?" (Ayub 9:2). Tuhan 'walaupun kaya akan kebenaran Ia tidak menindasnya' (Ayub 37:23), karena tindakan Allah yg senantiasa bertindak sesuai dengan ukuran-Nya sendiri, senantiasa sempuma dan adil (Zefanya 3:5; Mazmur 89: 14). ך Sקת Sד TSIDQATKHA (keadilan-Mu) dapat menggambarkan pemeliharaan Allah akan hidup - צ[manusia dan binatang (Mazrnur 36:7), dan Allah 'selalu berkata benar, selalu memberitakan apa yg lurus (Yesaya 45: 19),

Page 10: Keadilan Individu Dan Keadilan Sosial

Sesudah ini, melalui peralihan yang wajar, TSEDAQAH menjabarkan ukuran susila yang dipakai Allah untuk mengukur tindak tanduk manusia. Ia menetapkannya di hadapan mereka (Yesaya 26:7), mereka patut TSADIQ, kalau mereka hidup di hadapan Allah (Kejadian 6:9), dan dalam PB pelaku-pelaku dari Tauratlah yang dibenarkan di hadapan Allah (Roma 2:13). Keinginan Allah supaya hidup manusia sungguh-sungguh sesuai dengan susila yang dikehendaki-Nya, secara khusus di-bebankan kepada raja-raja (2 Samuel 8:15; Yeremia 22:15b), tapi setiap orang percaya yang benar diharapkan untuk melakukan TSEDAQAH (Mazmur 119: 121; Amsal 1:3). TSEDAQAH ialah ciri khusus dari Mesias (Yesaya 9:6; Zakharia 9:9). Dalam syair-syair PL ada beberapa pemyataan akan kebenaran diri sendiri (umpamanya di Mazmur 18:20-24; Ayub 12:4), tapi pernyataan-pernyataan ini lebih mengartikan bahwa si pembicara bebas dari tuduhan-tuduhan tertentu (Mazrnur 7:5-6), atau bahwa maksud hatinya sungguh-sungguh murni dan penyerahan dirinya tulus ikhlas, daripada merupakan tuntutan bahwa hidupnya tanpa cacat. Yehezkiel 18:9 melukiskan TSEDAQAH yg bisa dicapai oleh manusia dalam semangat hukum Taurat.

Berhubungan dengan pemerintahan ilahi, keadilan dan kebenaran menunjuk khususnya pada hukuman. Firaun mengaku, [color=green]"Tuhan itu yang benar, aku dan rakyatkulah yang bersalah" (Keluaran 9:27), dan penjahat yang disalibkan berseru, "Kita memang selayaknya dihukum" (Lukas 23:41). Tuhan tidak dapat menutup mata terhadap kejahatan (Habakuk 1:13), dan tak akan membengkokkan kebenaran (Ayub 8:3). Orang-orang kafir di Malta juga percaya kepada hukuman ilahi, apa yang mereka sebut Dewi Keadilan (Kisah 28:4). Keadilan Allah yang menghukum diibaratkan sebagai api yang menghanguskan (Ulangan 32:22; Ibr 12:29), dan orang jahat selayaknya mendapat hukuman (Roma 3:8).

Sejak zaman para hakim dan seterusnya, TSEDAQAH dipakai juga tentang tindakan-tindakan pembelaan Allah bagi orang-orang yang dianggap layak rnenerirnanya. dan dalam pengertian ini diterjemahkan dengan 'adil ': Hakim 5:11 'perbuatan Allah yang adil'. Tindakan-tindakan ini disebut dalam 2 Samuel 15:4; Amsal 3:33; Yesaya 58:2-3. Walaupun campur-tangan Allah mungkin ditunda, namun Ia akan menjadi cemburu karena tanah-Nya, dan belas kasihan kepada umat-Nya (Yoel 2: 18). Tapi gagasan ini membawa kita pada suatu segi tsedaqa yg lain lagi. Dalam Mazmur 51: 16 Daud berjanji bahwa lidahnya akan bersorak-sorai memberitakan keadilan Tuhan; maksudnya bukan pembenaran (ia mengaku sudah berbuat dosa) tapi pengampunan. TSEDAQAH telah dihubungkan dengan penebusan; Tuhan memenuhi janji-Nya sendiri akan penyelamatan, walaupun manusia tidak layak menerimanya (bandingkan Mazmur 31:1; 103:17; 143:1). Yesaya 45:21 menyebut 'Allah yang adil dan Juruselamat, artinya. Ia Juruselamat sebab adil. 1 Yohanes 1:9 menyebut Allah adil sebab Ia mengampuni dosa-dosa kita. Namun dalam Roma 3:26, kita masih harus mengerti 'benar ' dalam artinya yang lama. yaitu adil dalam hal menghukum.

PL juga mengenal suatu TSEDAQAH yang merupakan pemberian Allah kepada mereka yang

Page 11: Keadilan Individu Dan Keadilan Sosial

percaya. Kejadian 15:6; Habakul 2:4. menyebut kebenaran ini, yang diterima karena ketergantungan manusia kepada rahmat Tuhan. Yesaya 54: 17 berbicara tentang kebenaran yg hamba-hamba Tuhan terima dari Dia. Dalam Tuhan ada suatu TSEDAQAH yg oleh kasih karunia-Nya menjadi milik seorang percaya (Yesaya 45:24). Kebenaran diri kita sama sekali tidak lengkap (Yesaya 64:6). tapi di dalam Tuhan 'seluruh keturunan Israel akan nyata benar ' (Yesaya 45:25). Satu abad kemudian. Yeremia menyebut Yehuda dan Tuhan sebagai 'tempat kediaman kebenaran (Yeremia 31:23). yaitu sumber kebenaran bagi orang yang percaya (lihat Laetsch, Biblical Commentary, Jeremiah. 1952, hlm 254. 191-192). Tapi sebagaimana Tuhan mengaruniakan kasih karunia-Nya atas orang yang tidak layak, demikian pula umat-Nya harus 'usahakanlah keadilan ' (Yesaya 1:17) dan mengadili perkara orang sengsara dan orang miskin dengan adil (Yeremia 22: 16). TSEDAQAH telah menjadi berarti 'kebaikan '.

Sesudah Zaman Pembuangan, Kata Aram קה Sד TSIDQAH menjadi suatu istilah yang berarti - צ['sedekah' (kata serapan Arab), memberi uang kepada orang miskin (Daniel 4:27; Mazmur 112:9; bandingkan Matius 6:1).

Teladan TSIDQAH dalam segala artinya ialah Yesus Kristus, Ibrani 4:5 menyebut hidup-Nya yang benar, tanpa cela, yang lebih baik daripada kehidupan ahli Taurat dan orang Farisi (Matius 5:20). Ia menyerahkan hidup-Nya bagi orang lain (Yohanes 15: 13). la datang supaya Allah dapat mantap tetap benar walaupun Ia membenarkan orang yang berbuat dosa bila mereka percaya kepada Yesus (Roma 3:26), supaya orang Kristen bisa berada dalam Dia yang membenarkan dan menguduskan mereka (1 Korintus 1:30).

* Matius 5:10 LAI TB, Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. KJV, Blessed are they which are persecuted for righteousness' sake: for theirs is the kingdom of heaven. TR, μακαριοι οι δεδιωγμενοι ενεκεν δικαιοσυνης οτι αυτων εστιν η βασιλεια των ουρανωνTranslit Interlinear, makarioi hoi dediôgmenoi eneken dikaiosunês hoti autôn estin hê basileia tôn ouranôn

3. δικαιοσυνη - DIKAIOSUNÊ . yang terdapat 94 kali dalam PB, adalah kata Yunani yang sepadan dengan kata Ibrani TSEDAQAH. Biasanya kata itu diterjemahkan 'kebenaran '. tapi dalam 2 Korintus 6:7; 1 Timotius 6: 11; 2 Timotius 2:22; Ibrani 1:9; 2 Petrus 1:1 sebagai 'keadilan '. Di tempat-tempat lain terdapat terjernahan-terjernahan lain; 'kehendak Allah' dalam Matius 3:15, 'hidup keagamaan ' dalam Mat 5:20, 'pernbenaran dalam 2 Korintus 3:9, 'perbuatan yang baik ' dalam Titus 3:5.

Pemakaian DIKAIOSUNÊ sudah dipengaruhi oleh bahasa Ibrani TSEDAQAH. tapi khususnya

Page 12: Keadilan Individu Dan Keadilan Sosial

bagi Paulus pikiran utama ialah pengakuan. bahwa keadilbenaran manusia mustahil cukup untuk memenuhi ukuran Allah. Paulus membedakan keadilan yang dicapai oleh usaha moral (apa yang disebutnya 'kebenaran karena menaati hukum Taurat) (Filipi 3 :9) dan kebenaran yang merupakan pemberian dari Tuhan.

Kebenaran ini bersumber pada Tuhan (Filipi 3:9) dan diterima sebagai anugerah berdasarkan karya Kristus (Roma 5:17). Kebenaran ini ialah kebenaran yang dicapai Kristus sendiri dalam ketaatan-Nva yang sernpurna pada kehendak Bapak dalam hidup dan mati, dalam mana Ia memikul kutuk Allah akibat pelanggaran-pelanggaran hukum ilahi. Keselamatan tercapai melalui suatu pertukaran secara absah antara orang berdosa dan Juruselamat: orang berdosa itu menerima kebenaran Kristus, Kristus dibuat menjadi dosa (2 Korintus 5:21: bandingkan 1 Korintus 1:30: 2 Petrus 1:1). Pemberian ini diberikan Tuhan kepada semua orang yang percaya (Roma 3:22) dan merupakan dasar pembenaran (Roma 5:18). Mereka yang dibedung dalam kebenaran ini dibenarkan dan diterima sebagai benar di hadapan Pengadilan Allah (Roma 3:26). Bahwa Allah telah menyediakan pembenaran ini bagi orang-orang berdosa. merupakan kenyataan pusat dari Injil (Roma 1:17). Kebenaran ini tidak tergantung pada tingkat kita menaati hukurn Allah (Roma 3:21). karena iru adalah berdasarkan ketaatan Kristus yg sempurna kepada hukum dan kehendak Allah. Ajaran ini menurut Paulus bukan baru. tapi terdapat dalam PB (Roma 3:21). Ia mengutip Habakum dalam Roma 1:17. dan berbicara panjang tentang Abraham, yang dibenarkan oleh iman (Roma 4:3).

DIKAIOSUNÊ berarti penyesuaian dengan hukum, khusus-nya Hukum ilahi: Kristus memenuhi kebenaran, baik dalam hal la menaati Hukum Allah dalam kehidupan-Nya, maupun dalam hal Ia menerima hukuman Allah yg adil at as dosa dalam kernatian-Nya. Kebangkitan dan peninggian-Nya merupakan pengukuhan dan pensahihan bagi kebenaran-Nya (Ibrani 2:9: bandingkan Roma 2:7).

Artikel terkait : KEBENARAN, di kebenaran-vt716.html#p1646

* Yeremia 10:10LAI TB, Tetapi TUHAN adalah Allah yang benar, Dialah Allah yang hidup dan Raja yang kekal. Bumi goncang karena murka-Nya, dan bangsa-bangsa tidak tahan akan geram-Nya. KJV, But the LORD is the true God, he is the living God, and an everlasting king: at his wrath the earth shall tremble, and the nations shall not be able to abide his indignation. Hebrew,

ץ gש האר Qע Sר ו ת[ aפ Sצ ק[ ולם מ[ aך ע gל gים ומ י[ Qים ח לה[ ת הוא־א� gמ ים א� לה[ יהוה א� Qומaו׃ ס Sע Qוים ז aלו ג לא־יכ[ SוTranslit, VAYEHOVAH (dibaca : Va'Adonay) 'ELOHIM 'EMET HU-'ELOHIM KHAYIM UMELEKH 'OLAM MIQITSPO TIR'ASY HA'ARETS VELO-YAKHILU GOYIM ZAMO

Page 13: Keadilan Individu Dan Keadilan Sosial

ת .4 gמ ,EMET di PL dipakai dalam dua pengertian, Pertama, membicarakan kejadian-kejadian' - א�apakah 'benar ' atau 'bohong ': umpamanya Ulangan 17:4; 1 Raja 10:6: 'benar'. Tapi jauh lebih lazim kat a itu dikenakan kepada sifat terpercayanya sese-orang, dan dalam hal ini emet diterjemahkan 'setia'. Sifat terpercaya ini adalah salah satu sifat Allah (Mazmur 31:6; Yeremia 10:10, Mazmur 108:4; Mazmur 146:6) yang tetap setia untuk selama-lamanya. "Ia menghakimi bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya dan mengirim kasih setia-Nya dan kebenaran" (Mazmur 57:4b), Firman-Nya tetap untuk selama-lamanya (Mazmur 119:89) dan perintah-perintah-Nya benar (Mazmur 119: 151). 'EMET adalah jawaban manusia kepada Allah dalam menaati hukum dan peraturan-Nya, dan merupakan dasar bagi persekutuan manusia; dari situlah timbul larangan dalam Keluaran 20:16 dan Ulangan 5:20.

* Yohanes 14:6 Kata Yesus kepadanya: 'Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.' KJV, Jesus saith unto him, I am the way, the truth, and the life: no man cometh unto the Father, but by me. TR, λεγει αυτω ο ιησους εγω ειμι η οδος και η αληθεια και η ζωη ουδεις ερχεται προς τον πατερα ει μη δι εμουInterlinear : legei autô ho iêsous egô eimi hê hodos kai hê alêtheia kai hê zôê oudeis erkhetai pros ton patera ei mê di emou

5. αληθεια - ALÊTHEIA beserta kata-kata yang berkaitan dalam bahasa Yunani menunjuk kepada kebenaran secara budi. 'Seperti dalam bahasa hukum aletheia adalah duduk perkara yang nyata, yang masih harus dibuktikan terhadap berbagai pernyataan-pernyataan yang dikemukan oleh para pihak dalam pengadilan; begitu juga dalam bidang sejarah, ALÊTHEIA adalah duduk kejadian yg nyata seeara ilmu sejarah dikontraskan dengan dongeng, dan dalam ilmu filsafat hal yg sungguh-sungguh nyata, dalam arti yg mutlak ' (Bultmann, Theological Words on New Testament). Tapi dalam PB ALÊTHEIA bersama kata-kata serumpunnya sudah dipengaruhi oleh kata Ibrani 'EMET dan kadang-kadang sukar untuk mengetahui, apakah arti setepatnya dari kata-kata yang dimaksud.

Pengertian Ibrani dari sifat terpercaya mendominasi ayat-ayat seperti Roma 3:7; 15:8 (tentang Allah) dan 2 Korintus 7: 14; Efesus 5:9 (tentang manusia). Kesetiaan Allah adalah suatu gagasan yang terkandung di seluruh PB.

Ada juga pengertian Yunani akan sesuatu yang sungguh nyata dan lengkap, sebagai lawan dari sesuatu yang palsu dan yg tidak sempuma (misalnya Efesus 4:25); iman Kristen adalah khas kebenaran (Galatia 2:5; Efesus1:13), Pemakaian ini secara khusus terdapat dalam Yohanes. Yesus menyatakan bahwa Dia ialah kebenaran yang dipersonifikasikan (Yohanes 14:6); di dalam

Page 14: Keadilan Individu Dan Keadilan Sosial

Dia kebenaran itu datang, Roh Kudus memimpin orang ke dalam kehenaran itu (16:13; bnd 14:17; 1 Yohanes 4:6), sehingga para murid Yesus mengetahuinya (Yohanes 8:32; 2 Yohanes 1), melakukannya (Yohanes 3:21), dan hidup di dalamnya (Yohanes 8:44). Firman kebenaran itu melahirkan kita kembali (Yakobus 1:18) dan kebenaran itu harus ditaati (Roma 2:8; Galatia 5:7).

Kata sifat αληθινος - ALÊTHINOS kadang-kadang mengandung pengertian 'sejati'. Artinya. sesuatu yang sungguh benar sebagai lawan dari hanya rupa saja atau tiruan. Dengan demikian Yesus ialah pelayan dari Kemah Sejati, sebagai lawan bayang-bayang dari upacara keimaman (Ibrani 8:2 dab), Yesus ialah kenyataan yang abadi ('yang benar), yang dilambangkan oleh roti dan anggur (Yohanes 6:32; 15:1). Begitu juga para penyembah yang benar (Yohanes 4:23), maksudnya bukan terutama sungguh-sungguh tapi sejati: ibadah mereka adalah benar-benar mendekati Allah, yang Roh itu, secara sungguh-sungguh. sebagai lawan dari ibadah formal-formalan, yang mengikat Allah hanya di Yerusalem atau Gunung Gerizim (Yohanes 4:21, lihat artikel di penyembah-sejati-the-true-worshipers-vt283.html#p617 ); upacara-upacara demikian paling banter hanya dapat melambangkan Allah dan senantiasa ada kemungkinan menggambarkan Allah secara salah.

Artikel terkait : KEBENARAN, di kebenaran-vt716.html#p1646

AKULAH JALAN DAN KEBENARAN DAN HIDUP, di viewtopic.php?p=467#467

PENYEMBAH SEJATI (The true worshipers), di penyembah-sejati-the-true-worshipers-vt283.html#p617