jurnal gimul (2)

35
1 MANFAAT KESEHATAN DARI SALIVA Ringkasan objektif. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi mengenai literatur tentang komposisi dari saliva manusia, laju aliran saliva dan manfaat saliva untuk kesehatan, dengan berdasarkan penelitian di laboratorium kami yang meneliti efek dari usia dan penyakit yang berhubungan dengan usia terhadap pengeluaran dan komposisi saliva. Data. Saliva berpengaruh terhadap kesehatan mulut melalui cara efek fisiko- kimia non spesifik, juga melalui efek yang lebih spesifik. Protein yang kaya akan proline, sthaterin, dan histatin adalah protein saliva yang mempengaruhi kalsium phospat, pembentukan plak awal dan infeksi Candida. Peningkatan dan penurunan dalam proses pengunyahan dapat mempengaruhi pengeluaran saliva. Berdasarkan penelitian cross - sectional kami tentang saliva dalam sebuah populasi besar berdasarkan penelitian cohort yang dilakukan (N : 1130) menunjukkan bahwa usia mempengaruhi penurunan produksi saliva secara keseluruhan tanpa stimulasi, saliva parotid yang di stimulasi, submandibular/sublingual tanpa stimulasi dan submandibular/sublingual yang di stimulasi . Serta terjadi beberapa perubahan komposisi antimikroba dan protein lainnya. Beberapa perubahan juga terlihat pada beberapa kondisi medis terkait usia, seperti diabetes melitus. Kesimpulan. Beberapa data yang telah disajikan, memberitahukan bahwa pentingnya saliva dalam menjaga rongga mulut agar tetap sehat, para praktisi mempertimbangkan untuk

description

jurnal gimul (2)

Transcript of jurnal gimul (2)

Page 1: jurnal gimul (2)

1

MANFAAT KESEHATAN DARI SALIVA

Ringkasan objektif. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi mengenai literatur

tentang komposisi dari saliva manusia, laju aliran saliva dan manfaat saliva untuk kesehatan,

dengan berdasarkan penelitian di laboratorium kami yang meneliti efek dari usia dan

penyakit yang berhubungan dengan usia terhadap pengeluaran dan komposisi saliva.

Data. Saliva berpengaruh terhadap kesehatan mulut melalui cara efek fisiko- kimia non

spesifik, juga melalui efek yang lebih spesifik. Protein yang kaya akan proline, sthaterin, dan

histatin adalah protein saliva yang mempengaruhi kalsium phospat, pembentukan plak awal

dan infeksi Candida. Peningkatan dan penurunan dalam proses pengunyahan dapat

mempengaruhi pengeluaran saliva. Berdasarkan penelitian cross - sectional kami tentang

saliva dalam sebuah populasi besar berdasarkan penelitian cohort yang dilakukan (N : 1130)

menunjukkan bahwa usia mempengaruhi penurunan produksi saliva secara keseluruhan tanpa

stimulasi, saliva parotid yang di stimulasi, submandibular/sublingual tanpa stimulasi dan

submandibular/sublingual yang di stimulasi . Serta terjadi beberapa perubahan komposisi

antimikroba dan protein lainnya. Beberapa perubahan juga terlihat pada beberapa kondisi

medis terkait usia, seperti diabetes melitus.

Kesimpulan. Beberapa data yang telah disajikan, memberitahukan bahwa pentingnya

saliva dalam menjaga rongga mulut agar tetap sehat, para praktisi mempertimbangkan untuk

memutuskan bahwa pengeluaran saliva dan kondisi medis yang mempengaruhi saliva sebagai

bagian rencana pengobatan yang rutin.

PENGANTAR

Tujuan dari tulisan ini untuk menyajikan ringkasan dari fungsi saliva dan fungsi

kelenjar saliva dan efeknya pada kesehatan rongga mulut, termasuk karies gigi, dan faktor

yang ada dalam diri kita sendiri, termasuk penuaan, penyakit sistemik dan pengeluaran saliva.

Meskipun banyak orang yang telah meneliti media saliva, tapi masih sedikit yang meneliti

saliva dari perspektif yang komprehensif, dan mempertimbangkan peran cairan ini sangat

menjaga kesehatan, kenyamanan dari manusia itu sendiri. Sebuah penelitian yang bagus dan

komprehensif oleh Sreebny yang mencontohkan pendekatan ini, dan kami tertarik dengan hal

ini dan mencantumkan penelitian lainnya.

Akibat dari tidak berfungsinya kelenjar saliva telah diketahui dengan baik, seperti

pada radiasi menyebabkan xerostomia, atau sindrom sjogren. Bagaimanapun, terjadinya

Page 2: jurnal gimul (2)

2

penurunan fungsi masih kurang jelas. Sebuah alasan untuk paradox ini mungkin merupakan

prinsip dari fungsi kapasitas cadangan kelenjar saliva. Secara sederhana, banyak individu

yang mampu untuk menghasilkan saliva saat stimulasi daripada jumlah yang dibutuhkan

untuk menjalankan fungsinya dengan baik. Demikian pula, terdapat fungsi nyata dalam

kemampuan protein saliva untuk mengabsorbsi menjadi hydroxyapatit dan untuk mengikat

dan aglutinasi bakteri mulut.2,3 Mungkin bukti ini dalam pandangan mereka menunjukkan

sangat pentingnya saliva pada homoestasis dan sebagai proteksi terhadap pengaruh

lingkungan yang merusak.

Konsep Dasar Sekresi Saliva

Saliva dihasilkan dari 3 kelenjar saliva mayor (parotid, submandibular, sublingual)

ditambah dengan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva terdiri dari sel epitel bertingkat

dengan 2 segmen berdasarkan morfologi dan fungsional, itu adalah, bagian akhir ( sel asini

dan duktus intercalated) dan sistem dari duktus glandula yang bervariasi. Sekresi saliva

secara umum dibagi menjadi 2 tahapan, dengan sekresi awal cairan primer seperti plasma

dari sel asinar dan modifikasinya selama melewati sistem sel duktus yang impermeabel

dengan air Sekresi dikontrol oleh sistem saraf otonom melalui sistem transduksi dimana

terjadi stimulasi reseptor ganda untuk mekanisme transport ion dan sekresi protein. Volume

saliva yang dihasilkan tergantung dari jenis dan intensitas stimulasi, volume saliva terbanyak

terjadi pada rangsangan kolinergik. Neurotransmitter dilepaskan karena respon terhadap

stimulus sekretori untuk mengikat protein spesifik dalam membran sel asinar. Hal ini

menyebabkan perubahan di dalam membran G protein dan inisiasi second messenger

intraseluler, dalam kasus stimulasi kolinergik muskarinik, sinyal transduksi melibatkan

pelepasan kalsium dari intraseluler oleh inositol triphosphat (IP3) dan aktivasi berikutnya dari

berbagai saluran ion dan sistem transport, akhirnya mengarah kearah pergerakan trans -

epitelial air.4-7 Kelancaran aliran saliva dianggap penting untuk pemeliharaan kesehatan

mulut dan kesehatan secara umum.8 Faktor - faktor yang mempengaruhi perkembangan,

fungsi dan diferensiasi dari kelenjar saliva akan memberi pengaruh dalam kesehatan dan

kenyamanan individu itu sendiri.

Page 3: jurnal gimul (2)

3

KOMPOSISI SALIVA

Komponen Anorganik Saliva

Meskipun sekresi primer berupa ultrafiltrasi plasma (yaitu, isotonik), energi bergantung

reabsorpsi Na+ dan Cl- dalam sistem duktal yang akhirnya terbentuk cairan hipotonik. Hal ini

yang memfasilitasi rasa. Bikarbonat memungkinkan terjadinya buffer, sedangkan kalsium

dan fosfat memungkinkan untuk pemeliharaan integritas mineral gigi. Awal bekerja

mendefinisikan efek aliran pada komposisi elektrolit.9,10 Menariknya, komposisi pH dan ion

mungkin juga mempengaruhi aktivitas komponen organik di saliva. Misalnya, aktivitas

lisosom dipengaruhi oleh elektrolit dan anion ludah dengan muatan yang kerapatannya

rendah.8 Thyocianite, produk anionik dari sistem peroksidase saliva, juga aktivitas lisozim.11

Komponen Organik Saliva

Saliva mengandung berbagai macam protein unik untuk cairan ini dan memiliki fungsi

biologis yang penting bagi kesehatan mulut. Banyak dari protein ini mengandung kadar

tinggi (35 - 45%) prolin, dan karena itu, ditunjuk prolin kaya protein (PRPs). PRPs, yang

terdiri dari hampir 70% mengandung protein total kelenjar saliva parotis manusia, selanjutnya

dibagi menjadi tiga kelompok tingkat glikosilasi : asam, basa, dan PRPs dasar glikosilasi.12

Amilase mengandung sebagian besar kadar protein total kelenjar saliva parotis, protein lain

(seperti lisozim, laktoferin, peroksidase, dan sekretori IgA) yang menerima banyak perhatian

dalam mencoba hubungan antara kesehatan mulut dan saliva, kenyataannya komponennya

relatif kecil.

Asam PRPs menunjukkan heterogenitas genetik13 dan ditemukan dalam pembentukan

enamel pellikel.14 Seluruhnya merupakan protein multifungsi, dengan terpisahkan bakteri dan

pengikat hidroksiapitat ketika teradsorpsi pada permukaan gigi, dapat memberikan tempat

yang baik bagi pertumbuhan bakteri. Hal ini telah mengungkapkan bahwa adsorpsi PRPs

untuk hidroksiapitat/enamel menyebabkan konformasi perubahan dalam protein, sehingga

mengekspos pengikat bakteri (cryptipopes) yang tersembunyi dalam struktur tersier.15,16 Pada

penelitian ini, ditemukan PRPs mengikat zat tanin pada tanaman dan hal ini telah dilakukan

pada hewan pengerat yang secara dramatis meningkat dengan mengkonsmsi banyak tannin.17

Ini penunjukkan peran evolusi dalam melindungi organisme dari efek potensi merusak dari

zat racun yang sering ditemukan dalam makanan manusia.

Protein lain, statherin, memungkinkan saliva untuk mempertahankan kadar garam

kalsium dan fosfat.18 Statherin dan PRPs akan menyebabkan berbagai pertumbuhan

Page 4: jurnal gimul (2)

4

mikroorganisme dalam mulut dan gigi seperti Streptococcus mutan (bukan S. sorbinus),

Actinomyces dan spesies Candida albicans.15,16,19 Dengan demikian, komponen protein

berkontribusi besar terhadap pemeliharaan sebuah gigi utuh melalui pengikatan dan

penghambatan kalsium fosfat presipitasi spontan dan pertumbuhan kristal, sementara pada

saat yang sama memberikan kemungkinan heterogenesitas di kolonisasi mikroba melalui

bakteri spesifik dengan pola mengikat.

Histatin merupakan kelompok lain dari protein yang mendapat perhatian. Ukurannya

kecil (3 – 5 kDa), protein histatin banyak ditemukan di kedua parotis dan

submandibular/saliva sublingual.20 Yang menarik bahwa ternyata histatin memiliki efek anti -

kandida dan disarankan sebagai protein alami yang memiliki pertahanan terhadap Kandida.21

sebuah terobosan besar dalam penerapan biologi molekuler untuk pengobatan penyakit ketika

Adenovirus mengandung histatin - 3 DNA berhasil ditransfer ke kelenjar parotis tikus.22

Selanjutnya, protein disekresikan ke kelenjar parotis tikus (histatin tidak ditemukan pada

hewan pengerat) dan memiliki bioaktivitas terhadap Kandida.

Musin, komponen organik utama saliva submandibular/sublingual, adalah glikoprotein

besar yang terdiri dari dua komponen besar, didefinisikan sebagai MG1 (103 kDa) dan MG2

(130 - 150 kDa). Glikolisasi protein ini mencegah kekeringan, bersifat viskoelastik

memberikan pelumas. Dapat juga mengikat racun, koloni bakteri, berinteraksi dengan sel

inang dan komponen penting dari pelikel dan plak metriks.23-25 Selain itu, musin juga

berfungsi melindungi esofagus pada gastroesophageal refluks disease.26 Dengan demikian,

penurunan produksi dari musin dapat berakibat pada kesehatan oral dan kesehatan sistemik,

serta kualitas hidup.

Protein antimikroba lainnya termasuk lisozim, laktoferin, peroksidase dan slgA,

meskipun konsentrasinya jauh lebih rendah dari histatin. Hal ini sangat menarik, terkait

dengan peningkatan konsentrasi dari lisosim dan histatin terhadap Kandida, menyiratkan

adanya peningkatan reaktif infeksi.27,28

Singkatnya, ada sejumlah glikoprotein dan protein dalam saliva manusia yang memiliki

banyak aspek dalam pengaruhnya terhadap kesehatan mulut. Namun, apakah variasi dalam

ekspresi dan konsentrasi dari setiap protein ini memiliki pengaruh terhadap penyakit mulut

tentu tetap harus melakukan pembuktian lebih lanjut.29

Page 5: jurnal gimul (2)

5

Pengunyahan dan Aliran Saliva

Bukti dari studi yang telah dilakukan pada hewan dan manusia menunjukkan bahwa

peningkatan pengunyahan dapat meningkatkan produksi saliva, sementara pengurangan

dalam upaya pengunyahan memiliki efek yang sebaliknya. Misalnya, kelenjar parotid yang

atropi dan penurunan konsentrasi protein kaya prolin dalam kelenjar saliva parotid pada tikus

yang diberi diet cairan,30,31 sementara terjadi pembesaran kelenjar parotid dan peningkatan

produksi saliva mengikuti pelaksanaan diet yang membutuhkan lebih pengunyahan.32 Pada

manusia, terjadi penurunan aliran kelenjar parotid setelah subjek mulai mengkonsumsi

makanan cair.33,34 Modifikasi diet pada anak menjadi kurang asidogenik mengakibatkan

peningatan rangsangan laju aliran saliva parotid, serta dihasilkan 40% akan meningkatkan pH

plak.35 Kami menunjukkan bahwa laju aliran saliva secara signifikan meningkat dengan

kekuatan gigi maksimal.36 Laju aliran saliva secara signifikan meningkat ketika subjek

manusia mengunyah empat batang permen karet bebas gula per hari selama delapan minggu

menghasilkan peningkatan rangsangan laju aliran kelenjar saliva.37 Sering mengkonsumsi

permen karet bebas gula selama dua minggu menghasilkan peningkatan aliran kelenjar saliva

parotis dan pengurangan plak asidogenik.38 Namun, penilaian EMG dari aktivitas otot

masseter selama makan dan mengunyah menunjukkan bahwa perubahan diet saja tidak cukup

untuk mengetahui penigkatan mengunyah terhadap peningkatan perangsangan kelenjar saliva

parotid dalam pengukuran fungsi kelenjar saliva pada orang dewasa.39 Permen karet bebas

gula untuk meningkatkan remineralisasi dengan perangsangan kelenjar saliva sekarang telah

digunakan sebagai terapi pencegahan dan telah berhasil di pasaran.40

Dawes41 menggambarkan kelenjar saliva dengan menggunakan model komputer untuk

menentukan efek dari beberapa variabel.42,43 Krusialnya, stimulasi aliran kelenjar saliva bukan

merupakan pengaruh yang paling utama. Namun pengeluaran aliran kelenjar saliva tanpa

stimulasi. Sekali lagi, ini hubungannya pada saliva dan kesehatan konsep kapasitas cadangan.

Mungkin alasannya mengapa pada beberapa studi telah mampu menghubungkan aliran saliva

dan aktivitas karies bahwa mereka memiliki pengukuran variabel yang salah. Merangsang

seluruh saliva dan kelenjar saliva parotis sering diambil sebagai indeks fungsi saliva. Namun,

bagaimana bila aliran yang dirangsang dalam batas normal dan aliran yang distimulus

berpengaruh? Sreenby menjelaskan bagaimana penyumbangan terbesar terhadap penghasilan

total saliva selama siklus diurnal adalah aliran yang distimulasi.44 Demikian pula, seorang

yang dipengaruhi oleh xerostomia dapat terlihat ketidaknyamanan terkait dengan kurangnya

stimulasi pengeluaran air liur di sekitar rongga mulut. Dawes melaporkan bahwa gejala

Page 6: jurnal gimul (2)

6

subjektif dari mulut kering tidak terjadi sampai seluruh laju aliran saliva tidak distimulasi

antara 40% dan 50% dari nilai awal pada subyek ketika diberi dosis obat anti-kolinergik.45

Menariknya, contributor utama distimulasi aliran kelenjar submandibular, yang menghasilkan

kurang serosa, kelenjar musin yang melapisi jaringan mulut, memberikan pelumas dan

membasahi rongga mulut. Meningkatkan aliran parotis selama stimulasi, dan peran utamanya

sebagai buffer, cairan yang berfungsi melindungi mulut dari bahan ekstrinsik (misalnya,

asam).

Komposisi Saliva dan Karies

Pengaruh saliva pada proses karies adalah bersifat fundamental, dalam beberapa cara ,

saliva mempengaruhi ketiga komponen etilogi yang merupakan ‘kunci’ klasik diagram Venn

yaitu (gigi, plak dan substrat). Laju aliran dan pembersihan, PH dan kapasitas buffer,

homeostatis kalsium fosfat dan efek dari metabolisme bakteri, serta adsorpsi ke jaringan

mulut dan eliminasi dari rongga mulut adalah semua manifestasi yang jelas dari interaksi

saliva/karies. Banyak penelian telah berusaha untuk menghubungkan aspek tertentu dari

pengeluaran dan komposisi saliva terhadap kerentanan karies. Kebanyakan dari penelitian

melihat sifat yang bagus dari fisiko-kimia saliva (laju saliva, kapasitas buffer)46-50 atau

komponen khusus dari saliva dengan aktivitas antimikroba. Seperti IgA saliva, laktoferin,

lisozim, dan sistem peroksidase - hipotiosinat saliva.51-57 Dengan kemungkinan pengecualian

dari sistem peroksida - hipotiosinat dan IgA, bahwa adanya pengalaman hubungan yang

konsensus antara karies dan aktivitas protein antimikroba pada saliva yang tidak bisa

didemonstrasikan.

RPS pada saliva parotid manusia menunjukkan polimorfisme13 genetik yang telah

menyebabkan sejumlah peneliti berusaha untuk menghubungkan antara fenotip genetik

mereka dengan keparahan karies. Dimana hasilnya bertentangan dalam hal

menemukanhubungan antara prevalensi karies (DMFS) dan fenotipe genetik saliva. Beberapa

penelitian telah menunjukkan hubungan tersebut,58-59 sementara yang lain tidak menunjukkan

hubungan tersebut.

Penelitian kuantitatif yang berkaitan dengan konsentrasi dari komponen protein saliva

yang dominan jarang dilakukan. Mandel dkk62 tidak menemukan perbedaan antara protein

saliva kelenjar parotid yang resistan karies dan karies yang aktif pada dewasa. Balekjian

dkk63 menemukan bahwa pada kelompok yang memiliki karies yang banyak ditemukan

penurunan yang signifikan dalam proporsi protein dasar dan peningkatan yang signifikan

Page 7: jurnal gimul (2)

7

dalam enzim amylase dibandingkan dengan kelompok yang resistan karies. Sebaliknya

Mandel dan Bennick tidak menemukan perbedaan antara konsentrasi dari asam PRPs yang

bebas karies dan karies yang rentan karies. Sementara penelitian kuantitatif dari komposisi

saliva dan aktivitas karies telah meyakinkan, adanya bukti bahwa protein yang mirip saliva

dari karies aktif dan individu tanpa karies mungkin memilki perbedaan level aktivitas

biologis.65-68 Laboratorium kami tidak menemukan perbedaan dalam laju aliran saliva kelenjar

parotid dan kapasitas buffer dalam karies yang aktif dibandingkan tanpa karies pada dewasa

muda, meskipun kelompok karies yang aktif memilki sedikit, tetapi sangat signifikan, serta

konsentrasi yang tinggi dari potassium dan klorida pada saliva kelenjar parotid.69 Saliva

mengatur plak PH dengan meminimalkan efek berupa menurunkan efek gula,47 sedangkan

peningkatan pada aliran saliva dengan mengunyah permen atau permen karet tanpa gula

menghasilkan peningkatan dalam plak PH.40-70

Banyak penelitian cross - seksional telah berusaha untuk menghubungkan laju aliran

saliva dan/atau komposisi dan karies. Namun, kekurangan dari setiap penelitian tersebut

adalah penggunaan indeks DMF sebagai ukuran aktivitas karies. Indeks DMF adalah indeks

waktu dari indeks kumulatif penyakit gigi dan pengobatan, dan mungkin memiliki sedikit

waktu pada aktivitas karies pada titik waktu tertentu. Demikian pula, penentuan satu kali

pada keseluruhan laju aliran saliva yang dirangsang tidak mengarahkan sebagai evaluasi

menyeluruh saliva. Lainnya, lebih sensitif, yang merupakan indikator aktivitas karies yang

perlu digunakan, kemungkinan penggabungan dalam demineralisasi/remineralisasi secara in

vivo dengan indikator lain dari aktifvitas karies bersama dengan karies berulang, serta

kumpulan saliva yang standar dan komprehensif.

Saliva dan Penuaan

Mulut kering (xerostomia) adalah awal keluhan klinis umum.71 Sejumlah penelitian

telah meneliti efek penuaan pada sekresi kelenjar ludah, tetapi efek ini masih belum jelas,

karena hasil yang bertentangan, terutama mengenai seluruh sekresi saliva dan saliva

submandibular/sublingual, yang telah dilaporkan. Sementara beberapa studi melaporkan

penurunan terkait usia secara keseluruhan dan keluaran kelenjar saliva,72-75 lainnya tidak

menunjukkan penurunan berhubungan dengan usia pada subjek yang sehat non - obat.76-78

Sreebny, mengkaji tinjauan dengan sangat baik dan komprehensif,1 menerbitkan literatur

dalam tabel ringkasan tentang fungsi saliva dan penuaan.

Page 8: jurnal gimul (2)

8

Karena banyak dari penelitian sebelumnya baik dalam populasi kecil, atau tidak

mengukur semua sekresi saliva, kami melakukan studi yang menyelidiki efek usia, obat -

obatan dan penyakit sistemik terkait usia tertentu (diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi) pada

laju aliran saliva dan komposisi dalam cohort cross - sectional berbasis masyarakat,27,79,80

dijelaskan sebagai berikut. Sebanyak 1.130 subjek, menyelesaikan studi, dengan usia rata -

rata 59,9 tahun (rentang : 35 – 81 tahun). 635 adalah perempuan, dan 495 adalah laki – laki.

Saliva dikumpulkan dari seluruh kelenjar saliva mayor, dan didefinisikan sebagai

berikut : distimulasi utuh (UW), tidak distimulasi (UP) dan merangsang (SP) saliva parotis,

distimulasi (AS) dan merangsang (SS) saliva submandibula/sublingual. Laju aliran ditentukan

dan analisis komposisi juga diselesaikan untuk variabel - variabel berikut : (1) elektrolit (Na ,

K, Ca, Cl), (2) protein total, dan (3) protein individu (histatin 1, 3, dan 5; musin, MG 1 dan

MG 2, albumin, lisozim, laktoferin, sekretorik Ig A, cystatin dan peroksidase). Rincian

metode yang dapat ditemukan di publikasi sebelumnya.79-81

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perubahan terkait usia dalam aspek - aspek

tertentu dari fungsi kelenjar saliva. Secara khusus, tingkat aliran saliva keseluruhan tidak

distimulasi, dirangsang saliva parotis, serta distimulasi dan merangsang

submandibular/sublingual saliva semua menurun dengan bertambahnya usia. Hasil ini

mengkonfirmasi kesepakatan bahwa, pada populasi umum, penurunan sekresi saliva dengan

bertambahnya usia. Tidak seperti banyak dari laporan sebelumnya pada fungsi saliva dan

penuaan, penelitian ini menggunakan populasi yang besar, berbasis masyarakat, dengan profil

demografi dan masalah kesehatan yang mewakili dari populasi pada umumnya.

Dengan pengecualian dari saliva UP, laju aliran untuk semua sekresi saliva diukur

menurun dengan usia. Tabel 1 menunjukkan penurunan berhubungan dengan usia untuk total

populasi dan sub populasi (subjek sehat, orang - orang dengan diabetes, hipertensi, atau

'lainnya', yaitu, mereka yang memakai obat lain diasumsikan mempengaruhi output saliva).

Ada penurunan output saliva untuk semua sekresi utama, meskipun aliran SP tampaknya

paling tidak terpengaruh secara statistik, jika tidak secara numerik. Dengan pengecualian dari

laju aliran saliva SP, penurunan ini jelas untuk semua kelompok kategori penyakit, yang

menyiratkan bahwa ada efek utama penuaan pada output saliva, tergantung penyakit dan/atau

terapi farmakologis. Efek ini diilustrasikan untuk saliva AS, yang menunjukkan penurunan

terkait usia yang paling signifikan dalam laju aliran, (Gambar 1). Ada juga perbedaan jenis

kelamin dalam laju aliran seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Wanita memiliki tingkat

lebih rendah daripada laki - laki untuk aliran UW (p < 0,0001; Gambar 2A) dan saliva AS (p

Page 9: jurnal gimul (2)

9

< 0,05; Gambar 2B). Gambar 2A menunjukkan bahwa yang sehat, wanita non - obat, ada

penurunan nyata dalam laju aliran UW antara kategori usia 45 - 54 dan 55 – 64 tahun. Karena

kelompok non-obat ini termasuk perempuan yang menggunakan terapi pengganti hormon

(HRT), adalah mungkin bahwa ini adalah indikasi dari perubahan laju aliran yang bersamaan

dengan menopause, menunjuk ke efek hormonal pada laju aliran saliva. Gambar 2B

menunjukkan bahwa untuk saliva AS, perbedaan seks cenderung diabaikan dalam kelompok

usia yang lebih tua.

Tabel 2 menunjukkan perubahan yang berkaitan dengan usia (direpresentasikan sebagai

kenaikan (↑) atau penurunan (↓), diikuti oleh nilai 'p') protein total dan konsentrasi elektrolit

dan output sebagaimana ditentukan oleh analisis regresi linier pada seluruh populasi. Jelaslah

bahwa beberapa efek konsentrasi adalah laju aliran - dependent (misalnya output protein SP),

tetapi tidak sebagian besar parameter.

Tabel 1. Penurunan hubungan usia dengan jumlah populasi dan masing – masing sub –

populasi, ditunjukkan oleh ‘p’ nilai analisis regresi linier, dengan nilai R2 dalam tanda

kurung.

N UW SP US SS

Total 1130 P <0,0001 (0,021) P <0,01

(0,009)

P <0,0001

(0,048)

P <0,0001

(0,069)

Perubahana - 29% - 41% - 40% - 40%

Diabetes 233 Ns Ns P <0,05

(0,021)

P <0,001

(0,053)

Hipertensi 227 Ns Ns P <0,001

(0,051)

P <0,01

(0,034)

Sehat 240 P <0,05 (0,028) Ns P <0,01

(0,04)

P <0,0001

(0,106)

Lainnya 430 P <0,05 (0,013) P <0,001

(0,029)

P <0,01

(0,021)

P <0,001

(0,033)a Persentase perubahan nilai rata-rata untuk kelompok usia termuda vs tertua

Page 10: jurnal gimul (2)

10

Grafik 1. Laju aliran rata - rata saliva US (ml/menit/kelenjar) pada kelompok umur

dengan beberapa kategori (sehat, hipertensi, diabetes). Bar error menunjukkan standar error

dari rata - rata.

Perubahan usia terhadap konsentrasi antimikroba spesifik dan protein lainnya pada

saliva SP dan SS seperti yang ditentukan dengan analisis regresi linear pada seluruh populasi

ditunjukkan pada tabel 3. Penurunan konsentrasi kedua histatin, dan musin dengan usia

mungkin memiliki maksud penting yang berhubungan dengan kenyamanan mulut (musin)

dan ketahanan terhadap infeksi Candida (histatin). Hal ini tampaknya menurun secara

spesifik, dimana konsentrasi protein dapat meningkat dengan umur (SP, US) atau tetap stabil.

Salah satu kondisi yang sering dikaitkan dengan perubahan dalam aliran dan komposisi

saliva adalah diabetes melitus. Penurunan laju aliran saliva pada subjek diabetes dicatat

dalam beberapa laporan,82,83 namun kondisi lain tidak.84,85 Pada penelitian ini, subjek diabetes

mengalami penurunan pengeluaran saliva yang signifikan baik pada saliva

submandibular/sublingual yang terstimulasi maupun yang tidak terstimulasi, meskipun tidak

pada saliva parotis yang terstimulasi atau saliva keseluruhan yang tidak terstimulasi.80

Analisis komponen protein saliva menunjukkan peningkatan konsentrasi yang signifikan

pada sejumlah protein pada subjek diabetes, termasuk laktoferin SP (Grafik 3A),

mieloperoksidase dan proksidase saliva, serta protein total SS, albumin, laktoferin (Grafik

Page 11: jurnal gimul (2)

11

3B) dan sekresi IgA. Hal yang paling terlihat adalah konsentrasi mieloperoksidase rata-rata

pada saliva SP menunjukkan peningkatan hampir empat kali lipat pada subjek diabetes, dan

konsentrasi laktoferin SP lebih tinggi 70%. Konsentrasi lisozim lebih tinggi 26%, konsentrasi

sIgA lebih tinggi 30%, dan konsentrasi peroksidase saliva meningkat 128% pada subjek

diabetes dibandingkan dengan subjek sehat.

Grafik 2. A. Laju aliran UW (ml/menit) menurut kategori umur dan jenis kelamin. Bar

menunjukkan seluruh populasi; Grafik garis menunjukkan subjek sehat (sub - populasi tanpa

medikasi). B. Laju aliran US pada seluruh populasi. Grafik 2A didapatkan dari Yeh dkk,79

dengan permisi dari Editrice Kurtis SRL.

Tabel 2. Hubungan pengaruh umur (ditampilkan meningkat (↑) atau menurun (↓),

diikuti dengan nilai ‘p’) terhadap total protein dan konsentrasi elektrolit dan pengeluaran

saliva seperti yang ditetukan dari analisis regresi linear pada seluruh populasi.

N (SP/US/SS) Saliva SP Saliva US Saliva SS

A. Konsentrasi

Protein total (mg/ml) 808/1111/1092 ↑, p<0.0001 ↑, p<0.001 Tidak

berubah

Na (mEq/L) 672/714/861 ↓, p<0.0001 ↓, p<0.01 ↓, p<0.0001

K (mEq/L) 672/714/861 ↑, p<0.0001 ↑, p<0.0001 ↑, p<0.0001

Cl (mEq/L) 808/837/1092 ↓, p<0.01 ↑, p<0.0001 ↓, p<0.0001

Ca (mEq/L) 672/714/861 ↑, p<0.0001 ↑, p<0.0001 ↑, p<0.0001

B. Pengeluaran

Page 12: jurnal gimul (2)

12

Protein total (mg/menit) Tidak berubah ↓, p<0.05 ↓, p<0.0001

Na (mEq/menit) ↓, p<0.01 ↓, p<0.0001 ↓, p<0.0001

K (mEq/menit) Tidak berubah Tidak berubah ↓, p<0.0001

Cl (mEq/menit) ↓, p<0.01 ↓, p<0.05 ↓, p<0.0001

Ca (mEq/menit) Tidak berubah ↓, p<0.01 ↓, p<0.0001

Efek penyakit ini berbeda pada banyak kasus dengan kategori umur. Sebagai

contohnya, pada kelompok umur yang lebih muda, laju aliran pada subjek dengan diabetes

atau hipertensi cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol tanpa medikasi pada

umur yang sama; di kelompok umur yang lebih tua, efek ini tidak muncul. Sebaliknya,

konsentrasi laktoferin cenderung meningkat pada diabetes (dan pada hipertensi meningkat

lebih rendah dari diabetes); namun efek saliva SS ini tidak terlihat pada kelompok umur lebih

tua (Grafik 3B), meskipun tidak pada SP (Grafik 3A). Perubahan pada lisozim, IgA, dan

albumin hanya terlihat pada saliva SS, yang paling mungkin disebabkan oleh peningkatan

konsentrasi protein pada kelompok diabetes.

Arti dari data ini adalah penyakit ini, atau tatalaksananya, mungkin memiliki efek

merugikan relatif lebih besar pada individu usia muda dibandingkan usia tua. Peningkatan

konsentrasi laktoferin pada diabetes mungkin menunjukkan adanya induksi spesifik sekresi

laktoferin oleh sel asinar dan/atau sel duktal, atau adanya infiltrat limfositik glandular yang

berhubungan dengan sialadenitis kronis.86 Meskipun secara signifikan tidak ada hubungan

antara konsentrasi laktoferin SP dan SS dengan laju aliran, perubahan laktoferin pada

diabetes tidak berhubungan dengan laju aliran saliva, setidaknya pada SP, pengeluaran

laktoferin secara signifikan lebih tinggi pada diabetes dibandingkan kelompok kontrol tanpa

medikasi. Penelitian lebih lanjut tentang efek spesifik diabetes pada komponen protein saliva

diperlukan berdasarkan data ini karena adanya pemikiran yang kuat bahwa fungsi saliva dan

kesehatan mulut menurun pada diabetes.

Efek Obat pada Fungsi Saliva

Dapat dikatakan bahwa efek samping yang paling umum dari banyak obat adalah mulut

kering.87,88 Meskipun efek ini telah diketahui, namun terdapat beberapa penelitian

mengejutkan yang mencari pengukuran objektif aliran saliva dengan mengkonsumsi

medikasi. Terdapat bukti yang pasti bahwa, seiring dengan meningkatnya jumlah medikasi

yang dikonsumsi oleh seseorang, terdapat penurunan yang sesuai pada pengeluaran saliva.

Page 13: jurnal gimul (2)

13

Tabel 3. Hubungan usia pada konsentrasi antimikroba spesifik dan protein lainnya

seperti yang ditentukan dari analisis regresi linear pada seluruh populasi

Protein N (SP/SS) Saliva SP Saliva SS

Laktoferin 672/953 ↑, p<0.01 ↑, p<0.0001

Lisozim 672/953 Tidak berubah ↓, p<0.0001

SIgA 675/954 ↑, p<0.05 Tidak berubah

Albumin 674/954 ↑, p<0.05 Tidak berubah

Sistatin 958 nd Tidak berubah

MG1 833 nd ↓, p<0.0001

MG2 833 nd ↓, p<0.0001

HRP1 80/80 Tidak berubah ↓, p<0.01

HRP3 80/80 ↓, p<0.05 ↓, p<0.01

HRP5 80/80 ↓, p<0.01 ↓, p<0.01

nd = tidak ditentukan.

Grafik 3. A. Konsentrasi laktoferin SP (µg/ml); B. Konsentrasi laktoferin SS (µg/ml).

Efek Radiasi pada Fungsi Saliva

Kelompok pasien lainnya dengan aktivitas karies tinggi mungkin berhubungan dengan

penurunan aliran saliva termasuk pasien yang menerima terapi radiasi untuk kanker pada

kepala dan leher. Walaupun tingkat pergantian selnya rendah, sel-sel asinar saliva sangat

peka terhadap radiasi, dan xerostomia merupakan sequel awal dan persisten pada iradiasi

kepala dan leher.89 Kelenjar parotis dan submandibular/sublingual rentan terhadap radiasi

Page 14: jurnal gimul (2)

14

yang dapat menyebabkan kerusakan.90 Kerusakan tergantung pada dosis dan besar paparan

radiasi, namun dosis khusus diperlukan untuk mengobati sebagian besar karsinoma sel

skuamous pada rongga mulut, oro- dan nasofaring, tonsil dan lidah pada kisaran 50 - 70 Gy

dengan dosis terbagi dalam waktu beberapa minggu. Telah disarankan untuk

mempertahankan fungsi parotis, dosis radiasi untuk parotis harus 26 Gy atau dibawahnya.91

Hal ini sudah melebihi ambang batas untuk merusak jaringan kelenjar saliva. Telah dikatakan

bahwa efek radiasi yang awalnya muncul pada pengeluaran saliva mungkin disebabkan

karena kerusakan membran yang mempengaruhi transduksi sinyal pada level reseptor/protein

G, dan kerusakan lebih lanjut terjadi pada elemen hilir dari kaskade.92

KESIMPULAN

Saliva jelas mempunyai efek yang besar terhadap rongga mulut, tapi seperti yang

dikatakan Sreebny1, beberapa praktisi gigi enggan untuk bertanya pertanyaan - pertanyaan

penting atau melakukan observasi penting dan/atau pengukuran untuk menentukan apakah

ada tingkat hipofungsi kelenjar saliva pada pasien mereka. Sayangnya, setidaknya sebagian

masalahnya adalah hal itu, untuk sebagian besar, tidak adanya cara memperbaiki aliran saliva

yang rusak. Kami hanya dapat berharap penelitian biologi molekuler di masa depan dapat

memungkinkan pasien xerostomia mendapatkan fungsi kelenjarnya. Sampai saat itu, dokter

gigi harus lebih menyadari bagaimana fungsi saliva pada pasien mereka dan melakukan lebih

banyak praktek pencegahan yang disiplin untuk mencegah efek negatif penurunan aliran

saliva.

UCAPAN TERIMA KASIH

Karya ini didukung oleh NIH DE 10756. Kami berterima kasih kepada banyak teknisi

terampil yang membantu dalam sampling dan analisis data.

Page 15: jurnal gimul (2)

15

DAFTAR PUSTAKA

1. Sreebny LM. Saliva in Health and Disease : an Appraisal and Update. International

Dental Journal 2000; 50 : 140 – 61.

2. Gibbons RJ, Hay DI. Human Salivary Acidic Proline – Rich Proteins and Statherin

Promote the Attachment of Actinomyces Viscosus LY 7 to Apatitic Surface. Infection

and Immunity 1988; 56 : 439 – 45.

3. Lamkin MS, Oppenheim FG. Structural Features of Salivary Function. Critical

Reviews in Oral Biology and Medicine 1993; 4 : 251 – 9.

4. Martinez JR. Cellular Mechanisms Underlying the Production of Primary Secretory

Fluid in Salivary Glands. Critical Reviews in Oral Biology and Medicine 1990; 1 : 67 –

78.

5. Baum BJ, Ambudkar IS, Horn VJ. Neurotransmitter Control of Calcium Mobilization.

In : Dobrosielski – Vergona K, editor. Biology of Salivary Glands. Boca Raton : CRC

Press; 1993. P. 153 – 79.

6. Turner RJ. Ion Transport Related to Fluid Secretion in Salivary Glands. In:

Dobrosielski-Vergona K, editor. Biology of the salivary glands. Boca Raton: CRC

Press; 1993. p. 105–27.

7. Ambudkar IS. Regulation of Calcium in Salivary Secretion. Critical Reviews in Oral

Biology and Medicine 2000 ;11 : 4 – 25.

8. Mandel ID. The Role of Saliva in Maintaining Oral Homeostasis. Journal of the

American Dental Association 1989 ; 119 : 298–304.

9. Dawes C. The effects of flow rate and duration of stimulation on the concentrations of

protein and the main electrolytes in human parotid saliva. Archives of Oral Biology

1969 ;14 : 277 – 94.

10. Shannon IL, Suddick RP, Dowd J, F J. In: Myers HM, editor. Saliva: composition and

secretion. Monographs in oral science, vol. 2. Basel: Karger; 1974.

11. Pollock JJ, Goodman Bicker G, Katona L, Cho MI, Lacono VJ. Lysozyme

Bacteriolysis. In: Kleinberg I, Ellison SA, Mandel ID, editors. Saliva and dental caries.

Washington, DC: Information Retrieval; 1979. p. 429–47.

12. Kauffman DL, Keller PJ. The basic proline-rich proteins in human parotid saliva from

a single subject. Archives of Oral Biology 1979;24:249–56.

Page 16: jurnal gimul (2)

16

13. Azen EA. Genetics of salivary protein polymorphisms. Critical Reviews in Oral

Biology and Medicine 1993;4: 479–85.

14. Schupbach P, Oppenheim FG, Lendenmann U, Lamkin MS, Yao Y, Guggenheim B.

Electron-microscopic demonstration of proline-rich proteins, statherin, and histatins in

acquired enamel pellicles in vitro. European Journal of Oral Sciences 2001;109:60–8.

15. Gibbons RJ, Hay DI, Cisar JO, Clark WB. Adsorbed salivary proline-rich protein 1 and

statherin: receptors for type 1 fimbriae of Actinomyces viscosus T14V-J1 on apatitic

surfaces. Infection and Immunity 1988;56:2990–3.

16. Gibbons RJ, Hay DI. Adsorbed salivary proline-rich proteins contribute to the

adhesion of Streptococcus mutans JBP to apatitic surfaces. Journal of Dental Research

1989;9: 1303–7.

17. Ann DK, Lin HH. Regulation of salivary-gland-specific gene expression. Critical

Reviews in Oral Biology and Medicine 1997;8:244–52.

18. Hay DI, Smith DJ, Schluckebier SK, Moreno EC. Relationship between concentration

of human salivary statherin and inhibition of calcium phosphate precipitation in

stimulated human parotid saliva. Journal of Dental Research 1984;63: 857–63.

19. Johansson I, Bratt P, Hay DI, Schluckebier S, Stromberg N. Adhesion of Candida

albicans, but not Candida krusei, to salivary statherin and mimicking host molecules.

Oral Microbiology and Immunology 2000;15:112–8.

20. Oppenheim FG, Xu T, McMillian FM, Levitz SM, Diamond RD, Offner GD, Troxler

RF. Histatins, a novel family of histidinerich proteins in human parotid secretion.

Isolation, characterization, primary structure, and fungistatic effects on Candida

albicans. The Journal of Biological Chemistry 1988; 263:7472–7.

21. Tsai H, Bobek LA. Human salivary histatins: promising antifungal therapeutic agents.

Critical Reviews in Oral Biology and Medicine 1988;9:480–97.

22. O’Connell BC, Xu T, Walsh TJ, Sein T, Mastrangeli A, Crystal RG, Oppenheim FG,

Baum BJ. Transfer of a gene encoding the anticandidal protein histatin 3 to salivary

glands. Human Gene Therapy 1996;7:2255–61.

23. Nieuw Amerongen AV, Oderkerk CH, Driessen AA. Role of mucins from human whole

saliva in the protection of tooth enamel against demineralization in vitro. Caries

Research 1987;21:297–309.

24. Slomiany BL, Murty VL, Piotrowski J, Slomiany A. Salivary mucins in oral mucosal

defense. General Pharmacology 1996;27:761–71.

Page 17: jurnal gimul (2)

17

25. Baughan LW, Robertello FJ, Sarrett DC, Denny PA, Denny PC. Salivary mucin as

related to oral Streptococcus mutans in elderly people. Oral Microbiology and

Immunology 2000;15: 10–14.

26. Rayment SA, Liu B, Offner GD, Oppenheim FG, Troxler RF. Salivary mucin: a factor

in the lower prevalence of gastroesophageal reflux disease in African-Americans? The

American Journal of Gastroenterology 2000;95:3064–70.

27. Yeh C-K, Dodds MWJ, Zuo P, Johnson DA. A population-based study of salivary

lysozyme concentrations and candidal counts. Archives of Oral Biology 1997;42:25–

31.

28. Bercier JG, Al-Hashimi I, Haghighat N, Rees TD, Oppenheim FG. Salivary histatins in

patients with recurrent oral candidiasis. Journal of Oral Pathology and Medicine

1999;28:26–9.

29. Rudney JD. Does variability in salivary protein concentrations influence oral microbial

ecology and oral health? Critical Reviews in Oral Biology and Medicine 1995;6: 343–

67.

30. Hall HD, Schneyer CA. Salivary gland atrophy in rat induced by liquid diet.

Proceedings of the Society of Experimental Biology and Medicine 1964;117:789–93.

31. Johnson DA. Changes in rat parotid salivary proteins associated with liquid diet-

induced gland atrophy and isoproterenol-induced gland enlargement. Archives of Oral

Biology 1984;29:215–21.

32. Johnson DA, Sreebny LM. Effect of ‘increased mastication’ on the secretory process of

the rat parotid gland. Archives of Oral Biology 1973;18:1555–7.

33. Hall HD, Merig JJJ, Schneyer CA. Metrecal-induced changes in human saliva.

Proceedings of the Society for Experimental Biology and Medicine 1967;124:532–6.

34. Johansson I, Ericson T. Effects of a 900-kcal liquid or solid diet on saliva flow rate and

composition in female subjects. Caries Research 1989;23:184–9.

35. de Mun˜iz BR, Maresca BM, Tumilasci OR, Perec CJ. Effects of an experimental diet

on parotid saliva and dental plaque pH in institutionalized children. Archives of Oral

Biology 1983; 28:575–81.

36. Yeh C-K, Johnson DA, Dodds MWJ, Sakai S, Rugh JD, Hatch JP. Association of

salivary flow rates with maximal bite force. Journal of Dental Research 2000;79:1560–

5.

Page 18: jurnal gimul (2)

18

37. Jenkins GN, Edgar WM. The effect of daily gum-chewing on salivary flow rates in man.

Journal of Dental Research 1989; 68:786–90.

38. Dodds MJ, Hsieh SC, Johnson DA. The effect of increased mastication by daily gum-

chewing on salivary gland output and dental plaque acidogenicity. Journal of Dental

Research 1991;70:1474–8.

39. Dodds MWJ, Johnson DA. Influence of mastication on saliva, plaque pH and masseter

muscle activity in man. Archives of Oral Biology 1993;38:623–6.

40. Edgar WM. Sugar substitutes, chewing gum and dental caries—a review. British

Dental Journal 1998;184:29–32.

41. Dawes C. A mathematical model of salivary clearance of sugar from the oral cavity.

Caries Research 1983;17:321–34.

42. Lagerlo¨f F, Dawes R, Dawes C. Salivary clearance of sugar and its effects on pH

changes by Streptococcus mitior in an artificial mouth. Journal of Dental Research

1984;63: 1266–70.

43. Lagerlo¨f F, Dawes C. The effect of swallowing frequency on oral sugar clearance and

pH changes by Streptococcus mitior in vivo after sucrose ingestion. Journal of Dental

Research 1985;64:1229–32.

44. Sreebny LM. Recognition and treatment of salivary induced conditions. International

Journal of Dental Research 1989; 39:197–294.

45. Dawes C. Physiological factors affecting salivary flow rate, oral sugar clearance, and

the sensation of dry mouth in man. Journal of Dental Research 1987;66:648–53.

46. Ericsson Y, Hellstrom I, Jared B, Stjernstrom L. Investigations into the relationship

between saliva and dental caries. Acta Odontologica Scandinavica 1954;11:179.

47. Englander HR, Shklair IL, Fosdick LS. The effects of saliva on the pH and lactate

concentration of plaque. I. Cariesrampant individuals. Journal of Dental Research

1959;38: 848–53.

48. Ericsson Y. Clinical investigation of the salivary buffering action. Acta Odontologica

Scandinavica 1959;17:131–65.

49. Edgar WM. The role of saliva in the control of pH changes in human dental plaque .

Caries Research 1976;10:241–54.

50. Valentine AD, Anderson RJ, Bradnock G. Salivary pH and dental caries. British

Dental Journal 1978;144:105–7.

Page 19: jurnal gimul (2)

19

51. Stuchell RN, Mandel ID. A comparative study of salivary lysozyme in caries-resistant

and caries-susceptible adults. Journal of Dental Research 1983;62:552–4.

52. Lamberts BL, Pruitt KM, Pederson ED, Golding MP. Comparison of salivary

peroxidase system components in caries-free and caries-active naval recruits. Caries

Research 1984;18: 488–94.

53. MacKay BJ, Goodman H, Cox D, Grossbard BL, Iacono VJ, Pollock JJ. Development

of an enzyme-linked immunosorbent assay for determination of lysozyme in human

parotid and submandibular–sublingual salivas. Journal of Clinical Microbiology

1984;19:844–8.

54. Tenovuo J, Grahn E, Lehtonen O-P, Hyppe T, Karhuvaara L, Vilja P. Antimicrobial

factors in saliva: ontogeny and relation to oral health. Journal of Dental Research

1987;66:475–9.

55. Grahn E, Tenovuo J, Lehtonen O-P, Eerola E, Vilja P. Antimicrobial systems of human

whole saliva in relation to dental caries, cariogenic bacteria, and gingival

inflammation in young adults. Acta odontologica Scandinavica 1988;46: 67–74.

56. Tenovuo J, Jentsch H, Soukka T, Karhuvaara L. Antimicrobial factors of saliva in

relation to dental caries and salivary levels of mutans streptococci. Journal de Biologie

Buccale 1992;20:85–90.

57. Rose PT, Gregory RL, Gfell LE, Hughes CV. IgA antibodies to Streptococcus mutans

in caries-resistant and – susceptible children. Pediatric Dentistry 1994;16:272–5.

58. Friedman RD, Azen EA, Yu PL, Green PA, Karn RC, Merritt AD. Heritable salivary

proteins and dental disease. Human Heredity 1980;30:372–5.

59. Yu PL, Bixler D, Goodman PA, Azen EA, Karn RC. Human parotid proline-rich

proteins: correlation of genetic polymorphisms to dental caries. Genetic Epidemiology

1986;3:147–52.

60. Anderson LC, Mandel ID. Salivary protein polymorphisms in caries-resistant adults.

Journal of Dental Research 1982;61: 1167–8.

61. Anderson LC, Lamberts BL, Bruton WF. Salivary protein polymorphisms in caries-free

and caries-active adults. Journal of Dental Research 1982;61:393–6.

62. Mandel ID, Zorn M, Ruiz R, Thompson Jr RH, Ellison SA. The proteins and protein-

bound carbohydrates of parotid saliva in caries-immune and caries-active adults.

Archives of Oral Biology 1965;10:471–5.

Page 20: jurnal gimul (2)

20

63. Balekjian AY, Meyer TS, Montague ME, Longton RW. Electrophoretic patterns of

parotid fluid from caries-resistant and caries-susceptible individuals. Journal of Dental

Research 1976;54:850–6.

64. Mandel ID, Bennick A. Quantitation of human salivary acidic proline-rich proteins in

oral diseases. Journal of Dental Research 1983;62:943–5.

65. Cowman RA, Schaefer SJ, Fitzgerald RJ, Rosner D, Shklair IL, Walter RG. Differential

utilization of proteins in saliva from caries-active and caries-free subjects as growth

substrates by plaque-forming streptococci. Journal of Dental Research 1979;58:2019–

27.

66. Cowman RA, Baron SS, Fitzgerald RJ, Danziger JL, Quintana JA. Growth inhibition of

oral streptococci in saliva by anionic proteins from two caries-free individuals.

Infection and Immunity 1982;37:513–8.

67. Rosan B, Appelbaum B, Golub E, Malamud D, Mandel ID. Enhanced saliva-mediated

bacterial aggregation and decreased bacterial adhesion in caries-resistant versus

caries-susceptible individuals. Infection and Immunity 1982;38:1056–9.

68. Cowman RA, Baron SS, Fitzgerald RJ, Stuchell RE, Mandel ID. Comparative growth

responses of oral streptococci on mixed saliva or the separate submandibular and

parotid secretions from caries-active and caries-free individuals. Journal of Dental

Research 1983;62:946–51.

69. Dodds MWJ, Johnson DA, Mobley CC, Hattaway KM. Parotid saliva protein profiles

in caries-free and caries-active adults. Oral Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology,

Oral Radiology, and Endodontics 1997;83:244–51.

70. Edgar WM, Higham SM, Manning RH. Saliva stimulation and caries prevention.

Advances in Dental Research 1994;8: 239–45.

71. Osterberg T, Landahl S, Hedegard B. Salivary flow, saliva pH and buffering capacity in

70 year old men and women. Correlation to dental health, dryness in the mouth, disease

and drug treatment. Journal of Oral Rehabilitation 1984;11: 157–70.

72. Pedersen W, Schubert M, Izutsu K, Mersai T, Truelove E. Age dependent decreases in

human submandibular gland flow rates as measured under resting and post-stimulation

conditions. Journal of Dental Research 1985;64:822–5.

73. Navazesh M, Mulligan RA, Kipnis V, Denny PA, Denny PC. Comparison of whole

saliva flow rates and mucin concentrations in healthy Caucasian young and aged adults.

Journal of Dental Research 1992;71:1275–8.

Page 21: jurnal gimul (2)

21

74. Cowman RA, Frisch M, Lasseter CJ, Scarpace PJ. Effects of beta-adrenergic

antagonists on salivary secretory function in individuals of different ages. Journal of

Gerontology 1994; 49:B208–B14.

75. Percival RS, Challacombe SJ, Marsh PD. Flow rates of resting whole and stimulated

parotid saliva in relation to age and gender. Journal of Dental Research 1994;73:1416–

20.

76. Heintze U, Birkhed D, Bjorn H. Secretion rate and buffer effect of resting and

stimulated whole saliva as a function of age and sex. Swedish Dental Journal

1983;7:227–38.

77. Ben-Aryeh H, Shalev A, Szargel R, Laor A, Laufer D, Gutman D. The salivary flow

rate and composition of whole and parotid resting and stimulated saliva in young and

old healthy subjects. Biochemical Medicine and Metabolic Biology 1986;36:260–5.

78. Tylenda CA, Ship JA, Fox PC, Baum BJ. Evaluation of submandibular salivary flow

rate in different age groups. Journal of Dental Research 1988;67:1225–8.

79. Yeh C-K, Johnson DA, Dodds MWJ. Impact of aging on human salivary gland

function: a community-based study. Aging: Clinical and Experimental Research

1998;10:421–8.

80. Dodds MWJ, Yeh C-K, Johnson DA. Salivary alterations in type 2 (non-insulin-

dependent) diabetes mellitus and hypertension. Community Dentistry and Oral

Epidemiology 2000; 28:373–81.

81. Johnson DA, Yeh C-K, Dodds MWJ. Effect of donor age on the concentrations of

histatins in human parotid and submandibular/sublingual saliva. Archives of Oral

Biology 2000;45:421–8.

82. Harrison R, Bowen WH. Flow rate and organic constituents of whole saliva in insulin-

dependent diabetic children and adolescents. Pediatric Dentistry 1987;9:287–90.

83. Thorstensson H, Falk H, Hugoson A, Olsson J. Some salivary factors in insulin-

dependent diabetics. Acta Odontologica Scandinavica 1989;47:175–83.

84. Sharon A, Ben-Aryeh H, Itzhak B, Yoram K, Szargel R, Gutman D. Salivary

composition in diabetic patients. Journal of Oral Medicine 1985;40:23–6.

85. Tenovuo J, Alanen P, Larjava H, Viikari J, Lehtonen O-P. Oral health of patients with

insulin-dependent diabetes. Scandanavian Journal of Dental Research 1986;94:338–46.

Page 22: jurnal gimul (2)

22

86. Tabak L, Mandel ID, Herrera M, Baurmash H. Changes in lactoferrin and other

proteins in a case of chronic recurrent parotitis. Journal of Oral Pathology 1978;7:91–

9.

87. Sreebny LM, Schwartz SS. A reference guide to drugs and dry mouth—2nd edition.

Gerodontology 1997;14:33–47.

88. Wynn RL, Meiller TF. Drugs and dry mouth. General Dentistry 2001;49:10–14.

89. Dreizen S, Brown LR, Daly TE, Drane JB. Prevention of xerostomia-related dental

caries in irradiated cancer patients. Journal of Dental Research 1977;56:99–104.

90. Valdez IH, Atkinson JC, Ship JA, Fox PC. Major salivary gland function in patients

with radiation-induced xerostomia: flow rates and sialochemistry. International Journal

of Radiation Oncology, Biology, Physics 1993;25:41–7.

91. Eisbruch A, ten Haken RK, Kim HM, Marsh LH, Ship JA. Dose, volume, and function

relationships in parotid salivary glands following conformal and intensity-modulated

irradiation of head and neck cancer. International Journal of Radiation Oncology,

Biology, Physics 1999;45: 577–87.

92. Coppes RP, Roffel AF, Zeilstra LJ, Vissink A, Konings AW. Early radiation effects on

muscarinic receptor-induced secretory responsiveness of the parotid gland in the freely

moving rat. Radiation Research 2000;153:339–46.