jurnal gimul (2)
-
Upload
fitri-rahmariani -
Category
Documents
-
view
39 -
download
2
description
Transcript of jurnal gimul (2)
1
MANFAAT KESEHATAN DARI SALIVA
Ringkasan objektif. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi mengenai literatur
tentang komposisi dari saliva manusia, laju aliran saliva dan manfaat saliva untuk kesehatan,
dengan berdasarkan penelitian di laboratorium kami yang meneliti efek dari usia dan
penyakit yang berhubungan dengan usia terhadap pengeluaran dan komposisi saliva.
Data. Saliva berpengaruh terhadap kesehatan mulut melalui cara efek fisiko- kimia non
spesifik, juga melalui efek yang lebih spesifik. Protein yang kaya akan proline, sthaterin, dan
histatin adalah protein saliva yang mempengaruhi kalsium phospat, pembentukan plak awal
dan infeksi Candida. Peningkatan dan penurunan dalam proses pengunyahan dapat
mempengaruhi pengeluaran saliva. Berdasarkan penelitian cross - sectional kami tentang
saliva dalam sebuah populasi besar berdasarkan penelitian cohort yang dilakukan (N : 1130)
menunjukkan bahwa usia mempengaruhi penurunan produksi saliva secara keseluruhan tanpa
stimulasi, saliva parotid yang di stimulasi, submandibular/sublingual tanpa stimulasi dan
submandibular/sublingual yang di stimulasi . Serta terjadi beberapa perubahan komposisi
antimikroba dan protein lainnya. Beberapa perubahan juga terlihat pada beberapa kondisi
medis terkait usia, seperti diabetes melitus.
Kesimpulan. Beberapa data yang telah disajikan, memberitahukan bahwa pentingnya
saliva dalam menjaga rongga mulut agar tetap sehat, para praktisi mempertimbangkan untuk
memutuskan bahwa pengeluaran saliva dan kondisi medis yang mempengaruhi saliva sebagai
bagian rencana pengobatan yang rutin.
PENGANTAR
Tujuan dari tulisan ini untuk menyajikan ringkasan dari fungsi saliva dan fungsi
kelenjar saliva dan efeknya pada kesehatan rongga mulut, termasuk karies gigi, dan faktor
yang ada dalam diri kita sendiri, termasuk penuaan, penyakit sistemik dan pengeluaran saliva.
Meskipun banyak orang yang telah meneliti media saliva, tapi masih sedikit yang meneliti
saliva dari perspektif yang komprehensif, dan mempertimbangkan peran cairan ini sangat
menjaga kesehatan, kenyamanan dari manusia itu sendiri. Sebuah penelitian yang bagus dan
komprehensif oleh Sreebny yang mencontohkan pendekatan ini, dan kami tertarik dengan hal
ini dan mencantumkan penelitian lainnya.
Akibat dari tidak berfungsinya kelenjar saliva telah diketahui dengan baik, seperti
pada radiasi menyebabkan xerostomia, atau sindrom sjogren. Bagaimanapun, terjadinya
2
penurunan fungsi masih kurang jelas. Sebuah alasan untuk paradox ini mungkin merupakan
prinsip dari fungsi kapasitas cadangan kelenjar saliva. Secara sederhana, banyak individu
yang mampu untuk menghasilkan saliva saat stimulasi daripada jumlah yang dibutuhkan
untuk menjalankan fungsinya dengan baik. Demikian pula, terdapat fungsi nyata dalam
kemampuan protein saliva untuk mengabsorbsi menjadi hydroxyapatit dan untuk mengikat
dan aglutinasi bakteri mulut.2,3 Mungkin bukti ini dalam pandangan mereka menunjukkan
sangat pentingnya saliva pada homoestasis dan sebagai proteksi terhadap pengaruh
lingkungan yang merusak.
Konsep Dasar Sekresi Saliva
Saliva dihasilkan dari 3 kelenjar saliva mayor (parotid, submandibular, sublingual)
ditambah dengan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva terdiri dari sel epitel bertingkat
dengan 2 segmen berdasarkan morfologi dan fungsional, itu adalah, bagian akhir ( sel asini
dan duktus intercalated) dan sistem dari duktus glandula yang bervariasi. Sekresi saliva
secara umum dibagi menjadi 2 tahapan, dengan sekresi awal cairan primer seperti plasma
dari sel asinar dan modifikasinya selama melewati sistem sel duktus yang impermeabel
dengan air Sekresi dikontrol oleh sistem saraf otonom melalui sistem transduksi dimana
terjadi stimulasi reseptor ganda untuk mekanisme transport ion dan sekresi protein. Volume
saliva yang dihasilkan tergantung dari jenis dan intensitas stimulasi, volume saliva terbanyak
terjadi pada rangsangan kolinergik. Neurotransmitter dilepaskan karena respon terhadap
stimulus sekretori untuk mengikat protein spesifik dalam membran sel asinar. Hal ini
menyebabkan perubahan di dalam membran G protein dan inisiasi second messenger
intraseluler, dalam kasus stimulasi kolinergik muskarinik, sinyal transduksi melibatkan
pelepasan kalsium dari intraseluler oleh inositol triphosphat (IP3) dan aktivasi berikutnya dari
berbagai saluran ion dan sistem transport, akhirnya mengarah kearah pergerakan trans -
epitelial air.4-7 Kelancaran aliran saliva dianggap penting untuk pemeliharaan kesehatan
mulut dan kesehatan secara umum.8 Faktor - faktor yang mempengaruhi perkembangan,
fungsi dan diferensiasi dari kelenjar saliva akan memberi pengaruh dalam kesehatan dan
kenyamanan individu itu sendiri.
3
KOMPOSISI SALIVA
Komponen Anorganik Saliva
Meskipun sekresi primer berupa ultrafiltrasi plasma (yaitu, isotonik), energi bergantung
reabsorpsi Na+ dan Cl- dalam sistem duktal yang akhirnya terbentuk cairan hipotonik. Hal ini
yang memfasilitasi rasa. Bikarbonat memungkinkan terjadinya buffer, sedangkan kalsium
dan fosfat memungkinkan untuk pemeliharaan integritas mineral gigi. Awal bekerja
mendefinisikan efek aliran pada komposisi elektrolit.9,10 Menariknya, komposisi pH dan ion
mungkin juga mempengaruhi aktivitas komponen organik di saliva. Misalnya, aktivitas
lisosom dipengaruhi oleh elektrolit dan anion ludah dengan muatan yang kerapatannya
rendah.8 Thyocianite, produk anionik dari sistem peroksidase saliva, juga aktivitas lisozim.11
Komponen Organik Saliva
Saliva mengandung berbagai macam protein unik untuk cairan ini dan memiliki fungsi
biologis yang penting bagi kesehatan mulut. Banyak dari protein ini mengandung kadar
tinggi (35 - 45%) prolin, dan karena itu, ditunjuk prolin kaya protein (PRPs). PRPs, yang
terdiri dari hampir 70% mengandung protein total kelenjar saliva parotis manusia, selanjutnya
dibagi menjadi tiga kelompok tingkat glikosilasi : asam, basa, dan PRPs dasar glikosilasi.12
Amilase mengandung sebagian besar kadar protein total kelenjar saliva parotis, protein lain
(seperti lisozim, laktoferin, peroksidase, dan sekretori IgA) yang menerima banyak perhatian
dalam mencoba hubungan antara kesehatan mulut dan saliva, kenyataannya komponennya
relatif kecil.
Asam PRPs menunjukkan heterogenitas genetik13 dan ditemukan dalam pembentukan
enamel pellikel.14 Seluruhnya merupakan protein multifungsi, dengan terpisahkan bakteri dan
pengikat hidroksiapitat ketika teradsorpsi pada permukaan gigi, dapat memberikan tempat
yang baik bagi pertumbuhan bakteri. Hal ini telah mengungkapkan bahwa adsorpsi PRPs
untuk hidroksiapitat/enamel menyebabkan konformasi perubahan dalam protein, sehingga
mengekspos pengikat bakteri (cryptipopes) yang tersembunyi dalam struktur tersier.15,16 Pada
penelitian ini, ditemukan PRPs mengikat zat tanin pada tanaman dan hal ini telah dilakukan
pada hewan pengerat yang secara dramatis meningkat dengan mengkonsmsi banyak tannin.17
Ini penunjukkan peran evolusi dalam melindungi organisme dari efek potensi merusak dari
zat racun yang sering ditemukan dalam makanan manusia.
Protein lain, statherin, memungkinkan saliva untuk mempertahankan kadar garam
kalsium dan fosfat.18 Statherin dan PRPs akan menyebabkan berbagai pertumbuhan
4
mikroorganisme dalam mulut dan gigi seperti Streptococcus mutan (bukan S. sorbinus),
Actinomyces dan spesies Candida albicans.15,16,19 Dengan demikian, komponen protein
berkontribusi besar terhadap pemeliharaan sebuah gigi utuh melalui pengikatan dan
penghambatan kalsium fosfat presipitasi spontan dan pertumbuhan kristal, sementara pada
saat yang sama memberikan kemungkinan heterogenesitas di kolonisasi mikroba melalui
bakteri spesifik dengan pola mengikat.
Histatin merupakan kelompok lain dari protein yang mendapat perhatian. Ukurannya
kecil (3 – 5 kDa), protein histatin banyak ditemukan di kedua parotis dan
submandibular/saliva sublingual.20 Yang menarik bahwa ternyata histatin memiliki efek anti -
kandida dan disarankan sebagai protein alami yang memiliki pertahanan terhadap Kandida.21
sebuah terobosan besar dalam penerapan biologi molekuler untuk pengobatan penyakit ketika
Adenovirus mengandung histatin - 3 DNA berhasil ditransfer ke kelenjar parotis tikus.22
Selanjutnya, protein disekresikan ke kelenjar parotis tikus (histatin tidak ditemukan pada
hewan pengerat) dan memiliki bioaktivitas terhadap Kandida.
Musin, komponen organik utama saliva submandibular/sublingual, adalah glikoprotein
besar yang terdiri dari dua komponen besar, didefinisikan sebagai MG1 (103 kDa) dan MG2
(130 - 150 kDa). Glikolisasi protein ini mencegah kekeringan, bersifat viskoelastik
memberikan pelumas. Dapat juga mengikat racun, koloni bakteri, berinteraksi dengan sel
inang dan komponen penting dari pelikel dan plak metriks.23-25 Selain itu, musin juga
berfungsi melindungi esofagus pada gastroesophageal refluks disease.26 Dengan demikian,
penurunan produksi dari musin dapat berakibat pada kesehatan oral dan kesehatan sistemik,
serta kualitas hidup.
Protein antimikroba lainnya termasuk lisozim, laktoferin, peroksidase dan slgA,
meskipun konsentrasinya jauh lebih rendah dari histatin. Hal ini sangat menarik, terkait
dengan peningkatan konsentrasi dari lisosim dan histatin terhadap Kandida, menyiratkan
adanya peningkatan reaktif infeksi.27,28
Singkatnya, ada sejumlah glikoprotein dan protein dalam saliva manusia yang memiliki
banyak aspek dalam pengaruhnya terhadap kesehatan mulut. Namun, apakah variasi dalam
ekspresi dan konsentrasi dari setiap protein ini memiliki pengaruh terhadap penyakit mulut
tentu tetap harus melakukan pembuktian lebih lanjut.29
5
Pengunyahan dan Aliran Saliva
Bukti dari studi yang telah dilakukan pada hewan dan manusia menunjukkan bahwa
peningkatan pengunyahan dapat meningkatkan produksi saliva, sementara pengurangan
dalam upaya pengunyahan memiliki efek yang sebaliknya. Misalnya, kelenjar parotid yang
atropi dan penurunan konsentrasi protein kaya prolin dalam kelenjar saliva parotid pada tikus
yang diberi diet cairan,30,31 sementara terjadi pembesaran kelenjar parotid dan peningkatan
produksi saliva mengikuti pelaksanaan diet yang membutuhkan lebih pengunyahan.32 Pada
manusia, terjadi penurunan aliran kelenjar parotid setelah subjek mulai mengkonsumsi
makanan cair.33,34 Modifikasi diet pada anak menjadi kurang asidogenik mengakibatkan
peningatan rangsangan laju aliran saliva parotid, serta dihasilkan 40% akan meningkatkan pH
plak.35 Kami menunjukkan bahwa laju aliran saliva secara signifikan meningkat dengan
kekuatan gigi maksimal.36 Laju aliran saliva secara signifikan meningkat ketika subjek
manusia mengunyah empat batang permen karet bebas gula per hari selama delapan minggu
menghasilkan peningkatan rangsangan laju aliran kelenjar saliva.37 Sering mengkonsumsi
permen karet bebas gula selama dua minggu menghasilkan peningkatan aliran kelenjar saliva
parotis dan pengurangan plak asidogenik.38 Namun, penilaian EMG dari aktivitas otot
masseter selama makan dan mengunyah menunjukkan bahwa perubahan diet saja tidak cukup
untuk mengetahui penigkatan mengunyah terhadap peningkatan perangsangan kelenjar saliva
parotid dalam pengukuran fungsi kelenjar saliva pada orang dewasa.39 Permen karet bebas
gula untuk meningkatkan remineralisasi dengan perangsangan kelenjar saliva sekarang telah
digunakan sebagai terapi pencegahan dan telah berhasil di pasaran.40
Dawes41 menggambarkan kelenjar saliva dengan menggunakan model komputer untuk
menentukan efek dari beberapa variabel.42,43 Krusialnya, stimulasi aliran kelenjar saliva bukan
merupakan pengaruh yang paling utama. Namun pengeluaran aliran kelenjar saliva tanpa
stimulasi. Sekali lagi, ini hubungannya pada saliva dan kesehatan konsep kapasitas cadangan.
Mungkin alasannya mengapa pada beberapa studi telah mampu menghubungkan aliran saliva
dan aktivitas karies bahwa mereka memiliki pengukuran variabel yang salah. Merangsang
seluruh saliva dan kelenjar saliva parotis sering diambil sebagai indeks fungsi saliva. Namun,
bagaimana bila aliran yang dirangsang dalam batas normal dan aliran yang distimulus
berpengaruh? Sreenby menjelaskan bagaimana penyumbangan terbesar terhadap penghasilan
total saliva selama siklus diurnal adalah aliran yang distimulasi.44 Demikian pula, seorang
yang dipengaruhi oleh xerostomia dapat terlihat ketidaknyamanan terkait dengan kurangnya
stimulasi pengeluaran air liur di sekitar rongga mulut. Dawes melaporkan bahwa gejala
6
subjektif dari mulut kering tidak terjadi sampai seluruh laju aliran saliva tidak distimulasi
antara 40% dan 50% dari nilai awal pada subyek ketika diberi dosis obat anti-kolinergik.45
Menariknya, contributor utama distimulasi aliran kelenjar submandibular, yang menghasilkan
kurang serosa, kelenjar musin yang melapisi jaringan mulut, memberikan pelumas dan
membasahi rongga mulut. Meningkatkan aliran parotis selama stimulasi, dan peran utamanya
sebagai buffer, cairan yang berfungsi melindungi mulut dari bahan ekstrinsik (misalnya,
asam).
Komposisi Saliva dan Karies
Pengaruh saliva pada proses karies adalah bersifat fundamental, dalam beberapa cara ,
saliva mempengaruhi ketiga komponen etilogi yang merupakan ‘kunci’ klasik diagram Venn
yaitu (gigi, plak dan substrat). Laju aliran dan pembersihan, PH dan kapasitas buffer,
homeostatis kalsium fosfat dan efek dari metabolisme bakteri, serta adsorpsi ke jaringan
mulut dan eliminasi dari rongga mulut adalah semua manifestasi yang jelas dari interaksi
saliva/karies. Banyak penelian telah berusaha untuk menghubungkan aspek tertentu dari
pengeluaran dan komposisi saliva terhadap kerentanan karies. Kebanyakan dari penelitian
melihat sifat yang bagus dari fisiko-kimia saliva (laju saliva, kapasitas buffer)46-50 atau
komponen khusus dari saliva dengan aktivitas antimikroba. Seperti IgA saliva, laktoferin,
lisozim, dan sistem peroksidase - hipotiosinat saliva.51-57 Dengan kemungkinan pengecualian
dari sistem peroksida - hipotiosinat dan IgA, bahwa adanya pengalaman hubungan yang
konsensus antara karies dan aktivitas protein antimikroba pada saliva yang tidak bisa
didemonstrasikan.
RPS pada saliva parotid manusia menunjukkan polimorfisme13 genetik yang telah
menyebabkan sejumlah peneliti berusaha untuk menghubungkan antara fenotip genetik
mereka dengan keparahan karies. Dimana hasilnya bertentangan dalam hal
menemukanhubungan antara prevalensi karies (DMFS) dan fenotipe genetik saliva. Beberapa
penelitian telah menunjukkan hubungan tersebut,58-59 sementara yang lain tidak menunjukkan
hubungan tersebut.
Penelitian kuantitatif yang berkaitan dengan konsentrasi dari komponen protein saliva
yang dominan jarang dilakukan. Mandel dkk62 tidak menemukan perbedaan antara protein
saliva kelenjar parotid yang resistan karies dan karies yang aktif pada dewasa. Balekjian
dkk63 menemukan bahwa pada kelompok yang memiliki karies yang banyak ditemukan
penurunan yang signifikan dalam proporsi protein dasar dan peningkatan yang signifikan
7
dalam enzim amylase dibandingkan dengan kelompok yang resistan karies. Sebaliknya
Mandel dan Bennick tidak menemukan perbedaan antara konsentrasi dari asam PRPs yang
bebas karies dan karies yang rentan karies. Sementara penelitian kuantitatif dari komposisi
saliva dan aktivitas karies telah meyakinkan, adanya bukti bahwa protein yang mirip saliva
dari karies aktif dan individu tanpa karies mungkin memilki perbedaan level aktivitas
biologis.65-68 Laboratorium kami tidak menemukan perbedaan dalam laju aliran saliva kelenjar
parotid dan kapasitas buffer dalam karies yang aktif dibandingkan tanpa karies pada dewasa
muda, meskipun kelompok karies yang aktif memilki sedikit, tetapi sangat signifikan, serta
konsentrasi yang tinggi dari potassium dan klorida pada saliva kelenjar parotid.69 Saliva
mengatur plak PH dengan meminimalkan efek berupa menurunkan efek gula,47 sedangkan
peningkatan pada aliran saliva dengan mengunyah permen atau permen karet tanpa gula
menghasilkan peningkatan dalam plak PH.40-70
Banyak penelitian cross - seksional telah berusaha untuk menghubungkan laju aliran
saliva dan/atau komposisi dan karies. Namun, kekurangan dari setiap penelitian tersebut
adalah penggunaan indeks DMF sebagai ukuran aktivitas karies. Indeks DMF adalah indeks
waktu dari indeks kumulatif penyakit gigi dan pengobatan, dan mungkin memiliki sedikit
waktu pada aktivitas karies pada titik waktu tertentu. Demikian pula, penentuan satu kali
pada keseluruhan laju aliran saliva yang dirangsang tidak mengarahkan sebagai evaluasi
menyeluruh saliva. Lainnya, lebih sensitif, yang merupakan indikator aktivitas karies yang
perlu digunakan, kemungkinan penggabungan dalam demineralisasi/remineralisasi secara in
vivo dengan indikator lain dari aktifvitas karies bersama dengan karies berulang, serta
kumpulan saliva yang standar dan komprehensif.
Saliva dan Penuaan
Mulut kering (xerostomia) adalah awal keluhan klinis umum.71 Sejumlah penelitian
telah meneliti efek penuaan pada sekresi kelenjar ludah, tetapi efek ini masih belum jelas,
karena hasil yang bertentangan, terutama mengenai seluruh sekresi saliva dan saliva
submandibular/sublingual, yang telah dilaporkan. Sementara beberapa studi melaporkan
penurunan terkait usia secara keseluruhan dan keluaran kelenjar saliva,72-75 lainnya tidak
menunjukkan penurunan berhubungan dengan usia pada subjek yang sehat non - obat.76-78
Sreebny, mengkaji tinjauan dengan sangat baik dan komprehensif,1 menerbitkan literatur
dalam tabel ringkasan tentang fungsi saliva dan penuaan.
8
Karena banyak dari penelitian sebelumnya baik dalam populasi kecil, atau tidak
mengukur semua sekresi saliva, kami melakukan studi yang menyelidiki efek usia, obat -
obatan dan penyakit sistemik terkait usia tertentu (diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi) pada
laju aliran saliva dan komposisi dalam cohort cross - sectional berbasis masyarakat,27,79,80
dijelaskan sebagai berikut. Sebanyak 1.130 subjek, menyelesaikan studi, dengan usia rata -
rata 59,9 tahun (rentang : 35 – 81 tahun). 635 adalah perempuan, dan 495 adalah laki – laki.
Saliva dikumpulkan dari seluruh kelenjar saliva mayor, dan didefinisikan sebagai
berikut : distimulasi utuh (UW), tidak distimulasi (UP) dan merangsang (SP) saliva parotis,
distimulasi (AS) dan merangsang (SS) saliva submandibula/sublingual. Laju aliran ditentukan
dan analisis komposisi juga diselesaikan untuk variabel - variabel berikut : (1) elektrolit (Na ,
K, Ca, Cl), (2) protein total, dan (3) protein individu (histatin 1, 3, dan 5; musin, MG 1 dan
MG 2, albumin, lisozim, laktoferin, sekretorik Ig A, cystatin dan peroksidase). Rincian
metode yang dapat ditemukan di publikasi sebelumnya.79-81
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perubahan terkait usia dalam aspek - aspek
tertentu dari fungsi kelenjar saliva. Secara khusus, tingkat aliran saliva keseluruhan tidak
distimulasi, dirangsang saliva parotis, serta distimulasi dan merangsang
submandibular/sublingual saliva semua menurun dengan bertambahnya usia. Hasil ini
mengkonfirmasi kesepakatan bahwa, pada populasi umum, penurunan sekresi saliva dengan
bertambahnya usia. Tidak seperti banyak dari laporan sebelumnya pada fungsi saliva dan
penuaan, penelitian ini menggunakan populasi yang besar, berbasis masyarakat, dengan profil
demografi dan masalah kesehatan yang mewakili dari populasi pada umumnya.
Dengan pengecualian dari saliva UP, laju aliran untuk semua sekresi saliva diukur
menurun dengan usia. Tabel 1 menunjukkan penurunan berhubungan dengan usia untuk total
populasi dan sub populasi (subjek sehat, orang - orang dengan diabetes, hipertensi, atau
'lainnya', yaitu, mereka yang memakai obat lain diasumsikan mempengaruhi output saliva).
Ada penurunan output saliva untuk semua sekresi utama, meskipun aliran SP tampaknya
paling tidak terpengaruh secara statistik, jika tidak secara numerik. Dengan pengecualian dari
laju aliran saliva SP, penurunan ini jelas untuk semua kelompok kategori penyakit, yang
menyiratkan bahwa ada efek utama penuaan pada output saliva, tergantung penyakit dan/atau
terapi farmakologis. Efek ini diilustrasikan untuk saliva AS, yang menunjukkan penurunan
terkait usia yang paling signifikan dalam laju aliran, (Gambar 1). Ada juga perbedaan jenis
kelamin dalam laju aliran seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Wanita memiliki tingkat
lebih rendah daripada laki - laki untuk aliran UW (p < 0,0001; Gambar 2A) dan saliva AS (p
9
< 0,05; Gambar 2B). Gambar 2A menunjukkan bahwa yang sehat, wanita non - obat, ada
penurunan nyata dalam laju aliran UW antara kategori usia 45 - 54 dan 55 – 64 tahun. Karena
kelompok non-obat ini termasuk perempuan yang menggunakan terapi pengganti hormon
(HRT), adalah mungkin bahwa ini adalah indikasi dari perubahan laju aliran yang bersamaan
dengan menopause, menunjuk ke efek hormonal pada laju aliran saliva. Gambar 2B
menunjukkan bahwa untuk saliva AS, perbedaan seks cenderung diabaikan dalam kelompok
usia yang lebih tua.
Tabel 2 menunjukkan perubahan yang berkaitan dengan usia (direpresentasikan sebagai
kenaikan (↑) atau penurunan (↓), diikuti oleh nilai 'p') protein total dan konsentrasi elektrolit
dan output sebagaimana ditentukan oleh analisis regresi linier pada seluruh populasi. Jelaslah
bahwa beberapa efek konsentrasi adalah laju aliran - dependent (misalnya output protein SP),
tetapi tidak sebagian besar parameter.
Tabel 1. Penurunan hubungan usia dengan jumlah populasi dan masing – masing sub –
populasi, ditunjukkan oleh ‘p’ nilai analisis regresi linier, dengan nilai R2 dalam tanda
kurung.
N UW SP US SS
Total 1130 P <0,0001 (0,021) P <0,01
(0,009)
P <0,0001
(0,048)
P <0,0001
(0,069)
Perubahana - 29% - 41% - 40% - 40%
Diabetes 233 Ns Ns P <0,05
(0,021)
P <0,001
(0,053)
Hipertensi 227 Ns Ns P <0,001
(0,051)
P <0,01
(0,034)
Sehat 240 P <0,05 (0,028) Ns P <0,01
(0,04)
P <0,0001
(0,106)
Lainnya 430 P <0,05 (0,013) P <0,001
(0,029)
P <0,01
(0,021)
P <0,001
(0,033)a Persentase perubahan nilai rata-rata untuk kelompok usia termuda vs tertua
10
Grafik 1. Laju aliran rata - rata saliva US (ml/menit/kelenjar) pada kelompok umur
dengan beberapa kategori (sehat, hipertensi, diabetes). Bar error menunjukkan standar error
dari rata - rata.
Perubahan usia terhadap konsentrasi antimikroba spesifik dan protein lainnya pada
saliva SP dan SS seperti yang ditentukan dengan analisis regresi linear pada seluruh populasi
ditunjukkan pada tabel 3. Penurunan konsentrasi kedua histatin, dan musin dengan usia
mungkin memiliki maksud penting yang berhubungan dengan kenyamanan mulut (musin)
dan ketahanan terhadap infeksi Candida (histatin). Hal ini tampaknya menurun secara
spesifik, dimana konsentrasi protein dapat meningkat dengan umur (SP, US) atau tetap stabil.
Salah satu kondisi yang sering dikaitkan dengan perubahan dalam aliran dan komposisi
saliva adalah diabetes melitus. Penurunan laju aliran saliva pada subjek diabetes dicatat
dalam beberapa laporan,82,83 namun kondisi lain tidak.84,85 Pada penelitian ini, subjek diabetes
mengalami penurunan pengeluaran saliva yang signifikan baik pada saliva
submandibular/sublingual yang terstimulasi maupun yang tidak terstimulasi, meskipun tidak
pada saliva parotis yang terstimulasi atau saliva keseluruhan yang tidak terstimulasi.80
Analisis komponen protein saliva menunjukkan peningkatan konsentrasi yang signifikan
pada sejumlah protein pada subjek diabetes, termasuk laktoferin SP (Grafik 3A),
mieloperoksidase dan proksidase saliva, serta protein total SS, albumin, laktoferin (Grafik
11
3B) dan sekresi IgA. Hal yang paling terlihat adalah konsentrasi mieloperoksidase rata-rata
pada saliva SP menunjukkan peningkatan hampir empat kali lipat pada subjek diabetes, dan
konsentrasi laktoferin SP lebih tinggi 70%. Konsentrasi lisozim lebih tinggi 26%, konsentrasi
sIgA lebih tinggi 30%, dan konsentrasi peroksidase saliva meningkat 128% pada subjek
diabetes dibandingkan dengan subjek sehat.
Grafik 2. A. Laju aliran UW (ml/menit) menurut kategori umur dan jenis kelamin. Bar
menunjukkan seluruh populasi; Grafik garis menunjukkan subjek sehat (sub - populasi tanpa
medikasi). B. Laju aliran US pada seluruh populasi. Grafik 2A didapatkan dari Yeh dkk,79
dengan permisi dari Editrice Kurtis SRL.
Tabel 2. Hubungan pengaruh umur (ditampilkan meningkat (↑) atau menurun (↓),
diikuti dengan nilai ‘p’) terhadap total protein dan konsentrasi elektrolit dan pengeluaran
saliva seperti yang ditetukan dari analisis regresi linear pada seluruh populasi.
N (SP/US/SS) Saliva SP Saliva US Saliva SS
A. Konsentrasi
Protein total (mg/ml) 808/1111/1092 ↑, p<0.0001 ↑, p<0.001 Tidak
berubah
Na (mEq/L) 672/714/861 ↓, p<0.0001 ↓, p<0.01 ↓, p<0.0001
K (mEq/L) 672/714/861 ↑, p<0.0001 ↑, p<0.0001 ↑, p<0.0001
Cl (mEq/L) 808/837/1092 ↓, p<0.01 ↑, p<0.0001 ↓, p<0.0001
Ca (mEq/L) 672/714/861 ↑, p<0.0001 ↑, p<0.0001 ↑, p<0.0001
B. Pengeluaran
12
Protein total (mg/menit) Tidak berubah ↓, p<0.05 ↓, p<0.0001
Na (mEq/menit) ↓, p<0.01 ↓, p<0.0001 ↓, p<0.0001
K (mEq/menit) Tidak berubah Tidak berubah ↓, p<0.0001
Cl (mEq/menit) ↓, p<0.01 ↓, p<0.05 ↓, p<0.0001
Ca (mEq/menit) Tidak berubah ↓, p<0.01 ↓, p<0.0001
Efek penyakit ini berbeda pada banyak kasus dengan kategori umur. Sebagai
contohnya, pada kelompok umur yang lebih muda, laju aliran pada subjek dengan diabetes
atau hipertensi cenderung lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol tanpa medikasi pada
umur yang sama; di kelompok umur yang lebih tua, efek ini tidak muncul. Sebaliknya,
konsentrasi laktoferin cenderung meningkat pada diabetes (dan pada hipertensi meningkat
lebih rendah dari diabetes); namun efek saliva SS ini tidak terlihat pada kelompok umur lebih
tua (Grafik 3B), meskipun tidak pada SP (Grafik 3A). Perubahan pada lisozim, IgA, dan
albumin hanya terlihat pada saliva SS, yang paling mungkin disebabkan oleh peningkatan
konsentrasi protein pada kelompok diabetes.
Arti dari data ini adalah penyakit ini, atau tatalaksananya, mungkin memiliki efek
merugikan relatif lebih besar pada individu usia muda dibandingkan usia tua. Peningkatan
konsentrasi laktoferin pada diabetes mungkin menunjukkan adanya induksi spesifik sekresi
laktoferin oleh sel asinar dan/atau sel duktal, atau adanya infiltrat limfositik glandular yang
berhubungan dengan sialadenitis kronis.86 Meskipun secara signifikan tidak ada hubungan
antara konsentrasi laktoferin SP dan SS dengan laju aliran, perubahan laktoferin pada
diabetes tidak berhubungan dengan laju aliran saliva, setidaknya pada SP, pengeluaran
laktoferin secara signifikan lebih tinggi pada diabetes dibandingkan kelompok kontrol tanpa
medikasi. Penelitian lebih lanjut tentang efek spesifik diabetes pada komponen protein saliva
diperlukan berdasarkan data ini karena adanya pemikiran yang kuat bahwa fungsi saliva dan
kesehatan mulut menurun pada diabetes.
Efek Obat pada Fungsi Saliva
Dapat dikatakan bahwa efek samping yang paling umum dari banyak obat adalah mulut
kering.87,88 Meskipun efek ini telah diketahui, namun terdapat beberapa penelitian
mengejutkan yang mencari pengukuran objektif aliran saliva dengan mengkonsumsi
medikasi. Terdapat bukti yang pasti bahwa, seiring dengan meningkatnya jumlah medikasi
yang dikonsumsi oleh seseorang, terdapat penurunan yang sesuai pada pengeluaran saliva.
13
Tabel 3. Hubungan usia pada konsentrasi antimikroba spesifik dan protein lainnya
seperti yang ditentukan dari analisis regresi linear pada seluruh populasi
Protein N (SP/SS) Saliva SP Saliva SS
Laktoferin 672/953 ↑, p<0.01 ↑, p<0.0001
Lisozim 672/953 Tidak berubah ↓, p<0.0001
SIgA 675/954 ↑, p<0.05 Tidak berubah
Albumin 674/954 ↑, p<0.05 Tidak berubah
Sistatin 958 nd Tidak berubah
MG1 833 nd ↓, p<0.0001
MG2 833 nd ↓, p<0.0001
HRP1 80/80 Tidak berubah ↓, p<0.01
HRP3 80/80 ↓, p<0.05 ↓, p<0.01
HRP5 80/80 ↓, p<0.01 ↓, p<0.01
nd = tidak ditentukan.
Grafik 3. A. Konsentrasi laktoferin SP (µg/ml); B. Konsentrasi laktoferin SS (µg/ml).
Efek Radiasi pada Fungsi Saliva
Kelompok pasien lainnya dengan aktivitas karies tinggi mungkin berhubungan dengan
penurunan aliran saliva termasuk pasien yang menerima terapi radiasi untuk kanker pada
kepala dan leher. Walaupun tingkat pergantian selnya rendah, sel-sel asinar saliva sangat
peka terhadap radiasi, dan xerostomia merupakan sequel awal dan persisten pada iradiasi
kepala dan leher.89 Kelenjar parotis dan submandibular/sublingual rentan terhadap radiasi
14
yang dapat menyebabkan kerusakan.90 Kerusakan tergantung pada dosis dan besar paparan
radiasi, namun dosis khusus diperlukan untuk mengobati sebagian besar karsinoma sel
skuamous pada rongga mulut, oro- dan nasofaring, tonsil dan lidah pada kisaran 50 - 70 Gy
dengan dosis terbagi dalam waktu beberapa minggu. Telah disarankan untuk
mempertahankan fungsi parotis, dosis radiasi untuk parotis harus 26 Gy atau dibawahnya.91
Hal ini sudah melebihi ambang batas untuk merusak jaringan kelenjar saliva. Telah dikatakan
bahwa efek radiasi yang awalnya muncul pada pengeluaran saliva mungkin disebabkan
karena kerusakan membran yang mempengaruhi transduksi sinyal pada level reseptor/protein
G, dan kerusakan lebih lanjut terjadi pada elemen hilir dari kaskade.92
KESIMPULAN
Saliva jelas mempunyai efek yang besar terhadap rongga mulut, tapi seperti yang
dikatakan Sreebny1, beberapa praktisi gigi enggan untuk bertanya pertanyaan - pertanyaan
penting atau melakukan observasi penting dan/atau pengukuran untuk menentukan apakah
ada tingkat hipofungsi kelenjar saliva pada pasien mereka. Sayangnya, setidaknya sebagian
masalahnya adalah hal itu, untuk sebagian besar, tidak adanya cara memperbaiki aliran saliva
yang rusak. Kami hanya dapat berharap penelitian biologi molekuler di masa depan dapat
memungkinkan pasien xerostomia mendapatkan fungsi kelenjarnya. Sampai saat itu, dokter
gigi harus lebih menyadari bagaimana fungsi saliva pada pasien mereka dan melakukan lebih
banyak praktek pencegahan yang disiplin untuk mencegah efek negatif penurunan aliran
saliva.
UCAPAN TERIMA KASIH
Karya ini didukung oleh NIH DE 10756. Kami berterima kasih kepada banyak teknisi
terampil yang membantu dalam sampling dan analisis data.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Sreebny LM. Saliva in Health and Disease : an Appraisal and Update. International
Dental Journal 2000; 50 : 140 – 61.
2. Gibbons RJ, Hay DI. Human Salivary Acidic Proline – Rich Proteins and Statherin
Promote the Attachment of Actinomyces Viscosus LY 7 to Apatitic Surface. Infection
and Immunity 1988; 56 : 439 – 45.
3. Lamkin MS, Oppenheim FG. Structural Features of Salivary Function. Critical
Reviews in Oral Biology and Medicine 1993; 4 : 251 – 9.
4. Martinez JR. Cellular Mechanisms Underlying the Production of Primary Secretory
Fluid in Salivary Glands. Critical Reviews in Oral Biology and Medicine 1990; 1 : 67 –
78.
5. Baum BJ, Ambudkar IS, Horn VJ. Neurotransmitter Control of Calcium Mobilization.
In : Dobrosielski – Vergona K, editor. Biology of Salivary Glands. Boca Raton : CRC
Press; 1993. P. 153 – 79.
6. Turner RJ. Ion Transport Related to Fluid Secretion in Salivary Glands. In:
Dobrosielski-Vergona K, editor. Biology of the salivary glands. Boca Raton: CRC
Press; 1993. p. 105–27.
7. Ambudkar IS. Regulation of Calcium in Salivary Secretion. Critical Reviews in Oral
Biology and Medicine 2000 ;11 : 4 – 25.
8. Mandel ID. The Role of Saliva in Maintaining Oral Homeostasis. Journal of the
American Dental Association 1989 ; 119 : 298–304.
9. Dawes C. The effects of flow rate and duration of stimulation on the concentrations of
protein and the main electrolytes in human parotid saliva. Archives of Oral Biology
1969 ;14 : 277 – 94.
10. Shannon IL, Suddick RP, Dowd J, F J. In: Myers HM, editor. Saliva: composition and
secretion. Monographs in oral science, vol. 2. Basel: Karger; 1974.
11. Pollock JJ, Goodman Bicker G, Katona L, Cho MI, Lacono VJ. Lysozyme
Bacteriolysis. In: Kleinberg I, Ellison SA, Mandel ID, editors. Saliva and dental caries.
Washington, DC: Information Retrieval; 1979. p. 429–47.
12. Kauffman DL, Keller PJ. The basic proline-rich proteins in human parotid saliva from
a single subject. Archives of Oral Biology 1979;24:249–56.
16
13. Azen EA. Genetics of salivary protein polymorphisms. Critical Reviews in Oral
Biology and Medicine 1993;4: 479–85.
14. Schupbach P, Oppenheim FG, Lendenmann U, Lamkin MS, Yao Y, Guggenheim B.
Electron-microscopic demonstration of proline-rich proteins, statherin, and histatins in
acquired enamel pellicles in vitro. European Journal of Oral Sciences 2001;109:60–8.
15. Gibbons RJ, Hay DI, Cisar JO, Clark WB. Adsorbed salivary proline-rich protein 1 and
statherin: receptors for type 1 fimbriae of Actinomyces viscosus T14V-J1 on apatitic
surfaces. Infection and Immunity 1988;56:2990–3.
16. Gibbons RJ, Hay DI. Adsorbed salivary proline-rich proteins contribute to the
adhesion of Streptococcus mutans JBP to apatitic surfaces. Journal of Dental Research
1989;9: 1303–7.
17. Ann DK, Lin HH. Regulation of salivary-gland-specific gene expression. Critical
Reviews in Oral Biology and Medicine 1997;8:244–52.
18. Hay DI, Smith DJ, Schluckebier SK, Moreno EC. Relationship between concentration
of human salivary statherin and inhibition of calcium phosphate precipitation in
stimulated human parotid saliva. Journal of Dental Research 1984;63: 857–63.
19. Johansson I, Bratt P, Hay DI, Schluckebier S, Stromberg N. Adhesion of Candida
albicans, but not Candida krusei, to salivary statherin and mimicking host molecules.
Oral Microbiology and Immunology 2000;15:112–8.
20. Oppenheim FG, Xu T, McMillian FM, Levitz SM, Diamond RD, Offner GD, Troxler
RF. Histatins, a novel family of histidinerich proteins in human parotid secretion.
Isolation, characterization, primary structure, and fungistatic effects on Candida
albicans. The Journal of Biological Chemistry 1988; 263:7472–7.
21. Tsai H, Bobek LA. Human salivary histatins: promising antifungal therapeutic agents.
Critical Reviews in Oral Biology and Medicine 1988;9:480–97.
22. O’Connell BC, Xu T, Walsh TJ, Sein T, Mastrangeli A, Crystal RG, Oppenheim FG,
Baum BJ. Transfer of a gene encoding the anticandidal protein histatin 3 to salivary
glands. Human Gene Therapy 1996;7:2255–61.
23. Nieuw Amerongen AV, Oderkerk CH, Driessen AA. Role of mucins from human whole
saliva in the protection of tooth enamel against demineralization in vitro. Caries
Research 1987;21:297–309.
24. Slomiany BL, Murty VL, Piotrowski J, Slomiany A. Salivary mucins in oral mucosal
defense. General Pharmacology 1996;27:761–71.
17
25. Baughan LW, Robertello FJ, Sarrett DC, Denny PA, Denny PC. Salivary mucin as
related to oral Streptococcus mutans in elderly people. Oral Microbiology and
Immunology 2000;15: 10–14.
26. Rayment SA, Liu B, Offner GD, Oppenheim FG, Troxler RF. Salivary mucin: a factor
in the lower prevalence of gastroesophageal reflux disease in African-Americans? The
American Journal of Gastroenterology 2000;95:3064–70.
27. Yeh C-K, Dodds MWJ, Zuo P, Johnson DA. A population-based study of salivary
lysozyme concentrations and candidal counts. Archives of Oral Biology 1997;42:25–
31.
28. Bercier JG, Al-Hashimi I, Haghighat N, Rees TD, Oppenheim FG. Salivary histatins in
patients with recurrent oral candidiasis. Journal of Oral Pathology and Medicine
1999;28:26–9.
29. Rudney JD. Does variability in salivary protein concentrations influence oral microbial
ecology and oral health? Critical Reviews in Oral Biology and Medicine 1995;6: 343–
67.
30. Hall HD, Schneyer CA. Salivary gland atrophy in rat induced by liquid diet.
Proceedings of the Society of Experimental Biology and Medicine 1964;117:789–93.
31. Johnson DA. Changes in rat parotid salivary proteins associated with liquid diet-
induced gland atrophy and isoproterenol-induced gland enlargement. Archives of Oral
Biology 1984;29:215–21.
32. Johnson DA, Sreebny LM. Effect of ‘increased mastication’ on the secretory process of
the rat parotid gland. Archives of Oral Biology 1973;18:1555–7.
33. Hall HD, Merig JJJ, Schneyer CA. Metrecal-induced changes in human saliva.
Proceedings of the Society for Experimental Biology and Medicine 1967;124:532–6.
34. Johansson I, Ericson T. Effects of a 900-kcal liquid or solid diet on saliva flow rate and
composition in female subjects. Caries Research 1989;23:184–9.
35. de Mun˜iz BR, Maresca BM, Tumilasci OR, Perec CJ. Effects of an experimental diet
on parotid saliva and dental plaque pH in institutionalized children. Archives of Oral
Biology 1983; 28:575–81.
36. Yeh C-K, Johnson DA, Dodds MWJ, Sakai S, Rugh JD, Hatch JP. Association of
salivary flow rates with maximal bite force. Journal of Dental Research 2000;79:1560–
5.
18
37. Jenkins GN, Edgar WM. The effect of daily gum-chewing on salivary flow rates in man.
Journal of Dental Research 1989; 68:786–90.
38. Dodds MJ, Hsieh SC, Johnson DA. The effect of increased mastication by daily gum-
chewing on salivary gland output and dental plaque acidogenicity. Journal of Dental
Research 1991;70:1474–8.
39. Dodds MWJ, Johnson DA. Influence of mastication on saliva, plaque pH and masseter
muscle activity in man. Archives of Oral Biology 1993;38:623–6.
40. Edgar WM. Sugar substitutes, chewing gum and dental caries—a review. British
Dental Journal 1998;184:29–32.
41. Dawes C. A mathematical model of salivary clearance of sugar from the oral cavity.
Caries Research 1983;17:321–34.
42. Lagerlo¨f F, Dawes R, Dawes C. Salivary clearance of sugar and its effects on pH
changes by Streptococcus mitior in an artificial mouth. Journal of Dental Research
1984;63: 1266–70.
43. Lagerlo¨f F, Dawes C. The effect of swallowing frequency on oral sugar clearance and
pH changes by Streptococcus mitior in vivo after sucrose ingestion. Journal of Dental
Research 1985;64:1229–32.
44. Sreebny LM. Recognition and treatment of salivary induced conditions. International
Journal of Dental Research 1989; 39:197–294.
45. Dawes C. Physiological factors affecting salivary flow rate, oral sugar clearance, and
the sensation of dry mouth in man. Journal of Dental Research 1987;66:648–53.
46. Ericsson Y, Hellstrom I, Jared B, Stjernstrom L. Investigations into the relationship
between saliva and dental caries. Acta Odontologica Scandinavica 1954;11:179.
47. Englander HR, Shklair IL, Fosdick LS. The effects of saliva on the pH and lactate
concentration of plaque. I. Cariesrampant individuals. Journal of Dental Research
1959;38: 848–53.
48. Ericsson Y. Clinical investigation of the salivary buffering action. Acta Odontologica
Scandinavica 1959;17:131–65.
49. Edgar WM. The role of saliva in the control of pH changes in human dental plaque .
Caries Research 1976;10:241–54.
50. Valentine AD, Anderson RJ, Bradnock G. Salivary pH and dental caries. British
Dental Journal 1978;144:105–7.
19
51. Stuchell RN, Mandel ID. A comparative study of salivary lysozyme in caries-resistant
and caries-susceptible adults. Journal of Dental Research 1983;62:552–4.
52. Lamberts BL, Pruitt KM, Pederson ED, Golding MP. Comparison of salivary
peroxidase system components in caries-free and caries-active naval recruits. Caries
Research 1984;18: 488–94.
53. MacKay BJ, Goodman H, Cox D, Grossbard BL, Iacono VJ, Pollock JJ. Development
of an enzyme-linked immunosorbent assay for determination of lysozyme in human
parotid and submandibular–sublingual salivas. Journal of Clinical Microbiology
1984;19:844–8.
54. Tenovuo J, Grahn E, Lehtonen O-P, Hyppe T, Karhuvaara L, Vilja P. Antimicrobial
factors in saliva: ontogeny and relation to oral health. Journal of Dental Research
1987;66:475–9.
55. Grahn E, Tenovuo J, Lehtonen O-P, Eerola E, Vilja P. Antimicrobial systems of human
whole saliva in relation to dental caries, cariogenic bacteria, and gingival
inflammation in young adults. Acta odontologica Scandinavica 1988;46: 67–74.
56. Tenovuo J, Jentsch H, Soukka T, Karhuvaara L. Antimicrobial factors of saliva in
relation to dental caries and salivary levels of mutans streptococci. Journal de Biologie
Buccale 1992;20:85–90.
57. Rose PT, Gregory RL, Gfell LE, Hughes CV. IgA antibodies to Streptococcus mutans
in caries-resistant and – susceptible children. Pediatric Dentistry 1994;16:272–5.
58. Friedman RD, Azen EA, Yu PL, Green PA, Karn RC, Merritt AD. Heritable salivary
proteins and dental disease. Human Heredity 1980;30:372–5.
59. Yu PL, Bixler D, Goodman PA, Azen EA, Karn RC. Human parotid proline-rich
proteins: correlation of genetic polymorphisms to dental caries. Genetic Epidemiology
1986;3:147–52.
60. Anderson LC, Mandel ID. Salivary protein polymorphisms in caries-resistant adults.
Journal of Dental Research 1982;61: 1167–8.
61. Anderson LC, Lamberts BL, Bruton WF. Salivary protein polymorphisms in caries-free
and caries-active adults. Journal of Dental Research 1982;61:393–6.
62. Mandel ID, Zorn M, Ruiz R, Thompson Jr RH, Ellison SA. The proteins and protein-
bound carbohydrates of parotid saliva in caries-immune and caries-active adults.
Archives of Oral Biology 1965;10:471–5.
20
63. Balekjian AY, Meyer TS, Montague ME, Longton RW. Electrophoretic patterns of
parotid fluid from caries-resistant and caries-susceptible individuals. Journal of Dental
Research 1976;54:850–6.
64. Mandel ID, Bennick A. Quantitation of human salivary acidic proline-rich proteins in
oral diseases. Journal of Dental Research 1983;62:943–5.
65. Cowman RA, Schaefer SJ, Fitzgerald RJ, Rosner D, Shklair IL, Walter RG. Differential
utilization of proteins in saliva from caries-active and caries-free subjects as growth
substrates by plaque-forming streptococci. Journal of Dental Research 1979;58:2019–
27.
66. Cowman RA, Baron SS, Fitzgerald RJ, Danziger JL, Quintana JA. Growth inhibition of
oral streptococci in saliva by anionic proteins from two caries-free individuals.
Infection and Immunity 1982;37:513–8.
67. Rosan B, Appelbaum B, Golub E, Malamud D, Mandel ID. Enhanced saliva-mediated
bacterial aggregation and decreased bacterial adhesion in caries-resistant versus
caries-susceptible individuals. Infection and Immunity 1982;38:1056–9.
68. Cowman RA, Baron SS, Fitzgerald RJ, Stuchell RE, Mandel ID. Comparative growth
responses of oral streptococci on mixed saliva or the separate submandibular and
parotid secretions from caries-active and caries-free individuals. Journal of Dental
Research 1983;62:946–51.
69. Dodds MWJ, Johnson DA, Mobley CC, Hattaway KM. Parotid saliva protein profiles
in caries-free and caries-active adults. Oral Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology,
Oral Radiology, and Endodontics 1997;83:244–51.
70. Edgar WM, Higham SM, Manning RH. Saliva stimulation and caries prevention.
Advances in Dental Research 1994;8: 239–45.
71. Osterberg T, Landahl S, Hedegard B. Salivary flow, saliva pH and buffering capacity in
70 year old men and women. Correlation to dental health, dryness in the mouth, disease
and drug treatment. Journal of Oral Rehabilitation 1984;11: 157–70.
72. Pedersen W, Schubert M, Izutsu K, Mersai T, Truelove E. Age dependent decreases in
human submandibular gland flow rates as measured under resting and post-stimulation
conditions. Journal of Dental Research 1985;64:822–5.
73. Navazesh M, Mulligan RA, Kipnis V, Denny PA, Denny PC. Comparison of whole
saliva flow rates and mucin concentrations in healthy Caucasian young and aged adults.
Journal of Dental Research 1992;71:1275–8.
21
74. Cowman RA, Frisch M, Lasseter CJ, Scarpace PJ. Effects of beta-adrenergic
antagonists on salivary secretory function in individuals of different ages. Journal of
Gerontology 1994; 49:B208–B14.
75. Percival RS, Challacombe SJ, Marsh PD. Flow rates of resting whole and stimulated
parotid saliva in relation to age and gender. Journal of Dental Research 1994;73:1416–
20.
76. Heintze U, Birkhed D, Bjorn H. Secretion rate and buffer effect of resting and
stimulated whole saliva as a function of age and sex. Swedish Dental Journal
1983;7:227–38.
77. Ben-Aryeh H, Shalev A, Szargel R, Laor A, Laufer D, Gutman D. The salivary flow
rate and composition of whole and parotid resting and stimulated saliva in young and
old healthy subjects. Biochemical Medicine and Metabolic Biology 1986;36:260–5.
78. Tylenda CA, Ship JA, Fox PC, Baum BJ. Evaluation of submandibular salivary flow
rate in different age groups. Journal of Dental Research 1988;67:1225–8.
79. Yeh C-K, Johnson DA, Dodds MWJ. Impact of aging on human salivary gland
function: a community-based study. Aging: Clinical and Experimental Research
1998;10:421–8.
80. Dodds MWJ, Yeh C-K, Johnson DA. Salivary alterations in type 2 (non-insulin-
dependent) diabetes mellitus and hypertension. Community Dentistry and Oral
Epidemiology 2000; 28:373–81.
81. Johnson DA, Yeh C-K, Dodds MWJ. Effect of donor age on the concentrations of
histatins in human parotid and submandibular/sublingual saliva. Archives of Oral
Biology 2000;45:421–8.
82. Harrison R, Bowen WH. Flow rate and organic constituents of whole saliva in insulin-
dependent diabetic children and adolescents. Pediatric Dentistry 1987;9:287–90.
83. Thorstensson H, Falk H, Hugoson A, Olsson J. Some salivary factors in insulin-
dependent diabetics. Acta Odontologica Scandinavica 1989;47:175–83.
84. Sharon A, Ben-Aryeh H, Itzhak B, Yoram K, Szargel R, Gutman D. Salivary
composition in diabetic patients. Journal of Oral Medicine 1985;40:23–6.
85. Tenovuo J, Alanen P, Larjava H, Viikari J, Lehtonen O-P. Oral health of patients with
insulin-dependent diabetes. Scandanavian Journal of Dental Research 1986;94:338–46.
22
86. Tabak L, Mandel ID, Herrera M, Baurmash H. Changes in lactoferrin and other
proteins in a case of chronic recurrent parotitis. Journal of Oral Pathology 1978;7:91–
9.
87. Sreebny LM, Schwartz SS. A reference guide to drugs and dry mouth—2nd edition.
Gerodontology 1997;14:33–47.
88. Wynn RL, Meiller TF. Drugs and dry mouth. General Dentistry 2001;49:10–14.
89. Dreizen S, Brown LR, Daly TE, Drane JB. Prevention of xerostomia-related dental
caries in irradiated cancer patients. Journal of Dental Research 1977;56:99–104.
90. Valdez IH, Atkinson JC, Ship JA, Fox PC. Major salivary gland function in patients
with radiation-induced xerostomia: flow rates and sialochemistry. International Journal
of Radiation Oncology, Biology, Physics 1993;25:41–7.
91. Eisbruch A, ten Haken RK, Kim HM, Marsh LH, Ship JA. Dose, volume, and function
relationships in parotid salivary glands following conformal and intensity-modulated
irradiation of head and neck cancer. International Journal of Radiation Oncology,
Biology, Physics 1999;45: 577–87.
92. Coppes RP, Roffel AF, Zeilstra LJ, Vissink A, Konings AW. Early radiation effects on
muscarinic receptor-induced secretory responsiveness of the parotid gland in the freely
moving rat. Radiation Research 2000;153:339–46.