jantung koroner dengan serat

66
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH I GAMBARAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI, LEMAK DAN NATRIUM TERHADAP PROFIL LIPID PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUANG RAWAT INAP RSUD WALUYOJATI KRAKSAAN Oleh : Hermansyah NIM : 1003000064 Telah Diperiksa dan Disetujui untuk Diujikan Malang Januari 2013 Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

description

fungsi serat untuk jantung koroner

Transcript of jantung koroner dengan serat

Page 1: jantung koroner dengan serat

LEMBAR PERSETUJUANPROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH I

GAMBARAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI, LEMAK DAN NATRIUM TERHADAP PROFIL LIPID PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER

DI RUANG RAWAT INAP RSUD WALUYOJATI KRAKSAAN

Oleh :

Hermansyah

NIM : 1003000064

Telah Diperiksa dan Disetujui untuk Diujikan

Malang Januari 2013

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Endang Widajati, SST., M. Kes Dwie Soelistyorini, SST.,M. Kes

NIP : 19670210 199103 2 001 NIP : 19690214 199303 2 001

Page 2: jantung koroner dengan serat

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

kesempatan dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah dengan judul “Gambaran Tingkat Konsumsi Lemak dan Serat Terhadap

Profil Lipid Pasien Penderita Penyakit jantung Di RSUD Waluyojati Kraksaan”

sehubungan dengan selesainya karya tulis ini, penulis ingin menyampaikan terima

kasih sebesar-besarnya kepada :

1. B. Doddy Riyadi. SKM.,MM selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Malang

2. I Dewa Nyoman Supariasa, MPS selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik

Kesehatan Kemenkes Malang

3. I Nengah Tanu Komalyna, DCN. SE., selaku Ketua Program Study DIII

Jurusan Gizi Politeknik KesehatanKemenkes Malang

4. Direktur RSUD Waluyojati yang telah memberikan izin penelitian

5. Sutomo Rum Teguh K, SKM, M. Kes. selaku ketua penguji Karya Tulis

Ilmiah

6. Endang Widjayati, SST, M.Kes selaku pembimbing 1 Karya Tulis Ilmiah

7. Dwie Soelistiyorini, SST, M.Kes selaku pembimbng II Karya Tulis Ilmiah

8. Direktur Rumah Sakit Umum Waluyojati Kraksaan probolinggo

9. Kepala ruang rekam medik Rumah Sakit Umum Waluyojati Kraksaan

10. Kepala Instalasi Gizi RSUD Waluyojati Kraksaan yang telah memberikan

arahan selama proses penelitian

11. Pasien yaitu penderita penyakit jantung yang telah berkontribusi dalam

pelaksanaan penelitian

12. Kedua orang tua, teman-teman dan berbagai pihak yang selalu

memberikan dukungan, semangat, dan do’a.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan,

oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun

demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Malang, 8 Februari 2013

Hermansyah

Page 3: jantung koroner dengan serat

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................3

C. Tujuan Penelitian..........................................................................................3

D. Manfaat Penelitian........................................................................................4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5

A. Penyakit Jantung...........................................................................................5

1. Definisi......................................................................................................5

2. Patofisiologi...............................................................................................6

3 Etiologi.......................................................................................................6

4 Gejala Klinik...............................................................................................8

5 Faktor Resiko penyebab Jantung menurut Price (2006)...........................10

B. Tingkat konsumsi Lemak dan kolesterol....................................................11

C Tingkat Konsumsi Serat..............................................................................13

D. Profil Lipid................................................................................................19

E. Terapi diet penyakit jantung........................................................................21

1. Menurut Persagi, 1996..............................................................................21

2. Menurut Almatsier, 2004 sebagai berikut :.............................................22

F. Intervensi dan pendidikan pasien.................................................................23

BAB III. KERANGKA KONSEP.........................................................................27

A. Kerangka Konsep........................................................................................27

Page 4: jantung koroner dengan serat

BAB IV. METODE PENELITIAN.......................................................................29

A. Desain Penelitian.........................................................................................29

B. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................29

C. Instrumen Pengumpulan Data.....................................................................29

D. Definisi Operasional Variabel.....................................................................30

E. Metode Sampling...........................................................................................31

F. Metode Pengumpulan Data.........................................................................31

G. Metode Pengolahan dan Analisi Data.........................................................33

H. Etika Penelitian...........................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36

Lampiran-lampiran.................................................................................................38

Lampiran 1. Diet Jantung Rumah Sakit Waluyojati Kraksaan......................38

Lampiran 2. Surat Pernyataan.........................................................................40

Page 5: jantung koroner dengan serat

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit jantung merupakan penyakit

nomor satu di dunia dalam artian penyakit yang paling banyak ditemukan

diseluruh dunia (J.B. Suharjo, 2008). Badan Kesehatan Dunia (WHO)

mengumumkan bahwa penyakit jantung, infeksi dan kanker masih tetap

mendominasi peringkat teratas penyebab utama kematian di dunia, serangan

jantung dan problem seputarnya masih menjadi pembunuh nomor satu dengan

raihan 29 persen kematian global setiap tahun. Peringkat kedua diduduki penyakit

infeksi dengan 16,2 persen kematian, disusul kanker yang diklaim menyebabkan

12,6 persen kematian di dunia. Adapun menurut Soediawan 2009, Indonesia

merupakan salah satu negara yang menduduki sebagai penyebab kematian yang

banyak (17,5 juta) ditahun 2005. Pendapat ini setara dengan Lenterabiru 2002,

angka kematian akibat Penyakit jantung yang diperkirakan meningkat 11 juta

pada tahun 2020.

Penyakit jantung ini disebabkan penyumbatan pembuluh darah atau disebut

aterosklerosis yang faktor utamanya disebabkan gizi yang tidak benar atau salah

dalam asuhan gizi khususnya kandungan lemak dan kolesterol dalam darah.

Peningkatan kolesterol dalam darah adalah faktor yang paling mendominasi

terjadinya penyakit jantung (aterosklerosis) sedang pengaruh karena trigliserida

masih belum pasti ( Winarno, 2002) dalam (Huda Paramita, 2007). Winarno 2002,

faktor yang paling mendominasi terjadinya penyakit jantung adalah kadar

kolesterol darah sedang pengaruh karena trigliserida masih belum pasti.

Hiperkolesterolemia adalah kadar kolesterol tinggi di dalam darah.

Tingginya kadar kolesterol darah merupakan problem yang serius karena

merupakan salah satu faktor resiko utama terjadinya penyakit jantung. Telah

dibuktikan bahwa dengan turunnya kadar kolesterol darah dapat mengurangi

risiko penyakit jantung. Faktor risiko lainnya yaitu merokok, riwayat penyakit

jantung dalam keluarga pada umur kurang dari 55 tahun, penyakit gula , penyakit

pembuluh darah, kegemukan dan jenis kelamin laki-laki (Bahri, 2004).

Page 6: jantung koroner dengan serat

Faktor risiko terjadinya penyakit jantung antara lain asupan lemak yang

tinggi dan kurangnya tubuh dalam melakukan aktivitas fisik. Menurut Diet-Heart

hipotesis asupan tinggi lemak, kolesterol, dan asupan rendah lemak tidak jenuh

akan meningkatkan kadar total kolesterol (Willett, 1998). Kadar kolesterol darah

tinggi, dipengaruhi oleh seringnya mengkonsumsi makanan yang tinggi

kolesterol. Semakin banyak konsumsi makanan berlemak, akan semakin besar

peluangnya untuk menaikkan kadar kolesterol total dan menurunkan kadar High

Density Lipoprotein (HDL). Kadar HDL darah yang rendah akan berpengaruh

pada rasio total kolesterol dan HDL, yang dapat digunakan untuk memprediksi

risiko penyakit jantung. Semakin tinggi angka rasio total kolesterol dan HDL akan

semakin tinggi pula risiko kejadian penyakit jantung (Bronchu et al., 2000).

Asupan lemak yang berlebihan didalam tubuh mengakibatkan timbunan plak pada

arteri koronaria sehingga mempersempit pembuluh darah koroner yang dapat

menyebabkan serangan jantung. Peningkatan asupan lemak jenuh berhubungan

dengan tingginya total kolesterol dan kematian akibat penyakit jantung

(Kromhout et al., 2000).

Konsumsi garam memiliki efek langsung terhadap tekanan darah (beevers

2002,(beevers, prof.d.g.2002. SERI KESEHATAN bimbingan dokter pada

tekanan darah . jakarta:dian rakyat) pengaruh konsumsi garam terhadap timbul

nya hipertensi tejadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung, dan

tekanan darah (suyono 2001. Suyono. Slamet. 2001. Ilmu penyakit dalam jilid 3.

Jakarta :fkui.) Krause, 1972 menyebutkan bahwa tekanan darah tinggi

menyumbang angka degeneratif tertinggi, yang sebagian besar berhubungan

dengan ateroklerosis. (krause, 1972. Food nutrition an d diet therapy.

Philadelphia; SAUNDERS company).

Rumah Sakit Waluyojati Kraksaan merupakan salah satu rumah sakit

rujukan di daerah probolinggo. Berdasarkan hasil studi pendahuluan penyakit

jantung merupakan peringkat dua dari `lima peringkat besar penyakit di RSUD

Waluyojati, disamping itu jumlah pasien yang membutuhkan diet jantung

sebagian besar mengalami penambahan ( laporan bulanan instalasi gizi RSUD

Waluyojati Kraksaan tahun 2012) yaitu pada bulan Agustus sebanyak 58 dan pada

bulan September 69 pasien. Sedangkan dari hasil rekam medik terkait dengan

Page 7: jantung koroner dengan serat

persentase pasien yang terdiagnosa penyakit jantung dan menjalani rawat inap

mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2009 sebanyak 241 pasien, 2010

sebanyak 247 pasien, dan pada tahun 2011 sebanyak 288 pasien, sehingga

persentase pada tahun 2009 ke 2010 sebesar 2,4% dan pada tahun 2010 ke 2011

sebesar 14%. Hasil wawancara dengan pihak instalasi gizi menyebutkan bahwa

belum tersedia standar diet pasien penyakit jantung. Adapun diet yang diberikan

oleh pihak instalasi gizi yaitu diet orang normal namun ada beberapa pembatasan-

pembatasan makanan misalnya seperti makanan yang digoreng dan makanan yang

berlemak tinggi (gajih, susu full cream).

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengakaji

Gambaran Tingkat Konsumsi Energi, Lemak Dan Serat Terhadap Profil Lipid

Pasien Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Umum Waluyojati Kraksaan

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Tingkat Konsumsi Energi, Lemak dan Natrium Terhadap Profil

Lipid Pasien Penderita Penyakit jantung Koroner di RSUD Waluyojati

Kraksaan.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Tingkat Konsumsi Energi, Lemak Dan Natrium

Terhadap Profil Lipid Pasien Penyakit Jantung Koroner di RSUD Waluyojati

Kraksaan.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Mengetahui karakteristik (umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan,

dan riwayat gizi) pasien penyakit jantung koroner di Rumah Sakit Umum

Daerah Waluyojati Kraksaan

b. Mengetahui terapi diet yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Daerah

Waluyojati Kraksaan

Page 8: jantung koroner dengan serat

c. Mengetahui tingkat konsumsi lemak dan kolesterol pasien penyakit

jantung di Rumah Sakit Umum Daerah Waluyojati Kraksaan

d. Mengetahui tingkat konsumsi natrium pasien penyakit jantung koroner di

Rumah Sakit Umum Daerah Waluyojati Kraksaan

e. Mengetahui profil lipid pasien penyakit jantung (HDL, LDL, TG,

Kolesterol total)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit

Meningkatkan upaya pelayanan maksimal dalam memberikan terapi diet pada

pasien penyakit jantung koroner khususnya standar diet untuk menstabilkan

kadar profil lipid pasien.

2. Bagi Peneliti

Memberikan wawasan serta pengalaman nyata kepada peneliti mengenai

gambaran tingkat konsumsi lemak dan natrium terhadap profil lipid pasien

penyakit jantung koroner.

Page 9: jantung koroner dengan serat

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Jantung Koroner

1. Definisi

Pembuluh darah koroner merupakan penyalur aliran darah (membawa 02

dan makanan yang dibutuhkan jantung agar dapat berdifusi dengan baik. penyakit

jantung koroner adalah salah satu akibat utama arteriosklerosis (pengerasan

pembuluh darah nadi) yang dikenal sebagai atherosklerosis. Pada keadaan ini

pembuluh darah nadi menyempit karena terjadi endapan-endapan lemak

(atheroma dan plaques) pada dinding pembuluh darah (Price, 2006).

Aterosklerosis merupakan suatu penyakit pengerasan dinding pembuluh darah

baik arteri yang kecil maupun yang besar yang disebabkan penimbunan lemak,

trombosit, leukosit dan makrofag di lapisan sel endotelium dan akhirnya ke

lapisan otot polos. Infeksi atau kelainan pada sel endotelium meningkatkan

permeabilitas komponen plasma seperti trigliserida, fosfolipid, dan kolesterol

sehingga zat-zat tersebut masuk ke dalam arteri dan mengalami penyempitan

(Price, 2006). Oksidasi asam lemak tersebut menghasilkan radikal bebas yang

merusak pembuluh darah. Hal itu merupakan awal terjadinya inflamasi dan

gangguan pada imun yaitu sel darah putih yang mengeluarkan sitokin

proinflanmatori poten dan dapat mengaktifkan sel T dan sel B, sel tersebut

menarik lebih banyak sel darah putih dan menstimulasi proses koagulasi darah ke

area lesi (Taylor 2006).

Pada saat penempelan di lapisan endotelium terjadi osmolaritas interstisial

yang dapat memperburuk siklus inflamasi. Akumulasi sel darah putih dan

pelepasan mediator inflamasi merupakan suatu akibat dari gabungan penyebab

terbentuknya lesi di dinding pembuluh darah. Selain itu kolesterol dan asam

lemak mendapat akses ke tahap indikasi kerusakan arteri dan agregasi trombosit

mulai meningkat dan membentuk koagulasi darah yang menumpuk (trombus).

Penimbunan kolesterol dan asam lemak membentuk deposit jaringan parut dan

profilerasi sel otot polos (Price, 2006).

Page 10: jantung koroner dengan serat

2. Patofisiologi

Aterosklerosis koroner pembuluh arteri, semakin bertambahnya umur dalam

arteri juga terjadi proses seperti penebalan lapisan intima, berkurangnya

elastisitas, penumpukan kalsium dan bertambahnya lapisan intima , perubahan

variabel intima arteri yang merupakan akumulasi fokal lemak, kompleks

karbohidrat, darah dan hasil produk darah, jaringan fibrous dan deposit kalsium

yang kemudian diikuti oleh perubahan lapisan media (WHO, 1958). Menurut

Price, 2006 pembuluh arteri koroner terdiri dari tiga lapisan yaitu : Tunika intima

yang terdiri dari dua bagian. Lapisan tipis sel-sel endotel merupakan lapisan yang

memberikan permukaan licin antara darah dan dinding arteri serta lapisan sub

endotelium. Sel ini menghasilkan prostaglandin, heparin dan aktivator

plasminogen yang membantu mencegah agregasi trombosit dan vasokonstriksi,

dan juga jaringan ikat yang memisahkan dengan lapisan yang lain.

Lapisan otot jantung yaitu tunika media merupakan lapisan otot dibagian

tengah dinding arteri yang mempunyai tiga bagian; bagian sebelah dalam disebut

membran elastin internal kemudian jaringan fibrus otot polos dan sebelah luar

memberana elastika eksterna.Tunika adventisia umumnya mengandung jaringan

ikat dan dikelilingi oleh vasavasorum yaitu jaringan arteriol (Price, 2006). Pada

pembuluh koroner terlihat penonjolan yang diikuti dengan garis

lemak (fattystreak) pada intima pembuluh yang timbul sejak umur di bawah 10

tahun. Pada kebanyakan orang umur 30 tahun garis lemak ini tumbuh lebih

progresif menjadi fibrous plaque yaitu suatu penonjolan jaringan kolagen dan sel-sel

nekrosis.Lesi ini padat, pucat berwarna kelabu yang disebut ateroma. Lesi

kompleks terjadi apabila pada plak fibris timbul nekrosis dan terjadi perdarahan

trombosis, ulserasi, kalsifikasi atau aneurisma (Price, 2006).

3 Etiologi

a. ateroklerosis

Penyumbatan pembuluh darah di tunika intima karena adanya penimbunan

lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria. Akibat itu terjadi

penyempitan pembuluh darah. Secara otomatis terjadi resistensi terhadap

aliran darah meningkat. Kemungkinan yang terjadi yaitu penurunan

Page 11: jantung koroner dengan serat

vaskularisasi untuk melebar. Vaskularisasi menyebabkan nutrisi dan oksigen

tidak terbawa ke jantung dengan baik dan pada tahap selanjutnya terjadi \

iskemik. Plak ateroma juga sering menonjol melalui intima masuk aliran darah

dan permukaan plak yang kasar menyebabkan terbentuknya bekuan darah,

dengan akibatnya trombus atau embolus ( Guyton, Arthur C, 1997).

Penyebab ateroklerosis berdasarkan Elizabeth J. Corwin (2009) antara lain

yaitu :

1) Kolesterol serum yang tinggi

Kadar kolesterol serum dan trigliserida yang tinggi dan dapat

menyebabkan pembentukan aterosklerosis. Kolesterol dalam darah tebungkus

oleh lipoprotein. Lipoprotein yang tinggi (HDL) membawa lemak keluar sel

untuk diuraikan dan diketahui bersifat protektif terhdap ateroklerosis.

Lipoprotein yang berdensitas rendah (LDL) dan yang sangat rendah (VLDL)

membawa lemak ke sel tubuh.

2) Obesitas

Masalah obesitas meningkat pada pria maupun wanita, yang berhubungan

dengan gaya hidup yang kurang gerak (olahraga). Peningkatan Body Mass

Index (BMI) menambah rasio kejadian serangan jantung dan kematian

karenanya. Berbagai penelitian menunjukkan adanya korelasi positif antara

BMI dengan lemak tubuh dan risiko terkena penyakit degeneratif atau risiko

kematian karena penyakit degeneratif ( Riyadi, 2001).

3) Tekanan darah tinggi

Tekanan darah yang tinggi secara kronis dapat menimbulkan gaya

regang/potong yang merobek lapisan endotel arteri dan arteriol. Gaya regang

terutama timbul ditempat-tempat arteri bercabang (bifurkasi) atau membelok.

Robeknya lapisan endotel maka timbul kerusakan yang berulang-ulang

sehingga terjadi peradangan, penimbunan sel darah putih dan trombosit, serta

pembekuan (Elizabeth J. Corwin, 2009).

4) Trombosis

Trombosis adalah pemadatan isi darah yang pembentukannya terjadi di

dalam sistem pembuluh darah.

Ada tiga faktor predisposisi terbentuknya trombus yaitu :

Page 12: jantung koroner dengan serat

Perubahan pada permukaan intima pembuluh darah

Perubahan pada pola aliran darah

Perubahan pada kandungan darah

(Elizabeth J. Corwin, 2009).

5) Emboli

Embolus adalah masa yang beredar dalam sistem pembuluh darah dan

kemudian dapat berhenti serta menutup lumen pembuluh darah. Bahan

embolus tersebut dapat berasal dari tubuh atau dari luar tubuh baik berupa

padat, cairan maupun gas. Emboli beredar dalam peredarah darah melewati

cabang pembuluh darah sampai mencapai pembuluh darah kecil sehingga

masa emboli tersebut berhenti karena tidak dapat melewati dan berefek pada

sirkulasi kolateral yang menuju pada arteri tersebut tidak sampai (Elizabeth J.

Corwin, 2009).

b. Infark Miokard

Kebanyakan pasien dengan infark miokard akut mencari pengobatan karena

rasa sakit didada. Namun demikian ,gambaran klinis bisa bervariasi dari pasien

yang datang untuk melakukan pemeriksaan rutin, sampai pada pasien yang merasa

nyeri di substernal yang hebat dan secara cepat berkembang menjadi syok dan

edem pulmonal, dan ada pula pasien yang baru saja tampak sehat lalu tiba-tiba

meninggal.

4 Gejala Klinik

Gejala klinik penyakit jantung pada usia dewasa muda jarang sekali

dinyatakan oleh pasien secara langsung, tanda dan gejala tidak khas dan

asimtomatic.banyak studi menunjukkan hanya sekitar 3 % dari semua kasus

penyakit jantung tejadi dibawah 40 tahun. Yang menjadi ciri khas dan merupakan

faktor tunggal yang berhubungan kuat atas kejadian penyakit jantung pada usia

muda adalah merokok sigaret menemukan pada pasien yang menjadi kajian pada

framingham heart study memiliki resiko 3 kali lebih tinggi pada perokok usia 35 –

45 tahun. Berdasarkan Price, 2006 gejala klinik pada penyakit jantung sebagai

berikut :

Page 13: jantung koroner dengan serat

a. Angina pektoris

Angina pektoris adalah jeritan otot jantung yang merupakan sakit dada

kekurangan oksigen. Satu gejala klinik yang disebabkan oleh iskemia miokard

yang sementara. Akibat dari ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen dan

kemampuan pembuluh darah koronaria untuk menyediakan oksigen

secukupnya guna kontraksi miokard. Ada beberapa subyek klinik terkait

dengan angina pektoris antara lain yaitu :

1) Angina pektoris stabil.

Angina pektoris stabil yaitu frekuensi gejala yang timbul tetap baik

lamanya maupun kadar pencetusnya. Rasa nyeri sering menjalar ke lengan

kiri atas/bawah bagian medial leher, daerah maksila hingga dagu atau

punggung, tetapi jarang menjalar ke tangan.

2) Angina pektoris tidak stabil.

Angina pektoris tidak stabil yaitu pola gejala yang timbul berubah-

berubah, baik frekuensinya, lamanya, maupun yang dirasakan. Nyeri

bersifat progresif dengan frekuensi timbulnya nyeri yang sering

bertambah.

3) Angina variant

Angina variant disebabkan karena terjadinya spasme arteri koroner.

Kejadian tidak didahului oleh meningkatnya kebutuhan oksigen miokard.

Hal ini dapat terjadi pada arteri koroner yang mengalami stenosis ataupun

normal. Proses spasme biasanya bersifat lokal hanya melibatkan satu arteri

koroner, dan sering terjadi pada daerah arteri koroner yang mengalami

stenosis.

4) Gejala dan Tanda angina pekoris Nyeri seperti dipukul/ditimpa benda berat disertai nyeri abdomen (kadang-

kadang) dan bangguan pencernaan (mual, muntah-muntah dan anoreksia).

Nyeri timbul secara tiba-tiba lebih hebat dan lebih lama dari angina

pektoris

Faktor-faktor yang dihubungkan dengan nyeri :

Aktifitas

Page 14: jantung koroner dengan serat

Stress

Istirahat.

5 Faktor Resiko penyebab Jantung menurut Price (2006)

a. Terkendali

1) Hipertensi

Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat untuk jantung,

sehingga menyebabkan hipertropi ventrikel kiri atau pembesaran ventrikel kiri

(faktor miokard). Keadaan ini tergantung dari berat dan lamanya hipertensi. Serta

tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung

terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan

terjadinya aterosklerosis koroner (faktor koroner). Hal ini menyebabkan angina

pektoris, insufisiensi koroner dan miokard infark lebih sering didapatkan pada

penderita hipertensi dibandingkan orang normal.

2) Kadar Kolesterol dalam Darah

Kolesterol, lemak dan substansi lainnya dapat menyebabkan penebalan

dinding pembuluh darah arteri, sehingga lumen dari pembuluh derah tersebut

menyempitdan proses ini disebut aterosklerosis. Penyempitan pembuluh darah ini

akan menyebabkan aliran darah menjadi lambat bahkan dapat tersumbat sehingga

aliran darah pada pembuluh derah koroner yang fungsinya memberi suplay

oksigen dan nutrisi terganggu atau menjadi kurang. Itu akan menyebabkan otot

jantung menjadi lemah,sakit dada, serangan jantung bahkan kematian.

3) Merokok 

Efek rokok adalah menyebabkan beban miokard bertambah karena

rangsanganoleh katekolamin dan menurunnya konsumsi 02 akibat inhalasi CO.

Katekolamin juga dapat menambah reaksi trombosis dan juga menyebabkan

kerusakan dindingarteri, sedangkan glikoprotein tembakau dapat menimbulkan

reaksi hipersensitif dinding arteri. Di samping itu rokok dapat menurunkan kadar

HDL kolesterol tetapi mekanismenya belum jelas. Makin banyak jumlah rokok

yang diisap, kadar HDL kolesterol makin menurun.

Page 15: jantung koroner dengan serat

4) Kegemukan

Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol total dan LDL

kolesterol. Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui sebagai

predisposisi penyakit pembuluh darah. Mekanismenya belum jelas, akan tetapi

terjadi peningkatan tipe IV hiperlipidemia dan hipertrigliserid, pembentukan

platelet yang abnormal dan DM yang disertai obesitas dan hipertensi.

5) Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus (DM) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan kadar

gula darah yang melebihi normal. Menurut WHO (1985), kadar gula darah normal

waktu puasa tidak boleh melebihi 120 mg/dl dan kadar gula darah 2 jam setelah

makan kurang dari 200 mg/dl. Penderita DM memilliki resiko relatif 2 kali lebih

besar terkena penyakit jantung dibanding yang bukan DM.

6) Stres

Ketegangan saraf (stres) juga berperan atas terjadinya penyakit jantung.

Sebab dampak stres dan selalu tegang akan menimbulkan gangguan irama jantung

yang bisa berakibat fatal. Selain itu juga secara langsung maupun tidak langsung

dapat mengganggu aliran darah koroner, karena stres memicu pengeluaran zat

katekolamin yang dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah jantung

serta peningkatan denyut jantung, sehingga dapat menyebabkan terganggunya

suplai darah ke jantung.

b. Tidak Terkendali

Ini merupakan faktor yang tidak dapat dirubah yaitu :

1) Jenis kelamin

2) Usia > 35 tahun

3) Keturunan

B. Tingkat konsumsi Lemak dan kolesterol

Lemak atau lipid adalah ikatan organik yang terdiri dari unsur-unsur

karbon, hidorgen dan oksigen yang bersifat larut dalam pelarut lemak seperti

benzena dan eter (Lubis, 2009). Lemak adalah makanan terdiri dari trigliserida,

kolesterol dan fosfolipid dan terbanyak dalam bentuk trigliserida.

Page 16: jantung koroner dengan serat

Berdasarkan ikatan lemaknya dan kemudahan proses pencernaan, lemak

yang mengandung asam lemak jenuh tunggal yang mudah dicerna, dan lemak

mengandung asam lemak jenuh sulit dicerna. Makanan yang mengandung asam

lemak tak jenuh ganda dan tunggal umumnya berasal dari makanan nabati, kecuali

minyak kelapa. Makanan sumber asam lemak jenuh umumnya berasal dari hewan.

Mengkonsumsi lemak hewani secara berlebih dapat menyebabkan penyempitan

pembuluh darah arteri sehingga dapat menyebabkan penyakit jantung dan

menderita penyakit jantung. Namun membiasakan makan ikan dapat mengurangi

risiko menderita penyakit jantung, karena lemak ikan mengandung omega 3.

Asam lemak omega 3 berperan mencegah terjadinya penyumbatan lemak pada

dinding pembuluh darah (lubis, 2009).

Lemak didasarkan struktur dan fungsinya berbeda-beda. Komponen utama

lemak terdiri dari : asam lemak, turunan asam lemak (ester gliserol, ester

kolesterol, dan glikolipid), dan sterol beserta turunannya (kolesterol, asam

empedu, steroid, dan komponen minor yaitu vitamin-vitamin yang larut lemak dan

prostaglandin). Fungsi utama lemak yaitu menyuplai sejumlah energi dengan

volume relatif sedikit, membantu absorpsi vitamin-vitamin larut lemak, sumber

asam lemak esensial yang tidak dapat disintesa oleh tubuh ( Piliang & Al-Haj,

2006).

Kolesterol adalah salah satu turunan dari lemak yang saat in banyak

diteliti karena keterkaitannya dengan beberapa penyakit degeneratif. kolesterol

adalah lemak berwarna kekuning-kuningan dan berupa seperti lilin yang

diproduksi oleh tubuh terutama di liver (Heslet, 2007). WHO (1990) dalam

Almatsier (2009) menganjurkan konsumsi kolesterol kurang dari 300 mg sehari.

Hasil penelitian Jonnalagadda dkk pada tahun 1996 dalam linder 1992, konsumsi

tinggi asam lemak jenuh akan meningkatkan kadar koleterol dalam plasma,

diperkirakan setiap penambahan asam lemak jenuh 1% dari totral kalori terjadi

peningkatan kolesterol darah sebanyak 1, 9 mg/dl. Selain konsumsi yang

berpengaruh terhadap penyakit jantung yaitu kurangnya aktifitras fisik.

Kolesterol dari penguraian lemak adalah faktor yang mendominasi

penyakit degeneratif, salah satunya penyakit jantung. WHO (1997) diacu dalam

Almatsier (2009) menganjurkan konsumsi kolesterol kurang dari 300 mg perhari.

Page 17: jantung koroner dengan serat

Kolesterol dalam jumlah banyak yang terdapat dalam darah akan membentuk

endapan pada dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan penyempitan arteri

yang disebit artheroklerosis. Anjuran asupan kolesterol dalam pecegahan penyakit

degeneratif menurut PERKI (2002) bahwa asupan kolesterol harus dibatasi yakni

< 300 mg/hari dengan membatasi konsumsi kolesterol dari makanan yang tinggi

lemak hewani. Pengurangan konsumsi kolesterol sampai kadar yang lebih rendah

yaitu 200 mg/hari harus dilakukan pembatasan dari diet serta dianjurkan bagi

individu yang memiliki kadar kolesterol LDL yang meningkat, diabetes mellitus

dan atau penyakit kardiovaskuler.

C Tingkat Konsumsi Serat

Natrium bersifat mengikat air . pada saat garam dikonsumsi, maka garam

tersebut akan mengikat air sehingga air akan diserap masuk dalam intravaskuler

yang menyebabkan meningkatnya volume darah. Apabila volume darah

meningkat maka mengakibatkan tekanan darah juga meningkat. Selain itu natrium

merupakan salah satu komponen zat terlarut dalam darah. Dengn mengkonsumsi

garam konsentrasi zat terlarut akan tinggi sehingga penyerapan air masuk dan

selanjutnya menyebabkan peningkatan tekanan darah puspitorini 2008

( puspitorini, Mira. 2008. Hipertensi cara mudah mengatasi tekanan darah tinggi.

Jojakarta. Image press)

Ada berbagai komponen kimiawi dan sifat-sifat fisik spesifik yang

ditemukan dalam serat makanan., dan hal ini akan mempengaruhi kondisinya

didalam usus. Menurut Mendeloft (1975), meskipun proses pengunyahan sayuran

dan buah didalam mulut dapat menstimulasi kerja maksimal dari bagian faring,

namun saat terjadi proses penelanan seratnya belum mengalami perubahan.

Demikian juga pada bread-cereals tidak berbeda nyata dengan yang ada pada

whitebread. Didalam lambung, kelompok sayuran berserat tinggi, bila dimakan

mentah akan lama berada didalam lambung dibadingkan dengan yang sudah

dimasak sedangkan kelompok kacang-kacangan yang berserata tinggi

membutuhkan waktu pengosongan lebih lama dibandingkan dengan jenis

makanan lainnya, karena lebih banyak mengandung lemak dirombak menjadi.

1. 50% serat tidak dicerna (Undigested Celulose)

Page 18: jantung koroner dengan serat

2. 50% asam lemak berantai pendek (Short Chain Fatty Acid), air, CO2, H,

dan, Metana.

Dan yang Dipergunakan oleh tubuh.

1. Sedikit fraksi air akan diserap oleh bakteri usus atau diserap oleh serat

melalui hiropobik binding

2. Asam empedu deoksikolat ( Deoxi cholic Acid), asam Litokola ( litho-

cholic acid) diserap untuk membentuk koloni bakteri. Asam empedu ini

bersifat kokarsinogen atau membantu mempercepat pertumbuhan

karsinoma. Stalder 1984, membuktikan korelasi positif kadar asam

empedu dengan insiden kanker kolon

3. Asam lemak folatil ( acetat, butirat, propianat) merupakan anion utama

dalam feses, kemurnian lemak larut air mempunya efek osmotik, dan efek

pencahar untuk peristaltik.

4. H dan CO2, gas metana yang meningkatkan flatulen, sebagai hidrodgen

bebas melalui nafas/breaath hidrogen

Serat makanan dapat berkaitan dengan garam asam lemak didalam usus halus,

dan kemudian dilepaskan untuk kinerja bakteri didalam kolon. kandungan serat

yang tinggi dalam diet akan meningkatkan fecal output. Easwood et al., 1968,

menyatakan asam empedu bebas akan banyak diserap oleh serat makanan di

dalam kolon. tingginya serat dalam sayuran dapat memperlambat penyerapan

glukosa dalam darah dan dapat mengurangi peningkatan kadar kolesterol darah

(lanny dkk, 2005).

Menurut Astawan dan Tutik (2004), serat mempunyai karakteristik fisik dan

pengaruh terhadap tubuh, serat pangan digolongkan menjadi dua yaitu serat

pangan larut air (Soluble Dietary Fiber) dan serat pangan tidak larut air (Insoluble

Dietary Fiber).

1. Serat pangan larut air (Soluble Dietary Fiber).

Serat pangan larut air merupakan komponen serat yang dapat larut dalam air

dan dalam saluran pencernaan. Komponen serat dapat membentuk gel dengan cara

menyerap air.

Fungsi utama serat pangan larut air yaitu:

Page 19: jantung koroner dengan serat

a. Memberikan perasaan kenyang cukup lama

b. Memperlambat kecepatan pencernaan dalam usus

c. Memperlambat penyerapan glukosa dalam darah

d. Mengurangi peningkatan kadar kolesterol darah

e. Meningkatkan kesehatan saluran pencernaan

f. Mengikat asam empedu

2. Serat pangan tidak larut air (Insoluble Dietary Fiber)

Serat pangan tidak larut air adalah serat yang tidak larut dalam air dan dalam

saluran pencernaan. Sifat yang menonjol dari komponen serat tidak larut air yaitu

kemampuan dalam menyerap air serta meningkatkan tekstur dan volume feses

sehingga dapat melewati usus besar dengan cepat dan mudah, kelompok serat

pangan tidak larut air adalah selulosa (contohnya wortel, bit, umbi-umbian)

hemiselulosa (didapat pada kulit ari yang menutupi beras dan serealia)

Ada beberapa jenis serat sebagaimana yang di sebutkan oleh Zaimah, 2009 yaitu :

- Pengertian jenis serat makanansecara fisiologis serat makanan didefinisikan sebagai karbohidrat yang

resisten terhadap hidrolisis oleh enzim pencernaan manusia (karena itu tidak dapat

dicerna) dan lignin. Termasuk didalamnya adalah selulosa, hemiselulosa, pektin ,

lignin, gum, β-glukan, fruktan, dan resistant starch). Fungsional fiber adalah

karbohidrat yang tidak dapat dicerna tetapi dapat diisolasi, diekstraksi atau

difabrikasi dan telah menunjukkan efek yang menguntungkan bagi manusia.

Termasuk didalamnya selulosa, pektin, lignin, gum, β-glukan, fruktan, chitin,

chitosan, polydextrose dan polyols, psilium, resistant dextrin dan resistant starch.

Beradasarkan kelarutan dalam air yaitu serat larut (hemiselulosa, pektin,

gum, psilium, β-glukan, dan musilages) dan serat tidak larut (selulosa dan

hemiselulosa). Lignin termasuk dalam kelompok ini meskipun sebenarnya bukan

karbohidrat. Adapun jenis-jenis serat menurut Zaimah, 2009 yaitu sebagai

berikut:

a. Selulosa

Selulosa merupakan komponen utama dinding sel. Bahan ini adalah polimer

linier unit glukosa dengan ikatan β 1.4. Susunan yang terdiri dari ikatan β tersebut

membentuk ikatan hidrogen inter dan intra molekul yang kuat, sehingga

menjadikannya tidak dapat larut dala air. Selulosa ditemukan pada dinding

Page 20: jantung koroner dengan serat

parenkim tumbuhan, kurang lebih 30% dari berat keringnya. Saat ini sudah dapat

dimodifikasi secara kimiawi menjadi lebih larut dan digunakan sebagai tambahan

makanan seperti karboksimeti lselulosa, metil selulosa dan hidrosipropil

metilselulosa. Degradasinya oleh bakteri usus bervariasi tetapi secara umum tidak

dapat difermentasikan dengan baik.

Bahan makanan yang kaya selulosa contohnya bekatul, biuji-bijian, kacang-

kacangan, sayuran dari keluarga kol dan apel. Selulosa dalam bentuk biasa

ditambhkan pada makanan yang dipakai untuk pembuatan roti, kue, dan produk

daging beku seperti nugget ayam dan beberapa jus ampuran buah.

b. Hemiselulosa

Hemiselulosa adalah kelompok heterogen dari senyawa-senyawa yang

mengandung sejumlah gula pada rantai utama dn cabangnya. Gula ini adalah yang

menentukan klasifikasi hemiselulosa, terdiri dari xilosa, manosa, dan galaktosa

pada rantai utama sedangkan pada rantai cabang ditemukan arabinosa, asam

glukoronat dan galaktosa. Jenis gula yang terdapat pada rantia cabang

memberikan karakteristik penting bagi hemiselulosa. Hemiselulosa yang

mempunyai molekul asam pada rantai cabangnya akan sedikit bermuatan listrik

dan larut dalam air, sedangkan hemiselulosa yang lainnya tidak larut dalam air.

Hal ini juga mempengaruhi fermentabilitas bakteri usus terhadap hemiselulosa.

Bahan makanan yang mengandung hemiselulosa berkadar tinggi adalah molekul

biji-bijian yang utuh.

c. Lignin

Lignin adalah komponen non karbohidrat utama dari serat. Merupakan

polimer tiga dimensi yang terdiri dari unit-unit fenol dengan ikatan intra

molekuler yang kuat. Lignin biasanya tidak termasuk dalam komponen penting

makanan manusia, karena umumnya berhubungan dengan jaringan-jaringan keras

dan berkayu membentuk komponen struktural tumbuhan. Lignin tidak larut air

dan tidak difermentasi oleh bakteri usus. Kandungan lignin yang tinggi ditemukan

pada wortel, gandum dan buah yang bijinya dapat dimakan seperti abrei.

d. Pektin

Page 21: jantung koroner dengan serat

Pektin adalah sekelompok komponen yang mengandung pektik yang terdiri

dari pectin dan pectic acid. Merupakan dietary fiber sekaligus funcional fiber.

Pektin juga merupakan kelompok polisakarida yang unsur utamanya asam D-

galakturonat dengan ikatan 1,4 yang terdapat pada rantai utama sedangkan pada

rantai cabang terdapat ramnosa, arabinosa, xylosa, fruktosa dan galaktosa. Pektin

membentuk sebagian dinding utama sel tumbuhan dan sebagian lamella bagian

tengah. Merupakan serat larut air yang membentuk gel dan hampir seluruhnya

dapat dimetabolisir oleh bakteri kolon dan stabil pada pH rendah oleh karena itu

dapat dijumpai pada makanan yang asam. Bahan makanan yang mengandung

pektin adalah apel, strawberi dan jeruk.

e. Gum

Gum adalah salah satu kelompok senyawa yang dapat disebut sebagai

hidrokoloid. Gum terdiri dari berbagai jenis gula dan derivatnya. Jenis gula yang

paling utama adalah galaktosa, asam glukoronat, asa uronat, arabinosa, ramnosa,

dan manosa. Di usus besar difermentasi dengan sangat baik oleh bakteri usus.

Gum arabikum merupakan hidrokoloid tumbuhan yang paling sering digunakan

sebagai bahan makana tambahan. Gum sangat dikenal karena mudah larut, pH

stabil dan sifat khasnya pada pembentukan gel. Bahan makanan yang

mengandung gum seperti oat, barley, dan tumbuhan polong.

f. Β-glukan

Adalah polimer glukosa yang mempunyai ikata campuran antara ikatan β 1,4

D-glukosa dengan ikatan β 1,3 D-glukosa. Setiap 2 atau 3 unit kelompok β 1,4 D-

glukosa dipisahkan oleh satu unit kelompok ikatan β 1,3 D-glukosa. Β-glukan

sangat baik difermentasi oleh bakteri di dalam usus besar. Saat ini ekstraksi β-

glukan dipakai sebagai funcional fiber karena efeknya yang dapat menurunkan

kadar kolesterol serum dan kadar gula darah post prandial. Bahan makanan yang

mengandung komponen β-glukan adalah oat dan barley, dimana sekitar 70% dari

dinding endospermanya terdiri dari β-glukan.

g. Fruktan – Inulin, oligofruktosa dan fruktooligosakarida

Fruktans termasuk ke dalam inulin, oligofruktosa, dan fruktooligosakarida

mengandung rantai fruktosa dengan panjang dengan bervariasi. Inulin terdiri dari

2 – 60 unit fruktosa. Oligofruktosa berasal dari hidrolisis parsial inulin dan

Page 22: jantung koroner dengan serat

biasanya mengandung 2 – 8 unit fruktosa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

konsumsi fruktooligosakarida dapat merangsang pertumbuhan bifidobakteria yang

bekerja sebagai prebiotik. Salah satu Bahan makanan yang mengandung fruktans,

inulin dan oligofruktosa yaitu bawang merah dan diperoleh dari sintises sukrosa.

h. Resistent starch

Merupakan zat pati yang tidak bisa dicerna secara enzimatis. Salah satu

contohnya adalah zat pati yang ditemukan di dinding sel tanaman yang tahan

terhadap aktivitas amilase (RS1). Gelatinisasi dapat mempermudah aksesnya

terhadap enzim ini (RS2). Resistant starch juga bisa terbentuk akibat pengolahan

bahan makanan seperti proses pemasakan atau pendingininan (RS3) atau

modifikasi kimiawi dari zat pati tersebut (RS4). RS1 dan RS2 termasuk golongan

dietary fiber sedangkan RS3 dan RS4 adalah funcional fiber.

i. Chitin dan Chitosan

Chitin merupakan amino-polisakarida yang tidak larut air sedangkan chitosan

adalah bentuk deasetilasi dari chitin. Pada beberapa tanaman rendah chitin dapat

menggantikan selulosa pada dinding sel. Chitin merupakan komponen

eksoelektron dari insekta dan ditemukan juga krustakea. Beberapa penelitian

menunjukkan chitosan efektif menurunkan kadar kolesterol darah.

j. Psilium

Psilium dimasukkan ke dalam golongan fungsional fiber yang didapat dari

getah tumbuhan berbiji platago ovata yang bersifat hidrofilik dan dapat

membentuk gel.

D. Profil Lipid

Lipid merupakan suatu subtansi atau zat yang hanya larut dalam pelarut

organik dan tidak larut dalam air. Sifatnya yang tidak larut air menjelaskan

bahwasanya lemak atau lipid dalam plasma darah (yang mengandung air) harus

dibawa dalam bentuk ikatan kimia dengan protein plasma yang bersifat hidrofolik

dan berukuran relatif besar ( Andry, 2007).

Metabolisme lemak dalam tubuh dilakukan di dalam sel lemak dalam

jaringan adiposa. Sel-sel adiposa mempunyai enzim khusus pada permukaanya,

yaitu lipoprotein lipase (LPL) yang dapat melepas trigliserida dan lipoprotein

Page 23: jantung koroner dengan serat

untuk dihidrolisis dan meneruskan hasil hidrolisis ke dalam sel. Terdapat enzim

lain dalam sel yang merakit kembali hasil hidrolisa, sehingga menjadi trigliserida

untuk disimpan sebagai cadangan energi ( Andry, 2007). Bahan makanan yang

termasuk lemak hewani yaitu udang (lobster, ebi, rebon), otak (sapi, kerbau,

domba, kambing, ayam , bebek dll), sumsum, jerohan (hati, paru-paru, usus dll),

susu sapi, dan produk olahannya (yogurt, keju, butter, mentega), kuning telur,

ikan ( ikan laut, ikan tawar dll), madu. Sedangkan bahan makanan yang termasuk

lemak nabati diantaranya minyak goreng (minyak kelapa sawit, minyak jagung,

minyak wijen dll), margarine, kacang-kacangan ( kemiri, kacang tanah, kacang

kedelai, kacang mente dll), kelapa parut, santan, dan alpukat (Almatsier, 2004).

Profil lipid merupakan penguraian dari lemak. Adapun macam-macam

lipid yaitu sebagai berikut :

1 Kadar Kolesterol

Kolesterol lemak dan substansi lainnya dapat menyebabkan penebalan

dinding pembuluh darah arteri, sehingga lumen dari pembuluh derah tersebut

menyempitdan proses ini disebut aterosklerosis. Penyempitan pembuluh darah ini

akan menyebabkan aliran darah menjadi lambat bahkan dapat tersumbat sehingga

aliran darah pada pembuluh derah koroner yang fungsinya memberi suplay

oksigen dan nutrisi terganggu atau menjadi kurang. Itu akan menyebabkan otot

jantung menjadi lemah,sakit dada, serangan jantung bahkan kematian. Adapun

untuk mengetahui tingkat kolesterol yaitu dikategorikan sebagai berikut :

a. Normal : ¿ 200 mg/dl

b. Sedang : 200 – 239 mg/dl

c. Tinggi : ≥ 240 mg/dl

(Mary Courtney Moore, 1997)

Makin itnggi kadar kolesterol total dalam darah terjadinya penyakit jantung

semakin meningkat.

2 LDL ( Low Density Lipoprotein )

LDL merupakan jenis kolesterol yang bersifat merugikan karena LDL yang

meninggi akan menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah. Kadar

kolesterol LDL dalam darah dikategorikan menjadi:

a. Normal : ¿ 130 mg/dl

Page 24: jantung koroner dengan serat

b. Sedang : 130 – 159 mg/dl

c. Tinggi : ≥ 160 mg/dl

(Mary Courtney Moore, 1997)

Makin tinggi kadar LDL dalam darah maka resiko untuk terjadinya penyakit

jantung semakin meningkat.

3 HDL ( High Density Lipoprotein )

HDL merupakan jenis kolesterol yang bersifat baik karena dapat mengangkut

kolesterol dari pembuluh darah kembali ke hati dibuang sehingga mencegah

penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya proses

ateriosklerosis. Kadar HDL dalam darah dikategorikan menjadi :

a. Normal : ≥ 60 mg/dl

b. Sedang : 40 – 59 mg/ dl

c. Rendah : < 40 mg/dl

(Sizer F dan Whiney E, 2006).

Makin rendah kadar HDL dalam darah maka resiko terjadinya penyakit

jantung akan semakin meningkat. Kadar HDL dalam darah dapat dinaikkan

dengan mengurangi berat badan, berolahraga, dan berhenti merokok.

4 Kadar Trigliserida

Kadar trigliserida dalam darah dikategorikan menjadi :

a. Normal : < 150 mg/dl

b. Sedang : 150 – 199 mg/dl

c. Tinggi : > 200 – 499 mg/dl

(Sizer F dan Whiney E, 2006).

Makin tinggi kadar trigliserida dalam darah maka resiko terjadinya penyakit

jantung akan semakin meningkat.

E. Terapi diet penyakit jantung

1. Menurut Persagi, 1996

Penatalaksanaan gizi adalah menurunkan resiko penyakit jantung pada

orang dewasa dengan kadar LDL kolesterol tinggi dengan :

Page 25: jantung koroner dengan serat

a. Menurunkan kadar kolesterol LDL di bawah 130 mg/dl pada individu

dengan penyakit jantung definitif atau dua faktor resiko penyakit jantung

selain resiko tinggi kolesterol LDL.

b. Menurunkan kadar kolesterol LDL di bawah 160 mg/dl pada individu

yang tidak mempunyai penyakit jantung definitif ataupun dua faktor resiko

penyakit jantung selain tingkat resiko tinggi kolesterol LDL.

c. Diet penyakit jantung

1) Tujuan diet penyakit jantung adalah :

Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung.

Menurunkan berat badan bila terlalu gemuk.

Mencegah dan menghilangkan penimbunan garam dan atau air.

(Persagi, 1996).

2) Prinsip diet penyakit jantung

Energi cukup

Karbohidrat, lemak, dan protein cukup

Vitamin dan Mineral cukup

Serat tinggi

3) Syarat diet penyakit jantung

Energi cukup, untuk mencapai danmempertahankan berat badan normal.

Protein cukup yaitu 0,8 g/kg BB

Lemak sedang, yaitu 25 – 30 % dari kebutuhan total, 10% berasl dari

lemak jenuh, dan 10 – 15 % lemak tidak jenuh

Kolesterol rendah, terutama jika disertai dengan dislipidemia

Vitamin da mineral cukup. Hindari penggunaan suplemen kalium,

kalsium, dan magnesium jika tidak dibutuhkan.

Garam rendah, 2 – 3 gram per hari, jika disertai hipertensi dan edema.

Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas.

Serat cukup untuk menghindari konstipasi.

Cairan cukup, ± 2 liter/hari sesuai dengan kebutuhan.

Bentuk makanan disesuaikan dengan penyakit, diberikan dalam porsi

kecil.

Page 26: jantung koroner dengan serat

Bila kebutuhan gizi tidak dipenuhi melalui makanan dapat diberikan

tambahan berupa makanan enteral, parenteral, atau suplemen gizi.

( Rahardja dkk, 2002 )

2. Menurut Almatsier, 2004 sebagai berikut :

1) Diet jantung 1

Diet jantung 1 diberikan kepada pasien penyakit jantung akut seperti

infark miokard atau dekompensasi kordis berat. Diet diberikan berupa 1-1,5 liter

cairan / hari pertama bila pasien dapat menerimanya. Diet ini sangat rendah energi

dan semua zat gizi, sehingga hanya diberikan selama 1 – 3 hari (Almatsier, 2004)

2) Diet jantung II

Diet jantung II diberikan dalam bentuk makanan saring atau lunak. Dieta

diberikan sebagai perpindahan dari diet jantung I, atau setelah fase akut dapat

diatasi. Jika disertai hipertensi atau edema, diberikan sebagai diet jantung II

rendah. Diet ini rendah energi, protein, kalsium, dan tiamin (Almatsier, 2004).

3) Diet jantung III

Diet jantung III diberikan dalam bentuk makanan lunak atau biasa. Diet

diberikan sebagai perpindahan dari diet jantung II atau kepada pasien jantung

dengan kondisi yang tidak terlalu berat. Jika disertai hipertensi dan atau edema,

diberikan sebagai diet jantung III garam rendah. Diet ini rendah energi dan

kalsium, tetapi cukup zat gizi lain (Almatsier, 2004).

4) Diet Jantung IV

Diet jantung IV diberikan dalam bentuk makanan lunak atau biasa. Diet

diberikan sebagai perpindahan dari diet jantung III atau kepada pasien jantung

dengan keadaan ringan. Jika disertai hipertensi dan atau edema, diberikan diet

jantung IV garam rendah. Diet ini cukup energi dan zat gizi lain , kecuali kalsium

(Almatsier, 2004).

F. Intervensi dan pendidikan pasien menurut (Mary Courtney Moore, 1997)

1. Kenali kebutuhan untuk perubahan permanen pada diet dan gaya hidup untuk mengurangi risiko.

Page 27: jantung koroner dengan serat

Perubahan diet dan gaya hidup yang permanen termasuk pencapaian

pengaturan berat badan, penurunan lemak dan kolesterol diet, tidak merokok, dan

mengembangkan cara-cara membangun dalam menghapai stres. Perubahan ini

mungkin dapat lebih diterima dan kurang mengecewakan jika pasien

dikonsultasikan untuk membuat perubahan secara perlahan. Misalnya, mereka

dituntun untuk memilih satu atau dua kebiasaan, seperti merokok atau makan

daging 250 gram setiap hari, dan membuat rencan mengubahnya. Ketika

perubahan awal ini dibuat, pasien dapat memilih beberapa kebiasaan lainnya yang

dikerjakan.

2 Kurangi lemak dan kolesterol dalam diet

National Cholesterol Education Program (suatu badan di Amerika Serikat)

telah mengkampanyekan bahwa individu dengan kolesterol LDL lebih besar dari

atau sama dengan 160 mg/dl dan mereka dengan batas risiko tinggi kolesterol

LDL yang juga memiliki penyakit jantung koroner definitif atau dua faktor risiko

lainnya maka harus mendapat terapi diet intensif. Program diet dua tahap atau

mengurangi pemasukan lemak jenuh dan kolesterol telah dikembangkan.

Pemasukan total juga dibatasi untuk menurunkan berat badan. Pada awalnya,

pasien mendapat konseling tentang tahap pertama, yaitu mengurangi sumber-

sumber utama dan yang paling umum dan sangat nyata dari asam lemak jenuh dan

kolesterol dalam diet dan dapat dilaksanakan tanpa perubahan drastis pada diet

dan gaya hidup untuk hampir seluruh pasien. jika telah melaksanakan diet tersebut

selama tiga bulan, pasien tidak berhasil dalam menurunkan kolesterol LDL ke

kadar yang diinginkan, dia dapat dipindah ke diet tahap kedua. Sementara dokter

dan perawat dapat sering menyediakan pendidikan tentang diet tahap pertama,

pengiriman konsul ke ahli gizi sangat berharga bagi pasien yang mempunyai

kesulitan dalam mempertahankan dietnya untuk mendapat respon diet yang

mengecewakan. Bantuan ahli gizi teruatama diperlukan oleh pasien yang

berpindah ke diet tahap dua.

Pendidikan diet harus menekankan fakta bahwa perubahan tdak harus

berakibat pada makanan yang sangat ketat atau tidak enak dimakan. Makanan

yang enak dan menarik dapat disiapkan. Informasi lebih lanjut yang berguna

untuk pendidikan yaitu seperti yang telah dikeluarkan oleh American Heart

Page 28: jantung koroner dengan serat

Association yang memerlukan pedoman khusus terhadap diet trahap pertama dan

tahap kedua.

Informasi khusus tentang setiap kelompok makanan :

a. Daging : tidak lebih dari 150 g daging tanpa lemak, ayam, kalkun, dan

ikan setiap harinya. Sajian 75 g daging kira-kira sebesar dek kartu bridge.

Potongan daging tanpa lemak harus digunakan : daging cincang extra lean

(sangat kurus), sirloin tip, round steak, rum panggang, lengan panggang,

lengan panggang atau center cut ham, loin chops, dan tender loin.potong

dan buang semua bentuk lemak yang kelihatan sebelum memasaknya. Dan

tuang atau buang semua lemak yang meleleh setelah dagingnya matang.

Kulit dan semua lemak yang terdapat diantara jaringan daging ayam harus

dibuang sebelum diamasak. Bagian anggota daging termasuk otak, hati,

jantung, buah pinggang, dan daging kelenjar perut dan kerongkongan

adalah bagian yang kaya kolesterol dan karenanya harus dihindari. Udang

secara relatif kaya akan kolesterol tetapi rrendah lemak dan dapat dimakan

sekali-kali.

Beberapa jenis ikan ( misal : salmon, sardin, herring, tuna/tongkol,

dan ikan pedang) adalah sumber dari asam lemak “omega 3” yang baik.

Asam-asam lemak ini dilaporkan dapat menurunkan trigliserida serum dan

menghambat penggumpalan trombosit dan peradangan, yang mempunyai

kotribusi terhapadap penyakit jantung, walaupun tidak ada bukti pengaruh

terhadap kolesterol LDL namun pada studi epidemiologi, konsumsi ikan

yang sering baik yang mengandung omega 3 atau tidak tetap berkaitan

dengan penurunan risiko penyakit jantung.

Untuk menghindari sajian tampaknya kurang banyak dan untuk

menekankan pentingnya pergeseran perencanaan makanan sekitar daging,

kombinasikan sejumlah daging dengan sejumlah besar nasi, pasta, atau

sayuran untuk memenuhi sajian. Kacang-kacangan keringdan kapri dan

tahu rendah lemak dan tinggi protein, dan bebas kolesterol dan dapat

digunakan untuk menggantikan daging.

b. Bahan olahan dari susu : sedikitnya dua sajian susu skim atau

equivalennya setiap hari. Lemak susu pada umumnya jenuh, dan karena itu

Page 29: jantung koroner dengan serat

bahan olahan dari susu direkomendasikan dibuat dair susu skim. Keju

alami dan olahan pada umumya kaya akan lemak. Keju cottage rendah

lemak atau yogurt dapat disubsitusikan ke sour cream untuk saos celupan

dan kuah salad pada kentang.

c. Telur : batasi kuning telur sampai tiga perminggu pada diet tahap pertama

dan satu perminggu pada diet tahap kedua. Kuning telur kaya akan lemak

dan kolesterol. Putih telur bebas lemak dan kolesterol dan dapat digunakan

sering.

d. Buah-buahan dan sayuran : gunakan secara bebas. Buah-buahan dan

sayuran memberikan warna, tekstur, vitamin, mineral, dan serat digunakan

sebagai bagian dari makanan setiap bersantap. Bahan nabati tidak

mengandung kolesterol, dan hampir semua buah-buahan dan sayuran

rendah lemak. Terkecuali buah alpukat dan zaitun, yang didiskusikan pada

lemak dan minyak. Gorengan atau penambahan mentega, krim atau saos

keju meningkatkan kandungan lemak buah-buahan dan sayuran samapai

kadar yang tidak diinginkan.

e. Sereal dan roti : tingkatkan penggunaannya untuk menggantikan daging

dalam diet. Roti dan sereal merupakan sumber yang baik dari vitamin dan

mineral dan biji-bijian utuh juga menyediakan serat. Walaupun demikian

roti-rotian yang dijual dan bahkan beberapa sereal (seperti granola) sering

tinggi lemak. Selain itu roti intan (muffin), pisang dan buah lainnya seperti

kacang, roti jagung, pancakes, dan waffles mengandung sejumlah telur

yang bermakna. Bahan yang dibuat dirumah dengan putih telur atau

pengganti telur dan lemak ataupun minyak yang dapat diberikan.

f. Lemak dan minyak : batasi 6 – 8 sendok teh perhari . lemak dan minyak

yang tinggi akan lemak jenuh dan atau kolesterol harus sebisa mungkin

dihindari. Mentega, lard, dan lemak hewan lainnya yang kaya lemak jenuh

dan kolesterol. Minyak ini sering digunakan dalam roti-rotian, makanan

olahan, minyak popcorn, dan nondairy creamer.

Lemak tidak jenuh adalah lemak yang mengandung satu

(monounsaturated) atau lebih (polyunsaturated) ikatan rangkap. Lemak in

Page 30: jantung koroner dengan serat

tidak meningkatkan kolesterol darah, tetapi tinggi kalori dan rendah zat

gizi lainnya.

Page 31: jantung koroner dengan serat

BAB IIIKERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Keterangan :

Diteliti :

Tidak diteliti :

Faktor Resiko Penyakit Jantung koroner

Terkendali

1. Penyakit Hipertensi Hiperkolesterol Diabetes Milletus

2. Life Stile Gaya hidup tidak

sehat Merokok Tidak berolahraga

Tidak terkendali

Usia Jenis kelamin Keturunan Ras

Tingkat konsumsi energi, lemak dan natrium panyakit jantung

koroner

Profil lipid

Kolesterol, HDL, LDL dan Trigliserida

Pasien Penyakit Jantung

Terapi diet

Page 32: jantung koroner dengan serat

Keterangan :

Penyakit jantung dipengaruhi banyak faktor risiko. Salah satu faktor

risikonya yang dapat dirubah yaitu konsumsi makan. Dalam kerangka konsep

peneliti ingin mengetahui tingkat konsumsi energi, lemak dan serat pasien

terhadap profil lipid yang mempengaruhi terjadinya penyakit jantung.

Page 33: jantung koroner dengan serat

BAB IVMETODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional deskriptif dengan

desain penelitian berupa studi kasus yang memberikan gambaran tentang

tingkat konsumsi energi, lemak dan serat terhdap profil lipid pasien penderita

penyakit jantung di Rumah Sakit Umum Waluyojati Kraksaan Probolinggo.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat : Ruang rawat inap RSUD Waluyojati Kraksaaan

Probolinggo.

2. Waktu : Bulan Februari akhir sampai bulan Maret 2013

C. Instrumen Pengumpulan Data

1. Alat tulis dan alat hitung

2. Rekam medik

3. Form plate waste

4. Formulir pernyataan kesediaan pasien

5. Form recall

6. Mikrotoa

7. DKBM

8. Daftar URT

9. CD menu

10. Daftar bahan makanan penukar

11. Laptop

Page 34: jantung koroner dengan serat

D. Definisi Operasional Variabel

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel

Variabel Devinisi Cara dan Alat ukur

Skala ukur Kategori

Tingkat konsumsiEnergi dan lemak

Rata-rata jumlah asupan zat gizi yang diperoleh (energi dan lemak) dari makanan dan minuman dibandingkan dengan kebutuhan pasien.

- WawancaraFood recall 3x24 jam (makanan dari luar rumah sakit)-Metode Come stok

Rasio -Baik : ≥ 80%-Sdg : 70 – 79%-Kurang : 60 – 69 %-Defisit : < 60%(DEPKES RI, 1994)

Tingkat konsumsi natrium

Jumlah asupan natrium dalam makanan (g/hari) dibandingkan dengan angka kebutuhan pasien

-WawancaraFood recall 3x24 jam (makanan dari luar rumah sakit)Metode Come stok

Rasio Tinggi :>30 g/hr

Normal : 25 – 30 g/hrRendah : <25 g/hr(Soetiono Mangoen Prasodjo, 2005)

Profil lipid Data laboratorium kadar profil lipid pasien meliputi kadar Kolesterol, HDL, LDL, Trigliserida

Hasil Laboratorium dari rekam medik

Rasio KolesterolNormal <200Sdg 200 – 239Tinggi ≥240LDLNormal ¿ 130Sedang 130 – 159Tinggi ≥ 160HDL:-Normal ≥ 60-Sedang 40 – 59-Rendah < 40TrigliseridaNormal <150 Sdg 150 – 199Tinggi ≥200 – 499(Sizer F dan Whiney E, 2006).

Page 35: jantung koroner dengan serat

E. Metode Sampling

1. Populasi

Populasi yang digunakan dalam penellitian adalah pasien penyakit jantung

koroner yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Waluyojati

Kraksaaan Probolinggo.

2. Kriteria sampel

a. Inklusi

1) Penderita yang sedang menjalani rawat inap di Poli penyakit jantung

rumah sakit Waluyojati Kraksaan Probolinggo.

2) Diijinkan oleh pihak rumah sakit untuk diteliti.

3) Pasien bersedia menjadi sampel penelitian.

4) Jenis kelamin laki-laki atau perempuan.

5) Usia ≥ 35 tahun

b. Eklusi

1) Pasien meninggal selama penelitian berlangsung.

2) Pasien menolak prosedur penelitian.

c. Besar sampelBesar pasien dalam penelitian ini berjumlah 10 orang yang merupakan

pasien penyakit jantung yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum

Waluyojati Kraksaan selama penelitian berlangsung.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Data Karakteristik Pasien

Data karakteristik pasien didapat dengan wawancara langsung dengan

pasien meliputi umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, dan

riwayat gizi. Data karakteristik pasien dari data rekam medik dan

wawancara dengan pasien.

2. Data terapi diet yang diberikan

Data terapi diet yang diberikan oleh pihak rumah sakit meliputi jenis diet,

komposisi zat gizi, bentuk makanan, dan cara pemberian makan yang

diperoleh dengan cara observasi langsung dan wawancara dengan ahli gizi.

Page 36: jantung koroner dengan serat

3. Data tingkat konsumsi energi, lemak dan kolesterol

Data tingkat konsumsi energi diperoleh dengan mengumpulkan data

sebagai berikut:

a. Asupan energi, lemak dan kolesterol dengan metode come stok dan

food recall untuk mengetahui asupan dari luar rumah sakit.

b. Menghitung kebutuhan dengan rumus Harris Bennedict sebagai

berikut:

TEE = BEE x Faktor aktifitas x Faktor stres

BEE (Laki-laki) = 66,4 + 13,7 BB + 5 TB – 6,7 U

BEE (Perempuan) = 665 + 9,6 BB + 1,8 TB – 4,6 U

Keterangan :

BB = Berat Badan (Kg)

TB = Tinggi Badan (cm)

U = Umur (tahun)

Dengan memperhatikan faktor aktifitas dan faktor stress sebagai

berikut :

Tabel 2. Kebutuhan Energi Berdasarkan Kategori Aktivitas Fisik

Aktivitas NilaiIstirahat total 1,05Mobilisasi ditempat tidur 1,10Jalan disekitar kamar 1,20Ringan ( pegawai, ibu RT dll) 1,40Sedang (mahasiswa, pegawai pabrik dll 1,50

(Sumber : Rumah Sakit Syaiful Anwar Malang, 2011)

Tabel 3. Kebutuhan Energi Berdasakan Kategori Faktor Stres

Stres NilaiRingan (peradangan saluran cerna, kanker, bedah elektif dll)

1,4

Sedang (sepsis, bedah tulang, trauma kerangka mayor dll)

1,5

Berat (trauma multipel, bedah multisistem) 1,6Sangat berat (luka kepala berat, luka bakar dll)

1,7

(Sumber : Almatsier, 2004).

Page 37: jantung koroner dengan serat

c. Menghitung tingkat konsumsi energi, lemak, dan kolesterol dengan

rumus

rata−rata konsumsi energi , lemak , dankolesterol perharikebutuhan energi , lemak ,dan kolesterol perhari

x100%

4. Data tingkat natrium

Data tingkat konsumsi serat diperoleh dengan menghitung asupan serat

perhari dan dibandingkan dengan kebutuhan.

5. Data profil lipid darah Data profil lipid (Kolesterol, LDL, HDL, Trigliserida) diperoleh dari

Pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan oleh pihak rumah sakit

kemudian dibandingkan dengan nilai normal atau standar Rumah sakit.

G. Metode Pengolahan dan Analisi Data

1. Data karakteristik pasien penelitian yang telah dikumpulkan kemudian

dilakukan editing, coding/pengkodean, pemasukan data, tabulasi dan

analisis secara deskriptif dalam bentuk tabel.

Tabel 4. Identitas Pasien Penelitian

Keterangan Kode Pasien1 2 3 Dst

UmurJenis kelaminBBTBRiwayat gizi

2. Data terapi diet rumah sakit

Data terapi diet yang diberikan meliputi jenis terapi diet, komposisi zat

gizi, dan bentuk makanan disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis

secara deskriptif.

Tabel 5. Terapi Diet Rumah Sakit

Kode Pasien

Jenis Diet

Bentuk makanan

Cara pemberian

Standar DietE

KalP

(g)L

(g)KH(g)

Serat(g)

Kolesterol(mg)

12Dst

Page 38: jantung koroner dengan serat

3. Data tingkat konsumsi energi, lemak dan kolesterol disajikan dalam

bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif. Tingkat konsumsi tersebut

dikategorikan berdasarkan kriteria Depkes RI (1994), yaitu :

a. Baik : ≥ 80 %

b. Sedang : 70 – 79 %

c. Kurang : 60 – 69 %

d. Defisit : < 60 %

4. Data tingkat konsumsi natrium disajikan dalam bentuk tabel dan

dianalisis secara deskriptif. Data tingkat konsumsi serat dikategorikan

sebagai berikut (Soetiono, 2005) :

a. Tinggi : > 30 g/hari

b. Normal : 25 – 30 g/hari

c. Rendah : < 25 g/hari

5. Data profil lipid darah (kolesterol, LDL, HDL, Trigliserida) yang

diperoleh dari hasil laboratorium (rekam medik) dalam bentuk tabel dan

dianalisis secara deskriptif. Adapun nilai normal untuk pemeriksaan

profil lipid sebagai berikut :

Tabel 4. Kadar Lipid Serum Normal

Lipid Serum (mg/dl) KeteranganKolesterol<200200-239≥240

NormalSedangTinggi

LDL¿ 130130 – 159≥ 160

NormalSedangTinggi

HDL: ≥ 6040 – 59< 40

NormalSedangRendah

Trigliserida<150150 – 199≥200 – 499

NormalSedangTinggi

Sumber : Sizer F dan Whiney E, 2006.

Page 39: jantung koroner dengan serat

H. Etika Penelitian

Sebelum melakukan pengambilan data peneliti memberikan informed concent

dan lembar persetujuan menjadi pasien dengan tujuan agar pasien mengerti

maksud dan tujuan penelitian, jika pasien bersedia maka pasien harus

menandatangani lember persetujuan dan jika pasien tidak bersedia maka peneliti

tetap menghormati hak dari pasien.

Page 40: jantung koroner dengan serat

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2004. Penuntun Diet. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Astawan, M. dan Tutik, W. 2004. Diet Sehat dengan Makanan Berserat. Solo : Tiga Serangkai.

Bahri. 2004. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner. Sumatera: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Eastwood. Commite Research. 1968. Diet and Healt. Washington : National Academic Press

Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku saku: Patofisiologi Edisi 3. Jakarta : EGC

Guyton, Arthut C. & John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9 Editor : Irawati Setiawan. Jakarta : EGC.

Hernawati. 2009. Pengaruh Penambahahan Bekatul Pada Pakan Terhadap Gambaran Histologi Organ Hati Mencit (Mus Musculus L.) Jantan Galur Swiss Webster. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Heslet L. 2007. Kolesterol Yang Perlu Anda Ketahui. Anton Adiwiyoto (Penerjemah). Jakarta : Kesain Blanc.

J.B. Suharjo B. Cahyono 2008. Gaya Hidup Dan Penyakit Modern. Yogyakarta: Kanisius hal 25.

Kromhout et al 2000. Dietary Reference Intakes for Energy, Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty Acids, Cholesterol, Protein, and Amino Acids (Macronutrients). Washington. DC : National Academies Press

Lanny. Dewani. Sitanggan, Maloedyn. 2005. Terapi Jus & 38 Ramuan Tradisional. Tangerang : PT. Agromedia Pustaka

Linder. 1992. Dietary Reference Intakes for Energy, Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty Acids, Cholesterol, Protein, and Amino Acids (Macronutrients). Washington DC : National Academic Press.

Page 41: jantung koroner dengan serat

Linder, 1998. Nutirisi dan Metabolisme Lemak. Jakarta : EGC

Mangoenprasodjo, A. Setiono. 2005. Makanan Berkhasiat Agar Jantung Sehat.

Yogyakara : Think Fresh

Moore Mary Courtney. 1997. Pocket Guide To Nutritional Assessment And Care. America : Elsevier Mosby Soediawan. 2009

Moore Mary Courtney. 1997. Terapi Diet dan Nutrisi, edisi II. Jakarta : Hipokrates

Piliang WG dan SD Al-Haj. 2006. Fisiologi Nutrisi Volume 1. Bogor. : IPB Press

Price, Silvia Anderson dan Wilson L M. 2006. Patofisiologi, volume 1. Jakarta : EGC.

Rahardja. Ekky. 2002. Suatu Faktor Risiko pada Kesehatan Tubuh, Simposium Mengenal Lebih Dini serta Penanganan Penyakit Stroke dan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta : R.S. Husada

Riyadi H. 2001. Metode Penelitian Status Gizi Secara Antropometri. [Diktat Kuliah]. Bogor : Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Sizer F and Whitney E. 2006. Nutrition Concept and Controversies. USA : Thomson Wadsworth

Tala, Zaimah Z. 2009. Manfaat Serat Bagi Kesehatan. Sumatera : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Taylor, Clive R dan Candrasoma P. 2006. Patologi Anatomi, edisi 2. Jakarta : EGC

Tirtawinata. 2006. Hubungan Asupan Serat Dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total dan Kadar Trigliserida Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang.

Weijenberg, M.P., Feskens, E.J., Kromhout, D. 2000. White blood cell count and the risk of tolerance . Atherosclerosis 163: 17581

Willet. 1998. Nutritional Epidemiology. Newyork : Oxford University Press

Page 42: jantung koroner dengan serat

Winarno F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Page 43: jantung koroner dengan serat

Lampiran

Lampiran 1. Diet Jantung Rumah Sakit Waluyojati Kraksaan.

a. Makanan yang tidak diberikan

Makanan yang digoreng dan berlemak tinggi yaitu gajih, santan

dan susu full cream

Sayuran yang menimbulkan gas : sawi, kol, nangka muda

Buah yang berlemak tinggi dan menimbulkan gas : durian, nangka

b. Makanan yang dibatasi

Daging diberikan tidak lebih 1x seminggu, tidak lebih 100 gram

sehari

Ayam diberikan tidak lebih 3x seminggu, tidak lebih 100 gram

sehari

Telur diberikan tidak lebih 3x seminggu, tidak lebih 1 butir sehari

Kacang tanah tidak lebih 25 gram sehari

Pembagian makananan sehari

Makan pagi

Nasi/tim/bubur kasar/bubur halus : sesuai standar porsi

Lauk hewani : daging 50 gram

Lauk nabati : tempe 25 gram

Sayur : sesuai standar porsi

Snack pagi untuk pasien R. Tengger, Utama, Kelas I, Kelas II.

Bubur sumsum / kentang rebus / kue tanpa soda kue / digoreng

/ buah

Kacang ijo / teh

Makan siang

Nasi/tim/bubur kasar/bubur halus : sesuai standar porsi

Page 44: jantung koroner dengan serat

Lauk hewani : daging 50 gram

Lauk nabati : tempe 25 gram

Sayur : sesuai standar porsi

Snack siang untuk pasien Ruang Tengger, Utama, Kelas I.

Bubur sumsum / kentang rebus / kue tanpa soda kue / digoreng

/ buah

Air putih (untuk pasien di R. Tengger).

Makan sore/malam

Nasi / tim / bubur kasar/ bubur halus : sesuai standar porsi

Laukhewani : ayam : 75 gram

Lauk nabati : tempe : 25 gram

Sayur : sesuai standar porsi

Buah selain pisang (untuk pasien di R. Tengger).

Page 45: jantung koroner dengan serat

Lampiran 2.

SURAT PERNYATAAN

BERSEDIA MENJADI PASIEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini brsedia menjadi pasien dalam

penelitian mengenai “GAMBARAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI,

LEMAK, DAN SERAT TEHADAP PROFIL LIPID PASIEN

PENDERITA PENYAKIT JANTUNG RAWAT INAP RSUD

WALUYOJATI KRAKSAAN” yang dilakukan oleh :

Nama : Hermansyah

Nim : 1003000064

Selanjutnya pasien bersedia mengikuti pelaksanaan penelitian tersebut

dengan kemampuan dan prosedur yang telah ditetapkan.

Nama :

Diagnosa Px :

Umur :

BB :

TB :

Alamat :

Kraksaan, 2013

Peneliti Pasien

Hermansyah ...................