INKONTINENSIA ALVI

download INKONTINENSIA ALVI

of 16

description

m

Transcript of INKONTINENSIA ALVI

  • INKONTINENSIA ALVI / FEKAL

  • 1. DefinisiInkontinensia alvi (inkontinensia feses) adalah ketidakmampuan untuk mengontrol buang air besar, menyebabkan tinja (feses) bocor tak terduga dari dubur. Inkonteinensia tinja juga disebut inkontinensia usus. Inkontinensia tinja berkisar dari terjadi sesekali saat duduk hingga sampai benar-benar kehilangan kendali.

  • 2. EtiologiPenyebab umum inkontinensia alvi termasuk sembelit, diare, atau kerusakan saraf. Inkontinensia tinja bisa terjadi karena sfingter anus yang lemah dikaitkan dengan penuaan atau cedera pada saraf dan otot-otot rektum dan anus.Inkontinensia tinja bisa terjadi selama serangan diare atau jika tinja yang keras terperangkap di rektum (impaksi tinja).

  • Inkontinensia tinja yang menetap bisa terjadi pada :a. orang yang mengalami cedera anus atau urat saraf tulang belakangb. prolapsus rektum (penonjolan lapisan rektum melalui anus)c. pikund. cedera neurologis pada kencing manise. tumor anusf. cedera di panggul karena persalinan.Penyebab utama timbulnya inkontinensia feses adalah masalah sembelit, penggunaan pencahar yang berlebihan, gangguan saraf seperti demensia dan strok serta gangguan kolorektum seperti diare, neuropati diabetik, dan kerusakan sfingter rektum.

  • Penyebab inkontinensia feses dapat dibagi dalam 4 kelompok ( Brocklehurst dkk,1987, kane dkk,1989 ) adalah;Inkontinensia Feses Akibat KonstipasiInkontinensia Feses SimtomatikInkontinensia Feses Akibat Gangguan Kontrol Persyarafan Dari Proses Defekasi (Inkontinensia Neurogenik) Inkontinensia Feses Akibat Hilangnya Refleks Anal

  • Inkontinensia Feses Akibat Konstipasi Obstipasi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan sumbatan/impaksi dari masa feses yang keras (skibala). Masa feses yang tidak dapat keluar ini akan menyumbat lumen bawah dari anus dan menyebabkan perubahan dari besarnya sudut ano rektal. Kemampuan sensor menumpul dan tidak dapat membedakan antara flatus, cairan atau feses. Akibatnya feses yang cair akan merebes keluar. Skibala yang terjadi dapat juga menyebabkan iritasi pada mukosa rektum dan terjadi produksi cairan dan mukus, yang selanjutnya melalui sela-sela dari feses yang impaksi akan keluar dan terjadi inkontinensia feses.

  • b. Inkontinensia Feses Simtomatik Inkontinensia feses simtomatik dapat merupakan penampilan klinis dari macam-macam kelainan patologis yang dapat menyebabkan diare. Keadaan ini mungkin dipermudah dengan adanya perubahan berkaitan dengan bertambahnya usia dari proses kontrol yang rumit pada fungsi sfingter terhadap feses yang cair, dan gangguan pada saluran anus bagian atas dalam membedakan flatus dan feses yang cair. Penyebab yang paling umum dari diare pada usia lanjut adalah obat-obatan antara lain yang mengandung unsur besi atau memang akibat obat pencahar

  • c. Inkontinensia Feses Akibat Gangguan Kontrol Persyarafan Dari Proses Defekasi (Inkontinensia Neurogenik)inkontinensia neurogenik terjadi akibat gangguan fungsi menghambat dari korteks serebri saat terjadi regangan/distensi rektum. Proses normal dari defekasi melalui refleks gastro-kolon . Beberapa menit setelah makanan sampai di lambung,akan menyebabkan pergerakan feses dari kolon desenden ke arah rektum. Distensi rektum akan diikuti relaksasi sfingter interna. Dan seperti halnya kandung kemih, tidak terjadi kontraksi intrinsik dari rektum pada orang dewasa normal, karena adanya inhibisi atau hambatan dari pusat di korteks serebri.

  • d. Inkontinensia Feses Akibat Hilangnya Refleks Anal Inkontinensia feses terjadi akibat hilangnya refleks anal, disertai kelemahan otot-otot seran lintang. Parks, Henry dan Swash dalam penelitiannya (seperti dikutip oleh Brocklehurst dkk,1987), menunjukkan berkurangnya unit-unit yang berfungsi motorik pada otot-otot daerah sfingter dan purbo rektal. Keadaan ini menyebabkan hilangnya refleksi anal, berkurangnya sensasi pada anus disertai menurunnya tonus anus. Hal ini dapat berakibat inkontinensia feses pada peningkatan tekanan intraabdomen dan prolaps dari rektum. Pengelolaan inkontinensia sebaliknya ini diserahkan pada ahli proktologi untuk pengobatannya.

  • PatofisiologiGejala bisa berupa merembesnya feses cair yang disertai dengan buang gas dari dubur atau penderita sama sekali tidak dapat mengendalikan keluarnya feses. Umumnya ,orang dewasa tidak mengalami kecelakaan buang air besar ini kecuali mungkin sesekali ketika terserang diare parah.Tapi itu tidak berlaku bagi orang yang mengalami inkontinensia tinja, kejadian BAB di celana itu berulang-ulang dan kronis.Gejalanya antara lain :a. Tidak dapat mengendalikan gas atau feses yang mungkin cair atau padat dari perutb. Mungkin tidak sempat ke toilet untuk BABBagi beberapa orang termasuk anak-anak inkontinensia tinja adalah masalah yang relative kecil,terbatas pada sesekali mengotori pakaian mereka.bagi yang lain,kondisi bisa menghancurkan lengkap karena kurangnya control usus.

  • Diagnosa dan PengobatanDiagnosa Untuk menentukan diagnosis, dilakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya kelainan struktur maupun kelainan saraf yang bisa menyebabkan keadaan ini. Termasuk di dalamnya adalah :a. Pemeriksaan anus dan rektumb. Memeriksa tingkat sensasi di sekeliling lubang anusc. Pemeriksaan sigmoidoiskopi.Mungkin juga diperlukan pemeriksaan fungsi saraf dan lapisan otot-otot pelvis.

  • PengobatanLangkah pertama untuk memperbaiki keadaan ini adalah berusaha untuk memiliki kebiasaan defekasi (buang air besar) yang teratur, yang akan menghasilkan bentuk tinja yang normal.Melakukan perubahan pola makan, berupa penambahan jumlah serat. Jika hal-hal tersebut diatas tidak membantu, diberikan obat yang memperlambat kontraksi usus, misalnya loperamid.

  • Melatih otot-otot anus (sfingter) akan meningkatkan ketegangan dan kekuatannya dan membantu mencegah kekambuhan.Dengan biofeedback, penderita kembali melatih sfingternya dan meningkatkan kepekaan rektum terhadap keberadaan tinja. Jika keadaan ini menetap, pembedahan dapat membantu proses penyembuhan. Misalnya jika penyebabnya adalah cedera pada anus atau kelainan anatomi di anus.Pilihan terakhir adalah kolostomi, yaitu pembuatan lubang di dinding perut yang dihubungkan dengan usus besar. Anus ditutup (dijahit) dan penderita membuang tinjanya ke dalam kantong plastik yang ditempelkan pada lubang tersebut.

  • Tindakan Medis Menangani Incontinesia Alvi Tindakan medis yang dapat dilakukan adalah denagan melakukan bowel training pada pasien penderita inkontinensia alvi.Bowel training (pelatihan defekasi) adalah program pelatihan yang dilakukan pada klien yang mengalami inkontinensia usus atau tidak mampu mempertahankan control defekasi. Dalam bahasa sederhana bowel training bisa diartiakan sebagai membantu klien untuk melatih defekasi. Program iniilakukan pada klien yang mengalami masalah eliminasi feses yang tidak teratur.

  • Tujuan bowel trainingAda beberapa tujuan dilakukannya bowel training pada klien yang memiliki masalah eliminasi feses yang tidak teratur, antara lain sebagai berikut: Program bowel taraining dapat membantu klien mendapatkan defekasi yang normal. Terutama klien yang masih memiliki control newromuskular (Doughty, 1992). Melatih defekasi secara rutin pada klien yang mengalami gangguan pola eliminasi feses atu defekasi.

  • - Indikasi Bowel training dilakukan pada klien dengan: Inkontinensia usus (tidak mampu mengontrol pengeluran feses secara normal), membantu klien mendapatkan defekasi yang normal dan rutin.- Kontra Indikasi Klien dengan diare