HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL...

95
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH BRUMBUNG MRANGGEN DEMAK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Tarbiyah Oleh: NUR SIKHATUN NIM: 3104149 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

Transcript of HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL...

Page 1: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONALDENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK

PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH BRUMBUNGMRANGGEN DEMAK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syaratguna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh:NUR SIKHATUN

NIM: 3104149

FAKULTAS TARBIYAHINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG2010

Page 2: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

ii

KEMENTERIAN AGAMAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS TARBIYAH SEMARANGJl. Prof. Dr. Hamka Km. 2 (Kampus II) Telp. (024) 7606405 Semarang

PENGESAHAN

Skripsi : Nur SikhatunNIM : 3104149Fakultas : TarbiyahJurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)Judul Skripsi : Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan

Kemampuan Menghafal Santri Pondok PesantrenTahfidz Asy-Syarifah Brumbung MranggenDemak

Telah dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut AgamaIslam Negeri Walisongo Semarang pada tanggal:

2 Juli 2010

dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangkamenyelesaikan studi Program Sarjana Strata I (S.1) Tahun Akademik 2010 /2011 guna memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah

Semarang, Juli 2010Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Drs. H. Muslih, M.A. Dra. Ani Hidayati, M.Pd.NIP. 15027692 600000 1 000 NIP. 19611205 199303 2001

Penguji I Penguji II

Ahwan Fanani, M.Ag. Hj. Tuti Qurrotul Aini, M.SI.NIP. 19780930 200312 1001 NIP. 150 277 396

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Abdul Wahid, M.Ag. Drs. Karnadi, M.Pd.NIP. 19691114 199403 1003 NIP. 19680317 19940

Page 3: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) Eksemplar Semarang, Desember 2009Hal : Naskah Skripsi Kepada,

a.n. Sdr. Yth. Bapak Dekan FakultasNur Sikhatun Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Setelah saya mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya, maka sayamenyatakan bahwa naskah skripsi saudara/i:

Nama : Nur SikhatunNIM : 3104149Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)Judul Skripsi : Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan

Kemampuan Menghafal Santri Pondok PesantrenTahfidz Asy-Syarifah Brumbung Mranggen Demak

Sudah selesai proses bimbingannya, selanjutnya saya mohon agarskripsi saudara/i tersebut dapat dimunaqosahkan.

Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Abdul Wahid, M.Ag. Drs. Karnadi, M.Pd. NIP. 19691114 199403 1003 NIP. 19680317 199403

Page 4: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

iv

MOTTO

.} :{"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya

Kami benar-benar memeliharanya".* (QS al-Hijr: 9)

.}{"Bacalah al-Qur’an, sesungguhnya Allah SWT tidak akan menyiksa hati

yang memelihara al-Qur’an".* (HR. Bukhari)

* Muhammad Noor, dkk., Al-Qur'an al-Karim dan Terjemahannya, (Semarang: CV. TohaPutra, 1996), hlm. 209.

* Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakr as-Sayuthy, Al-Jami’ al-Shagir, (Indonesia:Maktabah Dar Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyah, tth.), hlm. 52. Juz I.

Page 5: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

v

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini

Penulis persembahkan secara khusus kepada:

Kedua orang tuaku tercinta

Suami dan anakku tercinta

Page 6: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

vi

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab penulis menyatakan bahwa skripsi

ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau diterbitkan. Demikian

juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi

dalam referensi yang penulis jadikan bahan rujukan.

Semarang, Juni 2010Deklarator,

Nur SikhatunNIM. 3104149

Page 7: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

vii

ABSTRAKS PENELITIAN

Nur Sikhatun (NIM: 31004149), Hubungan Antara Kecerdasan EmosionalDengan Kemampuan Menghafal Santri Pondok Pesantren Tahfidz Asy-SyarifahBrumbung Mranggen Demak.

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui tingkat kecerdasan emosionalsantri Pondok Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah Brumbung Mranggen Demak. 2)Mengetahui tingkat kemampuan menghafal santri Pondok Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah Brumbung Mranggen Demak. 3) Mengetahui ada atau tidak adanyahubungan antara kecerdasan emosional dengan kemampuan menghafal santriPondok Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah Brumbung Mranggen Demak.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif, yakni jenispenelitian yang menggunakan angka dalam mengumpulkan data danmenampilkan hasilnya. Suatu pendekatan penelitian yang bersifat objektif,mencakup pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta menggunakan metodepengujian statistik. Metode pengambilan datanya dengan angket, tes dandikumentasi. Sampel dalam penelitian ini sebesar 20% dari populasi 210 yakni 42santri Pondok Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah Brumbung Mranggen Demak.Sedangkan cara pengambilan sampel dengan cara random sampling yakni semuaresponden dianggap sama dalam pemilihan sampel tanpa pandang bulu.

Adapun hasil dari data yang telah didapat dianlisis dengan analisiskorelasi product moment, menunjukkan adanya hubungan positif antarakecerdasan emosional dan kemampuan menghafal santri Pondok PesantrenTahfidz Asy-Syarifah Brumbung Mranggen Demak. Pengujian hipotesispenelitian menunjukkan bahwa: 1) Kecerdasan emosional santri Pondok PesantrenTahfidz Asy-Syarifah Brumbung Mranggen Demak termasuk dalam kategori baikyaitu berada pada interval 78-83 dengan nilai rata-rata 81,40. 2) Kemampuanmenghafal santri Pondok Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah Brumbung MranggenDemak termasuk dalam kategori baik yaitu pada interval 81-86 dengan inikualitas 84,23. 3) Ada hubungan positif antara kecerdasan emosional dengankemampuan menghafal santri Pondok Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah BrumbungMranggen Demak ditunjukkan dengan hasil bahwa rxy yang diperoleh dari angketadalah 0,8535, sedangkan rt= 0,304 pada taraf signifikansi 5 %, dan rt = 0,393pada taraf signifikansi 1 %. Hal ini menunjukkan bahwa rxy lebih besar dari rt.Kemudian dilanjutkan dengan uji signifikansi menggunakan thitung = 10,3590, ttabel

= 5% = 1,684 1% = 2,423.

Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi positif danmasukan bagi segenap civitas akademik khususnya para kyai, ustadz di pondokpesantren, terutama para guru/ustadz santri hafid, orang tua dan masyarakat dalamrangka meningkatkan kecerdasan emosional dan kemampuan menghafal parasantri pondok pesantren.

Page 8: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

viii

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadapan Allah SWT atas

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini, dan dengan

petunjuk-Nya penulis mampu menyelesaikannya. Shalawat serta salam semoga

terlimpah selalu kepada revolusioner terbesar nabi besar Muhammad saw., beserta

keluarga dan sahabat-sahabatnya dan seluruh umat yang meyakini kebenarannya.

Kemudian dengan selesainya penulisan skripsi ini perkenankanlah penulis

menyampaikan rasa terima kasih kepada mereka yang berjasa, khususnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang yang telah memberikan izin penelitian pada penulis.

2. Drs. H. Abdul Wahid, M.Ag. dan Drs. Karnadi, M.Pd selaku pembimbing

yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan

bimbingan dan pengarahan selama penyusunan skripsi ini.

3. Segenap dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah

memberikan segenap ilmu kepada penulis.

4. Segenap civitas Pondok Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah Brumbung

Mranggen Demak yang telah membantu mengarahkan dan memberi saran

yang berharga selama penelitian.

5. Kedua orang tuaku yang telah mengasuhku dan membimbing penulis

dengan penuh tulus ikhlas.

Kepada mereka penulis tidak dapat memberikan apa-apa selain untaian

rasa terima kasih yang tulus dengan diiringi do’a semoga Allah SWT membalas

semua amal kebaikan mereka dengan sebaik-baiknya balasan.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih sangat

jauh dari sempurna. Namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Semarang, Juni 2010Penulis,

Nur SikhatunNIM. 3104149

Page 9: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

HALAMAN ABSTRAKS ............................................................................. iv

HALAMAN DEKLARASI ........................................................................... v

HALAMAN MOTTO ................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................... vii

KATA PENGANTAR................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................. ix

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................. 5

C. Pembatasan Masalah ............................................................. 6

D. Perumusan Masalah .............................................................. 7

E. Manfaat Penelitian................................................................. 7

BAB II : LANDASAN TEORITIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kecerdasan Emosional ........................................................... 9

1. Pengertian Kecerdasan Emosional .................................... 9

2. Indikasi Kecerdasan Emosional ........................................ 10

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional 13

B. Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an ........................................... 16

1. Konsep Dasar Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an ............... 16

2. Faktor-faktor Penunjang Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an 18

3. Motivasi dan Memorisasi Hafalan Al-Qur’an ................... 31

C. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kemandirian

Kemampuan Menghafal Santri ............................................... 36

D. Kajian Penelitian yang Relevan.............................................. 37

E. Hipotesis................................................................................ 39

Page 10: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

x

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian.................................................................... 40

B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................. 40

C. Variabel dan Indikator Penelitian............................................ 41

D. Metode Penelitian ................................................................... 41

E. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................ 42

F. Teknik Pengumpulan Data...................................................... 44

G. Teknik Analisis Data .............................................................. 45

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Data Umum Tentang Pondok Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah

Brumbung Mranggen Demak................................................... 48

1. Tinjauan Historis ............................................................... 48

2. Letak Geografis ................................................................. 49

3. Struktur Organisasi ............................................................ 49

4. Kyai, Ustadz dan Santri...................................................... 50

5. Sarana Prasarana Pendidikan.............................................. 51

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian................................................ 51

1. Data Tentang Kecerdasan Emosional Santri Pondok

Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah Brumbung Mranggen

Demak ............................................................................... 51

2. Data Tentang Kemampuan Menghafal Santri Pondok

Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah Brumbung Mranggen

Demak ............................................................................... 55

C. Pengujian Hipotesis ................................................................. 58

D. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 62

E. Keterbatasan Penelitian............................................................ 63

Page 11: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

xi

BAB V : PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................ 66

B. Saran ....................................................................................... 67

C. Penutup ................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Page 12: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan sumber seluruh ajaran Islam. Tanpa al-Qur’an

umat Islam akan kehilangan arah karena teks suci tersebut berisikan mengenai

ajaran-ajaran Islam yang sesuai dengan “titah Tuhan”. Baik buruknya

perbuatan seorang muslim parameternya adalah al-Qur’an. Dalam catatan

sejarah, umat Islam pernah risau setelah banyak di antara penghafal al-Qur’an

yang meninggal dunia dalam perang Badar. Sehingga kejadian ini kemudian

menjadi inspirasi bagi sahabat-sahabat untuk menuliskan ayat-ayat al-Qur’an

sebagai salah satu upaya untuk menjaga keberadaan dan keotentikan al-

Qur’an.2

Sementara itu seiring perkembangan zaman, upaya-upaya untuk

menjaga kelestarian dan keotentikan al-Qur’an tersebut masih tetap dilakukan.

Salah satunya adalah dengan didirikannya pondok pesantren tahfidz al-

Qur’an. Harus diakui bahwa pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan

Islam telah membuktikan keberadaannya dan keberhasilannya dalam

peningkatan sumber daya manusia. Banyak pesantren yang cikal bakalnya

merupakan lembaga pendidikan al-Qur’an. Di dalam pesantren ini, para santri

diajarkan membaca, menghafal dan memahami al-Qur’an di samping kitab-

kitab kuning. Bahkan dalam perkembangan terakhir telah terbukti bahwa dari

pesantren telah lahir banyak pemimpin bangsa dan pemimpin masyarakat.3

Al-Qur'an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW, sebagai pedoman bagi umat manusia dalam mengatur

kehidupannya, agar mendapatkan kebahagiaan lahir dan batin, di dunia dan

2 Salah satu yang dibanggakan umat Islam dari dahulu hingga saat ini adalah keotentikan al-Qur’an yang merupakan warisan Islam terpenting dan paling berharga. Baca dalam Said AgilHusain Al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta: Ciputat Press,2004), hlm. 14.

3 Abdurrahman Mas’ud, Menuju Paradigma Islam Humanis, (Yogyakarta: Gama Media,2003), hlm. 259.

Page 13: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

2

akhirat. Al-Qur'an adalah sumber utama ajaran agama Islam. Di dalamnya

termuat ajaran tentang aqidah, hukum, ibadah, muamalah serta akhlak. Al-

Qur'an memberikan jalan yang paling lurus dan paling jelas serta sebagai

kabar gembira bagi orang-orang yang beriman kepada-Nya yaitu orang-orang

yang mengerjakan amal-amal yang sesuai dengan ketentuan al-Qur'an. Al-

Qur'an juga merupakan peraturan bagi umat dan sekaligus sebagai way of life-

nya yang kekal hingga akhir masa, sedangkan kewajiban umat Islam adalah

memberikan perhatian yang besar terhadap al-Qur'an baik dengan cara

membacanya, menghafalkannya maupun menafsirkannya. Dalam al-Qur'an

tidak terkandung sedikitpun kebatilan dan kebenaran al-Qur'an terpelihara dan

dijamin keasliannya oleh Allah SWT, sejak diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW hingga sekarang bahkan sampai hari kemudian.

Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:

) . :(

Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur'an, dansesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.4 (QS. al-Hijr: 9)

Dengan jaminan Allah dalam ayat tersebut bukan berarti umat Islam

terlepas dari tanggung jawab dan kewajiban memelihara, karena tidak

menutup kemungkinan kemurnian ayat-ayat al-Qur'an akan diusik oleh

musuh-musuh Islam. Oleh karena itu salah satu usaha nyata dalam proses

pemeliharaan kemurnian al-Qur'an itu adalah dengan menghafalkannya.5

Menghafal merupakan suatu perbuatan yang sangat terpuji dan mulia.

Orang-orang yang mempelajari, membaca atau menghafal al-Qur'an adalah

orang-orang pilihan yang memang dipilih oleh Allah. Secara syar’i menghafal

al-Qur'an adalah wajib kifayah bagi umat Islam, ini berarti orang yang

4 Muhammad Noor, dkk., Al-Qur'an al-Karim dan Terjemahnya, (Semarang: CV. TohaPutra, 1996), hlm. 209.

5 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur'an, (Jakarta: Bumi Aksara,1994), hlm.21-22.

Page 14: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

3

menghafalnya tidak boleh kurang dari jumlah mutawatir sehingga tidak akan

mengalami pemalsuan dan pengubahan.

Pada hakikatnya manusia menginginkan keberhasilan dan kelayakan

hidup. Untuk menjadi orang yang berhasil diperlukan suatu kecerdasan

tertentu di antaranya kecerdasan akal (intellegence question). Akan tetapi

dengan kecerdasan akal (IQ) saja tidak dapat menjamin keberhasilan hidup

seseorang. Tidaklah benar asumsi masyarakat selama ini bahwa orang yang

mempunyai IQ tinggi dikatakan cerdas dan orang yang mempunyai IQ rendah

tentu bodoh. Para psikolog sepakat bahwa IQ hanya menyumbangkan kira-

kira dua puluh persen sebagai faktor dalam menentukan keberhasilan, delapan

puluh persen berasal dari faktor lain.6

Daniel Goleman, salah seorang Profesor dari Universitas Harvard, dalam

bukunya yang berjudul Emotional Intelligence, menjelaskan bahwa ada

faktor lain selain faktor IQ yang ikut menentukan tingkat kesuksesan

seseorang yaitu faktor kecerdasan emosional (Emotional Intelligence).

Kecerdasan emosi menunjuk pada suatu kemampuan untuk mengatur dan

mengelola dorongan-dorongan emosi yang terdapat dalam diri individu.

Emosi dapat dikelompokkan pada kesedihan, amarah, takut, gembira,

kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel dan malu. Agar dorongan-dorongan

tersebut dapat disalurkan secara benar dan tepat baik pada diri sendiri

maupun bagi sosialnya, ada lima dimensi yang dapat mencerminkan tingkat

kecerdasan emosi yang dapat dimiliki oleh seseorang. Secara garis besar

dimensi-dimensi kecerdasan emosional tersebut adalah, pertama;

kemampuan mengenali emosi diri, kedua; kemampuan mengelola emosi diri,

ketiga; kemampuan memotivasi diri ketika menghadapi kegagalan atau

rintangan dalam mencapai keinginan, keempat; kemampuan mengenali

6 Aparna Chattopadhyay, Whats You Emotional IQ Over 600 Psychological Quizzer AssesYour Weakness And Strenghts In Your Emotional And Feeling And Groom Tuller Personality,(terj.) Hta. Darwin Rasyid, “Tes Emosi Anda”. (Tangerang: Gaya Media Pratama, 2004), hlm. 5.

Page 15: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

4

emosi orang lain, dan kelima: kemampuan membina hubungan dengan

sosialnya.7

Pada akhirnya kecerdasan emosional disebut sebagai keterampilan

lunak yang besar andilnya dalam menentukan kesuksesan kita mulai

mendapat perhatian dan mulai diperhitungkan oleh pendidik, pelaku bisnis,

dan media. Oleh karena itu, maka permasalahannya kaitannya dengan

penelitian ini adalah bagaimana membangun kecerdasan emosional (EQ)

santri, adakah hubungan yang cukup sinergis antara kecerdasan emosional

dengan kemampuan menghafal santri.

Dari hal tersebut menggambarkan adanya hal yang patut diduga,

yaitu hubungan yang saling mempengaruhi antara kecerdasan emosional dan

kemampuan menghafal santri. Tentu hal ini tidak lepas dari adanya faktor

yang mempengaruhi, baik faktor dari dalam maupun dari luar. Faktor dari

dalam antara lain kematangan usia, kekuatan iman, takwa, dan kecerdasan,

sedang faktor dari luar berupa lingkungan.8 Dengan demikian perlu adanya

bantuan berupa bagaimana membangun kecerdasan emosional bagi santri agar

memiliki kemampuan menghafal yang maksimal.

Alasan memilih Pondok Pesantren Asy-Syarifah Brumbung

Mranggen Demak sebagai objek penelitian, karena menurut pandangan

penulis bahwa civitas Pondok Pesantren Asy-Syarifah Brumbung Mranggen

Demak tersebut kurang memperhatikan khususnya dalam hal intelegensi dan

emosionalnya hal ini bisa dipahami bahwa kemampuan menghafal yang

dimiliki oleh santri di pondok pesantren tersebut kurang maksimal karena

salah satu penyebabnya kurang memperhatikan faktor emosional yang ada

dalam diri mereka ketika berinteraksi dengan para santri dan segenap civitas

di pesantren tersebut. Hal inilah mengakibatkan penulis mempunyai data tarik

tersendiri untuk meneliti lebih lanjut dalam rangka pemahaman yang

7 Daniel Goleman, Emotional Intellegence, (terj.) T. Hermaya, “Kecerdasan Emosional”(Jakarta: Gramedia, 2003), hlm. 58-59.

8Munthali’ah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI, (Semarang: Gunung Jati, 2002),hlm. 45.

Page 16: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

5

komprehensif khususnya tentang fenomena hafalan al-Qur’an di tengah-

tengah masyarakat.

Inilah yang mendorong dan menjadi alasan, mengapa penulis memilih

pondok pesantren dimaksud sebagai objek penelitian dan menjadikannya

sebagai karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul "Hubungan antara

Kecerdasan Emosional Dengan Kemampuan Menghafal Santri Pondok

Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah Brumbung Mranggen Demak”.

B. Identifikasi Masalah

Kecerdasan merupakan faktor endogin yang sangat besar pengaruhnya

terhadap kemajuan belajar santri. Sedangkan kecerdasan emosional

merupakan kemampuan seseorang dalam mengelola dan mengkoordinir

perasaan dirinya supaya lebih baik serta kemampuan dalam membina

hubungan interaktif sosialnya. Kecerdasan emosional menuntut seseorang

untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan pada dirinya sendiri dan

orang lain dan untuk menanggapinya dengan cepat, menerapkan dengan

efektif informasi dan energi emosi dalam kehidupan sehari-hari sehingga

santri diharapkan bisa bersikap mandiri khususnya dalam hal menghafal al-

Qur’an.

Kemudian yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana

hubungan kecerdasan emosional tersebut dengan kemampuan menghafal

santri. Adapun sebagai landasan teori yang menjadi pertanyaan dalam

penelitian ini adalah; bagaimana pengertian kecerdasan emosional dan

kemampuan menghafal itu sendiri. Dalam penelitian ini yang menjadi objek

kajian penelitian adalah santri Pondok Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah

Brumbung Mranggen Demak. Sehingga dalam penelitian ini yang menjadi

fokus pertanyaan adalah bagaimana hubungan kecerdasan emosional

tersebut dengan kemampuan menghafal santri Pondok Pesantren Tahfidz

Asy-Syarifah Brumbung Mranggen Demak.

Page 17: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

6

C. Pembatasan Masalah

Agar tidak terjadi kesalahpahaman atau penafsiran ganda terhadap

makna yang dimaksud dalam judul skripsi ini, maka penulis merasa perlu

memberi penjelasan dan batasan masalahnya, sebagai berikut:

1. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memotivasi

diri sendiri dan bertahan untuk menghadapi frustasi, mengendalikan

dorongan emosi dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur

suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan

kemampuan berfikir.9 Sedangkan Robert K Cooper dan Ayman Sawaf

dalam bukunya yang berjudul “Executive EQ” mendefinisikan bahwa

kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan daya dan kepekaan

emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang

manusiawi.10

Adapun maksud dari kecerdasan emosional di sini adalah

kemampuan para santri untuk mengenali perasaan diri antara santri satu

dengan yang lain, kemampuan santri untuk memotivasi diri sendiri dan

kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri santri dan dalam

berhubungan dengan santri lain, santri dengan ustadz-ustadzah dan dalam

berhubungan dengan lingkungan masyarakat sekitar pondok pesantren.

Sedangkan dalam penelitian ini, penulis membatasi hanya pada

kecerdasan emosional santri tahfidz Pondok Pesantren Asy-Syarifah

Brumbung Mranggen Demak sebagai batasan masalah agar tidak terjadi

salah persepsi dalam memahami dan mengartikannya.

2. Kemampuan menghafal santri

9 Daniel Goleman, op. cit, hlm.45.10 Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, Executive EQ, (terj.) Alex Trikuncoro Widodo,

“Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi” (Jakarta: Gramedia, 2000), hlm.XV.

Page 18: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

7

Kemampuan menghafal santri maksudnya di sini adalah

kemampuan santri dalam menghafal al-Qur’an. Adapun menghafal al-

Qur'an adalah proses membaca dan mencamkan al-Qur'an tanpa melihat

tulisan al-Qur'an (di luar kepala) secara berulang-ulang agar senantiasa

ingat dalam rangka memperoleh ilmunya atau suatu proses berusaha untuk

mengingat sesuatu, dalam hal ini al-Qur'an tanpa melihat mushaf secara

berulang-ulang agar senantiasa ingat dengan berlandaskan kaidah tilawah

dan asas tajwid yang benar.

Sedangkan dalam penelitian ini, penulis membatasi hanya pada

kemampuan menghafal santri Pondok Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah

Brumbung Mranggen Demak. sebagai batasan masalah agar tidak terjadi

salah persepsi dalam memahami dan mengartikannya.

D. Perumusan Masalah

Atas berbagai permasalahan, latar belakang, dan pembatasan masalah

seperti tersebut di atas, selanjutnya penulis merumuskan masalahnya sebagai

berikut:

Bagaimana tingkat kecerdasan emosional santri Pondok Pesantren Tahfidz

Asy-Syarifah Brumbung Mranggen Demak?

Bagaimana tingkat kemampuan menghafal santri Pondok Pesantren Tahfidz

Asy-Syarifah Brumbung Mranggen Demak?

Adakah hubungan antara kecerdasan emosional dengan kemampuan

menghafal santri Pondok Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah Brumbung

Mranggen Demak?

E. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Secara teoritis, kecerdasan emosional santri ada hubungannya

dengan kemampuan menghafal. Sehingga dengan kecerdasan emosional

yang baik dapat berpengaruh positif terhadap terciptanya kemampuan

Page 19: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

8

menghafal bagi santri, dan pada gilirannya diharapkan dapat

menghasilkan prestasi hafalan yang maksimal.

2. Secara Praktis

Sebagai sumbangan dan masukan bagi santri, ustdaz-ustadzah, dan

orang tua serta masyarakat umum tentang arti pentingnya kecerdasan

emosional, karena erat hubungannya dengan kemampuan menghafal

santri. Sekaligus menjadi kontribusi yang positif bagi usaha bagaimana

mendesain terciptanya suasana belajar menghafal di pondok pesantren

yang inovatif.

Kondisi yang demikian, jelas membantu meringankan bagi para

ustadz-ustadzah dalam usaha mencapai target hafalan. Karena mereka

tidak disibukkan dengan urusan-urusan yang terkait dengan perilaku yang

menyimpang, melainkan lebih fokus pada bagaimana upaya-upaya

pengembangan kegiatan belajar menghafal santri secara lebih berkualitas.

Sementara santri pun dapat lebih konsentrasi dalam menghafal secara

aman dan nyaman, terkait dengan pengayaan metode menghafalnya,

sehingga mereka mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya

secara optimal. Sudah barang tentu kondisi yang demikian, menjadi

kebanggaan tersendiri bagi pondok pesantren, santri, dan orang tua/wali

santri.

Page 20: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

9

BAB II

LANDASAN TEORITIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional merupakan kekuatan di balik singgasana kemampuan

intelektual. Kecerdasan emosional merupakan dasar-dasar pembentukan

emosi yang mencakup keterampilan-keterampilan dalam diri seseorang.11

Mengenai pengertian kecerdasan emosional ini, para pakar telah

mendefinisikannya, di antaranya yaitu:

Kecerdasan emosional adalah "suatu kemampuan untuk memahami

perasaan diri masing-masing dan perasaan orang lain, kemampuan untuk

memotivasi dirinya sendiri, dan menata dengan baik emosi-emosi yang

muncul dalam dirinya dan dalam berhubungan dengan orang lain".12

Kecerdasan emosional adalah "serangkaian kemampuan, kompetensi, dan

kecakapan non kognitif, yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk

berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan".13 Kecerdasan

emosional adalah "sebuah kemampuan untuk mendengarkan bisikan emosi

11 John P., Miller, Humanazing The Class Room; Models of Teaching in AffectiveEducation, (terj.) Abdul Munir Mulkhan, Cerdas di Kelas, Sekolah Kepribadian, (Yogyakarta:Kreasi Wacana, 2002), hlm. 1.

12 Basic Education Project, Inservice Training, (Yogyakarta: Forum Kajian Budaya danAgama, 2000), hlm. 4.

13 Steven J. Stein dan Howard E. Book, The Edge, Emotional and Your Succes, Terj.Trinada Rainy Januarsari dan Yudhi Murtanto, Ledakan EQ, (Bandung: Kaifa, 2002), hlm. 30.

Page 21: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

10

dan menjadikannya sebagai sumber informasi maha penting untuk

memahami diri sendiri dan orang lain demi mencapai sebuah tujuan".14

Sedangkan Daniel Goleman mengatakan; "emotional Intelligence: abilities

such as being able to motivate oneself and persists in the face of frustation: to

control impulse and delay gratification; to regulate one’s mood and keep

distress from swaming the ability to think: to empathize and to hope”.15

Kecerdasan emosional adalah kemampuan-kemampuan seperti kemampuan

memotivasi diri dan bertahan dalam menghadapi frustasi, mengendalikan

dorongan hati dan tidak berlebih-lebihan, mengatur suasana hati dan

menjaga agar tetap berfikir jernih, berempati dan optimis.

Berdasarkan beberapa pengertian kecerdasan emosional tersebut, terdapat

beberapa kesamaan. Sehingga kecerdasan emosional dapat diartikan sebagai

kemampuan seseorang mengelola perasaan dirinya supaya lebih baik serta

kemampuan membina hubungan sosialnya.

2. Indikasi Kecerdasan Emosional

Indikasi-indikasi kecerdasan emosional, terdiri dari lima unsur,

yaitu sebagai berikut:

1) Mengenali emosi diri

Kemampuan untuk memahami perasaan dari waktu ke waktu

merupakan hal penting bagi pemahaman diri seseorang. Mengenali diri

merupakan inti dari kecerdasan emosional, yaitu kesadaran akan

perasaan diri sendiri sewaktu perasaan timbul.

Mengenali emosi diri sangat erat kaitannya dengan kesadaran

diri atau kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu

timbul.16 Dengan kesadaran diri seseorang dapat mengetahui apa yang

14Ary Ginanjar Agustian, ESQ Power Sebuah Inner Journey Melalui al-Ihsan, (Jakarta:Arga, 2004), hlm. 61-62.

15 Daniel Goleman, Emotional Intelligence, (New York: Bantam Books, 1996), hlm. 36.16 Widodo, 4 Kecerdasan Menghadapi Ujian, (Jakarta: Yayasan Kelopak, 2004), hlm. 22.

Page 22: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

11

dirasakan suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu

pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis

atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.17

17 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah, IAIN WalisongoSemarang, 2001), hlm. 154.

Page 23: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

12

2) Mengelola emosi dalam diri

Kemampuan mengelola emosi akan berdampak positif terhadap

pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda

kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, serta mampu

memulihkan kembali dari tekanan emosi.18 Kemampuan mengelola

emosi meliputi kecakapan untuk tetap tenang, menghilangkan

kegelisahan, kesedihan, atau sesuatu yang menjengkelkan. Seseorang

yang memiliki kemampuan mengelola emosi dengan baik akan mampu

menyikapi rintangan-rintangan hidup dengan baik. Namun sebaliknya

seseorang yang tidak memiliki kemampuan mengelola emosi akan

terus-menerus melawan perasaan-perasaan gelisah dan penyesalan.

Orang yang seringkali merasakan dikuasai emosi dan tak

berdaya untuk melepaskan diri, mereka mudah marah dan tidak peka

terhadap perasaannya. Sehingga ia larut dalam perasaan-perasaan itu.

Akibatnya, mereka kurang berupaya melepaskan diri dari suasana hati

yang jelek, merasa tidak mempunyai kendali atas kehidupan

emosional.19

3) Memotivasi diri

Motivasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting

dalam aspek kehidupan manusia, demikian juga para peserta didik mau

melakukan sesuatu bilamana berguna bagi mereka untuk melakukan

tugas-tugas pekerjaan sekolah.20 Peserta didik yang mempunyai

intelegensi tinggi namun gagal dalam pelajaran karena kurang adanya

motivasi. Hasil akan baik dapat tercapai jika diikuti dengan motivasi

18 M. Usman Najati, al-Hadits al-Nabawi wa ‘Ilmu al-Nafs, Terj. Irfan Sahir, Lc., BelajarEQ dan SQ dari Sunah Nabi, (Jakarta: Hikmah, 2002), hlm. 166.

19 Daniel Goleman, Emotional Intellegence, Terj. T. Hermaya, Kecerdasan Emosional,(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 65.

20 Marasuddin Siregar, dkk., Metodologi Pengajaran Agama, (Semarang: FakultasTarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 1998), hlm. 17.

Page 24: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

13

yang kuat.21 Motivasi akan sangat membantu seorang peserta didik

untuk konsentrasi dalam belajar, karena dengan motivasi peserta didik

akan lebih bersungguh-sungguh dalam menekuni studinya.22 Oleh

karena itu kuat lemahnya motivasi berprestasi yang dimiliki seseorang

sangat menentukan besar kecilnya prestasi yang dapat diraihnya dalam

kehidupan.

4) Mengenali emosi orang lain (empati)

Empati ialah bereaksi terhadap perasaan orang lain dengan

respon emosional yang sama dengan orang tersebut.23 Empati

menekankan pentingnya mengindra perasaan dan perspektif orang lain

sebagai dasar untuk membangun hubungan interpersonal yang sehat.

Sedangkan ciri-ciri empati adalah sebagai berikut:

a) Ikut merasakan, yaitu kemampuan untuk mengetahui bagaimana

perasaan orang lain.

b) Dibangun berdasarkan kesadaran sendiri, semakin kita mengetahui

emosi diri sendiri maka semakin terampil kita membaca emosi

orang lain.

c) Peka terhadap bahasa isyarat, karena emosi lebih sering

diungkapkan melalui bahasa isyarat.

d) Mengambil pesan yaitu adanya perilaku kontent.

e) Kontrol emosi yaitu menyadari dirinya sedang berempati sehingga

tidak larut.

5) Membina hubungan dengan orang lain

Keterampilan sosial adalah kemampuan untuk menangani

emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan

cermat membaca situasi dalam jaringan sosial, berinteraksi dengan

21 S. Nasution, Didaktik Azas-azas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 73.22 Lobby Loekmono, Belajar Bagaimana Belajar, (Jakarta: Gunung Mulia, 1994), hlm. 62.23 Departemen Agama, Inservice Training MTs/MI, (Jakarta: PPIM, 2000), hlm. 230.

Page 25: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

14

lancar. Keterampilan ini digunakan untuk mempengaruhi serta

memimpin, bermusyawarah dan menjelaskan perselisihan serta untuk

bekerjasama dalam tim.24

Dalam rangka membangun hubungan sosial yang harmonis

terdapat dua hal yang harus diperhatikan terlebih dahulu, yaitu: citra

diri dan kemampuan berkomunikasi.25 Citra diri sebagai kapasitas diri

yang benar-benar siap untuk membangun hubungan sosial. Citra diri

dimulai dari dalam diri masing-masing, kemudian melangkah keluar

sebagaimana ia mempersepsi orang lain. Sedangkan kemampuan

komunikasi merupakan kemampuan dalam mengungkapkan kalimat-

kalimat yang tepat.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional

Kehidupan yang sangat kompleks memberikan dampak buruk bagi

perkembangan kecerdasan emosional seseorang.26 Hal ini sebagaimana

firman Allah SWT dalam surat al-Zumar ayat 53 sebagai berikut:

.} :{Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batasterhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa darirahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosasemuanya. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun Lagi MahaPenyayang. (Q.S. az-Zumar: 53).27

Dari ayat di atas secara jelas menunjukkan pentingnya pengembangan

emosi. Pengembangan emosi harus dimulai sejak usia dini. Oleh karena itu,

24 Goleman, op. cit., hlm. 514.25 BEP, op. cit., hlm. 50.26 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2000), cet. 1, hlm. 113.27 Muhammad Noor, dkk., Al-Qur'an al-Karim dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Toha

Putra, 1996), hlm. 370.

Page 26: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

15

maka peran orang tua sangat diharapkan dalam pengembangan dan

pembentukan emosi anak. Sebagai orang tua hendaknya mampu

membimbing anaknya agar mereka dapat mengelola emosinya sendiri

dengan baik dan benar. Di samping itu diharapkan anak tidak bersifat

pemarah, putus asa, atau angkuh, sehingga prestasi yang telah dimilikinya

akan bermanfaat bagi dirinya.

Di antara faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional

adalah:

a. Faktor keluarga

Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam upaya

mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih

sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama

maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan faktor yang

kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota

masyarakat yang sehat.28

Hal ini tentu saja tidak mengherankan mengingat keluarga

merupakan sekolah sekaligus lingkungan masyarakat yang pertama

kali dimasuki oleh manusia. Di sekolah yang pertama inilah manusia

yang masih berstatus sebagai anak melewatkan masa-masa kritisnya

untuk menerima pelajaran-pelajaran yang berguna untuk

perkembangan emosinya.

b. Faktor lingkungan sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara

sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan latihan

dalam rangka membantu peserta didik agar mampu mengembangkan

potensinya, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual,

28 Syamsu Yusuf, op. cit., hlm. 37.

Page 27: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

16

dan emosional maupun sosial.29 Keberhasilan guru mengembangkan

kemampuan peserta didik mengendalikan emosi akan menghasilkan

perilaku peserta didik yang baik, terdapat dua keuntungan kalau

sekolah berhasil mengembangkan kemampuan siswa dalam

mengendalikan emosi. Pertama; emosi yang terkendali akan

memberikan dasar bagi otak untuk dapat berfungsi secara optimal.

Kedua; emosi yang terkendali akan mengahasilkan perilaku yang

baik.30 Oleh karena itu orang tua dan guru sebagai pendidik haruslah

menjadi seorang pendidik yang mempunyai pemahaman yang cukup

baik terhadap dasar-dasar kecerdasan emosional.

c. Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor dari luar yang mempengaruhi

kecerdasan emosional, di mana masyarakat yang maju dan kompleks

tuntutan hidupnya cenderung mendorong untuk hidup dalam situasi

kompetitif, penuh saingan dan individualis dibanding dengan

masyarakat sederhana.

Faktor masyarakat terdiri dari lingkungan sosial dan non

sosial.31 Lingkungan sosial meliputi lingkungan keluarga, ustadz dan

siswa. Sedangkan lingkungan non sosial meliputi keadaan pondok

pesantren, alam sekitar dan lain-lain. Baik lingkungan sosial maupun

non sosial, keduanya berpengaruh terhadap kecerdasan emosional

santri dan pada akhirnya akan berpengaruh pada prestasi belajar santri.

Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang

mempengaruhi kecerdasan emosional adalah keluarga/orang tua dan

sekolah serta faktor masyarakat. Keluarga merupakan pendidikan pertama

29 Ibid., hlm. 54.30 Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Biografi Publising, (Yogyakarta: t.pt.

2000), hlm. 139.31 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2000), hlm. 138-140.

Page 28: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

17

dan utama bagi anak, sedangkan sekolah merupakan faktor lanjutan dan

apa yang telah diperoleh anak dari keluarga. Keduanya sangat berpengaruh

terhadap emosional anak dan keluargalah yang mempunyai pengaruh lebih

besar dibandingkan sekolah, karena di dalam keluarga kepribadian anak

dapat terbentuk sesuai dengan pola pendidikan orang tua dalam

kehidupannya.

B. Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an

1. Konsep Dasar Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an

a. Pengertian

Al-hifz (hafalan) secara etimologi adalah lawan dari pada lupa,

yaitu selalu ingat dan sedikit lupa. Penghafal adalah orang yang

menghafal dengan cermat dan termasuk sederetan kaum yang

menghafal.32 Kata hifz dalam al-Qur’an berarti banyak hal, sesuai

dengan pemahaman konteks, sebagaimana misalnya firman Allah

dalam surat Yusuf ayat 65 yang diartikan memelihara dan menjaga:

.} :{"Dan kami akan dapat memelihara saudara kami…".33 (Yusuf:65).

Selain arti menjaga dan memelihara, al-hifz juga diartikan

menahan diri dari sesuatu yang tidak dihalalkan oleh Allah SWT

seperti yang terdapat dalam QS al-mukminun ayat 5:

.} :{

"Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya".34 (al-Mukminun: 5)

32 Abdurrab Nawabuddin dan Bambang Saiful Ma’arif, Teknik Menghafal al-Qur’an (KaifaTahfiz al-Qur’an), (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005), cet. 4, hlm. 23.

33 Muhammad Noor, dkk., Al-Qur’an al-Karim …op.cit., hlm. 194.34 Ibid., hlm. 273.

Page 29: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

18

Menurut Abdurrab Nawabuddin, pada hakikatnya pengertian

hafalan tidaklah berbeda baik secara etimologi maupun secara

terminologi dari segi pengungkapannya dan menalarnya, namun ada

dua perkara asasi yang membedakan antara penghafal al-Qur’an,

penghafal al-Hadis, penghafal syair-syair, mutiara-mutiara hikmah,

tamtsil, teks-teks sastra, dan lainnya yaitu:

1) Penghafal al-Qur’an dituntut untuk menghafal secara keseluruhan

baik hafalan maupun ketelitian. Sebab itu tidaklah disebut

penghafal yang sempurna orang yang menghafal al-Qur’an

setengahnya saja atau sepertiganya, dan tidak

menyempurnakannya. Hendaknya hafalan itu berlangsung dalam

keadaan cermat, sebab jika tidak dalam keadaan demikian maka

implikasinya seluruh umat islam dapat disebut penghafal al-

Qur’an, karena setiap muslim dapat dipastikan bisa membaca al-

Fatihah karena merupakan salah satu rukun shalat menurut

mayoritas mazhab.35

Dalam konteks ini, istilah penghafalan al-Qur’an atau pemangku

keutuhan al-Qur’an hampir-hampir tidak dipergunakan kecuali

bagi orang yang hafal semua ayat al-Qur’an dengan hafalan yang

tepat dan berkompeten untuk mengajarkannya kepada orang lain

dengan berlandaskan kaidah-kaidah tilawah dan asas-asas tajwid

yang benar.

2) Menekuni, merutinkan, dan mencurahkan segenap tenaga untuk

melindungi hafalan dari kelupaan. Maka barang siapa yang telah

(pernah) menghafal al-Qur’an kemudian lupa sebagian atau

seluruhnya, karena disepelekan atau diremehkan tanpa alasan

ketuaan atau sakit, tidaklah dinamakan penghafal. Orang seperti itu

tidaklah bisa disebut pemangku keutuhan al-Qur’an. Hal ini

mengingat perbedaan antara al-Qur’an dan al-Hadits atau yang

35Abdurrab Nawabuddin dan Bambang Saiful Ma’arif, op. cit.,hlm. 26.

Page 30: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

19

lainnya. Dalam al-Hadits atau lainnya boleh menyebutkan

kandungan makna saja, dan boleh pula mengubah teksnya. Hal ini

tidak boleh dilakukan terhadap al-Qur’an.36

b. Kaidah-kaidah pembelajaran tahfidz al-Qur’an

Bagi siapapun yang membaca atau menghafal al-Qur’an perlu

memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut:

1) Membaca al-Qur’an sesudah berwudlu. Hal ini dilakukan karena

termasuk zikrullah yang paling utama.

2) Membacanya di tempat yang suci dan bersih. Ini dimaksudkan

untuk menjaga keagungan al-Qur’an. Sebagai orang muslim harus

insaf bahwa al-Qur’an merupakan suatu kitab yang didalamnya

berisi firman Allah maka sudah selayaknya membacanyapun harus

di tempat yang bersih dan suci.

3) Membacanya dengan khusyu’, tenang dan penuh hikmat.

4) Siwak (membersihkan mulut) sebelum mulai membaca.

5) Membaca ta’awwudz sebelum membaca al-Qur’an.

6) Membaca basmallah pada setiap permulaan surah, kecuali

permulaan surah at-Taubah.

7) Membaca dengan tartil.

8) Tadabur/ memikir terhadap ayat-ayat yang dibacanya.

9) Membacanya dengan jahr, karena membacanya dengan jahr yakni

dengan suara yang keras lebih utama.

10) Membaguskan bacaannya dengan lagu yang merdu.37

Untuk itulah, menghafal al-Qur’an perlu memperhatikan

kaidah-kaidah tersebut, karena menghafal merupakan suatu perbuatan

yang sangat terpuji dan mulia.

2. Faktor-faktor penunjang pembelajaran tahfidz al-Qur’an

36 Ibid., hlm. 26-27.37 Muhammad bin Abdul Baqi az-Zarqani, Syarah az-Zarqani ‘Ala Muwaththa’ al-Imam

Malik, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1411H), jilid 2, hlm. 41.

Page 31: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

20

a. Syarat menghafal al-Qur’an

Di antara beberapa hal yang harus terpenuhi sebelum

seseorang memasuki periode menghafal al-Qur’an menurut Ahsin W.

Al-Hafidz adalah:38

1) Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran dan teori-

teori, atau permasalahan-permasalahan yang sekiranya akan

mengganggu.

2) Niat yang ikhlas. Niat yang kuat dan sungguh-sungguh akan

mengantar seseorang ke tempat tujuan, dan akan membentengi atau

menjadi perisai terhadap kendala-kendala yang mungkin akan

datang merintanginya.

3) Memiliki keteguhan dan kesabaran

Keteguhan dan kesabaran merupakan faktor-faktor yang sangat

penting bagi orang yang sedang dalam proses menghafal al-

Qur’an. Hal ini disebabkan karena dalam proses menghafal al-

Qur’an akan banyak sekali ditemui berbagai macam kendala,

mungkin jenuh, mungkin gangguan lingkungan karena bising atau

gaduh, mungkin gangguan batin atau mungkin karena menghadapi

ayat-ayat tertentu yang dirasakan sulit menghafalnya dan lain

sebagainya terutama dalam menjaga kelestarian menghafal al-

Qur’an. Oleh karena itu, untuk senantiasa dapat melestarikan

hafalan perlu keteguhan dan kesabaran, karena kunci utama

keberhasilan menghafal al-Qur’an adalah ketekunan menghafal dan

mengulang-ulang ayat-ayat yang telah dihafalnya. Itulah sebabnya

maka Rasulullah SAW selalu menekankan agar para penghafal

bersungguh-sungguh dalam menjaga hafalannya.

4) Istiqamah

Yang dimaksud dengan istiqamah yaitu konsisten, yakni tetap

menjaga keajegan dalam proses menghafal al-Qur’an. Dengan

38 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Membaca Al-Qur’an, op. cit., hlm. 48-55.

Page 32: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

21

perkataan lain, seorang penghafal al-Qur’an harus senantiasa

menjaga kontinuitas dan efisiensi terhadap waktu, seorang

penghafal yang konsisten akan sangat menghargai waktu, begitu

berharganya waktu baginya. Betapa tidak, kapan saja dan dimana

saja ada waktu terulang, intuisinya segera mendorong untuk segera

kembali kepada al-Qur’an.

5) Menjauhkan diri dari maksiat dan sifat-sifat tercela

Perbuatan maksiat dan perbuatan yang tercela merupakan suatu

perbuatan yang harus dijauhi bukan saja oleh orang yang

menghafal al-Qur’an, tetapi juga oleh kaum muslimin pada

umumnya, karena keduanya mempunyai pengaruh yang besar

terhadap perkembangan jiwa dan mengusik ketenangan hati orang

yang sedang dalam proses menghafal al-Qur’an, sehingga akan

menghancurkan istiqomah dan konsentrasi yang telah terbina dan

terlatih sedemikian bagus.

Di antara sifat-sifat tercela tersebut antara lain: (a) khianat, (b)

bakhil, (c) pemarah, (d) membicarakan aib orang, (e) memencilkan

diri dari pergaulan, (f) iri hati, (g) memutuskan tali silaturahmi, (h)

cinta dunia, (i) berlebih-lebihan, (j) sombong, (k) dusta, (l) ingkar,

(m) makar, (n) mengumpat, (o) riya’, (p) banyak cakap, (q) banyak

makan, (r) angkuh, (s) meremehkan orang lain, (t) penakut, (u)

takabur dan sebagainya.

Apabila seorang penghafal al-Qur’an dihinggapi penyakit-penyakit

tersebut maka usaha dalam menghafal al-Qur’an akan menjadi

lemah apabila tidak ada orang lain yang memperhatikannya.

6) Izin orang tua, wali dan suami

Adanya izin dari orang tua, wali, atau suami memberikan

pengertian bahwa:

Page 33: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

22

a. Orang tua, wali atau suami telah merelakan waktu kepada anak,

istri atau orang di bawah perwaliannya untuk menghafal al-

Qur’an.

b. Merupakan dorongan moral yang amat besar bagi tercapainya

tujuan menghafal al-Qur’an, karena tidak adanya kerelaan

orang tua, wali atau suami akan membawa pengaruh batin yang

kuat sehingga penghafal menjadi bimbang dan kacau

pikirannya.

c. Penghafal mempunyai kebebasan dan kelonggaran waktu

sehingga ia merasa bebas dari tekanan yang menyesakkan

dadanya, dan dengan pengertian yang besar dari orang tua, wali

atau suami maka proses menghafal menjadi lancar.

7) Mampu membaca dengan baik

Sebelum seorang penghafal melangkah pada periode menghafal,

seharusnya ia terlebih dahulu meluruskan dan memperlancar

bacaannya. Dalam hal ini seseorang yang hendak menghafal al-

Qur’an terlebih dahulu:

a) Meluruskan bacaannya sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu

tajwid

b) Memperlancar bacaannya

c) Membiasakan lisan dengan fonetik Arab

d) Memahami bahasa dan tata bahasa Arab

Masalah-masalah di atas mempunyai nilai fungsional penting

dalam menunjang tercapainya tujuan menghafal al-Qur’an dengan

mudah.

8) Menentukan Target Hafalan

Untuk melihat seberapa banyak waktu yang diperlukan

untuk menyelesaikan program yang direncanakan, maka penghafal

perlu membuat target harian. Target bukanlah merupakan aturan

Page 34: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

23

yang dipaksakan tetapi hanya sebuah kerangka yang dibuat sesuai

dengan kemampuan dan alokasi waktu yang tersedia.

Bagi penghafal yang mempunyai waktu sekitar empat jam

setiap harinya, maka penghafal dapat membuat target hafalan satu

muka setiap hari. Komposisi waktu empat jam untuk tambahan

hafalan satu muka dengan takrirnya adalah ukuran yang ideal.

Alokasi waktu tersebut dapat dikomposisikan sebagai berikut:

1) Menghafal pada waktu pagi selama satu jam dengan target

hafalan satu halaman untuk hafalan awal dan satu jam lagi

untuk hafalan pemantapan pada sore hari.

2) Mengulang (takrir) pada waktu siang selama satu jam dan

mengulang pada waktu malam selama satu jam. Pada waktu

siang untuk takrir, atau pelekatan hafalan-hafalan yang masih

baru, sedang pada malam hari untuk mengulang dari juzu’

pertama sampai kepada bagian terakhir yang dihafalnya secara

terjadwal dan tertib, seperti satu hari takrir satu, dua atau tiga

juzu’ dan seterusnya.39

Dengan komposisi waktu sebagaimana diterangkan di atas

sebenarnya cukup longgar untuk target menghafal per hari satu

halaman dengan mempunyai nilai lebih dan cukup mantap

pelekatan hafalannya. Dalam hal ini, para penghafal al-Qur’an

mempunyai kecenderungan yang berbeda-beda dalam proses

menyelesaikan menghafal al-Qur’an, yakni:

1) Menjaga keseimbangan antara menghafal dengan

muraja’ahnya, yaitu berpedoman pada acuan target waktu

hafalan sebagaimana di atas.

2) Menghafal secara takhasus. Bagi penghafal yang memiliki

kemampuan dan kecerdasan tinggi dan memiliki kapasitas

waktu yang cukup, apalagi tidak memiliki kegiatan lain selain

39 Ibid., hlm. 77.

Page 35: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

24

menghafal al-Qur’an. Apabila minimal penghafal dapat

menghafal satu lembar secara rutin, maka ia akan dapat

menyelesaikan program menghafal tiga puluh juzu’ hanya

kurang lebih dalam waktu satu tahun.

3) Sebagian kecil dari pada penghafal ada pula yang melakukan

dengan menghafal terlebih dahulu seluruhnya, baru kemudian

setelah selesai kembali mengulang dari awal. Cara ini kurang

efektif, karena ayat-ayat yang terlalu lama ditinggalkan akan

sulit mengembalikan sebagaimana hafalan semula, apalagi

kadar pelekatan hafalannya belum mencapai kemampuan.

4) Menghafal dengan sistem partial, yaitu dengan istirahat pada

bagian tertentu, untuk kemudian melancarkannya terlebih

dahulu sehingga bagian yang telah dihafalnya itu benar-benar

mantap. Umpamanya, pada setiap lima juzu’, atau 10 juzu’

berhenti, kemudian dimantapkannya. Setelah benar-benar

mantap baru dilanjutkan pada sepuluh juzu’ berikutnya, dan

demikian seterusnya. Penghafal dengan cara seperti ini

biasanya tidak terikat oleh panjang atau pendeknya masa untuk

menyelesaikannya.40

Menurut Ahsin Sakho Muhammad sebagaimana ditengarai

Muhaimin Zen, dalam menentukan target hafalan biasa ditempuh

dengan cara sebagai berikut:

1) Menghafal perhalaman pada mushaf ayat pojok. Jika hal ini

dilakukan maka seorang akan selesai menghafalkan al-Qur’an

dalam waktu 600 hari atau kurang dari dua tahun, karena setiap

juz mempunyai 10 lembar atau 20 halaman. Satu halaman

terdapat 15 baris. Jadi kalau 30 juz berarti 300 lembar atau 600

halaman. Jika target hafalannya separuh halaman berarti dia

40 Ibid., hlm. 78-79.

Page 36: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

25

baru mengkhatamkan al-Qur’an setelah 1200 hari atau kurang

dari 4 tahun.

2) Menghafal per sumun atau1/8. Perlu diketahui bahwa setiap juz

terbagi menjadi 2 hizb. Setiap hizb terbagi menjadi 4 bagian.

Jadi setiap juz ada 8 bagian. Satu bagian tersebut dinamakan

sumun. Jika hal ini dilakukan, maka seorang akan selesai

menghafalkan al-Qur’an selama 240 hari, yaitu 8 sumun kali 30

juz. Berarti kurang dari satu tahun. Jika target hafalannya

setengah sumun, berarti dia baru selesai menghafal 440 hari

atau setahun lebih.

3) Menghafal beberapa ayat saja semisal 3 sampai 5 ayat. Jika

demikian, maka waktu selesai menghafal menjadi tambah

panjang.41

b. Manajemen waktu pembelajaran tahfidz al-Qur’an

Pengaturan waktu dan pembatasan pembelajaran adalah

merupakan faktor penting untuk menghafal al-Qur’an. Pengaturan

waktu dan pembagiannya sehingga menjadi satuan yang tepat,

umpamanya ada jam-jam pagi dan siang, akan memperoleh hasil yang

optimal. Fungsi terpenting yang dapat dirasakan dari pembagian waktu

adalah memperbaharui semangat dan kemauan, meniadakan kejemuan

dan kebosanan, mengupayakan adanya kesungguhan, mengurangi

senda gurau. Perangkat ini merupakan ciri-ciri muslim yang paling

dalam. Dalam kaitannya dengan upaya menghafal al-Qur’an tampak

adanya tanda-tanda betapa sangat pentingnya pembagian waktu dan

pengalokasiannya. Berikut ini diketengahkan ringkasan dari hal-hal

tersebut:

1) Untuk menghafal al-Qur’an atau untuk mengingat-ingatnya

selayaknya kita memilih waktu yang paling tepat, yakni yang dapat

41 A. Muhaimin Zen, Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an; Pembinaan Qari’ Qari’ah danhafizh Hafizhah, (Jakarta: PP. Jam’iyyatul Qurra’ wa al-Huffazh, 2006), hlm. 117-118.

Page 37: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

26

memberi ketenangan pada hati dan otak, tidak sedang tegang, dan

dalam kondisi yang prima. Diantara waktu yang paling tepat adalah

sebelum waktu fajar, karena hati masih tenang, dapat

berkonsentrasi dengan baik, dan suasananya masih sunyi dari hiruk

pikuk. Waktu lainnya adalah setelah fajar sampai matahari terbit,

pada waktu setelah bangun tidur siang, atau asar. Para dokter

menasehatkan agar seseorang tidak belajar langsung setelah

makan.

2) Mengatur waktu, untuk menghafal dan untuk yang lainnya. Para

ahli jiwa (psikolog) berpendapat bahwa pengaturan waktu yang

baik akan berpengaruh besar terhadap melekatnya materi. Siapa

yang menghafal suatu nash (teks) selama satu bulan, maka

hafalannya akan melekat erat dan bertahan lama dibandingkan

dengan orang yang membaca teks yang sama dalam waktu satu

minggu.

3) Tidak memaksakan mengulang-ulangnya dengan sekaligus karena

hal tersebut dapat enimbulkan kejemuan. Orang yang menghafal

satu jam lalu beristirahat agar materi yang baru dihafal mengendap

dalam benak, lebih baik dibandingkan dengan mereka yang

membaca al-Qur’an dalam waktu satu hari penuh dalam keadaan

otak lesu.

Seyogyanya para siswa yang membagi waktu untuk menghafal

al-Qur’an memperhatikan hal-hal berikut:

1) Upayakan memilih waktu untuk membaca al-Qur’an pada saat otak

dalam keadaan tenang.

2) Terus menerus dalam menghafalnya.42

c. Metode pembelajaran tahfidz al-Qur’an

42 Abdurrab Nawabuddin dan Bambang Saiful Ma’arif, op. cit.,hlm. 39-41.

Page 38: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

27

Ada beberapa metode yang mungkin bisa dikembangkan

dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal al-Qur’an,

dan bisa memberikan bantuan kepada para penghafal dalam

mengurangi kepayahan dalam menghafal al-Qur’an. Metode-metode

tersebut antara lain seperti yang akan diuraikan di bawah ini:

1) Metode wahdah

Maksud dari metode ini yaitu menghafal satu-persatu

terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai

hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali, atau

dua puluh kali, atau lebih sehingga proses ini mampu membentuk

pola dalam bayangannya. Dengan metode ini diharapkan penghafal

akan mampu mengkondisikan ayat-ayat yang dihafalkannya bukan

saja dalam bayangannya, akan tetapi hingga benar-benar

membentuk gerak refleks pada lisannya. Setelah benar-benar hafal

barulah dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang

sama.

2) Metode kitabah

Kitabah artinya menulis. Metode ini memberikan alternatif

lain daripada metode yang pertama. Pada metode ini penghafal

terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada

secarik kertas yang telah disediakan untuknya. Kemudian ayat-ayat

tersebut dibacanya sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu

dihafalkannya. Menghafalnya bisa dengan metode wahdah, atau

dengan berkali-kali menuliskannya sehingga ia dapat sambil

memperhatikan dan sambil menghafalnya dalam hati. Metode ini

cukup praktis dan baik, karena di samping membaca dengan lisan,

aspek visual menulis juga akan sangat membantu dalam

mempercepat terbentuknya pola hafalan dalam bayangannya.

3) Metode sima’i

Page 39: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

28

Sima’i artinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode

ini adalah mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya.

Metode ini akan sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai

daya ingat ekstra, terutama bagi penghafal tuna netra, atau anak-

anak di bawah umur yang belum mengenal baca tulis al-Qur’an.

Metode ini dapat dilakukan dengan dua alternatif:

a. Mendengar dari guru yang membimbingnya, terutama bagi

penghafal tunanetra atau anak-anak. Dalam hal seperti ini,

instruktur dituntut untuk lebih berperan aktif, sabar dan teliti

dalam membacakan dan membimbingnya, karena ia harus

membacakan satu per satu ayat untuk dihafalnya, sehingga

penghafal mampu menghafalnya secara sempurna. Baru

kemudian dilanjutkan dengan ayat berikutnya.

b. Merekam terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalkannya ke

dalam pita kaset sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Kemudian kaset diputar dan didengar secara seksama sambil

mengikutinya secara perlahan-lahan. Kemudian diulangi lagi

dan diulangi lagi, dan seterusnya menurut kebutuhan sehingga

ayat-ayat tersebut benar-benar hafal diluar kepala. Setelah

hafalan dianggap cukup mapan barulah berpindah kepada ayat-

ayat berikutnya dengan cara yang sama dan demikian

seterusnya.

4) Metode gabungan

Metode ini merupakan gabungan antara metode pertama

dan metode kedua, yakni metode wahdah dan metode kitabah.

Hanya saja kitabah (menulis) di sini lebih memiliki fungsional

sebagai uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya. Maka

dalam hal ini, setelah penghafal selesai menghafal ayat yang

dihafalnya, kemudian ia mencoba menuliskannya diatas kertas

yang telah disediakan untuknya dengan hafalan pula. Kelebihan

Page 40: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

29

metode ini adalah adanya fungsi ganda, yakni fungsi menghafal

dan sekaligus berfungsi untuk pemantapan hafalan. Pemantapan

hafalan dengan cara ini pun akan baik sekali, karena dengan

menulis akan memberikan kesan visual yang mantap.

5) Metode jama’

Yang dimaksud dengan metode jama’ di sini ialah cara

menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang

dihafal dibaca secara kolektif, atau bersama-sama, dipimpin oleh

seorang instruktur. Pertama, instruktur membacakan satu ayat atau

beberapa ayat siswa menirukan secara bersama-sama. Kemudian

instruktur membimbingnya dengan mengulang kembali ayat-ayat

tersebut dan siswa mengikutinya. Setelah ayat-ayat itu dapat

mereka baca dengan baik dan benar, selanjutnya mereka mengikuti

bacaan instruktur dengan sedikit demi sedikit mencoba melepaskan

mushaf (tanpa melihat mushaf) dan demikian seterusnya sehingga

ayat-ayat yang sedang dihafalnya itu benar-benar sepenuhnya

masuk dalam bayangannya. Setelah semua siswa hafal, barulah

kemudian diteruskan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang

sama. Cara ini termasuk metode yang baik untuk dikembangkan,

karena akan dapat menghilangkan kejenuhan disamping akan

banyak membantu menghidupkan daya ingat terhadap ayat-ayat

yang dihafalnya.43

c. Strategi pembelajaran tahfidz al-Qur’an

Menurut Ahsin W. Al-Hafiz, ada beberapa strategi yang dapat

digunakan dalam pembelajaran tahfiz al-Qur’an untuk membantu

mempermudah membentuk kesan dalam ingatan terhadap ayat-ayat

yang dihafal, antara lain sebagai berikut: 44

1) Strategi pengulangan ganda

43 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Membaca Al-Qur’an, op. cit., hlm. 63-66.44 Ibid., hlm. 67-73.

Page 41: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

30

Untuk mencapai tingkat hafalan yang baik tidak cukup

dengan sekali proses menghafal saja. Salah besar apabila seseorang

menganggap dan mengharap dengan sekali menghafal saja

kemudian ia menjadi seorang yang hafal al-Qur’an dengan baik.

Persepsi ini adalah persepi yang salah dan justru mungkin akan

menimbulkan kekecewaan setelah menghadapi kenyataan yang

berbeda dengan anggapannya.

Posisi akhir tingkat kemapanan suatu hafalan itu terletak

pada pelekatan ayat-ayat yang dihafalnya pada bayangan, serta

tingkat keterampilan lisan dalam mereproduksi kembali terhadap

ayat-ayat yang telah dihafalna. Semakin banyak pengulangan maka

semakin kuat pelekatan hafalan itu dalam ingatannya, lisan pun

akan membentuk gerak reflek sehingga seolah-olah ia tidak

berpikir lagi unutk melafalkannya, sebagaimana orang mambaca

surat al-Fatihah. Karena sudah terlalu seringnya ia membaca maka

surat al-Fatihah itu sudah menempel pada lisannya sehingga

mengucapkannya merupakan gerak reflektif.

2) Tidak beralih pada ayat berikutnya sebelum ayat yang sedang

dihafal benar-benar hafal

Pada umumnya, kecenderungan seseorang dalam

menghafal al-Qur’an ialah cepat-cepat selesai, atau cepat mendapat

sebanyak-banyaknya. Hal ini menyebabkan proses menghafal itu

sendiri menjadi tidak konstan, atau tidak stabil. Kanyataannya di

antara ayat-ayat al-Quran itu ada sebagian yang mudah dihafal, dan

ada pula sebagian yang sulit menghafalkannya. Sebagai akibat dari

kecenderungan yang demikian akan menyebabkan banyak ayat-

ayat yang terlewati. Karena itu, memang dalam menghafal al-

Qur’an diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam mengamati

kalimat-kalimat dalam suatu ayat yang hendak difalkannya,

terutama pada ayat-ayat yang panjang.

Page 42: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

31

Karena itulah, hendaknya penghafal tidak beralih kepada

ayat yang lain sebelum dapat menyelesaikan ayat-ayat yang sedang

dihafalnya. Biasanya, ayat-ayat yang sulit dihafal, dan akhirnya

dapat kita kuasai walaupun dengan pengulangan yang sebanyak-

banyaknya, akan memiliki pelekatan hafalan yang baik dan kuat.

3) Menghafal urutan-urutan ayat yang dihafalnya dalam satu kesatuan

jumlah setelah benar-benar hafal ayat-ayatnya

Untuk mempermudah proses ini,maka memakai al-Qur’an

yang biasa disebut dengan al-Qur’an pojok akan sangat membantu.

Jenis mushaf al-Qur;an ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Setiap juz terdiri dari sepuluh lembar

2) Pada setiap muka/halaman diawali dengan awal ayat, dan

diakhiri dengan akhir ayat

3) Memiliki tanda-tanda visual yang cukup membantu dalam

proses menghafal a-Qur’an

4) Menggunakan satu jenis mushaf

Di antara strategi menghafal yang banyak membantu

proses menghafal al-Qur’an ialah menggunakan satu jenis mushaf.

Memang tidak ada keharusan menggunakan satu jenis mushaf

tertentu, mana saja jenis mushaf yang disukai boleh dipilih asal

tidak berganti-ganti. Hal ini perlu diperhatikan, karena bergantinya

penggunaan satu mushaf kepada mushaf yang lain akan

membingungkan pola hafalan dalam bayangannya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aspek visual

sangat mempengaruhi dalam pembentukan pola hafalan. Seorang

yang sudah hafal al-Qur’an sekalipun akan menjadi terganggu

hafalannya ketika membaca mushaf al-Qur’an yang tidak biasa

dipakai pada waktu proses menghafalkannya. Untuk itu akan lebih

memberikan keuntungan jika orang yang sedang menghafal al-

Qur’an hanya menggunakan satu jenis mushaf saja.

Page 43: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

32

5) Memahami pengertian ayat-ayat yang dihafalnya

Memahami pengertian, kisah atau asbab an-nuzul yang

terkandung dalam ayat yang sedang dihafalnya merupakan unsur

yang sangat mendukung dalam mempercepat proses menghafal al-

Qur’an. Pemahaman itu sendiri akan lebih memberi arti bila

didukung dengan pemahaman terhadap makna kalimat, tata bahasa

dan struktur kalimat dalam suatu ayat. Dengan demikian maka

penghafal yang menguasai bahasa Arab dan memahami struktur

bahasanya akan lebih banyak mendapatkan kemudahan dari pada

mereka yang tidak mempunyai bekal penguasaan bahasa Arab

sebelumnya. Dan dengan cara seperti ini, maka pengetahuan

tentang ulum al-Qur’an akan banyak sekali terserap oleh para

penghafal ketika dalam proses menghafal al-Qur’an.

6) Memperhatikan ayat-ayat yang serupa

Ditinjau dari aspek makna, lafal dan susunan atau struktur

bahasanya di antara ayat-ayat dalam al-Qur’an banyak yang

terdapat keserupaan dan kemiripan antara satu dengan yang

lainnya. Ada yang benar-benar sama, ada yang hanya berbeda

dalam dua, atau tiga huruf saja, ada pula yang hanya berbeda

susunan kalimatnya saja.

7) Disetorkan pada seorang pengampu

Menghafal al-Qur’an memerlukan adanya bimbingan yang

terus menerus dari seorang pengampu, baik untuk menambah

setoran hafalan baru, atau untuk takrir, yakni mengulang kembali

ayat-ayat yang telah disetorkannya terdahulu. Menghafal al-Qur’an

dengan sistem setoran dengan kepada pengampu akan lebih baik

dibanding dengan menghafal sendiri dan juga akan memberikan

hasil yang berbeda.

3. Motivasi dan memorisasi hafalan al-Qur’an

Page 44: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

33

a. Motivasi intern dan ekstern

Menghafal al-Qur’an menuntut kesungguhan khusus,

pekerjaan yang berkesinambungan, dan kemauan keras tanpa

mengenal bosan dan jemu. Karena itulah maka memberikan motivasi

adalah suatu hal yang urgen.45 Menurut Ahsin W.al-Hafidz untuk

menumbuhkan motivasi menghafal al-Qur’an dapat diupayakan

dengan melalui beberapa pendekatan sebagai berikut:46

1) Menanamkan sedalam-dalamnya tentang nilai keagungan al-

Qur’an dalam jiwa anak didik yang menjadi asuhannya

2) Memahami keutamaan-keutamaan membaca, mempelajari atau

menghafal al-Qur’an. Hal ini dilakukan dengan berbagai kajian

yang berkaitan dengan al-Qur’an

3) Menciptakan kondisi lingkungan yang benar-benar mencerminkan

al-Qur’an

4) Mengembangkan objel perlunya menghafal al-Qur’an, atau

mempromosikan idealisme suatu lembaga pendidikan yang

bercirikan al-Qur’an, sehingga animo untuk menghafal al-Qur’an

akan selalu muncul dengan persepsi baru

5) Mengadakan atraksi-atraksi, atau haflah mudarasati al-Qur’an,

atau semaan umum bi al-ghaib, atau dengan mengadakan

musabaqah-musabaqah hafalan al-Qur’an

6) Mengadakan studi banding dengan mengundang atau mengunjungi

lembaga-lembaga pendidikan, atau pondok pesantren yang

bercirikan al-Qur’an yang memungkinkan dapat memberikan

masukan-masukan baru untuk menyegarkan kembali minat

menghafal al-Qur’an, sehingga program yang sedang dilakukan

tidak mandek di tengah jalan.

b. Fungsi memorisasi hafalan al-Qur’an

45Abdurrab Nawabuddin dan Bambang Saiful Ma’arif, op. cit.,hlm. 48-49.46 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Membaca Al-Qur’an, op. cit., hlm. 42.

Page 45: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

34

Memorisasi sangatlah penting bagi penghafal al-Qur’an

sebagai sarana untuk melestarikan al-Qur’an. Karena akan percuma

saja menghafal al-Qur’an bertahun-tahun ketika penghafal al-Qur’an

malah menghilangkannya. Secara sederhana, memorisasi dapat

dikatakan sebagai upaya untuk melakukan pelekatan materi hafalan ke

dalam ingatan. Dalam konteks tahfiz al-Qur’an, memorisasi diartikan

sebagai upaya meletakkan ayat-ayat al-Qur’an ke dalam ingatan.

Mengingat berarti menyerap atau melekatkan pengetahuan

dengan jalan pengecaman secara aktif, atau ingatan (memori) adalah

kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan-

kesan.47 Maka kesungguhan dalam upaya memorisasi sangat

berpengaruh pada kekuatan hafalannya. Semakin aktif pengecaman

seseorang yang melakukan kegiatan hafalan, akan semakin mudah

mereproduksinya ketika dibutuhkan.

Memori juga diartikan sebagai proses mental yang meliputi

pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan

pengetahuan.48 Namun antara satu orang dengan yang lain akan

berbeda kekuatan memorinya disebabkan faktor emosi. Semakin

hafalan itu menyentuh perasaannya, semakin kuat pula memorinya.

Ingatan seseorang berhubungan erat dengan kondisi jasmani

dan emosi. Seseorang akan mengingat sesuatu lebih baik, apabila

peristiwa-peristiwa itu menyentuh perasaan. Sedangkan kejadian yang

tidak menyentuh emosi dibiarkan saja.49 Akan lebih kuat lagi memori

seseorang terhadap suatu peristiwa, manakala peristiwa itu pernah

dialaminya. Orang dapat mengingat sesuatu kejadian, ini berarti yang

diingat itu pernah dialami atau kejadian itu pernah dimasukkan

47 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm.14.

48 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan; Suatu Pengantar Baru, (Bandung: RemajaRosdakarya, 1995), hlm. 95.

49 Wasti Sumanto, Psikologi Pendidikan; Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 1998), hlm. 28.

Page 46: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

35

kedalam jiwanya, kemudian disimpan dan pada waktu kejadian itu

ditimbulkan kembali dalam kesadaran. Dengan demikian ingatan itu

mencakup kemampuan; memasukkan (learning), menyimpan

(retention), dan mengeluarkan kembali (remembering).50

Karena itulah para penghafal al-Qur’an melakukan beberapa

hal agar upaya memorisasi al-Qur’an dapat tercapai dengan baik.

Abdurrab Nawabuddin mengatakan sebagai berikut:51

1) Mengulang-ulang dan menderasnya secara teratur

2) Membiasakan hafalan

3) Mendengarkan bacaan orang lain

4) Meneliti makna dan merenungkannya

Dengan teknik memorisasi seperti di atas, penghafal al-Qur’an

akan mudah melakukan memorisasi, sehingga seluruh bacaan yang ada

dalam al-Qur’an dapat merasuk kedalam jiwanya dan mudah

memproduksi ketika dibutuhkan. Hal ini relevan dengan tujuan

pembelajaran al-Qur’an yang paling tinggi adalah menjadikan seluruh

bacaan al-Qur’an terekam dalam hafalan seseorang, dan banyak umat

islam yang mampu menghafalnya.

Sedangkan Muhaimin Zen membagi upaya memorisasi hafalan

al-Qur’an kedalam dua kategori. Pertama, bagi yang belum selesai 30

juz. Kedua, bagi yang sudah selesai 30 juz. Untuk yang pertama,

upaya memorisasi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:52

1) Takrir sendiri

Seorang yang menghafal al-Qur’an harus bisa memanfaatkan

waktu untuk takrir dan untuk menambah hafalan. Hafalan yang

baru harus selalu ditakrir, minimal dalam sehari dua kali dalam

jangka waktu satu minggu. Sedangkan hafalan yang lama harus

ditakrir setiap hari atau dua hari sekali. Artinya semakin banyak

50 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), hlm. 117.51 Abdurrab Nawabuddin dan Bambang Saiful Ma’arif, op. cit.,hlm. 85-94.52A. Muhaimin Zen, Bunga Rampai...op. cit., hlm. 97-98.

Page 47: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

36

hafalan harus semakin banyak pula waktu yang dipergunakan

untuk takrir.

2) Takrir dalam Shalat

Seorang yang menghafal al-Qur’an hendaknya bisa memanfaatkan

hafalannya sebagai bacaan dalam shalat, baik sebagai imam atau

untuk shalat sendiri. Selain menambah keutamaan, cara demikian

juga akan menambah kemantapan hafalannya.

3) Takrir Bersama

Seorang yang menghafal al-Qur’an perlu melakukan takrir bersama

dengan dua teman atau lebih. Dalam takrir ini setiap orang

membaca materi takrir yang ditetapkan secara bergantian, misalnya

masing-masing satu halaman, dua halaman atau ayat per ayat.

Ketika seorang membaca, maka yang lain mendengarkan dan

membetulkan jika ada yang salah.

Page 48: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

37

4) Takrir kepada Instruktur/Guru

Seorang yang menghafal al-Qur’an harus selalu menghadap

instruktur atau guru untuk takrir hafalan yang sudah diajukan.

Materi takrir yang dibaca harus lebih banyak dari materi tahfiz,

yaitu satu banding sepuluh. Artinya, apabila penghafal sanggup

setor hafalan baru dua halaman, maka harus diimbangi dengan

takrir dua puluh halaman (satu juz).

Sedangkan kategori yang kedua, yang sudah hafal 30 juz bisa

ditempuh dengan cara membagi al-Qur’an menjadi tujuh bagian, yang

diistilahkan dalam kata famy bisyauqin ( ), artinya lisanku

selalu dalam kerinduan. Huruf-huruf dari kata tersebut merupakan

batas untuk takrir setiap hari, yaitu:

1) ( ) Fa’ (hari pertama) dari surat al-Fatihah sampai akhir surat an-

Nisa’.

2) ( ) Mim (hari kedua) dari surat al-Maidah sampai akhir surat at-

Taubah.

3) ( ) Ya’ (hari ketiga) dari surat Yunus sampai surat an-Nahl.

4) ( ) Ba’ (hari keempat) dari surat Bani-Israil sampai akhir surat al-

Furqan.

5) ( ) Syin (hari kelima) dari surat as-Syu’ara’ sampai akhir surat

Yasin.

6) ( ) Waw (hari keenam) dari surat wa as-Shaffat sampai akhir surat

Hujurat.

7) ( ) Qaf (hari ketujuh) dari surah Qaf sampai surah an-Nas.53

53 Ibid., hlm. 98-99.

Page 49: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

38

4. Problematika Menghafal Al –Qur’an54

1. Ayat-ayat yang sudah di hafal lupa lagi

Lupa adalah lawan dari ingat,menurut Al-Jurjani lupa adalah

suasana tidak ingat yang bukan dalam keadaan mengantuk atau tidur.

lupa merupakan suatu problema yang tidak hanya dialami oleh

sebagian kecil penghafal Al-Qur’an,namun hampir seluruh para

penghafal Al-Qur’an mengalaminya.solusi yang harus dilakukan

adalah:

a. Tidak meninggalkan hafalan baru terlalu lama,karena hafalan

baru sangat mudah hilang

b. Mengulangi hafalan.

Pengetahuan modern mengatakan bahwa materi yang di

lupakan persis setelah dihafal akan memerlukan waktu yang lebih

sedikit daripada waktu untuk menghafal suatu teks yang tidak

pernah di pelajari sebelumnya.jadi mengulang-ulang hafalan yang

lupa itu lebih mudah daripada menghafal materi yang baru

c. Mendengarkan dari yang lain termasuk kaset adalah cara yang

baik disamping mengingat-ingat sendiri

d. Mengerti akan makna dan arti dari materi yang telah di hafal serta

berupaya untuk merenungkannya. Merenungkan dan

memikirkannya saat membaca itu akan membantu dan

menetapkannya dalam hati.

2. Banyak ayat yang serupa tapi tidak sama

54 Ilham Agus Sugianto,Kiat Praktis Menghafal Al-Qur’an, (Bandung: Mujahid Press,2004),hlm100-104

Page 50: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

39

Maksudnya pada awalnya sama dan mengenai yang sama pula,

tetapi pada pertengahan atau ahir ayatnya berbeda, atau sebaliknya,

pada awalnya tidak sama tetapi pada pertengahannya atau akhir

ayatnya sama.

Adapun cara penyelesaiannya dengan memberi catatan pinggir

pada Al-Qur’an yang dipakai untuk menghafal bahwa ayat tersebut

sama dengan halaman berapa,atau sura tapa,juz berapa dan ayat

berapa, kemudian ayat-ayat yang serupa tersebut di beri garis bawah.

Bila perlu diketahui sejarah turunnya ayat bila ada.bila tidak,cukup di

baca terjemahannya untuk mengetahui peristiwa atau isi kandungan

ayat tersebut.

3. Gangguan Asmara

Persoalan ini muncul karena mayoritas penghafal Al-

Qur’an berada pada jenjang usia pubertas, sehingga mulai tertarik

dengan lawan jenis.Hal ini bisa diantisipasi dengan tidak

membiarkannya bergaul secara bebas,atau dipalingkan pada kegiatan-

kegiatan yang lebih bermanfaat.Namun terkadang gangguan Asmara

ini bukan merupakan suatu gangguan yang berarti,bahkan bisa

dijadikan sebagai pemicu semangat dalam menyelesaikan hafalan,jika

yang bersangkutan bisa menyikapinya dengan bersifat kedewasaan.

4. Sukar menghafal

Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor antara lain,

tingkat IQ yang rendah,pikiran yang sedang kacau,badan kurang

sehat, kondisi di sekitar sedang gaduh sehingga sulit untuk

berkonsentrasi. Persoalan ini dapat diatasi sendiri oleh penghafal

karena dialah yang paling tahu tentang dirinya sendiri

5. Melemahnya semangat penghafal

Hal ini biasa terjadi pada waktu menghafal berada pada juz-juz

pertengahan, Ini disebabkan karena dia melihat pekerjaan menghafal

yang masih banyak. Untuk mengatasinya harus dengan kesabaran

Page 51: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

40

yang terus-menerus dan punya keyakinan bahwa menghafalnya akan

berangsur-angsur bisa terlewati sampai khatam.

6. Tidak istiqomah

Penyebabnya antara lain terpengaruh teman-teman yang bukan

penghafal untuk mengadakan kegiatan yang tidak ada kaitannya

dengan menghafal sehingga banyak membuang waktu.Ada kalanya

terpengaruh dengan cara dan pola penghafal yang memiliki tingkat IQ

tinggi sehingga membutuhkan waktu menghafal yang berbeda.Untuk

mengatasi hal ini kembali pada tingkat kesadaran penghafal dan

arahan atau bimbingan dari guru.

C. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kemampuan Menghafal Santri

Kecerdasan emosional sangat berhubungan dengan kemampuan

menghafal seseorang. Kecerdasan emosi menunjuk kepada suatu kemampuan

untuk memahami perasaan diri masing-masing dan perasaan orang lain.

Kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri dan menata dengan baik emosi-

emosi yang muncul dalam dirinya sendiri dan dalam berhubugan dengan

orang lain. Sehingga tidak salah jika para ahli ilmu jiwa mengatakan bahwa

kecerdasan kognitif (IQ)itu hanya mempunyai peran 20% dalam keberhasilan

hidup manusia. Sedangkan sisanya yaitu 80% akan ditentukan oleh faktor-

faktor lain, termasuk didalamnya faktor terpenting adalah kecerdasan emosi

(EQ).55 Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan kognitif itu hanya mempunyai

peran setelah kecerdasan emosi, dalam menentukan puncak prestasi dalam

pekerjaan seseorang termasuk di dalamnya dalam membentuk kemampuan

menghafal.

Mengingat begitu pentingnya peran kecerdasan emosi dalam

membentuk kemampuan menghafal, maka kecerdasan emosi sangat

diperlukan bagi seorang santri. Menghafal al-Qur'an adalah proses membaca

55 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah, IAIN WalisongoSemarang, 2001), hlm. 154.

Page 52: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

41

dan mencamkan al-Qur'an tanpa melihat tulisan al-Qur'an (di luar kepala)

secara berulang-ulang agar senantiasa ingat dalam rangka memperoleh

ilmunya atau suatu proses berusaha untuk mengingat sesuatu, dalam hal ini al-

Qur'an tanpa melihat mushaf secara berulang-ulang agar senantiasa ingat

dengan berlandaskan kaidah tilawah dan asas tajwid yang benar.

Oleh karena itu kemampuan menghafal sangat penting bagi seorang

santri dalam rangka mewujudkan keinginannya dalam menghafal al-Qur’an

dengan baik dan benar, yang diaplikasikan dalam bentuk kelancaran, tajwid

dan kefasihannya dalam membacanya. Sebab kemampuan menghafal

merupakan modal dasar bagi seorang santri dalam proses menghafal al-

Qur;an. Karena belajar menghafal merupakan proses psikis, maka

keberhasilan belajar menghafal banyak ditentukan oleh individu sendiri.

Orang lain, termasuk istadz-ustadzah, bahkan kyai pun hanya berperan

sebagai pembimbing dan mengatur situasi yang memungkinkan terjadinya

proses belajar menghafal al-Qur’an tersebut. Di sinilah kecerdasan emosional

individu santri dituntut adanya. Kemampuan menghafal tersebut ditunjukkan

dalam hal kelancaran, tajwid dan kefasihannya dalam membacanya. Dengan

illustrasi tersebut menunjukkan adanya hubungan yang signifikan, yakni

hubungan kecerdasan emosional dengan kemampuan menghafal santri dalan

rangka menghafal al-Qur’an al-karim.

D. Kajian Penelitian Yang Relevan

Sebagai bahan kajian pustaka, penulis menemukan hasil penelitian

sebelumnya yang berkaitan dengan tema penelitian ini. Telaah pustaka ini

bertujuan untuk mempermudah penulis dalam memperoleh gambaran-

gambaran serta mencari titik-titik persamaan dan perbedaan.

Hasil penelitian saudara Ekhwanuddin dalam skripsi yang berjudul

"Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Anak dan Prestasi Belajar Al-

Qur’an Hadits Siswa di MI Muhammadiyah Krangkoan Kec. Limpung

Batang". Penelitian ini berbentuk kuantitatif, dilakukan dengan metode yang

Page 53: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

42

masih sangat sederhana, yaitu dengan metode analisis Product Moment

dengan memakai peta korelasi, dan kemungkinan hasil penelitiannya masih

kurang maksimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif

perhatian orang tua terhadap anak dan prestasi belajar al-Qur’an Hadis siswa

di MI Muhammadiyah Krangkoan Kec. Limpung Batang. Sedangkan

perbedaannya dengan skripsi yang penulis lakukan adalah hubungan

kecerdasan emosional dengan kemampuan menghafal al-Qur’an. Dengan

demikian hasil yang akan didapatkan tentunya berbeda pula.

Penelitian saudari Anita Setyorini yang berjudul "Pemikiran M. Usman

Nadjati Tentang Kecerdasan Emosional dan Relevansinya dengan Pendidikan

Islam (Telaah Kitab al-Hadits an-Nabawiy wa ‘ilm an-Nafs)”. Dalam

penelitian ini diketahui bahwa menurut Usman Najati kecerdasan emosional

ada hubungannnya dengan pendidikan Islam dalam hal khususnya dalam

menelaah kitab-kitab hadits Nabi. Melihat hasil tersebut secara teoritis sama

dengan dengan penelitian yang penulis lakukan, akan tetapi karena

variabelnya dengan penelitian penulis berbeda maka hasil penelitiannya

berbeda pula. Dalam hal ini penulis lebih bersifat aplikatif langsung di objek

penelitian yakni adanya hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan

kemampuan menghafal al-Qur’an oleh santri di suatu pesantren.

Penelitian saudari Warsiti WS., yang berjudul "Hubungan Antara

Hafalan Al-Qur’an dengan Hasil Belajar Al-Qur’an Al-Hadits Siswa Kelas 3

MA Tajul Ulum Brabo Tahun 2005". Dalam penelitian ini diketahui bahwa

ada hubungan positif antara hafalan al-Qur’an dengan hasil belajar al-Qur’an

al-Hadits. Letak perbedaannya dengan penelitian yang penulis lakukan adalah

dalam penelitian penulis lebih fokus pada hubungan kecerdasan emosional

santri dengan kemampuannya menghafal al-Qur’an.

Penelitian saudarai Yayuk Budiati yang berjudul "Pengaruh Motivasi

Menghafal Al-Qur’an Terhadap Hasil Belajar Menghafal Al-Qur’an Santri

Pondok Pesantren Sirojuth Tholibin Brabo Tanggungharjo Grobogan”.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa ada pengaruh positif antara motivasi

Page 54: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

43

menghafal al-Qur’an terhadap hasil belajar menghafal al-Qur’an. Letak

perbedaannya dengan penelitian yang penulis lakukan adalah dalam penelitian

penulis lebih fokus pada hubungan kecerdasan emosional santri dengan

kemampuannya menghafal al-Qur’an, sedangkan dalam penelitian saudari

Yayuk Budiati tersebut memfokuskan dalam hal motivasi menghafal al-

Qur’an bukan kecerdasan emosional.

Berdasarkan uraian di atas menjadi jelas, bahwa apa yang akan penulis

teliti berbeda dengan peneliti sebelumnya. Perbedaan itu sebagaimana yang

diuraikan di atas. Oleh karena itu penulis dalam penelitian ini mengambil

judul "Hubungan antara Kecerdasan Emosional Dengan Kemampuan

Menghafal Santri Pon.Pes. Tahfidz Asy-Syarifah Brumbung Mranggen

Demak”.

E. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar atau mungkin

salah, yang akan diterima kalau fakta-fakta membenarkannya dan akan ditolak

kalau salah atau palsu.56 Menurut Kartini-Kartono, hipotesis merupakan

"jawaban dan suatu penelitian, yang harus di uji kebenarannya dengan jalan

riset".57

Dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah “ada hubungan

yang positif (signifikan), yakni hubungan kecerdasan emosional dengan

kemampuan menghafal Santri Pon.Pes. Tahfidz Asy-Syarifah Brumbung

Mranggen Demak”. Sehingga semakin tinggi kecerdasan emosional santri,

maka semakin tinggi pula kemampuan menghafal santri. Begitu sebaliknya,

semakin rendah kecerdasan emosional santri, maka semakin rendah pula

kemampuan menghafal Santri Pon.Pes. Tahfidz Asy-Syarifah Brumbung

Mranggen Demak.

56 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I (Yogyakarta: Andi Offset, 2001), hlm 63.57 Kartini – Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1990),

hlm. 70.

Page 55: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Data Umum Tentang Pondok Pesantren Asy-Syarifah Brumbung

Mranggen Demak

1. Tinjauan Historis

Berdirinya pondok pesantren putra-putri Asy-Syarifah ini setelah

mendapatkan motivasi dari masyarakat Islam setempat yang berkeinginan

untuk menitikberatkan pendidikan dan pendalaman al-Qur’an. Dalam

upaya mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai kandungan al-

Qur’an. Dan atas restu ulama’ sekitar serta adanya dukungan dan dana

swadaya masyarakat, maka tahun 1974 berdirilah sebuah Pondok

Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah yang berlokasi di Brumbung Kecamatan

Mranggen Kabupaten Demak.58

Bangunan pesantren yang mulanya 1 unit itu,kemudian pada tahun

berikutnya dapat melengkapi dengan bangunan mushola dan aula dengan

dana swadaya (1 unit 2 lantai). Karena jumlah santri semakin bertambah,

maka bertambah pula bangunan-bangunan baru seperti: asrama, Mck,

sarana prasarana penunjang lainnya.

Pada perkembangan selanjutnya Pondok Pesantren Tahfidz Asy-

Syarifah yang pada awal berdirinya hanya menampung santri putri pada

akhirnya atas spirit dari wali santri untuk mendirikan pesantren putra,

maka didirikanlah pesantren putra. Namun sampai saat ini ternyata jumlah

santri semakin bertambah, padahal sarana penunjang di pesantren tersebut

58 Dokumentasi Pondok dikutip pada tanggal, 26 Juni 2009

Page 56: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

45

sangat terbatas, maka sudah saatnya menambah bangunan asrama baru. Di

samping itu juga merehabilitasi bangunan lama yang sudah ada kerusakan.

Dari tahun ke-tahun Romo KH. Wahab Mahfudzi selaku pengasuh

Pondok Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah meneruskan perjuangan Madrasah

Diniyyah at-Thoyyibah, yang asalnya madrasah tersebut diasuh oleh Romo

Kyai Toyyib Ibrahim, sementara asal-usul at-Thoyyibah adalah

Ibrahimiyyah. Hal ini untuk mengenang jasa baik simbah KH. Toyyib

Ibrahim. Karena beliaulah tokoh pertama pendiri tempat pendidikan agama

salafiyah di Brumbung Mranggen Demak.

2. Letak Geografis

Pondok Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah berlokasi di kelurahan

paling selatan wilayah kabupaten Demak tepatnya di desa Brumbung

Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Berada pada perbatasan antara

kabupaten Semarang dengan jarak 1 km dari kabupaten Grobogan dengan

jarak 2 km. Juga tidak jauh dari jalan raya sehingga memudahkan untuk

dijangkau dari banyak arah.

Pesantren ini berdiri di atas lahan milik Pondok Pesantren Tahfidz

Asy-Syarifah seluas 14.185 m2 dengan luas bangunan 3.235 m2.

3. Struktur Organisasi

Organisasi sangat penting dan sangat berperan demi suksesnya

program-program kegiatan pada suatu pesantren. Hal ini agar satu program

dengan program yang lain tidak berbenturan dan agar lebih terarah tugas

dari masing-masing personal pelaksana pendidikan. Selain itu organisasi

diperlukan dengan tujuan agar terjadi pembagian tugas yang seimbang dan

objektif, yaitu memberikan tugas sesuai dengan kedudukan dan

kemampuan masing-masing orang.

Struktur organisasi pesantren merupakan komponen yang sangat

diperlukan dalam suatu sekolah, lebih-lebih dari segi pelaksanaan kegiatan

sekolah. Dalam rangka pencapaian tujuan, struktur organisasi hendaknya

Page 57: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

46

disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan suatu pesantren. Adapun

struktur organisasi Pondok Pesantren Asy-Syarifah Brumbung Mranggen

adalah sebagai berikut:

1) Pengasuh: a. KH. Wahab Mahfudz

b. Hj. Hajar Jariyah, AH.

c. KH. Said Latif

d. Hj. Inarotul Ulya, Ah.

e. Hj. Layyinatus Syifa

f. H. Syafiq Ulin Nuha

g. Hj. Durroh

2) Ketua : Tarqiyatul Ulfah, A.

3) Sekretaris : Harirotul Asiroh

4) Bendahara : Umi Hani’

5) Sie Pendidikan: a. Halimatus Sa’diyah

b. Ni’matur Rohimah

c. Zuhal Laila

d. Surotul Hasanah

6) Sie Keamanan : a. Barotut Taqiyah

b. Lulu’ah Fitriyah

c. Khoiriyah

d. Tutik Ainul Mardiyah

7) Sie Kebersihan: a. Niswatul Hasanah

b. Masykuroh

c. Nubdzatul Faikah

d. Roudlotul Hasanah

8) Sie Kesenian : a. Nashoihud Diniyyah

b. Musyafa’ah

9) Humas : a. Rustiana Kusumawati

4. Kyai, Ustadz dan Santri

a. Kyai

Page 58: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

47

Pondok Pesantren Asy-Syarifah diasuh dan dipimpin langsung

oleh KH. Wahab Mahfudzi dan Hj. Hajar Jariyah, AH.

Page 59: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

48

b. Ustadz

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengurus pondok bahwa

jumlah ustadz atau tenaga pengajar sebanyak latar belakang

pendidikan mereka ada yang dari Perguruan Tinggi dan lulusan

pesantren.

c. Santri

Ditinjau dari daerah asal santri, maka dari observasi

dilapangan santri Pondok Pesantren Asy-Syafiyah tidak hanya dari

daerah Demak, ada yang dari Jawa Timur, Jawa Barat, Lampung,

Kalimantan, dan sebagainya. Tingkat pendidikannyapun bervariasi,

mulai dari MI, SLTP, SLTA. Untuk hafalan bi al-ghaib rata-rata

lulusan SLTA yang kemudian memperdalam ilmu-ilmu agama dengan

sekolah diniyyah salafiyah sore sambil menghafal al-Qur’an.

5. Sarana prasarana pendidikan di pesantren

a. Bangunan asrama

Jumlah kamar untuk asrama adalah 18 rayon, terdiri atas 8

rayon asrama putra dan 10 rayon asrama putri. Penataan kamar

disesuaikan dengan kelas dan tingkatan masing-masing santri.

b. Bangunan penunjang program pendidikan dan pengajaran

c. Koperasi, kantin

B. Deskripsi Data Penelitian

1. Data Tentang Kecerdasan Emosional Santri Pondok Pesantren Tahfidz

Asy-Syarifah Brumbung Mranggen Demak

Setelah angket disebarkan, maka hasil dari penelitian tentang

kecerdasan emosional responden santri Pondok Pesantren Tahfidz Asy-

Syarifah Brumbung Mranggen Demak dapat dilihat dalam tabel

sebagaimana terlampir dalam skripsi ini. Dari data tersebut kemudian

dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:

Page 60: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

49

a. Menentukan interval nilai

Untuk menentukan interval nilai digunakan rumus sebagai

berikut:

KRP =

Di mana R= NT-NR dan K= 1+(3,3) log N

Keterangan:

P = Panjang kelas interval NR = Nilai terendah

R = Rentang K = Banyak kelas

NT = Nilai tertinggi N = Jumlah responden

Dari data di atas, maka interval nilainya adalah sebagai berikut:

R = NT-NR

= 100 – 72

= 28

K = 1+(3,3) log N

= 1+(3,3) log 42

= 1+5,3567

= 6,3567

5666,4

628

==

=

=KRP

Page 61: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

50

b. Mencari Nilai Rata-rata (Mean) Variabel X

TABEL I

DISTRIBUSI FREKUENSI KECERDASAN EMOSIONAL (X)

Interval Frekuensi(F)

TitikTengah (X)

F.X x x2 fx2

72 – 76

77 – 81

82 – 86

87 – 91

92 – 96

97 - 100

9

14

10

7

1

1

74

79

84

89

94

99

666

1106

840

623

94

99

-7

-2

3

8

13

18

49

4

9

64

169

324

441

56

90

448

169

324

N = 42 3428 1528

Menghitung Mean dengan rumus =NFXΣ

423428 = 81,40 dibulatkan menjadi 81

Menghitung simpangan baku dengan rumus =NFxSD

2Σ=

421528 = 38,36 = 6,03 dibulatkan menjadi 6

Mengubah skor mentah menjadi nilai huruf

M – 1,5 Sd keatas

M – 0,5 Sd – < M + 1,5 Sd

M – 05 Sd – < M + 0,5 Sd

M – 1,5 Sd – < M – 0,5 Sd

Kurang dari M – 1,5 Sd59

59 Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bina Aksara, 1988), hlm. 186

81 + 1,5 x 6 = 90 è A

81 + 0,5 x 6 = 84 – < 90 è B

81 – 0,5 x 6 = 78 – < 84 è C

81 – 1,5 x 6 = 72 – < 78 è D

Kurang dari 72 è E

Page 62: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

51

c. Kualitas variabel kecerdasan emosional

Skor Nilai Kategori90 ke atas

84 – 89

78 – 83

72 – 77

Kurang dari 72

A

B

C

D

E

Istimewa

Baik sekali

Baik

Cukup

Kurang

Melihat tabel kualitas variabel di atas menunjukkan bahwa

keceradasan emosional santri berada dalam kategori baik yaitu pada

interval 78-83.

Rata-rata kemampuan menghafal al-Qur'an santri adalah 81,40.

Karena nilai 81,40 terletak pada interval 78-83 maka kemampuan

menghafal santri berada dalam kategori baik.

Dari nilai mean tersebut di atas, maka selanjutnya dapat

divisualisasikan dalam bentuk histogram, sebagaimana pada tabel

berikut ini:

TABEL IIHISTOGRAM KECERDASAN EMOSIONAL SANTRI

PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH BRUMBUNGMRANGGEN DEMAK

15

10

5

71,5 76,5 81,5 86,5 91,5 96,5 100,5

Page 63: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

52

2. Data Tentang Kemampuan Menghafal Santri Pondok Pesantren Tahfidz

Asy-Syarifah Brumbung Mranggen Demak

Adapun hasil dari penelitian tentang kemampuan menghafal

responden Santri Pondok Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah Brumbung

Mranggen Demak dapat dilihat dalam tabel sebagaimana terlampir dalam

skripsi ini

Dari data tabel tentang kemampuan menghafal santri Pondok

Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah Brumbung Mranggen Demak tersebut

sebagaimana terlampir dalam skripsi ini kemudian dilakukan beberapa

langkah berikut ini:

a. Menentukan interval nilai

Untuk menentukan interval nilai digunakan rumus sebagai

berikut:

KRP =

Di mana R= NT-NR dan K= 1+(3,3) log N

Keterangan:

P = Panjang kelas interval NR = Nilai terendah

R = Rentang K = Banyak kelas

NT = Nilai tertinggi N = Jumlah responden

Dari data di atas, maka interval nilainya adalah sebagai berikut:

R = NT-NR = 100 - 74 = 26

K = 1+(3,3) log N

= 1+3,3 log 42

= 1+5,3567

= 6,3567

Page 64: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

53

KRP =

4333,4

628

==

=

b. Mencari Nilai Rata-rata (Mean) Variabel YTABEL III

DISTRIBUSI FREKUENSI KEMAMPUAN MENGHAFAL (Y)Interval Frekuensi

(F)Titik

Tengah (X)F.X x x2 fx2

74 – 7778 – 8182 – 8586 – 8990 – 9394 - 100

769

1091

75,579,583,587,591,597

528,5477

751,5875

823,597

-8,5-4,5-0,53,57,513

72,2520,250,2512,2556,25169

505,75121,52,25122,5

506,25169

N = 42 3552,5 1427,25

Menghitung Mean dengan rumus =NFXΣ

425,3552 = 84,23 03 dibulatkan menjadi 84

Menghitung simpangan baku dengan rumus =NFxSD

2Σ=

4225,1427 = 98,33 = 5,82 03 dibulatkan menjadi 6

Mengubah skor mentah menjadi nilai angka

M – 1,5 Sd keatas

M – 0,5 Sd – < M + 1,5 Sd

M – 05 Sd – < M + 0,5 Sd

M – 1,5 Sd – < M – 0,5 Sd

84 + 1,5 x 6 = 93 è A

84 + 0,5 x 6 = 87 – < 93 è B

84 – 0,5 x 6 = 81 – < 87 è C

84 – 1,5 x 6 = 75 – < 81 è D

Kurang dari 75 è EKurang dari M – 1,5 Sd

Page 65: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

54

Kurang dari M – 1,5 Sd 60

c. Kualitas variabel kemampuan menghafal

Skor Nilai Kategori

93 ke atas

87 – 92

81 – 86

75 – 80

Kurang dari 75

A

B

C

D

E

Istimewa

Baik sekali

Baik

Cukup

Kurang

Melihat tabel kualitas variabel di atas menunjukkan bahwa

kemampuan menghafal santri berada dalam kategori baik yaitu pada

interval 81-86. Rata-rata kemampuan menghafal al-Qur'an santri

adalah 84,23. Karena nilai 84,23 terletak pada interval 81-86 maka

kemampuan menghafal santri berada dalam kategori sedang.

Dari nilai mean tersebut di atas, maka selanjutnya dapat

divisualisasikan dalam bentuk histogram, sebagaimana pada tabel

berikut ini:

TABEL IVHISTOGRAM KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRIPONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

BRUMBUNG MRANGGEN DEMAK

15

10

5

73,5 77,5 81,5 85,5 89,5 93,5 100,5

60 Ibid

Page 66: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

55

C. Pengujian Hipotesis

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengolah data yang telah

terkumpul, baik data data dari variabel X, yaitu kecerdasan emosional

maupun data dari variabel Y, yaitu kemampuan menghafal, dengan

tujuan untuk membuktikan diterima atau ditolaknya hipotesis yang

diajukan penulis. Adapun langkah yang ditempuh dalam pengujian

hioptesis ini adalah sebagai berikut:

1. Pendahuluan

Pada tahap pendahuluan ini terlebih dahulu penulis

mendiskripsikan hasil perhitungan koefesien korelasi antara variabel X

dengan variable Y dengan hasil sebagaimana dalam tabel berikut ini:

TABEL VPERHITUNGAN KOEFESIEN KORELASI VARIABEL X DAN Y

No. X Y X2 Y2 XY1 2 3 4 5 61 72 75 5184 5625 54002 85 88 7225 7744 74803 78 84 6084 7056 65524 86 86 7396 7396 73965 76 81 5776 6561 61566 81 84 6561 7056 68047 84 86 7056 7396 72248 76 78 5776 6084 59289 84 87 7056 7569 7308

10 74 74 5476 5476 547611 76 77 5776 5929 585212 77 82 5929 6724 631413 78 82 6084 6724 639614 79 81 6241 6561 639915 90 92 8100 8464 828016 81 87 6561 7569 704717 90 91 8100 8281 819018 81 82 6561 6724 6642

Page 67: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

56

19 82 83 6724 6889 680620 85 100 7225 10000 850021 85 86 7225 7396 731022 73 74 5329 5476 540223 74 76 5476 5776 562424 81 82 6561 6724 664225 78 78 6084 6084 608426 89 91 7921 8281 809927 80 81 6400 6561 648028 72 74 5184 5476 532829 91 92 8281 8464 837230 100 92 10000 8464 920031 79 80 6241 6400 632032 78 82 6084 6724 639633 87 91 7569 8281 791734 78 86 6084 7396 670835 83 91 6889 8281 755336 80 88 6400 7744 704037 81 84 6561 7056 680438 72 74 5184 5476 532839 88 91 7744 8281 800840 83 86 6889 7396 713841 85 88 7225 7744 748042 87 91 7569 8281 7917

ΣX=3419 ΣY=3538 ΣX2=279791 ΣY2=299590ΣXY=289300

Dari distribusi perhitungan variabel X dan variabel Y tersebut

diperoleh hasil sebagai berikut:

N = 42

ΣX = 3419

ΣY = 3538

ΣX2 = 279791

ΣY2 = 299590

ΣXY = 289300

Page 68: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

57

Kemudian hasil tersebut didistribusikan pada rumus Product

Moment, dengan hasil sebagai berikut:

[ ][ ]∑ ∑∑ ∑∑ ∑ ∑

−−

−=

2222 )().(.)().(

..

YYNXXN

YXXYNrxy

[ ] [ ]

8535,090,63471

541784028683096

54178)65336()61661(

54178)12517444()12582780).(11689561()11751222(

1209642212150600)3538()299590.42(.)3419()27971.42(

3538.3419289300.4222

=

=

=

−=

−−−

=

−−

−=

Jadi rxy = 0,8535

r2xy= 0,72846225

Setelah nilai rxy diketahui, uji hipotesis dapat dilanjutkan dengan

mensubstitusikan nilai rxy ke dalam rumus uji signifikansi (th)

xyr

Nrt xy

h 21

2

−=

Di mana:

th = hasil uji signifikansi (thitung)

rxy = angka indeks korelasi “r” Product Moment

N = jumlah responden

2 = konstanta

1 = konstanta

r2xy = angka indeks korelasi “r” Product Moment yang dikuadratkan

Dari hasil perhitungan korelasi tersebut di atas, telah diketahui

hasil rxy adalah 0,8535, kemudian nilai rxy tersebut disubstitusikan ke

dalam rumus uji thitung sebagai berikut:

Page 69: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

58

3590138,10521092842,0398007966,5

521092842,032455532,6.8535,0

27153775,0408535,0

72846225,012428535,0

1

22

=

=

=

=

−−

=

−=

h

h

h

h

h

xyh

t

t

t

t

t

xyr

Nrt

2. Analisis Hasil Uji Hipotesis

Setelah tahap pendahuluan kemudian tahap berikutnya yakni

menganalisa hasil uji hipotesis. Di mana setelah diadakan pengujian

hipotesis, maka hasil yang diperoleh dari rxy dikonsultasikan dengan rt;

jika rxy > rt 5% dan 1 % berarti signifikan, jika rxy < rt 5% dan 1 % berarti

non signifikan.

Dari hasil analisis uji hipotesis diperoleh bahwa rxy = 0,8535 jika

dikonsultasikan dengan rt , di mana N = 42 maka diperoleh:

rxy = 0,8535 > rt = 0,304 pada taraf 5 % berarti signifikan

rxy = 0,8535 > rt = 0,393 pada taraf 1 % berarti signifikan

Sedangkan nilai t hitung (th) korelasinya adalah:

t hitung (th) = 10,3590> t tabel (tt) = 0,05 (1,684)t hitung (th) = 10,3590 > t tabel (tt) = 0,01 (2,423)

Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat dideskripsikan bahwa

rxy yang diperoleh dari angket adalah 0,8535, sedangkan rt= 0,304 pada

taraf signifikansi 5 %, dan rt= 0,393 pada taraf signifikansi 1 %. Hal ini

menunjukkan bahwa rxy lebih besar dari rtabel. Dengan demikian maka

hipotesis yang penulis ajukan, yakni ada hubungan positif antara

kecerdasan emosional dengan kemampuan menghafal santri Pondok

Page 70: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

59

Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah Brumbung Mranggen Demak dapat

diterima kebenarannya.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pembahasan terhadap hasil korelasi

Setelah diketahui perhitungan tersebut, untuk mengetahui

signifikansi hubungan kecerdasan emosional terhadap kemampuan

menghafal santri Pondok Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah Brumbung

Mranggen Demak, dengan jalan membandingkan antara rxy dengan rtabel

pada taraf signifikansi 5 % dan pada taraf signifikansi 1 %, maka dapat

dideskripsikan hasil penelitian sebagai berikut:

a. Pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa adanya hubungan positif

(signifikan) kecerdasan emosional terhadap kemampuan menghafal

santri Pondok Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah Brumbung Mranggen

Demak. Hal ini ditunjukkan oleh bahwa rxy yang diperoleh dari angket

adalah 0,8535, sedangkan rt= 0,304 pada taraf signifikansi 5 %, dan rt =

0,393 pada taraf signifikansi 1 %.

b. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional

berpengaruh positif terhadap kemampuan menghafal santri Pondok

Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah Brumbung Mranggen Demak.

2. Pembahasan hasil uji signifikansi (thitung)

Dari uji hipotesis di atas diketahui bahwa besarnya nilai hasil uji

signifikansi (thitung) adalah sebesar10,3590. Kemudian nilai t tersebut

dikonsultasikan pada tabel t baik dalam taraf signifikansi 5% maupun 1%.

Apabila thitung sama ataupun lebih besar dari nila ttabel, maka hasilnya

signifikan, dengan kata lain hipotesis yang diajukan penulis diterima.

Akan tetapi bila hasilnya sebaliknya dalam arti thitung lebih kecil dari ttabel,

maka hasilnya tidak signifikan atau dengan kata lain hipotesis yang

diajukan penulis tidak diterima.

Page 71: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

60

Sementara nilai t (dengan df sebesar 42-2= 40) pada tabel t adalah

1,684 untuk taraf signikansi 5% dan 2,423 untuk taraf signifikansi 1%.

Dari hari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajuka

penulis yaitu terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan

kemampuan menghafal santri santri Pondok Pesantren Tahfidz Asy-

Syarifah Brumbung Mranggen Demak dapat diterima. Hal ini dikarenakan

nilai thitung lebih besar daripada nilai ttabel.

E. Keterbatasan Penelitian

Berbagai upaya ditempuh untuk menyempurnakan skripsi ini. Namun

ibarat pepatah “tiada gading yang tak retak”.

1. Keterbatasan pengumpulan data

Pengumpulan data pada kajian ini dilakukan dengan menggunakan

kuesioner yang diisi oleh responden. Keterbatasan prosedur pengumpulan

data sikap dengan menggunakan kuesioner disebabkan oleh

ketidakterbukaan responden. Responden yang bersifat tertutup (covert),

cenderung memberikan respon netral terhadap instrumen pengumpulan

data, sehingga kurang dapat mengungkap sikap yang sebenarnya.

Meski telah dilakukan upaya maksimal untuk mengungkap

responden seobjektif mungkin, namun diperkirakan situasi dan kondisi

responden saat menjawab instrumen (karena faktor di luar jangkauan

peneliti misalnya: responden sedang sakit, perasaan responden bahwa

pernyataan yang diberikan akan membawa kesulitan bagi dirinya. Begitu

pula dengan adanya pengaruh norma dan kebiasaan dalam masyarakat

untuk bersikap sungkan serta malu untuk menyatakan apa yang

sesungguhnya mereka rasakan), semua situasi dan kondisi tersebut

berpengaruh terhadap pengisian alat pengumpul data.

2. Keterbatasan tempat penelitian

Page 72: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

61

Penelitian yang peneliti laksanakan terbatas pada satu tempat, yaitu

pada santri di Pondok Pesantren Asy-Syarifah Brumbung Mranggen

Demak, sehingga kalau penelitian ini dilaksanakan pada tempat lain

dimungkinkan hasilnya berbeda. Namun demikian, tempat ini dapat

mewakili santri Pondok Pesantren Asy-Syarifah Brumbung Mranggen

Demak untuk dijadikan tempat penelitian dan kalaupun hasil penelitian

yang berbeda tetapi kemungkinan tidak akan jauh menyimpang dari hasil

penelitian yang peneliti lakukan.

3. Keterbatasan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama pembuatan skripsi,waktu yang

singkat inilah yang dapat mempersempit ruang gerak penelitian, sehingga

dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian yang peneliti laksanakan.

Tetapi waktu yang terbatas ini akan berharga sekali apabila digunakan

sebaik-baiknya. Oleh karena itu dalam penelitian, peneliti menggunakan

penelitian yang dapat mempersingkat waktu penelitian, seperti angket dan

dokumentasi misalnya.

4. Keterbatasan responden

Jumlah responden yang diteliti hanya 20 % dari jumlah santri di

Pondok Pesantren Asy-Syarifah Brumbung Mranggen Demak, yaitu

sejumlah 42 santri. Hal ini dilakukan untuk efesiensi waktu, tenaga dan

biaya. Namun demikian karena pengambilan sample dengan random,

maka jumlah responden ini dapat mewakili seluruh populasi.

5. Keterbatasan melihat kondisi psikologi responden

Kondisi psikologi responden tidak diamati secara khusus, sehingga

memungkinkan responden tidak konsentrasi dalam mengisi angket. Akan

tetapi dalam pengisian angket ini tidak membutuhkan konsentrasi yang

tinggi, sehingga untuk melihat kondisi psikologi responden dapat

dieliminasi dan hal ini untuk mempersingkat waktu. Namun dari

keterbatasan-keterbatasan di atas, maka dapat dikatakan ini merupakan

Page 73: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

62

kekurangan dari penelitian yang peneliti laksanakan. Akan tetapi

penelitian ini setidaknya dijadikan sebagai kesimpulan sementara, karena

hal ini dapat diuji kembali di tempat yang lain dan dengan hasil yang lain

pula. Bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan

kemampuan menghafal santri. Sehingga untuk hipotesis yang peneliti

ajukan bahwa ada hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan

kemampuan menghafal al-Qur’an santri di Pondok Pesantren Asy-Syarifah

Brumbung Mranggen Demak dapat diterima.

Page 74: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

63

BAB V

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan penelitian skripsi yang berjudul "Hubungan antara Kecerdasan

Emosional Dengan Kemampuan Menghafal Santri Pondok Pesantren Tahfidz

Asy-Syarifah Brumbung Mranggen Demak” yang peneliti lakukan, mulai dari

pengumpulan data, pengolahan data serta analisa data, maka dapat peneliti

tarik beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Tingkat kecerdasan emosional santri Pondok Pesantren Tahfidz Asy-

Syarifah Brumbung Mranggen Demak termasuk dalam kategori baik

yaitu berada pada interval 78-83 dengan hasil mean atau rata-rata

tingkat kecerdasan emosional adalah 81,40.

2. Tingkat kemampuan menghafal santri Pondok Pesantren Tahfidz

Asy-Syarifah Brumbung Mranggen Demak termasuk dalam kategori

baik yaitu berada pada interval 81-86 dengan hasil mean atau rata-

rata tingkat kemampuan menghafal adalah 84,23.

3. Ada hubungan positif antara tingkat kecerdasan emosional dengan

tingkat kemampuan menghafal santri Pondok Pesantren Tahfidz Asy-

Syarifah Brumbung Mranggen. Jadi, semakin tinggi tingkat

kecerdasan emosional santri maka semakin tinggi pula tingkat

kemampuan menghafal santri, dan sebaliknya semakin rendah

tingkat kecerdasan emosional santri, maka semakin rendah pula

tingkat kemampuan menghafal santri Pondok Pesantren Tahfidz Asy-

Syarifah Brumbung Mranggen. Hal ini dapat dilihat dari hasil

analisis Product Moment yang dicantumkan pada bab IV, bahwa rxy

yang diperoleh dari angket adalah 0,8535, sedangkan rt= 0,304 pada

taraf signifikansi 5 %, dan rt = 0,393 pada taraf signifikansi 1 %. Hal

ini menunjukkan bahwa rxy lebih besar dari rt. Dengan demikian

maka hipotesis yang penulis ajukan yakni; ada hubungan positif

Page 75: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

64

antara kecerdasan emosional dengan kemampuan menghafal santri

Pondok Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah Brumbung Mranggen dapat

diterima kebenarannya baik dalam taraf signifikansi 5% maupun

dalam taraf signifikansi 1%. Hal ini juga ditunjukkan dengan nilai uji

signifikansi, dimana nilai thitung lebih besar daripadai nilai ttabel, yaitu:

t hitung (th) = 10,3590> t tabel (tt) = 0,05 (1,684)

t hitung (th) = 10,3590 > t tabel (tt) = 0,01 (2,423)

Saran

Setelah pembahasan tema skripsi ini, sesuai harapan penulis agar

pikiran-pikiran dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Oleh karena itu penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

Dalam proses pembelajaran faktor emosional sangatlah penting. Ketika suatu

pelajaran melibatkan emosi positif yang kuat, umumnya pelajaran tersebut

akan terekam dengan kuat pula dalam ingatan, lebih-lebih dalam hal

menghafal. Sebaliknya, santri tidak bisa belajar efektif dalam keadaan

stres. Syarat pembelajaran yang efektif salah satunya adalah lingkungan

yang mendukung dan menyenangkan. Belajar perlu dinikmati dan timbul

dari perasaan suka serta nyaman tanpa paksaan. Oleh karena itu, untuk

menciptakan lingkungan tanpa stres bagi santri, penting bagi kyai dan

ustadz agar rileks dan tidak menetapkan target terlalu tinggi atau menurut

santri melebihi kemampuannya.

Untuk mencapai hasil hafalan yang maksimal, diharapkan santri mampu

memiliki kecerdasan emosional yang baik. Ini dapat tercermin dalam

kemampuannya mengenali, menerima dan mengelola emosinya dengan

baik serta mampu membina hubungan sosialnya. Penulis bersyukur bahwa

santri Pondok Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah Brumbung Mranggen

memiliki kecerdasan emosional dan kemampuan menghafal yang baik.

Oleh karena itu untuk mempertahankan ataupun meningkatkannya, tentu

saja harus didukung oleh keluarga maupun pondok pesantren.

Page 76: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

65

Penutup

Sebagai kata penutup dalam penulisan skripsi ini, penulis

memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan

taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini. Namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi yang penulis

buat ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan

penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif evaluatif

sangat peneliti harapkan dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Mudah-mudahan apa yang penulis buat ini mendapat ridha dari Allah

Yang Maha Pemurah. Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-

orang yang beruntung di akhirat kelak.

Akhirnya, penulis hanya dapat berdo’a dan semoga skripsi ini berguna

bagi dunia pendidikan pesantren pada umumnya serta penulis pada khususnya

Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Page 77: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

66

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Ary Ginanjar, ESQ Power Sebuah Inner Journey Melalui al-Ihsan,Jakarta: Arga, 2004.

Al-Hafidz, Ahsin W., Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Jakarta: BumiAksara, 2005, cet. 3.

Ali, Mohamad, Prosedur Penelitian dan Strategi Kependidikan, Bandung:Angkasa, 1993.

Al-Munawar, Said Agil Husain, Al-Qur’an Membangun Tradisi KesalehanHakiki, Jakarta: Ciputat Press, 2004.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:Rineka Cipta, 2002, cet. ke-12.

As-Sayuthy, Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakr, Al-Jami’ al-Shagir,Indonesia: Maktabah Dar Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyah, tth., Juz I.

Az-Zarqani, Muhammad bin Abdul Baqi, Syarah az-Zarqani ‘Ala Muwaththa’ al-Imam Malik, Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1411H, jilid 2.

Basic Education Project, Inservice Training, Yogyakarta: Forum Kajian Budayadan Agama, 2000.

Chattopadhyay, Aparna, Whats You Emotional IQ Over 600 PsychologicalQuizzer Asses Your Weakness And Strenghts In Your Emotional AndFeeling And Groom Tuller Personality, (terj.) Hta. Darwin Rasyid, “TesEmosi Anda”. Tangerang: Gaya Media Pratama, 2004.

Consueloe, Sevila, Pengantar Metode Penelitian, (terj.) Alimuddin Tuwu,Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1993.

Cooper, Robert K. dan Ayman Sawaf, Executive EQ, (terj.) Alex TrikuncoroWidodo, “Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan danOrganisasi”, Jakarta: Gramedia, 2000.

Departemen Agama, Inservice Training MTs/MI, Jakarta: PPIM, 2000.

Goleman, Daniel, Emotional Intellegence, (terj.) T. Hermaya, “KecerdasanEmosional” Jakarta: Gramedia, 2003.

___________, Emotional Intelligence, New York: Bantam Books, 1996.

Page 78: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

67

Hadjar, Ibnu, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan,Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996.

___________, Dasar-Dasar Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1998.

Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: Mandar Maju,1990.

Loekmono, Lobby, Belajar Bagaimana Belajar, Jakarta: Gunung Mulia, 1994.

Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

Mas’ud, Abdurrahman, Menuju Paradigma Islam Humanis, Yogyakarta: GamaMedia, 2003.

Miller, John P., Humanazing The Class Room; Models of Teaching in AffectiveEducation, (terj.) Abdul Munir Mulkhan, Cerdas di Kelas, SekolahKepribadian, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2002.

Munthali’ah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI, Semarang: GunungJati, 2002.

Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah, IAINWalisongo Semarang, 2001.

Najati, M. Usman, al-Hadits al-Nabawi wa ‘Ilmu al-Nafs, (terj.) Irfan Sahir, Lc.,Belajar EQ dan SQ dari Sunah Nabi, Jakarta: Hikmah, 2002.

Nasution, S., Didaktik Azas-azas Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

Nawabuddin, Abdurrab dan Bambang Saiful Ma’arif, Teknik Menghafal al-Qur’an (Kaifa Tahfiz al-Qur’an), Bandung: Sinar Baru Algesindo,2005, cet. 4.

Noor, Muhammad, dkk., Al-Qur'an al-Karim dan Terjemahannya, Semarang: CV.Toha Putra, 1996.

Riyanto, Yatim, Metodologi Penelitian Pendidikan; Suatu Tinjauan Dasar,Surabaya: Sic, 1996.

Siregar, Marasuddin, dkk., Metodologi Pengajaran Agama, Semarang: FakultasTarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 1998.

Page 79: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

68

Stein, Steven J. dan Howard E. Book, The Edge, Emotional and Your Succes,(terj.) Trinada Rainy Januarsari dan Yudhi Murtanto, Ledakan EQ,Bandung: Kaifa, 2002.

Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: RinekaCipta, 1991.

Sugiono dan Eri Wibisono, Statistika Penelitian dan Aplikasinya Dengan SPSS10.0 for Windows, Bandung: Alfabeta, 2001, cet. 1.

Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2005.

Sumanto, Wasti, Psikologi Pendidikan; Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan,Jakarta: Rineka Cipta, 1998.

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Grafindo Persada, 2003, cet.XIV.

___________, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:Remaja Rosdakarya, 2000.

Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi Offset, 1989.

Widodo, 4 Kecerdasan Menghadapi Ujian, Jakarta: Yayasan Kelopak, 2004.

Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: RemajaRosdakarya, 2000, cet. 1.

Zen, A. Muhaimin, Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an; Pembinaan Qari’ Qari’ahdan Hafizh Hafizhah, Jakarta: PP. Jam’iyyatul Qurra’ wa al-Huffazh,2006.

Sugianto, Agus Ilham,Kiat Praktis Menghafal Al-Qur’an, Bandung: MujahidPress, 2004.

Slameto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara, 1988.

Page 80: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

69

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nur Sikhatun

Tempat / Tanggal Lahir : Demak, 01 April 1984

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat Rumah : Desa Sumberejo, Rt. 03/III Kecamatan Mranggen

Kabupaten Demak

Riwayat Pendidikan :

1. SDN 01 Sumberejo Mranggen Demak, Lulus Tahun 1996

2. MTs 02 Futuhiyyah Mranggen Demak, Lulus Tahun 1999

3. MAN 02 Futuhiyyah Mranggen Demak, Lulus Tahun 2002

4. IAIN Walisongo Semarang Fakultas Tarbiyah angkatan 2004

Semarang, Juni 2010

Penulis,

Nur Sikhatun NIM. 3104149

Page 81: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

70

DAFTAR RESPONDEN

Page 82: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

1

1. UMI HANI

2. RUSTIANA KUSUMAWATI

3. SITI QOMARIYAH

4. NUR QOMARIYAH

5. UMI FAIZAH

6. SITI KHOLIFAH

7. SHOBIYAH

8. LAILI FARIDHOH

9. MUNADHIROH

10. NADHIROH

11. MUSTAMI AH

12. ZUHAL LAILA

13. UMI TSUWAIBAH

14. TUTIK AINUL MARDHIYAH

15. MUJADIYAH AINI

16. NUR FAZRIYAH ISNAINI

17. INABATUL LAILI

18. UMI MUSTAGHFIROH

19. LAYYINATUS SOFA

20. NURUL AULIYA MAHMUDAH

21. ANA ISLAMI

22. MA RIFAH

23. ISLAHATUN NISA

24. ISMAWATI

25. MASMINAH

Page 83: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

2

2

26. NUR JANNAH

27. TRI SULISTYO RAHAYU

28. BADA ISLAHIYAH

29. SITI NUR QOMIS

30. KHODIJAH NUR ALFI

31. SITI FATIMAH

32. ZIDNI ILMA

33. LULU IKHWANA

34. ATIK SA ADATI

35. NAILA AZMI KALAMIKA

36. IKA MILLATU AZKA

37. MILLATA WAHIDAH

38. HIDAYATUN NAFI AH

39. HIKMATUS SA ADAH

40. HARIMUL ASYIROH

41. IZZAH NAFILATI

42. MISWATUL HASANAH

Page 84: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

3

3

TABEL I

DATA TENTANG HASIL JAWABAN ANGKET KECERDASANEMOSIONALSANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-

SYARIFAH BRUMBUNG MRANGGEN DEMAK

JAWABAN

RESPONDEN NILAINo.RES

SS S KS TS STS 5 4 3 2 1

JUMLAHNILAI

1 2 3 41 1 13 4 1 1 5 52 12 2 1 722 11 4 4 1 0 55 16 12 2 0 853 2 15 2 1 0 10 60 6 2 0 784 8 10 2 0 0 40 40 6 0 0 865 2 14 3 0 1 10 56 9 0 1 766 9 6 3 1 1 45 24 9 2 1 817 9 8 1 2 0 45 32 3 4 0 848 2 14 3 0 1 10 56 9 0 1 769 8 9 2 1 0 40 36 6 2 0 84

10 4 9 4 3 0 20 36 12 6 0 7411 5 8 5 2 0 25 32 15 4 0 7612 3 12 4 1 0 15 48 12 2 0 7713 2 15 2 1 0 10 60 6 2 0 7814 9 5 3 2 1 45 20 9 4 1 7915 13 5 1 1 0 65 20 3 2 0 9016 10 5 3 0 2 50 20 9 0 2 8117 12 6 2 0 0 60 24 6 0 0 9018 4 13 3 0 0 20 52 9 0 0 8119 8 8 2 2 0 40 32 6 4 0 8220 9 8 2 1 0 45 32 6 2 0 8521 8 9 3 0 0 40 36 9 0 0 8522 4 8 5 3 0 20 32 15 6 0 7323 1 12 7 0 0 5 48 21 0 0 7424 3 15 2 0 0 15 60 6 0 0 8125 4 11 4 1 0 20 44 12 2 0 7826 12 5 3 0 0 60 20 9 0 0 8927 2 16 2 0 0 10 64 6 0 0 8028 1 13 4 1 1 5 52 12 2 1 7229 13 5 2 0 0 65 20 6 0 0 9130 13 6 1 2 4 65 24 3 4 4 10031 9 5 3 2 1 45 20 9 4 1 7932 4 11 4 1 0 20 44 12 2 0 78

Page 85: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

4

4

33 10 8 1 1 0 50 32 3 2 0 8734 2 16 0 2 0 10 64 0 4 0 7835 12 3 2 2 1 60 12 6 4 1 8336 6 8 6 0 0 30 32 18 0 0 8037 9 7 1 2 1 45 28 3 4 1 8138 4 6 8 2 0 20 24 24 4 0 7239 10 8 2 0 0 50 32 6 0 0 8840 6 11 3 0 0 30 44 9 0 0 8341 7 11 2 0 0 35 44 6 0 0 8542 14 3 1 0 2 70 12 3 0 2 87

Jumlah ΣX= 3419

TABEL IVDATA TENTANG KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI

PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH BRUMBUNGMRANGGEN DEMAK

Kemampuan menghafalNo.Resp. Tajwid Lancar Fasih

JumlahNilai

Page 86: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

5

5

1 2 3 4 51 25 25 25 752 28 30 30 883 30 25 29 844 30 24 32 865 31 26 24 816 25 30 29 847 30 26 30 868 31 30 17 789 30 27 30 87

10 25 25 24 7411 27 25 25 7712 30 27 25 8213 25 30 27 8214 24 31 26 8115 30 30 32 9216 30 27 30 8717 30 30 31 9118 30 27 25 8219 30 28 25 8320 30 40 30 10021 26 30 30 8622 25 24 25 7423 25 25 26 7624 30 27 25 8225 28 25 25 7826 30 31 30 9127 26 31 24 8128 25 24 25 7429 30 30 32 9230 30 30 32 9231 25 30 25 8032 30 27 25 8233 30 31 30 9134 30 26 30 8635 30 31 30 9136 28 30 30 8837 25 30 29 8438 25 25 24 7439 30 30 31 9140 30 30 26 8641 30 30 28 8842 31 30 30 91

Jumlah ΣY= 3538

Page 87: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

6

6

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEMAMPUAN MENGHAFAL

A. Definisi Konseptual

Page 88: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

7

7

Kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan untuk memahami

perasaan diri masing-masing dan perasaan orang lain, kemampuan untuk

memotivasi dirinya sendiri, dan menata dengan baik emosi-emosi yang

muncul dalam dirinya dan dalam berhubungan dengan orang lain61.

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri

dan bertahan untuk menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan emosi dan

tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar

beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berfikir.62 Sedangkan Robert K.

Cooper dan Ayman Sawaf dalam bukunya yang berjudul “Executive EQ”

mendefinisikan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan

daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan

pengaruh yang manusiawi.63

Kemampuan menghafal adalah kemampuan seseorang dalam

menghafal sesuatu. Adapun kemampuan menghafal al-Qur’an adalah

kemampuan membaca kemampuan membaca dan mencamkan al-Qur’an tanpa

melihat tulisan al-Qur’an (di luar kepala) secara berulang-ulang secara benar.

Sementara itu hafalan (al-hifz) secara etimologi adalah lawan dari pada lupa,

yaitu selalu ingat dan sedikit lupa. Sedangkan penghafal adalah orang yang

menghafal dengan cermat dan termasuk sederetan kaum yang menghafal.64

B. Definisi Operasional

Maksud dari kecerdasan emosional di sini adalah kemampuan para

santri untuk mengenali perasaan diri antara santri dengan yang lain,

kemampuan santri untuk memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola

61 Basic Education Project, Inservice Training, (Yogyakarta: Forum Kajian Budaya danAgama, 2000), hlm. 4.

62 Daniel Goleman, Emotional Intelligence, (terj.) T. Hermaya, “Kecerdasan Emosional”(Jakarta: Gramedia, 2003), hlm. 45.

63 Robert K. Cooper dan Ayman Sawaf, Executive EQ, (terj.) Alex Trikuncoro Widodo,“Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi” (Jakarta: Gramedia, 2000), hlm.XV.

64 Abdurrab Nawabuddin dan Bambang Saiful Ma’arif, Teknik Menghafal al-Qur’an (KaifaTahfiz al-Qur’an), (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005), cet. 4, hlm. 23.

Page 89: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

8

8

emosi dengan baik pada diri santri dan dalam berhubungan dengan santri lain,

santri dengan ustadz-ustadzah dan dalam berhubungan dengan lingkungan

masyarakat sekitar pondok pesantren.

Sedangkan dalam penelitian ini, penulis membatasi hanya pada

kecerdasan emosional santri tahfidz Pon. Pes. Asy-Syarifah Brumbung

Mranggen Demak sebagai batasan masalah agar tidak terjadi salah persepsi

dalam memahami dan mengartikannya.

Kemampuan menghafal di sini maksudnya adalah kemampuan santri

dalam menghafal al-Qur’an tanpa melihat tulisan al-Qur’an (di luar kepala)

secara berulang-ulang agar senantiasa ingat dalam rangka memperoleh

ilmunya atau suatu proses berusaha untuk mengingat sesuatu, dalam hal ini al-

Qur’an tanpa melihat mushaf secara berulang-ulang agar senantiasa ingat

dengan berlandaskan kaidah tilawah dan asas tajwid yang benar.

Sedangkan dalam penelitian ini, penulis membatasi hanya pada

kemampuan menghafal santri Pon. Pes. Tahfidz Asy-Syarifah Brumbung

Mranggen Demak sebagai batasan masalah agar tidak terjadi salah persepsi

dalam memahami dan mengartikannya.

C. Indikator-indikator

Untuk mengukur atau mengumpulkan data tentang kecerdasan

emosional santri digunakan instrumen quesioner atau angket. Kecerdasan

emosional mempunyai beberapa indikator sebagai berikut:

1. Kecerdasan Emosional

a) Mengenali emosi diri

b) Mengelola emosi diri

c) Memotivasi diri

d) Mengenai emosi orang lain (empathy)

e) Membina hubungan dengan orang lain

2. Kemampuan Menghafal

a) Kelancaran

Page 90: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

9

9

b) Tajwid

c) Kefasihan

D. Kisi-kisi Instrumen Pengumpulan Data tentang Kecerdasan Emosional

dan Kemampuan Menghafal Santri Pondok Pesantren Tahfidz Asy-

Syarifah Brumbung Mranggen Demak

1. Kisi-kisi Instrumen Pengumpulan Data tentang Kecerdasan

Emosional

No Indikator No. Soal Prosentase

1

2

3

4

5

Mengenali emosi diri

Mengelola emosi diri

Memotivasi diri

Mengenali emosi orang lain

Membina hubungan dengan orang lain

1,2,3,4

5,6,7,8

9,10,11,12

13,14,15,16

17,18,19,20

20%

20%

20%

20%

20%

100%

2. Kisi-Kisi Instrumen Pengumpulan Data tentang Kemampuan

Menghafal

No Indikator No. Soal Prosentase

1

2

3

Kelancaran

Tajwid

Kefasihan

1,2,3,4,5

6,7,8,9,10

11,12,13,14,15

33,33%

33,33%

33,33%

100%

Page 91: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

10

10

ANGKET PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PON.PES. TAHFIDZ

ASY-SYARIFAH BERUMBUNG MRANGGEN DEMAK

Petunjuk Pengisian

Berilah tanda (V) pada salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan saudara

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

KS = Kurang Setuju

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

A. Kecerdasan Emosional Santri

JAWABANNO SOAL

SS S KS TS STS

1 2 3 4 5 6 7

Mengenali Emosi Diri

1 Saya akan rileks, ketika sedang mengalami

kelautan pikiran dan tekanan batin

2 Saya akan menyelesaikan pekerjaan dengan

percaya diri

3 Ketika saya dibuat kecewa oleh teman santri,

saya tidak marah

4 Saya akan memperbaiki kesalahan yang

pernah saya lakukan di pesantren

Mengelola Emosi Diri

5 Saya tidak akan mencoret-coret

kerudung/sarung saya, ketika saya

Page 92: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

11

11

dinyatakan lulusan hafidz

6 Saya dapat mengendalikan diri, ketika

menghadapi kegagalan dan kekecewaan

dalam proses hafidz

7 Saya dapat menerima orang lain tanpa

membeda-bedakan derajat dan kekayaannya

8 Ketika teman-teman santri keluar dari

lingkungan pesantren tanpa ijin, saya tidak

ikut melakukan perbuatan tersebut.

Memotivasi Diri

9 Ketika saya mendapatkan setoran hafalan

sedikit, saya tidak patah semangat dan akan

belajar dengan rajin

10 Saya akan mengambil hikmah/pelajaran dari

kegagalan yang saya alami sebagai langkah

perbaikan ke depan

11 Saya akan belajar menghafal dengan mandiri

dan sungguh-sungguh, meskipun orang tua

saya tidak mengawasi saya ketika belajar

menghafal

12 Saya akan menemukan solusi jika dalam

kondisi kecewa

Mengenali Emosi Orang Lain

13 Saya akan ikut merasa sedih atas musibah

yang dialami teman santri saya

14 Saya mau menerima permintaan maaf dari

teman santri saya atas perbuatan jelek yang

dilakukan kepada saya

15 Ketika teman santri saya datang sambil

marah-marah, saya akan menanyakan

Page 93: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

12

12

penyebabnya dan segera membantu untuk

menyelesaikan permasalahannya

16 Ketika teman santri saya menghadapi suatu

masalah saya akan membantu memberikan

jalan keluarnya.

Membina Hubungan dengan Orang Lain

17 Apabila terjadi perbedaan pendapat dalam

musyawarah, saya akan tetap menjalin

persahabatan yang baik

18 Saya akan menyelesaikan tugas yang telah

dibebankan orang tua dengan sebaik-baiknya

19 Saya mau membantu kesulitan belajar

menghafal teman santri tanpa meminta

imbalan

20 Saya mengembalikan kitab yang saya pinjam

sesuai dengan waktu yang ditentukan

Page 94: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

13

13

B. Kemampuan Menghafal Santri

1. Kelancaran

. .......

. ..... .

. ......

. ......

. ......

2. Tajwid

. . . .

.3. Kefasihan

.. .. .. .. ..

Page 95: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-nursikhatu-4601-1-skripsi-_.pdf · DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ASY-SYARIFAH

14

14