Hafiza, et al., 2020 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah

18
Hafiza, et al., 2020 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah..... i PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK BAWANG MERAH (Allium cepa L.) TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.) SETELAH PENYIMPANAN ARTIKEL ILMIAH NURUL HAFIZA PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2020

Transcript of Hafiza, et al., 2020 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah

Hafiza, et al., 2020 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah.....

i

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK BAWANG MERAH

(Allium cepa L.) TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR

BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.)

SETELAH PENYIMPANAN

ARTIKEL ILMIAH

NURUL HAFIZA

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020

Hafiza, et al., 2020 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah.....

ii

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK BAWANG MERAH

(Allium cepa L.) TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR

BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.)

SETELAH PENYIMPANAN

Nurul Hafiza1)

, Elis Kartika2)

, dan Hajar Setyaji3)

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Program Studi Agroekkoteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Jambi

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020

Hafiza, et al., 2020 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah.....

iii

Hafiza, et al., 2020 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah.....

1

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK BAWANG MERAH

(Allium cepa L.) TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR

BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.)

SETELAH PENYIMPANAN

Nurul Hafiza1)

, Elis Kartika2)

, dan Hajar Setyaji3

Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Jl. Raya Jambi – Ma. Bulian KM 15 Mendalo Indah Jambi 36361 Indonesia

[email protected]

ABSTRAK

Benih kakao (Theobroma cacao L.) merupakan benih rekalsitran yang memiliki kadar air

tinggi, tidak memiliki masa dormansi, peka terhadap suhu dan kelembaban rendah,

sehingga cepat kehilangan daya hidup (viabilitas) jika tidak ditangani dengan baik. Oleh

karena itu, benih kakao tidak bisa disimpan lama karena viabilitas dan vigornya akan

menurun drastis selama di penyimpanan. Salah satu usaha untuk meningkatkan viabilitas

dan vigor benih kakao yang telah mengalami kemunduran setelah disimpan yaitu dengan

memberikan perlakuan invigorasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

lama penyimpanan benih terhadap viabilitas dan vigor benih kakao (Theobroma cacao

L.) serta mendapatkan lama penyimpanan terbaik, Mengetahui pengaruh konsentrasi

ekstrak bawang merah terhadap viabilitas dan vigor benih kakao (Theobroma cacao L.)

serta mendapatkan konsentrasi terbaik, dan Mengetahui interaksi berbagai lama

penyimpanan dan konsentrasi ekstrak bawang merah terhadap viabilitas dan vigor benih

kakao (Theobroma cacao L.). Penelitian ini dilaksanakan di Kebun percobaan dan

Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi, Desa Mendalo

Indah, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi. Penelitian ini dilaksanakan

dari bulan Maret 2020 sampai bulan Mei 2020. Rancangan yang digunakan Rancangan

Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan faktor pertama yaitu konsentrasi ekstrak bawang

merah 0%, 20%,40%, 60%, 80%, dan 100%. Faktor kedua lama penyimpanan 0, 2, 4 dan

6 minggu. Setiap perlakuan diulang 3 sehingga didapatkan 72 satuan percobaan.

pengamatan dilakukan setiap hari hingga akhir pengecambahan. Peubah yang diamati

kadar air benih, daya berkecambah, kecepatan berkecambah, keserempakan

berkecambah, dan bobot kering kecambah. Hasil penelitian menunjukan lama

penyimpanan benih dan konsentrasi ekstrak bawang merah berpengaruh terhadap

viabilitas dan vigor benih kakao. Selanjutnya tidak terdapat interaksi antara lama

penyimpanan dan konsentrasi ekstrak bawang merah terhadap viabilitas dan vigor benih

kakao.

Kata kunci: Benih Rekalsitran, Penyimpanan Benih Kakao, Ekstrak Bawang Merah,

invigorasi, serbuk gergaji.

PENDAHULUAN

Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas

andalan perkebunan yang dapat membantu meningkatkan perekonomian petani

dan meningkatkan devisa negara yang menduduki posisi ketiga setelah kelapa

Hafiza, et al., 2020 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah.....

2

sawit dan karet (Kementerian Pertanian, 2019). Kebutuhan Kakao di dunia

semakin meningkat, sehingga perluasan dan peningkatan produksi juga harus

ditingkatkan.

Keberadaan Indonesia sebagai produsen kakao di dunia menunjukkan

bahwa kakao Indonesia cukup diperhitungkan dan berpeluang untuk menguasai

pasar global. Luas areal, produksi, dan produktivitas kakao dari tahun 2016

hingga tahun 2018 mengalami peningkatan. Luas areal tanaman kakao pada

tahun 2016 yaitu 1.720.773 ha menjadi 1.744.162 ha ditahun 2018. Selanjutnya

produksi dan produktivitas juga mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2016

produksi kakao sebesar 658.399 ton dengan produktivitas 798 kg/ha menjadi

686.964 ton dengan produktivitas 804 kg/ha ditahun 2018 (Direktorat Jenderal

Perkebunan, 2019).

Provinsi Jambi merupakan salah satu daerah penghasil kakao di Indonesia

dan menjadi salah satu provinsi yang mengusahakan perkebunan kakao rakyat di

Indonesia yang berpotensi untuk pengembangan pembangunan ekonomi. Luas

areal tanaman kakao di provinsi Jambi mengalami fluktuasi dari tahun 2015

hingga 2018. Pada tahun 2016 luas areal yaitu 2.354 menjadi 2.264 ha ditahun

2018. Selanjutnya produksi kakaojuga mengalami fluktuasi yaitu pada tahun 2016

produksi kakao sebesar 520 ton menjadi 519 ton di tahun 2018. Sedangkan

produktivitasnya mengalami penurunan yaitu pada tahun 2016 mencapai 592

kg/ha menjadi 685 kg/ha ditahun 2018. Produktivitas kakao di provinsi Jambi

lebih rendah dari pada produktivitas Nasional. Rendahnnya produktivitas kakao

dikarenakan umur sebagian besar tanaman kakao sudah tua sehingga perlu

dilakukan peremajaan kembali, serta kurangnya penyediaan benih yang memiliki

viabilitas dan vigor yang baik.

Salah satu kendala penting peyediaan benih kakao berkualitas yaitu sifatnya

sebagai benih rekalsitran. Benih kakao tidak memiliki masa dormansi, tidak tahan

terhadap pengeringan dan peka terhadap suhu dan kelembaban rendah. Sementara

itu benih kakao yang bermutu umumnya hanya diproduksi perkebunan skala

besar. Perkebunan besar terletak berjauhan dengan perkebunan rakyat, sehingga

memerlukan waktu relatif lama untuk pengiriman, hal ini dapat mengakibatkan

laju penurunan viabilitas benih berlangsung cepat.

Kustantini dan Kusumastuti (2015), menyatakan benih kakao termasuk

benih rekalsitran yang mengandung kadar air tinggi yang yang peka terhadap

penurunan kadar air pada taraf tertentu, dan benih akan mengalami kematian

apabila disimpan dalam jangka waktu yang lama. Rahardjo (2012) menyatakan

benih kakao memiliki daya simpan tertinggi hanya 20 hari bila biji kakao tetap di

dalam kulit buah kakao namun penyimpanan dengan kulit buah tidak efesien

karena membutuhkan ruang penyimpanan yang besar, disebabkan 80% bagian

dari buah kakao adalah kulit buah kakao yang rentan terhadap serangan hama dan

penyakit. Apabila dikeluarkan dari kulit buah, dalam waktu 3-4 hari benih kakao

akan segera berkecambah dan mati setelah 7-10 hari.

Penyimpanan benih kakao bertujuan untuk mempertahankan viabilitas benih

kakao selama pengiriman, karena benih kakao bermutu umumnya hanya

disediakan oleh perkebunan besar. Perkebunan besar terletak berjauhan dengan

perkebunan rakyat, sehingga memerlukan waktu relatif lama selama pengiriman,

sehingga dapat menurunkan mutu benih, terutama mutu fisiologis jika tidak

dilakukan penyimpanan (Adelina dan Maemunah, 2004).

Hafiza, et al., 2020 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah.....

3

Penyimpanan benih kakao menggunakan media simpan yang tepat dapat

memperpanjang periode penyimpanan. Media simpan yang biasa digunakan yaitu

serbuk gergaji karena serbuk gergaji mempunyai sifat lambat lapuk sehingga

media ini sangat baik untuk menyimpan air dan dapat mempertahankan

kelembaban disekitar benih (Sumampow, 2010). Hasil penelitian Noya et al.,

(2018) menyatakan bahwa media simpan serbuk gergaji merupakan media yang

baik bagi penyimpanan benih cengkeh dengan daya berkecambah 59% pada lama

penyimpanan 20 hari. Gunawan et al., (2018) menyatakan bahwa penyimpanan

benih kakao menggunakan media simpan serbuk gergaji berpengaruh nyata

terhadap persentase benih berkecambah, kecepatan atau laju kecambah dan berat

kecambah.

Esrita (2009) mengemukakan bahwa benih kakao mempunyai kadar air

kritis yang relatif tinggi, apabila kadar air benih diturunkan sampai di bawah

kadar air kritis (12% - 31%) dapat menyebabkan viabilitas dan vigor benih kakao

menurun dengan cepat, bahkan dapat menyebabkan kematian. Penurunan tingkat

kadar air benih kakao dapat menyebabkan deteriorasi. Salah satu usaha untuk

meningkatkan viabilitas dan vigor benih kakao yang telah mengalami

kemunduran setelah disimpan yaitu dengan memberikan perlakuan invigorasi.

Invigorasi benih merupakan perlakuan yang diberikan kepada benih setelah

disimpan sebelum ditanam untuk memperbaiki mutu benih agar dapat

menyeragamkan pertumbuhan kecambah dan meningkatkan laju pertumbuhan

kecambah. Menurut Matsushima dan sakagami (2013), salah satu metode

invigorasi yaitu dengan cara merendam benih didalam air ataupun Zat Pengatur

Tumbuh (ZPT) untuk mempercepat tumbuhnya kecambah dan menghasilkan bibit

yang vigor.

Marfirani (2014) mengemukakan bahwa salah satu tumbuhan yang dapat

digunakan sebagai ZPT alami adalah bawang merah (Allium cepa L.), karena

bawang merah memiliki kandungan hormon pertumbuhan berupa hormon Auksin

dan Giberelin, sehingga dapat memacu pertumbuhan benih. Berdasarkan Hasil

penelitian Faryska (2015) menunjukkan bahwa ekstrak bawang merah

berpengaruh terhadap daya dan kecepatan berkecambah benih pepaya.

Berdasarkan hasil penelitian Aninditya (2018) yang menggunakan ektrak bawang

merah dengan konsentrasi 60% pada benih kakao (Theobroma cacao L.) yang

tidak mengalami penyimpanan dengan lama perendaman 9 jam mampu

meningkatkan persentase daya kecambah, kecepatan tumbuh, panjang hipokotil

dan panjang akar benih kakao. Hasil penelitian Darojat et al., (2014) juga

menunjukkan bahwa ekstrak bawang merah (Allium cepa L.) pada konsentrasi

10% dapat meningkatkan viabilitas benih kakao pada peubah daya kecambah,

kecepatan tumbuh, panjang hipokotil, dan panjang akar benih kakao.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang

berjudul “Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah (Allium cepa L.)

Terhadap Vigor dan Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Setelah

Penyimpanan”.

Hafiza, et al., 2020 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah.....

4

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun percobaan dan Laboratorium

Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi, Desa Mendalo Indah,

Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi. Penelitian ini

dilaksanakan dari bulan Maret 2020 sampai bulan Mei 2020. Bahan yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu benih kakao jenis Forastero, Fungisida

Dithane M-45, Serbuk gergaji, pasir dan tanah, ekstrak bawang merah, dan air

(aquades). Alat yang digunakan yaitu bak kecambah, timbangan analitik, oven,

hansprayer, plastik polypropilene, kerdus, gelas plastik, gelas ukur, kertas label,

spidol, ember, pengaduk, penggaris, amplop, cawan, thermohygrometer, kamera,

dan alat tulis.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial

dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah lama penyimpanan benih (a)

yang terdiri dari 4 perlakuan sebagai berikut a0 (tanpa penyimpanan), a1 (2

minggu), a2 (4 minggu), dan a3 (6 minggu). Faktor kedua yaitu konsentrasi ekstrak

bawang merah (b) yang terdiri dari 6 taraf perlakuan, adapun perlakuannya

sebagai berikut : b0 (Konsentrasi ekstrak bawang merah 0 %), b1 (Konsentrasi

ekstrak bawang merah 20 %), b2 (Konsentrasi ekstrak bawang merah 40 %), b3

(Konsentrasi ekstrak bawang merah 60 %), b4 (Konsentrasi ekstrak bawang merah

80 %), dan b5 (Konsentrasi ekstrak bawang merah 100 %).

Percobaan ini terdiri dari 24 kombinasi perlakuan masing-masing perlakuan

diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 72 satuan percobaan. Masing–masing

satuan percobaan terdiri dari 25 benih untuk dikecambahkan dan 5 benih untuk

pengukuran kadar air awal sebelum penyimpanan, 5 benih untuk pengukuran

kadar air setelah penyimpanan dan 5 benih untuk kadar air setelah perendaman,

sehingga jumlah keseluruhan benih yang digunakan pada penelitian ini yaitu

3.240 benih.

Pelaksanaan penelitian meliputi persiapan benih, persiapan penyimpanan

benih, pembuatan ekstrak bawang merah, perendaman benih didalam larutan

ekstrak bawang merah, dan pengecambahan benih. Variabel yang diamati adalah

kadar air benih, daya berkecambah, kecepatan berkecambah, keserempakan

berkecambah, dan bobot kering kecambah.

Analisis data dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap

variabel–variabel yang diamati. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan

sidik ragam kemudian dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf α = 5 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kadar Air

a. Kadar Air Sebelum Perendaman

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata kadar air benih setelah

penyimpanan (sebelum perendaman) seperti disajikan pada Tabel 1.

Hafiza, et al., 2020 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah.....

5

Tabel. 1 Rata-rata Kadar air benih kakao sebelum perendaman pada berbagai lama

penyimpanan dengan menggunakan desikan serbuk gergaji.

Lama Penyimpanan Kadar Air (%)

Tanpa Penyimpanan (sebelum disimpan) 39,41 a

2 Minggu 34,64 a

4 Minggu 27,18 b

6 Minggu 16,43 c Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata

berdasarkan uji Duncan pada taraf α 5 %

Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase kadar air benih kakao tertinggi

yaitu pada kadar air benih awal (tanpa penyimpanan) 39,41% yang tidak berbeda

nyata dengan lama penyimpanan 2 minggu namun berbeda nyata dengan lama

penyimpanan 4 minggu dan 6 minggu. Hal ini menunjukkan bbahwa kadar air

benih masih bisa dipertahankan diatas titik kritis (12-31%) sampai 2 minggu

masa penyimpanan. Persentase kadar air benih pada berbagai lama penyimpanan

dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Rata-rata kadar air benih pada berbagai lama penyimpanan.

Gambar 1 menunjukkan bahwa semakin lama benih kakao disimpan maka

kadar air benih semakin menurun.

b. Kadar Air Setelah Perendaman

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata kadar air benih setelah

perendaman seperti disajikan pada Tabel 2.

Hafiza, et al., 2020 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah.....

6

Tabel. 2 Rata-rata Kadar air benih kakao setelah perendaman pada berbagai lama

penyimpanan dan konsentrasi ekstrak bawang merah.

Lama

Penyimpanan

Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah Rata-

rata 0% 20% 40% 60% 80% 100%

......................................%..................................

0 Minggu 45,46 46,77 43,98 48,07 43,24 49,02 46,09 a

2 Minggu 41,02 43,72 42,88 43,36 43,82 39,02 42,31 b

4 Minggu 41,81 42,05 40,09 39,79 36,68 37,73 39,70 b

6 Minggu 46,11 46,77 48,22 46,63 41,87 43,93 45,59 a

Rata-rata 43,60a 44,83a 43,80a 44,4a 41,40a 42,43a Keterangan:Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom berbeda

menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α 5 % dan angka-

angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada baris menunjukkan tidak berbeda

nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α 5 %.

Tabel 2 Menunjukkan bahwa kadar air benih kakao tertinggi setelah

perendaman diperoleh perlakuan tanpa disimpan (0 minggu) dan kadar air benih 6

minggu setelah disimpan yang berbeda nyata dengan kadar air benih 2 minggu

dan 4 minggu penyimpanan.

Selanjutnya pada tabel 4 terlihat bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak

bawang merah tidak berbeda nyata terhadap kadar air benih kakao.

Daya Berkecambah

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata daya berkecambah benih

kakao pada perlakuan lama penyimpanan dan konsentrasi ekstrak bawang merah

serta interaksinya seperti disajikan pada Tabel 3.

Tabel. 3 Rata-rata Daya berkecambah benih kakao pada berbagai lama

penyimpanan dan konsentrasi ekstrak bawang merah.

Lama

Penyimpanan

Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah Rata-

rata 0% 20% 40% 60% 80% 100%

......................................%..................................

0 Minggu 74,67 86,67 92 94,67 92 89,33 88,22 a

2 Minggu 85,33 88,00 93,33 100 100 96 93,78 a

4 Minggu 57,33 65,33 73,33 80 74,67 70,67 70,22 b

6 Minggu 14,67 18,67 25,33 49,33 28 28 27,33 c

Rata-rata 58 b 64,67 ab 71 ab 81 a 73,67 ab 71 ab Keterangan:Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom berbeda

menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α 5 % dan angka-

angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada baris menunjukkan tidak berbeda

nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α 5 %.

Tabel 3 menunjukkan bahwa persentase daya berkecambah tertinggi

terdapat pada perlakuan lama penyimpanan 2 minggu yang tidak berbeda nyata

dengan perlakuan 0 minggu namun berbeda nyata dengan perlakuan 4 minggu dan

6 minggu. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa semakin lama benih kakao

disimpan maka daya berkecambah semakin menurun.

Hafiza, et al., 2020 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah.....

7

Selanjutnya pada Tabel 3 terlihat bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak

bawang merah 60% menghasilkan daya kecambah tertinggi yaitu 81% yang tidak

berbeda nyata dengan perlakuan lainnya kecuali dengan kontrol (konsentrasi 0%).

Daya berkecambah benih kakao pada berbagai lama penyimpanan dan setiap

perlakuan konsentrasi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Rata-rata daya berkecambah benih kakao pada berbagai lama penyimpanan dan konsentrasi ekstrak bawang merah.

Gambar 2 menunjukkan bahwa semakin lama benih kakao disimpan maka

daya berkecambah semakin menurun pada berbagai konsentrasi ekstrak bawang

merah.

Kecepatan Berkecambah

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata kecepatan berkecambah

benih kakao pada perlakuan lama penyimpanan dan konsentrasi ekstrak bawang

merah serta interaksinya seperti disajikan pada Tabel 4.

Tabel. 4 Rata-rata Kecepatan berkecambah benih kakao pada berbagai lama

penyimpanan dan konsentrasi ekstrak bawang merah.

Lama

Penyimpanan

Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah Rata-

rata 0% 20% 40% 60% 80% 100%

..............................Kecambah/hari.........................

0 Minggu 4,41 4,85 5,71 6,28 5,86 5,34 5,41 a

2 Minggu 4,56 5,01 5,17 5,83 5,68 5,03 5,21 a

4 Minggu 3,05 3,80 4,12 4,67 4,36 3,96 3,99 b

6 Minggu 1,00 0,85 1,57 2,96 1,75 1,68 1,63 c

Rata-rata 3,26 c 3,63 bc 4,14 abc 4,93 a 4,41ab 4,00 abc

Keterangan:Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom berbeda

menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α 5 % dan angka-

angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada baris menunjukkan tidak berbeda

nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α 5 %.

Tabel 4 menunjukkan bahwa persentase kecepatan berkecambah tertinggi

terdapat pada perlakuan lama penyimpanan 0 minggu yang tidak berbeda nyata

dengan perlakuan 2 minggu namun berbeda nyata dengan perlakuan penyimpanan

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

0 2 4 6

Day

a Be

rkec

amba

h (%

)

Lama Penyimpanan (Minggu)

konsentrasi 0%

konsentrasi 20%

konsentrasi 40%

konsentrasi 60%

konsentrasi 80%

konsentrasi 100%

Hafiza, et al., 2020 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah.....

8

4 minggu dan 6 minggu. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa semakin lama

benih kakao disimpan, maka kecepatan berkecambah semakin menurun.

Selanjutnya pada Tabel 4 terlihat bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak

bawang merah 60% menghasilkan kecepatan berkecambah tertinggi yang tidak

berbeda nyata dengan perlakuan lainnya kecuali dengan kontrol (konsentrasi 0%)

dan konsentrasi 20%. Berdasarkan tabel tersebut terlihat konsentrasi ekstrak

bawang merah yang telalu rendah belum dapat meningkatkan kecepatan

berkecambah sementara bila konsentrasi ditingkatkan menjadi 80% dan 100%

kecepatan berkecambah akan menurun.

Keserempakan Berkecambah

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata keserempakan berkecambah

benih kakao pada perlakuan lama penyimpanan dan konsentrasi ekstrak bawang

merah serta interaksinya seperti disajikan pada Tabel 5.

Tabel. 5 Rata-rata Keserempakan berkecambah benih kakao pada berbagai lama

penyimpanan dan konsentrasi ekstrak bawang merah.

Lama

Penyimpanan

Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah Rata-

rata

0% 20% 40% 60% 80% 100%

......................................%..................................

0 Minggu 49,33 64,00 68,00 76,00 73,33 65,33 66 a

2 Minggu 69,33 74,67 76,00 89,33 85,33 84,00 79,78 a

4 Minggu 33,33 48,00 49,33 54,67 44,00 42,67 45,33 b

6 Minggu 8,00 9,33 12,00 25,33 14,67 14,67 14 c

Rata-rata 40 b 49 ab 51,33 ab 61,33 a 54,33 ab 51,66 ab

Keterangan:Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom berbeda

menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α 5 % dan angka-

angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada baris menunjukkan tidak berbeda

nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α 5 %.

Tabel 5 menunjukkan bahwa persentase rata-rata keserempakan

berkecambah tertinggi terdapat pada perlakuan lama penyimpanan 2 minggu yang

tidak berbeda nyata dengan perlakuan 0 minggu namun berbeda nyata dengan

perlakuan penyimpanan 4 minggu dan 6 minggu. Berdasarkan tabel tersebut

terlihat bahwa semakin lama benih kakao disimpan, maka keserempakan

berkecambah semakin menurun.

Selanjutnya pada tabel 5 perlakuan konsentrasi ekstrak bawang merah 60%

menghasilkan keserempakan berkecambah tertinggi yang tidak berbeda nyata

dengan perlakuan lainnya kecuali dengan kontrol (konsentrasi 0%).

Bobot Kering Kecambah

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata bobot kering kecambah

kakao pada perlakuan lama penyimpanan dan konsentrasi ekstrak bawang merah

serta interaksinya seperti disajikan pada Tabel 6.

Hafiza, et al., 2020 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah.....

9

Tabel. 6 Rata-rata Bobot kering kecambah kakao pada berbagai lama

penyimpanan dan konsentrasi ekstrak bawang merah.

Lama

Penyimpanan

Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah Rata-

rata 0% 20% 40% 60% 80% 100%

......................................(g)..................................

0 Minggu 2,12 2,47 3,08 3,48 3,38 3,10 2,94 a

2 Minggu 3,01 3,31 3,48 3,94 3,72 3,46 3,49 a

4 Minggu 1,56 2,01 2,13 2,44 2,25 2,17 2,10 b

6 Minggu 0,38 0,56 0,65 1,53 0,85 0,84 0,80 c

Rata-rata 1,77 c 2,09 bc 2,34 abc 2,85 a 2,55 ab 2,40 abc Keterangan:Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom berbeda

menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α 5 % dan angka-

angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada baris menunjukkan tidak berbeda

nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α 5 %.

Tabel 6 menunjukkan bahwa persentase rata-rata bobot kering kecambah

tertinggi terdapat pada perlakuan lama penyimpanan 2 minggu yang tidak berbeda

nyata dengan perlakuan lama penyimpanan 0 minggu namun berbeda nyata

dengan perlakuan lainnya. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa semakin

lama benih kakao disimpan, maka bobot kering benih semakin menurun.

Selanjutnya perlakuan konsentrasi ekstrak bawang merah 60%

menghasilkan bobot kering kecambah tertinggi yang tidak berbeda nyata dengan

perlakuan konsentrasi 40 %, 80% dan 100% namun berbeda nyata dengan

perlakuan konsentrasi 0% (kontrol) dan 20%. Berdasarkan tabel tersebut terlihat

konsentrasi ekstrak bawang merah yang telalu rendah belum dapat meningkatkan

bobot kering kecambah sementara bila konsentrasi ditingkatkan menjadi 80% dan

100% bobot kering kecambah akan menurun.

Pembahasan

Lama Penyimpanan

Lama penyimpanan sangat berpengaruh nyata terhadap viabilitas dan vigor

benih kakao yaitu pada peubah kadar air benih, daya berkecambah, kecepatan

berkecambah, keserempakkan berkecambah dan bobot kering kecambah. Semakin

lama benih kakao disimpan maka viabilitas dan vigor benih akan menurun.

Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase kadar air benih kakao tertinggi

sebelum perendaman terdapat pada benih yang tidak disimpan (0 minggu) dan

bertahan hingga penyimpanan 2 minggu terus mengalami penurunan hingga di

bawah kadar air kritis pada lama penyimpanan 4 minggu dan 6 minggu. Hal ini

disebabkan karena semakin lama benih kakao disimpan, maka kadar air benih

akan mengalami penurunan. Penurunan kadar air benih terjadi karena pengaruh

dari faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban. Suhu optimum untuk

penyimpanan benih rekalsitran adalah 27 OC dengan kelembaban 70%.

Berdasarkan pengamatan suhu dan kelembaban terlihat rata-rata suhu pada ruang

penyimpanan 27-29 OC dan kelembaban 79-88%, ini diatas suhu dan

kelembabaan optimum untuk penyimpanan benih rekalsitran. Suhu yang terlalu

tinggi pada saat penyimpanan dapat menyebabkan kegiatan respirasi benih

meningkat (penguapan zat cair dari dalam benih) sehingga benih kehilangan daya

Hafiza, et al., 2020 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah.....

10

imbibisi dan kemampuan untuk berkecambah. Respirasi benih berkaitan dengan

metabolisme benih. Semakin meningkat respirasi maka proses metabolisme pada

benih juga meningkat, sehingga cadangan makanan terkuras dan pada akhirnya

terjadi kemunduran (deterioration) pada benih (Fazilla et al, 2014).

Selanjutnya lama penyimpanan berpengaruh pada kadar air benih setelah

perendaman. Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase kadar air benih kakao

tertinggi setelah perendaman terdapat pada benih yang tidak disimpan (0 minggu)

dan lama penyimpanan 6 minggu. Terjadinya peningkatan kadar air pada benih

yang tidak disimpan karena kadar air awal benih tinggi sehingga dengan

dilakukan perendaman benih akan semakin banyak menyerap air. Kadar air benih

setelah direndam pada benih yang telah disimpan 6 minggu tinggi namun sebelum

dilakukan perendaman kadar air benih yang disimpan 6 minggu menurun dibawah

kadar air kritis yang mengakibatkan benih telah mengalami kemunduran sebelum

dilakukan perendaman sehingga kadar air benih setelah perendaman tinggi namun

tidak berpengaruh terhadap viabilitas dan vigor benih.

Peningkatan kadar air benih setelah perendaman mempengaruh daya

berkecambah benih. Tabel 3 memperlihatkan bahwa daya berkecambah tertinggi

diperoleh pada lama penyimpanan 2 minggu yaitu 93,78% dengan kadar air benih

42,31% dan diikuti oleh benih tanpa penyimpanan (0 minggu) yaitu 88,22%

dengan kadar air 46.09%. berdasarkan data tersebut terlihat bahwa benih tanpa

penyimpanan daya berkecambahnya lebih rendah dibandingkan dengan benih

yang telah disimpan selama 2 minggu, terjadi penurunan daya berkecambah ini

karena menurut Nurmauli (2010) benih yang tidak disimpan memiliki kadar air

awal yang tinggi sehingga dengan direndamnya benih maka laju imbibisi tidak

terkendali oleh memberan sel yang menyebabkan kadar air benih semakin tinggi.

Memberan sel yang menyerap air terlalu tinggi akan mengganggu dan

menghambat aktivitas metabolisme benih sehingga dapat menghasilkan daya

berkecambah, keserempakan berkecambah, dan bobot kering kecambah yang

rendah (Nurmauli,2010). Benih dikatergorikan baik apabila daya berkecambahnya

diatas 80% ( Rahardjo,2012).

Selanjutnya hasil penelitian menunjukkan bahwa pada persentase daya

berkecambah, kecepatan berkecambah, keserempakan berkecambah, dan bobot

kering kecambah mengalami penurunan dengan bertambahnya lama penyimpanan

benih. Hal ini terjadi karena semakin lama benih disimpan maka kadar air benih

dan cadangan makanan pada benih menurun sehingga menyebabkan viabilitas dan

vigor benih menurun. Menurunnya viabilitas dan vigor benih terjadi karena kadar

air benih selama penyimpanan menurun akibat dari suhu dan kelembaban pada

saat penyimpanan terlalu tinggi sehingga menyebabkan kerusakan pada benih.

Menurut Suldahna et al.,(2018), penurunan tingkat kadar air pada taraf yang

sangat rendah mengakibatkan hilangnya kemampuan benih untuk berkecambah

akibat kehabisan cadangan makanan karena terjadinya pengeringan dibagian

embrio sehingga menekan aktivitas ribosom dalam mensintesis protein sehingga

viabilitasnya menurun. Kerusakan pada benih dapat dilihat dari adanya benih

yang mati atau tidak berkecambah akibat dari serangan jamur yang menyebabkan

benih busuk pada saat dikecambahkan. Mustafa (2009) menyatakan bahwa jamur

terbawa benih dapat mengurangi masa simpan, menyebabkan pembusukan,

menurunkan viabilitas dan vigor benih dipersemaian.

Hafiza, et al., 2020 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah.....

11

Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan 2 minggu

memiliki persentase keserempakan berkecambah tertinggi dengan rata-rata

79,78%. Tingginya keserempakan berkecambah ini terjadi karena selama masa

penyimpanan kadar air dan viabilitas benih masih terjaga selama penyimpanan

dan juga struktur benih masih lengkap serta cadangan makanan pada benih setelah

penyimpanan juga masih banyak sehingga benih mampu untuk tumbuh serempak.

Menurut Sadjad et al, (1999) menyatakan bahwa benih dapat tumbuh serempak

apabila viabilitas dan vigor benih setelah penyimpanan masih baik sehingga benih

mampu untuk beradaptasi dengan keadaan lingkungan setelah benih disimpan

dalam suhu ruangan. Benih dikatakan mempunyai keserempakan tumbuh yang

baik bekisar antara 40% - 70%.

Pada peubah bobot kering kecambah (Tabel 6) lama penyimpanan 0 minggu

dan 2 minggu menghasilkan bobot kering kecambah tertinggi dibandingkan

dengan lama penyimpanan lainnya. Hal ini diduga karena pada lama penyimpanan

2 minggu tidak menurunkan kadar air benih di bawah kadar air kritis sehingga

benih tidak mengalami kemunduran (akibat penurunan kadar air) karena

kehabisan cadangan makanan di dalam benih. Banyaknya jumlah cadangan

makanan pada benih akan menyebabkan viabilitas dan vigor benih tinggi.

Pernyataan tersebut didukung Ilyas (2010) menyatakan bahwa bila suatu lot benih

menghasilkan viabilitas tinggi maka akan mampu menghasilkan bobot kering

kecambah yang tinggi pula. Nurussintani et al. (2012) menambahkan bahwa

peningkatan akumulasi berat kering disebabkan oleh benih dengan vigor tinggi

yang mampu membentuk dan mentranslokasikan bahan baku ke poros embrio

dengan cepat. Pemanfaatan cadangan makan dalam benih yang efisien

ditunjukkan oleh berat kering yang tinggi.

Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak bawang

merah berpengaruh nyata terhadap viabilitas dan vigor benih kakao pada peubah

daya berkecambah, kecepatan berkecambah, keserempakan berkecambah dan

bobot kering kecambah. Hal ini terjadi karena ekstrak bawang merah mengandung

hormon giberelin dan auksin yang dapat merangsang perkecambahan benih.

Giberelin berperan dalam proses awal perkecambahan melalui aktivitas produksi

enzim yang berfungsi dalam perombakan bahan–bahan cadangan makanan yaitu

karbohidrat, protein dan lemak sehingga lebih mudah diserap oleh embrio.

Sedangkan auksin berfungsi merangsang pemanjangan sel, pertambahan panjang

batang, pertumbuhan, differensiasi dan percabangan akar. Marfirani (2014)

menyatakan bahwa bawang merah (Allium cepa L.) memiliki kandungan hormon

pertumbuhan berupa hormon auksin dan giberelin, sehingga dapat memacu

pertumbuhan benih. Asra (2014) menambahkan bahwa peran giberelin dalam

perkecambahan adalah mendorong perkecambahan benih, karena giberelin dapat

mengaktifkan pertumbuhan vegetatif embrio, dan mobilisasi cadangan makanan

yang disimpan di endosperm.

Konsentrasi ekstrak bawang merah 20% belum mampu meningkatkan

viabilitas dan vigor benih kakao setelah penyimpanan. Hal ini terjadi karena

konsentrasi tersebut terlalu rendah sehingga belum mampu mencukupi kebutuhan

hormon giberelin dan auksin yang dibutuhkan benih kakao untuk meningkatkan

viabilitas dan vigor benih setelah penyimpanan. Namun konsentrasi ekstrak

Hafiza, et al., 2020 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah.....

12

bawang merah 60% merupakan konsentrasi terbaik yang dapat meningkatkan

viabilitas dan vigor benih kakao setelah penyimpanan. Terjadinya peningkatan

viabilitas dan vigor benih kakao karena pada konsentrasi ekstrak bawang merah

60% hormon giberelin dan auksin yang terkandung didalam ekstrak bawang

merah telah mencukupi kebutuhan hormon yang dibutuhkan benih kakao.

Kusumo (1990) menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh efektif dalam jumlah

tertentu, konsentrasi yang terlalu rendah atau tinggi menyebabkan tidak efektifnya

kerja zat pengatur tumbuh.

Pada konsentrasi ekstrak bawang merah 80% dan 100% terjadi penurunan

viabilitas dan vigor benih kakao. Penurunan tersebut disebabkan karena semakin

tinggi konsentrasi ekstrak bawang merah, maka semakin banyak pula giberelin

dan auksin yang masuk kedalam benih, sedangkan kebutuhan hormon bagi

tanaman sangat rendah jika melewati konsentrasi tertentu hormon akan menjadi

inhibitor atau penghambat tumbuh. Menurut wattimena (2000), bahwa pemberian

ZPT pada konsentrasi yang berlebihan menyebabkan terganggunya fungsi-fungsi

sel, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Sebaliknya pada

konsentrasi yang terlalu rendah kemungkinan pengaruh pemberian ZPT menjadi

tidak tampak, maka dari itu pemberian ZPT pada tanaman harus dengan

konsentrasi yang tepat. Lubis et al, (2018) menambahkan bahwa semakin

tingginya konsentrasi ekstrak bawang merah yang diberikan maka dapat

menghambat metabolisme benih yang berhubungan dengan penurunan viabilitas

benih.

Interaksi berbagai Lama Penyimpanan dan Konsentrasi Ekstrak Bawang

Merah Terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Kakao (Theobroma cacao L.)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara lama penyimpanan

dan konsentrasi ekstrak bawang merah tidak memberikan pengaruh yang nyata

pada semua peubah viabilitas dan vigor benih kakao yang diamati. Hal ini berarti

perbedaan viabilitas dan vigor benih kakao hasil masing-masing perlakuan tidak

disebabkan oleh adanya interaksi antara faktor lama penyimpanan dan konsentrasi

ekstrak bawang merah, namun hanya dipengaruhi oleh masing-masing faktor

tunggal yaitu lama penyimpanan dan konsentrasi ekstrak bawang merah.

Hanafiah (1997) menyatakan, apabila tidak ada interaksi berarti pengaruh suatu

faktor sama untuk semua taraf faktor lainnya dan sama dengan pengaruh

utamanya.

Tidak terjadinya interaksi dikarenakan range penyimpanan benih terlalu

tinggi sementara laju kemunduran benih kakao sangat signifikan setelah

penyimpanan. Pada Gambar 1 terlihat bahwa lama penyimpanan 2 minggu kadar

air benih masih diatas kadar air kristis sedangkan pada lama penyimpanan 4

minggu kadar air benih sudah menurun dibawah fase kritis yang mengakibatkan

embrio lemah. Penurunan kadar air benih lama penyimpanan 2 minggu ke 4

minggu sebesar 7,46%. Penurunan kadar air ini akan berpengaruh terhadap daya

berkecambah. Pada Gambar 2 terlihat bahwa pemberian konsentrasi ekstrak

bawang merah yang sama jika lama penyimpanan dinaikan maka daya

berkecambah akan menurun dan penurunan ini terjadi sangat signifikan.

Penurunan daya berkecambah benih kakao pada lama penyimpanan 2 minggu ke

4 minggu dengan konsentrasi ekstrak bawang merah 20% mencapai 22,67%

sedangkan penurunan 4 minggu ke 6 minggu mencapai 46,67%.

Hafiza, et al., 2020 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah.....

13

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Semakin lama benih disimpan maka semakin menurunkan viabilitas dan

vigor benih. Lama penyimpanan benih kakao paling lama yaitu lama

penyimpanan 2 minggu.

2. Konsentrasi ekstrak bawang merah 60% merupakan konsentrasi terbaik

yang dapat meningkatkan viabilitas dan vigor benih kakao setelah

penyimpanan.

3. Tidak terdapat interaksi antara lama penyimpanan dan konsentraksi

ekstrak bawang merah terhadap viabilitas dan vigor benih kakao.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian untuk penelitian selanjutnya disarankan

memperkecil range lama penyimpanan pada benih kakao dengan range lama

peyimpanan 1 minggu agar terlihat pengaruh interaksi antara lama penyimpanan

dan konsentrasi ekstrak bawang merah.

DAFTAR PUSTAKA

Aninditya, D. 2018. Pemanfaatan Ekstrak Bawang Merah (Allium cepa L.)

Terhadap Viabilitas Benih Kakao (Theobroma kakao L.). J. Eduacation

and development. 3 (2) : 23-26.

Asra, R. 2014. Pengaruh Hormon Giberelin (GA3) Terhadap Daya Kecambah dan

Vigoritas Capogorium caeruleum. Biospesies. 7(1): 29-33

Darojat, M.A. 2014. Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ekstrak

Bawang Merah Terhadap Viabilitas Benih Kakao (Allium cepa L.).

Universitas Islam Negeri. Malang.

Debtisari, H.E., D.N Erawati dan Sugiyarto. 2018. Pengaruh cara penyimpanan

terhadap viabilitas benih kakao (Theobroma cacao L.) Klon Sulawesi 01.

Agripross. Hal 39-48

Direktorat Jendral Perkebunan. 2019. Statistik Perkebunan Indonesia 2018–2019.

Kakao (cocoa). Jakarta

Erista. 2009. Studi Anatomi Embrio Benih Kakao pada Beberapa Tingkat Kadar

Air Benih Dan Tingkat Pengeringan. Jurnal Agronomi.13 (1) : 1-5.

Faryska. 2015. Penggunaan sari umbi bawang merah dalam pembibitan pepaya.

Journal of sustainable agriculture. 30 (2) : 56-61

Fazila, N.S., Charloq dan S.Rosita. 2014. Uji Daya Simpan dan Viabilitas Benih

Karet (Havea brasiliensis Muell-Arg) Tanpa Cangkang Terhadap

Konsentrasi Larutan Osmotik dan Lama Pengeringan. J. Online

Agroekoteknologi. 2 (3) : 993-997

Hafiza, et al., 2020 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah.....

14

Gunawan, B., Y.I Pratiwi, B.W Hariyadi, M Thoyib. Pengaruh Media Simpan

Serbuk Gergaji dan Sekam Terhadap Viabilitas Benih Kakao (Theobroma

cacao L.). J. Hasil penelitian LPPM Untag Surabaya. 3(2) : 67-73.

Ilyas, S. 2012. Ilmu dan teknologi Benih: Teori dan Hasil-hasil Penelitian. PT.

Penerbit IPB Press. Bogor.

Katriani. 2010. Penanganan dan Penyimpanan Benih Rekalsitran. Fakultas

Pertanian, Universitas Hasanuddin. Makasar.

Kustantini, D dan R. Kusumastuti. 2015. Beberapa teknik untuk meningkatkan

daya simpan benih kakao (Theobroma cacao L.). Balai Besar Perbenihan

dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya.

Kementerian Pertanian. 2017. Outlook Kakao. Pusat Data dan Sistem informasi

Pertanian. Jakarta

Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Cv. Jasaguna. Bogor.

Lubis, R.R., T. Kurniawan dan Zuyasna. 2018. Invigorasi Benih Tomat

Kadaluarsa dengan Ekstrak Bawang Merah pada Berbagai Konsentrasi dan

Lama Perendaman. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian. 3 (4) : 175-184.

Marfirani M. 2014. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Filtrat Umbi

Bawang Merah dan Rootone-F terhadap Pertumbuhan Stek Melati “Rato

Ebu”. Lentera Bio 3 (1) : 73–76

Matsushima, K I dan Sakagami.2013. Effect of seed hydropriming on germination

and seedlling vigor during emergence of rice under different soil moisture

conditions. American Journal of Plant Sciens,4, 1584-1593.

Mustafa, A. 2009. Seed Mycoflora Of Shisham (Dalbergia sisso roxb.) andtheir

integrated Management. Thesis. Departement of Plant Pathology.

University of Agriculture. Faislaabad. Pakistan.

Nurussintani, W., Damanhuri dan S.L Purnamaningsih. 2012. Perlakuan

Pematahan Dormansi Terhadap Daya Tumbuh 3 Varietas Kacang tanah

(Arachis hypogaea). Jurnal Produksi Tanaman. 1 (1) : 86-93

Noya M., J Riry, dan M Lesilolo. 2018. Pengaruh Media dan Periode Simpan

Terhadap Viabilitas Benih Cengkeh Tuni (Syzygium aromaticum L.). J.

Budidaya Pertanian. 14(2) : 97-104.

Prawoto, A.A. 2008. Perbanyakan Tanaman Kakao :Manajemen Agribisnis dari

Hulu hingga Hilir. Swadaya. Jakarta.

Hafiza, et al., 2020 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang Merah.....

15

Rahardjo, P. 2012. Pengaruh Pemberian Abu Sekam Padi Sebagai Bahan Desikan

pada Penyimpanan Benih terhadap Daya Tumbuh dan Pertumbuhan Bibit

Kakao. Pelita Perkebunan 28 (2), 91-99

Sadjad, S. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dan Komparatif ke Simulatif.

Grasino. Jakarta.

Suldahna, Hasanuddin dan E. Nurahmi. 2018. Pengaruh Bahan Pengekstrak dan

Tingkat Kadar Air Terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Kakao Kakao

(Theobroma cacao L.). Jurnal Agrotek Lestari. 5 (1) : 58-73.

Sumampow, D.M.F. 2010. Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Pada

Media Simpan Serbuk Gergaji. Fakultas Pertanian Universitas Sam

Ratulangi Manado. Soil Envirorment. 8(3) : 102-105.

Wattimena, G. A. 2000. Diktat Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Laboratorium

Kultur Jaringan Tanaman. Institut Pertanian Bogor. Bogor.