Gemelli
-
Upload
annisa-juwita -
Category
Documents
-
view
35 -
download
4
description
Transcript of Gemelli
BAB I
PENDAHULUAN
Gemelli merupakan Bahasa Italia yang berarti kembar dua, atau disebut juga
twins dalam Bahasa Inggris.1
Jumlah dan rata-rata kehamilan kembar dua dan kembar tiga atau lebih telah
meningkat di Amerika Serikat dan tidak dapat diprediksi selama hampir dua dekade
ini. Antara tahun 1989 dan 1997, jumlah kehamilan kembar berkisar 52 persen dan
jumlah kehamilan kembar tiga atau lebih berkisar 40,4 persen. Sedangkan kehamilan
tunggal, sangat kontras hanya sekitar 6 persen.2
Kehamilan ganda selalu menarik perhatian wanita hamil itu sendiri, dokter dan
masyarakat pada umumnya. Kehamilan dan persalinan membawa resiko bagi janin.3
Berbagai faktor mempengaruhi frekuensi kehamilan ganda seperti ras,
herediter, umur dan paritas ibu, ukuran ibu, gonadotropin endogen, pemakaian
preparat kesuburan dan fertilitas in vitro.1,2,3,4
Morbiditas dan mortalitas perinatal kehamilan ganda mengalami peningkatan
yang nyata melebihi pada kehamilan tunggal. Karena itu, mempertimbangkan
kehamilan multifetus sebagai kehamilan dengan komplikasi bukanlah hal yang
berlebihan. Komplikasi yang sering ditemukan pada kehamilan kembar atau lebih di
antaranya adalah abortus, berat badan lahir rendah, malformasi, sindrom twin-twin
tranfusion, hidramnion, solusio plasenta dan plasenta praevia.1,2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Gemelli merupakan Bahasa Italia yang berarti kembar dua (kembar), yang
disebut juga twins dalam Bahasa Inggris. 1
B. ETIOLOGI
Janin kembar umumnya terjadi akibat pembuahan dua ovum yang berbeda
yaitu kembar ovum-ganda, dizigotik, atau fraternal. Sekitar sepertiga janin kembar
berasal dari satu ovum yang dibuahi, kemudian membelah menjadi dua struktur
serupa, masing-masing berpotensi berkembang menjadi individu terpisah, yaitu
kembar ovum tunggal, monozigotik, atau identik.
Salah satu atau kedua proses tersebut mungkin berperan dalam pembentukan
kehamilan multijanin lainnya. Sebagai contoh, kuadruplet (kembar empat) dapat
berasal dari satu atau empat ovum. 2
C. KLASIFIKASI
JENIS 1,2,3,4,5
Kehamilan kembar ada 2 macam :
1. Kehamilan kembar monozigotik
2. Kehamilan kembar digizotik
1. Kehamilan kembar monozigotik. 1,2,3,4,5
Kehamilan kembar yang terjadi akibat pembelahan dari satu telur yang dibuahi
disebut kembar monozigotik atau disebut juga identik, homolog, atau uniovuler.
Jenis kelamin kedua anak selalu sama, rupanya sama atau seperti bayangan
cermin; mata, kuping, gigi, rambut, kulit dan ukuran antropologik pun sama. Sidik
jari dan telapak sama, atau terbalik satu terhadap lainnya.
Kira-kira satu pertiga kehamilan kembar monozigotik mempunyai 2 amnion, 2
korion, dan 2 plasenta; kadang-kadang 2 plasenta tersebut menjadi satu. Keadaan
ini tak dapat dibedakan dengan kembar dizigotik. Dua pertiga mempunyai 1
plasenta, 1 korion dan 1 atau 2 amnion.
2
Hasil akhir proses pembentukan kembar bergantung pada kapan pembelahan
terjadi:
a. Jika pembelahan terjadi sebelum inner cell mass (morula) terbentuk dan
lapisan luar blastokist belum berubah jadi korion yaitu dalam waktu 72 jam
pertama setelah fertilisasi maka akan terbentuk 2 embrio, 2 amnion dan 2
korion. Akan terjadi kembar monozigotik, diamnionik, dan dikorionik. Pada
keadaan ini bisa terdapat dua plasenta yang berbeda atau satu plasenta yang
menyatu.
b. Apabila pembelahan terjadi antara hari ke-4 dan ke-8, yaitu setelah inner cell
mass terbentuk dan sel-sel yang akan menjadi korion sudah mulai
berdiferensiasi tetapi sel-sel amnion belum, maka akan terbentuk dua buah
embrio masing-masing dengan kantong amnion terpisah. Dua kantong amnion
akhirnya akan ditutupi oleh sebuah korion bersama sehingga dihasilkan
kembar monozigotik, diamnionik, dan monokorionik.
c. Namun apabila amnion telah terbentuk yang terjadi sekitar 8 hari setelah
fertilisasi, pembelahan akan menghasilkan dua embrio di dalam satu kantong
amnion bersama, sehingga menghasilkan kembar monozigotik, monoamniotik,
dan monokorionik.
d. Apabila pembelahan dimulai lebih belakangan lagi, yaitu setelah lempeng
embrionik terbentuk maka pemisahan menjadi tidak lengkap dan terbentuk
kembar siam.
2. Kehamilan kembar dizigotik 3,4
Kira-kira dua pertiga kehamilan kembar adalah dizigotik yang berasal dari 2 telur;
disebut juga heterolog, binovuler, atau fraternal. Karena kembar dizigotik muncul
dari dua telur yang dibuahi, maka mereka akan mempunyai 2 plasenta, 2 korion,
dan 2 amnion. Kadang-kadang 2 plasenta menjadi satu. Jenis kelamin bisa sama
atau berbeda, dan mereka memiliki wajah yang berbeda seperti anak-anak lain
dalam keluarga.
Sumber : www.umm.edu/pregnancy/.../multipreg.html
3
Kembar dizigotik dengan jenis kelamin yang sama, dapat terlihat hampir
mendekati kembar identik pada saat lahir daripada yang terlihat pada kembar
monozigotik. Kembar dizigotik sebenarnya bukan merupakan kembar sejati,
karena kedua janin berasal dari maturasi dan fertilisasi dua buah ovum selama
siklus ovulatoir tunggal. Pada kembar dizigotik, telur mungkin tidak dibuahi pada
saat yang sama.
Superfekundasi mungkin terjadi di mana dua telur yang dikeluarkan pada ovulasi
yang sama, dibuahi dalam jarak waktu yang pendek tetapi tidak pada koitus yang
sama. Pada tahun 1810, Dr. John Archer dari Amerika Serikat melaporkan
kejadian yang menarik, bahwa seorang wanita kulit putih yang sesudah
melakukan hubungan seks dengan seorang laki-laki kulit putih dan seorang laki-
laki kulit hitam dalam suatu periode waktu yang pendek, melahirkan bayi kembar
yang salah satu di antaranya berkulit putih dan yang lainnya berkulit campuran
(mulatto). Kasus superfekundasi serupa juga dilaporkan oleh Dr. David Harris
pada tahun 1982, seorang wanita kulit putih yang melahirkan per vaginam bayi
mulatto yang mempunyai golongan darah A dan bayi berkulit putih yang
bergolongan darah O. Golongan darah wanita tersebut dan suaminya adalah O.
Superfetasi adalah kehamilan kedua yang terjadi beberapa minggu atau beberapa
bulan setelah kehamilan pertama terjadi. Keadaan ini pada manusia belum pernah
dibuktikan, sekalipun diketahui dapat terjadi pada kuda betina.
D. FREKUENSI
Frekuensi terjadinya bayi kembar monozigot relatif konstan di seluruh dunia,
yaitu satu per 250 kelahiran dan sebagian besar tidak bergantung pada ras, hereditas,
usia serta paritas. Sampai akhir ini frekuensi tersebut diperkirakan tidak tergantung
pada terapi untuk infertilitas, namun kini terbukti bahwa insiden pembelahan zigotik
menjadi dua kali lipat setelah induksi ovulasi.
Insiden persalinan bayi kembar dizigot dipengaruhi secara nyata oleh ras, herediter,
usia ibu, paritas, dan khususnya obat-obat fertilitas. 2,5,6
Guerlich (1930) melaporkan frekuensi kehamilan ganda pada 121 juta
persalinan sebagai berikut : gemelli 1 : 85, triplet 1 : 7.629, kuadruplet 1 : 670.743,
dan quintiplet 1 : 41.600.000. Angka tersebut sesuai dengan hukum Hellin yang
4
menyatakan bahwa perbandingan antara kehamilan ganda dan tunggal adalah 1 : 89.
untuk triplet 1 : 892, untuk kuadruplet 1 : 893, dan seterusnya.3
Berbagai faktor mempengaruhi frekuensi kehamilan ganda seperti ras,
herediter, umur dan paritas ibu, ukuran ibu, gonadotropin endogen, pemakaian
preparat kesuburan dan fertilitas in vitro.1,2,3,4
Ras2
Frekuensi kehamilan ganda memperlihatkan variasi yang nyata di antara
berbagai ras yang berbeda. Kembar dizigotik lebih sering terjadi pada golongan kulit
hitam daripada galongan kulit putih dan paling jarang pada bangsa Timur. Perbedaan
ras yang nyata ini merupakan akibat keragaman pada frekuensi terjadinya kehamilan
kembar dizigot.
Tabel 1 Angka Kehamilan Kembar per 1000 Kelahiran Berdasarkan Zigositas.
__________________________________________________________________
Negara Monozigotik Dizigotik Total
__________________________________________________________________
Nigeria 5.0 49 54
Amerika Serikat
Kulit hitam 4.7 11.1 15.8
Kulit putih 4.2 7.1 11.3
Inggris dan Wales 3.5 6.8 12.3
India (Calcuta) 3.3 6.1 11.4
Jepang 3.0 1.3 4.3
__________________________________________________________________
Dari MacGillivray (1986) 2
Hereditas2
Sebagai faktor penentu kehamilan kembar, genotip ibu jauh lebih penting
daripada genotip ayah. Hal ini dibuktikan oleh penelitian White dan Wyshak (1964)
yang menemukan bahwa wanita yang dirinya sendiri merupakan kembar dizigotik
ternyata melahirkan bayi kembar dizigotik dengan frekuensi 1 per 58 kelahiran
dibandingkan dengan wanita yang bukan kembar tetap mempunyai suami kembar
dizigotik, melahirkan bayi kembar dengan frekuensi 1 per 126 kehamilan. Lebih
5
lanjut, dalam analisis Bulmer (1960) terhadap anak-anak kembar, 1 dari 25 (4%) ibu
mereka ternyata juga kembar, tetapi hanya 1 dari 60 (1,7%) ayah mereka yang
kembar. Salah satu penjelasannya yaitu bahwa yang diwariskan adalah kecenderungan
mengalami ovulasi multiple.
Usia Maternal dan Paritas 2,3
Kehamilan ganda berhubungan dengan usia maternal yang lanjut dan
meningkatnya paritas. Waterhouse dalam penelitiannya mengemukakan bahwa setiap
peningkatan usia sampai sekitar 40 tahun atau paritas sampai 7, frekuensi kehamilan
kembar akan meningkat.
Di Swedia. Peterson dkk juga memastikan bahwa peningkatan yang nyata
pada angka kelahiran multiple yang berkaitan dengan meningkatnya paritas.
Ukuran ibu 2
Kehamilan kembar dizigotik lebih sering ditemukan pada ibu-ibu yang
berukuran tinggi, daripada ibu-ibu yang bertubuh kecil. Sebagai contoh di Aberdeen,
insiden kehamilan kembar dizigotik pada wanita yang kurus jauh lebih rendah bila
dibandingkan dengan wanita yang ukuran tubuhnya normal atau gemuk. Wanita yang
lebih tinggi dan lebih berat memiliki angka kehamilan kembar 25 – 30 persen lebih
tinggi daripada wanita bertubuh pendek. Wanita yang memiliki index massa tubuh
setidaknya 30 mempunyai resiko yang lebih besar mendapatkan kehamilan kembar
dizigot.7 Hal ini mungkin lebih berhubungan dengan nutrisi daripada ukuran tubuh
semata. Selama Perang Dunia II, insiden kehamilan dizigot menurun di Eropa ketika
kekurangan pangan lazim terjadi. Kendati demikian, para wanita yang mendapatkan
bayi kembar tampaknya tidak mengkonsumsi lebih banyak kalori daripada wanita
yang melahirkan bayi tunggal.
Gonadotropin Endogen 2
Benirschke dan Kim mengemukakan alasan untuk mengkaitkan kenaikan
kadar FSH endogen dengan proses terjadinya kehamilan kembar dizigotik spontan.
Salah satu kemungkinan untuk menimbulkan peningkatan yang tampak nyata adalah
pelepasan gonadotropin hipofise dalam jumlah yang lebih besar daripada lazimnya
selama siklus spontan pertama setelah penghentian kontrasepsi.
Preparat kesuburan 2,4
6
Induksi ovulasi dengan menggunakan preparat gonadotropin ( folicle
stimulating hormone plus chorionic gonadotropin ) atau klomifen, akan
meningkatkan secara nyata kemungkinan ovulasi ovum yang jumlahnya lebih dari
satu. Insiden multifetus sesudah terapi gonadotropin adalah 20 hingga 40 persen, dan
pada salah satu kasus terjadi abortus sebanyak 11 janin . Induksi ovulasi kemungkinan
akan meningkatkan kehamilan kembar, baik dizigotik maupun monozigotik.
Fertilisasi In Vitro 2,8
Kehamilan kembar lebih sering terjadi pada kehamilan yang disebabkan oleh
fertilisasi in vitro, dan kini sudah dilahirkan beberapa bayi kembar tiga atau triplet
setelah fertilisasi in vitro. Bayi kembar empat kuadruplet yang lahir hidup, pernah
dilahirkan di Australia dan di negara lainnya setelah tindakan fertilisasi in vitro.
Sebagian dokter mengupayakan fertilisasi semua ovum yang dikumpulkan sesudah
menginduksi superovulasi dan kemudian menaruh lebih dari satu blastokist di dalam
uterus.
E. PERTUMBUHAN JANIN
Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan daripada janin pada
kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Sampai kehamilan 30 minggu
kenaikan berat badan janin kembar sama dengan janin kehamilan tunggal. Setelah itu,
kenaikan berat badan lebih kecil, mungkin karena regangan yang berlebihan
menyebabkan peredaran darah plasenta mengurang. Berat badan satu janin pada
kehamilan kembar rata-rata 1000 g lebih ringan daripada kehamilan tunggal. Berat
badan bayi yang baru lahir umumnya pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram,
pada triplet kurang dari 2000 gram dan untuk kuadruplet kurang dari 1500 gram.
Sumber :www.drjick.com/twins.php
7
Selain daripada itu, berat badan kedua janin pada kehamilan kembar tidak
sama, dapat berbeda antara 50 sampai 1000g. 2,3
F. KELAINAN PADA PROSES PERKEMBANGAN
Kelainan dalam proses kehamilan kembar sering ditemukan dan mungkin
mengakibatkan kembar dempet, anastomosis pembuluh darah plasenta, sindroma
transfusi fetal, cacat janin, dan kelainan tali pusat. Kelainan ini hanya terjadi pada
kembar satu korion (monozigotik). 4
Kembar Dempet 2,4
Di Amerika serikat, janin kembar yang menyatu atau dempet sering disebut
kembar Siam menurut nama negara asal kembar Chang dan Eng dari Siam (Thailand).
Jika pembelahan embrio terjadi setelah pembentukan diskus embrionik dan sakus
amnion rudimenter, yaitu 13 hari setelah pembuahan, dan bila pembelahan diskus
embrionik tersebut belum lengkap, maka terjadilah kembar dempet. Ini merupakan
peristiwa yang sangat jarang, terjadi sekali dalam 70.000 persalinan.
Kalau setiap bayi kembar dempet itu hampir selesai pertumbuhannya, maka
bagian tubuh yang dimiliki bersama dapat :
(1) anterior (torakopagus)
(2) posterior (piopagus)
(3) sefalik (kraniopagus)
(4) kaudal (iskiopagus)
Mayoritas kembar dempet adalah jenis kembar torakopagus.
Sumber : Cuningham FG, Gant NF, Leveno KJ et al. Multifetal pregnancy. Williams Obstetrics, 21st edition..
8
Anastomosis Pembuluh Darah Plasenta
Anastomosis pembuluh darah plasenta terjadi lebih sering pada anak kembar
satu korion, tetapi kadangkala juga terjadi pada plasenta dikorionik. Jenis yang paling
lazim adalah anastomosis arteri-arteri, diikuti dengan arteri-vena, dan kemudian vena-
vena. Hubungan vaskuler antar janin yang paling mengganggu adalah hubungan arteri
dengan vena (anastomosis arterivenosa). 2,3,4
Anastomosis arteriovenosa dapat terjadi cukup awal dalam kehamilan dan
mempunyai jumlah serta ukuran yang sangat beragam. Akibat anastomosis tersebut,
darah akan dipompakan dari pembuluh arteri ke dalam vena, keluar dari janin yang
satu ke dalam janin yang lain.2
Efek yang timbul dari anostomosis arteriovenosa dapat sangat menonjol. janin
kembar monozigotik yang satu dapat berukuran jauh lebih kecil daripada janin
lainnya akibat malnutrisi intrauteri kronis. Perubahan anatomis pada janin kembar
yang perfusinya di bawah normal menyerupai keadaan yang dijumpai pada janin
tunggal dengan retardasi pertumbuhan karena plasenta mengalami infark yang luas.2,3,4
Sumber : Cuningham FG, Gant NF, Leveno KJ et al. Multifetal pregnancy. Williams Obstetrics, 21st edition..
Sindroma Transfusi Fetal
Adanya anastomosis arteri-vena pada plasenta anak kembar satu korion akan
sering mengakibatkan sindroma transfusi fetal (twin-twin transfusion syndrome), yaitu
bila ketidak-seimbangan terjadi pada kehamilan yang lebih tua. Darah arteri dari
kembar donor memasuki plasenta dan berjalan melalui kotiledon, yang dimiliki
bersama oleh kedua anak kembar itu. Darah kemudian mengosong ke dalam vena
kembar penerima. Sebagai akibat dari pintas kronis ini, kembar donor mengalami
hipovolemia, hipotensi, anemia, mikrokardia, dan retardasi pertumbuhan. Kembar
9
resipien dapat mengalami hipervolemia, hipertensi, kardiomegali, polisitemia, edema,
dan gagal jantung kongestif. 2,4,8
Sumber : www.umm.edu/pregnancy/.../multipreg.html
Cacat Janin
Anastomosis plasenta arteri-arteri dapat mengakibatkan beberapa cacat janin.
Dalam situasi ini, darah arteri dari kembar donor memasuki sirkulasi arteri pada
plasenta kembar penerima, dan aliran darah dapat menjadi terbalik pada kembar
penerima. Embolisme dapat terjadi pada kembar penerima karena jaringan trofoblas
memasuki sirkulasinya. Kembar penerima, yang mengalami perfusi darah yang relatif
kurang teroksigenasi dengan arah yang terbalik, dapat gagal berkembang secara
normal. 4
Janin yang terganggu pertumbuhannya menjadi suatu monstrum yang
dinamakan akardius. Akardiakus asefalus ialah monstrum yang hanya terdiri atas
panggul dan ekstremitas bawah. Akardiakus akornus ialah monstrum tanpa badan.
Akardiakus amorfus ialah monstrum tanpa bentuk yang terdiri atas jaringan ikat yang
mengandung berbagai alat rudimenter dan diliputi kulit.2,3
Sumber : Cuningham FG, Gant NF, Leveno KJ et al. Multifetal pregnancy. Williams
Obstetrics, 21st edition..
Kelainan Tali Pusat
10
Kelainan pada tali pusat pada anak kembar terutama terjadi pada anak kembar
satu korion. Tiadanya satu arteri umbilikalis terjadi pada sekitar 3 sampai 4 persen
anak kembar. Hal ini adalah bermakna karena pada 30 persen dari kasus semacam itu
disertai anomali bawaan yang lain (misalnya agenesis ginjal). 4
Pada kehamilan kembar dizigotik janin dapat juga mengalami kelainan.
Kadang-kadang satu janin meninggal dan yang lainnya tumbuh terus sampai matur.
Janin yang mati dapat diresorbsi sama sekali atau masih ditemukan dalam uterus.
Dalam hal terakhir cairan amnion dapat diserap semua dan janin berubah menjadi
gepeng (fetus papiraseus atau fetus kompressus). Pada persalinan fetus papiraseus
dapat mendahului janin yang normal, sehingga menyebabkan kesukaran diagnosis,
atau dapat tertinggal dalam uterus yang menyebabkan infeksi dan perdarahan.
Plasenta fetus papiraseus biasanya berwarna putih, keras, fibrotik, dan berbatas tegas.2
G. LETAK DAN PRESENTASI JANIN
Pada umumnya janin kembar kembar tidak besar dan cairan amnion lebih
banyak daripada biasa, sehingga sering terjadi perubahan presentasi dan posisi janin.
Demikian pula letak janin kedua dapat berubah setelah kelahiran bayi pertama,
misalnya dari letak lintang menjadi letak sungsang. Berbagai kombinasi letak serat
presentasi dapat terjadi. Yang paling sering ditemukan ialah kedua janin dalam letak
memanjang dengan presentasi kepala, kemudian menyusul presentasi kepala dan
bokong, keduanya presentasi bokong, presentasi kepala dan bahu, presentasi bokong
dan bahu, dan yang paling jarang keduanya presentasi bahu. 2,3,8
11
Sumber : Sheilds JR, Medearis AL. Kehamilan Ganda. In : Hacker NF, Moore JG.. Essensial Obstetri and Ginekologi
12
Sumber: http://www.patient.co.uk/showdoc/40000230
H. DIAGNOSIS
Pada masa lalu, tidak lebih dari setengah dari kehamilan ganda dapat tepat
didiagnosis sebelum persalinan dan kelahiran. Diagnosis kehamilan kembar sering
baru ditegakkan setelah stadium lanjut kehamilan, yang seringkali saat menjelang
partus.2,3,4
Ketidak berhasilan untuk menemukan kehamilan yang dipersulit dengan
jumlah janin yang lebih dari satu, biasanya tidak disebabkan oleh kesulitan dalam
menentukan diagnosisnya, melainkan karena kemungkinan tersebut tidak terpikirkan
oleh pemeriksa.2
Powers (1973) dalam analisisnya terhadap komplikasi dan penanganan pada
kehamilan kembar menyatakan 5 persen hingga lebih dari 50 persen kehamilan
kembar tidak terdiagnosis.2
Anamnesis1,2,3,4,6
Perut lebih buncit dari semestinya dengan umur tuanya kehamilan
Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil
Uterus terasa lebih cepat membesar
Pernah hamil kembar atau adanya riwayat keturunan kembar
Riwayat pemakaian preparat kesuburan seperti gonadotropin hipofise atau
klomifen
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dengan pengukuran fundus secara akurat merupakan
tindakan yang sangat penting. Selama trimester kedua terdapat perbedaan antara usia
kehamilan yang ditentukan antara usia kehamilan yang ditentukan dari data-data
menstruasi dengan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan ukuran uterus. Uterus yang
berisi dua janin atau lebih jelas akan menjadi lebih besar daripada uterus yang berisi
janin tunggal.2,3
13
Pada kasus dengan uterus yang tampak lebih besar dan tidak sesuai dengan
usia kehamilan harus dipikirkan kemungkinan sebagai berikut :2
(1) multifetus atau lebih janin yang berjumlah lebih dari satu
(2) peninggian uterus akibat distensi vesika urinaria
(3) riwayat haid yang kurang cermat
(4) hidramnion
(5) mola hidatosa
(6) mioma uteri atau adenomiosis uteri
(7) massa adneksa yang melekat erat
(8) makrosomia janin yang terjadi kemudian dalam kehamilan.
Bagian janin
Sebelum trimester ketiga, kehamilan kembar sulit didiagnosis dengan cara
meraba bagian-bagian janin. Kehamilan yang sudah lanjut sekalipun tidak selalu
kehamilan kembar dapat ditemukan melalui palpasi transabdominal, khususnya bila
janin yang satu bertumpang tindih dengan janin yang lainnya, bila ibu hamil tersebut
gemuk, atau bila terdapat hidramnion. 2,3
Denyut Jantung Janin
Pada kehamilan lanjut trimester ketiga, denyut jantung janin dapat dideteksi
dengan peralatan ultrasonik Doppler. Kadang-kadang kita dapat membedakan suara
kontraksi dua jantung janin yang terpisah jika frekuensi denyut jantung janin tersebut
berbeda secara jelas satu sama lain, disamping berbeda dengan frekuensi denyut
jantung ibunya. 2
Sonografi
Melalui pemeriksaan USG yang cermat, kantong kehamilan yang terpisah
dapat ditemukan lebih dini pada kehamilan kembar. Selanjutnya, identifikasi masing-
masing kepala janin harus dilakukan dalam dua bidang yang saling tegak lurus
sehingga tidak keliru menafsirkan penampang tubuh janin sebagai kepala janin yang
kedua. Pemeriksaan ultrasonografi pada hakekatnya harus dapat menentukan semua
janin yang ada pada kehamilan kembar, dan bahkan adanya satu atau dua kantong
amnion. Pada triwulan pertama dapat dilihat 2 janin atau dua jantung yang berdenyut.
14
Dengan bertambahnya jumlah janin, ketepatan diagnosis baik mengenai
jumlah janin maupun diameter biparietalis masing-masing kepala janin, akan
menurun. Kadang-kadang, pemeriksaan sonografi dapat menentukan kehamilan
dengan janin kembar dempet. 2,3,4,5
Sumber : www.ivf-infertility.com/ivf/.../multiple_ pregnancy .php
Pemeriksaan Radiografi 2
Penggunaan sinar X yang tidak selektif harus dihindari dalam kehamilan. Foto
rontgen abdomen maternal tidak akan memberikan informasi yang berguna dan bisa
menjadi penyebab dihasilkan diagnosis yang salah bila :
1. dibuat pada kehamilan 18 minggu pertama, karena skeleton janin tidak cukup
radiopak
2. jika kualitas foto jelek karena waktu paparan yang tidak sesuai atau karena
malposisi ibu, sehingga abdomen atas dan janin dibaliknya tidak terpotret
3. ibu yang gemuk
4. terdapat hidramnion
5. salah satu janin bergerak ketika foto dibuat
Pemeriksaan Biokimia
Jumlah gonadotropin korionik dalam plasma dan urin, rata-rata lebih tinggi
daripada jumlah yang ditemukan pada kehamilan dengan janin tunggal, namun tidak
begitu tinggi sehingga memungkinkan penegakan diagnosis yang pasti. Kadar
korionik gonadotropin pada kedua keadaan tesebut tidak ada yang lebih rendah,
sehingga dapat membedakan dengan jelas antara kehamilan kembar dan kehamilan
mola.
Kadar laktogen plasenta dalam plasenta maternal rata-rata lebih tinggi pada
kehamilan kembar daripada kehamilan tunggal. Pengukuran kadar laktogen plasenta
untuk skrining kehamilan kembar sudah tidak banyak digunakan lagi.
Kadar α-fetoprotein dalam plasenta maternal umumnya lebih tinggi pada
kehamilan dengan kembar dengan janin kembar daripada kehamilan dengan janin
15
tunggal. Kadar rata-rata dalam plasma juga lebih tinggi untuk estrogen, alkali
fosfatase dan leusin aminopeptidase dan dalam urin untuk estrion dan pregnandiol.
tetapi pemeriksaan di atas harus disertai evaluasi klinik yang cermat sehingga dapat
membantu dalam mendiagnosis kehamilan kembar. 2
Untuk mempertinggi ketepatan diagnosis, haruslah dipikirkan kemungkinan
kehamilan kembar bila didapatkan :1,2,3,4,5,8
1. pasien yang mengandung akibat fertilisasi in vitro atau sedang menggunakan
obat-obatan infertilitas
2. uterus ditemukan lebih besar daripada berdasarkan perkiraan berdasarkan usia
kehamilan
3. pertambahan berat badan ibu yang mencolok yang tidak disebabkan oleh
edema dan obesitas
4. kadar alfa fetoprotein plasma, gonadotropik korionik dalam plasma dan urin,
laktogen plasenta dalam plasma maternal, estrogen, alkali fosfatase, leusin
aminopeptidase plasma tinggi. Kadar estriol dan pregnandiol dalam urin
tinggi.
5. denyut jantung janin yang sulit didengar
6. denyut jantung janin terdengar pada tempat yang berbeda, terutama jika
dengan kecepatan yang berbeda
7. janin sulit dipalpasi
8. hanya dapat menemukan anggota gerak janin
9. teraba dua ujung janin yang terpisah
10. teraba dua balotemen
11. teraba 3 bagian besar janin
Diagnosis pasti dapat ditentukan dengan :2,8
1) terabanya 2 kepala, 2 bokong, dan satu atau dua punggung;
2) terdengar dua denyut jantung yang letaknya berjauhan dengan perbedaan
kecepatan paling sedikit 10 denyut per menit;
3) USG;
4) rontgen foto abdomen.
16
I. DIAGNOSIS BANDING2,8
1. Hidramnion.
Hidramnion dapat menyertai kehamilan kembar; kadang-kadang kelainan hanya
terdapat pada satu kantong amnion. dan yang lainnya oligohidramnion.
pemeriksaan rontgen dapat menemukan apakah pada hidramnion ada kehamilan
kembar atau tidak.
2. Kehamilan dengan mioma uteri atau kistoma ovarii
Tidak terdengarnya 2 denyut jantung pada pemeriksaan berulang, bagian besar
dan kecil yang sukar digerakkan, lokasinya yang tak berubah, dan pemeriksaan
rontgen dapat membedakan hal tersebut.
J. PENGARUH TERHADAP IBU DAN JANIN
1. Terhadap ibu2,8
- Kebutuhan akan zat-zat bertambah, sehingga dapat menyebabkan anemia dan
defisiensi zat-zat lainnya
- Kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih besar
- Frekuensi hipertensi, pre-eklampsi dan eklampsi lebih sering
- Karena uterus yang besar, ibu mengeluh sesak napas, sering miksi, serta
terhadap edema dan varices pada tungkai dan vulva
- Dapat terjadi inersia uteri, pedarahan postpartum, dan solusio plasenta sesudah
anak pertama lahir.
2. Terhadap janin 2,8
- Usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah janin pada
kehamilan kembar. McKeown dan Record menemukan rata-rata kehamilan
untuk bayi kembar dua adalah 260 hari (37 minggu) dan untuk kembar tiga
247 hari ( 35 minggu), bila dibandingkan waktu 281 hari (40 minggu) untuk
kehamilan janin tunggal.
- Kemungkinan terjadinya bayi prematur lebih tinggi pada bayi kembar. Powers
(1973) dalam beberapa laporannya di Amerika dan Eropa yang disurveinya,
menemukan berat badan lahir yang kurang dari 2501 gram pada 43 hingga 63
persen bayi kembar.
17
- Abortus lebih besar kemungkinannya untuk terjadi pada kehamilan multifetus
daripada kehamilan dengan janin tunggal.
- Kematian pada janin kembar secara nyata lebih tinggi daripada janin tunggal.
Angka kematian perinatal untuk kembar monozigot adalah 2,5 kali angka
kematian perinatal untuk kembar dizigot. Penyebab kematian yang terjadi
adalah saling membelitnya tali pusat kedua janin tersebut, yang diperkirakan
sebagai komplikasi pada 50 persen kasus atau lebih (Benirschke, 1983).
- Malformasi berat yang terjadi pada bayi kembar lebih tinggi dibandingkan
pada bayi tunggal yang dilahirkan dalam waktu yang sama dan di rumah sakit
yang sama (Kohl dan Casey, 1975). Malformasi lebih sering ditemukan di
antara kembar monozigot daripada kembar dizigot.
- Sering terjadi kesalahan letak janin, yang juga akan mempertinggi angka
kematian janin.
K. PENANGANAN DALAM KEHAMILAN
Untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas perinatal secara bermakna dalam
kehamilan yang dipersulit oleh janin kembar, tindakan yang perlu diambil adalah 2,3,8:
Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan
mencegah komplikasi yang timbul, dan bila diagnosis telah ditegakkan
pemeriksaan ulangan harus lebih sering ( 1x seminggu pada kehamilan lebih
dari 36 minggu) . Perawatan disini termasuk pemeriksaan tekanan darah yang
teratur karena hipertensi yang ditimbulkan dan diperberat oleh kehamilan, jauh
lebih besar kemungkinannya terjadi pada kehamilan multifetus. Hipertensi
bukan saja lebih sering, tetapi cenderung lebih dini dan lebih berat.
Setelah kehamilan 30 minggu, coitus dan perjalanan jauh sebaiknya dihindari;
karena akan merangsang partus prematurus
Pemakaian korset gurita yang tidak terlalu ketat diperbolehkan, supaya terasa
lebih ringan
Periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah.
Pencegahan persalinan prematur seperti tirah baring yang intensif khususnya
perawatan di rumah sakit, terapi profilaksis dengan obat-obat β mimetik,
tindakan profilaksis cervical cerclage dan penyuntikan progestin berulang.
18
Diet. Kebutuhan akan kalori, protein, mineral, vitamin dan asam lemak
esensial mengalami peningkatan pada wanita dengan multifetus. Konsumsi
energi harus ditingkatkan sebesar 300 kalori lagi perhari.
Pemberian suplemen zat besi dan asam folat. Direkomendasikan pemberian 60
hingga 100 mg zat besi perhari.
L. PENANGANAN DALAM PERSALINAN
Hal-hal penting yang perlu dipersiapkan pada persalinan kembar adalah :2
1. Ibu harus didampingi oleh asisten dokter yang terlatih selama proses
persalinan berlangsung. Frekuensi denyut jantung janin harus sering dipantau,
awasi bila ada perubahan yang berarti pada denyut jantung janin.
2. Persiapkan darah yang cocok dengan golongan darah ibu
3. Sistem infus intravena harus sudah terpasang dengan baik
4. Dokter obstetrik harus hadir
5. Dokter ahli anestesi harus segera hadir dalam situasi yang memerlukan
tindakan manipulasi intrauterin atau sectio caesarea
6. Perawat yang terampil dalam melakukan resusitasi harus diberitahu mengenai
kasus dan siap sedia
7. Kamar bersalin atau ruang operasi harus sudah dipersiapkan untuk tindakan
sehingga tim bisa bekerja secara efektif
Bila hal diatas sudah disiapkan maka tindakan yang harus dilakukan
selanjutnya adalah sebagai berikut : 2,8
(1) Bila anak pertama letaknya memanjang, kala I diawasi seperti biasa, ditolong
seperti biasa dengan episiotomi mediolateralis
(2) Selain itu baru waspada, lakukan periksa luar, periksa dalam untuk
menentukan keadaan anak kedua. Tunggu, sambil memeriksa tekanan darah
dan lain-lain.
(3) Biasanya dalam 10-15 menit his akan kuat lagi. Bila anak kedua membujur,
ketuban dipecahkan pelan-pelan supaya air ketuban tidak mengalir deras
keluar. Tunggu dan pimpin persalinan anak kedua seperti biasa.
(4) Waspadalah atas kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum, maka
sebaiknya pasang infus profilaksis.
19
(5) Bila ada kelainan letak pada anak kedua, misalnya melintang atau terjadi
prolaps tali pusat dan solusio plasenta, maka janin dilahirkan dengan cara
operatif obstetrik :
- pada letak lintang coba versi luar dulu, atau lahirkan dengan cara versi dan
ekstraksi
Sumber : Cuningham FG, Gant NF, Leveno KJ et al. Multifetal pregnancy. Williams Obstetrics, 21st edition..
- pada letak kepala, persalinan dipercepat dengan ekstraksi vakum atau
forceps
- pada letak bokong atau kaki, ekstraksi bokong atau kaki
(6) Indikasi sectio caesarea hanya pada
- Janin pertama letak lintang
- Janin kedua jauh lebih besar dari yang pertama dan dalam posisi sungsang
- Bila terjadi prolaps tali pusat
- Plasenta praevia
- Terjadi interlocking pada letak janin 69, anak pertama letak sungsang dan
anak kedua letak kepala
- Disfungsi uterus hipotonik
- Hipertensi yang diperburuk oleh kehamilan
- Gawat janin
(7) Kala IV diawasi terhadap kemungkinan tejadinya perdarahan postpartum :
berikan suntikan sinto-metrin yaitu 10 satuan syntocinon tambah 0,2 mg
methergin intravena.
20
BAB III
IKHTISAR KASUS
I. IDENTITAS
Pasien Suami
Nama Ny.A Tn.M
Umur 29 thn 33 thn
Pendidikan SLTP SMA
Pekerjaan IRT Karyawan
Agama Islam Islam
Suku/Bangsa Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Alamat Jl. Trogong RT 03/06
Jakarta Selatan
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis tanggal 22 September 2006 pkl. 04.30
A. Keluhan utama
21
Mules-mules sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit.
B. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan mules-mules sejak 5 jam sebelum
masuk rumah sakit. Keluar air-air (-), keluar lendir darah (+), gerak janin (+).
Ada perasaan ingin meneran sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Ketuban
belum pecah. Kedua kaki bengkak sejak seminggu yang lalu. Pasien tidak
mempunyai tekanan darah tinggi saat kehamilan ini. Pandangan kabur (-),
nyeri ulu hati (-), pusing (-). ANC di puskesmas rutin setiap bulan. USG 3 x,
terakhir pada 2 minggu yang lalu. Ada riwayat tekanan darah tinggi pada saat
hamil anak ke-2. Ada riwayat kehamilan kembar pada keluarga.
C. Riwayat menstruasi
- Menarche : 15 thn
- Siklus : teratur
- Lama haid : 7 hari
- Banyaknya : 3 kali ganti pembalut/hari
- Dismenorrhea : tidak ada
- HPHT : 20 Desember 2005
- Taksiran persalinan : 27 September 2006
D. Riwayat perkawinan
Status pernikahan : menikah 1x
Usia menikah : 19 tahun
Usia suami : 23 tahun
Menikah sudah : 10 tahun
E. Riwayat kehamilan dahulu
Anak I : tahun 1997, ♂, bidan, spontan, 3000 gram, sehat
Anak II : tahun 1999, ♀, SpOG, spontan, 2800 gram, †, IUFD
Anak III : ini
F. Riwayat kehamilan sekarang
22
Hamil muda : mual (+), muntah (+), perdarahan (-)
Hamil tua : mual (-), muntah (-), perdarahan (-)
G. Riwayat KB
Menggunakan KB suntik tiap 3 bulan selama 5 tahun
H. Riwayat penyakit sistemik
DM (-), hipertensi (-), penyakit jantung (-), asma (-)
I. Riwayat penyakit dahulu
Trauma panggul (-), polio (-), keputihan (-), hipertensi pada kehamilan
sebelumnya (+)
J. Riwayat operasi
Tidak ada
K. Riwayat penyakit keluarga
Hipertensi (+), asma (-), peny. jantung (-), DM (+)
L. Riwayat kebiasaan pribadi
Alkohol (-), jamu (-), merokok (-), narkotika (-)
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : TD: 150/90 mmHg RR : 20x/mnt
N : 96x/menit S : 36,5OC
Kepala : rambut hitam, tidak mudah rontok
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
THT : faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang
Leher : kelenjar getah bening tidak teraba
Jantung : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
23
Paru : suara nafas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-
Mammae : simetris, hiperpigmentasi pada areola (+),
benjolan (-), retraksi puting (-)
Ekstremitas : akral hangat, edema +/+
B. Status Obstetricus
Abdomen
Inspeksi : perut membuncit, arah memanjang
Palpasi : Leopold I : TFU : 34 cm, teraba 2 bagian besar, bulat,
lunak, dan tidak melenting
Leopold II : ka : teraba 1 bagian keras seperti papan
ki : teraba 1 bagian keras seperti papan
Leopold III : teraba 1 bagian besar, bulat, keras,
dan melenting
Leopold IV : divergen
Kesan : TFU 34 cm, janin presentasi kepala-kepala gemelli
hidup keduanya
Auskultasi : DJJ (+) 144 dpm dan 125 dpm, teratur
His : 2x/10’/40” SRB
Anogenital
Inspeksi : vulva dan urethra tenang
Inspekulo : tidak dilakukan
VT : Portio lunak, arah axial, pembukaan 8 cm,
ketuban (+), kepala di Hodge II
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG
Tampak janin gemeli, kepala-kepala hidup keduanya
Bayi I Bayi II
DBP 9,3 cm 9,7 cm
HC 33 cm 34,4 cm
AC 27 cm 29,5 cm
FL 7,5 cm 8 cm
24
TBJ 2400 gr 2900 gr
ICA : cukup
Sekat: +
Plasenta berimplantasi di fundus s/d korpus belakang
Kesan: Hamil aterm, janin gemelli kepala-kepala.
Pemeriksaan laboratorium
Darah:
Hb : 9,9 g/dl Ht : 37 vol %
Leukosit : 14.700/ul Trombosit : 329.000/ul
Gol. Darah : B/+ SGOT/SGPT : 19/11
Ur/Cr : 15/0,84 GDS : 89
Urine:
Warna : kuning Darah : +1
Kejernihan : jernih Protein : -
BJ : 1,015 Glukosa : -
Sedimen : sel epitel (-) Keton : -
Leukosit : 3-5 /LPB Bilirubin : -
Eritrosit : 3-5/LPB Urobilinogen : 0,1
pH : 7 Urobilin : (+)
V. RESUME
Pasien wanita, 29 thn datang dengan keluhan mules-mules sejak 5 jam
SMRS. Keluar air-air (-). Keluar lendir darah (+), gerak janin (+). Ada
perasaan ingin meneran sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Ketuban
belum pecah. Kaki bengkak sejak 1 minggu yang lalu. ANC di puskesmas
rutin setiap bulan. USG 3 x, terakhir pada 2 minggu yang lalu. Ada riwayat
tekanan darah tinggi pada saat hamil anak ke-2. Ada riwayat kehamilan
kembar pada keluarga. HTA 20-12-2005, TP 27-09-2006 ~ hamil 39 minggu.
25
Pemeriksaan Fisik :
Status generalis : KU/kes : Sakit sedang/cm
TD : 150/90 mmHg RR : 20x/mn
N : 96 x/mnt S : 36,5oC
Status generalis lain dalam batas normal
Status obstetricus :
TFU 34 cm, janin presentasi kepala-kepala gemelli
hidup keduanya, DJJ (+) 144 dpm dan 125 dpm, teratur.
His 2x/10’/40” SRB
VT : Portio lunak, arah axial, pembukaan 8 cm, ketuban (+), kepala di
Hodge II.
VI. DIAGNOSIS
Ibu : G3P2A0 H aterm, PK I aktif, HDK
Janin : gemelli, presentasi kepala-kepala hidup keduanya
VII. PROGNOSIS
Ibu : dubia ad bonam
Janin : dubia ad bonam
VIII. SIKAP
Rd/ - Cek DPL, UL, GDS, CTG
- Observasi TNSP
- Observasi his, DJJ
Rth/ - Partus per vaginam
- Amniotomi
- Pimpin meneran
Red/ Menjelaskan rencana tersebut di atas pada keluarga
Pk. 06.00
S: mules makin sering
O: Status generalis: TD : 130/ 90 mmHg RR : 22 x/menit
N : 88 x/menit S : 36,7 oC
Status Obsteri cus :
26
DJJ 148 dpm dan 130 dpm
His 2x/10’/40” SRB
VT: pembukaan 8 cm, ketuban (+), kepala H II
A: Ibu : G3P2A0 H aterm, inersia PK I aktif, HDK
Janin : gemelli, presentasi kepala-kepala hidup keduanya
P: Augmentasi syntocinon 20 IU
Awal partus per-vaginam
Nilai ulang sampai his adekuat
Pk. 08.00
S: mules sering, rasa ingin meneran, keluar air-air
O: Status generalis: TD : 140/ 90 mmHg RR : 22 x/menit
N : 90 x/menit S : 36,5 oC
Status Obstericus :
DJJ 145 dpm dan 128 dpm
His 3x/10’/50” KRB
VT: pembukaan lengkap, ketuban (-), kepala H III-IV
A: Ibu : G3P2A0 H aterm, PK II, HDK
Janin : gemelli, presentasi kepala-kepala hidup keduanya
P: Pimpin meneran
Pk 08.15
Lahir spontan bayi I, ♀, berat lahir 2300 gram, PL : 48 cm, AS 9/10
Bayi dikeringkan dan diselimuti, tali pusat dijepit dan dipotong
Pk 08.30
Dilakukan amniotomi bayi II jernih
Pk.08.35
Lahir spontan bayi II, ♂, 3000 gram, PL : 50 cm, AS 9/10
Bayi dikeringkan dan diselimuti, tali pusat dijepit dan dipotong.
Ibu disuntik dengan oksitosin 10 IU I.M.
Dilakukan pelepasan tali pusat, dengan peregangan tali pusat terkendali, lahir
plasenta lengkap 500 gram. Terdapat 2 plasenta menjadi 1, 2 amnion, 1
korion, dengan ukuran 17x18x3 cm, panjang tali pusat 39 cm.
27
Pada eksplorasi terdapat ruptur perineum grade II, dilakukan perineorafi.
Perdarahan kala III-IV ± 200 cc
Instruksi
Mobilisasi aktif
Motivasi ASI dan KB
Diet TKTP
Higiene vulva dan perineum
Infus Syntocinon 20 IU/5 tetes/8jam
Antibiotik Klindamicin 2x300 mg
Asam mefenamat 3x500mg
Observasi 2 jam post partus
Pukul TD Nadi FN Kontraksi Perdarahan
08.45 130/90 92 22 baik -
09.00 130/80 88 22 baik -
09.15 130/80 88 20 baik -
09.30 120/80 84 20 baik -
09.45 120/80 90 20 baik -
10.15 130/80 88 20 baik -
10.45 120/80 88 20 baik -
FOLLOW UP
Keadaan ibu
Selama perawatan kondisi ibu dalam keadaan baik dan telah pulang setelah dirawat
selama 4 hari.
Keadaan bayi
Bayi I dan II selama perawatan dalam keadaan baik dan tidak terdapat kelainan
bawaan.
28
BAB IV
ANALISA KASUS
Pada pasien ini G3P2 didiagnosis sebagai hamil aterm dan pada janin gemelli
presentasi kepala-kepala hidup keduanya ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Pada kasus ini dari anamnesis didapat pasien seorang wanita, usia 29 tahun
G3P2 hamil aterm dan sudah diketahui kembar. Pada riwayat keluarga ditemukan
kehamilan kembar pada keluarga pasien, disini terdapat faktor yang mendukung
terjadinya kehamilan kembar yaitu adanya faktor herediter.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 150/90 mmHg, N 96x/menit, Suhu
36,50C , dan FP 20x/menit. Pada pemeriksaan penunjang tidak didapatkan protein +
dalam urine. Jadi hal ini menyingkirkan dugaan adanya preeklampsia, karena
berdasarkan literatur, secara statistik sebagian besar kehamilan kembar memberikan
komplikasi berupa hipertensi, preeklampsia, dan eklampsia. Tetapi yang juga perlu
ditanyakan adalah apakah sebelumnya pasien ini telah mempunyai tekanan darah
tinggi, dan ternyata pasien memang pernah mempunyai tekanan darah tinggi pada saat
hamil anak yang ke-2, tetapi tidak pada kehamilan saat ini. Pasien rutin melakukan
ANC setiap bulan di puskesmas dan pernah dilakukan USG 3x.
29
Pada status obstetricus abdomen didapatkan pada inspeksi, perut membuncit,
memanjang. Palpasi, L I TFU 34cm, teraba dua bagian besar, bulat, lunak, dan tidak
melenting. L II kanan teraba satu bagian keras seperti papan, kiri teraba satu bagian
keras seperti papan . L III teraba satu bagian besar, keras bulat, melenting dan L IV
divergen. His teratur 2x/10’/40” SRB, gerak janin (+). Auskultasi : terdapat 2
pungtum maksimum BJJ 144 dpm dan BJJ 125 dpm, teratur. Hal ini merupakan
tanda-tanda pasti kehamilan yaitu teraba 1 kepala, 2 bokong, dan 2 punggung,
terdengar 2 denyut jantung janin dengan letak berjauhan dengan perbedaan kecepatan
± 19 dpm. Hal ini juga didukung oleh pemeriksaan USG.
Pada kasus ini didapatkan presentasi kepala-kepala yang merupakan presentasi
terbanyak pada kehamilan kembar, menempati urutan pertama dari stastistik posisi
letak janin pada gemelli.
Pada persalinan, yaitu pukul 08.15, lahir spontan bayi pertama, perempuan,
berat lahir 2300 gram, PL : 48 cm, AS 9/10. Pada pukul 08.30, dilakukan amniotomi
dan bayi yang kedua lahir 5 menit kemudian dengan berat 3000 gram, PL : 50 cm.
Waktu melahirkan antara bayi pertama dan kedua selisih 20 menit. Selisih waktu yang
aman antara persalinan bayi pertama dan kedua belum ada kesesuaian paham. Dahulu
umumnya dikatakan aman jika kurang dari 30 menit, tetapi beberapa peneliti
mengatakan bila dilakukan pemantauan janin secara kontinyu, maka hasil yang baik
akan diperoleh sekalipun masa interval tersebut lebih lama.
Plasenta lahir spontan lengkap dengan berat 500 gram, terdapat 2 plasenta
menjadi 1 dengan 2 amnion dan 2 korion.
30
BAB V
KESIMPULAN
Kehamilan ganda mempunyai morbiditas dan mortalitas yang meningkat
dibandingkan kehamilan dengan janin tunggal. Kehamilan dan persalinan pada hamil
kembar membawa resiko bagi ibu dan janin. Oleh sebab itu pemeriksaan antenatal
care yang baik sangat diperlukan untuk pemeriksaan pada ibu dan keadaan janin.
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mencari komplikasi kehamilan kembar secara dini
seperti tekanan darah yang tinggi pada ibu dan prematuritas pada janin.
Pada pasien ini melakukan antenatal care yang baik, rutin setiap bulan.
Sehingga pasien mempersiapkan kehamilannya dengan asupan makan yang baik,
istirahat yang cukup ini terbukti dengan berat kedua janin 2300 gram dan 3000 gram.
Dari kasus ini dapat ditarik kesimpulan bahwa penangangan pada pasien ini
sudah baik dengan melahirkan kedua bayi dengan selamat dan keadaan ibu yang baik.
Saran dari kasus ini adalah kehamilan kembar perlu dipersiapkan dengan baik dengan
pemeriksaan yang teratur, pentingnya pemeriksaan USG, asupan makanan yang
bergizi dan istirahat yang cukup sehingga komplikasi-komplikasi pada kehamilan
kembar dapat diantisipasi dan dikurangi.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. www.wikipedia.com
2. Cuningham FG, Gant NF, Leveno KJ et al. Multifetal pregnancy. Williams
Obstetrics, 21st edition.. New York; McGraw-Hill. 2003. p. 765-810.
3. Martaasoebrata D, Sumapraja S. Kehamilan Ganda. Dalam : Winkjosastro H,
Saifuddin AB, Rachimhadhi T, penyunting. Ilmu kebidanan, edisi ke 3.
Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono. h. 350-361.
4. Sheilds JR, Medearis AL. Kehamilan Ganda. Dalam : Hacker NF, Moore JG,
penyunting. Essensial Obstetri dan Ginekologi. W.B Saunders Company
1992. h. 265-274.
5. Winkjosastro, Hanifa dkk. Ilmu Kebidanan, ed:2, Yayasan Bina Pustaka,
Jakarta: 1991, hal: 386-397
6. Burke L. Perawatan Prenatal Pada Kehamilan Ganda. Dalam : Friedman EA,
Acker DB, Sachs BP, penyunting. Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan
Obstetri.h.220-221.
7. Ryan, G.L., S.H. Zhang, A. Dokras, C. Syrop, B. Van Voorhis. The desire of
infertile patients for multiple births.Fertility and Sterility, March 2004, vol.
81, no. 3, p 500-505.
8. http://www.marvelousmultiples.com/abtmultpreg.htm#q1
32
33