FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal...

65
FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF EKSTRAK BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill) DENGAN PERBEDAAN KONSENTRASI CARBOPOL SKRIPSI Oleh: JENNY ADITIYA J (066112103) PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR 2016

Transcript of FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal...

Page 1: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF EKSTRAK BIJI

ALPUKAT (Persea americana Mill) DENGAN PERBEDAAN

KONSENTRASI CARBOPOL

SKRIPSI

Oleh:

JENNY ADITIYA J

(066112103)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

2016

Page 2: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF EKSTRAK BIJI

ALPUKAT (Persea americana Mill) DENGAN PERBEDAAN

KONSENTRASI CARBOPOL

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi

(S.Farm) pada program studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Pakuan

Oleh:

JENNY ADITIYA J

(066112103)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

2016

Page 3: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

i

i

Page 4: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

ii

ii

• Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh •

Alhamdulillahi rabbil’ alamin, wash shalatu was salamu’alaa asyrafil anbiyai wal

mursalin, wa’ala aalihi wa ash-habihi ajma’in amma ba’du.

Segala puji saya panjatkan untuk-Nya penggenggam semesta alam.

Shalawat dan salam untuk Nabi Muhammad saw, sahabat serta para pengikut

setianya.

Terimakasih untuk yang tersayang, terkasih, tercinta, terhebat, terpeka, terspesial.

Yakni:

Mamah & Papah sebagai sosok panutan & pelimpah kasih sayang untuk saya,

Kak Maharani, Noach, & Charchy sebagai saudara sekaligus Tim Hore saya,

Keluarga Besar Mbah Soehardjo-Makmun & Opah Na Aman sebagai cambuk acuan

untuk keberhasilan saya,

Ibu Bina, Ibu Erni, & Ibu Datun sebagai contoh teladan terhebat yang pernah saya

jumpai, serta salah satu pemeran dalam kesuksesan selesainya skripsi saya ini,

dan...

Teman-teman saya yang telah membantu dalam setiap inci pelaksanaan skripsi saya,

teruntuk : Tim Transport (Ririn, Kak Ikhwan, Fani), Tim Pengayak (Desy, Yhuni,

Suhayda), Tim Eksekusi Tikus (Yesi, Fitri), Tim Edukasi (Kak Shinta, Kak Rian, Zia,

Fakhrudin), Tim Percetakan (Indra, Asep), Tim Mikrogranul (Irma, Sri) , Tim

Pejuang & Sepenanggungan (Syarah, Annisa, Dhia),

serta...

Para sahabat saya, para pembagi pengalaman selama saya mengemban ilmu di

Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Pakuan, teruntuk : Keluarga FarMcD serta FarmABe 2012, Six Hore (Ardiliyas, Fani,

Marybet, Ine, Hana), CECEPI ku (Ayda, Miane, Toppoki), The Kampfrets (Acut, Nda,

Ath, Desy), Geng 504 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, Keluarga Besar

HIMAFAR, Para Asdos FARSETDAS (Nurul, Vevi, Inri, dan para asdos lainnya), &

Para Wanita Zaza Home (Imas, Nuni, Dinda, Bintang, Icha, Tia), serta teman-teman

yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Terimakasih banyak atas kesan hebat yang saya temukan bersama kalian.

Dare To Dream, Dare To Reach It

(Je, 2016)

• Hadanallahu wa iyyakum ajma’in was salaamu’alaikum

warahmatullahi wabarakatuh •

Page 5: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

iii

iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Jenny Aditiya Jialale merupakan anak pertama dari tiga

bersaudara dari pasangan Bapak Jemmy Jibrael Jialale dan Ibu

Sulistiyowati yang dilahirkan di Tegal, 06 Januari 1995.

Pendidikan pertama di SDN Puspanegara 03 pada tahun 2000-

2006. Penulis melanjutkan pendidikan tingkat menengah

pertama di SMP Negeri 1 Citeureup pada tahun 2006-2009

dan pendidikan menengah atas di SMK Farmasi Bhakti Kencana Bogor pada

tahun 2009-2012. Pada tahun 2012 penulis diterima di Jurusan Farmasi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan, Bogor. Selama

kuliah penulis aktif sebagai asisten dosen untuk praktikum farmaseutika, kimia

farmasi, dan farmakologi serta aktif dalam keorganisasian Himpunan Mahasiswa

Farmasi. Pada bulan Februari–Mei 2016 penulis menyelesaikan penelitian tugas

akhir yang berjudul “Formulasi Mikrogranul Mukoadhesif Ekstrak Biji

Alpukat (Persea americana Mill) dengan Perbedaan Konsentrasi Carbopol”,

dan dinyatakan lulus sebagai Sarjana Farmasi setelah melalui sidang

komprehensif pada 02 Agustus 2016 dengan perdikat Sangat Memuaskan.

Page 6: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

iv

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Formulasi Mikrogranul

Mukoadhesif Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill) dengan

Perbedaan Konsentrasi Carbopol”, sebagai salah satu syarat mencapai gelar

Sarjana Farmasi di Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan perhatian dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Erni Rustiani, M.Farm., Apt. selaku pembimbing I dan Sri Wardatun,

M.Farm., Apt. Selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan

arahan.

2. Dekan dan Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Pakuan yang telah membimbing dalam

penyusunan tulisan ini.

3. Seluruh dosen beserta staf karyawan Program Studi Farmasi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor.

4. Kedua orang tuaku yang telah memberikan do’a, semangat serta dukungan

baik moril maupun materil.

5. Keluarga besar Mahasiswa Farmasi khususnya Farmasi angkatan 2012 dan

semua pihak yang terlibat, terimakasih atas bantuan dan dukungannya yang

selalu memberikan do’a, nasihat dan dorongan semangat serta perhatiannya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun

untuk kesempurnaan tulisan ini sebagai bekal untuk masa yang akan datang.

Bogor, September 2016

Penulis

Page 7: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

v

v

RINGKASAN

JENNY ADITIYA J. 066112103. FORMULASI MIKROGRANUL

MUKOADHESIF EKSTRAK BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill)

DENGAN PERBEDAAN KONSENTRASI CARBOPOL di bawah

bimbingan Erni Rustiani dan Sri Wardatun

Biji alpukat merupakan limbah yang memiliki potensi sebagai

antidiabetes, senyawa yang dapat dimanfaatkan adalah tanin yang merupakan

salah satu senyawa polifenol. Tanin dapat digunakan sebagai obat karena dapat

menghambat asupan glukosa dalam darah. Penelitian ini bertujuan membuat

formula mikrogranul dari biji alpukat dengan sistem penghantaran mukoadhesif.

Formula dibuat berdasarkan perbedaan konsentrasi carbopol sebagai polimer

mukoadhesif. Konsentrasi carbopol yang digunakan Kontrol (0%), Formula I

(5%), Formula II (17,5%) dan Formula III (30%).

Hasil pengujian distribusi menunjukkan tiap mikrogranul terdistribusi

sebanyak 100% melewati saringan mesh 40-100. Kadar polifenol total

mikrogranul mukoadhesif sebelum uji wash off adalah 973,999 mg/g + 6,238. Uji

wash off dilakukan selama 2 jam menggunakan alat disintegrator tester. Hasil uji

wash off diperoleh formula terbaik adalah Formula II yang menggunakan

konsentrasi carbopol 17,5% dengan persentasi kadar polifenol total lebih tinggi

dibandingkan dengan formula yang lain sebesar 29,173% pada media usus dan

21,288% pada media lambung. Hasil pemindaian mikrogranul dengan metode

SEM (Scanning Electron Microscope) terhadap Formula II menunjukkan

mikrogranul memiliki bentuk morfologi amorf dan hablur agak kebulatan

sedangkan ukuran berkisar 110,76-115,01 µm. Hasil pemindaian mikrogranul

telah sesuai dengan ketentuan ukuran mikrogranul dan morfologi granul.

Kata Kunci : Biji alpukat, tanin, polifenol, mikrogranul, mukoadhesif,

antidiabetes, wash off

Page 8: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

vi

vi

SUMMARY

JENNY ADITIYA J 066112103. FORMULATION MUCOADHESIVE

MICROGRANULE AVOCADO SEED EXTRACT (Persea americana Mill) WITH

DIFFERENT OF CARBOPOL CONCENTRATION Under The Guidance Of Erni

Rustiani and Sri Wardatun

Avocado seeds are cesspool whose have potential as an antidiabetic, a

compound can be used is a tannin which is one of the polyphenolic. Tannins can

be used as a drug because it can inhibit the intake of glucose in the blood. This

research aims to create a formula microgranule of avocado seed with a

mucoadhesive delivery system. Formula is made based on differences in

concentration of Carbopol as a mucoadhesive polymer. Carbopol concentration

used controls (0%), Formula I (5%), Formula II (17.5%) and Formula III (30%).

The test results showed microgranule distributed 100% pass through a

sieve mesh 40-100. Total polyphenol content of the mucoadhesive microgranule

before wash off test was 973.999 mg/g + 6.238. Test wash off for 2 hours using a

disintegrator appliance tester. The results wash off test standard best formula is

Formula II using Carbopol of 17.5%. Formula II has total polyphenol content

percentage is higher than the other formula of 29.173% in the intestinal media and

21.288% in the stomach media. The scans microgranule with SEM (Scanning

Electron Microscope) to Formula II shows microgranule have amorphous and

crystalline morphology rather roundness while the size range 115.01-110.76 µm.

The scans microgranule accordance with the provisions microgranule size and

morphology of the granules.

Keywords: Avocado seeds, tannins, polyphenols, mucoadhesive,

microgranule, antidiabetic, wash off

Page 9: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

vii

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... i

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. ii

RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

RINGKASAN ............................................................................................... v

SUMMARY .................................................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian ................................................................... 3

1.3 Hipotesis ................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Biji Alpukat (Persea americana Mill) .................... 4

2.1.1 Deskripsi Tanaman ........................................................ 4

2.1.2 Kandungan Kimia ......................................................... 4

2.1.2 Khasiat Biji Alpukat ...................................................... 5

2.2 Ekstrak .................................................................................... 5

2.3 Ekstraksi ................................................................................. 5

2.4 Tanin ....................................................................................... 7

2.5 Mikrogranul ............................................................................ 8

2.6 Mukoadhesif ........................................................................... 9

2.7 Granulasi Basah ...................................................................... 9

2.8 Bahan Tambahan .................................................................... 10

2.9 Pengujian Mutu Mikrogranul Mukoadhesif ........................... 12

2.9.1 Pengujian Wash Off ...................................................... 12

Page 10: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

viii

viii

2.9.2 Bentuk Morfologi ......................................................... 13

2.9.3 Ukuran Partikel ............................................................. 13

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian................................................ 14

3.2 Bahan dan Alat ...................................................................... 14

3.2.1 Bahan........................................................................... 14

3.2.2 Alat .............................................................................. 14

3.3 Metode Penelitian .................................................................. 14

3.3.1 Pengumpulan dan Determinasi Bahan ........................ 14

3.3.2 Pembuatan Simplisia Biji Alpukat .............................. 14

3.3.3 Pengujian Mutu Simplisia Biji Alpukat...................... 15

3.3.3.1 Penetapan Kadar Air ...................................... 15

3.3.3.2 Penetapan Kadar Abu .................................... 15

3.3.3.3 Perhitungan Rendemen Simplisia ................... 15

3.3.4 Pembuatan Ekstrak Kering Biji Alpukat .................... 16

3.3.5 Pengujian Mutu Ekstrak Kering Biji Alpukat ......................... 16

3.3.6 Analisis Kadar Polifenol Total Ekstrak Biji Alpukat .............. 16

3.3.6.1 Persiapan Larutan Blanko ............................... 16

3.3.6.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimal ..... 16

3.3.6.3 Waktu Inkubasi ............................................... 17

3.3.6.4 Penentuan Kurva Kalibrasi ............................. 17

3.3.6.5 Preparasi Sampel ............................................ 17

3.3.7 Pembuatan Mikrogranul Mukoadhesif ....................... 17

3.3.7.1 Formulasi Mikrogranul Mukoadhesif ............. 17

3.3.7.2 Pembuatan Mikrogranul Mukoadhesif ........... 18

3.3.8 Evaluasi Mikrogranul Mukoadhesif ............................ 18

3.3.8.1 Uji Kadar Air .................................................. 18

3.3.8.2 Uji Sudut Istirahat ........................................... 18

3.3.8.3 Uji Aliran ........................................................ 19

3.3.8.4 Uji Distribusi Ukuran Partikel ........................ 19

3.3.8.5 Uji Kadar Polifenol Total ............................... 20

Page 11: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

ix

ix

3.3.8.6 Uji Wash Off ................................................... 20

3.3.8.7 Analisis Kadar Polifenol Total ....................... 21

3.3.8.8 Uji Morfologi dan Ukuran Partikel ................ 21

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Serbuk Simplisia Biji Alpukat ............................................... 22

4.2 Ekstrak Kering Biji Alpukat .................................................. 23

4.3 Hasil Pengujian Analisis Kadar Polifenol Total .................... 24

4.4 Hasil Evaluasi Mikrogranul Mukoadhesif ............................. 25

4.5 Hasil Uji Wash Off ................................................................. 27

4.6 Hasil Pemindaian Mikrogranul Mukoadhesif........................ 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ............................................................................ 31

5.2 Saran ...................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 32

LAMPIRAN ............................................................................................... 36

Page 12: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

x

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Buah Alpukat ...................................................................................... 4

2. Beberapa Struktur Senyawa Polifenol Total ...................................... 8

3. Serbuk Simplisia Biji Alpukat ............................................................ 22

4. Serbuk Ekstrak Kering Biji Alpukat .................................................. 24

5. Sediaan Mikrogranul Mukoadhesif Biji Alpukat ............................... 25

6. Pengujian Wash Off ............................................................................ 28

7. Hasil Pemindaian Mikrogranul .......................................................... 30

Page 13: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

xi

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penggunaan Carbopol ........................................................................ 12

2. Formulasi Mikrogranul Mukoadhesif ................................................ 18

3. Tipe Aliran Berdasarkan Sudut Diam ................................................ 19

4. Tipe Aliran Berdasarkan Harga Daya Alir ........................................ 19

5. Data Uji Mutu Mikrogranul Mukoadhesif .......................................... 26

6. Data Distribusi Mikrogranul ................................................................ 26

7. Kadar Polifenol Total Sesudah dan Sebelum Uji Wash Off ................. 28

Page 14: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

xii

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Prosedur Pembuatan Simplisia dan Ekstrak Biji Alpukat .................... 37

2. Perhitungan Dosis Ekstrak Biji Alpukat .............................................. 38

3. Prosedur Pembuatan Mikrogranul Mukoadhesif ................................. 39

4. Hasil Determinasi Biji Alpukat ............................................................ 40

5. Perhitungan Rendemen ........................................................................ 41

6. Data Hasil Uji Kadar Air dan Kadar Abu Serbuk Simplisia ................ 42

7. Data Hasil Uji Kadar Air dan Kadar Abu Ekstrak Kering Biji

Alpukat ................................................................................................. 43

8. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum, Waktu Inkubasi

dan Pembacaan Absorbansi Kurva Kalibrasi Asam Galat ................... 44

9. Hasil Pembacaan Absorbansi dan Perhitungan Kadar Polifenol Total

Ekstrak Biji Alpukat ............................................................................. 47

10. Data Hasil Uji Kadar Air Tiap Formula ............................................... 48

11. Hasil Pembacaan Absorbansi dan Kadar Polifenol Total Formula

Sebelum dan Sesudah Uji Wash Off .................................................... 49

12. Hasil Uji Morfologi Eksternal SEM .................................................... 51

Page 15: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tanaman alpukat merupakan tanaman yang memiliki potensi besar dalam

pengobatan karena bagian-bagiannya memiliki khasiat sebagai obat, bahkan

secara tradisional dan moderen bagian biji yang umumnya dianggap limbah kini

dipercaya dapat mengobati penyakit. Biji alpukat mengandung beberapa senyawa

polifenol yang dapat digunakan sebagai obat, salah satunya adalah tanin

(Zuhrotun, 2007). Tanin merupakan golongan polifenol yang penting dalam

tumbuhan selain lignin dan melanin. Tanin menyebar luas dalam tumbuhan

berpembuluh, khususnya pada jaringan kayu tumbuhan angiospermae (Harborne,

1987)

Penggunaan tanaman dalam sediaan obat umumnya dalam bentuk ekstrak.

Ekstrak dari bahan alam umumnya memiliki kelarutan yang rendah dalam lemak,

dan menyebabkan rendahnya ketersediaan hayati dalam tubuh, sehingga

diperlukan pengembangan untuk meningkatkan bioavaibilitas yang lebih baik dari

sediaan ekstrak bahan alam (Rajiv, 2013). Beberapa pengembangan ekstrak yang

telah dilakukan dari simplisia biji alpukat yaitu, pembuatan minuman serbuk dari

ekstrak biji alpukat yang dikombinasikan dengan susu dan tepung talas (Agustian,

2015), serta granul efervesen kombinasi ekstrak biji alpukat dan ekstrak kelopak

bunga rosella (Mas’adah, 2015).

Menurut Syamsyuni (2006) granul yang diukur dengan satuan µm yaitu

granul yang dapat melewati lubang ayakan no. 20-400 atau berkisar 38-850 µm.

Pengecilan ukuran granul mampu meningkatkan laju disolusi obat yang

selanjutnya akan meningkatkan absorbsi dan bioavaibilitas obat di dalam tubuh

(Agoes, 2008).

Mukoadhesif adalah suatu sistem penghantaran obat dengan menggunakan

polimer sintetik maupun alam yang dapat berinteraksi dengan mukosa dan dapat

menutupi bagian permukaan mukosa dengan baik. Sistem ini mampu melokalisasi

obat pada lokasi tertentu pada tubuh manusia, sehingga mampu memperlama

Page 16: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

2

waktu kontak obat dengan mukosa (Agoes, 2008). Mukoadhesif dalam bentuk

mikrogranul, mikrosfer, mikrokapsul atau mikrogranular dapat meningkatkan

waktu bioavaibilitas obat dengan meningkatkan kontak sediaan dengan membran

mukosa (Burges, 2007). Hasil penelitian Sutriyo, dkk., (2008) menunjukkan

bahwa bentuk mikrogranul mukoadhesif furosemid dapat menghasilkan sediaan

yang berinteraksi lebih lama dengan mukosa lambung dan usus. Hal ini

merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan

waktu tinggal obat dalam lambung. Penelitian yang dilakukan oleh Ikasari, dkk.,

(2015) mengenai sifat fisika mikrogranul mukoadhesif ranitidin menyatakan

bahwa pengecilan ukuran granul menyebabkan rantidin mudah larut dan

terabsorbsi dengan baik.

Polimer dalam sediaan mukoadhesif sangat penting karena dapat

menjamin interaksi obat yang lebih lama dengan mukosa, oleh karena itu

diperlukan pemilihan polimer yang tepat (Agoes, 2008). Salah satu contoh

polimer mukoadhesif yang sering digunakan adalah carbopol. Penggunaan

carbopol sebagai polimer mukoadhesif sangat baik karena carbopol dapat

memberikan ikatan yang kuat dengan mukus sehingga dapat menghasilkan

bioadhesi yang kuat (Hosmani, 2006). Hasil penelitian Chowdary & Rao (2003)

menyatakan bahwa carbopol dapat digunakan sebagai kombinasi polimer

mukoadhesif yang baik karena dapat meningkatkan daya lekat mikrogranul.

PVP K30 merupakkan salah satu kombinasi yang digunakan sebagai

pengikat yang baik dalam sediaan mukoadhesif. Hasil penelitian Sutriyo, dkk.,

(2008) menyatakan bahwa kombinasi carbopol sebagai polimer mukoadhesif

dengan PVP K30 dapat meningkatkan laju disolusi obat dalam bentuk

mikrogranul mukoadhesif, sedangkan hasil penelitian Ikasari, dkk., (2015)

menunjukkan bahwa kombinasi carbopol dan PVP K30 dapat memperbaiki

disolusi suatu obat untuk meningkatkan bioavaibilitas obat dalam bentuk

mikrogranul dan bentuk serta ukuran mikrogranul ditentukan dengan pemindaian

menggunakan mikroskop elektron.

Penelitian ini akan mengembangkan sediaan mikrogranul mukoadhesif

dari ekstrak biji alpukat dengan variasi konsentrasi carbopol sebesar 5-30% untuk

Page 17: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

3

mengontrol pelepasan obat dan menjamin sediaan memiliki bioadhesif yang kuat

pada mukus (Hosmani,2006). Polimer mukoadhesif dikombinasikan dengan PVP

K30 sebesar (1:1) dengan ekstrak biji alpukat agar dapat membentuk massa

sediaan yang baik. PVP K30 dapat mengembang dalam air dan mengikat dengan

baik sehingga dapat membantu pencampuran ekstrak dan air selama proses

pembuatan (Agoes, 2008). Biji alpukat mempunyai kemampuan sebagai

adstringen yaitu dapat mengendapkan protein selaput lendir di permukaan usus

halus dan membentuk suatu lapisan yang melindungi usus sehingga dapat

menghambat asupan glukosa dan laju peningkatan glukosa darah di dalam tubuh

(BPOM, 2004). Hasil penelitian Zuhrotun (2007) menyatakan bahwa biji alpukat

mengandung senyawa polifenol berupa tanin. Tanin termasuk dalam golongan

polifenol yang dapat mengendapkan protein (Parker, 1993). Hasil penelitian yang

dilakukan Monica (2006) menyatakan bahwa kadar glukosa yang turun dalam

darah karena adannya senyawa tanin yang terkandung dalam biji alpukat.

Senyawa polifenol total dari ekstrak akan dianalisis untuk mengetahui kadar tanin

dan polifenol lain yang terkandung dalam ekstrak biji alpukat. Penentuan kadar

dilakukan sebelum dan sesudah dibuat sediaan.

1.2 Tujuan Penelitian

1. Menentukan konsentrasi carbopol yang paling baik untuk pembuatan

sediaan mikrogranul mukoadhesif dari ekstrak biji alpukat.

2. Menentukan kadar polifenol total ekstrak biji alpukat sebelum dan

sesudah dibuat mikrogranul mukoadhesif dari formula yang terbaik.

1.3 Hipotesis

1. Konsentrasi carbopol tertentu menghasilkan mikrogranul mukoadhesif

yang paling baik.

2. Kadar polifenol total ekstrak biji alpukat sebelum dan sesudah dibuat

sediaan diharapkan tetap.

Page 18: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Alpukat (Persea americana Mill)

2.1.1 Deskripsi Tanaman

Alpukat (Persea americana Mill) berasal dari Amerika tengah. Tumbuh di

daerah tropik dan subtropik dengan curah hujan antara 1.800 - 4.500 mm tiap

tahun. Umumnya tumbuhan ini cocok dengan iklim sejuk serta basah, dan tidak

tahan terhadap suhu rendah maupun tinggi. Buah berbentuk bola lampu sampai

berbentuk bulat telur, panjang 5 - 20 cm, lebar 5 - 20 cm, tanpa sisa bunga, warna

hijau atau kuning kehijauan, berbintik-bintik ungu atau ungu sama sekali, gundul,

harum, berbiji satu berbentuk bola, garis tengah 2,5 - 5 cm (DepKes. RI, 1978).

Gambar buah alpukat dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Buah Alpukat

Biji buah alpukat berbentuk bulat seperti bola, keping biji putih kemerahan

dan termasuk dalam kelas biji berkeping dua (Dicotyledoneae). Kepingan ini

mudah terlihat apabila kulit biji dikuliti. Pada saat masih muda kulit biji sulit

terlepas dari daging buahnya, bila sudah tua kulit biji akan terlepas dengan

sendirinya (Indriani dan Suminarsih, 1997).

2.1.2 Kandungan Kimia

Skrining fitokimia yang dilakukan oleh Zuhrotun (2007) terhadap

simplisia dan ekstrak etanol biji buah alpukat bentuk bulat mengandung senyawa

Biji

Daging

Kulit

Kulit Biji

Page 19: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

5

polifenol yaitu flavonoid, triterpenoid, kuinon, tanin, monoterpenoid dan

seskuiterpenoid sedangkan senyawa saponin hanya terdeteksi pada ekstraknya

saja.

Kandungan tanin biji alpukat berbeda-beda tergantung pada jenisnya.

Tanin total pada biji alpukat biasa kering, biji alpukat mentega kering, biji alpukat

biasa segar dan biji alpukat mentega segar berturut-turut adalah 117 mg/kg, 112

mg/kg, 41,335 mg/kg, dan 41 mg/kg (Mlangngi, dkk., 2012).

2.1.3 Khasiat Biji Alpukat

Biji alpukat memiliki senyawa polifenol berupa tanin yang berkhasiat

sebagai adstringen dapat mengendapkan protein selaput lendir di permukaan usus

halus dan membentuk suatu lapisan pelindung usus, sehingga menghambat asupan

glukosa dan laju peningkatan glukosa darah tidak terlalu tinggi (Parker,1993 &

BPOM, 2004).

2.2 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah

ditetapkan (DepKes.RI, 1995). Ekstrak dikelompokan atas sifatnya, yaitu (Voight,

1995) :

a. Ekstrak encer adalah sediaan yang memiliki konsentrasi semacam madu

dan dapat dituang.

b. Ekstrak kental adalah sediaan yang dalam keadaan dingin dan tidak dapat

dituang. Kandungan airnya sampai 30%.

c. Ekstrak kering adalah sediaan yang memiliki konsentrasi kering dan

mudah dituang, sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari

5%.

d. Ekstrak cair, ekstrak yang dibuat sedemikian rupa sehingga 1 bagian

simplisia setara dengan 2 bagian ekstrak cair.

Page 20: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

6

2.3 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia

yang diekstraksi mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang

tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain (DepKes.RI,

2000). Ekstraksi dengan menggunakan pelarut menjadi 2 cara, yaitu cara dingin

dan cara panas. Ekstraksi cara dingin antara lain :

Jenis – jenis Ekstraksi

a. Cara Dingin

1. Maserasi

Maserasi berasal dari bahasa latin Macerace berarti mengairi dan

melunakkan. Dasar dari maserasi adalah melarutnya bahan kandungan

simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan,

ekstraksi bahan kandungan dari sel yang utuh. Semakin besar

perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin

banyak hasil yang diperoleh (Voight, 1994).

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna (Exhaustiva extraction) yang umumnya dilakukan pada

temperatur ruangan. Proses perkolasi terdiri dari tahapan pengembangan

bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan atau

penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat)

(DepKes. RI, 2000).

b. Cara Panas

1. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya

selama waktu tertentu dan dalam jumlah pelarut terbatas yang relatif

konstan dengan adanya pendingin balik (DepKes.RI, 2000).

Page 21: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

7

2. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum

dilakukan pada temperature 40-50°C (DepKes.RI, 2000).

3. Infus

Infus adalah proses penyarian yang umumnya dilakukan untuk menyari zat

kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan – bahan nabati. Proses ini

dilakukan pada suhu 90°C selama 15 menit (DepKes. RI, 2000).

4. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai

titik didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-100°C (DepKes. RI, 2000).

5. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru

dan yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstrak

kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin

balik (DepKes.RI, 2000).

2.4 Tanin

Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae

terdapat khusus dalam jaringan kayu. Tanin terletak terpisah dari protein dan

enzim sitoplasma, bila jaringan tumbuhan rusak, misalnya hewan memakannya,

maka dapat terjadi reaksi penyamakan. Sebagian besar tumbuhan yang banyak

mengandung tanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya sepat,

sehingga mungkin mempunyai arti sebagai pertahanan bagi tumbuhan (Harborne,

1987).

Secara garis besar, tanin terbagi menjadi dua golongan : tanin dapat

terhidrolisiskan yang terbentuk dari esterifikasi gula (misalnya glukosa) dengan

asam fenolat sederhana yang merupakan tanin turunan siklamat (misalnya asam

galat), dan tidak terhidrolisis yang kadang disebut dengan tanin terkondensasi,

yang berasal dari reaksi polimerisasi (kondensasi) antar flavonoid (Heinrich, dkk.,

2009).

Page 22: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

8

Tanin terkondensasi secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan

cara kondensasi katekin tunggal (galokatekin) yang membentuk senyawa dimer

dan kemudian oligomer yang lebih tinggi. Proantosianidin merupakan nama lain

dari tanin terkondensasi karena jika direaksikan dengan asam panas, beberapa

ikatan karbon penghubung satuan terputus dan dibebaskalah monomer

antosianidin (Harborne, 1987).

Tanin terhidrolisiskan terutama terdiri atas dua kelas, yang paling

sederhana ialah depsida galoiglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa

dikelilingi oleh lima gugus ester galoil atau lebih. Asam galat merupakan salah

satu senyawa tanin terhidrolisis yang mempunyai molekul berbentuk senyawa

dimer yaitu asam heksahidroksi difenat yang berikatan dengan glukosa, yang

apabila dihidrolisis elagitanin ini menghasilkan asam elagat (Harborne, 1987).

Struktur bebrapa senyawa tanin dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Beberapa struktur senyawa tanin

(Parker, 1993)

2.5 Mikrogranul

Granul merupakan gumpalan yang terbentuk dari partikel yang kecil,

umumnya berbentuk kebulat-bulatan, tidak merata dan menjadi seperti partikel

tunggal yang lebih besar. Granulasi merupakkan proses yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan mengalir serbuk (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013).

Mikrogranul adalah sediaan granul yang diukur dalam satuan mikrometer,

umumnya satuan mikron diberikan pada partikel berukuran kecil dengan lambang

µm berkisar 100-600 mikrometer (Anonim, 2013), sedangkan menurut Syamsyuni

(2006) Granul yang digolongkan dalam ukuran mikrometer berkisar antara 38-850

µm atau granul yang dapat melewati lubang pengayak no.20-400.

Page 23: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

9

2.6 Mukoadhesif

Sistem penghantaran obat mukoadhesif yang menghasilkan bentuk sediaan

berinteraksi lebih lama dengan mukosa yang terdapat dalam lambung dan usus,

merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan

waktu tinggal obat dalam lambung. Obat akan ditahan untuk waktu yang lebih

lama dalam saluran pencernaan, sehingga diharapkan proses absorpsinya menjadi

lebih signifikan (Agoes, 2008).

Polimer yang dapat melekat pada lapisan mukosa dapat dibedakan menjadi

tiga kategori, yaitu (Zate, dkk., 2010) :

a. Polimer yang menjadi lengket saat kontak dengan air.

b. Polimer yang melekat melalui ikatan nonspesifik dan nonkovalen.

c. Polimer yang berikatan dengan reseptor yang spesifik pada permukaan sel.

Karakteristik polimer mukoadhesif yaitu molekul dengan ikatan hidrogen

yang kuat, bermuatan anionik kuat, fleksibel pada penetrasi jaringan, tegangan

permukaan yang sesuai serta berbobot molekul tinggi. Sistem mukoadhesif dapat

menjamin sediaan dapat tinggal pada bagian tubuh tertentu sehingga dapat

meningkatkan ketersediaan hayati, sistem ini akan terjadi jika terdapat air, atau

dengan kata lain polimer harus mampu mengembang dan menyebar pada mukus

(Agoes, 2008).

2.7 Granulasi Basah

Granulasi basah adalah aglomerasi serbuk dengan cara pengadukan

dengan penambahan cairan yang umumnya campuran dari cairan pengikat yang

sudah dicampurkan dengan massa kering (Agoes, 2008). Metode ini dapat

meminimalkan debu pada saat produksi, pencegahan serbuk menjadi terpisah

dengan masa granul selama pemrosesan, serta dengan adannya variasi pemilihan

pelarut yang tepat laju disolusi dan pelepasan sediaan dapat diperbaiki. Zat

berkhasiat, pengisi, dan penghancur dicampur homogen, lalu dibasahi dengan

larutan pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan

dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50°C, setelah kering diayak

kembali untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan (Anief, 2000).

Page 24: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

10

2.8 Bahan Tambahan

- Bahan Pengisi (Filler)

Bahan pengisi dapat berfungsi untuk meningkatkan dan memperoleh

massa agar mencukupi jumlah bobot yang diinginkan, bahan pengisi juga dapat

berfungsi untuk memperbaiki laju alir, sehingga mudah dikempa, serta memenuhi

persyaratan eksipien, meliputi inert, stabil secara fisik dan kimia, bebas mikroba

perusak dan patogen, mendukung bioavaibilitas, tersedia dalam perdagangan dan

harga relatif murah, contohnya seperti mikrokristalin selulosa (Avicel PH 102)

(Anwar, 2012).Pada peningkatan masa ruahan, konsentrasi yang dapat digunakan

dalam sediaan bergantung pada jumlah dan bentuk sediaan yang dikehendaki,

umumnya penggunaan bahan pengisi dapat mencapai 80-90%. Zat yang lazim

digunakan tergantung dari fungsi yang diinginkan baik bahan yang dapat larut

dengan air seperti Laktosa dan bahan tidak larut air seperti mikrokristalin selulosa

(Avicel PH 102) (Agoes, 2008).

Mikrokristalin selulosa atau Avicel adalah sebagian depolimer selulosa

berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa, bubuk kristal terdiri dari partikel

berpori. Tersedia secara komersial dalam ukuran partikel dan kelembaban yang

berbeda, memiliki nilai sifat dan aplikasi yang berbeda. Bahan tambahan ini dapat

digunakan sebagai pengisi dan penghancur yang baik (Rowe, dkk., 2009).

Mikrokristalin memiliki sifat ikatan yang kuat, sebagian besar dalam bentuk pori-

pori internal dan sebagian besar terikat pada unit kecil selulosa melalui ikatan

hidrogen. Pada granulasi basah mikrokristalin digunakan sebagai pengisi maupun

pengikat. Avicel PH 102 memiliki ukuran partikel besar (90µm) yang berguna

untuk meningatkan sifat aliran (Agoes, 2008).

- Bahan Pengikat (Binder)

Bahan pengikat adalah bahan yang berperan penting dalam menciptakan

sifat kohesif dan adhesif yang dapat mengaglomerasi partikel serbuk membentuk

granul yang kompak, sehingga granul yang akan dibentuk dapat memiliki ukuran

seragam setelah diayak (Agoes, 2008). Bahan ini juga penting peranannya dalam

proses pembentukan granul dari partikel-partikel yang tidak homogen menjadi

partikel-partikel sferis yang lebih besar dan lebih homogen. Bahan pengikat tidak

Page 25: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

11

boleh menghalangi disintegrasi tablet maupun pelepasan zat aktif untuk

diabsorpsi. Bahan pengikat yang dapat digunakan dalam granulasi basah

contohnya seperti Poli Vinil Pirolidon K-30 dengan pelarut air atau campuran

pelarut yang sesuai (Anwar, 2012). Pada penambahan pengikat dapat dilakukan

secara kering atau dengan menggunakan pelarut tunggal maupun campur,

pengikat dalam bentuk larutan umumnya lebih efektif (Lachman dan Liberman,

1994).

Poli Vinil Pirolidon merupakan zat larut alkohol yang digunakan dalam

konsentrasi 3 sampai 15%. Granulasi yang menggunakan sistem PVP-alkohol

dapat diproses dengan baik, cepat kering, dan sifat kempa sangat baik (Siregar,

2010). PVP dapat digolongkan sebagai pembawa dalam obat dengan pelepasan

terkendali, polimer ini termasuk dalam bahan serbaguna dapat digunakan sebagai

pembawa untuk sistem dispersi padat yang baik (Agoes, 2008).

- Bahan Penghancur (Disintegrant)

Bahan penghancur merupakan bahan yang digunakan untuk

mempermudah memecah granul menjadi partikel yang lebih halus dalam saluran

cerna (Agoes, 2008). Menurut Anwar (2012), syarat suatu bahan dapat dipakai

sebagai penghancur antara lain memungkinkan terjadinnya proses kapilerisasi

cairan, mudah mengembang dan meningkatkan kemampuan pembasahan tablet,

contohnya seperti mikrokristalin selulosa (Avicel PH 102).

- Polimer Mukoadhesif

Polimer mukoadhesif merupakan bahan yang digunakan sediaan yang

ditujukan untuk pelepasan diperlambat. Polimer yang baik dapat menunjukan

interaksi obat lebih lama dengan mukosa. Umumnya polimer yang ideal

digunakan adalah polimer yang dapat mengembang dalam air, terdiri dari

campuran yang memiliki bobot molekul tinggi sehingga mampu meningkatkan

adhesi, mengandung gugus pembentuk ikatan hidrogen serta anionik kuat,

contohnya seperti carbopol (Agoes, 2008).

Carbopol adalah polimer mukoadhesif berbobot molekul tinggi yang

terbentuk dari unit monomer asam akrilat yang berulang. Rantai polimer tersebut

ditaut silang dengan alil sukrosa atau alil pantaeritritol. Mengandung antara 52%

Page 26: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

12

dan 68 % asam karboksilat (COOH) dihitung berdasarkan bobot kering (Rowe,

dkk., 2009). Carbopol dapat mengembang dan menyerap air sehingga banyak

digunakan dalam komponen obat lepas terkendali. Polimer ini juga dapat

meningkatkan viskositas, pensuspensi, serta bioadhesif yang kuat dengan mukus

(Hosmani, 2006). Carbopol terdapat dalam bentuk halus berwarna putih, asam,

higroskopis dan dengan sedikit bau yang khas (Rowe, dkk., 2009). Tabel

konsentrasi penggunaan carbopol dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penggunaan carbopol

Penggunan Konsentrasi %

Emulsifing agent 0,1-0,5

Gelling agent 0,5-2.0

Suspending agent 0,5-1,0

Tablet binder 0,75-3,0

Controlled-release agent 5,0-30,0

Sumber : Rowe, dkk., 2009

2.9 Pengujian Mutu Mikrogranul Mukoadhesif

2.9.1 Pengujian Wash Off

Pengukuran adhesif pada sediaan mukoadhesif sangat diperlukan. Obat

dalam berbagai bentuk fisika dapat berada dalam substrat biologi dengan berbeda

sifat, sehingga diperlukan uji sederhana untuk mengetahui jumlah potensial

mukoadhesifnya (Agoes, 2008). Menurut Sutriyo, dkk., (2008) uji wash off

bertujuan untuk mengetahui kemampuan mikrogranul melekat pada mukosa

lambung dan usus, dengan menghitung jumlah mikrogranul yang masih melekat

pada lambung dan usus. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Indrawati, dkk.,

(2005) pengukuran daya lekat granul dengan uji wash off dihitung jumlah granul

yang masih menempel setiap 30 menit selama 2 jam.

Page 27: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

13

2.9.2 Bentuk Morfologi

Sediaan farmasi obat dalam bentuk solida memiliki perbedaan dalam

bentuk fisik baik dalam kristal maupun amorf yang selalu lebih larut dari bentuk

kristalnya (Agoes, 2008). Menurut penelitian yg dilakukan oleh Ikasari, dkk.,

(2015) hasil pengujian morfologi mikrogranul sama dengan bentuk granul pada

umumnya, yaitu berbentuk partikel bulat, amorf dan seragam dengan ukuran

mikron. Bentuk mikrogranul yang ditunjukkan dengan mikroskop cahaya adalah

amorf dan morfologi mikrogranul diperiksa dengan pemindaian mikroskop

elektron, photomikrograpis dengan pembesaran 1000x.

2.9.3 Ukuran Partikel

Pengecilan ukuran partikel dapat meningkatkan luas permukaan,

kecepatan disolusi dan meningkatnya absorbsi pada saluran cerna. Proses yang

dapat dilakukan untuk menyeragamkan ukuran partikel dengan ukuran diperkecil

antara lain penggilingan, pengayakan atau kristalisasi (Agoes, 2008). Pengujian

ukuran dilakukan dengan menggunakan mikroskop elektron untuk mengetahui

ukuran mikrogranul yang seragam dalam satuan mikron. Pengujian yang

dilakukan oleh Szymańska dan Katarzyna (2012) ukuran mikrogranular dan

analisis bentuk mikrogranular diamati dibawah perbesaran 10x menggunakan

mikroskop optik dilengkapi dengan kamera (Motic BA400, Wetzlar, Jerman).

Ukuran granul yang diukur dalam mikrometer berkisar 38-850 µm atau granul

yang dapat melewati lubang pengayak no.20-400 (Syamsyuni, 2006).

Page 28: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

14

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Februari sampai Mei 2016 di

Laboratorium Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Pakuan Bogor.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji alpukat

(Persea americana Mill), PVP-K30, Carbopol 934P, Avicel PH-102, akuades,

potongan mukosa lambung dan usus tikus putih segar, medium cairan lambung

dan usus buatan, asam galat, besi (III) ammonium disulfat, kalium besi (III)

sianida, larutan gelatin, asam natrium klorida, kaolin, lem sianoakrilat, parafilm,

natrium klorida P, asam korida P, natrium Hidroksida 0,2 N, kalium hidrogen

fosfat.

3.2.2 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: neraca analitik,

oven, grinder, tanur (Vulcan A-55®), Moisture Balance (AND MX-50®), Vacuum

Dryer, Silent Crusher (Heidolph®), Mikroskop elektron, Spektrofotometer UV-

VIS, Disintegrator Tester (LIJ-1®), Ayakan, dan alat-alat gelas lainnya.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Pengumpulan dan Determinasi Bahan

Biji alpukat yang akan digunakan diperoleh dari kawasan kampus

Universitas Pakuan Bogor. Determinasi tanaman dilakukan di Pusat Konservasi

Tumbuhan (PKT) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor.

3.3.2 Pembuatan Simplisia Biji Alpukat

Biji dari buah alpukat yang telah matang sebanyak 3 kg dibersihkan dan

dicuci dengan air mengalir sampai bersih lalu ditiriskan. Biji alpukat dipotong

kecil-kecil membujur dengan tebal sekitar 1-2 mm untuk mempercepat

Page 29: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

15

pengeringan. Potongan biji alpukat dikeringkan didalam oven pada suhu kurang

lebih 50oC, simplisia kering dibersihkan kembali dari kotoran yang mungkin

tercemar pada saat pengovenan (sortasi kering). Selanjutnya simplisia kering

digrinder menjadi simplisia serbuk dan diayak menggunakan ayakan mesh 30

sehingga diperoleh simplisia serbuk, dan disimpan dalam wadah bersih tertutup

rapat. Alur pembuatan serbuk simplisia terdapat di Lampiran 1.

3.3.3 Pengujian Mutu Simplisia Biji Alpukat

3.3.3.1 Penetapan Kadar Air

Penentuan kadar air dilakukan dengan menggunakan moisture balance.

Sampel sebanyak 1 gram dimasukan, disiapkan alat pada suhu 1050C selama 1

menit. Kemudian kadar yang tertera pada moisture balance dicatat. Dilakukan

pengulangan 3 kali (triplo).

3.3.3.2 Penetapan Kadar Abu

Ditimbang 2-3 gram sampel dengan seksama, dimasukkan ke dalam krus

platina atau krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, diratakan. Dipijarkan

dengan suhu ±600°C perlahan-lahan hingga arang habis, didinginkan lalu

ditimbang hingga bobot konstan ±0,25%. Jika dengan cara ini arang tidak dapat

dihilangkan, ditambahkan air panas, disaring dalam krus yang sama. Dimasukkan

filtrat ke dalam krus, diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang.

Dihitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. Dilakukan

pengulangan 3 kali (triplo) caranya yaitu dengan memasukkan krus ke dalam

tanur secara bersamaan. Kadar abu biji alpukat tidak lebih dari 5% (DepKes. RI,

1978).

Cara perhitungannya:

3.3.3.3 Perhitungan Rendemen Simplisia

Perhitungan rendemen simplisia yaitu dengan membandingkan antara

bobot simplisia segar dengan bobot akhir yang diperoleh.

% Abu Total = 𝐁𝐨𝐛𝐨𝐭 𝐚𝐛𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡

𝐁𝐨𝐛𝐨𝐭 𝐚𝐰𝐚𝐥 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥 x 100 %

Page 30: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

16

Cara Menghitung :

3.3.4 Pembuatan Ekstrak Kering Biji Alpukat

Sebanyak 30 g serbuk simplisia biji alpukat dimasukkan kedalam bejana

yang berisi 1 L air dan dipanaskan diatas kompor sampai mendidih selama kurang

lebih 45 menit atau sampai volume air 0,25 L lalu disaring untuk kemudian

filtratnya dipisahkan (perlakuan pertama). Residu yang diperoleh kemudian

ditambahkan lagi air sebanyak 1 L dan diperlakukan sama seperti perlakuan

pertama sampai 4 kali perlakuan, maka didapatlah volume filtrat sebanyak 1 L

dengan dosis 30 g/L (Koffi, dkk., 2009). Filtrat yang dihasilkan dibuat ekstrak

kering dengan bantuan alat Vacuum dryer. Tahapan pembuatan ekstrak kering biji

alpukat dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.3.5 Pengujian Mutu Ekstrak Kering Biji Alpukat

Pengujian mutu ekstrak meliputi uji fisik serta perhitungan rendemen.

Prosedurnya sama dengan pengujian mutu pada simplisia biji alpukat.

3.3.6 Analisis Kadar Polifenol Total Ekstrak Kering Biji Alpukat

3.3.6.1 Persiapan Larutan Blanko

Sebanyak 1 mL akuadestilata ditambahkan 6mL besi (III) amonium

disulfat 0,2 M, diaduk selama 20 menit, ditambahkan 6 mL kalium besi (III)

sianida 0,01 M dan diaduk selama 20 menit. Ditambahkan akuadestilata sampai

50 mL.

3.3.6.2 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimal

Dibuat larutan induk asam galat 100 μg/mL dalam akuadestilata dan

diencerkan hingga 25 μg/mL. Sebanyak 2mL larutan dipipet, ditambahkan 6 mL

besi (III) amonium disulfat 0,2 M, diaduk selama 20 menit, ditambahkan 6 mL

kalium besi (III) sianida 0,01 M dan diaduk selama 20 menit. Akuades

ditambahkan hingga 50 mL, sehingga diperoleh konsentrasi akhir 1 μg/mL.

Diukur serapannya pada panjang gelombang 600 - 800 nm (Mustikasari, 2012).

Rendemen Simplisia = 𝐁𝐨𝐛𝐨𝐭 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡

𝐁𝐨𝐛𝐨𝐭 𝐬𝐢𝐦𝐩𝐥𝐢𝐬𝐢𝐚 𝐬𝐞𝐠𝐚𝐫 x 100%

Page 31: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

17

3.3.6.4 Penentuan Waktu Inkubasi

Dipipet sebanyak 0,5 mL larutan standar asam galat 100 ppm dan

ditambahkan 6 mL besi (III) amonium disulfat 0,2 M diaduk selama 20 menit,

ditambahkan 6 mL kalium besi (III) sianida 0,01 M dan diaduk selama 20 menit.

Akuades ditambahkan hingga 50 mL. Dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu

kamar. Ukur serapannya pada panjang gelombang maksimum pada 5, 10, 15, 20,

25, 30, 35, 40 menit hingga didapat serapan optimum yang stabil.

3.3.6.3 Penentuan Kurva Kalibrasi

Dari larutan baku asam galat 100 ppm dipipet masing-masing 2, 4, 6, 8,

dan 10 mL ke dalam labu ukur 50 mL. Masing-masing ditambahkan dengan 6 mL

besi (III) amonium disulfat 0,2 M diaduk 20 menit, dan 6 mL kalium besi (III)

sianida 0,01 M diaduk 20 menit, kemudian ditambahkan akuadestilata sampai 50

mL. Ukur serapannya pada panjang gelombang maksimal yang dihasilkan

(Mustikasari, 2012).

3.3.6.4 Preparasi Sampel

Sebanyak 0,06 g serbuk ekstrak kering biji alpukat dididihkan dengan 80

mL akuadestilata. Larutan disaring serta dibilas dengan 2 x 5 mL akuadestilata

dan ditepatkan hingga 100 mL, diambil sebanyak 5 mL ekstrak, ditambahkan

akuadestilata hingga 10 mL. Kemudian diambil 1 mL dari labu ukur 10 mL dan

dimasukan dalam labu ukur 50 mL ditambahkan 6 mLbesi (III) amonium disulfat

0,2 M dan diaduk selama 20 menit. Kemudian ditambahkan 6 mL kalium besi

(III) sianida 0,01 M dan diaduk selama 20 menit serta ditambahkan akuadestilata

hingga 50 mL. Larutan diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum

yang dihasilkan.

3.3.7 Pembuatan Mikrogranul Mukoadhesif

3.3.7.1 Formulasi Mikrogranul Mukoadhesif

Mikrogranul mukoadhesif dibuat sebanyak 4 formula dengan perbedaan

konsentrasi carbopol, setiap formula dibuat sebanyak 100 gram.

𝐊𝐚𝐝𝐚𝐫 =𝑲𝒂𝒅𝒂𝒓 (𝒑𝒑𝒎) 𝒙 𝒗𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 (𝒎𝒍)𝒙 𝒇𝒂𝒌𝒕𝒐𝒓 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒆𝒏𝒄𝒆𝒓𝒂𝒏

𝟏𝟎𝟎𝟎 𝒙 𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 (𝒈) − (𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 (𝒈)𝒙 𝒌𝒂𝒅𝒂𝒓 𝒂𝒊𝒓

Page 32: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

18

Tabel 2. Formula Mikrogranul Mukoadhesif

Bahan Kontrol

(%)

Formula I

(%)

Formula II

(%)

Formula III

(%)

Ekstrak biji alpukat* 10 10 10 10

PVP K30 10 10 10 10

Carbopol 934P - 5 17,5 30

Avicel PH102 ditambahkan

hingga

100 100 100 100

Keterangan * : Perhitungan dosis ekstrak dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.3.7.2 Prosedur Pembuatan Mikrogranul Mukoadhesif

Ekstrak kering biji alpukat dicampurkan dengan larutan PVP K30 dalam

etanol 96% (1:3), kemudian diuapkan hingga bobot campuran hilang 50%.

Dispersi tersebut dihomogenkan kembali dengan silent crusher (Heidolph®)

dengan kecepatan 20-35 RPM (x1000). Dibuat massa suspensi campuran carbopol

934P dan Avicel PH102 dengan penambahan akuades, kemudian dicampurkan

dengan campuran Ekstrak kering biji alpukat dan PVP K30, lalu dihomogenkan

kembali dengan silent crusher (Heidolph®). Massa dikeringkan dalam oven

dengan suhu 35˚C+ 0,5 ˚C, setelah kering kemudian digrinder dan diayak dengan

mesh 100. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap mikrogranul mukoadhesif

(Ikasari, dkk., 2015). Tahapan pembuatan mikrogranul mukoadhesif dapat dilihat

pada Lampiran 3.

3.3.8 Evaluasi Mikrogranul Mukoadhesif

3.3.8.1 Uji Kadar Air

Penentuan kadar air mikrogranul mukoadhesif dilakukan dengan

menggunakan moisture balance.

3.3.8.2 Uji Sudut Istirahat

Pengujian sudut istirahat dilakukan dengan memasukkan sejumlah 50

gram granul ke dalam corong. Massa yang jatuh akan membentuk kerucut, lalu

diukur tinggi dan diameter kerucut. Percobaan ini dilakukan sebanyak 3 kali.

Tipe aliran berdasarkan sudut istirahat dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 33: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

19

Rumus : Tan-1 α = ℎ

𝑟

Keterangan :

α = Sudut diam (˚)

h = Tinggi tumpukan granul (cm)

d = Diameter tumpukan granul (cm)

Tabel 3. Tipe Aliran Berdasarkan Sudut Diam.

Sudut Istirahat (α) Keterangan

< 250 Sangat Mudah Mengalir

250<α<400 Mudah Mengalir

>400 Sukar Mengalir

Sumber: Aulton,1988

3.3.8.3 Uji Aliran

Uji aliran dilakukan dengan cara sebanyak 50 gram granul dilewatkan ke

dalam alat granule flow tester sampai massa melewati corong, kemudian dicatat

waktunya. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali. Penghitungan daya aliran

dilakukan menggunakan rumus:

Keterangan:

f = Daya aliran (gram/detik)

T = Waktu (detik)

M = Massa Granul (gram)

Tabel 4. Tipe Aliran Berdasarkan Harga Daya Alir

Harga daya alir (f) Keterangan

>10 Bebas mengalir

4 – 10 Mudah mengalir

1,4 – 4 Kohesif

<1,4 Sangat kohesif Sumber : Aulton, 1988.

3.3.8.4 Uji Distribusi Ukuran Granul

Diambil 50 gram mikrogranul tiap formula secukupnya untuk pengujian.

Distribusi ukuran partikel dilakukan dengan analisis ayak menggunakan pengayak

standar yaitu mesh 40, 60, 80 dan 100 dengan ukuran granul antara 150-425 µm,

dihitung jumlah persentase bobot mikrogranul yang lolos dari tiap ayakan.

f = M

T

α

h

r

Page 34: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

20

3.3.8.5 Uji Kadar Polifenol Total

Ditimbang mikrogranul yang setara dengan 1 gram ekstrak kering biji

alpukat. Penentuan kadar polifenol total pada mikrogranul mukoadhesif ekstrak

kering biji alpukat (Persea americana Mill) ini dilakukan tahapan yang sama

seperti penentuan kadar polifenol total pada ekstrak kering biji alpukat (Persea

americana Mill) diukur sebanyak 3 kali pengulangan.

3.3.8.6 Uji Wash Off

- Pembuatan cairan lambung buatan tanpa enzim

Dilakukan dengan cara melarutkan 2,0 gram NaCl P dalam 7,0 ml HCl

P.Kemudian cairan ini ditambahkan dengan air suling hingga 1 liter dan

diperiksa pada pH 1,2 + 0,1 (Suryani, dkk., 2009).

- Pembuatan cairan usus buatan tanpa enzim

Dilakukan dengan cara mencampurkan larutan 6,8 mL kalium hidrogen

fosfat dalam 250 mL air suling dengan 190 mL NaOH 0,2 N yang telah

diencerkan hingga 400 mL. Selanjutnya, pH campuran diatur hingga 7,5 +

0,1 dengan penambahan NaOH 0,2 N dan digenapkan dengan air suling

hingga 1 liter (Suryani, dkk., 2009).

- Penyiapan membran mukosa lambung dan usus

Dilakukan melalui tahapan berikut : a) Tikus yang dipilih adalah tikus

yang sehat dengan bobot 250 g. Sehari sebelumnya tikus dipuasakan

terlebih dahulu, b) Tikus dimatikan dengan kloroform atau eter, c)

Pembedahan dilakukan pada bagian abdomal, kemudian organ lambung

dan usus diambil, d) Jaringan dicuci dengan NaCl fisiologis dan kemudian

organ lambung direndam dengan cairan lambung dan organ usus direndam

dengan cairan usus buatan (Suryani, dkk., 2009).

- Cara kerja uji Wash Off

Disiapkan kaca objek sebagai media pelekatan potongan jaringan lambung

atau usus tikus segar dengan menggunakan lem sianoakrilat, ditempatkan

secara merata mikrogranul mukoadhesif pada mukosa lambung atau usus.

Kaca objek ditempatkan pada alat uji disintegrasi dan gerakan dengan

kecepatan 30 kali per menit, dalam medium cairan lambung atau cairan

Page 35: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

21

usus buatan tanpa enzim pada suhu 37˚C selama 2 jam (Indrawati, dkk.,

2005), kemudian ditentukan kandungan tanin yang masih melekat pada

mukosa.

3.3.8.7 Analisis Kadar Polifenol Total

Diambil mikrogranul mukoadhesif yang masih menempel pada mukosa

lambung dan usus setelah uji wash off. Penentuan kadar polifenol total pada

mikrogranul mukoadhesif ekstrak kering biji alpukat (Persea americana Mill) ini

dilakukan tahapan yang sama seperti penentuan kadar polifenol total pada ekstrak

kering biji alpukat (Persea americana Mill) dilakukan sebanyak 3 kali. Dilakukan

perbandingan dengan uji analisis kadar polifenol total sebelum uji wash off.

3.3.8.8 Uji Morfologi dan Ukuran

Diambil secukupnya mikrogranul pada formula terbaik setelah uji wash off

untuk pengujian ukuran dengan mikroskop elektron yang telah dihubungkan

dengan komputer. Dicatat ukuran yang muncul dalam satuan mikron dan

morfologi bentuk partikel dari mikrogranul.

Page 36: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

22

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Serbuk Simplisia Biji Alpukat

Hasil determinasi di Pusat Konservasi Tumbuhan LIPI Bogor

menunjukkan bahwa buah alpukat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

jenis Persea americana Mill. Hasil determinasi dapat dilihat pada Lampiran 4.

Biji alpukat diperoleh di kawasan kampus Universitas Pakuan Bogor dari

pedagang es buah. Biji alpukat yang digunakan sebanyak 4 kg kemudian dipotong

membujur dan dikeringkan menjadi simplisia. Simplisia kering kemudian

dihaluskan dan diayak dengan mesh 30 hingga diperoleh 1,327 kg dengan

rendemen 33,175 % b/b dan kadar air 2,561%. Penelitian yang dilakukan oleh

Agustian (2015) diperoleh rendemen simplisia kering sebanyak 35,27 % b/b dan

kadar air 3,50%. Kadar air yang diperoleh memenuhi ketentuan kadar air DepKes

RI (1985) yaitu tidak lebih dari 5%. Data perhitungan rendemen selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran 6.

Karakteristik dari serbuk simplisia biji alpukat yaitu memiliki warna

coklat pucat, berbau khas dan memiliki rasa yang sedikit kelat serta pahit di lidah.

Penelitian yang dilakukan oleh Agustian (2015) serbuk simplisia biji alpukat

memiliki warna krem kecoklatan, berbau khas dan terasa kelat di lidah. Gambar

simplisia serbuk dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Serbuk Simplisia Biji Alpukat

Hasil pengujian kadar abu rata-rata yaitu 4,023%, sedangkan kadar abu

yang didapat oleh Agustian (2015) sebesar 3,14%. Hal ini menunjukkan bahwa

kadar abu yang diperoleh memenuhi kadar abu simplisia umum yaitu kurang dari

Page 37: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

23

5%. Penentuan kadar abu ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan zat

organik dan mineral logam dalam simplisia, jika kadar abu melebihi persyaratan

yang telah ditentukan maka simplisia tersebut tidak layak digunakan untuk bahan

baku pembuatan jamu (Depkes, 1977). Perhitungan selengkapnya untuk uji kadar

abu dapat dilihat pada Lampiran 6.

4.2 Ekstrak Kering Biji Alpukat

Ekstrak kering biji alpukat diperoleh dengan cara mengesktraksi serbuk

biji alpukat menggunakan metode infundasi dengan akuades. Metode infundasi

merupakan penyarian menggunakan suhu 100˚C (mendidih). Metode ini

digunakan karena senyawa tanin tahan terhadap panas (Heinrich, dkk., 2009).

Penggunaan akuades sebagai pelarut dikarenakan senyawa tanin dalam biji

alpukat bersifat polar. Senyawa polifenol seperti tanin memiliki banyak gugus

karboksil sehingga tingkat kelarutannya dalam pelarut polar cukup yang tinggi

(Robinson, 2005).

Hasil ekstrak kering biji alpukat yang diperloleh dari 1 L ekstrak cair yang

divaccum dryer sebesar 4,75 g dengan rendemen 15,833%. Pembuatan ekstrak

kering biji alpukat yang dilakukan oleh Agustian (2015) didapatkan rendemen

ekstrak sebesar 17,33%. Perhitungan rendemen dapat dilihat pada Lampiran 5.

Penelitian yang dilakukan oleh Koffi et al,. (2009) didapatkan dosis efektif

antidiabetes dari biji alpukat yaitu 15% dari hasil ekstraksi, sehingga diperoleh

0,71 g untuk dosis kelinci. Dosis yang digunakan diperoleh dari hasil konversi

dosis kelinci untuk dosis manusia yaitu 14,2 kali, sehingga diperoleh dosis sebesar

10,08 g.

Karakteristik dari ekstrak serbuk biji alpukat yaitu memiliki warna coklat

pekat, berbau khas dan memiliki rasa pahit di lidah. Pembuatan ekstrak serbuk biji

alpukat yang dilakukan oleh Agustian (2015) memiliki karakteristik coklat pekat,

berbau khas dan memiliki rasa yang sangat pahit. Gambar serbuk ekstrak kering

dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 38: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

24

Gambar 4. Serbuk Ekstrak Kering Biji Alpukat

Kadar air ekstrak kering biji alpukat yang diperoleh sebesar 3,411 %

sedangkan kadar air yang diperoleh Agustian (2015) sebesar 2,87%. Kadar air

yang diperoleh sesuai dengan kadar air ekstrak kering yaitu kurang dari 5%

Voight (1994). Kadar abu ekstrak kering yang diperoleh sebesar 1,197 % dan

kadar abu ekstrak biji alpukat yang diperoleh Agustian (2015) sebesar 1,67%.

Perhitungan kadar air dan kadar abu dapat dilihat pada Lampiran 7.

4.3 Hasil Pengujian Analisis Kadar Polifenol Total Ekstrak Biji Alpukat

Penetapan kadar polifenol total dilakukan untuk mengetahui kadar tanin

dan polifenol lain yang terdapat dalam ekstrak biji alpukat, dengan menggunakan

pereaksi biru prussi menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Senyawa

golongan fenolik berupa senyawa aromatik sehingga memiliki serapan yang kuat

didaerah UV (Harborne, 1987). Penentuan panjang gelombang maksimum

dilakukan menggunakan asam galat sebagai standar yang direaksikan dengan besi

(III) amonium disulfat dan kalium besi (III) sianida yang menghasilkan warna biru

prusi. Panjang gelombang maksimum yang didapat yaitu 738 nm dengan waktu

inkubasi pada rentang 40-45 menit. Waktu inkubasi ini dapat menunjukkan waktu

telah berakhirnya reaksi antara standar dengan perekasi sehingga diperoleh nilai

serapan yang stabil. Penelitian yang dilakukan oleh Agustian (2015) menunjukkan

panjang gelombang maksimum yang diperoleh yaitu 737 nm. Perbedaan panjang

gelombang mengalami pergeseran batokromik yaitu adanya pengaruh pelarut

sehingga terjadi pergeseran puncak absorbsi ke arah panjang gelombang yang

lebih besar. Pergeseran ini dikarenakan senyawa fenol secara khas dapat

menunjukan geseran batokrom pada spektrumnya bila ditambahkan dengan basa

(Harborne, 1987). Hasil penentuan panjang gelombang dan waktu inkubasi dapat

dilihat pada Lampiran 8.

Page 39: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

25

Penentuan kadar polifenol total ekstrak biji alpukat dilakukan dengan

menentukan terlebih dahulu regresi linier asam galat 100 ppm pada konsentrasi 2

ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan 10 ppm. Hasil persamaan regresi linier yang

didapat yaitu y= 0,0657x + 0,3202 dengan nilai koefisien R2=0,9998. Nilai

linearitas mendekati satu, dapat dikatakan bahwa nilai absorban berbanding lurus

dengan konsentrasi dan mengikuti persamaan regresi linear.

Hasil rata-rata pembacaan kadar polifenol total dari ekstrak kering biji

alpukat sebesar 992,063 mg/g. Hasil perhitungan dan pembacaan absorbansi kadar

polifenol total dapat dilihat pada Lampiran 9.

4.4 Hasil Evaluasi Mikrogranul Mukoadhesif

Sediaan penghantaran mukoadhesif adalah sediaan yang memiliki

kemampuan berinteaksi lebih lama dengan mukosa. Sediaan mukoadhesif

menggunakan polimer yang dapat meningkatkan kontak sediaan dengan membran

mukosa. Polimer mukoadhesif harus mempunyai suatu ikatan yang mampu

meningkatkan interaksi tarik-menarik terhadap mukosa, salah satunya adalah

ikatan hidrogen (Agoes, 2008). Polimer yang digunakan adalah carbopol.

Carbopol termasuk dalam polimer yang memiliki bobot molekul tinggi dan

memiliki ikatan hidrogen yang kuat (Rowe., dkk, 2009).

Pengujian yang dilakukan terhadap mikrogranul mukoadhesif meliputi uji

kadar air, uji laju air, uji sudut diam, uji aliran, uji distribusi granul, uji kadar tanin

uji wash off dan uji morfologi serta uji ukuran partikel. Mikrogranul yang

dihasilkan memiliki warna coklat pucat dan berbau khas. Gambar mikrogranul

mukoadhesif dapat dilihat pada Gambar 5. Data uji mutu mikrogranul

mukoadhesif dapat dilihat pada Tabel 5.

Gambar 5. Sediaan Mikrogranul Mukoadhesif Biji Alpukat

Page 40: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

26

Tabel 5. Data Uji Mutu Mikrogranul Mukoadhesif

Uji Mutu Kontrol Formula 1 Formula 2 Formula 3

Kadar Air

(%)

4,73

(Memenuhi Syarat)

3,67

(Memenuhi Syarat)

3,4

(Memenuhi Syarat)

4,14

(Memenuhi Syarat)

Laju Alir

(g/detik)

8,88

(Mudah Mengalir)

6,60

(Mudah Mengalir)

7,52

(Mudah Mengalir)

6,42

(Mudah Mengalir)

Sudut Istirahat

(˚)

33,586

(Mudah Mengalir)

27,464

(Mudah Mengalir)

38,440

(Mudah Mengalir)

37,620

(Mudah Mengalir)

Kadar air mikrogranul mukoadhesif tiap formula memenuhi persyaratan

kadar air granul yaitu kurang dari 5% dan memiliki laju alir serta sudut istirahat

yang mudah mengalir karena sediaan mikrogranul dipengaruhi oleh penggunaan

Avicel PH-102 sebagai komponen bahan pengisi yang dapat meningkatkan sifat

aliran granul dan sudut istirahat dalam formulasi granulasi basah (Agoes, 2008).

Hasil pengujian distribusi granul dengan menggunakan ayakan bertingkat

dengan mesh 40, 60, 100 dan 140 dengan menguji 50 gram dari tiap formula.

Distribusi granul dilakukan untuk mengetahui banyaknya granul yang mampu

terdistribusi dan mengetahui ukuran umum yang didapatkan salah satunya dengan

cara pengayakan (Agoes, 2008). Data distribusi mikrogranul dapat dilihat pada

Tabel 6.

Tabel 6. Data Distribusi Mikrogranul

Mesh

(ukuran granul)

Bobot Awal

(gram)

Bobot Setelah Pengayakan (gram) / (%)

Kontrol Formula I Formula II Formula III

40 (425 µm)

60 (250 µm)

100 (150 µm)

140 (105 µm)

50

50 / 100

50 / 100

50 / 100

0,43 / 0,86

50 / 100

50 / 100

50 / 100

0,22/ 0,44

50 / 100

50 / 100

50 / 100

0,3 / 0,6

50 / 100

50 / 100

50 / 100 0,2 / 0,4

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan semua formula mampu melewati mesh

40, 60, dan 100 atau sebanyak 100% mikrogranul terdistribusi dengan ukuran <

150 µm. Hasil ini sesuai dengan ukuran mikrogranul yang akan dibuat pada

penelitian yaitu < 150 µm. Mikrogranul yang melewati saringan mesh 140 hanya

Page 41: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

27

0,4-0,8%, menunjukan hanya sedikit mikrogranul yang berukuran < 105 µm, hal

ini dikarenakan adanya penambahan carbopol dalam formulasi, dimana granul

yang terbentuk mengeras pada saat pengeringan akibat carbopol mengalami

hidrasi (kekurangan air) akibatnya mikrogranul sulit melewati mesh 140. Granul

yang terbentuk memenuhi persyaratan ukuran granul yang diukur dalam satuan

mikrometer yaitu berkisar 38-850 µm (Syamsyuni, 2006).

4.5 Hasil Uji Wash Off

Daya adhesif sediaan mukoadhesif pada membran mukosa ditentukan

dengan pengujian wash off. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui

kemampuan mukoadhesif dari suatu obat terhadap substrat biologi (Agoes, 2008).

Umumnya obat akan mengalami fase distribusi pada saluran pencernaan terutama

pada lambung dan usus (Priyatno, 2008). Uji wash off menggunakan potongan

lambung tikus serta cairan lambung buatan tanpa enzim (pH 1,2) dan potongan

usus tikus serta cairan usus buatan tanpa enzim (pH 7,5). Penggunaan mukosa

yang berbeda dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan mukoadhesif dari

mikrogranul, selain itu juga untuk mengetahui konsentrasi carbopol yang paling

baik sebagai polimer mukoadhesif. Sebelum dilakukan pengujian wash off

ditentukan kadar polifenol total sediaan mikrogranul mukoadhesif sebagai

perbandingan kadar setelah uji wash off. Kadar polifenol total yang didapatkan

sebelum uji wash off adalah 973,999 mg/g + 6,238. Hasil pembacaan absorbansi dan

kadar polifenol total dapat dilihat pada Lampiran 11.

Wash off dilakukan selama 2 jam, karena pada mukosa terdapat variabel

biologi berupa musin yang akan mengalami perggantian secara alami oleh mukosa

kurang lebih 2 jam, sehingga sekuat apapun polimer yang digunakan akan lepas

dari permukaan mukosa karena adanya penggantian musin (Agoes, 2008).

Gambar sebelum dan sesudah mukosa usus dan lambung ditempelkan

mikrogranul dan proses pengujian wash off dapat dilihat pada Gambar 6.

Page 42: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

28

(i) (ii) (iii) (iv)

(v) (vi)

Keterangan :

- (i) = Usus sebelum ditempelkan mikrogranul

- (ii) = Usus sesudah ditempelkan mikrogranul

- (iii) = Lambung sebelum ditempelkan mikrogranul

- (iv) = Lambung sesudah ditempelkan mikrogranul

- (v) = Penempatan objek glass pada basket alat desintegrator tester

- (vi) = Cairan saat alat beroperasi

Hasil analisis kadar polifenol total pada sediaan dilakukan sebelum dan

sesudah uji wash off. Penentuan kadar polifenol total setelah uji wash off

dilakukan untuk mendapatkan kadar polifenol yang masih menempel serta

mengetahui formula dengan konsentrasi carbopol terbaik yang dapat digunakan

sebagai mukoadhesif. Kadar polifenol total sebelum dan sesudah wash off dapat

dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kadar Polifenol Total Sebelum dan Setelah Uji Wash Off

Media Formula Bobot

Mikrogranul

Kadar

Sebelum Uji

Wash Off

(mg/g)

Kadar

Sesudah Uji Wash Off

(mg/g)/%

Usus

Kontrol

600 mg

975,126 0

Formula I 973,977 46,881/4,813

Formula II 965,868 281,777/29,173

Formula III 981,026 272,492/27,770

Gambar 6. Pengujian Wash Off

Page 43: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

29

Lambung

Kontrol

600 mg

975,126 0

Formula I 973,977 0

Formula II 965,868 205,621/21,288

Formula III 981,026 0

Hasil pengujian kadar polifenol total sebelum dan sesudah wash off

diperoleh formula terbaik adalah Formula II. Formula II memiliki persentasi kadar

polifenol yang lebih tinggi dibandingkan dengan formula lainnya yaitu 29,173%

pada media usus dan 21,288% pada media lambung. Semakin besar kadar

polifenol menunjukkan bahwa konsentrasi carbopol yang digunakan baik,

sedangkan nilai nol (0) menunjukkan bahwa tidak adanya polifenol yang

menempel pada mukosa. Perbedaan konsentrasi carbopol mempengaruhi daya

lekat, dimana carbopol merupakan polimer yang dapat membentuk sistem yang

memiliki kekentalan dalam air karena carbopol dapat mengembang dengan

menyerap air serta dapat membentuk ikatan hidrogen yang efektif sebagai

mukoadhesif dengan adanya air (Agoes, 2008). Contoh perhitungan kadar

polifenol total sebelum dan sesudah uji wash off dapat dilihat pada Lampiran 11.

Formula I memiliki konsentrasi carbopol terendah yaitu 5% sehingga

pelekatan yang diperoleh kurang baik pada usus dan lambung, sedangkan pada

Formula III yang memiliki konsentrasi 30% menunjukan daya lekat yang kurang

baik dilambung, hal ini ditunjukkan oleh kadar polifenol yang turun dibandingkan

dengan Formula II. Konsentrasi polimer yang rendah akan membentuk interaksi

tarik menarik yang lemah antara polimer dan mukosa, sedangkan konsentrasi

polimer yang terlalu besar menyebabkan interaksi tarik-menarik yang kuat

sehingga dapat membentuk ikatan tolak-menolak karena adanya interaksi sterik.

Forsa interaksi polimer terlalu besar, maka polimer dengan konsentrasi tinggi

hanya membentuk presipitasi dan interaksi hanya terbentuk pada permukaan

(Agoes, 2008).

Hasil penetapan kadar polifenol total setelah uji wash off pada mukosa

usus lebih tinggi dibandingkan pada lambung, hal ini karena adanya interaksi

yang kuat pada mukosa usus dan carbopol sebagai polimer mukoadhesif.

Page 44: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

30

Carbopol termasuk polimer bersifat asam karena mengandung sebagian besar

asam karboksilat. Keberadaan gugus karboksil tersebut membuat carbopol tidak

akan terdisosiasi, tetapi akan mengalami ionisasi pada mukosa usus sehingga

dapat membentuk ikatan hidrogen yang stabil (Agoes, 2008). Hasil pembacaan

absorbansi kadar polifenol total sebelum dan sesudah uji wash off dapat dilihat

pada Lampiran 11.

4.6 Hasil Pemindaian Mikrogranul Mukoadhesif

Pemindaian dilakukan terhadap formula terbaik dari hasil pengujian kadar

setelah uji wash off, yaitu Formula II. Pemindaian dilakukan dengan

menggunakan metode SEM (Scanning Electron Microscope) terhadap morfologi

dan ukuran granul. Hasil pemindaian diperoleh bentuk morfologi mikrogranul

berupa amorf dan hablur agak kebulatan. Hasil pengukuran mikrogranul untuk 50

kali pembesaran diperoleh 110,76 µm sampai 115,01 µm. Ukuran yang didapat

sesuai dengan persyaratan granul yang diukur dalam satuan mikron yaitu berkisar

38-850 µm (Syamsuni, 2006). Gambar hasil pemindaian mikrogranul

mukoadhesif dapat dilihat pada Gambar 7.

(a) (b)

Gambar 7. Hasil Pemindaian Mikrogranul

Keterangan :

- (a) : Hasil Pemindaian 50 kali

- (b) : Hasil Pemindaian 5000 kali

Page 45: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

31

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Konsentrasi carbopol sebagai polimer terbaik untuk mikrogranul

mukoadhesif adalah 17,5% (Formula II).

2. Kadar polifenol total ekstrak biji alpukat sebelum dibuat sediaan yaitu

992,063 mg/g, kadar polifenol total setelah dibuat sediaan pada formula

terbaik yaitu 965,868 mg/g.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjut untuk meningkatkan persentasi adhesif

sediaan mikrogranul dengan mereformulasi PVP K30 sebagai pengikat

yang paling baik dibuat sediaan mukoadhesif dan mengkombinasikan

carbopol dengan polimer mukoadhesif lain, seperti Gelatin dan HPMC

(Hydroxylpropyl Methyl Cellulose).

Page 46: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

32

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi, Penerbit ITB. Halaman : 10-

11, 69, 232-235.

_____________. Sistem Penghantaran Obat Pelepasan Terkendali, Penerbit ITB.

Halaman : 37, 99, 231-245.

Agustian, R. 2015. Formulasi Minuman Serbuk Ekstrak Biji Alpukat(Persea

americana Mill) dengan Variasi Pengisi Tepung Talas (Colocasia

esculenta (L.) Schott) dan Susu Skim. Skripsi. Universitas Pakuan. Bogor.

Akram, M., Syed B.S.N., Shanaz G. 2011. Development of Co-Processed Micro

Granules For Direct Compression. International Journal of Pharmacy

and Pharmaceutical Sciences. Vol. 3 (2). ISSN-0975-1491.

Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat dan Praktik. Universitas Gajah Mada Press.

Yogyakarta. Halaman : 210-216.

Anwar, E. 2012. Eksipien dan Sediaan Farmasi Karakteristik dan Aplikasi. Dian

Rakyat. Jakarta.Halaman : 210-216

Aulton, M.E. 1988. Pharmaceutich The Sciense of Dosage from Design. Cruvill

livingstone Edinburgh. Halaman : 247-312

Burgers, D.J., Hickey, A.J. 2007. Microsphere Technology and Applications, in

Encyclopedia of Pharmaceutical Technology. Swarbrick J. Ed., Informa

Healthcare. Newyork.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2004. Mengenal

Beberapa Tanaman yang Digunakan Masyarakat Sebagai Antidiabetik

Untuk Membantu Menurunkan Kadar Gula Dalam Darah. InfoPOM. Vol.

5 (3). ISSN 1829-9334. Halaman : 6.

Chowdary, K.P.R. & Rao, Y. S. 2003. Design in vitro and in vivo evaluation of

mucoadhesive microcapsules of glipizide for oral controlled release : a

technical note. AAPS PharmSciTech.Vol.4 (3), 1-6.

Dep.Kes. 1977. Materia Medika Indonesia, Jilid I. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. Jakarta. Halaman : 72

_______. 1978. Materia Medika Indonesia. Jilid II. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. Jakarta. Halaman : 70

_______. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Direktorat Pengawasan Obat dan

Makanan. Jakarta

_______. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. Jakarta. Halaman :143-147.

Page 47: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

33

_______. 2000. Parameter standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Halaman : 10-11.

Hadisoewignyo, L., Fudholi, A. 2013. Sediaan Solid. Pustaka Pelajar. Jakarta.

Halaman : 19.

Hanani, E. 2016. Analisis Fitokimia. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. Halaman

83.

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan, Diterjemahkan : K. Padmawinata dan I. Soediro, Terbitan

kedua. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Halaman : 102-104.

Heinrich, M., Barnes, J., Gibbons, S., Williamson, E.M (2009). Farmakognosi

dan Fitoterapi Terjemahan dari Fundamentals of Pharmacognosy and

Phytotherapy Oleh Amalia H. Hadinata. Penerbit Buku Kedokteran EGC

: Jakarta. Halaman : 85.

Hosmani, A. H. 2006. Carbopol and its pharmaceutical significance: a review.

Desember 30, 2010. http://www.pharmainfo.net/reviews/carbopol-and-

its-pharmaceutical-significance-review.

Ikasari, E.D., Anang Budi Utomo., Hanny.S., Salasa Ayu .T. 2015. The Effect Of

Aloe Vera Powder (Aloe Vera (L.) Webb) on Physical Properties of

Mucoadhesive Microgranules Containing Ranitidine Hydrochloride.

World Journal of Pharmaceutical and Life Sciences (WJPLS), 2015, Vol

1 (I), Halaman : 224-234. ISSN 2454-2229.

Indrawati, T., Agoes, G., Yulinah, E., Cahyati, Y. 2005. Uji daya lekat

mukoadhesif secara in vitro beberapa eksipien polimer tunggal dan

kombinasinya pada lambung dan usus tikus, Jurnal Matematika dan

Sains, Vol. 10 ( 2), Halaman : 45-51.

Indriani, Y.H.,Suminarsih, E.1997. Alpukat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Koffi, N. Ernest, A.K. Dodiomon, S. 2009. Effect Of Aqueous Extract Of Persea

Americana Seeds On The Glycemia Of Diabetic Rabbits. European

Journal of Scientific Research. ISSN : 1450-216X Vol.26 (3), PP.376-

385

Lachman, L dan Lieberman. 1994. Teori dan Praktek Sediaan Farmasi Industri.

Jilid II. Diterjemahkan oleh Siti Suryanti. Universitas Indonesia Press.

Jakarta.

Malangngi, L.P, Sangi, M.S, Paendong, J.J.E. 2012. Penentuan Kandungan Tanin

dan Uji Antioksidan Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill), Junal

MIPA UNSAT Online. Vol. 1 (1), Halaman : 5-10.

Page 48: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

34

Mas’adah, I.S. 2015. Pengembangan Granul Efervesen Kombinasi Ekstrak Biji

Alpukat (Persea Americana Mill) Dan Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus

Sabdariffal). Skripsi Universitas Pakuan. Bogor.

Monica, F. 2006. Pengaruh Pemberian Air Seduhan Serbuk Biji Alpukat (Persea

Americana Mill) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar Yang

Diberi Beban Glukosa. Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran

Universitas Diponogoro. Semarang.

Mustikasari, V, 2012. Potensi Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten)

Steenis) Sebagai Antioksidan. Skripsi. Program Studi Farmasi FMIPA

Universitas Pakuan Bogor. Halaman : 14-16.

Parker, S. 1993. Endclopedia of Chemistry, 2nd ed. Mc Graw Hill Book Co.,1993,

p. 981. New York.

Priyatno., dan Lilian, B. 2008. Farmakologi Dasaruntuk Mahasiswa Farmasi dan

Keperawatan. Penerbit : Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi

(Leskonfi) : Jakarta. Halaman : 35-36

Rajiv, G. 2013. Bioaviability enhancers of herbal origin : An overview. Asian

Pacific Journal of Tropical Biomedicine. 1 (3). Halaman : 32-40.

Rowe, R. C., Sheskey, P.J., & Quinn, Marian. C. 2009. Handbook of

Pharmaceutical Excipients 6th edition. London: Pharmaceutical Press and

American Pharmacists Association.

Robinson, T. 1995. Kandungan Senyawa Organik Tumbuhan Tinggi.

Diterjemahkan oleh Prof. Dr. Kosasih Padmawinata, ITB. Bandung.

Siregar, C.J.P. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar

Praktis.Penerbit Buku Kedokteran ECG : Jakarta. Halaman : 163.

Suryani, N., Farida, S., & Astri, F. 2009. Kekuatan Gel Gelatin Tipe B Dalam

Frmulasi Granul Terhadap Kemampuan Mukoadhesif. Makara Kesehatan.

Vol. 13 No. 1. Juni 2009. Halaman : 1-4.

Sutriyo., R, H., Rosalina, M. 2008. Pengembangan Sediaan dengan Pelepasan

Dimodifikasi Mengandung Furosemid Sebagai Model Zat Aktif

Menggunakan Sistem Mukoadhesif. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. V (1),

April 2008, 01-08. ISSN : 1693-9883.

Syamsyuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Halaman : 44.

Szymańska, E., Katarzyna, W. 2012. Preparation and In Vitro Evaluation Of

Chitosan Microgranules with Clotrimazol. Acta Poloniae Pharmaceutica

- Drug Research.Vol. 69 No.3 pp. 509-513. ISSN 0001-6837.

Page 49: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

35

Vadas, E.B. 2010. Stability of Pharmaceutical Product. Dalam Remington: the

Science and Practice of Pharmacy. Volume 1. Editor: Alfonso Gennaro.

London: Lippincott Williams & Wilkins.

Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi V. Penerjemah : Noerono

S. Editor : Samhoedi R. Universitas Gajah Mada Press. Terjemahan dari

Lehburch Der Pharmazeutichen Technology. Yogyakarta.

Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah : Noerono S..

Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta. Halaman : 577-578.

Zate, S.U., Kothawade, P.I., Mahale, G.H., Kapse, K.P., Anantwar, S.P. 2010.

Gastro retentive bioadhesive drug delivery system: a review. International

Journal of PharmTech Research, Vol. 2(2), PP. 1227-1235.

Zuhrotun, A. 2007. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat

(Persea americana Mill.) Bentuk Bulat. Skripsi Universitas Padjadjaran,

Bandung.

Page 50: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

36

LAMPIRAN

Page 51: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

37

Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Simplisia dan Ekstrak Biji Alpukat

Biji alpukat

Dideterminasi

Dilakukan sortasi basah

Dikeringkan pada suhu 40ºC - 60ºC

Dicuci dengan air mengalir

Dilakukan sortasi kering

Dilakukan perajangan

Digiling yang telah kering

Serbuk Simplisia

Diayak dengan mesh 30

Data Kadar :

- abu

- air

Data Rendemen (%)

Uji

Kadar

Abu/Air

Perhitungan

Rendemen

Serbuk Simplisia 30g/L

Infundasi

Dilakukan perebusan dengan

aquadest 1 L hingga mendapat

filtrat 0,25 L, Residu

diekstraksi kembali dengan 1 L

sebanyak 3 kali.

Ekstrak Cair

Dikeringkan dengan Vacuum Dryer

Ekstrak Kering

Data Organoleptik: - Warna

- Bau

- Bentuk

- Rasa

Page 52: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

38

Lampiran 2. Perhitungan Dosis Ekstrak Biji Alpukat

Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill)

Dosis berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Koffi, dkk., (2009),

menggunakan simplisia setara dengan 30 gram simplisia biji alpukat yang akan di

ekstraksi berulang sebanyak 4 kali dengan penambahan akuades 1 L tiap

pengulangan ekstraksi (tiap pengulangan ekstraksi menghasilkan 250 mL). Hasil

ekstrak kental kemudian dikeringkan, lalu diuji pada kelinci. Diperoleh dosis

efektif 15% dari ekstrak kering biji alpukat.

Total Ekstrak Kering 76 gram dalam 16 Liter, maka ekstrak yang dperoleh

perliter adalah 4,75 gram

Konversi dosis dari dosis ekstrak kental ke dosis ekstrak kering :

15% x 4,75 gram ekstrak kering = 0,71 gram (dosis kelinci)

Konversi dosis kelinci ke manusia :

0,71 x 14,2 = 10,08 gram (dosis manusia) untuk 1 hari pemakaian.

(Pembulatan dosis menjadi 10 gram)

Page 53: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

39

Lampiran 3. Prosedur Pembuatan Mikrogranul Mukoadhesif

Ditambahkan PVP K-30 yang

telah dilarutkan dengan alkohol

96%

Mikrogranul Mukoadhesif

Ekstrak biji alpukat

Ditambahkan Carbopol dan Avicel PH-102

yang sebelumnya telah dibuat massa suspensi,

dicampurkan dan homogenkan dengan silent

chruser 25-35 RPM (X1000)

Diayak dengan mesh 40 dan 100

Pengujian mikrogranul :

- Uji Kadar Air

- Uji Sudut Istirahat

- Uji Aliran

- Uji Kadar Polifenol Total

Data

Distribusi

Mikrogranul

Tiap Formula

Data Uji Wash

Off

Data Kadar

Polifenol Total

Setelah Uji Wash

Off

Uji Distribusi Granul

Pengujian Mutu

Mikrogranul

Mukoadhesif

Massa kompak

Uji Granul

Uji Kuantitatif

Zat Aktif

Data Morfologi dan

Ukuran Granul

Uji Morfologi dan Ukuran

Formula Terbaik

Page 54: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

40

Lampiran 4. Hasil Determinasi Biji Alpukat

Page 55: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

41

Lampiran 5. Perhitungan Rendemen

5.1 Rendemen Simplisia

Bobot serbuk yang diperoleh

Rendemen = x 100%

Bobot awal simplisia

1327 g

= x 100 %

4000 g

= 33,175 %

5.2 Rendemen Ekstrak

Bobot ekstrak yang diperoleh

Rendemen = x 100%

Bobot awal serbuk simplisia

76 g

= x 100 %

480 g

= 15,833 %

Page 56: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

42

Lampiran 6. Data Hasil Uji Kadar Air dan Kadar Abu Serbuk Simplisia

6.1 Hasil Uji Kadar Air Serbuk Simplisia

Bahan % kadar (%) Rata-rata % kadar air

(%)

Simplisia 2,512

2,561 2,550

2,622

6.2 Hasil Uji Kadar Abu Serbuk Simplisia Biji Alpukat

Berat krus kosong

(setelah ditanur) Berat simplisia

Berat krus

+ abu

1. 39,112 g 1. 2,007 g 1. 39,193 g

2. 40,680 g 2. 2,003 g 2. 40,760 g

3. 41,201 g 3. 2,003 g 3. 41,282 g

Rumus :

Kadar abu (%) = (Bobot krus+abu simplisia) – Bobot krus kosong x 100 %

Bobot sampel simplisia serbuk

1. 39,193 g – 39,112 g x 100 % = 4,035 %

2,007 g

2. 40,760 g – 40,680 g x 100 % = 3,994 %

2,003 g

3. 41,282 g – 41,201 g x 100 % = 4,043 %

2,003 g

Rata-rata Kadar Abu Serbuk Simplisia

Bahan Kadar Abu (%) Rata-rata Kadar

Abu (%)

Simplisia

4,035

4,024 3,994

4,043

Page 57: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

43

Lampiran 7. Data Hasil Uji Kadar Air dan Kadar Abu Ekstrak Kering Biji

Alpukat

7.1 Hasil Uji Kadar Air Ekstrak Kering Biji Alpukat

Bahan % kadar air Rata-rata % kadar air

Serbuk Ekstrak

3,253

3,411

3,472

3,509

7.2 Hasil Uji Kadar Abu Ekstrak Kering Biji Alpukat

Berat krus kosong

(setelah ditanur) Berat simplisia

Berat krus

+ abu

1. 42,101 g 1. 2,008 g 1. 42,125 g

2. 40,297 g 2. 2,003 g 2. 40,320 g

3. 42,198 g 3. 2,002 g 3. 42,223 g

Rumus :

Kadar abu (%) = (Bobot krus+abu ekstrak) – Bobot krus kosong x 100 %

Bobot sampel ekstrak serbuk

1. 42,125 g – 42,101 g x 100 % = 1,195 %

2,008 g

2. 40,320 g – 40,297 g x 100 % = 1,148 %

2,003 g

3. 42,223 g – 42,198 g x 100 % = 1,248 %

2,002 g

Rata-rata Kadar Abu Ekstrak Kering Biji Alpukat

Bahan Kadar Abu (%) Rata-rata Kadar Abu

(%)

Simplisia

1,195

1,197 1,148

1,248

Page 58: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

44

Lampiran 8. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum, Waktu Inkubasi

dan Pembacaan Absorbansi Kurva Kalibrasi Asam Galat

8.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Asam Galat

nm absorban

600 0,894

700 0,719

730 0,732

731 0,732

732 0,732

733 0,732

734 0,732

735 0,735

736 0,735

737 0,735

738 0,736

739 0,736

740 0,735

0.731

0.732

0.733

0.734

0.735

0.736

0.737

728 730 732 734 736 738 740 742

ab

sorb

an

panjang gelombang (nm)

Panjang Gelombang Maksimal Larutan Asam Galat

λ Maksimum

Page 59: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

45

8.2 Penentuan Waktu Inkubasi Larutan Asam Galat

Waktu (Menit) absorban

5 0,507

10 0,559

15 0,627

20 0,687

25 0,691

30 0,729

35 0,746

40 0,742

45 0,742

50 0,740

55 0,730

60 0, 722

0

0.2

0.4

0.6

0.8

0 10 20 30 40 50 60

ab

sorb

an

waktu (menit)

Waktu Inkubasi Larutan Asam Galat

Waktu Inkubasi

Page 60: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

46

8.3 Pembacaan Absorbansi Kurva Kalibrasi Larutan Asam Galat

Konsentrasi

(ppm)

Absorban

2 0,452

4 0,584

6 0,715

8 0,840

10 0,981

y = 0,0657x + 0,3202

R² = 0,9998

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

0 5 10 15

Ab

sorb

an

Konsentrasi (ppm)

Kurva Kalibrasi Larutan Asam Galat

Page 61: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

47

Lampiran 9. Hasil Pembacaan Absorbansi dan Perhitungan Kadar Polifenol

Total Ekstrak Biji Alpukat

- Persamaan : y = 0,0657x + 0,3202

0,698 = 0,0657x + 0,3202

x = 5,750 ppm

- Faktor Pengenceran

: (10

5) x(

50

1) = 100

- Rata-rata kadar air yang didapat pada ekstrak serbuk biji alpukat sebesar

3,40%.

- Bobot ekstrak serbuk biji alpukat sebesar 0,0600 gram

Rumus

Kadar Polifenol = ppm x volume larutan (mL) x faktor pengenceran

1000 x bobot sampel−(bobot sampel x kadar air)

= 5,750 ppm x 100 mL x

10

5 x

50

1

1000 x (0,060 g−(0,060 g x 3,40%) )

= 57503,805 mg

1000 x 0,05796 g

= 57503,805 mg

57,96 g

= 992,063 mg/g

Page 62: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

48

Lampiran 10. Data Hasil Uji Kadar Air Tiap Formula

10.1 Hasil Uji Kadar Air Formula 1

Bahan % kadar air Rata-rata % kadar air

Kontrol

3,46 %

3,406 % 3,34 %

3,42 %

3,84 %

Formula I 3,52 % 3,676 % 3,67 %

3,36 %

Formula II 3,27 % 3,4 % 3,57 %

4,09 %

Formula III 4,12 % 4,143 % 4,22 %

Page 63: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

49

Lampiran 11. Hasil Pembacaan Absorbansi dan Kadar Polifenol Total

Formula Sebelum dan Sesudah Uji Wash Off

11.1 Kadar Polifenol Total Formula Sebelum Uji Wash Off

Formula

absorban

Rata-rata

absorban

Kadar

(mg/g)

Sd

Rata-rata

kadar

(mg/g)

Kontrol 0,690 0,6915 975,126

6,238

973,999 +

6,238

0,693

Formula I 0,689 0,690 973,977

0,691

Formula II 0,687 0,688 965,868

0,689

Formula III 0,688 0,6885 981,026

0,689

11.2 Kadar Polifenol Total Formula Sesudah uji Wash Off

- Media Usus

Formula

absorbansi

Rata-rata

absorban

Kadar

Tanin

(mg/g)

% Kadar yang

masih melekat

Kontrol 0,219 0,217 0 0

0,216

Formula I 0,339 0,338 46,881 4,813

0,337

Formula II 0,428 0,4275 281,777 29,173

0,427

Formula III 0,422 0,4225 272,492 27,770

0,423

- Media Lambung

Formula

absorbansi

Rata-rata

absorban

Kadar

Tanin

(mg/g)

% Kadar yang

masih melekat

Kontrol 0,092 0,093 0 0

0,094

Formula I 0,111 0,113 0 0

0,115

Formula II 0,339 0,3985 205,621 21,288

0,398

Formula III 0,261 0,2595 0 0

0,258

Keterangan : Nilai Nol (0) menunjukkan tidak adanya polifenol yang menempel

atau kurang dari faktor koreksi 0,3202 pada persamaan regresi linear.

Page 64: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

50

Keterangan

- Bobot formula 0,600 gram setara dengan 0,06 gram ekstrak serbuk

- Hasil kenaikan kadar dilakukan terhadap kontrol

- Persentasi kadar yang masih menempel : (Kadar sebelum uji wash off)

(Kadar sesudah uji wash off) 𝑥 100%

(Contoh perhitungan kadar)

Kontrol (Sebelum Uji Wash Off )

- Persamaan : y = 0,0657x +,0,3202

0,6915 = 0,0657x +,0,3202

x = 5,651 ppm

- Faktor Pengenceran

: (10

5) x(

50

1) = 100

- Rumus Kadar Polifenol = ppm x volume larutan (mL) x faktor pengenceran

1000 x bobot sampel−(bobot sampel x kadar air)

= 5,651 ppm x 100 mL x

10

5 x

50

1

1000 x (0,060 g−(0,060 g x 3,406%) )

= 56514,459 mg

1000 x 0,058174 g

= 13896,499 mg

58,174 g

= 971,472 mg/g

Kontrol (Setelah Uji Wash Off pada media usus )

- Persamaan : y = 0,0657x +,0,3202

0,093 = 0,0657x +,0,3202

x = -3,458 ppm

- Faktor Pengenceran

: (10

5) x(

50

1) = 100

- Rumus Kadar Polifenol = ppm x volume larutan (mL) x faktor pengenceran

1000 x bobot sampel−(bobot sampel x kadar air)

= −3,458 ppm x 100 mL x

10

5 x

50

1

1000 x (0,060 g−(0,060 g x 3,406%) )

= −34581,430 mg

1000 x 0,058174 g

= 58325,722 mg

58,174 g

= -594,448 mg/g

Page 65: FORMULASI MIKROGRANUL MUKOADHESIF …perpustakaan.fmipa.unpak.ac.id/file/e-jurnal jenyy066112103.pdf · The test results showed microgranule distributed 100% pass through a sieve

51

Lampiran 12. Hasil Uji Morfologi Eksternal SEM