Farmakoterapi_eksema Dan Gangguan Vaskuler
-
Upload
ursula-herfina-tri-kusumastuti -
Category
Documents
-
view
130 -
download
10
Transcript of Farmakoterapi_eksema Dan Gangguan Vaskuler
FARMAKOTERAPI
“EKSEMA dan GANGGUAN VASKULER”
Disusun oleh :
Herfina Tri. K
A 0101 0019
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Makalah yang berjudul “Eksema dan
Gangguan Vakuler ” dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
Farmakoterapi.
Eksema dan gangguan vaskuler merupakan salah satu penyakit dermatitis. Eksema dan
gangguan vaskuler menggambarkan kelainan kulit yang dialami oleh penderita, dimana kulit
tampak meradang dan iritasi. Penyakit kulit ini merupakan penyakit yang sering diderita oleh
masyarakat luas, oleh karena itu pengetahuan mengenai penyakit serta terapi pengobatannya
perlu kita ketahui sebagai seorang farmasis.
Saran dan kritik yang membangun dalam perbaikan makalah ini akan penulis terima
demi perbaikan pada masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat membuka wawasan
para pembaca.
Bandung, September 2013
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Eksema (eksim) atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang
mana kulit tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang
paling sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling sering dijumpai adalah
eksim atopik atau dermatitis atopik. Gejala eksim akan mulai muncul pada masa anak anak
terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang
dengan bertambahnya usia, namun tidak sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya.
Dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga
mengurangi angka kekambuhan.
Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala utama yang dirasakan pasien adalah gatal.
Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan pada kulit. Gejala
kemerahan biasanya akan muncul pada wajah, lutut, tangan dan kaki, namun tidak menutup
kemungkinan kemerahan muncul di daerah lain.
Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau keropeng. Pada orang
kulit putih, daerah ini pada mulanya akan berwarna merah muda lalu berubah menjadi cokelat.
Sementara itu pada orang dengan kulit lebih gelap, eksim akan mempengaruhi pigmen kulit
sehingga daerah eksim akan tampak lebih terang atau lebih gelap.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. EKSEMA
2.1.1. Definisi
Eksema mencakup semua lesi kulit yang disertai kemerahan, lepuh, basah, skuama,
menebal, dan gatal.
Eksema dapat dijelaskan sebagai gangguan radang kulit yang ditandai dengan eritema
(kemerahan), edema (bengkak), gatal berat, eksudasi, pengerasan kulit, dan sisik. Pada stadium
akut, ada vesikulasi (spongiosis) intraepidermal. Tampak ada kecenderungan yang ditentukan
secara genetik. Selanjutnya bayi denagan dermatitis atopic cenderung akan mengalami rhinitis
alergika dan asma (Ilmu Kesehatan Anak Nelson, 2000).
Eksema akut menunjukkan adanya vesikel, bula, eritema, basah, dan krusta. Eksema
kronik ditunjukkan dengan adanya penebalan, skuama, bercak gatal dan plak.
2.1.2. Jenis-Jenis Eksema
1. Eksema atopic
Dicirikan oleh bercak-bercak bersekret, berkrusta, kering, skuama, dan gatal pada wajah
bayi, pada lipatan kulit seperti pada antekubiti dan fosa poplitea anak remaja atau orang
dewasa.
2. Eksema kontak alergi
Dicirikan oleh adanya vesikel-vesikel yang gatal, eritema dan bercak-bercak pada daerah
tubuh pasien yang tersentuh allergen antara lain seperti poison ivy, poison sumac, kosmetik,
karet, dan semen.
3. Eksema tangan
Dicirikan oleh bercak-bercak eritematosa, bersisik, dan bersifura pada tangan.
4. Neurodermatitis
Dicirikan oleh adanya bercak-bercak ekskorasi dan garis-garis sekunder yang menunjukkan
bekas garukan.
5. Dermatitis seboroik
Dicirikan oleh bercak-bercak kuning-merah-coklat, berminyak, bersisik pada kulit kepala dan
wajah.
6. Eksema statis
Dicirikan oleh edema statis, hiperpigmentasi dan sisik pada tungkai bawah.
I. Eksema atopic
Eksema atopic atau dermatitis atopic adalah penyakit kulit kronik herediter yang dapat
timbul pada sembarang usia. Seringkali ditemukan riwayat keluarga adanya eksema dan rhinitis
alergika atau asma ekstrinsik terkait. Sebagian anak kemudian terbebas dari eksema kulit,
namun timbul hay fever atau asma ekstrinsik pada tahun-tahun berikutnya.
Eksema atopic infantil seringkali bermanifestasi sebagai bercak-bercak basah, erosi dan
eritematosa di tempat yang tertutup popok, dan pada pipi dan kulit kepala. Karena erupsi ini
gatal, maka bayi sering rewel. Infeksi sekunder oleh bakteri sering terjadi. Umumnya eksema ini
akan hilang secara spontan, tetapi pada sebagian bayi gangguan ini akan terus berkembang
menjadi bentuk kanak-kanak dan dewasa. Semua pasien mempunyai keluhan yang sama, yaitu
gatal (pruritus). Bercak-bercak erosi eksema pada selangkangan dan dibawah payudara dapat
terasa nyeri.
Pada anak-anak atau orang dewasa bagian yang terkena adalah poplitea, fosa
antekubiti, daerah leher dan permukaan lipatan lain. Pada orang dewasa, kulit yang terkena
eksema mengalami perubahan yang kadang-kadang merata di seluruh tubuh. Eksema pada
orang dewasa jarang mengalami remisi spontan. Kulit wajah, tubuh dan ekstremitas pasien
menjadi eritematosa, mengalami ekskorasi dan menebal. Perubahan cuaca, iritasi akibat
pakaian wol, sabun dan air sering memperberat penyakit. Infeksi saluran napas bagian atas dan
infeksi kulit akibat bakteri juga memperberat keadaan kulit. Pasien eksema atopic ini
seharusnya tidak mendapat vaksinasi cacar karena ada kemungkinan timbul vaksinia
diseminata. Apabila terjadi kontak dengan virus herpes makan kemungkinan akan terjadi infeksi
herpes diseminata di kulit.
Penyebab
Penyebab tidak jelas diketahui. Jelas ada faktor keturunan yang memegang peranan
penyakit ini. Jika kedua orangtua memiliki eksema atopic, sekita 80% anak-anaknya
mengalami perubahan yang sama pada kedua kulitnya.
Iritasi kulit oleh wol, air, sabun yang keras, perubahan cuaca, stress, dan infeksi seringkali
memperberat gejala-gejala klinik.
Gejala
Kadar IgE serum yang abnormal . Beberapa peneliti telah memperlihatkan adanya IgE pada
permukaan epidermal sel-sel Langerhans pasien eksema atopic.
Eosinofil darah meningkat
Jumlah limfosit yang berasal dari timus pada beberapa pasien mengalami penurunan
Adanya kelainan pada resptor-reseptor yang bertanggung jawab atas produksi nukleotida
siklik adenosine monofosfat (cAMP).
Penanganan dan pengobatan
Terapi pada penyakit ini dipusatkan pada usaha hidrasi, pencegahan dan pengobatan.
Semua faktor eksaserbasi harus dihindari dan dihilangkan. Dianjurkan menggunakan sabun
yang mengandung banyak lemak, dan krim pelumas. Pembatasan diet pada bayi dapat
membantu juga (misalnya : susu sapi, gandum dan telur) tetapi pembatasan diet semacam ini
kurang efektif pda anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa. Pelembab seperti Eucerin,
Moisturel dan Aquaphor dioleskan pada kulit yang kering.
Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi bakteri sekunder. Rasa gatal dapat diatasi
dengan antihistamin misalnya difenhidramin (Benadryl), hidroksizin (Atarax), siproheptadin
(Periactin) atau cetirizin (Zyrtec). Antihistamin nonsedatif yang terbaru seperti loratadin
(Claritin) atau fexofenadin (Allegra) seringkali digunakan namun kurang efektif dalam
mengontrol gatal dibandingkan antihistamin yang sudah disebutkan terlebih dahulu.
Kortikosteroid topical dengan kekuatan paling rendah diberikan pada anak-anak.
Hidrokortison topical 2,5% biasanya diberikan untuk bayi sedangkan triamsinolon krim 0,025%
diberikan pada orang dewasa. Desonid 0,05%, hidrokortison krim 2,5% atau aklometason
(Aclovate) 0,05% digunakan untuk mengobati eksema pada wajah, selangkangan, dan aksila
pada orang dewasa. Steroid topical lain dengan kekuatan sedang atau kuat yang dipakai orang
dewasa adalah klobetasol dipropionat (Temovate), betametason (Diprolene), halsinoid (Halog),
flusinoid (Lidex), flutikason (Cutivate) dan mometason (Elocon). Steroid topical dengan
kekuatan sedang atau kuat yang digunakan untuk waktu yang lama dapat menyebabkan atrofi
kulit, depigmentasi, dan pembentukan akne.
Sinar ultraviolet B (UVB) dan psoralen oral yang dikombinasikan dengan sinar ultraviolet
A (PUV A) dapat berguna dalam penggunaan eksema atopic kronik yang susah sembuh. Salep
imunosupresif terbaru yaitu takrolimus (Protopic) kelihatannya memiliki khasiat yang bagus
untuk pengobatan eksema atopic bila digunakan secara topical. Obat-obatan tersebut
menyekat pelepasan sitokin dari limfosit T. Imunoterapi hiposensitisasi dapat menimbulkan
kekambuhan, dapat pula menguntungkan, atau tidak menimbulkan efek apapun pada pasien
eksema atopic. Oleh karena itu terapi imunitas ini tidak diindikasikan pada bentuk eksema ini.
II. Eksema kontak alergi
Eksema kontak sering dijumpai dan terjadi pada daerah tertentu tempat alergen
mengadakan kontak dengan kulit. Reaksi kulit terhadap minyak poison ivy yaitu dermatitis Rhus
sudah banyak diketahui. Pada tempat-tempat kulit yang tersentuh poison ivy, poison sumac
atau pohon oak beracun timbul vesikula linear yang basah, eritema. Minyak tersebut dapat
tersebar dengan berbagai cara : melalui bulu binatang peliharaan, pakaian, sepatu atau
tersebar melalui kuku. Bila minyak telah tercuci dan terbuang, maka dermatitis tidak akan
menyebar lagi. Dermatitis Rhus tidak ditularkan dari orang ke orang lain melalui cairan dalam
lepuhan tersebut.
Penyebab
Nikel
Logam ini terdapat dalam segala jenis perhiasan, bingkai kaca mata, dan mata uang. Pasien
yang alergi terhadap nikel akan menunjukkan gangguan berbentuk bercak-bercak eksema
berkerak yang nyata di tempat-tempa yang terpajan dengan nikel tersebut (misalnya : pada
leher, telinga, pergelangan tangan, abdomen)
Kalium dikromat
Penderita akan menderita eksema kalau terkena campuran semen tersebut atau sepatu
kulit.
Sepatu karet
Obat-obatan seperti neomisin dan benzokain, bahan pengawet etilendiamin
Pada fotodermatitis, agen topical (misalnya salisilamid berhalogen dalam sabun) atau obat
oral (misalnya tertrasiklin) bila dikombinasikan dengan cahaya matahari. Fotodermatitis
biasanya timbul pada daerah yang terkena sinar matahari (wajah, leher, lengan).
Eksema kontak alergi diperantarai melalui hipersensitivitas lambat jenis seluler IV.
Sesudah kontak primer, untuk dapat menimbulkan eksema tersebut diperlukan kontak kedua
dengan allergen yang sama. Jenis eksema ini dapat ditimbulkan pada suatu tes tempel pada
seseorang yang diduga menderita alergi. Dibutuhkan anamnesis yang teliti untuk menyaring
allergen tertentu yang diuji. Tes bercak biasanya dilakukan di bagian punggung pasien sesudah
eksema berhasil diatasi.
Penanganan dan pengobatan
Dalam menangani penyakit ini, perlu menjauhkan alergen yang bisa menimbulkan
penyakit. Pasien harus belajar untuk mengidentifikasi jenis tanaman Rhus tersebut. Harus
menghindari pemakainan kosmetik, perhiasan, dan barang-barang yang mengandung alergen.
Perawatan topikal antara lain dengan kompres dan pemberian krim dan gel yang
mengandung kortikosteroid. Eksema berat karena poison ivy seringkali harus diobati dengan
steroid sistemik. Pengobatan jangka pendek dengan prednison sistemik dengan dosis awal 40-
60 mg/hari kemudian secara bertahap dikurangi dalam periode waktu antara 7-14 hari.
III. Eksema tangan
Eksema tangan paling sering dialami mereka yang harus sering mencuci tanganya atau
yang menggunakan sarung tangan dalam pekerjaannya. Sering terdapat riwayat keluarga yang
menderita eksema pada pasien ini. Pada bagian lateral jari tangan, jari kaki, dan tungkai bawah
timbul vesikel-vesikel kecil. Vesikel-vesikel ini sering diserati rasa gatal. Lepuh-lepuh kecil ini
berkembang menjadi bercak-bercak eksema bersisik pada telapak tangan dan kaki.
Penyebab
Hipersensitifitas terhadap lateks yang langsung diperantarai oleh IgE menjadi penyebab
utama dermatitis kontak tangan pada para ahli perawatan kesehatan pada pasien dengan
riwayat bedah multipel dan eksema atopik. Pasien melaporkan rasa gatal, terbakar,
pembengkakan pada tangan bila mereka memakai sarung tangan yang mengandung lateks.
Gejala pernapasan dapat ringan hingga berat bahkan fatal.
Penanganan dan pengobatan
Untuk meyakinkan diagnosis dapat dilakukan suatu tes radioalergosorben IgE antilateks
(RAST). Tes kulit dengan alergen lateks sulit dilakukan dan dapat disertai dengan reaksi yang
berat. Seseorang yang alergi dengan sarung tangan lateks harus menggunakan sarung tangan
vinil.
Eksema tangan terkadang dapat dicegah dengan menghindari sabun yang keras dan
memakai sarung tangan pelindung. Untuk mengurangi eksema ini dapat digunakan antihistamin
oral dan kortikosteroid topikal fluorinasi kuat (Lidex, Halog). Kadang-kadang diberi
kortikosteroid sistemik jangka pendek, misalnya prednison dengan dosis awal 30-40 mg setiap
hari, diberikan selama 6-8 hari. Infeksi sekunder akibat bakteri dapat diatasi dengan antibiotika
sistemik yang sesuai.
IV. Neurodermatitis
Neurodermatitis disebabkan oleh garukan yang berlebihan pada kulit yang gatal. Gatal
dapat terbatas pada leher, skrotum, atau bagian tubuh lainnya. Akibat dari garukan tersebut
akan terbentuk bercak-bercak eksema yang kering, menebal dan linear.
Neurodermatitis yang menyeluruh seringkali timbul selama musim dingin pada pasien
yang berusia lanjut dan mempunyai kulit yang kering dan pruritik. Penggarukan yang berlebihan
dapat mengakibatkan terbentuknya tukak artifisial. Tukak yang timbul karena ulah pasien
sendiri ini mempunyai sudut yang aneh dan pinggiran yang persegi keadaan mengarahkan
pemeriksa pada diagnosis. Akan tetapi pruritus difus dan bekas-bekas garukan dapat juga
disebabkan oleh skabies, eksema atopik, limfoma sistemik, hipotiroidisme, diabetes melitus,
sirosis, dan uremia berat.
Penanganan dan pengobatan
Pengobatan dilakukan dengan lubrikasi dan kortikosteroid topikal pada kulit. Pasien
yang berusia lanjut dengan neurodermatitis generalisata harus diobati dengan emolien
(Eucerin) atau kortikosteroid topikal berpotensi rendah (hidrokortisan 2,5% atau kortikosteroid
topikal berpotensi sedang (krim Kenalog 0,25% atau krim Elocon). Kulit pasien yang sudah
lanjut usia tipis karena proses penuaan sehingga steroid topikal yang lebih kuat akan
menimbulkan atrofi dan memar kulit.
Pemberian agen antihistamin sistemik (Benadryl, Atarax, Sinequan, Zyrtec) dapat
digunakan untuk mengontrol gatal. Krim doxepin topikal (Zonalon) dapat digunakan pada
daerah neurodermatitis untuk waktu yang singkat sekitar 8 hari. Pasien yang sudah lanjut usia
harus menggunakan antihistamin sistemik dengan hati-hati karena dapat menimbulkan rasa
mengantuk yang berlebihan, atau bahkan bisa timbul kegelisahan. Antihistamin non-sedatif
juga dapat digunakan.
Neurodermatitis lokalisata pada pasien yang lebih muda mungkin memerlukan
kortikosteroid topikal yang lebih kuat. Antihistamin sistemik berguna untuk mengurangi rasa
gatal. Untuk mengobati neurodermatitis berat mungkin diperlukan psikoterapi, terutama bila
wajah juga terserang.
V. Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik biasanya menyerang kulit kepala, alis, lipatan nasolabial, telinga dan
anterior dada. Timbul bercak-bercak eritematosa berskuama yang intermiten. Keadaan ini
dapat timbul setiap saat sejak masa bayi sampai masa tua dan dapat terasa agak gatal.
Penyebabnya tidak diketahui tetapi agaknya faktor-faktor genetik memegang peranan yang
penting. Belakangan Pityrosporum ovale diangap berperan dalam patogenesis dermatitis
seboroik ini.
Penanganan dan pengobatan
Terapi dermatitis seboroik kulit kepala adalah dengan menggunakan shampo yang
mengandung selenium sulfida (Selsun), ketokonazol (Nizoral), ter (Tegrin, Sebutone), asam
salisilat (Sebulex) dan peyritioneyin (Head & Shoulder). Larutan atau semprotan kortikosteroid
topikal cukup efektif.
Dermatitis seboroik yang menyerang bagian wajah dan dada diberi kortikosteroid
topikal yang lemah (hidrokortison 1%) dikombinasi dengan sulfur presipitatum (0,5 – 1%). Obat
anti jamur topikal (ketokonazole) juga dipakai sebagai obat tambahan. Asetonid fluosinolon
pada minyak kacang (Dermasmoothe / FS) dapat dioleskan dibawah shower cap untuk
dermatitis seboroik yang resisten di kepala.
VI. Eksema statis
Eksema statis terbatas pada tempat-tempat yang terdapat statis aliran vena dan edema
pada ekstremitas bawah. Timbul bercak-bercak merah basah, bersisik, dan berkrusta. Erupsi
pada kulit ini terasa gatal dan dapat mengakibatkan ekskoriasi sekunder, erosi dan tukak.
Penanganan dan pengobatan
Terapi eksema ini berupa pembuangan cairan edema dan perbaikan sirkulasi darah. Kaki
diangkat ke atas, seringkali dianjurkan memakai bebat dan kaus kaki khusus (stocking Jobst).
Eksemanya diobati dengan kortikosteroid topikal kekuatan lemah sampai sedang
(hidrokortison 1%, triamsinolon 0,025%). Tukak dikompres, dibersihkan dan dilakukan
debridemen. Pembalut tertutup (Duoderm) dapat digunakan untuk mengobati tukak vena statis
yang diganti setiap 3 hari.
B. GANGGUAN VASKULAR
I. Urtikaria
Urtikaria (biduran) merupakan reaksi kulit yang paling sering dijumpai yang dapat
mengakibatkan edema atau eritema. Dalam waktu beberapa jam lesi akan menghilang. Erupsi
kulit sementara ini kelihatannya seperti benjolan tipis eritematosa dan papula dengan
vasodilatasi kulit dan pembuluh darah subkutan yang disertai dengan edema pada sekeliling
jaringan.
Rasa gatal sering menyertai urtikaria. Kadang timbul angiodema disertai pembengkakan
bibir, lidah, kelopak mata dan laring yang menyertai urtikaria kulit. Angioedema laring
merupakan suatu keadaan darurat medis. Ngioedema dapat menyebabkan mual, muntah,
stress pernapasan, nyeri abdomen, dan syok.
Penyebab
Makanan ( kerang, kacang-kacangan, bahan pengawet makanan, bahan kimia yang
ditambahkan ke dalam makanan, zat pewarna makanan)
Obat (aspirin, pencahar, antibiotik)
Penyakit dalam (penyakit jaringan ikat, limfoma, dan karsinoma)
Gigitan serangga menyebabkan urtikaria papula
Kehamilan . Wanita hamil dapat mengalami urtikaria papul dan plak yang gatal.
Suhu yang dingin, sinar matahari, latihan fisik, stress, alkohol
Urtikaria disebabkan karena pelepasan histamin, serotonin, bradikinin, dan mediator
lainnya. Mediator-mediator ini menyebabkan vasodilatasi dan edema dermis dan lapisan
subkutan. Oleh karena itu, banyaknya mediator-mediator peradangan yang terlibat dalm proses
terjadinya urtikaria, maka pemeriksaan dan pengobatannya menjadi sulit.
Penanganan dan pengobatan
Pasien urtikaria kronik diperiksa dengan melakukan anamnesis riwayat medis secara
lengkap, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan darah yang meliputi hitung leukosit, LED, dan
faktor antinuklear. Pemeriksaan darah juga meliputi tes fungsi hepar seperti serum aspartat
alanin aminotransferase (AST, ALT / SGOT, SGPT), laktat dehidrogenase (LDH), alkali fosfatase
dan bilirubin.
Pencarian adanya kuman-kuman infeksi meliputi pemeriksaan telur dan parasit pada
fese, radiogram toraks, radiogram sinus, dam pemeriksaan gigi. Uji kulit dengan antigen hanya
akan memberikan sedikit manfaat bagi evaluasi urtikaria. Angiodema herediter diakibatkan
oleh defisiensi penghambat komponen komplemen pertama. Benturan pada kulit, mengoleskan
balok es, latihan fisik, uji sinar, dan uji air kadang-kadang mengakibatkan lesi pada kulit.
Dalam pengobatannya, semua faktor presipitasi (obat-obatan, zat pewarna, makanan)
harus disingkirkan. Menghindari makanan (seperti : coklat, pewarna azobenzen, keju, kerang,
kacang, telur, susu, tomat, dan buah berry segar). Urtikaria diobati secara simptomatik.
Urtikaria akut yang disebut angiodema diobati dengan epinefrin subkutan. Urtikaria
yang tidak terlalu parah diobati dengan pemberian antihistamin reseptor-H1 oral, seperti
difenhidramin, hidroksizin, cetirizin dan siproheptadin. Obat-obatan ini dapat menyebabkan
rasa kantuk yang berat. Antihistamin non-sedatif reseptor-H1 termasuk feksofenadin, loratadin,
sedikit kurang efektif namun dapat digunakan pada pagi dan siang hari.
Antidepresan trisiklik seperti doksepin dapat dugunakan pada pasien yang resisten
terhadap terapi. Antihistamin rseptor-H2 seperti simetidin juga berguna. Profilaksis angiodema
herediter dapat dicapai dengan agen antifibrinolitik (asam E-amino-kaproik) dan androgen
(danazol).
II. Eritema multiforme
Pasien eritema multiforme datang dengan makula, papula, dan vesikel. Lesi yang khas
memiliki gambaran seperti sasaran tembak (target) oleh karena di bagian tengahnya terjadi
perubahan warna atau nekrosis. Lesinya simetris dan seringkali menyerang telapak tangan.
Eritema multiforme biasanya asimptomatik, tetapi dapat juga menimbulkan rasa gatal dan
nyeri.
Jika membran mukosa bibir, mulut, genital dan konjugtiva terserang, maka eritema
multiforme dinamakan sindrom Stevens-Johnson. Pasien ini keadaannya toksik dan demam.
Keadaan ini dapat mengakibatkan terbentuknya jaringan parut pada kornea. Lesi-lesi
makulopapular dapat menyatu, membentuk daerah bula dan nekrosis yang luas. Keadaan ini
disebut nekrolisis epidermal toksik (TEN). Kematian terjadi pada 50% dari pasien ini.
Komplikasi eritema multiforme adalah hiperpigmentasi pascainflamasi, keratitis dengan
gangguan penglihatan dan pneumonia. Penyebab eritema multiforme adalah obat-obatan
(sulfa, penisilin, barbiturat, difenilhidantoin) dan infeksi (herpes simpleks, Mycoplasma). Tetapi
lebih dari 50% pasien, penyebabnya idiopatik. Kasus eritema multiforme yang berat atau
sindrom Stevens-Johnson diobati dengan kortikosteroid sistemik.
III. Eritema nodosum
Pasien dengan eritema nodosum datang dengan nodula-nodula eritematosa yang nyeri,
biasanya terletak pada bagian anterior tungkai bawah. Keadaan ini lebih sering dialami
perempuan dibandingkan laki-laki. Demam, artritis dan atralgia menyertai erupsi penyakit ini.
Hanya 20-30% kasus yangdapat ditentukan penyebabnya. Termasuk diantara penyebab-
penyebab tersebut adalah : infeksi streptokokus, sarkoidosis, obat-obatan dan penyakit radang
usus. Perbaikan penyakit terjadi dalam 3 hingga 6 minggu.
Radiogram torak, pemeriksaan darah lengkap, kultur tenggorokan, dan titer
antistreptoloisin O diambil untuk mencari penyebab eritema nodosum. Pasien biasanya dirawat
dengan beristirahat di tempat tidur, aspirin, dan kadang-kadang diberikan kortikosteroid oral.
IV. Vaskulitis Kutaneus
Biasanya terlihat ada lesi urtikaria persisten yang dapat diraba, makula hemoragik,
papula, tukak, purpura. Lesinya biasanya ditemukan pada ekstremitas bagian distal. Vaskulitis
kutaneus dapat disertai vaskulitis sistemik pada ginjal, saluran cerna dan organ-organ tubuh
lainnya. Karena itu, pasien dapat juga memperlihatkan gejala demam, artralgia, pendarahan
saluran cerna atau hematuria.
Etiologi vaskulitis antara lain obat-obatan, infeksi (terutama Streptococcus), penyakit
kolagen vaskular (artritis reumatoid, lupus eritematosus sistemik) dan virus hepatitis B. Pada
kebanyakan pasien penyebabnya idiopatik. Pasien dengan lesi klinis berupa vaskulitis kutaneus
perlu dibiopsi kulitnya untuk memastikan diagnosis. Pada biopsi terlihat infiltrat dari leukosit
polimorfonuklear akibat nekrosis dinding pembuluh darah. Setelah diagnosis ditegakkan maka
pasien dievaluasi apakah terserang secara sistemik melalui urinalisis dan pemeriksaan klirens
kreatinin, serta uji adanya globulin, faktor anti-nuklear, faktor reumatoid dan antigen hepatitis
B.
Terapinya didasarkan pada berat tidaknya kulit yang terkena dan terlibatnya sistemik.
Biasanya kortikosteroid sistemik dapat membantu mengatasi proses tersebut. Siklofosfamid
dan kolkisin juga dapat digunakan.
BAB 3
KESIMPULAN
Eksema mencakup semua jenis lesi kulit yang berwarna merah, melepuh, basah,
berskuama, menebal dan gatal.
Eksema dibagi menjadi beberapa macam , yaitu : eksema atopik, eksema kontak alergi,
tangan, neurodematitis, dermatitis seboroik, eksema statis.
Gangguan vaskuler dibagi menjadi 4 macam, yaitu : urtikaria, eritema multiforme,
eritema nodosum, dan vaskulitis kutaneus.
DAFTAR PUSTAKA
Lorraine M. Wilson, Sylvia. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :
Penerbit EGC
http://eksimkulit.com/
http://cakmoki86.wordpress.com/2009/09/11/eksim-eczema-dermatitis/
http://sikkahoder.blogspot.com/2013/03/penyakit-eksim-dermatitis-atopik.html