Faringitis,Tonsilitis, Adenoid, & Abses Leher Dalam

12
FARINGITIS Definisi Peradangan dinding faring yang dapat diakibatkan virus (40-60%), bakteri (5 alergi, trauma, toksin, dan lain-lain. akteri grup ! streptokokkus " #emolitikus melepaskan toksin ekstraseluler menimbulkankompleks antigen-antibodi se#ingga menyebabkan demam rematik, kerusakan katup $antung, dan glomerulonefritis akut. anyak menyeran sekola#, $arang pada de asa dan anak di ba a# & ta#un. Penularannya melalui dan sekret #idung. 'asus akut dapat men$adi kronik apabila disertai predisposisi seper (pasien sering bernapas le at mulut karena #idung tersumbat), sinusitis, ir ole# rokok, minum alko#ol, in#alasi uap, dan terpapar debu. Klasifikasi aringitis !kut aringitis 'ronik aringitis pesifik FARINGITIS AKUT Anamnesis Viral Bakterial Fungal Gonorea *apat dida#ului infeksi #idung *apat disertai infeksi kon$ungtiva mata *emam ekret dari #idung +yeri tenggorokan +yeri menelan ual en$olan pada le#er ( ) er/ak mera# pada kulit ( o1sa/#ie) *emam tinggi +yeri kepala #ebat ual dan munta# 2arang disertai batuk +yeri tenggorokan +yeri menelan +yeri tenggorokan +yeri menelan 3erdapat kontak orogenital dengan penderita gonorea Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Viral Bakterial Fungal Gonorea

description

Exam

Transcript of Faringitis,Tonsilitis, Adenoid, & Abses Leher Dalam

FARINGITIS

Definisi Peradangan dinding faring yang dapat diakibatkan virus (40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma, toksin, dan lain-lain. Bakteri grup A streptokokkus hemolitikus melepaskan toksin ekstraseluler yang dapat menimbulkan kompleks antigen-antibodi sehingga menyebabkan demam rematik, kerusakan katup jantung, dan glomerulonefritis akut. Banyak menyerang anak usia sekolah, jarang pada dewasa dan anak di bawah 3 tahun. Penularannya melalui droplet dan sekret hidung. Kasus akut dapat menjadi kronik apabila disertai predisposisi seperti rinitis kronik (pasien sering bernapas lewat mulut karena hidung tersumbat), sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap, dan terpapar debu.

Klasifikasi Faringitis Akut Faringitis Kronik Faringitis Spesifik

FARINGITIS AKUT

AnamnesisViralBakterialFungalGonorea

Dapat didahului infeksi hidung Dapat disertai infeksi konjungtiva mata Demam Sekret dari hidung Nyeri tenggorokan Nyeri menelan Mual Benjolan pada leher (EBV) Bercak merah pada kulit (Coxsachie)

Demam tinggi Nyeri kepala hebat Mual dan muntah Jarang disertai batuk Nyeri tenggorokan Nyeri menelan

Nyeri tenggorokan Nyeri menelan Terdapat kontak orogenital dengan penderita gonorea

Pemeriksaan Fisik dan PenunjangViralBakterialFungalGonorea

Faring dan tonsil hiperemis Eksudat pada dinding faring, terutama yang disebabkan EBV, namun tidak pada influenza, Coxsachie, dan CMV Pembesaran KGB, terutama pada retroservikal dan hepatosplenomegali jika disebabkan EBV Lesi vesikular pada orofaring dan ruam makulopaular pada kulit jika disebabkan Coxsachie Terdapat gejala konjungtivitis jika disebabkan adenovirus Kondisi lemah dapat disebabkan HIV-1

Tonsil membesar Faring dan tonsil hiperemis Terdapat eksudat pada faring dan tonsil Timbul bercak petechiae pada palatum dan faring Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal, dan nyeri tekan

Tampak plak putih di orofaring Mukosa faring lainnya hiperemis Tumbuh jamur pada kultur agar Saboraud

TatalaksanaViralBakterialFungalGonorea

Bed rest Minum yang cukup Analgetik Tablet isap Pada HSV dapat diberi metisoprinol (isoprenosine) 60-100 mg/kgBB dalam 4-6 kali/hari untuk dewasa dan 50 mg/kgBB dalam 4-6 kali/hari untuk anak < 5 tahun Penicilin G Banzatin 50.000 U/kgBB IM dosis tunggal; atau Amoksisilin 3 x 500 mg/hari selama 6-10 hari untuk dewasa dan 50 mg/kgBB dalam 3 kali/hari selama 10 hari untuk anak; atau Eritromisin 4 x 500 mg/hari Deksamethasone 8-16 mg IM 1 kali untuk dewasa dan 0,08-0,3 mg/kgBB IM 1 kali untuk anak Analgetik Obat kumur antiseptik

Nystatin 100.000 400.000 2 kali/hari Sefalosporin generasi ke-3 seperti ceftriakson 250 mg IM

FARINGITIS KRONIK

AnamnesisHiperplastikAtrofi

Tenggorokan kering dan gatal Batuk bereak

Sering disertai radang hidung Tenggorokan kering dan terasa tebal Mulut berbau Higiene buruk

Pemeriksaan Fisik dan PenunjangHiperplastikAtrofi

Kelenjr limfa di bawah mukosa faring membesar Lateral band hiperplasi Mukosa dinding posterior bergranulasi dan tidak rata

Biasanya bersamaan dengan rinitis atrofi Atrofi progresif dari konka nasalis, mukosa faring, dan mukosa lainnya Sekret mudah mengering dan minumbulkan krusta bijau yang berbau Pada histopatologi ditemukan metaplasia sel epitel torak bersilia menjadi sel epitel kubik atau gepeng berlapis tidak bersilia, lapisan submukosa lebih tipis, dan kelenjar berdegenerasi

TatalaksanaHiperplastikAtrofi

Kaustik faring dengan nitras argenti atau dengan kauterisasi listrik Obat kumur antiseptik Tablet hisap Obat batuk antitusif atau ekspektoran Obati penyakit pada hidung atau sinus paranasal

Obati rinitis atrofi Obat kumur antiseptik Perawatan higiene mulut dan hidung

FARINGITIS SPESIFIK

AnamnesisLuetikaTuberkulosis

Koreng pada tenggorokan yang tidak terasa nyeri Pembengkakan pada bawah rahang Terdapat lues sindrom, yaitu luka pada kemaluan yang tidak nyeri, bercak di kulit yang tidak gatal, nyeri tulang panjang, dan keguguran pada kehamilan > 16 minggu Dapat disertai penyakit di lokasi lain, seperti pada kemaluan, bibir, dan stroke

Sering disertai keluhan infeksi paru, namun bisa juga tidak Tampak lemas Tidak nafsu makan Berat badan menurun Berkeringat pada malam hari Nyeri menelan Leher membengkak Nyeri alih ke telinga

Pemeriksaan Fisik dan PenunjangLuetikaTuberkulosis

Disebabkan Treponema palidum Stadium primer: Bercak keputihan pada lidah, palatum mole, tonsil, dan dinding faring, ulkus yang tidak nyeri pada dinding faring, pembesaran KGB submandibula yang tidak nyeri pada penekanan Stadium sekunder: Jarang ditemukan, faring dan laring eritema Stadium tertier: Terdapat guma pada tonsil dan palatum, jarang pada dinding posterior faring, namun dapat meluas ke vertebra servikalis, bila pecah menyebabkan kematian, dan bila sembuh menimbulkan parut yang mengganggu fusngsi secara permanen

Biasanya proses sekunder dari TB paru Pada BTA jeis Bovidum, dapat timbuk fokus primer pada faring Tonsil dapat membengkak Lesi tuberkel tampak pada posterior faring, arkus faring anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole, dan palatum durum KGB regional leher membengkak Pada pemeriksaan sputum ditemukan basil tahan asam Pada foto thorax tampak khas TB paru Biopsi jaringan untuk menyingkirkan keganasan

TatalaksanaLuetikaTuberkulosis

Penisilin dosis tinggi

Sesuai terapi TB paru

TONSILITIS

DefinisiTonsilitis merupakan peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer

Klasifikasi Akut Membranosa Kronik

Anamnesis Demam Rasa mengganjal di dalam mulut Nyeri menelan Nyeri tenggorokan Perubahan suara Mengorok saat tidur obstructive sleep apnea Dapat disertai batuk pilek Halitosis Penurunan selera makan Penurunan berat badan Nyeri di telinga Nyeri pada sendi (bakteri Grup A Streptokokus Hemolitikus) Onset: berapa kali dalam setahun terakhir Higienitas mulut buruk

Pemeriksaan Fisik dan PenunjangAkutMembranosaKronik

VirusBakteriDifteriSeptikAngina Plaut VincentPenyakit Kelainan Darah

Mirip common cold Luka kecil pada palatum dan tonsil jika disebabkan Coxsachie Supuratif jika disebabkan Hemofilus influenza Tonsil hiperemis Krista berisi detritus, tampak seperti bercak kuning Jika membentuk detritus yang jelas, disebut tonsilitis folikularis Jika detritus bersatu membentuk alur-alur, disebut tonsilitis lakunaris Tonsil bengkak dan hiperemis Dapat membentuk membran semu Nyeri alih telinga jika mengenai N.IX Kelenjar submandibula bengkak dan NT (+) Komplikasi: OMA, sinusitis, abses leher dalam, bronkitis, GNAPS, miokarditis, artritis, sindrom Lemierre (infeksi vena jugularis) Etiologi Coryno-bacteria diphteria Demam subfebris Tonsil ditutupi bercak putih kotor bersatu mem-bentuk mem-bran semu yang mudah berdarah Bull neck akibat pembe-saran KGB leher (Burge-meester hals) Kompli-kasi: miokar-ditis, gagal jantung, gagal ginjal, kelum-puhan otot palatum dan pernapa-san

Etiologi Streptoko-kus hemo-litikus dalam susu sapi Membran (+) Etiologi bakteri spirochaeta atau treponema Demam 39oC Hipersalivasi Mukosa mulut dan faring hiperemis Mebran putih keabuan di atas tonsil, uvula, dinding faring, gusi, dan prosesus alveolaris Mulut berbau Pembesaran KGB submandibula Membran semu (+) Epistaksis Perdarahan di selaput lendir mulut, faring, dan bawah kulit Tonsil membengkak ditutupi membran semu yang tidak hiperemis Pembesaran KGB leher, submandibula, ketiak, dan retroinguinal Kripta melebar Detritus (+) jika eksaserbasi akut Granula (+) Perlekatan dengan jaringan sekitar fossa tonsilaris Napas berbau

TatalaksanaAkutMembranosaKronik

VirusBakteriDifteriSeptikAngina Plaut VincentPenyakit Kelainan Darah

Edukasi Istirahat Minum cukup Analgetik Antivirus jika gejala berat Edukasi Antibiotik:- Penisilin- Eritromisin Antipiretik Obat kumur yang mengandung desinfektan Edukasi Bed rest minimal 2-3 minggu Isolasi Anti difteri serum (ADS) 20.000 - 100.000 unitAntibiotik: - Penisilin- Eritromisin25-50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis Kortiko-steroid 1,2 mg/kgBB/hari Antipiretik

Edukasi Antibiotik spektrum luas selama 1 minggu Vitamin C dan B kompleks Edukasi Terapi sesuai etiologi penyakit kelainan darah (leukimia akut, angina agranulositosis, dan infeksi mononukleosis)

Antibiotik Tonsilektomi Perawatan higiene mulut

Indikasi TonsilektomiIndikasi absolut tonsilektomi: Timbul kor pulmonal karena obstruksi jalan napas yang kronik. Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindrom apnea waktu tidur. Hipertrofi berlebihan yang menyebabkan disfagia dengan penurunan berat badan penyerta. Biopsi eksisi yang dicurigai keganasan (limfoma). Abses peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada ruang jaringan sekitarnya.Indikasi relatif tonsilektomi: Serangan tonsilitis berulang yang tercatat walaupun telah diberikan penatalaksanaan medis yang adekuat Tonsilitis yang berhubungan dengan biakan streptokokus menetap dan patogenik (keadaan karier). Hiperplasia tonsil dengan obstruksi fungsional (misalnya proses menelan). Hiperplasia dan obstruksi yang menetap enam bulan setelah infeksi mononukleosis (biasanya pada dewasa muda). Riwayat demam rematik dengan kerusakan jantung yang berhubungan dengan tonsilitis rekurens kronik dan pengendalian antibiotik yang buruk. Radang tonsil kronik menetap yang tidak memberikan respon terhadap penatalaksanaan medis (biasanya pada dewasa muda). Hipertrofi tonsil dan adenoid yang berhubungan dengan abnormalitas orofasial dan gigi geligi yang menyempitkan jalan napas bagian atas. Tonsilitis berulang atau kronik yang berhubungan dengan adenopati servikal persisten.Menurut American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery, indikasi absolut tonsilektomi yaitu sebagai berikut: Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia berat, gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmoner. Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase. Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam. Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi Menurut American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery, indikasi relatif tonsilektomi yaitu sebagai berikut: Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik adekuat. Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi medis. Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak membaik dengan pemberian antibiotik -laktamase resisten.

HIPERTROFI ADENOID

Definisi Massa yang terdiri dari jaringan limfoid pada dinding posterior nasofaring. Secara fisiologik adenoid membesar pada usia 3 tahun dan menghilang pada usia 14 tahun. Hipertrofi dipicu oleh infeksi saluran napas atas berulang.

Gejala Klinis Pasien bernapas melaui mulut, sehingga terjadi fasies adenoid (seolah seperti orang bodoh, hidung kecil, gigi insisivus ke depan, arkus faring tinggi), faringitis, bronkitis, dan sinusitis kronik. Sumbatan tuba Eustachius menyebabkan otitis media akut berulang hingga otitis media supuratif kronik. Gangguan tidur, tidur mengorok, retardasi mental, pertumbuhan fisik terganggu.

Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Rinoskopi anterior: Gerakan velum palatum mole tertahan. Pemeriksaan digital (dengan jari): meraba adenoid yang membesar pada nasofaring. Pemeriksaan radiologik: Foto lateral kepala tampak jaringan lunak menebal padanasofaring.

Tatalaksana Bedah adenoidektomi dengan kuretase memakai adenotom. Indikasi adenoidektomi:1. Sumbatana) Pasien terpaksa bernapas melalui mulutb) Sleep apneac) Gangguan meneland) Gangguan bicarae) Adenoid face2. Infeksia) Adenoiditis berulang/kronikb) Otitis media efusi berulang/kronikc) Otitis media akut berulang3. Neoplasma jinak/ganas Komplikasi adenoidektomi:1. Perdarahan bila kuretase kurang bersih2. Bila kuretase terlalu dalam dapat merusak dinding belakang faring3. Bila kuretase terlalu ke bagian lateral dapat merusak torus tobarius, menutup tuba Eustachius hingga menyebabkan tuli konduktif

ABSES LEHER DALAM

Definisi Abses yang terbentuk pada ruang potensial di antara fasia leher profunda sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Etiologi golongan Streptococcus, Staphylococcus, Bacterioides, atau campuran. Dapat berupa abses peritonsil (quincy), abses retrofaring, abses parafaring, abses submandibula, dan angina Ludovici (Ludwigs angina)

AnamnesisAbses peritonsilAbses retrofaringAbses parafaringAbses submandibulaAngina Ludovici

Nyeri menelan yang hebat Nyeri telinga pada sisi yang sakit Mual dan muntah Mulut berbau Banyak ludah Suara gumam (hot potato voice) Sulit membuka mulut (trismus) Pembengkakan di bawah rahang yang nyeri tekan

Biasa pada anak di bawah 5 tahun akibat banyaknya kelenjar limfa Nyeri dan sukar menelan Anak rewel dan tidak mau makan minum Demam Leher kaku dan nyeri Sesak napas akibat sumbatan Tidur mengorok Suara gumam (hot potato voice)

Leher kaku (trismus) Indursi atau pembengkakan di bawah telinga Demam tinggi Demam Nyeri leher Leher kaku (trismus) Pembengkakan di rahang bawah atau di bawah lidah

Nyeri tenggorokan Nyeri leher Pembengkakan di bawah rahang yang merah dan keras jika diraba Dasar mulut membengkaak Lidah terdorong ke atas belakang Sesak napas akibat sumbatan Terdapat riwayat sakit gigi, mengorek, atau mencabut gigi

EtiologiAbses peritonsilAbses retrofaringAbses parafaringAbses submandibulaAngina Ludovici

Komplikasi tonsilitis akut Infeksi dari kelenjar mukus Weber di kutun atas tonsil Dapat disebabkan kuman aerob dan anaerob Terjadi pada superior dan lateral fossa tonsilaris

Infeksi saluran napas atas yang menyebabkan limfadenitis retrofaring Trauma dinding belakang faring oleh benda asing atau trauma tindakan medis Tuberkulosis vertebrar servikalis atas (abses dingin)

Langsung akibat trauma benda asing atau tindakan bedah Proses supurasi limfa leher dalam, gigi, tonsil, faring, hidung, sinus paranasal, mastoid, dan vertebra servikal Penjalaran infeksi dari ruang peritonsil, retrofaring, atau submandibula Infeksi dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar liur atau KGB submandibula Kelanjutan dari infeksi ruang leher dalam lain Kuman penyebab dapat aerob atau anaerob

Sumber infeksi dari gigi atau dasar mulut Dapat disebabkan kuman aerob atau anaerob

Pemeriksaan Fisik dan PenunjangAbses peritonsilAbses retrofaringAbses parafaringAbses submandibulaAngina Ludovici

Stadium awal (infiltrasi): peritonsil hiperemis dan fluktuatif Uvula terdorong ke arah yang sehat Tonsil bengkak, hiperemis, banyak detritus Abses dapat pecah spontan menyebabkan aspirasi ke paru Mulut berbau Nyeri tekan submandibula Trismus

Trismus Stridor Benjolan pada dinding posterior faring yang unilateral Mukosa bengkak dan hiperemis Foto Rontgent jaringan lunak leher lateral menunjukkan pelebaran ruang retrofaring lebih dari 7 mm pada anak dan dewasa, serta pelebaran ruang retrotrakea lebih dari 14 mm pada anak dan 22 mm pada dewasa, disertai berkurangnya lordosis vertebra servikalis

Trismus Indurasi pada angulus mandibula Edema pada lateral faring hingga menonjol ke medial Dapat dilakukan foto Rontgent jaringan lunak leher atau CT-scan Ada fokus infeksi pada gigi atau gusi Pembengkakan yang fluktuatif pada submandi-bula atau bawah lidah

Pembengkakan submandibula yang hiperemis dan keras Tidak fluktuatif Pada pseudo angina Ludovici dapat terjadi fluktuasi Dapat disertai fokus infeksi pada gigi

TatalaksanaAbses peritonsilAbses retrofaringAbses parafaringAbses submandibulaAngina Ludovici

Stadium infiltrasi: Antibiotik golongan Penisilin atau Klindamisin, serta Metronidazol Berkumur dengan cairan hangat Kompres dingin pada leher Pungsi dan insisi abses pada pertengahan garis yang menghu-bungkan dasar uvula dan geraham atas di sisi yang sakit (paling menonjol dan lunak) Tonsilektomi: Achaud (bersama dengan drainase abses), atiede (3-4 hari setelah drainase ases), afroid (4-6 miggu setelah drainase abses)

Antibiotik dosis tinggi secara parenteral Pungsi dan insisi abses dengan laringkoskopi langsung dalam posisi Trendelenburg, dan pus yang keluar segera di-suction

Antibiotik dosis tinggi secara parenteral Jika dengan antibiotik selama 24-28 jam tidak ada perbaikan, lakukan drainase abses dengan insisi dari luar (2 jari di bawah dan sejajar mandibula) dan intra oral (dinding lateral faring) Antibiotik dosis tinggi secara parenteral Evakuasi abses dalam anestesi lokal untuk yang dangkal dan terlokalisasi, atau eksplorasi dalam narkosis bila abses dalam dan luas (insisi setinggi os hyoid atau yang paling fluktuatif)

Antiobiotik dosis tinggi secara parenteral Eksplorasi untuk mengurangi tegangan (dekompresi) dan evakuasi pus atau jaringan nekrotik jika ada melalui insisi di garis tengah secara horizontal setinggi os hyoid (3-4 jari di bawah mandibula)

KomplikasiAbses peritonsilAbses retrofaringAbses parafaringAbses submandibulaAngina Ludovici

Abses pecah spontan menyebabkan pneumonia aspirasi atau empiema paru Penjalaran abses menjadi abses parafaring Mediastinitis Trombus sinus kavernosus Meningitis Abses otak

Bila abses pecah spontan menyebabkan pneumonia aspirasi atau empiema paru Penjalaran abses ke ruang parafaring dan ruang vaskuler visera Mediatinitis Obstruksi jalan napas

Infeksi menjalar secara hematogen, limfogen, atau perkontinuitatum Infeksi intrakranial Mediastinitis Kerusakan dinding pembuluh darah higga nekrosis, tromboflebitis Septikemia Sumbatan jalan napas Penjalaran abses ke ruang leher dalam lain Mediastinitis Sepsis