Faringitis Print

22
LAPORAN KASUS FARINGITIS IDENTITAS PASIEN Pemeriksa : Arfiana Bachdar W. Radhiatul Jannah Nama : Nn. Dewi Kumalasari P. Umur : 18 Tahun J. Kelamin : Perempuan Suku : Bugis Agama : Islam Pekerjaan : Mahasiswi FK-UMI Alamat : Jl. Inspeksi Kanal No.1 Tgl Periksa : 18 Oktober 2011 ANAMNESIS Keluhan utama : Nyeri menelan Anamnesis Terpimpin : Dialami sejak 2 hari SMRS seperti tertusuk-tusuk dan rasa terbakar, terus menerus, nyeri berkurang dengan minum obat (cefadroxil dan Ester C). Demam (+) 2 hari pada malam hari terus menerus, pusing (-), sakit kepala (+) seperti tertidih pada pagi hari. Batuk (-). Mual (-), muntah (-). Nafsu makan menurun. 1

description

medical

Transcript of Faringitis Print

Page 1: Faringitis Print

LAPORAN KASUS

FARINGITIS

IDENTITAS PASIEN

Pemeriksa : Arfiana Bachdar

W. Radhiatul Jannah

Nama : Nn. Dewi Kumalasari P.

Umur : 18 Tahun

J. Kelamin : Perempuan

Suku : Bugis

Agama : Islam

Pekerjaan : Mahasiswi FK-UMI

Alamat : Jl. Inspeksi Kanal No.1

Tgl Periksa : 18 Oktober 2011

ANAMNESIS

Keluhan utama : Nyeri menelan

Anamnesis Terpimpin :

Dialami sejak 2 hari SMRS seperti tertusuk-tusuk dan rasa terbakar, terus

menerus, nyeri berkurang dengan minum obat (cefadroxil dan Ester C). Demam

(+) 2 hari pada malam hari terus menerus, pusing (-), sakit kepala (+) seperti

tertidih pada pagi hari. Batuk (-). Mual (-), muntah (-). Nafsu makan menurun.

BAB : baik

BAK.: baik

Riwayat keluhan yang sama (+) dialami ± 2 bulan yang lalu sembuh dengan

minum obat yang disarankan teman.

Riw. Penyakit Sebelumnya :

Riwayat keluhan yang sama ± 2 bulan yang lalu

Riwayat penyakit maag (+)

1

Page 2: Faringitis Print

Riwayat alergi obat (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga (+): kakak dan adik

Riwayat penyakit jantung (-)

Riwayat penyakit ginjal (-)

PEMERIKSAAN FISIS

Status Present :

Tinggi badan : 150 cm

Berat badan : 45 kg

Tanda Vital :

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 76 x/menit

Pernapasan : 24 x/menit

Suhu : 37,1 oC

Kepala : Anemis (-), Sianosis (-), Ikterus (-)

Leher : DVS tidak ada peninggian, faring: hiperemis

Thoraks : Vesikuler, Rh (-), Wh (-)

Cor : Suara jantung I dan II murni, reguler

Abdomen : Peristaltik (+) kesan normal

Ekstremitas : tidak ada kelainan

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan

DIAGNOSIS

Faringitis

2

Page 3: Faringitis Print

PENATALAKSANAAN

Pengobatan farmakologi yang diberikan adalah:

Degirol 4 x 1

Pengobatan non farmakologi yang dianjurkan kepada pasien antara lain :

Istirahat teratur dan tidur yang cukup

Kumur air hangat

HASIL KUNJUNGAN RUMAH

1. Kunjungan Rumah (18 Oktober 2011)

Keluhan : Nyeri menelan

Tanda Vital :

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 76 x/menit

Pernapasan : 24 x/menit

Suhu : 37,1 oC

Pemeriksaan Fisik :

Kepala : Anemis (-), Sianosis (-), Ikterus (-)

Leher : DVS tidak ada peninggian, faring: hiperemis

Thoraks : Vesikuler, Rh (-), Wh (-)

Cor : Suara jantung I dan II murni, reguler

Abdomen : Peristaltik (+) kesan normal

Ekstremitas : Tidak ada kelainan

Penatalaksanaan non farmakologi yang dianjurkan kepada pasien antara

lain :

o Istirahat teratur dan tidur yang cukup

o Kumur air hangat

3

Page 4: Faringitis Print

2. Kunjungan Rumah II (19 Oktober 2011)

Keluhan : Nyeri menelan

Tanda Vital :

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 76 x/menit

Pernapasan : 24 x/menit

Suhu : 37,1 oC

Pemeriksaan Fisik :

Kepala : Anemis (-), Sianosis (-), Ikterus (-)

Leher : DVS tidak ada peninggian, faring: hiperemis

Thoraks : Vesikuler, Rh (-), Wh (-)

Cor : Suara jantung I dan II murni, reguler

Abdomen : Peristaltik (+) kesan normal

Ekstremitas : Tidak ada kelainan

Penatalaksanaan non farmakologi yang dianjurkan kepada pasien antara

lain :

o Istirahat teratur dan tidur yang cukup

o Kumur air hangat

Berikut akan dibahas mengenai keluarga pasien :

1. Profil Keluarga :

Nn. Dewi adalah seorang mahasiswi di fakultas kedokteran Universitas

Muslim Indonesia. Ia adalah anak kedua dari tiga orang bersaudara. Ia tinggaldi

sebuah rumah kos di jalan Inspeksi Kanal No.1.

2. Status Sosial dan Kesejahteraan Keluarga

Nn. Dewi tinggal di sebuah rumah batu dengan 8 buah kamar tidur, 2 buah

kamar mandi, dapur, dan ruang tamu. Menurutnya, kebutuhan sehari-harinya dan

4

Page 5: Faringitis Print

keluarganya cukup terpenuhi dikarenakan kedua orangtuanya sama-sama

memiliki pekerjaan (wiraswasta).

3. Riwayat Penyakit Keluarga

Dari penuturan Nn. Dewi diketahui dia tidak memiliki riwayat penyakit

jantung, ginjal, maupun alergi. Namun adik dan kakaknya memiliki riwayat

keluhan yang sama (sakit menelan) dan saat ini sudah membaik.

4. Pola Konsumsi Makanan Keluarga

Diakui Nn. Dewi bahwa pola makannya sehari-hari teratur. Namun Nn.

Dewi kadang-kadang terlambat makan, terutama jika sibuk kuliah serta

mengerjakan tugasnya sebagai mahasiswi. Makanan yang dikonsumsi setiap

hari adalah makanan yang dibeli di kantin tempat ia kuliah dengan menu yang

kurang bervariasi. Dalam menu makanan sehari-hari jarang mengkonsumsi

sayur dan buah. Dirumah nn. Dewi makan masakan yang dibeli diwarung dekat

rumah.

5. Psikologi Dalam Hubungan Antar Anggota Keluarga

Psikologi hubungan antar anggota keluarga secara umum baik walaupun

hanya melalui telepon karena kedua orang tuanya tinggal di Palu.

6. Lingkungan

Lingkungan sekitar rumah keluarga kurang bersih karena lingkungan

sekitar tempat tinggal nn. Dewi tidak memiliki tempat pembuangan sampah yang

tetap serta pembuangan limbah yang baik. Sumber air untuk kebutuhan mandi

dan mencuci diperoleh dari air PDAM dan air galon untuk minum.

5

Page 6: Faringitis Print

Gambar. 1 Ruang Tamu Gambar. 2 Dapur

Gambar. 3 Kamar Tidur Gambar.4 Kamar Mandi

6

Page 7: Faringitis Print

DISKUSI

Nn. Dewi datang ke poliklinik IBNU SINA dengan keluhan nyeri menelan

yang dialami sejak 2 hari SMRS seperti tertusuk-tusuk dan rasa terbakar, terus

menerus, nyeri berkurang dengan minum obat (cefadroxil dan Ester C). Demam (+) 2

hari pada malam hari terus menerus, sakit kepala (+) seperti tertidih pada pagi hari.

Batuk (-). Nafsu makan menurun. BAB dan BAK baik. Riwayat keluhan yang sama

(+) dialami ± 2 bulan yang lalu sembuh dengan minum obat yang disarankan teman.

Riwayat keluhan yang sama ± 2 bulan yang lalu, riwayat penyakit maag (+), riwayat

alergi obat (-). Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga (+): kakak dan adik

Dari gejala diatas, pasien di diagnosis dengan faringitis. Faringitis adalah

infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri, yang ditandai oleh

adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran

limfonodi di leher dan malaise. Demam disebabkan karena adanya proses infeksi

pada mukosa faring.

Pengobatan yang diberikan adalah tablet isap degirol 4 kali sehari. Obat ini

merupakan obat antiinfeksi untuk radang tenggorokan (nyeri menelan) yang belum

diketahui penyebabnya.

7

Page 8: Faringitis Print

FARINGITIS

A. Definisi

Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau

bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan

hiperemis, demam, pembesaran limfonodi di leher dan malaise.(1,2)

B. Anatomi

Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong,

yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari

dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi servikal ke-6. Ke atas

faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan

dengan rongga mulut melalui ismus orofaring, sedangkan dengan laring di bawah

berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah berhubungan esofagus.panjang

dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini

merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh

(dari dalam keluar) selaput lendir, fascia faringobasiler, pembungkus otot dan

sebagian fasia bukofaringeal. (1)

Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring).

Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mucous blanket) dan otot.

Bentuk mukosa faring bervariasi, tergantung letaknya. Pada nasofaring karena

fungsinya untuk respirasi, maka mukosanya bersilia, sedangkan epitelnya torak

berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian bawahnya, yaitu orofaring dan

laringofaring, karena fungsinya untuk saluran cerna, epitelnya gepeng berlapis

dan tidak bersilia. Di sepanjang faring dapat ditemukan banyak sel jaringan

limfoid yang terletak dalam rangkaian jaringan ikat yang termasuk dalam sistem

retikuloendotelial. Oleh karena itu faring dapat disebut juga daerah pertahanan

tubuh terdepan. (1)

8

Page 9: Faringitis Print

Daerah nasofaring dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui

hidung. Di bagian atas, nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang terletak atas

silia dan bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke belakang. Palut lendir ini

berfungsi untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang diisap.

Palut ini mengandungenzim Lyzozyme yang penting untuk proteksi. (1)

Otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkuler) dan memenjang

(longitudinal). Otot-otot yang sirkuler terdiri dari m.konstriktor faring superior,

media dan inferior. Otot-otot ini terletak di sebelah luar, berbentuk kipas dengan

tiap bagian bawahnya menutup sebagian otot bagian atasnya dari belakang. Kerja

otot konstriktor untuk mengecilkan lumen faring. Otot-otot ini dipersarafi

n.vagus (n.X). Otot-otot yang longitudinal adalah m. stilofaring dan

m.palatofaring. M.stilofaring gunanya untuk melebarkan faring dan menarik

rahang, sedangkan m.palatofaring mempertemukan ismus orofaring dan

menaikkan bagian bawah faring dan laring. Jadi kedua otot ini bekerja sebagai

elevator. Kerja kedua otot ini penting pada waktu menelan. m.stiofaring

dipersarafi oleh n.IX sedangkan m.palatofaring dipersarafi oleh n. X.(1)

C. Etiologi

Faringitis disebabkan oleh bakteri:(3)

1. Group A beta-hemolytic streptococci (GABHS) 15% kasus faringitis.

• Gambaran klinis berupa: demam lebih dari 101.5°F, tonsillopharyngeal

eritem dan eksudasi, pembengkakan limfonodi leher, sakit kepala, muntah

pada anak-anak, petechiae palatal, biasa terjadi pada cuaca dingin.

• Suatu ruam scarlatiniform juga dihubungkan dengan infeksi GABHS ruam

kemerahan pada ekstremitas dan lidah memerah (strawberry tongue)

2. Group C, G, F Streptococci ( 10%), mungkin secara klinis tidak bisa dibedakan

dari infeksi GABHS, namun Streptococcus jenis ini tidak menyebabkan

sequelae immunologic. Streptococci grup C dan G telah dilaporkan sebagai

9

Page 10: Faringitis Print

penyebab radang selaput otak (meningitis), endocarditis, dan empyema

subdural.

• Arcanobacterium Chlamydia pneumoniae (5%), gejala mirip dengan M

pneumoniae. Faringitis biasanya mendahului terjadinya peradangan pada

paru.

• Corynebacterium diphtheria

• Bakteri yang jarang namun dapat dijumpai pada faringitis yaitu Borrelia

species, Francisella tularensis, Yersinia species, and Corynebacterium

ulcerans.

• ( Corynebacterium) haemolyticus ( 5%) banyak terjadi pada dewasa

muda,gejalanya mirip dengan infeksi GABHS, berupa ruam scarlatiniform.

Pasien sering mengeluh batuk.

• Mycoplasma pneumoniae, pada dewasa muda dengan headache, faringitis,

and nfeksi pernafasan bawah. Kira-kira 75% pasien disertai batuk.

3. Viral pharyngitis

o Adenovirus (5%):.

o Herpes simplex (< 5%):

o Coxsackieviruses A and B (< 5%):

o Epstein-Barr virus (EBV):

o CMV.

o HIV-1:

4. Penyebab lain

o Candida sp. Pada pasien-pasien dengan riwayat pengbatan penekan sistem

imun. Banyak terjadi pada anak dengan gambaran plak putih pada orofaring.

o Udara kering, alergi (postnasal tetes), trauma kimia, merokok, neoplasia.

D. Patofisiologi

Pada infeksi faringitis, virus atau bakteri secara langsung menginvasi mucosa

pada rongga tenggorokan, menyebabkan suatu respon inflamasi lokal. berbeda

10

Page 11: Faringitis Print

halnya dengan virus, seperti rhinovirus,dapat mengiritasi mukosa rongga

tenggorokan. Streptococcal infeksi/peradangan ditandai oleh pelepasan dan invasi

toksin ekstra seluler lokal dan protease.(3)

Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan menimbulkan reaksi

inflamasi local. Infeksi bakteri grup A Streptococcus β hemolitikus dapat

menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat karena bakteri ini melepaskan

toksin ekstraseluler yang dapat menimbulkan demam reumatik, kerusakan katup

jantung, glomerulonefritis akut karena fungsi glomerulus terganggu akibat

terbentuknya komplek antigen antibody bakteri. Penularan infeksi melalui secret

hidung dan ludah (droplet infection). (1)

Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel

kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi, terjadi

pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuclear. Pada stadium

awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat

mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering

dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding

faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu

terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan

bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi

meradang dan membengkak.(4,5)

E. Tanda dan Gejala

Gejala dan tanda faringitis akut adalah nyeri tenggorok, sulit menelan,

demam, mual dan kelenjar limfe leher membengkak. Pada pemeriksaan tampak

hiperemis, udem dan dinding posterior faring bergranular.(1)

Streptococcus group A merupakan bakteri penyebab faringitis akut yang

paling sering, kira-kira 15 sampai 30 % kasus pada anak-anak, dan 5 sampai 10 %

pada oang dewasa. Biasanya terdapat riwayat infeksi tenggorokan oleh bakteri

Streptococcus sebelumnya. Insidensi faringitis yang disebabkan oleh streptococcus

11

Page 12: Faringitis Print

meningkat pada musim dingin. Gejala dapat berupa rasa sakit pada tenggorokan,

nyeri saat menelan, demam, pusing, nyeri perut, mual dan muntah. Sedangkan

tanda-tanda yang dapat dilihat yaitu adanya eritema faring dan tonsil, eksudat pada

faring dan tonsil, petechiae palatine, edema uvula, limfadenopati servikalis

anterior. Tidak semua pasien didapati dengan semua gejala tersebut, banyak pasien

datang dengan gejala yang ringan dan tanpa eksudatif. Anak-anak dibawah tiga

tahun dapat disertai coryza dan krusta hidung. Faringitis dengan eksudat jarang

terjadi pada umur ini.(6)

Pada infeksi virus, gejala disertai dengan konjungtivitis, coryza, malaise, fatigue,

serak, dan demam yang tidak tidak terlalu tinggi (low-grade fever). Faringitis pada

anak dapat disertai dengan diare, nyeri perut, dan muntah.(2)

F. Diagnosis

Diagnosis biasanya dibuat tanpa kesulitan, terutama bila terdapat tanda dan

gejala yang mengarah ke faringitis. Biakan tenggorokan membantu dalam

menentukan organisme penyebab faringitis, dan untuk membedakan faringitis

karena bakteri atau virus.(7)

Sangatlah penting untuk mengetahui onset, durasi, progresifitas dan tingkat

keparahan dari gejala yang menyertai seperti demam, batuk, kesukaran bernafas,

pembengkakan limfonodi; paparan infeksi, dan adanya penyakit sistemik lainnya

seperti diabetes dan lain-lain. Faring harus diperiksa apakah terdapat tanda-tanda

eritem, hipertrofi, adanya benda asing, eksudat, massa, petechie dan adenopati.

Juga penting untuk menanyakan gejala yang dialami pasien seperti demam,

timbulnya ruam kulit (rash), adenopati servikalis dan coryza. Jika dicurigai

faringitis yang disebabkan oleh Sterptococcus, seorang dokter harus mendengar

adanya suara murmur pada jantung dan mengevaliasi apakah pada pasien terdapat

pembesaran lien dan hepar.(6)

12

Page 13: Faringitis Print

Apabila terdapat tonsil eksudat, pembengkakan kelenjar limfe leher, tidak

disertai batuk dan suhu badan meningkat sampai 380 C maka dicurigai adanya

faringitis karena infeksi GABHS. (6)

Pemeriksaan Laboratorium

Kultur tenggorok : merupakan suatu metode yang dilakukan untuk menegaskan

suatu diagnosis dari faringitis yang disebabkan oleh bakteri GABHS. Untuk

mencapai hasil yang akurat, pangambilan swab dilakukan pada daerah tonsil dan

dinding faring posterior. Spesimen diinokulasi pada agar darah dan ditanami disk

antibiotik.

Kriteria standar untuk penegakan diagnosis infeksi GABHS adalah persentase

sensitifitas mencapai 90-99 %. Kultur tenggorok sangat penting bagi penderita

yang lebih dari 10 hari. GABHS rapid antigen detection test merupakan suatu

metode untuk mendiagnosa faringitis karena infeksi GABHS. Tes ini akan menjadi

indikasi jika pasien memiliki resiko sedang, atau jika seorang dokter tidak nyaman

memberikan terapi antibiotik dengan resiko tinggi untuk pasien. Jika hasil yang

diperoleh adalah positif maka pengobatan antibiotik yang tepat, namun jika

hasilnya negatif maka pengobatan antibiotik dihentikan kemudian dilakukan

follow-up:

• Hasil kultur tenggorok negative

• Rapid antigen detection tidak sensitive untuk Streptococcus Group C dan G

atau jenis bakteri patogen lainnya(3)

G. Penatalaksanaan

Apabila penyebabnya diduga infeksi virus, pasien cukup diberikan analgetik

dan tablet isap saja. Antibiotika diberikan untuk faringitis yang disebabkan oleh

bakteri Gram positif disamping analgetika dan kumur dengan air hangat. Penisilin

dapat diberikan untuk penyebab bakteri GABHS, karena penisilin telah

terbukti, ,aman dan murah harganya. Dapat diberikan secara sistemik dengan dosis

13

Page 14: Faringitis Print

250 mg, 2 atau 3 kali sehari untuk anak-anak, dan 250 mg 4 kali sehari atau 500

mg 2 kali sehari selama 10 hari. Apabila pasien alergi dengan penisilin, dapat

diganti dengan eritromisin.(6)

H. Komplikasi

Komplikasi infeksi GABHS dapat berupa demam reumatik, dan abses

peritonsiler. Abses peritonsiler terjadi sebagai komplikasi umum faringitis

terutama tampak pada faringitis karena bakteri yaitu : sinusitis, otitis media,

epiglotitis, mastoiditis, dan pneumonia. Kekambuhan biasanya terjadi pada pasaien

dengan pengobatan yang tidak tuntas pada pengobatan dengan antibiotik, atau

adanya paparan baru. Demam rheumatic akut (3-5 minggu setelah infeksi),

poststreptococcal glomerulonephritis, dan toxic shock syndrome, peritonsiler

abses,

Komplikasi infeksi mononukleus meliputi: ruptur lien, hepatitis, Guillain

Barré syndrome, encephalitis, anemia hemolitik, myocarditis, B-cell lymphoma,

dan karsinoma nasofaring.(3)

I. Prognosis

Sebagian besar faringitis dapat sembuh spontan dalam 10 hari, namun

sangat penting untuk mewaspadai terjadinya komplikasi pada faringitis.(3)

14

Page 15: Faringitis Print

DAFTAR PUSTAKA

1. Rusmarjono, Soepardi, E.A. Dalam: Supardi, E.A., Iskandar. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Ed ke-5. Jakarta: Balai

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indinesia. 2001.

2. Vincent, T., Mirian, Celestin,N.,Hussain,N.,Aneela. Pharyngitis.

www.emedicine.com/med/topic735 htm.2006.

3. Kazzi,A.,Antoine, Wills,J. Pharyngitis.

http://www.emedicine.com/med/topic735 htm.2006.

4. Dwiyana, O. Kapita Selekta. Faringitis. Ed. Arif M, Kuspuji T, Rahmi S. Jilid

1 Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas kedokteran UI. 2001.

5. http://yosdimromli.blogspot.com/2010/02/faringitis.html )

6. Alan,L.,Bisno. Acute Pharyngitis. http://www.nejm.org.vol 344;3;205-210

7. Hilger PA. Penyakit-Penyakit Nasofaring dan Orofaring. Dalam: Boeis Buku

Ajar Penyakit THT ed.6. Jakarta: EGC.1994.

15