Evaluasi Granul Dan Tablet

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keruskan pada tablet sering menjadi hal yang tidak baik untuk terlihat konsumen, hal ini menyebabkan sebelum terjun dalam pemasaran obat yang diproduksi dalam industri harus melakukan terlebih dahulu evaluasi terhadap obat tersebut. Agar suatu obat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larutan dalam cairan pada tempat absorbsi. Sebagai contoh, suatu obat yang diberikan secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul tidak dapat diabsorbsi sampai partikel-partikel obat larut dalam cairan pada suatu tempat dalam saluran lambung-usus. Dalam hal dimana kelarutan suatu obat tergantung dari apakah medium asam atau medium basa, obat tersebut akan dilarutkan berturut- turut dalam lambung dan dalam usus halus. Proses melarutnya suatu obat disebut disolusi (Ansel, 1985). Bila suatu tablet atau sediaan obat lainnya dimasukkan dalam saluran cerna, obat tersebut mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk padatnya. Kalau tablet tersebut tidak dilapisi polimer, matriks padat juga mengalami disintegrasi menjadi granul-granul, dan granul-granul ini mengalami pemecahan menjadi partikel-partikel halus. 1

description

evaluasi

Transcript of Evaluasi Granul Dan Tablet

Page 1: Evaluasi Granul Dan Tablet

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keruskan pada tablet sering menjadi hal yang tidak baik untuk terlihat konsumen,

hal ini menyebabkan sebelum terjun dalam pemasaran obat yang diproduksi dalam

industri harus melakukan terlebih dahulu evaluasi terhadap obat tersebut.

Agar suatu obat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larutan dalam cairan

pada tempat absorbsi. Sebagai contoh, suatu obat yang diberikan secara oral dalam

bentuk tablet atau kapsul tidak dapat diabsorbsi sampai partikel-partikel obat larut

dalam cairan pada suatu tempat dalam saluran lambung-usus. Dalam hal dimana

kelarutan suatu obat tergantung dari apakah medium asam atau medium basa, obat

tersebut akan dilarutkan berturut-turut dalam lambung dan dalam usus halus. Proses

melarutnya suatu obat disebut disolusi (Ansel, 1985).

Bila suatu tablet atau sediaan obat lainnya dimasukkan dalam saluran cerna, obat

tersebut mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk padatnya. Kalau tablet tersebut

tidak dilapisi polimer, matriks padat juga mengalami disintegrasi menjadi granul-

granul, dan granul-granul ini mengalami pemecahan menjadi partikel-partikel halus.

Disintegrasi, deagregasi dan disolusi bisa berlangsung secara serentak dengan

melepasnya suatu obat dari bentuk dimana obat tersebut diberikan (Martin, 1993).

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian granul dan proses granulasi?

b. Bagaimana evaluasi granul?

c. Apa saja alat yang digunakan untuk evaluasi granul dan metode evaluasinya

seperti apa?

d. Apa pengertian tablet?

e. Bagaimana evaluasi pada tablet?

f. Alat apa saja yang digunakan untuk evaluasi tablet dan metode evaluasinya

seperti apa?

1

Page 2: Evaluasi Granul Dan Tablet

1.3 Tujuan

a. Mampu mengetahui pengertian granul;

b. Mampu mengetahui evaluasi granul;

c. Mamapu mengetahui alat-alat yang digunakan pada evaluasi granul dan

metode evaluasinya;

d. Mampu mengetahui pengertian tablet;

e. Mampu mengetahui evaluasi pada tablet;

f. Mampu mengetahui alat-alat yang digunakan pada evaluasi tablet dan metode

evaluasinya.

2

Page 3: Evaluasi Granul Dan Tablet

BAB II

ISI

2.1 Pengertian

Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan mekanisme

pengikatan tertentu. Granul dapat diproses lebih lanjut menjadi bentuk sediaan granul

terbagi, kapsul, maupun tablet. Berbagai proses granulasi telah dikembangkan, dari

metode konvensional seperti slugging dan granulasi dengan bahan pengikat musilago

amili hingga pembentukan granul dengan peralatan terkini seperti spray dry dan

freeze dry. Granulasi peleburan atau hot melt granulation merupakan metode

pembentukan dispersi padat berbentuk granulat dengan bahan pengikat yang melebur

di atas suhu kamar. Granulasi peleburan ini dapat digunakan untuk membentuk

granul dengan bahan pengikat hidrofob seperti lemak dan wax dengan tujuan

penyalutan dan/ atau Pembentukan matriks sediaan pelepasan dimodifikasi (modified

release drug). Keunggulan dari granulasi peleburan ini adalah : tidak membutuhkan

bahan pelarut, tidak memerlukan proses pengeringan, dan prosesnya berlangsung

cepat serta bersih.

Tablet adalah sediaan  padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk

tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu

jenis obatatau lebih dengan atau  tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan

dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat

pembasah atau zat lain yang cocok (FI III,1979).

Tablet adalah bentuk sediaan yang paling banyak beredar karena secara fisik

stabil, mudah dibuat, lebih menjamin kestabilan bahan aktif dibandingkan bentuk

cair, mudah dikemas, praktis, mudah digunakan, homogen, dan reprodusibel. Massa

tablet harus mengalir dengan lancar agar dapat menjamin homogenitas dan

reprodusibilitas Sediaan dan harus dapat terkompresi dengan baik agar diperoleh

tablet yang kuat, kompak, dan stabil selama penyimpanan dan distribusi. Metode

granulasi banyak dipilih dengan tujuan memperbaiki sifat alir dan kompresibilitas

3

Page 4: Evaluasi Granul Dan Tablet

massa tablet. Komponen tablet terdiri atas zat aktif dan bahan tambahan yang

dibutuhkan tablet.

2.2 Evaluasi Granul

A. Kadar Air

Alat : Heating Drying Oven

Caranya :

a. Timbang seksama 5,0 gram granul

b. Panaskan dalam lemari pengering sampai bobot konstan (1050 C) selama 2

jam

Perhitungan

¿ Wo−W 1Wo

x100%

W0 = Bobot granul awal

W1 = Bobot setelah pengeringan

Persyaratan : 2-4 %

B. Uji Sifat Alir (Aulton, 1988;Liebermann & Lachman, 1986)

Uji sifat alir terdapat dua metode untuk mengujinya yang perrtama dengan

metode corong dan yang kedua yaitu metode sudut istirahat. Prinsip dari metode

4

Page 5: Evaluasi Granul Dan Tablet

sudut istirahat ini yaitu pengukuran sudut yang terbentuk dari lereng tumbuhan

granul yang mengalir bebas dari corong terhadap suau bidang datar.

Alat : corong alat uji waktu alir

Caranya :

a. timbang seksama 25 gram granul tempatkan pada corong alat

b. uji waktu alir dalam keadaan tertutup

c. buka penutupnya biarkan granul mengalir

d. catat waktu (gunakan stopwatch)

e. lakukan sebanyak 3 kali

f. kemudian untuk mengukur sudut isirahat dengan menghitung jari-jari dan

tinggi dari tumpukan granul setelah metode corong.

g. Kemudian masukan dalam rumus, dan didapat α yang menentukan kecepatan

alir dari suatu granul tersebut

Persyaratan : 100 gram granul waktu alirnya tidak lebih dari 10 detik (> 10

g/detik). Metode sudut istrahat ini mempunyai nilai α = arc tag h/r, dimana :

α 25-35o = sangat mudah mengalir

α 30-38o = mudah mengalir

α >38o = kurang mengalir

C. Uji Kompresibilitas (Aulton, 1988,FI IV 1995)

Alat : Jolting Volumeter

Caranya :

5

Page 6: Evaluasi Granul Dan Tablet

a. Timbang 100 g granul masukkan ke dalam gelas ukur dan dicatat volumenya,

b. kemudian granul dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan dengan alat uji,

catat volume uji sebelum dimampatkan (Vo)

c. volume setelah dimampatkan dengan pengetukan 500 kali (V).

Perhitungan :

I=V 0−V 500

V 0x100 %

Keterangan :

I = indeks kompresibilitas (%);

Vo = volume granul sebelum dimampatkan (mL);

V500 = volume granul setelah dimampatkan sebanyak 500 kali ketuk (mL).

Syarat : tidak lebih dari 20%.

D. Distribusi Ukuran Partikel

Alat : Sieve Shaker

Caranya :

a. Masukan sejumlah 100 gram granul diletakan di atas ayakan yang telah

tersusun dan ditara

b. Mulai dari ayakan mesh 20 smapai dengan ayakan mesh 100 pada alat sieve

shaker

c. Setelah pengujian selesai, masing-masing ayakan ditimbang kembali dan

dihitung distribusi granul pada tiap-tiap ayakan (%)

6

Page 7: Evaluasi Granul Dan Tablet

E. Bobot Jenis

Evaluasi granul dengan bobot jenis ini yaitu dengan mengetahui bobot jenis

pada granul tersebut, mulai dari bobot nyata, bobit mampat dan bobot sejati.

Evaluasi bobot jenis sejati ini dilakukan menggunakan alat piknometer.

Bobot jenis nyata

ρ=wv

Dimana :

W = bobot granul

V =volume granul tanpa pemampatan

Bobot jenis mampat

ρn= wVn

Bobot jenis sejati

¿ (b−a ) xBjcairan pendispersi(b+d )−(a+c )

Dimana :

a = bobot piknometer kosong

b = bobot piknometer + 1 gram granul

c = bobot piknometer + 1 gram granul + cairan pendispersi

d = bobot piknometer + cairan pendispersi

7

Page 8: Evaluasi Granul Dan Tablet

2.3 Evaluasi Tablet

A. Keseragaman ukuran tablet

Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.

alat : Jangka Sorong

caranya : menggunakan 20 tablet kemudian diukur diameter dan

ketebalan tablet tersebut, kemudian dihitung rata-ratanya.

B. Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan

Farmakope Indonesia memberi aturan cara uji keseragaman bobot dan batas

toleransi yang masih dapat diterima, yaitu tablet tidak bersalut harus memenuhi

syarat keseragaman bobot yang ditetapkan.

Caranya :

1) Timbang 20 tablet satu per satu, hitung bobot rata-ratanya dan penyimpangan

bobot rataratanya. Persyaratan keseragaman bobot terpenuhi jika tidak lebih

dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-

rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A, dan tidak satu pun

tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari

harga yang ditetapkan pada kolom B.

2) Apabila tidak mencukupi dari 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak satu

tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih dari bobot rata-rata yang

ditetapkan pada kolom B.

Bobot Rata-Rata Penyimpangan Bobot Rata-Rata Dalam %

8

Page 9: Evaluasi Granul Dan Tablet

A B

25 mg atau kurang 15 % 30 %

26 mg – 150 mg 10 % 20 %

151 mg – 300 mg 7,5 % 15 %

Lebih dari 300 mg 5 % 10 %

C. Waktu hancur

Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang

tertera dalam masing-masing monografi. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa

sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna. Sediaan dinyatakan hancur sempurna

bila sisa sediaan yang tertinggal pada kasa alat uji merupakan masa lunak yang tidak

mempunyai inti yang jelas.

Alat : Disintegration Tester

Caranya :

a. Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube,

b. Ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan ke ranjang tersebut dalam

medium air dengan suhu 37o ± 20C.

c. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan simulasi

larutan gastrik (gastric fluid).

d. Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur.

9

Page 10: Evaluasi Granul Dan Tablet

Pernyaratan : waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari

15 menit, untuk tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit.

Sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit

dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam medium basa (Sulaiman,

2007).

D. Kekerasan

Uji ini digunakan untuk mengetahui kekerasan tablet agar tablet tidak terlalu

rapuh atau terlalu keras. Kekerasan tablet erat hubungannya dengan ketebalan

tablet, bobot tablet, dan waktu hancur tablet.

.Alat : Hardness Tester

Caranya : ambil 20 tablet ukur kekerasan menggunakan alat herdness

tester, kemudian hitung rata-rata dan standard deviation (SD)

Persyaratan : ukuran yang didapat per tablet minimal 4 kg/cm2 maksimal

10 kg/cm2

10

Page 11: Evaluasi Granul Dan Tablet

E. Keregasan (friability)

Friability adalah persen bobot yang hilang setelah tablet digunjang. Penentuan

keregasan atau kerapuhan tablet dilakukan terutama pada waktu tablet akan dilapisi

(coating). Kerapuhan merupakan parameter yang menggambarkan kekuatan

permukaan tablet dalam melawan berbagai perlakuan yang menyebabkan abrasi

pada permukaan tablet.

Alat : Friability Tester.

Caranya : Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu

dibebas debukan dan ditimbang. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke

dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran (4 menit). Tablet tersebut

selanjutnya ditimbang kembali, dan dihitung prosentase kehilangan bobot

sebelum dan sesudah perlakuan.

Persyaratan : Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1 %.

F

F. Uji Disolusi

Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat

ke dalam media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat penting artinya bagi ketersediaan

suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media

11

Page 12: Evaluasi Granul Dan Tablet

pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh. Sediaan obat yang harus diuji disolusinya

adalah bentuk padat atau semi padat, seperti kapsul, tablet atau salep (Ansel, 1985).

Bagian-bagian pada alat :

1. Motor pengaduk dengan kecepatan yang sudah diubah

2. Keranjang baja stainlees berbentuk silinder atau dayung untuk di tempelkan ke

ujung batang pengaduk .

3. Bejana dari gelas atau bahan lain yang inert dan transparan dengan volume 1000 ml,

bertutup dan ditengahnya terdapat tempat untuk menempelkan pengaduk, dan ada

lubang tempat mengaduk pada tiga tempat dua untuk memindahkan sampel dan satu

untuk menempatkan thermometer.

4. Penangas air yang sesuai untuk menjaga temperatur pada media disolusi dalam

bejana.

Uji Disolusi

12

Page 13: Evaluasi Granul Dan Tablet

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan mekanisme

pengikatan tertentu.

2. Tablet adalah sediaan  padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk

tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,

mengandung satu jenis obatatau lebih dengan atau  tanpa zat tambahan.

3. Evaluasi granul terdiri dari uji kadar air, uji sifat alir, uji kompresibilitas, uji

distribusi ukuran partikel, dan uji bobot jenis.

4. Evaluasi tablet yang terdiri dari keseragaman bobot, keseragaman ukuran tabet,

waktu hancur, kekerasan, friabilitas ( kerapuhan ) dan dan uji disolusi.

3.2 Saran

Dalam evaluasi tablet dan granul sangat diperlukan ketelitian dalam proses

pengerjaannya sehingga harus benar-benar teliti dalam menjalani evaluasi granul dan

tablet, sehingga hasil yang akan didapat juga akan baik.

13

Page 14: Evaluasi Granul Dan Tablet

DAFTAR PUSTAKA

Ansel C Howard, 2008, “Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”, UI Press, Jakarta

Ditjen POM, (1979), “Farmakope Indonesia” Edisi III, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta

Ditjen POM, (1995), “Farmakope Indonesia” Edisi IV, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta

Lachman L H A Lieberman dan J L Kanig, 2008, “Teori dan Praktek Farmasi

Industri”Edisi Ketiga, Jakarta: UI Press

http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/06/oyeah.html akses 13/03/2015

10.45 pm

14