Etika lingkungan hidup

22

Click here to load reader

Transcript of Etika lingkungan hidup

Page 1: Etika lingkungan hidup

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

MATERI 8

“ETIKA LINGKUNGAN HIDUP” Oleh :

Kelompok 8

Nama : Sari Ferviani (Manejemen)

Hilaria Santa ( Ilmu Ekonomi)

Agustinus M (Ilmu Ekonomi)

Silvanus Sugetno (Ilmu Ekonomi)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2014/2015

Page 2: Etika lingkungan hidup

ETIKA LINGKUNGAN

HIDUP

Definisi Etika Lingkungan

Hidup

Kondisi Real Lingkungan

Hidup

Penyebab Kerusakan

Alam

Teori Pendekatan Atas Alam

Paham yang Tepat

Seruan Alam Menurut

Santo Fransiskus

Asisi

Sikap Yesus Terhadap

lingkungan Hidup

Page 3: Etika lingkungan hidup

Definisi Etika Lingkungan Hidup

Page 4: Etika lingkungan hidup

a. Pengertian Etika Menurut bahasa Yunani Kuno, etika berasal dari kata ethikos yang berarti “timbul dari kebiasaan”. Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin “Ethicos” yang berarti kebiasaan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988), etika dirumuskan dalam tiga arti, yaitu; 1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). 2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak 3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. b. Lingkungan Hidup Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Pengertian lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung.

c. Etika Lingkungan Hidup Etika lingkungan hidup merupakan petunjuk atau arah perilaku praktis manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral lingkungan.

Page 5: Etika lingkungan hidup

Kondisi Real Lingkungan Hidup

Page 6: Etika lingkungan hidup

Kondisi real lingkungan hidup saat ini yang terjadi adalah Krisis lingkungan global

antara lain terjadinya kerusakan (hutan, tanah, lapisan ozon), pencemaran (air, tanah,

udara, laut), kepunahan sumber daya energi dan mineral, kepunahan keanekaragaman

hayati.

Akar permasalahan dalam krisis lingkungan global adalah :

1. Kesalahan cara pandang (paradigma) manusia terhadap dirinya, alam dan hubungan

manusia dengan alam.

2. Kesalahan paradigma pembangunan, dimana pembangunan berkelanjutan hanya

sebagai jargon, yang pada kenyataannya pembangunan yang terjadi mengorbankan

lingkungan.

3. Adanya bad government, bad ethics seperti KKN yang menyebabkan ijin eksploitasi

tanpa peduli lingkungan hidup.

Page 7: Etika lingkungan hidup

Penyebab Kerusakan Alam

Page 8: Etika lingkungan hidup

Berdasarkan Faktor Penyebabnya

Akibat Peristiwa Alam :

Gempa Bumi Letusan Gunung Berapi

Angin topan

Akibat Faktor Manusia :

Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara lain: 1. Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya kawasan industri. 2. Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan. 3. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.

Page 9: Etika lingkungan hidup

Teori Pendekatan Atas Alam

Page 10: Etika lingkungan hidup

1.Antroposentrisme Antroposentrisme (antropos = manusia) adalah suatu pandangan yang menempatkan manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta fokus perhatian dalam pandangan ini terletak pada peningkatan kesejahteraan dan kebahagian manusia di dalam alam semesta.

2. Biosentrime Biosentrisme adalah suatu pandangan yang menempatkan alam sebagai yang mempunyai nilai dalam dirinya sendiri, lepas dari kepentingan manusia. Dengan demikian biosentrisme menolak antroposentrisme yang menyatakan bahwa manusialah yang mempunyai nilai dalam dirinya sendiri. Salah satu tokoh penganutnya adalah Kenneth Goodpaster.

3. Ekosentrisme Pandangan Ekosentrisme adalah pandangan yang menekankan keterkaitan seluruh organisme dan anorganisme dalam ekosistem. Ekosentrisme, yang disebut juga Deep Ecology, yaitu suatu paradigma baru tentang alam dan seluruh isinya.

Page 11: Etika lingkungan hidup

Paham Yang Tepat

Page 12: Etika lingkungan hidup

a. Teori-teori Etika Lingkungan

Antroposentrisme, Biosentrisme Dan Ekosentrisme.

b. Deep Ecology Dan Pengembangannya

c. Pandangan Dalam Teologis/ Teosentris Kristen

1. Antroposentris/ materialistik, adalah pandangan yang telah lama

dianut oleh umat manusia yang beranggapan bahwa alam atau

lingkungan hanya mempunyai nilai alat (instrumental value) bagi

kepentingan manusia.

2. Biosentris, berpendirian bahwa semua unsur dalam alam mempunyai

nilai bawaan (inherent value), misalnya kayu memunyai nilai bawaan

bagi kayu sendiri sebagai alasan berada.

3. Ekosentris, berpendirian bahwa bumi sebagai keseluruhan atau

sebagai sistem tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain.

Paham Yang Tepat

Page 13: Etika lingkungan hidup

Seruan Alam Menurut Santo Asisi

Page 14: Etika lingkungan hidup

Pada tanggal 29 September 1996 Fransiskus diangkat/ dikukuhkan oleh Paus Yohanes Paulus II sebagai pelindung ekologi. Fransiskus adalah sahabat makhluk. Ia merasa bersatu dan senasib dengan semua makhluk sebagai sesama ciptaan Allah. Ia dikenal sebagai santo pelindung bagi binatang dan lingkungan hidup, sehingga patungnya seringkali diletakkan di taman untuk menghormati minatnya dan kesatuannya dengan alam. Santo Fransiskus Asisi bisa berbicara dengan burung dan binatang lainnya. Jadi, sikap Fransiskus terhadap alam sepatutnya digaungkan kembali dalam benak kita. Manusia modern jauh dari kesadaran bahwa dirinya merupakan bagian dari alam sehingga alam merupakan “rumah” yang harus dipelihara. Solidaritas dengan alam bukanlah hal luar biasa, melainkan hal sepatutnya. Sebab melestarikan alam berarti melestarikan hidup manusia sendiri. Sebaliknya, perusakan alam tidak lain merupakan pemusnahan riwayat manusia. Kenangan akan figur Fransiskus di era modern ini selayaknya menyerukan kembali kesadaran ini. Dengan itu barulah kita dapat, bersama Fransiskus, menyebut matahari, bulan, udara, air, dan sekalian makhluk sebagai saudara dan saudari.

Page 15: Etika lingkungan hidup

Sikap Yesus Terhadap Lingkungan Hidup

Page 16: Etika lingkungan hidup

1. Kesatuan Manusia dengan Alam Dapat dilihat didalam ayat-ayat alkitab, yaitu : - "Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah" (Kej. 2:7) - Seperti Ia juga "membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara" (Kej. 2:19) Dalam bahasa Ibrani, manusia disebut "adam". Nama itu mempunyai akar yang sama dengan kata untuk tanah, "adamah", yang berarti warna merah kecokelatan yang mengungkapkan warna kulit manusia dan warna tanah. Dalam bahasa Latin, manusia disebut "homo", yang juga mempunyai makna yang berkaitan dengan "humus", yaitu tanah. Dalam artian itu, tanah yang biasa diartikan dengan bumi, mempunyai hubungan lipat tiga yang kait-mengait dengan manusia. - Manusia diciptakan dari tanah (Kej. 2:7; 3:19, 23) - Ia harus hidup dari menggarap tanah (Kej. 3:23) - Ia pasti akan kembali kepada tanah (Kej. 3:19; Maz. 90:3) Jadi, manusia dan alam (lingkungan hidup) hidup saling bergantung sesuai dengan hukum ekosistem. Karena itu, kalau manusia merusak alam, maka secara otomatis berarti ia juga merusak dirinya sendiri.

Page 17: Etika lingkungan hidup

2. Kepemimpinan Manusia Atas Alam Alkitab juga mencatat dengan jelas adanya perbedaan manusia dengan unsur-unsur

alam yang lain. - Hanya manusia yang diciptakan segambar dengan Allah dan yang diberikan kuasa untuk menguasai dan menaklukkan bumi dengan seluruh ciptaan yang lain (Kej. 2:26-28) - Dan untuk mengelola dan memelihara lingkungan hidupnya (Kej. 2:15). - Manusia mempunyai kuasa yang lebih besar daripada makhluk yang lain. Ia dinobatkan menjadi "raja" di bumi yang dimahkotai kemuliaan dan hormat (Maz. 8:6). Jadi, manusia sebagai citra Allah seharusnya memanfaatkan alam sebagai bagian dari ibadah dan pengabdiannya kepada Allah. Dengan kata lain, penguasaan atas alam seharusnya dijalankan secara bertanggung jawab: memanfaatkan sambil menjaga dan memelihara. Ibadah yang sejati adalah melakukan apa saja yang merupakan kehendak Allah dalam hidup manusia, termasuk hal mengelola ("abudah") dan memelihara ("samar") lingkungan hidup yang dipercayakan kekuasaan atau kepemimpinannya pada manusia.

Page 18: Etika lingkungan hidup

3. Kegagalan Manusia Memelihara Alam Alkitab mencatat secara khusus adanya "keinginan" dalam diri manusia untuk menjadi sama seperti Allah dan karena keinginan itu ia "melanggar" amanat Allah (Kej. 3:5-6). - Akar perlakuan buruk manusia terhadap alam terungkap dalam istilah seperti: "tanah yang terkutuk", "susah payah kerja", dan "semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkan bumi" (Kej. 3:17-19) - Manusia selalu dibayangi oleh rasa kuatir akan hari esok yang mendorongnya cenderung rakus dan materialistik (Mat. 6:19-25) Manusia menghadapi alam tidak lagi dalam konteks "sesama ciptaan", tetapi mengarah pada hubungan "tuan dengan miliknya". Manusia memperlakukan alam sebagai objek yang semata-mata berguna untuk dimiliki dan dikonsumsi.

Page 19: Etika lingkungan hidup

4. Hubungan Baru Manusia dan Alam Alkitab, khususnya Perjanjian Baru, mencatat bahwa Allah yang Mahakasih mengasihi dunia ciptaan-Nya (kosmos) sehingga , - Ia mengutus anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, yaitu Tuhan Yesus Kristus (Yoh. 3:16) - Tuhan Yesus Kristus yang disebut Firman (logos) penciptaan (Kol. 1:15-17; Yoh. 1:3, 10a) telah berinkarnasi - Karena manusia dengan lingkungan hidup adalah sesama ciptaan yang telah dipulihkan hubungannya oleh Tuhan Yesus Kristus, maka manusia, khususnya manusia baru dalam Kristus (2 Kor. 5:7), seharusnya membangun hubungan solider dengan alam. Jadi, manusia harus merasakan penderitaan alam sebagai penderitaannya dan kerusakan alam sebagai kerusakannya juga. Seluruh makhluk dan lingkungan sekitar tidak diperlakukan semena- mena, tidak dirusak, tidak dicemari dan semua isinya tidak dibiarkan musnah atau punah serta tidak boleh bersikap kejam terhadap alam, khususnya terhadap sesama makhluk. Dengan cara itu, manusia dan alam secara bersama (kooperatif) menjaga dan memelihara ekosistem.

Page 20: Etika lingkungan hidup

5. Pelayanan yang Bertanggung Jawab (Stewardship) Memanfaatkan alam adalah bagian dari pertanggungjawaban talenta yang diberikan/dipercayakan oleh Tuhan kepada manusia (Mat. 25:14-30). Allah telah memercayakan alam ini untuk dimanfaatkan dan dipakai. Untuk dilipatgandakan hasilnya, untuk disuburkan, dan dijaga agar tetap sehat sehingga produknya tetap optimal. Oleh karena itu, alam mesti dipelihara dan keuntungan yang didapat dari alam sebagian dikembalikan sebagai deposit terhadap alam. Tetapi juga dipergunakan secara adil dengan semua orang.

Page 21: Etika lingkungan hidup

6. Pertobatan dan Pengendalian Diri Kerusakan lingkungan berakar dalam keserakahan dan kerakusan manusia. Itu sebabnya manusia yang dikuasai dosa keserakahan dan kerakusan itu cenderung sangat konsumtif. Secara teologis, dapat dikatakan bahwa dosa telah menyebabkan krisis moral/ krisis etika dan krisis moral ini menyebabkan krisis ekologis, krisis lingkungan. Dilihat dari sudut pandang Kristen, maka tugas pelestarian lingkungan hidup yang pertama dan utama adalah mempraktikkan pola hidup baru, hidup yang penuh pertobatan dan pengendalian diri, sehingga hidup kita tidak dikendalikan dosa dan keinginannya, tetapi dikendalikan oleh cinta kasih.

Kristus mengingatkan bahaya mamonisme (cinta uang/harta) yang dapat disamakan dengan sikap rakus terhadap sumber-sumber alam (Mat. 6:19-24 ; 1 Tim. 6:6-10). Karena mencintai materi, alam dieksploitasi guna mendapatkan keuntungan material. Maka, supaya alam dapat dipelihara dan dijaga kelestariannya, manusia harus berubah (bertobat) dan mengendalikan dirinya. Manusia harus menyembah Allah dan bukan materi. Dalam arti itulah maka usaha pelestarian alam harus dilihat sebagai ibadah kepada Allah melawan penyembahan alam, khususnya penyembahan alam modern alias materialisme/mamonisme.

Page 22: Etika lingkungan hidup

Thanks a Lot