epilepsi sekunder
-
Upload
teuku-andy -
Category
Documents
-
view
162 -
download
5
description
Transcript of epilepsi sekunder
EPILEPSI SEKUNDER POST STROKE
Heri Noviana110.2001.143
Identitas Pasien
Nama : Tn. R Umur : 44 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : TNI AD Agama : Islam Status pernikahan : Menikah Suku bangsa : Jawa Tanggal masuk : 24-08-2010 Dirawat yang ke : 3 Tanggal pemeriksaan : 26-08-2010
Anamnesa
Autoanamnesa dan Alloanamnesa tanggal 26 Agustus 2010, pukul 08.30 WIB
Keluhan Utama : pasien mengalami kejang sejak ±1 hari SMRS
RPS
Pasien kejang di rumah ketika sedang makan 24 Agustus
2010
Pasien dibawa ke RS Cijantung
Kejang diperjalanan
Kejang pertama kali 1 bulan yang lalu
stroke
RPD
Hipertensi : + Diabetes melitus : + Sakit jantung : disangkal Trauma kepala :
disangkal Sakit kepala sebelumnya :
disangkal Kegemukan : disangkal Stroke : +
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :Tidak ada keluarga yang menderita penyakit epilepsi dan riwayat adanya RIND.
RIWAYAT KELAHIRAN/PERTUMBUHAN/PERKEMBANGAN :Tidak ada kelainan
Pemeriksaan
Status Internus Keadaan umum : Tampak baik Gizi : Cukup Tanda vital :
Tekanan darah kanan : 120 / 80 mmHg Tekanan darah kiri : 120 / 80mmHg Nadi kanan : 80 x / menit Nadi kiri : 80 x / menit Pernafasan : 24 x /menit Suhu : 36,7 °C
Status Internus
Limfonodi : Tidak teraba membesar Jantung : BJ I - II reguler, gallop (-),
murmur (-) Paru : Suara dasar vesikuler,
wheezing (-), rhonki (-) Hepar : Tidak teraba pembesaran Lien : Tidak teraba pembesaran Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada
edema
Status psikiatri : dbn
Status Neurologi
Dalam batas normal, tidak ditemukan kelainan
Laboratorium
(23 Agustus 2010) Darah Rutin:
Hemoglobin 13,5 g/dL Hematokrit 38% Eritrosit 4,3 juta/µL Leukosit 10.400/µL Trombosit 235.000/µL MCV 89 fl MCH 31 pg MCHC 35 g/dL
Laboratorium
Kimia: Ureum 25 mg/dL Kreatinin 1,8 mg/dL Natrium 145 mEq/L Kalium 3,4 mEq/L Klorida 106 mEq/L Gula darah sewaktu 183 mg/dL
(24 Agustus 2010) Gula darah sewaktu 162 mg/dL Kimia:
Protein total 7,2 g/dL Albumin 4,2 g/dL Globulin 3 g/dL Cholesterol 209 mg/dL Trigliserida 173 mg/dL Bilirubin total 0,5 mg/dL ALT 12 U/L AST 15 U/L Asam urat 11,8 mg/dL
EKG 23 Agustus 2010 Hasil : Sinus Takikardi (normal)
Hasil MRI
Tgl 31 Agustus 2010Kesan :- Encephalomacia/gliosis scar pd lobus
frontalis kiri- Lacunar infark di pons dan kapsula
interna kanan crus posterior- Sinusitis ethmoidalis kanan
Resume
Anamnesa Datang dengan keluhan kejang Mengalami kejang di rumahnya saat sedang makan Kejang dirasakan dimulai dari mata lalu diikuti
dengan kedua tangan dan kaki menjadi kaku Berlangsung selama 2 menit dan selama kejang
pasien dalam keadaan tidak sadar Setelah sadar pasien pusing dan mual Pertama kali dialami satu bulan yang lalu Tidak ada riwayat kejang dalam keluarga Riwayat RIND pada Januari 2010, DM, hipertensi,
dan sedang dalam pengobatan TB paru.
Resume
PemeriksaanStatus internus : Dalam
batas normal
Resume
Status neurologis Dalam batas normal dan tidak
ditemukan kelainan
Resume
Laboratorium :(23 Agustus 2010)
Hematokrit 38 % ↑ Kreatinin 1,8 mg/dL ↑ Kalium 3,4 mEq/L ↓ Gula darah sewaktu 183 mg/dL ↑
(24 Agustus 2010) Gula darah sewaktu 162 mg/dL ↑ Cholesterol 209 mg/dL ↑ Trigliserida 173 mg/dL ↑
EKG : normal
MRI
Tgl 31 Agustus 2010Kesan :- Encephalomacia/gliosis scar pd lobus
frontalis kiri- Lacunar infark di pons dan kapsula
interna kanan crus posterior- Sinusitis ethmoidalis kanan
Diagnosis
Diagnosis klinis : observasi kejang
Diagnosis topik : hemisphere serebri
sinistra
Diagnosis etiologi : epilepsi sekunder post
stroke
Terapi
Medikamentosa : Anti kejang : Phenitoin inj. 3 x 100mg Proteksi neuronal : Citikolin inj. 2 x 500mg Anti hipertensi : Valsartan 1 x 50mg Trombolitik : Aspirin 1 x 1 Neurotonik : Mecobalamin 3 x 1 tab OAT : Rifampicin 600mg
Isoniazid 400mg Ethambutol 1000mg Pyrazinamide 1000mg
Terapi
Non medikamentosa : Menerangkan kepada pasien dan
keluarganya mengenai kemungkinan adanya epilepsi pada pasien
Motivasi pasien untuk minum obat secara teratur dan keluarga untuk mengawasi kepatuhan pasien minum obat
Menginformasikan pada pasien dan keluarga tentang efek samping obat
Pemeriksaan penunjang
EEG
PROGNOSA Ad vitam : Bonam Ad fungsionam : Bonam Ad sanam : Bonam Ad cosmeticum : Bonam
Proknosa
Ad vitam : bonam Ad fungsionam : bonam Ad sanationam : bonam Ad cosmetikum : bonam
Diskusi
Diagnosis klinis: Isteri pasien mengatakan pada saat
kejang gigi geligi tertutup, lidah tdk tergigit, dari mulut keluar busa, kedua tangan dan kaki terlihat kaku selama kejang pasien tdk sadarkan diri, durasi kejang selama ±2 menit tjd kejang = epilepsi tipe umum
diskusi
Seseorang dapat dikatakan menderita epilepsi apabila orang tersebut mengalami kejang berulang selama ≥ 2 kali serangan dalam waktu 1 tahun tanpa adanya penyebab yang dapat dikoreksi observasi kejang
diskusi
Diagnosis Topis: Riwayat RIND mengalami kelemahan
pada tangan kanannya dan juga bibirnya miring ke arah kanan
hemisphere serebri sinistra Proses epileptogenesis ialah suatu
proses terbentuknya jaringan neuron yang bersifat hipereksitabilitas akibat adanya cedera pada sistem saraf pusat.
diskusi
Penyebab spesifik perubahan jaringan neuron itu mengalami perubahan abnormal tersebut disebut sebagai faktor epileptogenik
Contoh: trauma, infeksi pada sistem saraf pusat, penyakit cerebrovaskular, maupun adanya abnormalitas pada sistem saraf pusat yang terjadi saat masa perkembangan
Diagnosis Etiologi Pada pasien dengan keluhan kejang tanpa
riwayat sebelumnya perlu dilakukan pemeriksaan: Pemeriksaan darah lengkap Elektrolit Glukosa darah Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal Urinalysis
Mengetahui latar belakang penyebab terjadinya kejang akibat suatu penyakit infeksi sistemik ataukah ketidakseimbangan metabolik tubuh
Pemeriksaan darah rutin:Tidak ada peningkatan leukosit sehingga diagnosis penyakit infeksi sistemik ataupun infeksi sistem saraf pusat dapat disingkirkan
Pemeriksaan elektrolit:Adanya sedikit penurunan kalium namun jika dilihat dari penurunannya yang sangat sedikit tidak dapat dikatakan signifikan sehingga adanya gangguan elektrolit juga dapat disingkirkan.
Pemeriksaan fungsi ginjal dan hati:Nilai AST dan ALT dalam batas normal. Ada kenaikan kreatinin sedikit, namun tidak diikuti dengan kenaikan kadar ureum dalam darah sehingga dapat disimpulkan bahwa fungsi ginjal masih baik
Pemeriksaan gula darah:Adanya 2 kali kenaikan pada 2 kali pemeriksaan. Tetapi biasanya yang menyebabkan kejang ialah keadaan hipoglikemia
Riwayat RINDMerupakan salah satu faktor epileptogenik. Hal ini juga didukung oleh munculnya kejang yang terjadi untuk pertama kalinya setelah 5 bulan dari saat pasien menderita RIND.
Massa tumorKecil kemungkinannyakarena pada anamnesa tidak ada keluhan sakit kepala yang progresif dan tidak ada peningkatan tekanan intrakranial
Stroke berulangKecil kemungkinannya karena dari pemeriksaan fisik yang telah dilakukan tidak ditemukan adanya defisit neurologis
Kesimpulan: pasien menderita epilepsi sekunder post stroke
Penatalaksanaan
Tujuan utama: Gejala-gejala dapat dikontrol hingga dihilangkan sehingga pasien dapat beraktivitas dengan normal dan juga meminimalisasikan efek samping yang disebabkan OAE
Prinsip Utama Terapi
Gunakan monoterapi dan hindari penggunaan antiepilepsi sedatif
Berikan terapi sesuai jenis epilepsinya
Pengobatan diberikan dimulai dari dosis terkecil
Jika pengobatan gagal maka pelan-pelan digantikan dengan obat lain
Lakukan monitoring kadar obat dalam darah
Medikamentosa : Anti kejang : Phenitoin inj. 3 x 100mg Proteksi neuronal : Citikolin inj. 2 x 500mg Anti hipertensi : Valsartan 1 x 50mg Trombolitik : Aspirin 1 x 1 Neurotonik : Mecobalamin 3 x 1 tab OAT : Rifampicin 600mg
Isoniazid 400mg Ethambutol 1000mg Pyrazinamide 1000mg
Pemeriksaan Anjuran
EEG Perlu dilakukan pada setiap pasien
dengan kemungkinan adanya epilepsi Pada pasien dengan hasil yang
menunjukkan adanya aktivitas neuronal yang abnormal, berulang, dan kacau ritmenya dapat langsung menjadi dasar diagnosis adanya epilepsi
Hasil EEG yang tidak menunjukkan kelainan belum dapat menyingkirkan adanya epilepsi
MRI kepala Semua pasien dengan kejang onset awal
harus dilakukan pemeriksaan imaging kepala untuk menentukan apakah adanya kelainan structural yang menyebabkan terjadinya kejang
Pengecualian pada pasien anak dengan riwayat kejang yang tidak jelas atau dengan kejang yang lebih ringan seperti epilepsi tipe absance
Prognosis
Prognosis ad vitam Bonam karena pemeriksaan tanda vital, keadaan umum dan kesadaran pasien dalam keadaan stabil dan baik
Prognosis ad fungsionamBonam karena pada pasien tidak ditemukan adanya penurunan secara fungsional
Prognosis ad sanam Bonam karena jika benar pada pasien ini terdiagnosa sebagai epilepsi sekalipun, gejalanya tetap dapat dikontrol dengan pengobatan yang teratur.
Prognosis ad cosmeticumBonam karena tidak adanya defisit neurologis
TERIMA KASIH