Elek Trog Ravi Metri
-
Upload
sunam-w-rahardjo -
Category
Documents
-
view
700 -
download
3
Transcript of Elek Trog Ravi Metri
I. Judul : ELEKTROGRAVIMETRI
II. Tujuan :
Membandingkan jumlah elektron O2 dan Zn berdasarkan
hasil percobaan dengan persamaan reaksi.
III. Hari/tanggal : Jum’at , 25 Mei 2012
IV. Selesai percobaan : Jum’am , 25 Mei 2012
V. Dasar Teori :
Pemisahan dan penentuan kadar ion-ion logam dalam suatu larutan cuplikan
dapat dilakukan dengan cara mengendapkan ion-ion logam tersebut pada suatu jenis
elektroda yang sesuai dalam suasana tertentu, sesuai dengan jenis jenis logam yang
ditentukan. Cara ini disebut elektrogravimetri.
Elektrogravimetri merupakan salah satu metode penentuan secara kuantitatif.
Secara sederhana komponen yang dianalisis diendapkan pada suatu elektrode yang
telah diketahui beratnya dan setelah terjadi pengendapan yang sempurna ditimbang
kembali elektrode dan endapannya. Secara ideal endapan harus melekat kuat pada
elektrode, rapat dan halus sehingga apabila dicuci, dikeringkan dan ditimbang tidak
menyebabkan kehilangan berat. Endapan yang terbentuk haruslah berbutir halus,
seragam dan nampak seperi logam. Apabila endapan berbentuk sponge, serbuk dan
gumpalan yang tidak melekat baik apda elektrode maka mempunyai kemurnian yang
kurang. Faktor utama yang mempengaruhi sifat fisis endapan adalah rapat arus,
temperatur, ada tidaknya zat pengompleks. Besarnya rapat arus yang baik sehingga
diperoleh endapan yang sempurna adalah < 0,1 A/cm2. Pengendapan bersama dengan
gas hydrogen dapat merapuhkan dan tidak menguntungkan. Pembentukan gas hidrogen
dapat dicegah dengan penambahan suatu depolarisasi katoda. Misal, ion nitrat.
NO3- + 10H+ + 8e- ↔ NH4
+ + 3H2O
Pada umumnya digunakan elektrode Pt, keuntungannya adalah bersifat inert,
dapat dipijarkan untuk menghilangkan lemak, bahan organik atau gas tanpa merusak
logam Pt. Untuk logam-logam Zn, Bi dan Ga tidaklah diendapkan secara langsung pada
elektrode Pt, tetapi elektrode Pt akan dilapisi dulu dengan logam tembaga.
Pengendapan Tembaga
Tembaga dapat diendapkan dari larutan H2SO4/HNO3 atau campuran diantara
keduanya, dimana potensial listrik yang digunakan sebesar 2 – 3 Volt sehingga reaksi
yang terjadi:
Katode: Cu2+ + 2e ↔ Cu
2H+ + 2e ↔ H2
Anode: 4OH- ↔ O2 + 2H2O + 4e
Konsentrasi asam di dalam larutan tidak boleh terlalu tinggi karena pengandapan
tembaga tidaklah sempurna dan endapan tidak melekat secara sempurna. Asam nitrat
yang digunakan haruslah asam nitrat yang bebas dari nitrit karena ion nitrit dapat
merintangi pengendapan tembaga secara sempurna. Sebelumnya sam nitrat dididihkan
terlebih dahulu sebelum digunakan dan ditambahkan dengan urea.
2H+ + 2NO2- + CO(NH2)2 ↔ 2N2 + CO2 + H2O
Asam nitrit dapat dihilangkan dengan penambahan sedikit asam sulfamat :
H+ + NO2- + -O.SO2.NH2 ↔ N2 + HSO4
2- + H2O
Alasan menghindarkan sistem dari ion klorida adalah:
a. Klor yang dibebaskan pada anoda akan menyerang Pt. Hal ini dapat diatasi
dengan suatu zat pendepolarisasi anodik seperti garam hidrazium atau
hidroksilamonium.
b. Cu(I) distabilkan sebagai suatu kompleks-kloro dan tetap tinggal dalam
larutan sampai teroksidasi kembali pada anode.
Tabel 1. Beberapa unsur yang dapat ditentukan secara elektrogravimetri.
Ion Ditimbang Sebagai Kondisi
C
d2+Cd Larutan sianida basa
C
o2+Co Larutan sulfat beramoniak
C
u2+Cu Larutan dengan HNO3/H2SO4
F
e3+Fe Larutan [NH4]2C2O4
P
b2+PbO2 Larutan HNO3
N
i2+Ni Larutan sulfat beramoniak
C
d2+Cd Larutan sianida basa
C
o2+Co Larutan sulfat beramoniak
C
u2+Cu Larutan dengan HNO3/H2SO4
Elektrogravimetri adalah suatu metoda analisa kimia fisika,dimana prinsip dari
analisa elektrogravimetri sama dengan analisa secaragravimetri, hanya saja disini ada
elektrogravimetri zat yang akan ditentukan akanmengendap atau menempel pada
elektroda selama proses elektrolisa.Logam yang akan ditentukan didalam larutan harus
berbentuk kation,dimana kation ini akan berpindah ke katoda selama elektrolisa, dan
menempelsebagai logam bebas. Dan ada juga beberapa logam yang mengendap di
anodaselama proses elektrolisa.
Syarat - syarat yang harus dipenuhi untuk analisa secara elektrogravimetriadalah :
1. ion logam dengan elektrolisa akan mengendap pada katoda
2. efisiensi elektrolisa tidak perlu 100 %, tetapi efisiensi pengendapan harus
100%.
3. bila sampel terdiri dari campuran logam - logam, maka untuk
mengambilsalah satu logamnya cukup dengan mengatur potensial
elektrolisa yang sesuaiuntuk logam yang diinginkan
2. Prinsip Dasar Elektrogravimetri
Analisis secara elektrogravimetri didasarkan pada prinsip sel elktrolisis dimana
penentuan jumlah listrik dan variabel waktu menjadi sangatlah penting. Secara kinetik,
arus listrik menyatakan laju mengalirnya muatan listrik setiap saat, sesuai dengan
persamaan:apabila ternyata i merupakan fungsi dari waktu t, maka i tidak dapat
dikeluarkan dari persamaan di atas. Pada umumnya terdapat tiga macam kondisi yang
dapat diterapkan pada suatu sel elektrolisis, yaitu:
a. Elektrolisis dilakukan pada suatu harga potensial luar yang
digunakan(Eapp) pada harga yang tetap.
b. Elektrolisis dilakukan pada suatu harga arus yang tetap.
c. Elektrolisis dilakukan dengan mempertahankan potensial salah satu
elektrodenya (elektrode kerja) pada suatu harga tetap.
Apabila arus listrik mengalir ke dalam suatu sel elktrokimia, keseluruhan
potensialnya dapat dipengaruhi oleh 3 fenomena lain yang timbul, yaitu dengan adanya
potensial ohmik, polarisasi konsentrasi dan polarisasi kinetik.
Potensial ohmik ini disebut juga sebagai potensial jatuh dimana harga dari
potensial ohmik ini sebesar IR. Potensial ohmik ini dapat terjadi baik pada sel galvani
maupun pada sel elektrolisis. Pengaruh dari potensial ohmik ini adalah dapat
memperbesar potensial yang diperlukan untuk menggerakkan suatu sel elktrolisis dan
sebaliknya dapat memperkecil potensial yang terukur pada suatu sel galvani.
Bagaimana pun potensial ohmik ini selalu dikurangkan terhadap potensial teoritis dari
suatu sel:
Esel = Ekatode – Eanode – IR
Untuk harga arus yang kecil, secara eksperimen didapatkan hubungan yang linier
antara potensial dengan arus, akan tetapi jika harga arus cukup besar maka akan terjadi
penyimpangan. Konsekuensi yang terjadi adalah suatu sel elktrolisis yang terpolarisasi
memerlukan Eapp yang lebih besar daripada potensial teoritis, sebaliknya sel galvani
yang terpolarisasi memberikan potensial yang lebih rendah dibanding potensial yang
diramalkan. Polarisasi sel dapat menjadi sangat ekstrim sehingga arus tidak tergantung
lagi pada potensial, dimana keadaan seperti ini disebut sebagai keadaan terpolarisasi
sempurna. Polarisasi merupakan suatu fenomena pada suatu elektrode sehingga kedua
jenis elektrode pada suatu sel elektrokimia dapat dipengaruhi. Beberapa faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya polarisasi, yaitu: ukuran, bentuk dan komposisi
elektrode, temperatur, laju pengadukan, besarnya arus, dan keadaan fisik dari spesi-
spesi yang terlibat di dalam reaksi sel. Fenomena dari polarisasi ini dapat digolongkan
menjadi polarisasi konsentrasi dan polarisasi kinetika.
Polarisasi konsentrasi timbul apabila gaya difusi, gaya tarik-menarik elektrostatik
dan pengadukan mekanik tidak cukup untuk mengangkut reaktan dari atau menuju ke
elektrode pada suatu laju yang diperlukan oleh arus secara teoritis. Polarisasi ini dapat
menyebabkan potensial dari suatu sel galvani menjadi lebih rendah dari harga potensial
teoritis dan akibat adanya penurunan sebesar IR dan sebaliknya, polarisasi konsentrasi
pada sel elktrolisis akan meningkatkan potensial terpasangnya.
Pada elektrolisis, katode merupakan kutub negatif dan anode merupakan kutub
positif. Pada katode akan terjadi reaksi reduksi dan pada anode terjadi reaksi oksidasi.
Beberapa hukum yang mendasari analisis sistem elektrogravimetri :
H. Faraday : bahwa banyaknya zat yang diendapkan pada elektroda selama elektrolisis berlangsung sebanding dengan jumlah arus listrik yang mengalir melalui larutan tersebut.
w = massa zat yang diendapkane = massa ekivaleni = arus (amper)t = waktu (detik)F = tetapan Faraday 96487 Coulomb
Hukum OhmKuat arus yang mengalir melalui suatu penghantar berbanding terbalik dengan tahanan dan berbanding lurus dengan teganganI = arus (Amper)E = tegangan (Volt)R = tahanan (Ohm)
Elektrolitnya dapat berupa larutan berupa asam, basa, atau garam, dapat pula
leburan garam halida atau leburan oksida. Kombinasi antara larutan elektrolit dan
elektrode menghasilkan tiga kategori penting elektrolisis, yaitu:
1. Elektrolisis larutan dengan elektrode inert
2. Elektrolisis larutan dengan elektrode aktif
3. Elektrolisis leburan dengan elektrode inert
TABEL POTENSIAL ELEKTRODA STANTAR (E0)
VI. Metode Elektrogravimetri
Metode ini digunakan untuk analisis kuantitatif. Komponen yang dianalisis diendapkan
pada suatu elektroda yang telah diketahui beratnya dan kemudian setelah pengendapkan
sempurna kembali dilakukan penimbangan elektroda beserta endapannya. Untuk tujuan
ini maka endapan harus kuat menempel padat dan halus, sehigga bila dilakukan
pencucian, pengeringan serta penimbangan tidak mengalami kehilangan berat. Selain
itu sistem ini harus menggunakan elektroda yang Inert.
VII. Alat dan Bahan
Alat
Amplas Kabel PCB Resistor Penjepit buaya Travo Diode Kapasitor Gelas kimia
Bahan : Tembaga Larutan ZnSO4 Aseton Aquades
VIII. Cara Kerja
Elektroda Cu
Wo
Dicuci dengan aquades Dibilas dengan aseton Di oven selama 2 menit (110oC) ditimbang
Elektroda Cu dengan endapan Zn
Endapan Zn pada elektroda Cu
Dipasangkan pada kutub negative pada alat elektrogravimetri (yang berbentuk spiral)Dimasukkan ke dalam larutan ZnSO4Ditunggu selama beberapa menitDiamati gelembung yang terbentuk
Elektroda Cu
∆W
Dicuci dengan aquadesDibilas dengan AsetonDioven selama 20 menit pada suhu 110oCditimbang
ZnSO4 0,001 M
Elektroda Cu dengan endapan Zn
Dimasukkan dalam gelas kimia dielektrolisis
Elektroda Cu
Wo
Dicuci dengan aquadesDibilas dengan asetonDi oven selama 3 menit (110oC)ditimbang
ZnSO4 0,001 M
Elektroda Cu
Dimasukkan dalam gelas kimiaDimasukkan elektro Cu
IX. TABEL PENGAMATAN
No Prosedur PercobaanHasil Pengamatan
Dugaan Reaksi KesimpulanSebelum Sesudah
1 Elektroda Cu berwarna cokelat kekuningan tampak kotor
Elektroda Cu berwarna cokelat kekuningan tampak mengkilat
Massa Cu dalam yang ditimbang mengalami pertambahan berat setelah dielektrolisis karena adanya Zn yang menngendap (melapisi) elektroda Cu
2 Larutan ZnSO4: tak berwarna
Larutan ZnSO4: tak berwarna
No Prosedur PercobaanHasil Pengamatan
Dugaan Reaksi KesimpulanSebelum Sesudah
3
Larutan ZnSO4 tak berwarna
Elektroda Cu berwarna kuning kecokelatan
W0= 2,447gW1 = 2, 448 gt1 = 180 s
W2= 2,449 gt2 = 600 sW3= 2,450 gt3= 720 s
W4 = 2,450 gt4= 840 s
W5 = 2,450 gt5= 960 s
Larutan ZnSO4 tak berwarna
Elektroda Cu terdapat zat yang menempel berwarna hitam
Terdapat gelembung pada anoda
Cu kuning keperakan
∆W1= 0,001g
∆W2= 0,001g
∆W3= 0,001g
∆W4= 0,00g
∆W5= 0,000g
Anoda :2H2O(l) 4H+
(aq) +4e+O2(g)
Katoda :Zn2+(aq)+2e Zn(s)
Endapan Zn pada elektroda Cu
Elektroda Cu
Dipasangkan pada kutub negative pada alat elektrogravimetri (yang berbentuk spiral)
Dimasukkan ke dalam larutan ZnSO4
Ditunggu selama beberapa menit
Diamati gelembung yang terbentuk
∆W
Elektroda Cu dengan endapan Zn
Dicuci dengan aquades Dibilas dengan Aseton Dioven selama 20 menit
pada suhu 110oC ditimbang
X. ANALISIS DATA
Pada percobaan elektrogravimetri ini bertujuan untuk membandingkan jumlah
elektron O2 (teori) dan Zn yang terlibat dalam percobaan dengan jumlah elektron yang
terdapat dalam persamaan reaksi. Percobaan ini dimulai dengan merangkai alat
elektrolisis yang terdiri dari trafo, diode yang berarus 500 mA/ 0,5 A, kapasitor/
elektrolit kondensator 1000 mikro Faraday, Kabel, PCB, Resistor, Penjepit buaya.
Percobaan ini juga menggunakan tembaga sebagai elektroda (salah satu
elektroda berbentuk kumparan dan yang lainnya berbentuk lurus), tembaga berbentuk
lurus diletakkan pada kutub positif yang berfungsi sebagai anoda sedangkan yang
berbentuk kumparan diletakkan pada kutub negatif yang berfungsi sebagai katoda.
Namun, sebelum tembaga yang berfungsi sebagai anoda digunakan, harus di amplas
dulu sampai warna tembaga lebih mengkilat agar menghilangkan zat pengotor yang
terdapat pada tembaga.
Kumparan tembaga yang telah di cuci dengan aquades. Selanjutnya kumparan
dibilas dengan aseton, hal ini bertujuan untuk menghilangkan zat pengotor pada
tembaga karena aseton sebagai pelarut kotoran. sehingga zat pengotor dapat dengan
mudah larut dalam aseton. Untuk mendapatkan berat bersih tembaga maka harus di
oven terlebih dahulu ± 3 menit dan ditimbang sebagai W0. Setelah kumparan tembaga
ditimbang, maka kumparan siap untuk dielektrolisis. Elektroda yang berfungsi
sebagai katoda dan anoda dicelupkan ke dalam gelas kimia yang berisi larutan ZnSO4
0,001M yang dialiri arus listrik sebesar 0,5 A dengan tegangan 4,5 volt. Pada
percobaan awal elektrolisis, membutuhkan waktu 180 sekon.
Selama proses elektrolisis berlangsung, terjadi reaksi sebagai berikut : pada
anoda : 2 H2O(l) 4H+(aq) + 4 e + O2(g)
pada katoda : Zn2+(aq) + 2e Zn(s)
Setelah 180 sekon, kumparan diangkat dan dimasukkan ke dalam aseton kemudian
dioven dan ditimbang kembali sebagai W1. Langkah tersebut diulangi sebanyak 4 kali
dengan waktu yang berbeda yaitu; t2 = 600 sekon, t3 = 720 sekon, t4 = 840 sekon, t5 =
960 sekon.
Dari data hasil percobaan didapat ΔWZn sebesar :
Untuk t = 3 menit → ΔWZn = 0,001 g
Untuk t = 5 menit → ΔWZn = 0,001 g
Untuk t = 7 menit → ΔWZn = 0,001 g
Untuk t = 9 menit → ΔWZn = 0,00 g
Untuk t = 11 menit → ΔWZn = 0,00 g
Berdasarkan data pengamatan maka kita dapat menghitung W O2 dan WZn dengan
menggunakan rumus
∆ W O2=
Ar O 2
n× i× t
96500
∆ W Zn=¿ Ar Zn
n× i×t
96500
Sehingga diperoleh
No. t (sekon) W Zn W O2
1 180 0,03 g 0,007461g2 600 0,102 g 0,024870 g3 720 0,1219 g 0,029844 g4 840 0,14225g 0,034818 g5 960 0,16257 g 0,039792 g
Dari data tersebut jika dinyatakan dalam grafik maka diperoleh
100 200 300 400 500 600 7000.00000
0.02000
0.04000
0.06000
0.08000
0.10000
0.12000
f(x) = 0.000169093264248705 xR² = 1
f(x) = 4.14507772020726E-05 xR² = 1
W O2Linear (W O2)Linear (W O2)W ZnLinear (W Zn)Linear (W Zn)
Dari grafik yang diperoleh dapat diketahui bahwa terdapat persamaan regresi
y=0,000x untuk massa Zn dan y=4E-05x. hal ini menunjukkan bahwa nilai slope O2=0,00004
sedangkan untuk Zn=0,0000. Rumus slope adalah
slope(b)= Ar x in x F
Sehingga untuk membandingkan jumlah elektron yang terlibat adalah dengan menggunakan
rumus slope tersebut
Untuk pembuktian slope O2
slope(b)= Ar x in x F
0,00004 = 32 x 0,5
n x965003, 86 n = 16
n = 4, 14 (terbukti)
Untuk pembuktian slope Zn
slope(b)= Ar x in x F
0,0002 = 65,37 x0,5n x96500
n = 1.6935 n = (terbukti, mendekati 2)
Setelah melalui proses elektrolisis, kumparan tembaga yang awalnya berwarna kuning
kecoklatan menjadi kuning perak karena kumparan tersebut mengalami reduksi ion Zn 2+ →
Zn. Pada anoda terjadi proses oksidasi yang ditandai dengan adanya gelembung, gelembung
ini menunjukkan adanya molekul air (H2O) yang teroksidasi menjadi O2.
XI. DISKUSIBerdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan mengenai elektrogravimetri
yang bertujuan untuk membandingkan jumlah elektron O2 dan Zn melalui
percobaan dengan jumlah elektron yang terlibat dalam persamaan reksi. Dari data
hasil percobaan dapat diperoleh grafik massa terhadap waktu, dari grafik tersebut
dapat dicari jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi melalui kemiringan (slope)
pada grafik. Ternyata ada perbedaan yang cukup besar pada jumlah elektron Zn
dari hasil percobaan dengan jumlah elektron Zn yang terlibat dalam persamaan
reaksi berdasarkan teori.
Perbedaan tersebut terlihat pada besarnya massa Zn yang dihasilkan sehingga
dapat mempengaruhi nilai dari slope (kemiringan). Akibatnya jumlah elektron
yang dihasilkan berdasarkan data hasil percobaan sebesar 0. Pada percobaan ini,
besarnya massa Zn seharusnya bertambah seiring dengan bertambahnya waktu
pengaliran arus listrik. Massa Zn mengalami penambahan jika waktu yang
diperlukan selama proses elektrolisis cukup lama dan kandungan ion Zn2+ dalam
larutan ZnSO4 cukup banyak.
Sedangkan pada percobaan yang kami lakukan, pada waktu tertentu massa Zn
tidak mengalami penambahan. Hal ini mempengaruhi pada pencarian nilai jumlah
elektron Zn yang terlibat selama percobaan. Sehingga saat dibandingkan dengan
jumlah elektron pada persamaan reaksi tidak sesuai atau berbeda. Kesalahan-
kesalahan tersebut mungkin dikarenakan dari kandungan ion Zn2+ dalam larutan
ZnSO4 habis, rancangan atau penyusunan alat elektrolisis yang kurang tepat , atau
karena saat melakukan proses elektrolisis kurang benar. Atau bisa saja kurang
pengamplasan pada elektroda tembaga, yang menyebabkan hasil yang diperoleh
kurang tepat.
XII. KESIMPULANBerdasarkan data hasil percobaan jumlah electron Zn yang didapat sesuai
dengan jumlah elektron yang ada pada persamaan reaksi (teori) yaitu jumlah
electron yang didapat sejumlah 1,69 sedangkan berdasarkan teori jumlah
elektronnya sebesar 2. Nilainnya berdekatan. Sedangkan jumlah electron O2 yang
di dapat dari percobaan sesuai dengan jumlah electron yang ada pada persamaan
reaksi atau teori yaitu sebesar 4.
XIII. DAFTAR PUSTAKA
Azizah,Utiyah, dkk.2007. Penuntun Praktikum Mata Kuliah Kimia Analitik II Dasar-
Dasar Pemisahan Kimia. Surabaya : FMIPA UNESA.
Soebagio, dkk. 2002. Kimia Analitik II. Malang : FMIPA UNM.
Underwod,A.L.dan Day.1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Massa Zn pengukuran
1. W0 = 2,447 gW1 = 2,448 gt1 = 3 menit = 180 s ΔWZn = W1 – W0
= (2,448 – 2,447) g = 0,001 g
2. W1 = 2,448 gW2 = 2,449 gt2 = 5 menit = 300 s ΔWZn = W2 – W1
= (2,449 – 2,448) g = 0,001 g
3. W2 = 2,449 gW3 = 2,450 gt3 = 7 menit = 420 s ΔWZn = W3 – W2
= (2,450 – 2,449) g = 0,001 g
4. W3 = 2,450 gW4 = 2,450 gt4 = 9 menit = 540 s ΔWZn = W4 – W3
= (2,450 – 2,450) g = 0 g
5. W4 = 2,450 gW5 = 2,450 gt5 = 11 menit = 660 s ΔWZn = W5 – W4
= (2,450 – 2,450) g = 0 g
Zn dan O2 pengukuran
1. pada t 1= 180 sekon
∆ W O2
=
Ar O 2
n× i× t
96500=
324
×0,5 ×180
96500=0,007461 g
∆ W Zn=¿ Ar Zn
n× i×t
96500=
65,372
×0,5 ×180
96500=0,03
g
2. pada t2 = 300 sekon
∆ W O2
=
Ar O 2
n× i× t
96500=
324
×0,5 ×300
96500=0,01244 g
∆ W Zn=¿ Ar Zn
n× i×t
96500=
65,372
×0,5 ×300
96500=0,05073
g
3. pada t3 = 420 sekon
∆ W O2
=
Ar O 2
n× i× t
96500=
324
×0,5 × 420
96500=0,01741 g
∆ W Zn=¿ Ar Zn
n× i×t
96500=
65,372
×0,5 × 420
96500=0,07102
g
4. pada t4 = 540 sekon
∆ W O2
=
Ar O 2
n× i× t
96500=
324
×0,5 ×540
96500=0,02238 g
∆ W Zn=¿ Ar Zn
n× i×t
96500=
65,372
×0,5 ×540
96500=0,09131
g
5. pada t5 = 660 sekon
∆ W O2
=
Ar O 2
n× i× t
96500=
324
×0,5 ×660
96500=0,02736 g
∆ W Zn=¿ Ar Zn
n× i×t
96500=
65,372
×0,5 ×660
96500=0,11160
g
Tabel perhitungan
T W O2 W Zn
1800,007
460,030
44
3000,012
440,050
73
4200,017
410,071
02
5400,022
380,091
31
6600,027
360,111
60
Grafik berat O2 dan Zn terhadap waktu
100 200 300 400 500 600 7000.00000
0.02000
0.04000
0.06000
0.08000
0.10000
0.12000
f(x) = 0.000169093264248705 xR² = 1
f(x) = 4.14507772020726E-05 xR² = 1
W O2Linear (W O2)Linear (W O2)W ZnLinear (W Zn)Linear (W Zn)
Keterangan : y = regresi linier a = E0(potensial standar)
b = slope / kemiringan
Dari grafik diatas, dapat diketahui persamaan O2, yakni y= 4E-05x dan persamaan Zn yakni y = 0,000x. Sehingga dapat diketahui nilai slope pada O2 yakni 0,00004 dan nilai slope pada Zn yakni 0,0000. Sedangkan rumus slope adalah
slope(b)= Ar x in x F
Sehingga untuk untuk membuktikan elektron yang terlibat dalam masing-masing unsur/ senyawa saat elektrolisis berlangsung dapat dibuktikan dengan rumus slope diatas
Untuk pembuktian slope O2
slope(b)= Ar x in x F
0,00004 = 32 x 0,5
n x965003, 86 n = 16
n = 4, 14 (terbukti)
Untuk pembuktian slope Zn
slope(b)= Ar x in x F
0,000000 = 65,37 x0,5n x96500
0 n = 32,685 n = 0 (tidak terbukti, seharusnya 2)
Gambar 6. Sebelum ataupun setelah di elektrolisis
kumparan di oven
Gambar 7. Kawat tembaga yang telah dielektrolisis
Gambar 8. Kumparan setelah dielektrolisis