Dikotomisasi Cara pensucian Bekas Urine Bayi Laki-laki dan Perempuan
-
Upload
nurafni-rahman -
Category
Education
-
view
338 -
download
3
Transcript of Dikotomisasi Cara pensucian Bekas Urine Bayi Laki-laki dan Perempuan
DIKOTOMISASI CARA PENSUCIAN BEKAS
URINE BAYI LAKI – LAKI DAN
PEREMPUAN
Kelompok 3Fitria Priatin
(11154201664)Nurafni (11154201774)
Siti Maisyarah (11154202175)
“DIKOTOMISASI CARA PENSUCIAN BEKAS URINE BAYI LAKI – LAKI DAN
PEREMPUAN
Pendahuluan…
Mengenai kencing bayi laki-laki dan perempuan untuk pensuciannya ternyata dibedakan dalam syari’at Islam. Ini berlaku untuk bayi yang menjadikan Air Susu Ibu (ASI) sebagai kebutuhannya, belum menjadikan makanan sebagai konsumsi pokok. Kencing bayi laki-laki cukup diperciki sedangkan bayi perempuan harus dicuci sebagaimana kencing lainnya.
1. Hadits riwayat Aisyah Radhiyallahu’anha istri Nabi:
وسلم؛ عليه الله صلى �ي �ب الن و�ج� ز� ة� �ش� ع�ائ ع�ن��ان� ك وسلم عليه الله صلى الله� و�ل� س ر� �ن� أ
. �ي� ف�أ ت �ك ه م� ن �ح� و�ي �ه�م� �ي ع�ل ك �ر ف�ي ب �ان� �ي �الص ب ب �ى ي ؤ�ت . . �م� و�ل �ه �و�ل ب �ع�ه �ب ت
� ف�أ �م�اء0 ب ف�د�ع�ا �ه� �ي ع�ل �ال� ف�ب �ي4 �ص�ب ب�ه ل �غ�س� يArtinya :
“Bahwa Nabi Shallallahu alaihi wassalam pernah didatangi orang-orang yang membawa beberapa bayi, kemudian beliau mendoakan dan menyuapi mereka.
Lalu seorang anak kencing dan mengenai beliau. Lantas beliau meminta air dan menuangkannya pada air
kencing tadi dan tidak mencucinya”
2. Dari Abu As Samh radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ش" ي&ر$ و$ ي$ة( ار( ال.ج$ ب$و.ل( م(ن. ل& ي&غ.س$ال.غ&ال$م( ب$و.ل( م(ن.
Artinya: “Kencing bayi perempuan itu dicuci, sedangkan bayi laki-laki diperciki.” (HR. Abu
Daud no. 376 dan An Nasai no. 305.
صلى - �ه� الل س ول� ر� �ل�ى إ الط�ع�ام� �ك ل� �أ ي �م� ل ، ص�غ�ير0 �ه�ا ل �ن0 �اب ب �ت� �ت أ �ه�ا ن� أ م�ح�ص�ن0 �ت� �ن ب �س0 ق�ي أ م ع�ن�
�ه� - - - �و�ب ث ع�ل�ى �ال� ف�ب ، ح�ج�ر�ه� ف�ى وسلم عليه الله صلى �ه� الل س ول ر� ه ل�س� ج�� ف�أ ، وسلم عليه الله
�ه ل �غ�س� ي �م� و�ل �ض�ح�ه ف�ن �م�اء0 ب ف�د�ع�ا ،
Dari Ummu Qois binti Mihshon, bahwasanya ia datang dengan anak laki-lakinya yang masih kecil dan anaknya tersebut belum mengkonsumsi makanan. Ia membawa anak tersebut ke hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau lantas mendudukkan anak tersebut di pangkuannya. Anak tersebut akhirnya kencing di pakaian beliau. Beliau lantas meminta diambilkan air dan memercikkan bekas kencing tersebut tanpa mencucinya. (HR. Bukhari no. 223 dan Muslim no. 287).
ي$ة( ار( $ل.ج$ ا ب$و.ل( م(ن. ل& ش", ي&غ.س$ ي&ر$ و$م $ل.غ&ال$ ا ب$و.ل( م(ن.
“Kencing bayi perempuan dicuci dan kencing bayi laki-laki cukup dipercikkan dengan air.”
(HR. Abu Daud dan An-Nasai dari Abu As-Samh)
Arti Kata…
• �ة� ار�ي �ج� ال : bayi perempuan yang masih dalam masa menyusui.
• � �م �غ ال untuk anak laki-laki hingga berusia : الbaligh, namun kadang juga dimaksudkan untuk bayi laki-laki yang masih menyusui.
• ل ي غ�س� : membanjiri air pada pakaian yang terkena kencing (yang diperlakukan pada bekas kencing bayi perempuan)
• wو�ي ر�ش : diperciki• النضح : adalah memercikan dengan air.
syari'at Islam menjadikan air kencing bayi laki-laki sebagai bagian dari najis
mukhaffah (ringan) dan cukup dibersihkan dengan percikan air di
atasnya, sementara syari'at menjadikan air kencing bayi wanita sebagai bagian
dari mughalazhah (besar/berat) dan tidak sempurna cara
penyucian/pembersihannya kecuali dengan mencuci sisa-sisanya dengan air.
Pendapat Ulama…
Al-Imam An-Nawawi mengatakan, “Para ulama berselisih dalam hal cara penyucian kencing bayi laki-laki dan perempuan menjadi tiga pendapat. Pendapat yang benar, masyhur dan terpilih, kencing bayi laki-laki cukup dipercik (dicucuri) air. Sementara kencing bayi perempuan tidak cukup dipercik (dicucuri) air, tetapi harus dicuci sebagaimana najis yang lain. Pendapat kedua, kencing bayi laki-laki dan perempuan cukup dipercik (dicucuri) air. Pendapat ketiga, kedua-duanya tidak cukup hanya dipercik (dicucuri) air. Dua pendapat ini dihikayatkan oleh penulis At-Tatimmah dari kalangan sahabat-sahabat kami maupun selainnya. Dua pendapat ini adalah pendapat yang syadz (aneh) dan lemah.
• Di antara ulama yang berpendapat dibedakannya (penyucian kencing bayi laki-laki dan perempuan, pent.) adalah ‘Ali bin Abi Thalib, ‘Atha’ bin Rabah, Al-Hasan Al-Bashri, Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahawaih, dan sekelompok ulama lain dari kalangan salaf dan ashabul hadits, juga Ibnu Wahb dari kalangan murid-murid Al-Imam Malik, dan diriwayatkan pula dari Abu Hanifah. Adapun di antara yang berpendapat kedua-duanya harus dicuci adalah Abu Hanifah dan Malik dalam pendapat yang masyhur dari mereka berdua, serta penduduk Kufah.
Pendapat Ulama lainnya…
• Al-Khaththabi dan ulama yang lain mengatakan, pembolehan memerciki kencing bayi laki-laki menurut orang yang berpendapat pembolehannya bukanlah karena kencing bayi laki-laki ini tidak najis, melainkan sebagai peringanan dalam menghilangkannya, sehingga inilah pendapat yang benar. Adapun pendapat yang dihikayatkan oleh Abul Hasan ibnu Baththal, kemudian Al-Qadhi ‘Iyadh dari Asy-Syafi’i dan selainnya –yaitu pendapat bahwa kencing bayi laki-laki suci sehingga hanya dipercik– merupakan hikayat yang batil sama sekali.” (Al-Minhaj, 3/194)
Menurut keterangan Imam Nawawi dalam Syarah Muslim mengenai cara bersuci dari kencing anak
kecil dijelaskan bahwa para ulama berbeda pendapat tentangnya dalam tiga mazhab yang juga
merupakan pendapat-pendapat yang muncul dikalangan ulama Syafi’iyah, yaitu sebagai berikut :
1. Pendapat yang shahih yang masyhur dan terpilih : memadai dipercik pada bersuci kencing
anak laki-laki dan tidak memadai pada kencing anak perempuan. Pada anak perempuan wajib dibasuh
seperti najis lainnya. 2. Memadai dipercik pada keduanya
3. Tidak memadai dipercik pada keduanya.
Tinjauan Medis/ Sains…• Penelitian ilmiah modern –yang dilakukan di bidang ini-
mengungkapkan adanya perbedaan antara urin (air kencing) bayi laki-laki dan bayi perempuan. Dan salah satu penelitian tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Ashil Muhammad Ali dan Ahmad Muhammad Shalih dari Universitas Dohuk, Irak.
• di mana mereka mengumpulkan sampel urin bayi secara acak yang berjumlah 73 bayi (35 perempuan dan 38 laki-laki). Mereka mengklasifikasikan/mengelompokkannya ke dalam empat kelompok umur; umur di bawah satu bulan, umur satu bulan sampai dua bulan, kemudian (dari dua bulan) sampai tiga bulan dan kemudian lebih dari tiga bulan dengan kemungkinan meningkatnya konsumsi makanan.
Dari penelitian tersebut menetapkan bahawasanya di sana ada perbedaan di antara keduanya. Hasilnya
adalah seperti berikut:
1. Pada kumpulan usia hingga 30 hari, peratus kewujudan bakteria dalam air kencing bayi perempuan 95,44% lebih banyak berbanding pada air kencing bayi lelaki .
2. Pada kumpulan umur (dari satu bulan hingga dua bulan) peratus kewujudan bakteria dalam air kencing bayi perempuan 91,48% lebih banyak berbanding pada air kencing bayi lelaki.
3. Pada kumpulan umur 2-3 bulan, peratusan kewujudan bakteria dalam air kencing bayi perempuan 93,69% lebih banyak berbanding pada air kencing bayi lelaki.
4. Pada kumpulan usia lebih dari 3 bulan, peratusan bakteria dalam air kencing bayi perempuan 69% lebih banyak berbanding pada air kencing bayi lelaki.
ألسالم عليكم ورحمةالله وبركاته
. . .