perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KINERJA DINAS … · 2013. 7. 22. ·...
Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KINERJA DINAS … · 2013. 7. 22. ·...
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI
DALAM PEMBERANTASAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
DI KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI
Oleh :
ASTRI DEVIANTI
D1109005
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik jurusan Ilmu Administrasi Program Studi
Ilmu Administrasi Negara
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI
DALAM PEMBERANTASAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
DI KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI
Oleh :
ASTRI DEVIANTI
D1109005
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik jurusan Ilmu Administrasi Program Studi
Ilmu Administrasi Negara
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
”Dan mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan sholat”
(Al Baqarah 45)
”Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”
(Al Baqarah 216)
”Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya”
(Al Baqarah 286)
”Ada dua nikmat yang kebanyakan orang tertipu dengan keduanya,
yaitu nikmat sakit dan nikmat sempat”
(Hadist)
”Ilmu dan amal adalah untuk ibadah”
(Denny Tazakka)
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada :
Bapak dan Ibu tercinta
Abitaq ”Agus Sugiarto”
Mb Devi dan Dek Indra
Teman-teman AN ’09
Almamater
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur selalu tercurah kepada Allah SWT dan Rosul-Nya Nabi
Muhammad SAW yang senantiasa melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
kepada setiap umat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Skripsi yang
berjudul “Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam
Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali”, ini dengan baik dan
lancar.
Skripsi ini disusun sebagai syarat guna mendapatkan gelar Sarjana pada
Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Sebelas Maret. Skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dan dukungan
serta bimbingan dari berbagai pihak. Tanpa mengurangi rasa hormat, dengan
kerendahan hati saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Sukadi, M.Si., selaku pembimbing, yang dengan penuh kesabaran
telah memberikan bimbingan, dorongan, dan pengarahan sehingga
penyusunan Skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Bapak Drs. Is Hadri Utomo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Pembimbing Akademis.
3. Bapak Drs. Pawito, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Administrasi, yang telah memberi bekal
ilmu pengetahuan selama penulis menempuh kuliah.
5. dr. Yulianto, M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali yang
telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Dinas Kesehatan
Kabupaten Boyolali.
6. Bapak Edi Siswanto, SKM selaku Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali yang telah memberikan ijin dan telah
memberikan informasi yang dibutuhkan penulis.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
7. Bapak Kirmanto selaku petugas P2DBD Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali
yang telah banyak membantu dan berbagi informasi dan data-data yang
dibutuhkan oleh penulis dalam menyusun skripsi ini.
8. dr. Ony Hardoko, selaku Kepala Puskesmas Ngemplak yang telah
memberikan ijin dan memberikan informasi yang dibutuhkan penulis.
9. Ibu Suprapti dan Bapak Sis Nugroho yang telah memberikan informasi dan
data-data yang dibutuhkan oleh penulis dalam menyusun skripsi ini
10. Bapak, Ibu, Mb Devy, dan Dik Indra yang selalu mendoakanku. Terima kasih
untuk kasih sayang, perhatian, pengorbanan, dan doa yang selama ini Kalian
berikan.
11. Abitaq Agus Sugiarto untuk cinta dan kasih sayang selama ini, terimakasih
karena selalu mendukungku, mendoakan, memotivasi dan menyemangatiku
untuk terus maju dan pantang menyerah.
12. Teman-teman Administrasi Negara Non Reguler 2009, terutama Mb Nuning,
Poliyuni, Intan, Eka, Laksmindra, Nia, Tia, Nila, Binar, Fitri, ayo semangat
jalan kita masih panjang.
13. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan menyelesaikan penulisan Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih sangat
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap
semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, 18 Juli 2011
Penulis
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
ABSTRAK .......................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................ 11
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 12
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 15
1. Tinjauan Tentang Kinerja ........................................................... 15
a. Pengertian Kinerja ................................................................. 15
b. Penilaian Kinerja ................................................................... 18
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja .......................... 24
d. Indikator Pengukuran Kinerja ............................................... 24
2. Tinjauan Tentang Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali ........... 42
3. Tinjauan Tentang Program Pemberantasan dan Penanggulangan
Penyakit Demam Berdarah Dengue .......................................... 43
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
4. Tinjauan Tentang Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali
Dalam Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Ngemplak Boyolali
Kabupaten Boyolali ..................................................................... 52
B. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 59
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................... 62
B. Lokasi Penelitian ................................................................................ 63
C. Teknik Pengambilan Sampel .............................................................. 63
D. Sumber Data ....................................................................................... 64
1. Data Primer .................................................................................. 64
2. Data Sekunder .............................................................................. 65
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 66
1. Wawancara .................................................................................. 66
2. Analisis Dokumen dan Arsip ....................................................... 67
F. Validitas Data ................................................................................... 67
G. Analisis Data ..................................................................................... 68
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................ 72
1. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Ngemplak ....................... 72
a. Kondisi Geografis ................................................................... 72
b. Topografi ................................................................................. 73
c. Keadaan Demografis ............................................................... 73
d. Sarana dan Prasarana............................................................... 75
2. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali ................................ 79
a. Dasar Hukum Berdirinya Organisasi ...................................... 79
b. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali .............. 80
c. Tugas, Fungsi, Tujuan, dan Sasaran Dinas Kesehatan
Kabupaten Boyolali ................................................................. 81
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
d. Strategi, Kebijakan, dan Program Dinas Kesehatan Kabupaten
Boyolali ................................................................................... 83
e. Susunan dan Struktur Organisasi ............................................ 85
f. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten
Boyolali ................................................................................... 89
g. Sumber Daya Manusia Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali 97
h. Derajat Kesehatan ................................................................... 101
i. Pembiayaan Kesehatan............................................................ 102
j. Tenaga dan Sarana Kesehatan ................................................. 102
k. Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali ............ 106
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ....................................................... 107
1. Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Dalam
Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit DBD di Kecamatan
Ngemplak ...................................................................................... 107
a. Indikator Produktivitas ............................................................ 107
b. Indikator Responsivitas ........................................................... 136
c. Indikator Akuntabilitas............................................................ 143
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Boyolali dalam Pemberantasan dan Penanggulangan
Penyakit DBD di Kecamatan Ngemplak....................................... 148
a. Faktor yang Menghambat ....................................................... 149
b. Faktor yang Meningkatkan ..................................................... 154
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 156
B. Saran ................................................................................................... 159
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Data Kasus DBD Kabupaten Boyolali Tahun 2005 s/d 2010 .......... 5
Tabel I.2. Data Jumlah Kasus DBD Per Puskesmas Kabupaten Boyolali Tahun
2009 dan Tahun 2010 ....................................................................... 10
Tabel IV.1 Kepadatan Penduduk Per Desa Kecamatan Ngemplak Tahun 2010 74
Tabel IV.2 Jumlah penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Kecamatan Ngemplak Tahun 2010 .................................................. 75
Tabel IV.3 Jumlah Sarana Kesehatan Per Desa Kecamatan Ngemplak Tahun
2010 .................................................................................................. 76
Tabel IV.4 Jumlah Sarana Perekonomian Per Desa Kecamatan Ngemplak Tahun
2010 .................................................................................................. 78
Tabel IV.5 Struktur Kepegawaian Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali
Berdasarkan Jenis ............................................................................. 88
Tabel IV.6 Struktur Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Berdasarkan
Tingkat ............................................................................................. 89
Tabel IV.7 Struktur Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Berdasarkan
Pangkat / Golongan Tahun 2010 ...................................................... 100
Tabel IV.8 Anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota Kabupaten Boyolali Tahun
2010 .................................................................................................. 102
Tabel IV.9 Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun
2010 .................................................................................................. 104
Tabel IV.10 Jumlah Posyandu Menurut Kecamatan Kabupaten Boyolali Tahun
2010 .................................................................................................. 106
Tabel IV.11 Jumlah Desa Endemis dan Jumlah Kasus DBD di Kecamatan
Ngemplak Tahun 2004-2010............................................................ 109
Tabel IV.12 Target HI dan Realisasi Pencapaian oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Boyolali dalam Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit DBD
Di Kecamatan Ngemplak Tahun 2004-2010.................................... 113
Tabel IV.13 Persentase Rumah/Bangunan yang Diperiksa dan Bebas Jentik
Nyamuk Aedes Per Desa Kecamatan Ngemplak Tahun 2010 ......... 114
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
Tabel IV.14 Jumlah Pelaksanaan Fogging Focus per Puskesmas Kecamatan
Ngemplak Kabupaten Boyolali Tahun 2010 .................................... 118
Tabel IV.15 Jumlah Pelaksanaan Fogging Focus per Puskesmas Kecamatan
Ngemplak Kabupaten Boyolali Tahun 2010 .................................... 122
Tabel IV.16 Jumlah Pelaksanaan PSN per Desa Kecamatan Ngemplak Kabupaten
Boyolali Tahun 2010 ........................................................................ 124
Tabel IV.17 Jumlah Kasus Penyakit DBD Tahun 2009 dan 2010 Per Desa
Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali ..................................... 128
Tabel IV.18 Jumlah Penderita Penyakit Demam Berdarah Dengue Kecamatan
Ngemplak Kabupaten Boyolali Tahun 2004 sampai 2010 .............. 133
Tabel IV.19 Target Insident Rate dan Realisasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Boyolali dalam Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit DBD
di Kecamatan Ngemplak Tahun 2005-2010 .................................... 134
Tabel IV.20 Target Case Fatality Rate dan Realisasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan Penyakit DBD
Di Kecamatan Ngemplak Tahun 2005-2010.................................... 135
Tabel IV.21 Data Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Berdasarkan
Jabatan dan Tidak Termasuk UPTD Bulan Juli 2011 ...................... 150
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
GambarII.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Boyolali Dalam pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit
Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Ngempalk Kabupaten
Boyolali .......................................................................................... 59
Gambar III.1 Model Analisis Interaktif ................................................................ 69
Gambar IV.1 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali ............ 87
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
ABSTRAK
Astri Devianti, D1109005, KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN
BOYOLALI DALAM PEMBERANTASAN DAN PENANGGULANGAN
PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN
NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI. Skripsi. Jurusan Ilmu Administrasi
Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.
Penyakit DBD adalah penyakit yang berbahaya, dapat menimbulkan
kematian dalam jangka waktu yang singkat dan sering menimbulkan wabah.
Kabupaten Boyolali telah dinyatakan sebagai daerah endemis DBD dan kasus
terbanyak terjadi di Kecamatan Ngemplak. Dari tahun ke tahun data kasus
penyakit DBD di Kecamatan Ngemplak terus meningkat. DKK Boyolali
merupakan organisasi publik yang bertanggung jawab atas tingginya kasus
penyakit DBD di Kabupaten Boyolali. DKK Boyolali diharapkan mampu
mengupayakan pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Kinerja DKK Boyolali
dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di Kecamatan
Ngemplak dan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerja tersebut.
Kinerja DKK Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD
dalam penelitian ini dilihat dari indikator pengukuran kinerja yaitu Produktivitas,
Responsivitas, dan Akuntabilitas.
Penelitian ini bersifat diskriptif kualitatif yang menggambarkan keadaaan
senyatanya. Sumber datanya meliputi data primer yang diperoleh melalui proses
wawancara dan data sekunder yang berasal dari dokumen yang berkaitan dengan
penelitian. Metode penarikan sampel yang digunakan bersifat purposive sampling
yaitu dengan memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk
menjadi sumber data. Teknik pengumpulan data adalah dengan cara wawancara
dan dokumentasi. Uji validitas data adalah dengan teknik trianggulasi data yaitu
dengan menguji data yang sejenis dari berbagai sumber. Teknik analisis data yang
digunakan adalah dengan Teknik Analisis Interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari tiga indikator pengukuran
kinerja yang digunakan, kinerja DKK Boyolali cukup baik namun perlu adanya
peningkatan. Produktivitas DKK Boyolali dapat dikatakan belum maksimal
karena hasil yang dicapai belum sesuai dengan target-target yang telah ditetapkan
sebelumnya. Responsivitas DKK Boyolali dikatakan cukup baik namun perlu
adanya peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya respon terhadap tuntutan
yang disampaikan oleh masyarakat terkait dengan pemberantasan dan
penanggulangan penyakit DBD. Akuntabilitas DKK Boyolali dikatakan cukup
baik, hal ini dibuktikan dengan orientasi pelayanan yang tidak hanya mengacu
pada peraturan pelaksanaan saja serta adanya transparansi dana. Beberapa faktor
yang mempengaruhi yaitu : kurangnya SDM secara kuantitas dan kurangnya
peran aktif masyarakat terhadap program pemberantasan dan penanggulangan
DBD.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRACT
Astri Devianti, D1109005, THE PERFORMANCE OF BOYOLALI DISCRIT
HEALTH OFFICE ERADICATION AND CONTROL THE DENGUE
HEMMORHAGIC FEVER (DHF) SUB IN NGEMPLAK BOYOLALI.
Thesis. Department of Administrative Science Program Public Administration.
Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University of Surakarta,
2011.
Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) is an dangerous disease, that can lead
to death in a short period of time and frequently generates an endemic. Boyolali
district is state a dengeu hemmorhagic fever endemic area and the highest
incidence of cases in Ngemplak. The data on DHF disease cases in Ngemplak
increases over years. DKK Boyolali is a public organization responsible for the
high incidence rate of Dengue Hemmorhagic Fever (DHF) in the district of
Boyolali. DKK Boyolali is responsible for the prevention of DHF disease.
The purpose of this research is to find out the performance of DKK
Boyolali discrit health office eradication and control the Dengue Hemmorhagic
Fever (DHF) sub in ngemplak boyolali and the factors influence the performance.
It was measured by three indicators of public organitation’s performance that is
productivity, responsiveness, and accountability.
This research is a descriptive qualitative study. The primary data sources
were derived from interview process and from the documents relevant to the
research for secondary data. The sampling method used was purposive sampling,
choosing the informan considered knowledgeable and reliable to become the data
source. Techniques of collecting data used were interview and documentation.
Data validity used was data triangulation technique of analizing data used was
interactive analysis technique.
The results of this research shows that the performance of DKK Boyolali
has not reached the achievement target of DHF prevention. Productivity can be
said is not maximized because of the results achieved have not been up since the
results achieved have not been in accordance with the targets previously set.
Responsiveness in preventing the DHF diseases was found good enough and still
need to be improved. It is indicated by the presence of respond to the demand
conveyed by the public concernig the DHF prevention. The accountability was
also found good enough indicated by fund transparency and that service
orientation not only refers to the guidelines. Some factors influenced : the
minimum number of human resource and the less community participation in the
DHF eradication and control program.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan merupakan suatu proses kegiatan yang terencana dalam upaya
pertumbuhan ekonomi, perubahan sosial dan modernisasi bangsa guna peningkatan
kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. Dalam pembangunan tersebut
salah satunya terdapat upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat seperti
pelayanan kesehatan, pendidikan, pendapatan dan lain sebagainya. Untuk mencapai
keberhasilan pembangunan dibutuhkan manusia yang berkualitas, sumber dana yang
memadai dan kekayaaan atau potensi alam yang mendukung.
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah
melalui perbaikan kesehatan yang dijalankan dalam program pembangunan bidang
kesehatan. Pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Oleh karena itu pembangunan di bidang kesehatan mempunyai andil yang cukup
besar dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan
dapat diketahui dari Angka Kematian Bayi dan Balita, Angka Kematian Ibu
Melahirkan, Angka Kesakitan dan Angka Kematian Terhadap Penyakit-Penyakit
Menular Tertentu, Angka Harapan Hidup dan Status Gizi.
1
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui sektor kesehatan harus
ditunjang dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan jalan
peningkatan mutu lembaga dan pelayanan kesehatan yang memadai, sehingga
diharapkan gerak pembangunan dapat berjalan dengan lancar. Pemerintah
memberikan perhatian yang serius terhadap masalah penyelenggaraan kesehatan
dalam rangka pembangunan masyarakat yang sehat. Hal tersebut dapat dilihat dalam
Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Bab V Pasal 11 yang
dijelaskan bahwa penyelenggaraan kesehatan dilaksanakan melalui banyak kegiatan
seperti kesehatan keluarga, perbaikan gizi, kesehatan lingkungan, pemberantasan
penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan serta penyuluhan
kesehatan. Penyakit menular yang menjadi sasaran Program Pemberantasan dan
Penanggulangan Penyakit Menular meliputi diare, HIV/AIDS, kusta, Demam
Berdarah Dengue (DBD), dan lain lain.
Sebagai bagian dari Program Peberantasan dan Penanggulangan Penyakit
Menular, Program Pemberantasan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) penting untuk dilaksanakan karena penyakit ini mudah mewabah,
vaksin pencegahannya belum ditemukan, dan vektor perantara penyakit ini tersebar
luas di lingkungan sekitar masyarakat. Wujud nyata dari perhatian pemerintah
terhadap penyakit DBD adalah dengan dikeluarkannya Program Pemberantasan dan
Penanggulangan penyakit DBD di berbagai daerah yang dilanda penyakit ini.
Pelaksanaan Program Pemberantasan dan Penanggulangan penyakit DBD ini
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
didasarkan pada Keputusan Menteri No.581/Menkes/SK/VII/1992 tentang
Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Berkaitan dengan penelitian kinerja pemerintah, terdapat berbagai indikator
yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja pemerintah. Indikator tersebut pada
umumnya adalah produktivitas, akuntabilitas, orientasi terhadap pelayanan,
responsibilitas, dan responsivitas. Beberapa indikator ini dapat memberikan
gambaran penilaian mengenai keberhasilan dan kegagalan suatu program atau
kegiatan yang dilaksanakan pemerintah bagi masyarakat dalam kurun waktu tertentu
dimana pada akhirnya dapat dijadikan input bagi perbaikan atau peningkatan kinerja
selanjutnya. Secara spesifik indikator-indikator tersebut juga mampu memberikan
penilaian tentang tanggung jawab Pemerintah dalam mengemban misi pemenuhan
kepentingan publik dan pada akhirnya juga akan memberikan gambaran tingkat
pencapaian tujuan organisasi.
Mengacu pada kinerja pemerintah dalam pembangunan bidang kesehatan,
diakui bahwa adanya dinas kesehatan merupakan langkah Pemerintah dalam
mewujudkan tingkat kesehatan yang optimal pada seluruh masyarakat karena dinas
kesehatan merupakan motor penggerak utama yang akan mendorong masyarakat
untuk hidup sehat. Untuk mewujudkan kesehatan masyarakat dinas kesehatan
mempunyai kewajiban yang harus dijalankan dan harus dipertanggungjawabkan
kepada mayarakat.
Akhir-akhir ini masyarakat mempertanyakan kinerja Dinas Kesehatan. Hal ini
terkait dengan pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) karena jumlah
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
kasus DBD semakin meningkat setiap tahunnya terlebih lagi tugas tersebut telah
ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 581 Menkes/SK/VII/1992
tentang Pemberantasan Penyakit DBD yang seharusnya dilaksanakan seoptimal
mungkin sehingga mampu menekan jumlah kasus DBD.
Jumlah kasus DBD di Indonesia terus meningkat. Pada tahun 1999 terjadi
21.134 kasus, tahun 2000 sebanyak 33.443 kasus, tahun 2001 sebanyak 45.904 kasus,
tahun 2002 sebanyak 40.377 kasus, tahun 2003 sebanyak 50.131 kasus dengan
kematian 743 orang (www.sinarharapan.co.id). Selain itu tanggal 1 Januari 2004
sampai dengan 5 Maret 2005 secara kumulatif jumlah kasus DBD yang dilaporkan
dan telah ditangani sebanyak 26.015 kasus dengan kematian mencapai 389 orang
(www.depkes.go.id). Jumlah kasus tersebut terus meningkat dikarenakan minimnya
pola hidup bersih masyarakat, curah hujan yang tinggi dan banyak air yang
menggenang saat musim hujan, lingkungan kumuh yang memungkinkan
berkembangbiaknya nyamuk Aedes Aegypti, dan kesadaran masyarakat yang masih
sangat kurang untuk melakukan pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Sehubungan dengan tingginya kasus DBD di Indonesia, Provinsi Jawa Tengah
telah menjadi daerah endemis DBD (daerah endemis merupakan daerah dimana
dalam tiga tahun terakhir terdapat kasus DBD setiap tahunnya). Kabupaten Boyolali
telah dinyatakan sebagai daerah endemis DBD. Sebanyak 17 wilayah kecamatan di
Kabupaten Boyolali yang masuk kategori daerah endemis demam berdarah dengue
(DBD) menjadi prioritas pengawasan Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat mendekati
pergantian musim kemarau ke penghujan tahun ini. Saat peralihan musim merupakan
http://www.sinarharapan.co.id/http://www.depkes.go.id/
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
masa rawan serangan berbagai jenis penyakit sehingga masyarakat harus
meningkatkan kebersihan dan menjaga kesehatan. Jenis penyakit yang terhitung
cukup berbahaya yakni DBD. (www.solopos.co.id). Berikut disertakan data kasus
penyakit DBD di Kabupaten Boyolali dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 :
Tabel I.1
Data Kasus DBD Kabupaten Boyolali
Tahun 2005 s/d 2010
No. Tahun Bulan Jumlah
(Orang) Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
1. 2005 7 11 5 12 8 10 13 7 12 9 16 32 142
2. 2006 32 38 21 16 8 10 10 3 5 4 6 7 160
3. 2007 38 55 34 51 40 41 34 21 18 24 26 47 429
4. 2008 75 55 39 41 39 22 23 14 18 14 19 22 381
5. 2009 37 15 35 24 28 33 39 24 15 12 20 44 326
6. 2010 76 75 70 36 27 24 25 18 13 17 17 5 403
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa selama tahun 2005 di Kabupaten
Boyolali ditemukan kasus penyakit DBD sebanyak 142 kasus. Kasus terbanyak
terjadi di tahun 2007 dengan kasus sebanyak 429 sedangkan ditahun-tahun lainnya
angkanya cukup fluktuatif yakni mengalami peningkatan dan penurunan penderitanya
pertahun. Melihat kenyataan ini, maka hal tersebut menjadi perhatian masyarakat
mengenai bagaimana kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam
pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD terlebih lagi program
pemberantasan penyakit DBD telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan
No. 581/ Menkes/SK/VII/1992 tentang pemberantasan penyakit DBD.
http://www.solopos.co.id/
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Terkait dengan tingginya kasus DBD tentu saja masyarakat mengeluhkan
kinerja Dinas Kesehatan Boyolali dalam pemberantasan penyakit DBD. Sebenarnya
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali mempunyai pedoman yang digunakan dalam
pelayanan P3PL (Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan).
Untuk menangani kasus DBD, Pemerintah Kabupaten Boyolali melalui Dinas
Kesehatan mempunyai tujuan umum yakni menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat penyakit Demam Berdarah Dengue serta mencegah atau membatasi
penjalaran Kejadian Luar Biasa (KLB). Sedangkan tujuan khusus yang hendak
dicapai oleh Pemerintah Boyolali adalah :
1. Menurunkan angka kesakitan Insidents Rate di kecamatan endemis, < 3 per
10.000 penduduk
2. Menurunkan angka kematian < 2,5 %
3. Mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa penyakit DBD
4. Meningkatnya Angka Bebas Jentik > 95 %
Dalam usaha mencapai tujuan yang telah dirumuskan, Pemerintah Kabupaten
Boyolali menggunakan sejumlah program untuk menangani kasus DBD yaitu :
1. Penyelidikan epidemiologi dan pemutusan rantai penularan dengan upaya-upaya
sebagai berikut :
a. Pada daerah ditemukan tersangka Demam Berdarah dan kasus positif DBD
dengan indikasi penularan sebanyak 282 kejadian :
1) Penyelidikan epidemiologi
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2) Fogging seluas minimal radius 100 m yang dilaksanakan pada pagi hari
dan sore hari sebanyak 2 kali dengan interval kurang lebih 1 minggu.
3) Penyuluhan
4) Penggerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
5) Abatisasi selektif
b. Pada daerah ditemukan tersangka Demam Berdarah dan kasus positif DBD
tetapi tidak ada indikasi penularan sebanyak 110 kejadian:
1) Penyelidikan epidemiologi
2) Penyuluhan
3) Penggerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
4) Abatisasi selektif
5) Di daerah ini apabila masyarakat menghendaki fogging, DKK
menyediakan insektisida, mesin swinfog dan teknisi.
2. Upaya pencegahan dan promosi kesehatan, meliputi :
a. Penyebaran informasi berupa penyuluhan kelompok baik institusi sekolah,
tempat ibadah, dan institusi lain, dan pemasangan spanduk bertema
pemberantasan DBD dengan 3 M pada tempat-tempat strategis.
b. Siaran radio, siaran keliling, penyebaran pamflet dan leaflet.
c. Penyuluhan kelompok kepada masyarakat desa.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3. Upaya pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat, meliputi :
a. Pemantauan jentik oleh kader PKK 55 desa endemis DBD di 17 kecamatan
dari bulan April – Oktober. Pemantauan dilaksanakan terhadap 250 rumah
yang dipilih secara sampling
b. Penggerakan masyarakat untuk melakukan gerakan PSN secara rutin 1
minggu sekali di 119 desa yang terdiri atas 55 desa endemis dan 64 desa
sporadis
Pendidikan dan pelatihan serta peningkatan SDM lainnya, meliputi :
a. Koordinasi dan pembekalan terhadap Lurah/ Kepala desa dan Ketua TP-PKK
untuk meningkatkan kualitas pemantauan jentik di wilayahnya.
b. Koordinator petugas Puskesmas untuk meningkatkan penggerakan PSN
secara terpadu
4. Penyediaan sarana dan prasarana dan logistik, meliputi :
a. Pengadaan mesin swin fog sehingga di setiap puskesmas minimal ada juga
ada mesin swin fog.
b. Pengadaan insektisida, dari APBD II dianggarkan 1000 kg abate dan 400 liter
insektisida. Disamping itu pada tahun 2007 ada bantuan insektisida dari Dinas
Kesehatan Propinsi Jawa Tengah berupa 1000 liter dan 250 kg abate
c. Sarana laboratorium untuk pemeriksaan darah, utamanya di Puskesmas rawat
inap untuk diagnosa dini penyakit Demam Berdarah Dengue
d. Penyediaan obat-obatan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
5. Monitoring, evaluasi dan tindak lanjut berupa upaya meningkatkan PSN di desa-
desa dan optimalisasi gugus tugas Desa Siaga Sehat di tingkat Kabupaten dan
Kecamatan
Dengan adanya kenyataan ini, maka seharusnya hal tersebut menjadi
perhatian masyarakat tentang kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam
pelaksanaan pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD yang mana telah
ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 581/Menkes/SK/VII/1992
tentang pemberantasan penyakit DBD.
Berdasarkan laporan pengamatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali,
Kabupaten Boyolali merupakan daerah endemis DBD karena dari 55 desa yang
tersebar di 17 kecamatan di Kabupaten Boyolali termasuk dalam kategori daerah
endemis DBD (daerah yang tiga tahun berturut-turut ditemukan kasus DBD). Desa-
desa itu terletak di Kecamatan Andong, Banyudono, Boyolali, Musuk, Juwangi,
Karanggede, Kemusu, Simo, Wonosaegoro, Klego, Ngemplak, Nogosari, Sambi,
Sawit, Ampel, Teras dan Mojosongo. Kasus terbanyak yang terjadi di Kabupaten
Boyolali adalah Kecamatan Ngemplak. Hal ini dapat dibuktikan dari tabel berikut :
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Tabel I.2
Data Jumlah Kasus DBD Per Puskesmas
Kabupaten Boyolali Tahun 2009 dan Tahun 2010
No Puskesmas
Jumlah Kasus DBD
Tahun 2009 Tahun 2010
DBD DBD
1 Selo - -
2 Ampel 4 15
3 Ampel I 2 2
4 Cepogo 6 11
5 Musuk I 7 2
6 Musuk II - 0
7 Boyolali I 27 10
8 Boyolali II 11 14
9 Boyolali III 14 7
10 Mojosongo 14/1 30
11 Teras 19/1 31
12 Banyudono I 27 47
13 Banyudono II 20/1 25
14 Sawit I 6 13
15 Sawit II 11 9
16 SambiI 24 27
17 Sambi II 5 5
18 Ngemplak 48 68
19 Nogosari 35/1 28
20 Klego I 3 3
21 Klego II 1 6
22 Andong 9 19
23 Kemusu I 2 -
24 Kemusu II 5 1
25 Simo 18 18
26 Karanggede 2 5
27 Wonosegoro I - 4
28 Wonosegoro II - 1
29 Juwangi - 2
Jumlah 326 407
IR (Incidence Rate) 3,4/10.000 4,3/10.000
CFR (Case Fatality Rate) 1,2 % 1,7 % Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Dari data penderita penyakit DBD tahun 2009 dan tahun 2010 jelas terlihat
terjadi peningkatan jumlah kasus penyakit DBD yang signifikan. Pada tahun 2009
jumlah penderita DBD sebanyak 326 kasus sedangkan pada tahun 2010 jumlah
penderita DBD sebanyak 403 kasus. Dilihat dari data diatas, dapat diketahui bahwa
daerah yang paling banyak terjadi kasus DBD selama tahun 2009 dan tahun 2010 ini
adalah di Kecamatan Ngemplak, yaitu sebanyak 48 kasus di tahun 2009 dan 68 kasus
di tahun 2010. Angka Kesakitan ( Insidence Rate) meningkat dari 3,4 per 10.000
penduduk menjadi 4,3 per 10.000 penduduk. Kenaikan ini tidak dikehendaki oleh
Dinas Kesehatan maupun masyarakat, sedangkan standar Angka Kesakitan yang
menjadi target Dinas Kesehatan adalah kurang dari 3 per 10.000 penduduk. Sehingga
dapat dikatakan Dinas Kesehatan belum dapat mencapai standar Angka Kesakitan
yang telah ditargetkan.
Melihat kenyataan mengenai tingginya jumlah penderita penyakit DBD di
Kabupaten Boyolali dan keluhan masyarakat terhadap kinerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Boyolali, maka hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian
mengenai bagaimana kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam
pemberantasan dan penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang menjelaskan mengenai tingginya kasus
Demam Berdarah Dengue yang cenderung mengalami peningkatan di Kecamatan
Ngemplak, maka permasalahan yang akan ditekankan penulis dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimanakah kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam
pemberantasan dan penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali?
2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Tujuan Individual:
Penelitian ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh
gelar sarjana (S1) pada Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2. Tujuan Operasional:
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam
pemberantasan dan penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolai.
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Ngemplak Kabupaten
Boyolali.
3. Tujuan Fungsional:
a. Mendapatkan gambaran mengenai kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali.
b. Dapat dijadikan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali
sehubungan dengan peningkatan kualitas kinerja bagi masyarakat pada
umumnya.
c. Memberikan sumbangan pemikiran yang nantinya dapat digunakan untuk
membantu bagi penelitian sejenis yang selanjutnya.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi pembaca dan
penulis dalam memahami kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam
pemberantasan dan penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali dan mengetahui faktor-faktor
pengaruh kinerja tersebut.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan
Kabupaten Boyolali untuk meningkatkan kinerjanya khususnya dalam
pemberantasan dan penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
Dalam setiap penelitian selalu membutuhkan kejelasan dan titik tolak atau
landasan berfikir yang berguna untuk memunculkan masalah atau menyoroti sebuah
masalah. Oleh karena itu diperlukan untuk menyusun tinjauan pustaka yang memuat
pokok–pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut pandang mana masalah
penelitian itu akan disoroti. Sehingga berkaitan dengan pernyataan tersebut maka di
bawah ini akan dijelaskan mengenai :
1. Tinjauan Tentang Kinerja
a. Pengertian Kinerja
Istilah kinerja merupakan terjemahan dari performance yang sering
diartikan oleh para cendekiawan sebagai “penampilan”, “unjuk kerja”, atau
“prestasi” (Yeremias T. Keban, Ph. D, 2004 : 191).
Secara etimologi, kinerja adalah sebuah kata dalam Bahasa Indonesia
berasal dari kata dasar “kerja” yang menterjemahkan kata dari bahasa asing
prestasi, bisa pula berarti hasil kerja. Sehingga pengertian kinerja dalam
organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi
yang telah ditetapkan. (www.wikipedia.com)
Berbeda dengan Bernardin dan Russel dalam Yeremias T. Keban
(2004:191) mengatakan kinerja sebagai “…the record of outcomes produced
15
http://www.wikipedia.com/
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
on specified job fungtion or activity during a specified time period…” yang
artinya hasil akhir yang diperoleh setelah suatu pekerjaan atau aktivitas
dijalankan selama kurun waktu tertentu. Dalam definisi ini, aspek yang
ditekankan adalah catatan tentang outcome atau hasil akhir yang diperoleh
setelah suatu pekerjaan atau aktivitas dijalankan selama kurun waktu tertentu.
Dengan demikian, kinerja hanya mengacu pada serangkaian hasil yang
diperoleh seorang pegawai selama periode tertentu dan tidak termasuk
karakteristik pribadi pegawai yang dinilai.
Definisi mengenai kinerja dikemukakan oleh Bastian dalam Hessel
Nogi (2005:175) sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
tugas dalam suatu organisasi, dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, misi,
dan visi organisasi tersebut.
Menurut Muhamad Mahsun (2006:25) kinerja adalah gambaran
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan
dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang
dalam strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan
untuk menyebut prestasi kerja individu maupun kelompok individu. Kinerja
dapat diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut
mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan
ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa
ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat
diketahui karena tidak ada tolok ukurnya.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Pengertian kinerja menurut Suyadi Prawirasentono dalam Joko
Widodo (2008:78) adalah suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang
atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral
dan etika.
Kinerja oleh Lembaga Administrasi Negara dalam Joko Widodo
(2008:78-79) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi, visi organisasi. Dengan kata lain, kinerja merujuk kepada tingkat
keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan
yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.
Menurut Mahmudi (2005:6) kinerja merupakan konstruk (construct)
yang bersifat multidimensional, pengukurannya juga bervariasi tergantung
pada kompleksitas faktor-faktor yang membentuk kinerja. Sedangkan
beberapa pihak berpendapat bahwa kinerja mestinya didefinisikan sebagai
hasil kerja itu sendiri (outcomes of work), karena hasil kerja memberikan
keterkaitan yang kuat terhadap tujuan-tujuan strategik organisasi, kepuasan
pelanggan, dan kontribusi ekonomi (Rogers dalam Mahmudi, 2005:6).
Dari beberapa definisi mengenai kinerja di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa kinerja adalah tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
kegiatan atau aktivitas atau progam yang telah direncanakan untuk
mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi organisasi yang telah ditetapkan oleh
suatu organisasi yang dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Dengan
demikian dapat disimpulkan pula bahwa kinerja organisasi publik adalah
tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau aktivitas atau progam
yang telah direncanakan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi
organisasi yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi publik yang
dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan publik.
b. Penilaian Kinerja
Bagi setiap organisasi khususnya organisasi publik, penilaian kinerja
merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan
sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya.
Untuk organisasi pelayanan publik, informasi mengenai kinerja sangat
berguna untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang diberikan organisasi itu
memenuhi harapan dan memuaskan pengguna jasa. Dengan melakukan
penilaian terhadap kinerja, maka upaya untuk memperbaiki kinerja bisa
dilakukan secara lebih terarah dan sistematis. Informasi mengenai kinerja juga
penting untuk menciptakan tekanan bagi para pejabat penyelenggara
pelayanan untuk melakukan perubahan-perubahan dalam organisasi (Agus
Dwiyanto 2006:47).
Whittaker dan Simons dalam Hessel Nogi (2005:171) menyebutkan
bahwa penilaian kinerja merupakan alat manajemen yang digunakan untuk
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Penilaian
kerja juga digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran (goals and
objektives). Hal ini selaras dengan definisi penilaian kerja yang tertuang
dalam Reference Guide, Profince of Albert, Canada dalam Hessel Nogi
(2005:171) yang menyebutkan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu
metode untuk menilai kemajuan yang telah dicapai dibandingkan tujuan yang
telah ditetapkan. Pengukuran kinerja tidak dimaksudkan untuk berperan
sebagai mekanisme dalam memberikan penghargaan atau hukuman
(reword/punishment), akan tetapi penilaian kinerja berperan sebagai alat
komunikasi dan alat manajemen untuk perbaiki kinerja organisasi.
McDonald dan Lawton dalam Yeremias T. Keban (2004:01)
menyatakan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat
penting bagi setiap organisasi karena dapat dipakai sebagai ukuran penilaian
keberhasilan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu bahkan penilaian
tersebut juga dapat dijadikan input bagi perbaikan/peningkatan kinerja
organisasi selanjutnya.
Bahkan Mardiasmo dalam Hessel Nogi (2005:172) mengemukakan
bahwa tolok ukur kinerja organisasi publik berkaitan dengan ukuran
keberhasilan yang dapat dicapai oleh organisasi tersebut. Namun menurut
Agus Dwiyanto (2006:49) berikut ini :
”Kesulitan dalam mengukur kinerja organisasi pelayanan publik
muncul karena tujuan dan misi organisasi publik sering kali bukan
hanya sangat kabur, tetapi juga bersifat multidimensional. Kenyataan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
bahwa birokrasi publik memiliki stakeholders yang banyak dan
memiliki kepentingan yang sering berbenturan satu dengan lainnya
membuat birokrasi publik mengalami kesulitan untuk merumuskan
misi yang jelas. Akibatnya ukuran kinerja organisasi publik di mata
para stakeholders juga berbeda-beda.”
Penilaian kinerja menurut Joko Widodo (2008:93) menjadi suatu hal
yang sangat penting bagi setiap unit organisasi instansi pemerintah karena:
1) Jika kinerja tidak diukur, maka tidak mudah membedakan antara
keberhasilan dengan kegagalan
2) Jika suatu keberhasilan tidak didefinisikan, maka kita tidak dapat
menghargainya
3) Jika keberhasilan tidak dihargai, kemungkinan besar malah menghargai
kegagalan
4) Jika tidak mengenali keberhasilan, berarti keberhasilan, berarti juga tidak
akan bisa belajar dari kegagalan
Selain itu menurut Sedarmayanti (2009:195) arti penting penilaian
kinerja organisasi antara lain dapat digunakan untuk :
1) Memastikan pemahaman pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk
mencapai kinerja
2) Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati
3) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya
dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki
kinerja
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
4) Memberi penghargaan dan hukuman yang objektif atas pelaksanaa yang
telah diukur sesuai sistem pengukuran yang telah disepakati
5) Menjadi alat komunikasi antara karyawan dan pimpinan dalam upaya
memperbaiki kinerja organisasi
6) Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan telah tercapai
7) Menunjukakan peningkatan yang perlu dilakukan
8) Mengungkap permasalahan yang terjadi
Selain itu, Bastian dalam Hessel Nogi (2005:173) berpendapat bahwa
penilaian kinerja dalam organisasi akan mendorong pencapaian tujuan
organisasi dan akan memberikan umpan balik untuk upaya perbaikan secara
terus menerus (berkelanjutan). Secara terperinci peran penilaian kinerja
organisasi adalah sebagai berikut :
1) Memastikan pemahaman para pelaksana dan alat ukuran yang digunakan
untuk mencapai prestasi
2) Memastikan tercapainya skema prestasi yang disepakati
3) Memonitor dan mengevakuasi kinerja dengan perbandingan skema kerja
dan pelaksanaannya
4) Menjadikan alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya
memperbaiki kinerja organisasi
5) Membantu proses kegiatan organisasi
6) Memastikan bahwa pengambilan keputusan telah dilakukan secara
objektif
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
7) Mengungkapkan permasalahan yang terjadi
Sedangkan menurut Mahmudi (2005:14) menyebutkan bahwa tujuan
dilakukan penilaian kinerja di sektor publik adalah :
1) Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi
2) Menyediakan sarana pembelajaran pegawai
3) Memperbaiki kinerja periode berikutnya
4) Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam keputusan pemberian
reward and punishment
5) Memotivasi pegawai
6) Menciptakan akuntabilitas publik
Ukuran kinerja merupakan tanda vital dari sebuah organisasi yang
mengukur seberapa baik aktivitas-aktivitas dalam sebuah organisasi dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini diungkapkan Hronec dalam
R.M. Chandima Ratnayake (2009) berikut ini:
“Performance measures have been defined as characteristics of
outputs that are identified for purposes of evaluation.The ideas of
performance measures have been further extended as the vital signs of
the organization, which quantify how well the activities within a
process or the outputs of a process achieve a specified goal."
(Ukuran-ukuran kinerja didefinisikan sebagai karakteristik dari output-
output yang didentifikasikan untuk tujuan evaluasi. Gagasan ukuran
kinerja selanjutnya diperluas sebagai tanda-tanda vital dari sebuah
organisasi, yang mengukur seberapa baik aktivitas-aktivitas dalam
suatu prosess atau output-output dari suatu proses mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.)
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Namun, penilaian kinerja birokrasi publik masih sangat amat jarang
dilakukan. Berbeda dengan organisasi bisnis yang kinerja mudah dilihat dari
probabilitas, yang diantaranya tercermin dari indeks harga saham, sedangkan
pada birokrasi publik tidak memiliki tolak ukur yang jelas dan tidak mudah
diperoleh informasinya oleh publik. Terbatasnya informasi mengenai kinerja
birokrasi pelayanan publik terjadi karena kinerja belum dianggap sebagai
sesuatau hal yang penting bagi pemerintah. Daftar Penilalian Pelaksanaan
Pekerjaan (DP3) yang sebenarnya digunakan untuk menilai kinerja pejabat
birokrasi sangat jauh relevansinya dengan indikator-indikator kinerja yang
sebenarnya. Faktor lain yang menyebabkan terbatasnya informasi mengenai
kinerja organisasi publik adalah kompleksitas indikator kinerjanya. Berbeda
dengan organisasi swasta yang indikatornya relatif sederhana dan tersedia di
pasar, indikator birokrasi sering sangat kompleks. Penilaian birokrasi publik
tidak hanya cukup hanya dilakukan dengan menggunakan indikator yang
melekat pada birokrasi seperti efisiensi dan efektivitas, tetapi harus dilihat
juga dari indikator-indikator yang melekat pada pengguna jasa seperti
kepuasan pengguna jasa, akuntabilitas, dan reponsivitas.
Kesulitan lain dalam menilai kinerja birokrasi publik juga muncul
karena tujuan dan misi dari organisasi publik yang bukan hanya sangat kabur,
tetapi juga bersifat multidimensional. Kenyataannya bahwa birokrasi publik
memiliki stakeholders yang banyak dan memiliki kepentingan yang sering
berbenturan satu dengan yang lainnya sehingga membuat birokrasi publik
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
merumuskan misinya dengan jelas. Akibatnya pada ukuran kinerja organisasi
publik di mata para stakeholders juga berbeda-beda. (Agus Dwiyanto,
2006:46)
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
datang dari dalam organisasi (faktor internal) dan faktor yang berasal dari luar
organisasi (faktor eksternal). Yowono dkk. dalam Hessel Nogi (2005:178-
180) mengemukakan pendapat yang berkaitan dengan konsep kinerja
organisasi, bahwa kinerja organisasi berhubungan dengan berbagai aktivitas
dalam rantai nilai (value chain) yang ada pada organisasi. Berbagai faktor
yang mempengaruhi kinerja organisasi sesungguhnya memberikan informasi
mengenai prestasi pelaksanaan dari unit-unit organisasi, di mana organisasi
memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas seluruh aktivitas sesuai dengan
tujuan organisasi. Faktor-faktor yang dominan mempengaruhi kinerja suatu
organisasi meliputi upaya manajemen dalam menerjemahkan dan
menyelaraskan tujuan organisasi, budaya organisasi, kualitas sumber daya
manusia yang dimiliki organisasi, dan kepemimpinan yang efektif.
Ruky dalam Hessel Nogi (2005:180) mengidentifikasikan faktor-
faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja
organisasi sebagai berikut:
1) Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan
untuk menghasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi
tingkat kinerja organisasi tersebut
2) Kualitas input atau material yang digunakan organisasi
3) Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan
ruangan, dan kebersihan
4) Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada
dalam organisasi yang bersangkutan
5) Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi
agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan organisasi
6) Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi,
imbalan, promosi, dan lain-lain
Soesilo dalam Hessel Nogi (2005:180-181) mengemukakan bahwa
kinerja suatu organisasi birokrasi publik di masa depan dipengaruhi oleh
faktor-faktor berikut ini:
1) Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan
fungsi yang berkaitan dengan fungsi yang dijalankan aktivitas organisasi
2) Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi
3) Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas karyawan untuk
bekerja dan berkarya secara optimal
4) Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan data
base untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja organisasi
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
5) Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan dengan
penggunaan teknologi bagi penyelenggaran organisasi pada setiap
aktivitas organisasi
Atmosoeprapto dalam Hessel Nogi (2005:181-182) mengemukakan
bahwa kinerja suatu organisasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor internal
maupun faktor eksternal sebagai berikut:
1) Faktor eksternal yang terdiri dari:
a) Faktor politik, yaitu hal yang berhubungan dengan keseimbangan
kekuasaan negara yang berpengaruh pada keamanan dan ketertiban,
yang akan mempengaruhi ketenangan organisasi untuk berkarya secara
maksimal
b) Faktor ekonomi yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang
berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beli
untuk menggerakkan sektor-sektor lainnya sebagai suatu sistem
ekonomi yang lebih besar
c) Faktor sosial yaitu orientasi nilai yang berkembang di tengah
masyarakat yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap etos
kerja yang dibutuhkan bagi peningkatan kinerja organisasi
2) Faktor internal yang terdiri dari:
a) Tujuan organisasi yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin
diproduksi oleh suatu organisasi
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
b) Struktur organisasi sebagai hasil desain antara fungsi yang akan
dijalankan oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada
c) Sumber daya manusia yaitu kualitas dan pengelolaan anggota
organisasi sebagai penggerak jalannya organisasi secara keseluruhan
d) Budaya organisasi yaitu gaya dan identitas suatu organisasi dalam pola
kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang bersangkutan
Menurut Mahmudi (2005:21) kinerja merupakan suatu konstruk
multidimensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah:
1) Faktor Personal/individual, meliputi: pengetahuan, ketrampilan (skill),
kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh
setiap individu
2) Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan,
semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader
3) Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan
oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim,
kekompakan dan keeratan anggota tim
4) Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kinerja atau infrastruktur
yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam
organisasi
5) Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan
lingkungan eksternal dan internal
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Dari keseluruhan pendapat tersebut di atas dapat diketahui bahwa
ternyata terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kinerja
yang dapat dicapai oleh suatu organisasi. Setiap faktor tersebut mempunyai
potensi yang sama untuk menjadi faktor dominan yang mempengaruhi kinerja
organisasi publik. Ada yang menekankan pada peralatan, sarana, prasarana
atau teknologi sebagai faktor dominan. Ada yang menekankan pada kualitas
sumber daya manusia yang dimiliki oleh suatu organisasi dan ada juga yang
menekankan pada mekanisme kerja, budaya organisasi serta efektivitas
kepemimpinan yang ada dalam suatu organisasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja suatu organisasi
publik sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berasal dari dalam
organisasi (faktor internal) maupun dari luar organisasi (faktor eksternal).
Faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh dalam arti negatif (menghambat
kinerja), maupun yang positif (meningkatkan kinerja). Dalam penelitian ini
akan dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi publik baik
yang meningkatkan kinerja maupun yang menghambat kinerja Dinas
Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam pemberantsan dan penanggulangan
penyakit DBD baik faktor internal maupun faktor eksternal.
d. Indikator Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan suatu proses penilaian kemajuan
pekerjaan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditentukan,
termasuk informasi atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
menghasilkan barang dan jasa, kualitas barang dan jasa, perbandingan hasil
kerja dan target, dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan (Robertson
dalam Mahmudi, 2008:7). Sedangkan menurut Lohman dalam Muhamad
Mahsun (2006:25) pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian
pencapaian target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategis
organisasi.
Pengukuran kinerja sering dipandang dari perspektif menejemen,
manajemen menetapkan target kemudian menggunakan pengukuran kinerja
untuk mengetahui apakah target tersebut telah tercapai. Hal ini diungkapkan
oleh Juhani Ukko (2008) berikut ini:
“Performance measurement is quite often viewed from the perspective
of the management. The management sets the targets and applies
performance measurement to monitor whether these targets are met.”
(Pengukuran kinerja sering dipandang dari perspektif menejemen.
Menejemen menetapkan target-target kemudian menerapkan
pengukuran kinerja untuk mengetahui apakah target-target tersebut
telah tercapai.)
Menurut Joko Widodo (2008:94-95) pengukuran kinerja merupakan
aktivitas menilai kinerja yang dicapai oleh organisasi, dalam melaksanakan
kegiatan berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pengukuran
kinerja organisasi digunakan untuk penilaian atas keberhasilan/kegagalan
pelaksanaan kegiatan/program/kebijakan sesuai dengan sasaran dan tujuan
yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan misi dan visi instansi
pemerintah. Inti aktivitas pengukuran kinerja yakni melakukan penilaian.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Hakikat penilaian yakni membandingkan antara realita dengan standar yang
ada.
Untuk dapat melakukan pengukuran terhadap kinerja maka diperlukan
indikator kinerja. Definisi indikator kinerja menurut Muhamad Mahsun
(2006:71) merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan
pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu.
Indikator kinerja sering disamakan dengan ukuran kinerja. Namun
sebenarnya, meskipun keduanya merupakan kriteria pengukuran kinerja,
terdapat perbedaan makna. Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja
secara tidak langsung yaitu hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi
kinerja, sehingga bentuknya cenderung kualitatif. Sedangkan ukuran kinerja
adalah kriteria kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara langsung,
sehingga bentuknya lebih bersifat kuantitatif. Indikator kinerja dan ukuran
kinerja ini sangat dibutuhkan untuk menilai tingkat ketercapaian tujuan,
sasaran, dan strategi.
Menurut Bastian dalam Hessel Nogi (2005:175) indikator kinerja
organisasi publik adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan
dengan memperhitungkan elemen-elemen berikut ini:
1) Indikator masukan (inputs), yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan agar
organisasi mampu meghasilkan produknya, baik barang atau jasa, yang
meliputi sumber daya manusia, informasi, kebijakan, dan sebagainya.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2) Indikator keluaran (output), yaitu sesuatu yang diharapkan langsung
dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik atau pun nonfisik
3) Indikator hasil (outcomes), yaitu segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menegah (efek langsung)
4) Indikator manfaat (benefit), yaitu sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir
dari pelaksanaan kegiatan
5) Indikator dampak (impacts), yaitu pengaruh yang ditimbulkan, baik positif
maupun negatif, pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang
telah ditetapkan
Indikator kinerja menurut Mahmudi (2005:160) merupakan sarana
atau alat (means) untuk mengukur hasil suatu aktivitas, kegiatan, atau proses,
dan bukan hasil atau tujuan itu sendiri (ends). Peran indikator kinerja bagi
organisasi sektor publik adalah memberikan tanda atau rambu-rambu bagi
manajer atau pihak luar untuk menilai kinerja organisasi.
Lebih lanjut Mahmudi (2008:148) mengemukakan peran indikator
kinerja antara lain :
1) Membantu memperbaiki praktik manajemen
2) Meningkatkan akuntabilitas manajemen dengan memberikan tanggung
jawab secara eksplisit dan memberi bukti atas suatu keberhasilan atau
kegagalan
3) Memberikan dasar untuk melakukan perencanaan kebijakan dan
pengendalian
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
4) Memberikan informasi yang esensial kepada manajemen sehingga
memungkinkan bagi manajemen untuk melakukan pengendalian kinerja
bagi semua level organisasi
5) Memberikan dasar untuk pemberian kompensasi kepada staf
Terdapat beberapa indikator kinerja yang biasa digunakan untuk
mengukur kinerja organisasi publik. Menurut Agus Dwiyanto (2006:50-51)
indikator dalam menilai kinerja birokrasi publik yaitu:
1) Produktivitas
Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi,
tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami
sebagai rasio antara input dengan output. Konsep produktivitas dirasa
terlalu sempit dan kemudian General Accounting Office (GAO) mencoba
mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas dengan
memasukkan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang
diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting. (Agus
Dwiyanto 2006:50)
2) Kualitas Layanan
Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi sangat penting
dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak
pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul
karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima
dari organisasi publik. Dengan demikian, kepuasan masyarakat terhadap
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
layanan dapat dijadikan indikator kinerja organisasi publik. Keuntungan
utama menggunakan kepuasan masyarakat sebagai indikator kinerja
adalah informasi mengenai kepuasan masyarakat sering kali tersedia
secara mudah dan murah. Informasi mengenai kepuasan terhadap kualitas
pelayanan sering kali dapat diperoleh dari media massa atau diskusi
publik. Akibat akses terhadap informasi mengenai kepuasan masyarakat
terhadap kualitas layanan relatif sangat tinggi, maka bisa menjadi satu
ukuran kinerja organisasi publik yang mudah dan murah dipergunakan.
Kepuasan masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja
organisasi publik. (Agus Dwiyanto 2006:50)
3) Responsivitas
Responsivitas menurut Agus Dwiyanto (2006:51-52) adalah
kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat,
menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-
program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat. Secara singkat responsivitas di sini menunjuk pada
keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan
aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu
indikator kinerja responsivitas secara langsung menggambarkan
kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya,
terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang
rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayan dengan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas menunjukkan kegagalan
organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik.
Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya
memiliki kinerja yang jelek pula. (Agus Dwiyanto 2006:51)
4) Responsibilitas
Lenvine dalam Agus Dwiyanto (2006:51) menyatakan bahwa
responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi
publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar
atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun
implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu ketika
berbenturan dengan responsivitas.
5) Akuntabilitas
Akuntabilitas publik dalam Agus Dwiyanto (2006:51) menunjuk
pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan publik tunduk pada para
pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para
pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan
selalu merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam konteks ini, konsep
akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar
kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak
masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa dilihat dari
ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau
pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang
tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan
norma yang berkembang dalam masyarakat.
Lebih lanjut Agus Dwiyanto (2006:49)mengemukakan indikator-
indikator lain yang dapat digunakan untuk menilai kinerja birokrasi publik
seperti di bawah ini:
“Penilaian kinerja organisasi publik tidak cukup hanya dilakukan
dengan menggunakan indikator-indikator yang melekat pada birokrasi
itu, seperti efisiensi dan efektivitas, tetapi harus dilihat juga dari
indikator-indikator yang melekat pada pengguna jasa, seperti kepuasan
pengguna jasa, akuntabilitas, dan responsivitas. Penilaian kinerja dari
sisi pengguna jasa menjadi sangat penting karena birokrasi publik
seringkali memiliki kewenangan monopolis sehingga para pengguna
jasa tidak memiliki alternatif sumber pelayanan. Dalam pelayanan
yang diselenggarakan oleh pasar, dengan pengguna jasa yang memiliki
pilihan sumber pelayanan, pengguna layanan bisa mencerminkan
kepuasan terhadap pemberi layanan. Dalam pelayanan oleh birokrasi
publik, penggunaan pelayanan oleh publik sering tidak ada
hubungannya sama sekali dengan kepuasannya terhadap pelayanan.”
Selanjutnya Kumorotomo dalam Agus Dwiyanto (2006:52)
menggukan beberapa kriteria untuk dijadikan pedoman dalam menilai kinerja
organisasi pelayanan publik, yaitu:
1) Efisiensi
Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan
organisasi pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-
faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas
ekonomis. Apabila diterapkan secara obyektif, kriteria seperti likuiditas,
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
solvabilitas, dan rentabilitas merupakan kriteria efisiensi yang sangat
relevan.
2) Efektivitas
Apakah tujuan dari didirikanya organisasi pelayanan publik
tersebut tercapai? Hal tersebut erat kaitanya dengan rasionalitas teknis,
nilai, misi, tujuan, organisasi, serta fungsi agen pembangunan.
3) Keadilan
Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang
diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat
kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan. Keduanya
mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan dan nilai-
nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi. Isu-isu yang menyangkut
pemerataan pembangunan, layanan kepada kelompok pinggiran dan
sebagainya, akan mampu dijawab melalui kriteria ini.
4) Daya Tanggap
Berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan swasta
organisasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya tanggap negara
atau pemerintah akan kebutuhan vital masyarakat. Oleh sebab itu, kriteria
organisasi tersebut secara keseluruhan harus dapat
dipertanggungjawabkan secara transparan demi memenuhi kriteria daya
tanggap ini.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2008:174-176) menjelaskan bahwa
indikator kinerja sangat bervariasi sesuai dengan fokus dan konteks penelitian
yang dilakukan dalam proses penemuan dan penggunaan indikator tersebut.
Indikator tersebut antara lain:
1) McDonald dan Lawton
McDonald dan Lawton mengemukakan dua indikator kinerja
yaitu:
a) Efficiency atau efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan
tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam
suatu penyelenggaraan pelayanan publik.
b) Effectiveness atau efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang
maupun misi organisasi.
2) Selim dan Woodward
Selim dan Woodward mengatakan bahwa kinerja dapat diukur dari
beberapa indikator antara lain ekonomis (economy), efisiensi (efficiency),
efektivitas (effectiveness), dan keadilan (equity). Aspek ekonomi dalam
kinerja menyangkut cara untuk menggunakan sumber daya yang
seminimal mungkin dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik.
Efisiensi adalah suatu keadaan yang menunjukkan tercapainya
perbandingan terbaik antara masukan (input) dan keluaran (output) dalam
suatu penyelenggaraan pelayanan publik. Efektivitas adalah tercapainya
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka
panjang maupun misi organisasi. Keadilan atau persamaan adalah
pelayanan publik yang diselenggarakan dengan memperhatikan aspek-
aspek kemerataan.
3) Lenvinne
Lenvinne mengemukakan tiga indikator yang dapat digunakan
untuk mengukur kinerja organisasi publik, yaitu responsivitas
(responsiveness), responsibilitas (responsibility), dan akuntabilitas
(accountability). Responsivitas ini mengukur daya tanggap providers
terhadap harapan, keinginan, dan aspirasi serta tuntutan customers.
Responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh
proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan dengan tidak melanggar
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Akuntabilitas adalah suatu
ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara
penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran-ukuran eksternal yang ada di
masyarakat dan dimiliki oleh stakeholders, seperti nilai dan norma yang
berkembang dalam masyarakat.
4) Zeithaml, Parasuraman dan Berry dalam Ratminto dan Atik Septi
Winarsih (2008:175-176) mengemukakan indikator yang dapat digunakan
untuk mengukur kinerja organisasi antara lain:
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
a) Tangibles atau ketampakan fisik, artinya pertampakan fisik dari
gedung, peralatan, pegawai, dan fasilitas-fasilitas lain yang dimiliki
oleh providers
b) Reability atau reabilitas adalah kemampuan untuk
menyelenggarakan pelayanan yang dijanjikan secara akurat
c) Responsiveness atau responsivitas adalah kerelaan untuk menolong
customers dan menyelenggarakan pelayanan secara iklas
d) Assurance atau kepastian adalah pengetahuan dan kesopanan para
pekerja dan kemampuan mereka dalam memberikan kepercayaan
kepada customers
e) Empathy adalah perlauan atau perhatian pribadi yang diberikan oleh
providers kepada customers
Menurut Joko Widodo (2008:91), indikator kinerja merupakan ukuran
kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran dan tujuan.
Indikator kinerja dapat dijadikan patokan (standar) untuk menilai keberhasilan
dan kegagalan penyeleggaraan program dalam mencapai misi dan visi
organisasi. Joko Widodo (2008:91-92) menyebutkan indikator kinerja tersebut
adalah :
1) Indikator masukan adalah sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan
kegiatan dan program berjalan untuk menghasilkan keluaran.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2) Indikator keluaran merupakan segala berupa produk sebagai hasil
langsung pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan
dan program.
3) Indikator hasil merupakan sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
keluaran kegiatan pada jangka menengah. Merupakan seberapa jauh setiap
produk/jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.
4) Indikator manfaat merupakan kegunaan suatu keluaran yang dirasakan
secara langsung oleh masyarakat, dapat berupa tersedianya fasilitas yang
dapat diakses publik.
5) Indikator dampak indikator dampak ukuran tingkat pengaruh sosial,
ekonomi, lingkungan, atau kepentingan umum lain yang dimulai oleh
capaian kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa terdapat berbagai indikator
yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja organisasi publik. Secara garis
besar indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja organisasi
dikelompokan menjadi dua pendekatan. Pendekatan pertama melihat indikator
kinerja dari perspektif pemberi layanan dan pendekatan kedua melihat
indikator kinerja dari perspektif pengguna jasa.
Dari berbagai teori tentang indikator-indikator pengukuran kinerja di
atas, dalam penelitian ini penulis memilih teori yang dikemukakan oleh Agus
Dwiyanto (2006). Alasan penulis memilih teori tersebut adalah karena teori
tentang pengukuran kinerja yang dikemukakan oleh Agus Dwiyanto (2006)
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
tersebut dipandang lebih tepat dan lebih mampu mengukur kinerja Dinas
Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan
penyakit DBD di Kecamatan Ngemplak dibandingkan dengan teori
pengukuran kinerja yang lainnya.
Teori tentang parameter dalam pengukuran kinerja yang dikemukakan
oleh Agus Dwiyanto meliputi lima indikator, yaitu produktivitas, kualitas
layanan, responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas. Dari kelima indikator
di atas penulis melakukan penyederhanaan dengan mengambil tiga indikator
yaitu produktivitas, responsivitas, dan akuntabilitas. Alasan penulis
melakukan penyederhanaan ini dikarenakan dalam kaitan dengan penyakit
DBD Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali hanya melakukan pemberantasan
dan penanggulangannya saja sedangkan penanganan penyakit tersebut
dilakukan oleh rumah sakit dan puskesmas yang ada di Kabupaten Boyolali.
Sehingga dengan menggunakan indikator produktivitas, responsibilitas, dan
akuntabilitas sudah dapat mengukur kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Boyolali dalam pemberantasan dan penanggulangan penyakit DBD di
Kecamatan Ngemplak. Produktivitas menunjuk pada kegiatan pengukuran
terhadap output atau keluaran yang dihasilkan suatu organisasi pada suatu
periode waktu tertentu dimana hasilnya dibandingkan dengan target yang
telah ditetapkan sebelumnya. Responsivitas didefinisikan sebagai daya
tanggap atau kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat,
menanggapi keluhan, tuntutan, keinginan dan aspirasi masyarakat serta
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Akuntabilitas didefinisikan seberapa besar kebijakan
dan kegiatan organisasi tersebut konsisten dengan norma dan nilai dalam
masyarakat (ukuran eksternal).
2. Tinjauan Tentang Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali merupakan penyelenggara urusan
pemerintah Kabupaten Boyolali bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi
daerah dan tugas pembantuan. Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam
melaksanakan tugas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas
Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang
kesehatan. (Peraturan Bupati Boyolali Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penjabaran
Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Daerah Kabupaten Boyolali)
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Boyolali adalah meningkatkan pemerataan dan mutu upaya
kesehatan yang berhasil guna, berdaya guna serta terjangkau oleh segenap lapisan
masyarakat dengan menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif,
meningka