Diare Pada Anak

34
DIARE PADA ANAK DIARE PADA ANAK Disusun oleh : SYERLI ROYDA DEWI 0707101050028 BAGIAN FAMILY MEDICINE FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH 2013

description

diare

Transcript of Diare Pada Anak

Page 1: Diare Pada Anak

DIARE PADA ANAKDIARE PADA ANAK

Disusun oleh :

SYERLI ROYDA DEWI

0707101050028

BAGIAN FAMILY MEDICINEFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH2013

Page 2: Diare Pada Anak

Laporan kasus Ilmu Kesehatan Anak

IDENTITAS PENDERITA

Nama : T

Umur : 11 bulan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Gp.pie

Tanggal pemeriksaan : 11 Februari 2013

ANAMNESIS

Keluhan Utama

Mencret

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dibawa ibunya dengan keluhan BAB cair sekitar 6x dalam

sehari, tiap kali BAB ½ gelas aqua, konsistensi cair lebih banyak dari

ampas, warna kuning, tidak ada lendir, tidak ada darah, disertai muntah,

tiap kali muntah sekitar ¼ gelas aqua isi makanan dan minuman. Saat

dilakukan pemeriksaan pasien terlihat rewel, tidak terlihat kehausan. Batuk

dan pilek disangkal, kejang disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu

Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit serupa : (-)

Riwayat alergi obat/makanan : (-)

Riwayat Makan Minum Anak

- Usia 0-6 bulan : ASI saja, frekuensi minum ASI tiap kali bayi

menangis atau minta minum, sehari biasanya lebih dari 10 kali dan

lama menyusui 10 menit, bergantian kiri kanan.

Page 3: Diare Pada Anak

- Usia 6 - sekarang : bubur susu 2-3 kali sehari satu mangkok kecil,

dengan diselingi dengan ASI jika bayi lapar. Buah pisang/pepaya,

seminggu 2 kali dipotong-potong siang hari.

Riwayat Pemeriksaan Kehamilan dan Prenatal

Pemeriksaan kehamilan dilakukan ibu penderita di bidan setempat.

Frekuensi pemeriksaan pada trimester I dan II 2 kali tiap bulan, dan pada

trimester III 1 kali tiap bulan. Penyakit kehamilan (-).

Riwayat minum jamu selama hamil (-), obat-obatan yang diminum adalah

vitamin dan tablet penambah darah

Riwayat Kelahiran

Penderita lahir di rumah bersalin, partus normal, ditolong oleh bidan,

cukup bulan, menangis kuat segera setelah lahir. Berat waktu lahir 3200

gram, panjang badan saat lahir 50 cm.

Riwayat Pemeriksaan Post Natal

Pemeriksaan bayi setelah lahir dilakukan di posyandu, setiap 6 bulan

sekali dan saat imunisasi.

Riwayat Imunisasi

BCG 1x, 2 bulan setelah lahir di puskesmas.

Hepatitis 3x, satu minggu setelah lahir, 1 bulan, 6 bulan

DPT 4x, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan.

Polio 4x , 0 bulan, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan.

Campak 1x, 9 bulan.

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Motorik Kasar

Mengangkat kepala : 3 bulan

Tengkurap kepala tegak : 4 bulan

Duduk sendiri : 6 bulan

Bangkit terus duduk : 8,5 bulan

Bahasa

Bersuara “aah/ooh” : 2,5 bulan

Page 4: Diare Pada Anak

Berkata (tidak spesifik) : 8,5 bulan

Motorik halus

Memegang benda 3,5 bulan

Meraih : 6 bulan

Mengambil benda : 9 bulan

Personal sosial

Tersenyum : 2 bulan

Mulai makan : 6 bulan

Tepuk tangan : 9 bulan

PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum : tampak rewel

Derajat Kesadaran: Compos mentis

Status gizi : Gizi kesan cukup

2. Vital sign

T : 37,5oC per aksiler

N : 120 x/menit, reguler, simetris, isi dan tegangan cukup.

RR : 44 x/menit, tipe abdominotorakal

BB : 9 kg

TB : 77 cm

3. Kulit : warna sawo matang, kelembaban baik, turgor kurang, tekstur

halus

4. Kepala : bentuk mesocephal, UUB sudah menutup, UUB cekung (-),

rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah rontok dan sukar

dicabut.

5. Mata : mata cekung (-/-), air mata berkurang (-/-), conjunctiva anemis

(-/-), sklera ikterik (-/-), RC (+/+), isokor (2mm/2mm), bulu mata

hitam lurus tidak rontok.

6. Hidung : bentuk normal, napas cuping hidung (-), sekret (-), darah (-),

deformitas(-).

Page 5: Diare Pada Anak

7. Mulut : mukosa basah (-), sianosis (-), gusi berdarah (-).

8. Tenggorokan : uvula di tengah, tonsil T1–T1, faring hiperemis (-),

pseudomembran (-), post nasal drip (-).

9. Telinga : bentuk normal, kelainan MAE (-), membrana timpani utuh,

prosesus mastoideus tidak nyeri tekan, tragus pain (-),

sekret (-).

10. Leher : bentuk normal, trachea ditengah, kelenjar thyroid tidak

membesar.

11. Limfonodi : kelenjar limfe auricular, submandibuler, servikalis,

suparaklavikularis, aksilaris, dan inguinalis tidak

membesar.

12. Thorax : Bentuk normochest, retraksi (-), gerakan simetris ka=ki

Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi : Batas jantung kesan tidak membesar

Kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis Sinistra

Kiri bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra

Kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra

Kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra

Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

Pulmo :Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi : Fremitus raba sde

Perkusi : Sonor / Sonor di semua lapang paru

Batas paru-hepar : SIC V kanan

Batas paru-lambung : SIC VI kiri

Redup relatif di : SIC V kanan

Redup absolut : SIC VI kanan (hepar)

Auskultasi : SD vesikuler (+/+), RBK (-/-), RBH (-/-)

13. Abdomen : Inspeksi : dinding dada setinggi dinding perut

Auskultasi : Bising usus (+)

Perkusi : tympani

Page 6: Diare Pada Anak

- ---

- ---

- ---

- ---

Palpasi :nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba,

turgor kembali cepat.

14. Urogenital : dalam batas normal

15. Ekstremitas:

akral dingin sianosis oedem wasting

16. Kuku : sianosis (-)

RESUME

Pasien dibawa dengan keluhan BAB cair sekitar 6x dalam sehari, tiap kali

BAB ½ gelas aqua, konsistensi cair lebih banyak dari ampas, warna kuning, tidak

ada lendir, tidak ada darah, disertai muntah, tiap kali muntah sekitar ¼ gelas aqua

isi makanan dan minuman. Saat dilakukan pemeriksaan pasien terlihat rewel,

tidak terlihat kehausan. Batuk dan pilek disangkal, kejang disangkal.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak lemas, compos

mentis dan gizi kesan kurang, tanda vital suhu 37,5 0C, nadi frekuensi:

120x/menit, reguler, simetris, isi dan tegangan cukup. frekuensi nafas: 44 x/menit.

Mata cekung, mukosa mulut kering (-), turgor kembali cepat.

DIAGNOSA

Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang

PENATALAKSANAAN

Rujuk ke Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Banda Aceh

PROGNOSIS

Ad vitam : bonam

Ad sanam : bonam

Ad fungsionam : bonam

Page 7: Diare Pada Anak

ANALISIS KASUS

Analisis Etiologi

Etiologi terjadinya diare akut dapat dibedakan salah satunya melalui gejala

khas pada masing-masing penyebab (Soebagyo, 2008):

Gejala klinik

Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera

Masa tunas

17-72 jam

24-48 jam

6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam

Panas + ++ ++ - ++ -Mual muntah

sering jarang sering - - sering

Nyeri perut

tenesmus tenesmuskramp

tenesmuskolik

+ tenesmuskramp

kramp

Nyeri kepala

- + + - - -

Lamanya sakit

5-7 hari >7 hari 3-7 hari 2-3 hari variasi 3 hari

Sifat tinjavolumefrekuensi

konsistensilendirdarahbau

warna

leukosit

sedang5-10x/haricair

---

kuning-hijau

-

sedikit>10x/hari

lembekseringseringsering

merah-hijau

+

sedikitsering

lembekkadangkadangbusuk

kehijauan

+

banyaksering

cair--+

tak berwarna

-

sedikitsering

lembek++-

merah-hijau

-

banyakterus-menerus

cair--

amis khasseperti air

cucian beras-

lain-lain anoreksia kejang sepsis meteorismus infeksi sistemik

-

Analisis Patofisiologi

Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare yaitu sekretorik dan osmotik.

1. Diare Sekretorik

Page 8: Diare Pada Anak

Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke

dalam usus halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal

sedangkan sekresi chlorida di sel epitel berlangsung terus atau

meningkat. Hasil akhirnya adalah sekresi cairan yang menebabkan

kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja cair yang dapat

menyebabkan dehidrasi. Pada diare infeksi perubahan ini terjadi karena

adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin bakteri seperti toksin

E.coli dan V. cholerae 01 atau virus (Rotavirus).

2. Diare Osmotik

Diare osmotik terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif

dan sulit diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan

bahan yang larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga

terjadi diare. Bila substansi yang diabsorbsi dengan jelek berupa larutan

hipertonik, air dan beberapa elektrolit akan pindah dari cairan

ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas dari isi usus sama

dengan cairan ekstraseluler dan darah. Hal in meningkatkan volume tinja

dan menyebabkan dehidrasi karena kehilangan cairan tubuh (Ditjen PPM

& PLP, 1999). Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi),

gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), yang secara

klinis berupa pernafasan kusmaull, hipoglikemia, gangguan gizi, dan

gangguan sirkulasi (Aswitha, dkk, 2000).

Mual dan muntah merupakan gejala non spesifik. Muntah mungkin

disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna

bagian atas seperti enterik virus, bakteri yang memproduksi

enterotoksin, Giardia dan Cryptosporidium.

Muntah juga sering terjadi pada non inflammatory diare. Biasanya

pasien tidak panas atau hanya sumer-sumer, nyeri perut daerah peri

umbilical dan tidak berat, disre bersifat watery yang menunjukkan

bagian yang terkena adalah saluran cerna bagian atas.

Panas mungkin disebabkan oleh proses peradangan atau akibat

dehidrasi. Panas badan umumnya terjadi pada penderita dengan

Page 9: Diare Pada Anak

inflammatory diare, bila usus besar terkena maka nyeri perut akan lebih

hebat dan tenesmus bisa terjadi pada usus bagian bawah dan rektum.

Derajat dehidrasi ditentukan dengan kriteria :

Penilaian A (tanpa dehidrasi) B (dehidrasi ringan sedang)

C (dehidrasi berat)

1

2

3

4

5

6

7

Lihat :Keadaan umum

Mata

Air mata

Mulut & lidah

Rasa haus

Periksa Turgor Kulit

Hasil pemeriksaan

baik/sadar

normal

ada

basah

minum biasa tidak haus

kembali cepat

tanpa dehidrasi

Gelisah/rewel

Sedikit cekung

Tidak ada

Kering

Haus ingin minum hangat

Kembali lambat

Dehidrasi ringan/sedang 1 tanda di (+) 1/> tanda lain

lesu, lunglai atau tidak sadar

sangat cekung dan kering

tidak ada

sangat kering

malas minum/tidak bisa minum

kembali sangat lambat

dehidrasi berat 1 tanda di (+) 1/> tanda lain

Pada kasus ini pada penderita rewel, mata sedikit cekung, air mata (+↓),

mukosa basah, turgor kulit kembali cepat, sering merasa haus dan ingin minum,

sehingga termasuk dalam derajat dehidrasi sedang. Untuk membedakan dehidrasi

derajat sedang dapat digunakan sistem skoring Maurice-King (Soebagyo, 2008):

Bagian tubuh yang

diperiksa

Nilai untuk gejala yang ditemukan

0 1 2

Keadaan umum sehat gelisah, cengeng,

apatis, ngantuk

mengigau, koma

atau syok

Kekenyalan kulit normal sedikit kurang sangat kurang

Mata normal sedikit cekung sangat cekung

Page 10: Diare Pada Anak

Ubun-ubun besar normal sedikit cekung sangat cekung

Mulut normal kering kering dan

sianosis

Denyut nadi/menit kuat <120 sedang (120-140) lemah >140

Nilai :

0-2 = dehidrasi ringan

3-6 = dehidrasi sedang

7-12 = dehidrasi berat

Dari data pasien dapat diperoleh :

Keadaan umum = rewel = 1

Kekenyalan kulit = sedikit kurang = 1

Mata = sedikit cekung = 1

Ubun-ubun besar = sedikit cekung = 1

Mulut = normal = 0

Denyut nadi/menit = 120x = 1

Sehingga jumlah skor dari pasien = 5 = termasuk derajat dehidrasi sedang.

1. Analisis Terapi

1. Diet nasi lauk 1000 kkal

Didapatkan dari kebutuhan kalori RDA. Untuk anak berumur 1-3

tahun memiliki kebutuhan kalori 102 kkal/kgBB. BB/TB pasien

adalah 7,5 kg. Total kalori per hari pada pasien ini 817 kkal/hari =

1000 kkal/hari (pembulatan).

2. Rehidrasi IVFD RL 200 cc/kgBB/hr

Cairan rehidrasi dengan Ringer Laktat untuk pengisian cepat

intravaskuler dan 75% juga akan cepat masuk mengisi jaringan

interstitial. Dosis cairan rehidrasi pada pasien dehidrasi ringan-sedang

dengan berat badan 3-10 kg yaitu 200 cc/kgBB/hari.

3. Infus D1/4 S 8 tpm

Cairan rumatan yang sesuai pada anak kurang dari 10 tahun yaitu D ¼

S. Osmolaritasnya tidak begitu pekat tetapi dapat memenuhi

Page 11: Diare Pada Anak

kebutuhan cairan dan glukosa anak. Diberikan setelah pasien

terehidrasi.

Perhitungan rumus Darrow dengan BB 7,5 kg.

(100 x 7,5 kg) = 750 cc/hari

= 31,25 cc/jam = 8 tpm makro (pembulatan)

4. Zink 1x20 mg p.o

Berperan dalam imunitas seluler maupun humoral. menjaga integritas

mukosa usus dengan jalan regenerasi sel, menurunkan frekuensi

buang air besar dan volume tinja sehingga menurunkan risiko

dehidrasi pada anak.

5. Probiotik 2x1 sachet p.o

Merupakan mikroorganisme strain flora normal usus yang dikonsumsi

per oral yang akan memberikan dampak positif bagi tubuh, sehingga

dapat melawan dan menghambat pertumbuhan bakteri patogen.

6. Paracetamol syr 3x1 cth I p.o

Sebagai obat penurun panas jika pasien demam.

7. Oralit 100 cc jika diare, 50 cc jika muntah

Oralit berisi elektrolit yang dicampur dengan air untuk menggantikan

kehilangan cairan dan elektrolit saat muntah atau pun mencret

Page 12: Diare Pada Anak

TINJAUAN PUSTAKA

DIARE AKUT

1. Definisi

Diare akut pada anak adalah diare yang terjadi secara mendadak dan

berlangsung kurang dari 14 hari (kebanyakan kurang dari 7 hari) pada bayi

atau anak yang sebelumnya sehat.2 Ada juga yang memberi batasan diare

akut pada anak yaitu buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan

konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu.4

2. Epidemiologi

Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan

mortalitas pada anak di berbagai negara berkembang termasuk di

Indonesia. Terdapat 60 juta episode diare akut setiap tahunnya di

Indonesia dimana 1-5 % daripadanya akan menjadi diare kronik dan bila

sampai terjadi dehidrasi berat yang tidak segera ditolong, 50-60%

diantaranya dapat meninggal dunia.2

Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain:

a. Faktor lingkungan, yaitu kebersihan lingkungan dan perorangan seperti

kebersihan puting susu, kebersihan botol dan dot susu, maupun

kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan.

Page 13: Diare Pada Anak

b. Faktor gizi, misalnya adalah tidak diberikannya makanan tambahan

meskipun anak telah berusia 4-6 bulan.

c. Faktor pendidikan, yaitu pengetahuan ibu tentang masalah kesehatan.

d. Faktor kependudukan, insiden diare lebih tinggi pada penduduk

perkotaan yang padat dan miskin atau kumuh.

e. Faktor perilaku orangtua dan masyarakat, misalnya adalah kebiasaan

ibu yang tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, setelah

buang air besar atau membuang tinja anak.5

3. Etiologi

Penyebab diare akut antara lain: virus, bakteri, parasit, alergi susu sapi,

laktose defisiensi primer, dan obat-obatan tertentu. Penyebab utama oleh

virus adalah Rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya yaitu virus

Norwalk, Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus, dan Minirotavirus.Bakteri-

bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophyla,

Escherichia coli enteroaggregatife, E. coli enteroinvansife, E. coli

halemortagik, Plesiomonas shigelloides, Vibrio cholerae non-01, V.

parahemolyticus, Yersina enterocolotica. Sedangkan penyebab diare oleh

parasit adalah Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, Isospora belli,

Balantidium coli, Cryptosporodium, Capillaria philipinensis, Fasiolopsis

buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides strecoralis, dan Trichuris

trichiura.5

4. Patogenesis

a. Virus

Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam

epitel vili usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan

pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili yang secara normal

mempunyai fungsi absorbsi dan penggantian sementara oleh sel epitel

berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan usus mensekresi

air dan elekrolit. Kerusakan vili dapat juga dihubungkan dengan

hilangnya enzim disakaridase terutama laktase. Penyembuhan terjadi

bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya menjadi matang.

b. Bakteri

Page 14: Diare Pada Anak

Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam

usus halus pertama-tama harus menempel mukosa untuk

menghindarkan diri dari penyapuan. Penempelan terjadi melalui

antigen yang menyerupai rambut getar, disebut pili atau fimbria yang

melekat pada reseptor di permukaan usus. Hal ini terjadi misalnya

pada E. coli enterotoksigenik dan V. Cholera 01. Pada beberapa

keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan dengan perubahan epitel

usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas penyerapan atau

menyebabkan sekresi cairan (misalnya infeksi E. coli enteropatogenik

atau enteroaggrerasi).

Toksin yang menyebabkan sekresi. E. coli enterotoksigenik, V.

cholerae 01, dan beberapa bakteri lain mengeluarkan toksin yang

menghambat fungsi sel epitel. Toksin ini mengurangi absorbsi natrium

melalui vili dan mungkin meningkatkan sekresi chlorida dari kripta,

yang menyebabkan sekresi air dan elektrolit. Penyembuhan terjadi bila

sel yang sakit diganti dengan sel yang sehat setelah 2-4 hari.

Invasi mukosa. Shigella, C. jejuni, E. coli enteroinvasife dan

Salmonella dapat menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan

perusakan sel epitel mukosa. Ini terjadi sebagian besar di colon dan

bagian distal ileum. Invasi mungkin diikuti dengan pembentukan

mikroabses dan ulkus superfisial yang menyebabkan adanya sel darah

merah dan sel darah putih atau terlihat adanya darah dalam tinja.

Toksin yang dihasilkan oleh kuman ini menyebabkan kerusakan

jaringan dan kemungkinan juga sekresi air dan elektrolit dari mukosa.2

c. Parasit

Penempelan mukosa. G. lamblia dan Cryptosporodium menempel

pada epitel usus halus dan menyebabkan pemendekan vili yang

kemungkinan menyebabkan diare.

Invasi mukosa. E. histolytica menyebabkan diare dengan cara

menginvasi epitel mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan

mikroabses dan ulkus. Namun hal ini baru terjadi bila strainnya sangat

ganas.

Page 15: Diare Pada Anak

d. Obat-obatan

Beberapa macam obat terutama antibiotika dapat juga menjadi

penyebab diare. Antibiotika agaknya membunuh flora normal usus

sehigga organisme yang tidak biasa atau yang kebal terhadap antibiotik

itu sendiri akan berkembang bebas. Disamping itu sifat

farmakokinetika dari antibiotika itu sendiri juga memegang peran

penting. Sebagai contoh ampisilin dan klindamisin adalah antibiotik

yang dikeluarkan di dalam empedu yang merubah flora flora tinja

secara intesif walaupun diberikan secara parental. Antibiotik juga bisa

menyebabkan malabsorbsi, misalnya tetrasiklin, kanamisin, basitrasin,

polmiksin, dan neomisin.5

5. Patofisiologi

Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare yaitu sekretorik dan osmotik.

a. Diare Sekretorik

Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke

dalam usus halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal

sedangkan sekresi chlorida di sel epitel berlangsung terus atau

meningkat. Hasil akhirnya adalah sekresi cairan yang menebabkan

kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja cair yang dapat

menyebabkan dehidrasi. Pada diare infeksi perubahan ini terjadi karena

adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin bakteri seperti toksin

E.coli dan V. cholerae 01 atau virus (Rotavirus).

b. Diare Osmotik

Diare osmotik terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif

dan sulit diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air

dan bahan yang larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi

sehingga terjadi diare. Bila substansi yang diabsorbsi dengan jelek

berupa larutan hipertonik, air dan beberapa elektrolit akan pindah dari

cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas dari isi

usus sama dengan cairan ekstraseluler dan darah. Hal in meningkatkan

volume tinja dan menyebabkan dehidrasi karena kehilangan cairan

tubuh.2

Page 16: Diare Pada Anak

Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan

keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), yang secara klinis

berupa pernafasan kusmaull, hipoglikemia, gangguan gizi, dan

gangguan sirkulasi.3

6. Manifestasi Klinis

Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu

makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Gejala muntah

dapat terjadi sebelum dan/ sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air

dan elektrolit terjadilah dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun-

ubun besar cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir bibir

dan mulut kering.3

Cara praktis penatalaksanaan diare yaitu berdasarkan tipe klinis diare

itu sendiri. Terdapat 4 macam tipe klinis diare, dimana tiap macam

menggambarkan kelainan yang mendasari dan perubahan fisiologi yang

berbeda-beda:

1. Diare cair akut (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam

sampai dengan beberapa hari. Pada diare ini perlu diwaspadai bahaya

terjadinya dehidrasi, juga dapat terjadi penurunan berat badan apabila

intake makanan kurang.

2. Diare akut dengan pendarahan (disentri), dimana pada diare ini bahaya

utamanya adalah kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi.

3. Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih), dimana

bahaya utamanya adalah malnutrisi dan infeksi non intestinal berat

serta dehidrasi.

4. Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor) dengan

bahaya utamanya antara lain infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal

jantung, dan defisiensi mineral dan vitamin.

7. Pencegahan

Diare dapat dicegah dengan memperbaiki usaha multisektoral antara lain

sebagai berikut:

1. Meningkatkan sarana air besih dan sanitasi umum

2. Promosi pendidikan higiene

Page 17: Diare Pada Anak

3. Pemberian ASI eksklusif

4. Meningkatkan ketrampilan mengasuh anak

5. Imunisasi pada anak : khususnya untuk membasmi campak

6. Menggunakan jamban / WC

7. Menjaga kebersihan makanan dan minuman

8. Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh makanan

9. Mencuci peralatan makan.

8. Diagnosis

a. Anamnesis

1) Riwayat diare sekarang :

Sudah berapa lama diare berlangsung

Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan

jumlah tinja

Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah

tidak)

Muntah (frekuensi dan jumlah)

Demam

Buang air kecil terakhir

Anak lemah, rewel, rasa haus, kesadaran menurun

Jumlah cairan yang masuk selama diare

Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan, obat,

oralit)

Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya.4

Riwayat bepergian ke daerah yang sedang terkena wabah diare

Kontak dengan orang yang sakit

Penggunaan antibiotik

2) Riwayat diare sebelumnya: kapan, berapa lama

3) Riwayat penyakit penyerta saat ini

4) Riwayat imunisasi: lengkap atau tidak

5) Riwayat makanan sebelum diare: ASI, susu formula, makan

makanan yang tidak biasa.6

b. Pemeriksaan fisik

Page 18: Diare Pada Anak

Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu,

kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda

tambahan, yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau

tidak, ada atau tidaknya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut,

bibir dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan. Perhatikan pula

ada tidaknya pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal, akral

dingin, perfusi jaringan serta derajat dehidrasinya. Penilaian derajat

dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :

1) Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)

Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan

Keadaan umum baik dan sadar

Tanda vital dalam batas normal

Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata

ada, mukosa mulut dan bibir basah

Turgor abdomen baik, bising usus normal

Akral hangat

Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi

lain (tidak mau minum, muntah terus menerus, diare yang frekuen).

2) Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)

Apabila di dapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih

tanda tambahan

Keadaan umum gelisah dan cengeng

Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata

kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering

Turgor kurang

Akral hangat

Pasien harus rawat inap.

3) Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)

1) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih

tanda tambahan

2) Keadaan umum lemah, letargi atau koma

Page 19: Diare Pada Anak

3) Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata

tidak ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering

4) Turgor buruk

5) Akral dingin

6) Pasien harus rawat inap.4

Penilaian Dehidrasi Menurut MTBS2

Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda

berikut ini:

• Letargis atau tidak sadar

• Mata cekung

• Tidak bisa minum atau malas minum

• Cubitan kulit perut kembalinya sangat

lambat

Dehidrasi berat

Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut

ini:

• Gelisah, rewel

• Mata cekung

• Haus, minum dengan lahap

• Cubitan kulit perut kembalinya

lambat

Dehidrasi ringan/sedang

Tidak cukup tanda-tanda untuk

diklasifikasikan dehidrasi berat atau

ringan/sedang

Tanpa dehidrasi

c. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaaan tinja

Makroskopis: bau, warna, lendir, darah, konsistensi

Mikroskopis: eritrosit, lekosit, bakteri, parasit

Kimia: PH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)

Biakan dan uji sensitivitas

Page 20: Diare Pada Anak

2) Pemeriksaan darah: Darah lengkap, analisis gas darah dan

elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang

disertai kejang), kadar urum dan kreatinin darah.

3) Pemeriksaan urin: urin rutin.3

9. Penatalaksanaan

a. Atasi Dehidrasi

1) Tanpa dehidrasi

Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit diberikan

sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis:

1) < 1 tahun: 50-100 cc

2) 1-5 tahun : 100-200 cc

3) 5 tahun : semaunya.

2) Dehidrasi ringan sedang

Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama

dilanjutkan pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung

sesuai umur seperti di atas setiap kali buang air besar.

3) Dehidrasi berat

Rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat

100 cc/kgBB. Cara pemberian :

1) < 1 tahun 30 cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan 70

cc/kgBB dalam 5 jam berikutnya.

2) > 1 tahun 30 cc/kgBB dalam ½ jam pertama dilanjutkan 70

cc/kgBB dalam 2 ½ jam berikutnya.

Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB selama

proses rehidrasi.

b. Pemakaian antibiotik

Bila ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik sesuai

dengan hasil pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah

kotrimoksazol, amoksisilin dan atau sesuai hasil uji sensitivitas.

c. Diet

Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi

sering, rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.

Page 21: Diare Pada Anak

d. Jangan gunakan spasmolitika

e. Koreksi elektrolit : koreksi bila terjadi hipernatremia, hiponatremia,

hiperkalemia atau hipokalemia.

f. Vitamin A

1) 6 bulan – 1 tahun : 100.000 IU

2) >1 tahun : 200.000 IU

g. Pendidikan orangtua : penyuluhan tentang penanganan diare dan cara-

cara pencegahan diare.4

10. Pemantauan

a. Terapi

Setelah pemberian cairan rehidrasi harus dinilai ulang derajat

dehidrasi, berat badan, gejala dan tanda dehidrasi. Jika masuk

dehidrasi maka dilakukan rehidrasi ulang sesuai dengan derajat

dehidrasinya. Jika setelah 3 hari pemberian antibiotik klinis dan

laboratorium tidak ada perubahan maka dipikirkan penggantian

antibiotik sesuai hasil uji sensitivitas.

b. Tumbuh kembang

c. Timbang berat badan sebelum dan sesudah rehidrasi, 2 minggu setelah

sembuh dan seterusnya secara periodik sesuai umur. Jika anak

mengalami gizi buruk maka dikelola sesuai dengan SPM gizi buruk.

Penderita dapat dipulangkan bila penderita tidak dehidrasi, keadaaan

umum dan tanda vital baik, sudah bisa makan dan minum.4

Page 22: Diare Pada Anak

DAFTAR PUSTAKA

1. Putra DS. Diare akut pada anak. Upaya mengurangi kejadian komplikasi diare

akut. 2008. Di unduh dari: http://www.dr-rocky.com/layout-artikel-

kesehatan/42-diare-akut-pada-anak. Diakses tanggal 7 Februari 2011.

2. Departemen Kesehatan RI. Buku Ajar Diare: Pendidikan medik

pemberantasan diare. Jakarta: Ditjen. PPM dan PLP 1999.

3. Mansjoer A., Suprohaita, Wardhani W. I., Setiowulan W (ED).. Kapita

Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid Kedua. Penerbit Media Aesculapius

FK UI. Jakarta. 2000. h.470 – 478.

4. IDAI. Standar Pelayanan Medis. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2004.h.49-52.

5. Irwanto. Ilmu Penyakit Anak: Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba

Medika. Jakarta. 2002. h. 73 – 79.

6. Soebagyo B. Diare Akut pada Anak. UNS Press. Surakarta. 2008.

7. Soemirat J. Epidemiologi Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mata

Press. 2000.

8. Smeltzer, Suzannec. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth. Edisi 8. Volume 1. EGC. Jakarta. 2001.

Page 23: Diare Pada Anak

9. Nursalam. Asuhan Keperawatan Bayi & Anak (Untuk Perawat &Bidan).

Salemba Medika. Jakarta. 2005. 

10. Mansjoer A., Suprohaita, Wardhani W. I., Setiowulan W (ED).. Kapita

Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Edisi Ketiga Jilid I. Penerbit Media

Aesculapius FK UI Jakarta. 2000.

11. Irwanto, 2002. Ilmu Penyalit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba

Medika. Jakarta, hal : 73 – 79.