Diare Pada Anak
-
Upload
sherly-royda-dewi -
Category
Documents
-
view
200 -
download
0
description
Transcript of Diare Pada Anak
DIARE PADA ANAKDIARE PADA ANAK
Disusun oleh :
SYERLI ROYDA DEWI
0707101050028
BAGIAN FAMILY MEDICINEFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH2013
Laporan kasus Ilmu Kesehatan Anak
IDENTITAS PENDERITA
Nama : T
Umur : 11 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Gp.pie
Tanggal pemeriksaan : 11 Februari 2013
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Mencret
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dibawa ibunya dengan keluhan BAB cair sekitar 6x dalam
sehari, tiap kali BAB ½ gelas aqua, konsistensi cair lebih banyak dari
ampas, warna kuning, tidak ada lendir, tidak ada darah, disertai muntah,
tiap kali muntah sekitar ¼ gelas aqua isi makanan dan minuman. Saat
dilakukan pemeriksaan pasien terlihat rewel, tidak terlihat kehausan. Batuk
dan pilek disangkal, kejang disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit serupa : (-)
Riwayat alergi obat/makanan : (-)
Riwayat Makan Minum Anak
- Usia 0-6 bulan : ASI saja, frekuensi minum ASI tiap kali bayi
menangis atau minta minum, sehari biasanya lebih dari 10 kali dan
lama menyusui 10 menit, bergantian kiri kanan.
- Usia 6 - sekarang : bubur susu 2-3 kali sehari satu mangkok kecil,
dengan diselingi dengan ASI jika bayi lapar. Buah pisang/pepaya,
seminggu 2 kali dipotong-potong siang hari.
Riwayat Pemeriksaan Kehamilan dan Prenatal
Pemeriksaan kehamilan dilakukan ibu penderita di bidan setempat.
Frekuensi pemeriksaan pada trimester I dan II 2 kali tiap bulan, dan pada
trimester III 1 kali tiap bulan. Penyakit kehamilan (-).
Riwayat minum jamu selama hamil (-), obat-obatan yang diminum adalah
vitamin dan tablet penambah darah
Riwayat Kelahiran
Penderita lahir di rumah bersalin, partus normal, ditolong oleh bidan,
cukup bulan, menangis kuat segera setelah lahir. Berat waktu lahir 3200
gram, panjang badan saat lahir 50 cm.
Riwayat Pemeriksaan Post Natal
Pemeriksaan bayi setelah lahir dilakukan di posyandu, setiap 6 bulan
sekali dan saat imunisasi.
Riwayat Imunisasi
BCG 1x, 2 bulan setelah lahir di puskesmas.
Hepatitis 3x, satu minggu setelah lahir, 1 bulan, 6 bulan
DPT 4x, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan.
Polio 4x , 0 bulan, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan.
Campak 1x, 9 bulan.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Motorik Kasar
Mengangkat kepala : 3 bulan
Tengkurap kepala tegak : 4 bulan
Duduk sendiri : 6 bulan
Bangkit terus duduk : 8,5 bulan
Bahasa
Bersuara “aah/ooh” : 2,5 bulan
Berkata (tidak spesifik) : 8,5 bulan
Motorik halus
Memegang benda 3,5 bulan
Meraih : 6 bulan
Mengambil benda : 9 bulan
Personal sosial
Tersenyum : 2 bulan
Mulai makan : 6 bulan
Tepuk tangan : 9 bulan
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : tampak rewel
Derajat Kesadaran: Compos mentis
Status gizi : Gizi kesan cukup
2. Vital sign
T : 37,5oC per aksiler
N : 120 x/menit, reguler, simetris, isi dan tegangan cukup.
RR : 44 x/menit, tipe abdominotorakal
BB : 9 kg
TB : 77 cm
3. Kulit : warna sawo matang, kelembaban baik, turgor kurang, tekstur
halus
4. Kepala : bentuk mesocephal, UUB sudah menutup, UUB cekung (-),
rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah rontok dan sukar
dicabut.
5. Mata : mata cekung (-/-), air mata berkurang (-/-), conjunctiva anemis
(-/-), sklera ikterik (-/-), RC (+/+), isokor (2mm/2mm), bulu mata
hitam lurus tidak rontok.
6. Hidung : bentuk normal, napas cuping hidung (-), sekret (-), darah (-),
deformitas(-).
7. Mulut : mukosa basah (-), sianosis (-), gusi berdarah (-).
8. Tenggorokan : uvula di tengah, tonsil T1–T1, faring hiperemis (-),
pseudomembran (-), post nasal drip (-).
9. Telinga : bentuk normal, kelainan MAE (-), membrana timpani utuh,
prosesus mastoideus tidak nyeri tekan, tragus pain (-),
sekret (-).
10. Leher : bentuk normal, trachea ditengah, kelenjar thyroid tidak
membesar.
11. Limfonodi : kelenjar limfe auricular, submandibuler, servikalis,
suparaklavikularis, aksilaris, dan inguinalis tidak
membesar.
12. Thorax : Bentuk normochest, retraksi (-), gerakan simetris ka=ki
Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak membesar
Kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
Kiri bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
Kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra
Kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo :Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba sde
Perkusi : Sonor / Sonor di semua lapang paru
Batas paru-hepar : SIC V kanan
Batas paru-lambung : SIC VI kiri
Redup relatif di : SIC V kanan
Redup absolut : SIC VI kanan (hepar)
Auskultasi : SD vesikuler (+/+), RBK (-/-), RBH (-/-)
13. Abdomen : Inspeksi : dinding dada setinggi dinding perut
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : tympani
- ---
- ---
- ---
- ---
Palpasi :nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba,
turgor kembali cepat.
14. Urogenital : dalam batas normal
15. Ekstremitas:
akral dingin sianosis oedem wasting
16. Kuku : sianosis (-)
RESUME
Pasien dibawa dengan keluhan BAB cair sekitar 6x dalam sehari, tiap kali
BAB ½ gelas aqua, konsistensi cair lebih banyak dari ampas, warna kuning, tidak
ada lendir, tidak ada darah, disertai muntah, tiap kali muntah sekitar ¼ gelas aqua
isi makanan dan minuman. Saat dilakukan pemeriksaan pasien terlihat rewel,
tidak terlihat kehausan. Batuk dan pilek disangkal, kejang disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak lemas, compos
mentis dan gizi kesan kurang, tanda vital suhu 37,5 0C, nadi frekuensi:
120x/menit, reguler, simetris, isi dan tegangan cukup. frekuensi nafas: 44 x/menit.
Mata cekung, mukosa mulut kering (-), turgor kembali cepat.
DIAGNOSA
Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang
PENATALAKSANAAN
Rujuk ke Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Banda Aceh
PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanam : bonam
Ad fungsionam : bonam
ANALISIS KASUS
Analisis Etiologi
Etiologi terjadinya diare akut dapat dibedakan salah satunya melalui gejala
khas pada masing-masing penyebab (Soebagyo, 2008):
Gejala klinik
Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera
Masa tunas
17-72 jam
24-48 jam
6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Panas + ++ ++ - ++ -Mual muntah
sering jarang sering - - sering
Nyeri perut
tenesmus tenesmuskramp
tenesmuskolik
+ tenesmuskramp
kramp
Nyeri kepala
- + + - - -
Lamanya sakit
5-7 hari >7 hari 3-7 hari 2-3 hari variasi 3 hari
Sifat tinjavolumefrekuensi
konsistensilendirdarahbau
warna
leukosit
sedang5-10x/haricair
---
kuning-hijau
-
sedikit>10x/hari
lembekseringseringsering
merah-hijau
+
sedikitsering
lembekkadangkadangbusuk
kehijauan
+
banyaksering
cair--+
tak berwarna
-
sedikitsering
lembek++-
merah-hijau
-
banyakterus-menerus
cair--
amis khasseperti air
cucian beras-
lain-lain anoreksia kejang sepsis meteorismus infeksi sistemik
-
Analisis Patofisiologi
Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare yaitu sekretorik dan osmotik.
1. Diare Sekretorik
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke
dalam usus halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal
sedangkan sekresi chlorida di sel epitel berlangsung terus atau
meningkat. Hasil akhirnya adalah sekresi cairan yang menebabkan
kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja cair yang dapat
menyebabkan dehidrasi. Pada diare infeksi perubahan ini terjadi karena
adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin bakteri seperti toksin
E.coli dan V. cholerae 01 atau virus (Rotavirus).
2. Diare Osmotik
Diare osmotik terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif
dan sulit diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan
bahan yang larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga
terjadi diare. Bila substansi yang diabsorbsi dengan jelek berupa larutan
hipertonik, air dan beberapa elektrolit akan pindah dari cairan
ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas dari isi usus sama
dengan cairan ekstraseluler dan darah. Hal in meningkatkan volume tinja
dan menyebabkan dehidrasi karena kehilangan cairan tubuh (Ditjen PPM
& PLP, 1999). Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi),
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), yang secara
klinis berupa pernafasan kusmaull, hipoglikemia, gangguan gizi, dan
gangguan sirkulasi (Aswitha, dkk, 2000).
Mual dan muntah merupakan gejala non spesifik. Muntah mungkin
disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna
bagian atas seperti enterik virus, bakteri yang memproduksi
enterotoksin, Giardia dan Cryptosporidium.
Muntah juga sering terjadi pada non inflammatory diare. Biasanya
pasien tidak panas atau hanya sumer-sumer, nyeri perut daerah peri
umbilical dan tidak berat, disre bersifat watery yang menunjukkan
bagian yang terkena adalah saluran cerna bagian atas.
Panas mungkin disebabkan oleh proses peradangan atau akibat
dehidrasi. Panas badan umumnya terjadi pada penderita dengan
inflammatory diare, bila usus besar terkena maka nyeri perut akan lebih
hebat dan tenesmus bisa terjadi pada usus bagian bawah dan rektum.
Derajat dehidrasi ditentukan dengan kriteria :
Penilaian A (tanpa dehidrasi) B (dehidrasi ringan sedang)
C (dehidrasi berat)
1
2
3
4
5
6
7
Lihat :Keadaan umum
Mata
Air mata
Mulut & lidah
Rasa haus
Periksa Turgor Kulit
Hasil pemeriksaan
baik/sadar
normal
ada
basah
minum biasa tidak haus
kembali cepat
tanpa dehidrasi
Gelisah/rewel
Sedikit cekung
Tidak ada
Kering
Haus ingin minum hangat
Kembali lambat
Dehidrasi ringan/sedang 1 tanda di (+) 1/> tanda lain
lesu, lunglai atau tidak sadar
sangat cekung dan kering
tidak ada
sangat kering
malas minum/tidak bisa minum
kembali sangat lambat
dehidrasi berat 1 tanda di (+) 1/> tanda lain
Pada kasus ini pada penderita rewel, mata sedikit cekung, air mata (+↓),
mukosa basah, turgor kulit kembali cepat, sering merasa haus dan ingin minum,
sehingga termasuk dalam derajat dehidrasi sedang. Untuk membedakan dehidrasi
derajat sedang dapat digunakan sistem skoring Maurice-King (Soebagyo, 2008):
Bagian tubuh yang
diperiksa
Nilai untuk gejala yang ditemukan
0 1 2
Keadaan umum sehat gelisah, cengeng,
apatis, ngantuk
mengigau, koma
atau syok
Kekenyalan kulit normal sedikit kurang sangat kurang
Mata normal sedikit cekung sangat cekung
Ubun-ubun besar normal sedikit cekung sangat cekung
Mulut normal kering kering dan
sianosis
Denyut nadi/menit kuat <120 sedang (120-140) lemah >140
Nilai :
0-2 = dehidrasi ringan
3-6 = dehidrasi sedang
7-12 = dehidrasi berat
Dari data pasien dapat diperoleh :
Keadaan umum = rewel = 1
Kekenyalan kulit = sedikit kurang = 1
Mata = sedikit cekung = 1
Ubun-ubun besar = sedikit cekung = 1
Mulut = normal = 0
Denyut nadi/menit = 120x = 1
Sehingga jumlah skor dari pasien = 5 = termasuk derajat dehidrasi sedang.
1. Analisis Terapi
1. Diet nasi lauk 1000 kkal
Didapatkan dari kebutuhan kalori RDA. Untuk anak berumur 1-3
tahun memiliki kebutuhan kalori 102 kkal/kgBB. BB/TB pasien
adalah 7,5 kg. Total kalori per hari pada pasien ini 817 kkal/hari =
1000 kkal/hari (pembulatan).
2. Rehidrasi IVFD RL 200 cc/kgBB/hr
Cairan rehidrasi dengan Ringer Laktat untuk pengisian cepat
intravaskuler dan 75% juga akan cepat masuk mengisi jaringan
interstitial. Dosis cairan rehidrasi pada pasien dehidrasi ringan-sedang
dengan berat badan 3-10 kg yaitu 200 cc/kgBB/hari.
3. Infus D1/4 S 8 tpm
Cairan rumatan yang sesuai pada anak kurang dari 10 tahun yaitu D ¼
S. Osmolaritasnya tidak begitu pekat tetapi dapat memenuhi
kebutuhan cairan dan glukosa anak. Diberikan setelah pasien
terehidrasi.
Perhitungan rumus Darrow dengan BB 7,5 kg.
(100 x 7,5 kg) = 750 cc/hari
= 31,25 cc/jam = 8 tpm makro (pembulatan)
4. Zink 1x20 mg p.o
Berperan dalam imunitas seluler maupun humoral. menjaga integritas
mukosa usus dengan jalan regenerasi sel, menurunkan frekuensi
buang air besar dan volume tinja sehingga menurunkan risiko
dehidrasi pada anak.
5. Probiotik 2x1 sachet p.o
Merupakan mikroorganisme strain flora normal usus yang dikonsumsi
per oral yang akan memberikan dampak positif bagi tubuh, sehingga
dapat melawan dan menghambat pertumbuhan bakteri patogen.
6. Paracetamol syr 3x1 cth I p.o
Sebagai obat penurun panas jika pasien demam.
7. Oralit 100 cc jika diare, 50 cc jika muntah
Oralit berisi elektrolit yang dicampur dengan air untuk menggantikan
kehilangan cairan dan elektrolit saat muntah atau pun mencret
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE AKUT
1. Definisi
Diare akut pada anak adalah diare yang terjadi secara mendadak dan
berlangsung kurang dari 14 hari (kebanyakan kurang dari 7 hari) pada bayi
atau anak yang sebelumnya sehat.2 Ada juga yang memberi batasan diare
akut pada anak yaitu buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan
konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu.4
2. Epidemiologi
Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada anak di berbagai negara berkembang termasuk di
Indonesia. Terdapat 60 juta episode diare akut setiap tahunnya di
Indonesia dimana 1-5 % daripadanya akan menjadi diare kronik dan bila
sampai terjadi dehidrasi berat yang tidak segera ditolong, 50-60%
diantaranya dapat meninggal dunia.2
Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain:
a. Faktor lingkungan, yaitu kebersihan lingkungan dan perorangan seperti
kebersihan puting susu, kebersihan botol dan dot susu, maupun
kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan.
b. Faktor gizi, misalnya adalah tidak diberikannya makanan tambahan
meskipun anak telah berusia 4-6 bulan.
c. Faktor pendidikan, yaitu pengetahuan ibu tentang masalah kesehatan.
d. Faktor kependudukan, insiden diare lebih tinggi pada penduduk
perkotaan yang padat dan miskin atau kumuh.
e. Faktor perilaku orangtua dan masyarakat, misalnya adalah kebiasaan
ibu yang tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, setelah
buang air besar atau membuang tinja anak.5
3. Etiologi
Penyebab diare akut antara lain: virus, bakteri, parasit, alergi susu sapi,
laktose defisiensi primer, dan obat-obatan tertentu. Penyebab utama oleh
virus adalah Rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya yaitu virus
Norwalk, Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus, dan Minirotavirus.Bakteri-
bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophyla,
Escherichia coli enteroaggregatife, E. coli enteroinvansife, E. coli
halemortagik, Plesiomonas shigelloides, Vibrio cholerae non-01, V.
parahemolyticus, Yersina enterocolotica. Sedangkan penyebab diare oleh
parasit adalah Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, Isospora belli,
Balantidium coli, Cryptosporodium, Capillaria philipinensis, Fasiolopsis
buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides strecoralis, dan Trichuris
trichiura.5
4. Patogenesis
a. Virus
Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam
epitel vili usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan
pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili yang secara normal
mempunyai fungsi absorbsi dan penggantian sementara oleh sel epitel
berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan usus mensekresi
air dan elekrolit. Kerusakan vili dapat juga dihubungkan dengan
hilangnya enzim disakaridase terutama laktase. Penyembuhan terjadi
bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya menjadi matang.
b. Bakteri
Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam
usus halus pertama-tama harus menempel mukosa untuk
menghindarkan diri dari penyapuan. Penempelan terjadi melalui
antigen yang menyerupai rambut getar, disebut pili atau fimbria yang
melekat pada reseptor di permukaan usus. Hal ini terjadi misalnya
pada E. coli enterotoksigenik dan V. Cholera 01. Pada beberapa
keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan dengan perubahan epitel
usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas penyerapan atau
menyebabkan sekresi cairan (misalnya infeksi E. coli enteropatogenik
atau enteroaggrerasi).
Toksin yang menyebabkan sekresi. E. coli enterotoksigenik, V.
cholerae 01, dan beberapa bakteri lain mengeluarkan toksin yang
menghambat fungsi sel epitel. Toksin ini mengurangi absorbsi natrium
melalui vili dan mungkin meningkatkan sekresi chlorida dari kripta,
yang menyebabkan sekresi air dan elektrolit. Penyembuhan terjadi bila
sel yang sakit diganti dengan sel yang sehat setelah 2-4 hari.
Invasi mukosa. Shigella, C. jejuni, E. coli enteroinvasife dan
Salmonella dapat menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan
perusakan sel epitel mukosa. Ini terjadi sebagian besar di colon dan
bagian distal ileum. Invasi mungkin diikuti dengan pembentukan
mikroabses dan ulkus superfisial yang menyebabkan adanya sel darah
merah dan sel darah putih atau terlihat adanya darah dalam tinja.
Toksin yang dihasilkan oleh kuman ini menyebabkan kerusakan
jaringan dan kemungkinan juga sekresi air dan elektrolit dari mukosa.2
c. Parasit
Penempelan mukosa. G. lamblia dan Cryptosporodium menempel
pada epitel usus halus dan menyebabkan pemendekan vili yang
kemungkinan menyebabkan diare.
Invasi mukosa. E. histolytica menyebabkan diare dengan cara
menginvasi epitel mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan
mikroabses dan ulkus. Namun hal ini baru terjadi bila strainnya sangat
ganas.
d. Obat-obatan
Beberapa macam obat terutama antibiotika dapat juga menjadi
penyebab diare. Antibiotika agaknya membunuh flora normal usus
sehigga organisme yang tidak biasa atau yang kebal terhadap antibiotik
itu sendiri akan berkembang bebas. Disamping itu sifat
farmakokinetika dari antibiotika itu sendiri juga memegang peran
penting. Sebagai contoh ampisilin dan klindamisin adalah antibiotik
yang dikeluarkan di dalam empedu yang merubah flora flora tinja
secara intesif walaupun diberikan secara parental. Antibiotik juga bisa
menyebabkan malabsorbsi, misalnya tetrasiklin, kanamisin, basitrasin,
polmiksin, dan neomisin.5
5. Patofisiologi
Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare yaitu sekretorik dan osmotik.
a. Diare Sekretorik
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke
dalam usus halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal
sedangkan sekresi chlorida di sel epitel berlangsung terus atau
meningkat. Hasil akhirnya adalah sekresi cairan yang menebabkan
kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja cair yang dapat
menyebabkan dehidrasi. Pada diare infeksi perubahan ini terjadi karena
adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin bakteri seperti toksin
E.coli dan V. cholerae 01 atau virus (Rotavirus).
b. Diare Osmotik
Diare osmotik terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif
dan sulit diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air
dan bahan yang larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi
sehingga terjadi diare. Bila substansi yang diabsorbsi dengan jelek
berupa larutan hipertonik, air dan beberapa elektrolit akan pindah dari
cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas dari isi
usus sama dengan cairan ekstraseluler dan darah. Hal in meningkatkan
volume tinja dan menyebabkan dehidrasi karena kehilangan cairan
tubuh.2
Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), yang secara klinis
berupa pernafasan kusmaull, hipoglikemia, gangguan gizi, dan
gangguan sirkulasi.3
6. Manifestasi Klinis
Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Gejala muntah
dapat terjadi sebelum dan/ sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air
dan elektrolit terjadilah dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun-
ubun besar cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir bibir
dan mulut kering.3
Cara praktis penatalaksanaan diare yaitu berdasarkan tipe klinis diare
itu sendiri. Terdapat 4 macam tipe klinis diare, dimana tiap macam
menggambarkan kelainan yang mendasari dan perubahan fisiologi yang
berbeda-beda:
1. Diare cair akut (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam
sampai dengan beberapa hari. Pada diare ini perlu diwaspadai bahaya
terjadinya dehidrasi, juga dapat terjadi penurunan berat badan apabila
intake makanan kurang.
2. Diare akut dengan pendarahan (disentri), dimana pada diare ini bahaya
utamanya adalah kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi.
3. Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih), dimana
bahaya utamanya adalah malnutrisi dan infeksi non intestinal berat
serta dehidrasi.
4. Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor) dengan
bahaya utamanya antara lain infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal
jantung, dan defisiensi mineral dan vitamin.
7. Pencegahan
Diare dapat dicegah dengan memperbaiki usaha multisektoral antara lain
sebagai berikut:
1. Meningkatkan sarana air besih dan sanitasi umum
2. Promosi pendidikan higiene
3. Pemberian ASI eksklusif
4. Meningkatkan ketrampilan mengasuh anak
5. Imunisasi pada anak : khususnya untuk membasmi campak
6. Menggunakan jamban / WC
7. Menjaga kebersihan makanan dan minuman
8. Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh makanan
9. Mencuci peralatan makan.
8. Diagnosis
a. Anamnesis
1) Riwayat diare sekarang :
Sudah berapa lama diare berlangsung
Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan
jumlah tinja
Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah
tidak)
Muntah (frekuensi dan jumlah)
Demam
Buang air kecil terakhir
Anak lemah, rewel, rasa haus, kesadaran menurun
Jumlah cairan yang masuk selama diare
Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan, obat,
oralit)
Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya.4
Riwayat bepergian ke daerah yang sedang terkena wabah diare
Kontak dengan orang yang sakit
Penggunaan antibiotik
2) Riwayat diare sebelumnya: kapan, berapa lama
3) Riwayat penyakit penyerta saat ini
4) Riwayat imunisasi: lengkap atau tidak
5) Riwayat makanan sebelum diare: ASI, susu formula, makan
makanan yang tidak biasa.6
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu,
kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda
tambahan, yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau
tidak, ada atau tidaknya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut,
bibir dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan. Perhatikan pula
ada tidaknya pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal, akral
dingin, perfusi jaringan serta derajat dehidrasinya. Penilaian derajat
dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :
1) Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)
Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
Keadaan umum baik dan sadar
Tanda vital dalam batas normal
Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata
ada, mukosa mulut dan bibir basah
Turgor abdomen baik, bising usus normal
Akral hangat
Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi
lain (tidak mau minum, muntah terus menerus, diare yang frekuen).
2) Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
Apabila di dapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih
tanda tambahan
Keadaan umum gelisah dan cengeng
Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata
kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering
Turgor kurang
Akral hangat
Pasien harus rawat inap.
3) Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
1) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih
tanda tambahan
2) Keadaan umum lemah, letargi atau koma
3) Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata
tidak ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering
4) Turgor buruk
5) Akral dingin
6) Pasien harus rawat inap.4
Penilaian Dehidrasi Menurut MTBS2
Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda
berikut ini:
• Letargis atau tidak sadar
• Mata cekung
• Tidak bisa minum atau malas minum
• Cubitan kulit perut kembalinya sangat
lambat
Dehidrasi berat
Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut
ini:
• Gelisah, rewel
• Mata cekung
• Haus, minum dengan lahap
• Cubitan kulit perut kembalinya
lambat
Dehidrasi ringan/sedang
Tidak cukup tanda-tanda untuk
diklasifikasikan dehidrasi berat atau
ringan/sedang
Tanpa dehidrasi
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaaan tinja
Makroskopis: bau, warna, lendir, darah, konsistensi
Mikroskopis: eritrosit, lekosit, bakteri, parasit
Kimia: PH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
Biakan dan uji sensitivitas
2) Pemeriksaan darah: Darah lengkap, analisis gas darah dan
elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang
disertai kejang), kadar urum dan kreatinin darah.
3) Pemeriksaan urin: urin rutin.3
9. Penatalaksanaan
a. Atasi Dehidrasi
1) Tanpa dehidrasi
Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit diberikan
sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis:
1) < 1 tahun: 50-100 cc
2) 1-5 tahun : 100-200 cc
3) 5 tahun : semaunya.
2) Dehidrasi ringan sedang
Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama
dilanjutkan pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung
sesuai umur seperti di atas setiap kali buang air besar.
3) Dehidrasi berat
Rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat
100 cc/kgBB. Cara pemberian :
1) < 1 tahun 30 cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan 70
cc/kgBB dalam 5 jam berikutnya.
2) > 1 tahun 30 cc/kgBB dalam ½ jam pertama dilanjutkan 70
cc/kgBB dalam 2 ½ jam berikutnya.
Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB selama
proses rehidrasi.
b. Pemakaian antibiotik
Bila ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik sesuai
dengan hasil pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah
kotrimoksazol, amoksisilin dan atau sesuai hasil uji sensitivitas.
c. Diet
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi
sering, rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.
d. Jangan gunakan spasmolitika
e. Koreksi elektrolit : koreksi bila terjadi hipernatremia, hiponatremia,
hiperkalemia atau hipokalemia.
f. Vitamin A
1) 6 bulan – 1 tahun : 100.000 IU
2) >1 tahun : 200.000 IU
g. Pendidikan orangtua : penyuluhan tentang penanganan diare dan cara-
cara pencegahan diare.4
10. Pemantauan
a. Terapi
Setelah pemberian cairan rehidrasi harus dinilai ulang derajat
dehidrasi, berat badan, gejala dan tanda dehidrasi. Jika masuk
dehidrasi maka dilakukan rehidrasi ulang sesuai dengan derajat
dehidrasinya. Jika setelah 3 hari pemberian antibiotik klinis dan
laboratorium tidak ada perubahan maka dipikirkan penggantian
antibiotik sesuai hasil uji sensitivitas.
b. Tumbuh kembang
c. Timbang berat badan sebelum dan sesudah rehidrasi, 2 minggu setelah
sembuh dan seterusnya secara periodik sesuai umur. Jika anak
mengalami gizi buruk maka dikelola sesuai dengan SPM gizi buruk.
Penderita dapat dipulangkan bila penderita tidak dehidrasi, keadaaan
umum dan tanda vital baik, sudah bisa makan dan minum.4
DAFTAR PUSTAKA
1. Putra DS. Diare akut pada anak. Upaya mengurangi kejadian komplikasi diare
akut. 2008. Di unduh dari: http://www.dr-rocky.com/layout-artikel-
kesehatan/42-diare-akut-pada-anak. Diakses tanggal 7 Februari 2011.
2. Departemen Kesehatan RI. Buku Ajar Diare: Pendidikan medik
pemberantasan diare. Jakarta: Ditjen. PPM dan PLP 1999.
3. Mansjoer A., Suprohaita, Wardhani W. I., Setiowulan W (ED).. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid Kedua. Penerbit Media Aesculapius
FK UI. Jakarta. 2000. h.470 – 478.
4. IDAI. Standar Pelayanan Medis. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2004.h.49-52.
5. Irwanto. Ilmu Penyakit Anak: Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba
Medika. Jakarta. 2002. h. 73 – 79.
6. Soebagyo B. Diare Akut pada Anak. UNS Press. Surakarta. 2008.
7. Soemirat J. Epidemiologi Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mata
Press. 2000.
8. Smeltzer, Suzannec. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Volume 1. EGC. Jakarta. 2001.
9. Nursalam. Asuhan Keperawatan Bayi & Anak (Untuk Perawat &Bidan).
Salemba Medika. Jakarta. 2005.
10. Mansjoer A., Suprohaita, Wardhani W. I., Setiowulan W (ED).. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Edisi Ketiga Jilid I. Penerbit Media
Aesculapius FK UI Jakarta. 2000.
11. Irwanto, 2002. Ilmu Penyalit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba
Medika. Jakarta, hal : 73 – 79.