Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

31
ASUHAN KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK Diposkan oleh Rizki Kurniadi PENGERTIAN Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja. C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus. Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair. Hendarwanto (1999), diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Ngastiyah (1997), diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah. Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus. PEMBAGIAN DIARE Diare Akut. Diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari. Penyebab utamanya adalah bakteri, parasit maupun virus. Penyebab lain: toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsung lama, kemoterapi dan berbagai kondisi lainnya. 2. Diare Kronik.

Transcript of Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

Page 1: Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

ASUHAN KEPERAWATAN DIARE PADA ANAKDiposkan oleh Rizki Kurniadi

PENGERTIAN        Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih

dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.      C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya

inflamasi mukosa lambung atau usus.      Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya

kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.

      Hendarwanto (1999), diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi.

      Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.

      Ngastiyah (1997), diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah.

Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

 PEMBAGIAN DIARE Diare Akut. Diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.Penyebab utamanya adalah bakteri, parasit maupun virus. Penyebab lain: toksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsung lama, kemoterapi dan berbagai kondisi lainnya.

2. Diare Kronik.

 Diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu. Ketentuan ini berlaku bagi orang dewasa, sedangkan pada bayi dan anak ditetapkan batas waktu dua minggu.Proses terjadinya diare dipengaruhi dua hal pokok, yaitu konsistensi feses dan motilitas usus, umumnya terjadi akibat pengaruh keduanya. ETIOLOGI Ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:

      Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:      Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli,

golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik

Page 2: Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.

      Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.

      Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:      Malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.      Kurang kalori protein.      Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

 

Diare juga dapat disebabkan oleh faktor psikologi, misalnya ketakutan atau jenis-jenis stress tertentu yang diperantarai oleh stimulasi usus oleh saraf para simpatis.Juga terdapat jenis diare yang ditandai oleh pengeluaran feses dalam jumlah kecil tapi sering. Penyebab diare jenis ini anatara lain adalah Kolitis Ulserativa dan penyakit Crohn. Kedua penyakit ini memiliki komponen fisik dan psikologik.

PATOFISIOLOGI      Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah:

      Gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

      Rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

      Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

     Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

      Kehilangan air (dehidrasi)Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis). Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal

Page 3: Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

(terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

      HipoglikemiaHipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak gangguan gizi.

      Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:        Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang

bertambah hebat.        Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang

encer ini diberikan terlalu lama.        Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik

karena adanya hiperperistaltik.

      Gangguan sirkulasiSebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

 MANIFESTASI KLINIS

        Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.

      Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.

      Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.      Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam

akibat banyaknya asam laktat.      Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),

ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.

      Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.

      Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).      Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan

dalam. (Kusmaul). PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

      Pemeriksaan tinja:      Makroskopis dan mikroskopis

Page 4: Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

      PH dan kadar gula dalam tinja      Bila perlu diadakan uji bakteri

      Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.

      Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.      Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

 KOMPLIKASI

        Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).      Renjatan hipovolemik.      Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,

perubahan pada elektro kardiagram).      Hipoglikemia.      Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena

kerusakan vili mukosa, usus halus.      Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.      Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga

mengalami kelaparan.

DERAJAT DEHIDRASI Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:

      Kehilangan berat badan      Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.      Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.      Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%

  PENATALAKSANAAN MEDIS Dasar pengobatan diare adalah:

      Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.      Cairan per oral.

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO 3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.

      Cairan parentralDiberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:

      Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg      1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15

tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).      7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15

tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).      16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit      Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg

Page 5: Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

      1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

      Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg      1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7

tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).      7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3

tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).      16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.      Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg      Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan

4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO 3 1½ %.      Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts)

8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).      Untuk bayi berat badan lahir rendah: Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis

cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO 3 1½ %).      Pengobatan dietetik

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:

      Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh      Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)      Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu

yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.

Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.

Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:

1.      Jenis cairan yang hendak digunakan.Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.

2.      Jumlah cairan yang hendak diberikan.Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus:

        Mengukur BJ Plasma      Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:          BJ Plasma - 1,025       ———————- x BB x 4 ml               0,001

Page 6: Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

        Metode Pierce:      Berdasarkan keadaan klinis, yakni:

      diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg   BB      diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg  BB      diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB

3.   Jalan masuk atau cara pemberian cairanRute pemberian cairan pada orang dewasa meliputi oral dan intravena. Larutan orali dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral pada diare ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi.

4.   Jadwal pemberian cairanJadwal rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BJ plasma atau sistem skor diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk mencapai rehidrasi optimal secepat mungkin. Jadual pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3 didasarkan pada kehilangan cairan selama 2 jam fase inisial sebelumnya. Dengan demikian, rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3.

  ASUHAN KEPERAWATAN DIARE

 I.    PENGKAJIAN

 Keluhan Utama : Buang air berkali-kali dengan konsistensi encer.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang: Pada umumnya anak masuk Rumah Sakit dengan keluhan buang air cair berkali-kali baik disertai atau tanpa dengan muntah, tinja dpat bercampur lendir dan atau darah, keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran.

3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu: meliputi pengkajian riwayat :

a.       Feeding Air susu ibu atau formula, umur disapih (2 tahun), jadwal makan/jumlahnya, pengenalan makanan lunak pada usia 4-6 bulan, peubahan berat-badan, masalah-masalah feeding (vomiting, colic, diare), dan penggunaan vitamin dan mineral atau suplemen lain.

b.      Penyakit sebelumnya Penyebabnya, gejala-gejalanya, perjalanan penyakit, penyembuhan, kompliksi, insiden penyakit dalam keluarga atau masyarakat, respon emosi terhadap rawat inap sebelumnya.

c.       Obat-obat terakhir yang didapat : Nama, dosis, jadwal, lamanya, alasan pemberian.

4.   Pemeriksaan Fisik :

        Tanda-tanda vitalSuhu badan : mengalami peningkatan

Page 7: Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

Nadi : cepat dan lemahPernafasan : frekuensi nafas meningkat

Tekanan darah : menurun

        AntropometriPemeriksaan antropometri meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran kepala, lingkar lengan, dan lingkar perut. Pada anak dengan diare mengalami penurunan berat badan.

        PernafasanBiasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ditemukan bunyi nafas tambahan.

        Cardiovasculer: Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.

        PencernaanDitemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering, peristaltik usus meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi encer

        Perkemihan:  Volume diuresis menurun.        Muskuloskeletal: Kelemahan fisik akibat output yang berlebihan.        Integumen:  lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek        Endokrin:  Tidak ditemukan adanya kelaianan.        Penginderaan:  Mata cekung, Hidung, telinga tidak ada kelainan        Reproduksi:  Tidak mengalami kelainan.        Neorologis:  Dapat terjadi penurunan kesadaran.

 II.  DIAGNOSA KEPERAWATAN

      Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual).

      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.

      Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.      Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya      Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d

pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.

      Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru

III.  INTERVENSI

Dx : Kekurangan  volume  cairan  b/d   kehilangan  berlebihan  melalui  feses dan muntah         serta intake terbatas (mual) Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi

Page 8: Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

 Intervensi      Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi

      Pantau intake dan output. Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses.

      Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti.

      Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium      Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa

      Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif Pemberian  obat-obatan secara kausal  penting      setelah penyebab diare diketahui    Dx :  Perubahan  nutrisi  kurang  dari   kebutuhan tubuh   b/d gangguan absorbsi  nutrien         dan peningkatan peristaltik usus. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan bera badan Intervensi

      Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.R  Menurunkan kebutuhan metabolik

      Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkanR  Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan.

      Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program dietR Memenuhi kebutuhan nutrisi klien

      Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasiR  Mengistirahatkan  kerja  gastrointestinal  dan  mengatasi /

mencegah  kekurangannutrisi lebih lanjut

 Dx : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal. Tujuan : Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal Intervensi

      Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.R  Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri

      Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan kompres hangat abdomenR  Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan meningkatkan kemampuan koping

      Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan kulit

R  Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi      Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi

R  Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis

Page 9: Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

      Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan non verbal

R  Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya

Dx : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya. Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang. Intervensi

      Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang mekanisme koping yang tepat.

      R  Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah

      Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien yang anaknya mengalami masalah yang sama

      R  Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang mengalami masalah yang demikian

      Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu klien.

      R  Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan

Dx : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.

 Tujuan : Keluarga  akan  mengerti  tentang  penyakit  dan  pengobatan anaknya, serta mampu  

              mendemonstrasikan perawatan anak di rumah. Intervensi

      Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang penyakit dan perawatan anaknya.R  Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya.

      Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.R  Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dan keluarga dalam proses perawatan klien

      Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek samping yang mungkin timbulR  Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.

      Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasiR  Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri anaknya

 Dx:  Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru Tujuan :  Kecemasan   anak   berkurang   dengan   kriteria   memperlihatkan    tanda-tanda                  kenyamanan Intervensi

Page 10: Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

      Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam perawatn yang dilakukan

R  Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan      Berikan sentuhan dan berbicara pada anak sesering mungkin

R  Memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress      Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat

perkembangan klienR  Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimun

DAFTAR PUSTAKA

        Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi 2004, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.

        Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga, Arif Mansjoer dkk, Jakarta : Media Aesculapius, 2000.

        Patofisiologi, Elizabeth J. Corwin, EGC Jakarta, 2000.

        Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4, EGC, Jakarta

ASUHAN KEPERAWATAN TIFUS ABDOMINAL

Page 11: Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

1)      PENGERTIAN TIFUS ABDOMINAL

Tifus abdominalis (demam tifoid, enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang

besarnya tedapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,

gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. (FKUI, 1985)

Tifus abdominalis adalah infeksi yang mengenai usus halus, disebarkan dari kotoran ke

mulut melalui makanan dan air minum yang tercemar dan sering timbul dalam wabah. (Markum,

1991).

2)      ANATOMI FISIOLOGI

Usus halus

Adalah segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal, yang jumlah panjangnya

kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran. Bagian ini membalik dan melipat diri yang

memungkinkan kira-kira 7000 cm area permukaan untuk sekresi dan absorbsi.

Usus halus dibagi 3 bagian anatomik : bagian atas disebut duodenum, bagian tengah

disebut yeyunum dan bagian bawah disebut ileum. Pertemuan antara usus halus dan usus

besar terletak di bagian bawah kanan duodenum ini disebut sekum

Pada pertemuan ini yaitu katup ileosekal, yang berfungsi untuk mengontrol pasase isi usus ke

dalam usus besar dan mencegah refluks bakteri ke dalam usus halus. Pada tempat ini terdapat

apendiks veriformis.

Terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen, segmen transversum yang

memanjang dari abdomen atas kanan ke kiri, dan segmen desenden pada sisi kiri abdomen.

Bagian ujung dari usus besar terdiri dari dua bagian kolon sigmoid dan rektum. Rektum

berlanjut pada anus. Jalan keluar anal di atur oleh jaringan otot lurik yang membentuk baik

sfingter internal dan eksternal.

Ada 2 tipe kontraksi yang terjadi secara teratur di usus halus :

1)Kontraksi segmental yang menghasilkan campuran gelombang yang menggerakkan isi usus

ke belakang dan ke depan dalam gerakan mengaduk.

2)Peristaltik usus mendorong isi usus halus tersebut ke arah kolon.

Karbohidrat dipecahkan menjadi disakarida dan monosakarida. Protein dipecahkan menjadi

asam amino dan peptida. Lemak dicerna diemulsifikasi menjadi monogliserida dan asam lemak.

3)      ETIOLOGI

Tyfus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhosa, basil gram negatif, bergerak

dengan bulu getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang-kurngnya 3 macam antigen yaitu

antigen O (somatic terdiri dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen Vi.

Dalam serum penderita terdapat zat anti (glutanin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.

4)      PATOFISIOLOGI

a.Kuman masuk melalui mulut, sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung dan

sebagian lagi masuk ke usus halus (terutama di ileum bagian distal), ke jaringan limfoid dan

berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredarahan darah

(bakterimia primer), dan mencapai sel-sel retikula endotelial, hati, limpa dan organ-organ

lainnnya.

Page 12: Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

b.Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikula endotelial

melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakterimia untuk kedua

kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan

kandung empedu.

c.Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks player. Ini terjadi pada kelenjar

limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks

peyer. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik.

Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar,

kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar.

d.Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada saluran

pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus (Suriadi, Yuliani Rita, 2001).

5)      TANDA DAN GEJALA

* Demam lebih dari seminggu

Siang hari biasanya terlihat segar namun malamnya demam tinggi. Suhu tubuh naik-

turun.

* Mencret

Bakteri Salmonella typhi juga menyerang saluran cerna karena itu saluran cerna

terganggu. Tapi pada sejumlah kasus, penderita malah sulit buang air besar.

* Mual Berat

Bakteri Salmonella typhi berkumpul di hati, saluran cerna, juga di kelenjar getah bening.

Akibatnya, terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual.

* Muntah

Karena rasa mual, otomatis makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya

keluar lagi lewat mulut. Karena itu harus makan makanan yang lunak agar mudah dicerna.

Selain itu, makanan pedas dan mengandung soda harus dihindari agar saluran cerna yang

sedang luka bisa diistirahatkan. 

* Lidah kotor

Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan merasa

lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas. 

* Lemas, pusing, dan sakit perut

* Terkesan acuh tak acuh bahkan bengong

Ini terjadi karena adanya gangguan kesadaran. Jika kondisinya semakin parah,

seringkali tak sadarkan diri/pingsan.

* Tidur pasif

Penderita merasa lebih nyaman jika berbaring atau tidur. Saat tidur, akan pasif (tak

banyak gerak) dengan wajah pucat.

Page 13: Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

6)      TEST DIAGNOSTIK

1.      Pemeriksaan yang berguna untuk menyokong diagnosis

a. Pemeriksaan darah tepi

Terdapat gambar leukoperia, limfositosis relatif dan aneosinofilia. Mungkin terdapat

anemia dan trombositopenia ringan.

b. Pemeriksaan sumsum tulang

Teradapat gambaran sumsum tulang berupa hiperaktif RES dengan adanya sel

makrofag, sedangkan sistem eritropoesis, granulopoesis dan trombopoesis berkurang.

2.      Pemeriksaan laboratorium untuk membuat diagnosis

a. Biakan empedu

Basil salmonella typhii dapat ditemukan dalam darah penderita biasnya dalam minggu

pertama sakit. Selanjutnya lebih sering ditemukan dalam urin dan feses dan mungkin akan

tetap positif untuk waktu yang lama.

Oleh karena itu pemeriksaan yang positif dari contoh darah digunakan untuk

menegakan diagnosis, sedangkan pemeriksaan negatif dari contoh urin dan feses 2 kali berturt-

turut digunakan untuk memnentukan bahwa penderita telah benar-benar sembuh dan tidak

menjadi pembawakman (karier).

b. Pemeriksaan lidah

Dasar pemeriksaan ialah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita dicampur

dengan suspensi antigen salmonella typii. Pemeriksaan yang positif ialah bila terjadi reaksi

aglutinasi. Dengan jalan mengencerkan serum, maka kadar zat anti dapat ditentukan, yaitu

pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan reaksi aglutinasi.

c. Pemeriksaan widal

Didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau lebih sedangkan titer terhadap

antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna untuk menengakkan diagnosis karena

titer H dapat tetap tinggi setelah dilakukan imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh.

(Suriadi, Yuliani Rita, 2001).

7)      KOMPLIKASI

Komplikasi demam tifoid dapat dibagi di dalam :

1.      Komplikasi intestinal

1.      Perdarahan usus

2.      Perforasi usus

3.      Ileus paralitik

2.      Komplikasi ekstraintetstinal

Page 14: Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

1.      Komplikasi kardiovaskular: kegagalan sirkulasi perifer (renjatan/sepsis), miokarditis, trombosis

dan tromboflebitis.

2.      Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia dan atau koagulasi intravaskular

diseminata dan sindrom uremia hemoltilik.

3.      Komplikasi paru: penuomonia, empiema dan peluritis.

4.      Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis.

5.      Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis.

6.      Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis dan artritis.

7.      Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, mengingismus, meningitis, polineuritis perifer, sindrim

Guillain-Barre, psikosis dan sindrom katatonia.

8)      PENULARAN

a.       Penderita Tifus mengeluarkan kotoran dan urine yang mengandung kuman penyebab penyakit

tifus.

b.      Bila pembuangan kotoran ini tidak dilakukan di jamban yang memenuhi syarat akan

memudahkan penularan.

c.       Kuman pada kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada tangan

dan kemudian dimasukan ke mulut atau dipakai untuk memegang makanan.

d.      Kuman dapat mencemari air bila kotoran tersebut terbawa atau terkena air. Kalau air yang

tercemar tersebut diepergunakan orang untuk keperluan sehari hari tanpa direbus atau

dimasak. Misalnya untuk menggosok gigi, berkumur, atau mencuci sayur lalap, ia dapat

menulari orang tersebut dengan penyakit Tifus.

e.       Kuman dapat ditularkan langsung kepada orang lain atau dapat menemari air, makanan dan

minuman atau lingkungannya.

f.       Penderita yang baru ini dengan cara yang sama dapat menularkan lagi pada orang lain dan

lingkungan sekitarnya, dan seterusnya, merupakan lingkaran yang tidak putus putusnya.g.      Kotoran dapat dihinggapi lalat, dan bila lalat ini hinggap di makanan, akan menyebabkan

makanan itu tercemar. Penularan terjadi bila seseorang memakan makan yang tercemar ini.

9)      PENCEGAHAN

* LINGKUNGAN HIDUP

1. Sediakan air minum yang memenuhi syarat.

Misalnya, diambil dari tempat yang higienis, seperti sumur dan produk minuman yang

terjamin. Jangan gunakan air yang sudah tercemar. Jangan lupa, masak air terlebih dulu hingga

mendidih (100 derajat C).

2. Pembuangan kotoran manusia harus pada tempatnya.

Juga jangan pernah membuangnya secara sembarangan sehingga mengundang lalat

karena lalat akan membawa bakteri Salmonella typhi. Terutama ke makanan.

3. Bila di rumah banyak lalat, basmi hingga tuntas.

Page 15: Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

* DIRI SENDIRI

1. Lakukan vaksinasi terhadap seluruh keluarga.

Vaksinasi dapat mencegah kuman masuk dan berkembang biak. Saat ini pencegahan

terhadap kuman Salmonella sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-

tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-paratifoid). Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa

juga divaksinasi.

2. Menemukan dan mengawasi pengidap kuman (carrier). Pengawasan diperlukan agar

dia tidak lengah terhadap kuman yang dibawanya. Sebab jika dia lengah, sewaktu-waktu

penyakitnya akan kambuh.

Untuk mengurangi kemungkinan penularan penyakit ini, ada beberapa hal yang harus

diperhatikan, yaitu:

* Saat merawat penderita, baik di rumah maupun RS, harus lebih seksama dan ekstra hati-hati

kala membersihkan tubuhnya maupun benda-benda perlengkapannya, terutama yang mungkin

tercemar tinjanya. Jangan lupa, selalu mencuci bersih-bersih tangan dengan sabun atau cairan

antiseptik setelah mencebokinya.

* Jangan pernah ijinkan anak duduk atau main-main di lantai kamar mandi, karena sisa kotoran

yang mungkin tercecer di lantai kamar mandi dapat menularkan penyakit. Meski tak ada

penderita, sering-seringlah membersihkan lantai kamar mandi dengan banyak air dan cairan

antiseptik; apalagi bila telah digunakan penderita.

* Ajarkan cara cebok yang baik dan benar pada anak yang sudah agak besar maupun

pengasuhnya. Begitu pula cara menyiram WC dan lantai kamar mandi.

* Selalu cuci tangan dengan sabun setiap kali bersentuhan dengan penderita.

Sementara pencegahan penyakit ini dapat dilakukan, antara lain dengan cara:

* Saat menyiapkan makanan dan minuman, jangan gunakan tangan secara langsung, tapi

pakailah alat bantu semisal sendok, garpu, atau penjepit makanan.

* Kala hendak sekolah, bekali makanan lengkap dengan sendok-garpu dari rumah yang lebih

terjaga kebersihannya ketimbang jajan sembarangan.

* Hindari atau minimal waspadai warung makanan. Tak ada salahnya untuk memperhatikan

kebiasaan cuci tangan juru masak atau pelayannya maupun pencucian alat-alat makan bekas

pakai, sebelum memutuskan makan di kedai tersebut.

* Tanamkan kebiasaan hidup bersih pada anak dan pengasuhnya. Jangan pernah lelah atau

menyerah untuk memberi penjelasan, contoh nyata, maupun saat mengawasi pelaksanaannya.

* Gunakan air yang mengalir dari kran untuk mencuci tangan, bukan dari ember atau bak

penampung yang jarang dikuras dan dicuci. Begitu juga untuk mencuci bahan makanan, alat

masak maupun perlengkapan makan. Untuk mencuci lalap mentah dan buah segar, sebaiknya

gunakan air matang.

* Bila mungkin, sediakan sabun untuk masing-masing anggota keluarga. Usahakan pula

sumber air bersih sebaiknya terpisah minimal 10 meter dari septic-tank.

10)  PENATALAKSANAAN

Page 16: Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

Penatalaksanaan Medis

Obat-obat pilihan pertama adalah kloramfenikol, ampisilin/amoksisilin dan kotrimoksasol.

Obat pilihan kedua adalah sefalosporin generasi III. Obat-obat pilihan ketiga adalah

meropenem, azithromisin dan fluorokuinolon.

         Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral

atau intravena, selama 14 hari. Bilamana terdapat indikasi kontra pemberian kloramfenikol ,

diberi

         ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, intravena saat

belum dapat minum obat, selama 21 hari, atau

         amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, oral/intravena

selama 21 hari

         kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian, oral,

selama 14 hari.

Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50 mg/kg BB/kali dan diberikan

2 kali sehari atau 80 mg/kg BB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7 hari. Pada kasus yang

diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika adalah meropenem, azithromisin dan

fluoroquinolon. (Darmowandowo, 2006)

Penatalaksanaan Keperawatan

  Tirah baring, dilaksanakan untuk mencegah terjadinya komplikasi.

  Diet harus mengandung

1.      Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.

2. Tidak mengandung banyak serat.

3. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.

4. Makanan lunak diberikan selama istirahat.

11)  PROGNOSIS

Prognosis menjadi kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis yang berat seperti:

1. Panas tinggi (hipperpereksia) atau kontinua.

2. Kesadaran menurun sekali yaitu sopor, koma atau delirium.

3. Terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, peritonitis,

bronkopneumonia dll.

4. Keadaan gizi penderita buruk.

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

Page 17: Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

Pengkajian sistem gastrointestinal meliputi riwayat kesehatan serta pemeriksaan fisik

komprehensif dimulai dari rongga mulut, abdomen, rektum dan anus pasien. Tujuan tindakan ini

untuk mengumpulkan riwayat, pengkajian fisik dan tes diagnostik untuk mengidentifikasi dan

mengatasi diagnosa keperawatan dan medis klien. (Monica Ester, 2001).

Pada pengkajian penderita dengan kasus typhus abdominalis yang perlu dikaji :

a.Riwayat keperawatan

b.Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam hari, nyeri

kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis, penurunan kesadaran (Suriadi, dkk 2001).

Diagnosa Keperawatan

1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d arbsorpsi nutrisi

2.      Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus

3.      Resiko tinggi kurang volume cairan b/d kehilangan cairan sekunder terhadap diare

4.      Intoleransi aktivitas b/d peningkatan kebutuhan metabolisme sekunder terhadap infeksi akut

5.      Kurang pengetahuan mengenai kondisi b/d kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat

Perencanaan/Intervensi

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d arbsorpsi nutrisi

Tujuan:

Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Intervensi:

a. Dorong tirah baring

Rasional:

Menurunkan kebutuhan metabolic untuk meningkatkan penurunan kalori dan simpanan energi

b. Anjurkan istirahat sebelum makan

Rasional:

Menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi makan

c. Berikan kebersihan oral

Rasional :

Mulut bersih dapat meningkatkan nafsu makan

d. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan

Rasional:

Lingkungan menyenangkan menurunkan stress dan konduktif untuk makan

e. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat

Rasional:

Nutrisi yang adekuat akan membantu proses

f. Kolaborasi pemberian nutrisi, terapi IV sesuai indikasi

Rasional:

Program ini mengistirahatkan saluran gastrointestinal, sementara memberikan nutrisi penting.

2. Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus

Tujuan:

Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal

Page 18: Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

Intervensi:

a. Pantau suhu klien

Rasional:

Suhu 380 C sampai 41,10 C menunjukkan proses peningkatan infeksius akut

b. pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai dengan indikasi

Rasional:

Suhu ruangan atau jumlah selimut harus dirubah, mempertahankan suhu mendekati normal

c. Berikan kompres mandi hangat

Rasional :

Dapat membantu mengurangi demam

d. Kolaborasi pemberian antipiretik

Rasional:

Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya hipotalamus

3. Resiko tinggi kurang volume cairan b/d kehilangan cairan sekunder terhadap

diare

Tujuan:

Mempertahankan volume cairan adekuat dengan membran mukosa, turgor kulit baik, kapiler

baik, tanda vital stabil, keseimbangan dan kebutuhan urin normal

Intervensi:

a. Awasi masukan dan keluaran perkiraan kehilangan cairan yang tidak terlihat

Rasional:

Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan dan elektrolit penyakit usus yang

merupakan pedoman untuk penggantian cairan

b. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa turgor kulit dan pengisian kapiler

Rasional:

Menunjukkan kehilangan cairan berlebih atau dehidrasi

c. Kaji tanda vital

Rasional :

Dengan menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan

d. Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring

Rasional:

Kalau diistirahkan utnuk penyembuhan dan untuk penurunan kehilangan cairan usus

e. Kolaborasi utnuk pemberian cairan parenteral

Rasional:

Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan cairan untuk mempertahankan kehilangan

4. Intoleransi aktivitas b/d peningkatan kebutuhan metabolisme sekunder

terhadap infeksi akut

Tujuan:

Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas

Intervensi:

Page 19: Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

a. Tingkatkan tirah baring dan berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung

Rasional:

Menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan

b. Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik

Rasional:

Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk

menurunkan resiko kerusakan jaringan

c. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi

Rasional :

Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan karena keterbatasan aktifitas yang

menganggu periode istirahat

d. Berikan aktifitas hiburan yang tepat (nonton TV, radio)

Rasional:

Meningkatkan relaksasi dan hambatan energy

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi b/d kesalahan interpretasi informasi,

kurang mengingat

Tujuan:

Dapat menyatakan pemahaman proses penyakit

Intervensi:

a. berikan nformasi tentang cara mempertahankan pemasukan makanan yang memuaskan

dilingkungan yang jauh dari rumah

Rasional:

Membantu individu untuk mengatur berat badan

b. Tentukan persepsi tentang proses penyakit

Rasional:

Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar individu

c. Kaji ulang proses penyakit, penyebab/efek hubungan faktor yang menimbulkan gejala dan

mengidentifikasi cara menurunkan faktor pendukung

Rasional :

Faktor pencetus/pemberat individu, sehingga kebutuhan pasien untuk waspada terhadap

makanan, cairan dan faktor pola hidup dapat mencetuskan gejala

Pelaksanaan / Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien.

Beberapa petunjuk pada implementasi adalah sebagai berikut :

a.Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi.

b.Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal dilakukan dengan cermat dan efisien pada

situasi yang tepat.

c.Keamanan fisik dan psikologis dilindungi.

d.Dokumentasi intervensi dan respons klien.

(Keliat, Anna Budi, 1999).

Page 20: Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

Evaluasi Keperawatan.

Evaluasi adalah bagian terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap proses

keperawatan (diagnosa, tujuan, intervensi ) harus dievaluasi.

Hasil yang diharapkan pada tahap evaluasi adalah :

a.Anak menunjukkan tanda – tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi.

b.Anak menunjukkan tanda – tanda terpenuhinya kebutuhan cairan.

c.Anak tidak menunjukkan tanda – tanda penurunan kesadaran yang lebih lanjut.

d.Anak dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kondisi fisik dan tingkat perkembangan anak.

e.Anak akan menunjukkan tanda – tanda vital dalam batas normal.

(Suriadi, dkk 1999).

Page 21: Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

 ASUHAN KEPERAWATAN TYPOID FEVER A.LATAR BELAKANGDemam tifoid terdapat di seluruh dunia dan penyebarannya tidak tergantung  pada iklim, tetapi lebih banyak dijumpai di Negara-negara sedang berkembang didaerah tropis. Hal ini disebabkan karena penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan dan kebersihan indifidu yang kurang baik. Di Indonesia demam tifoid jarang dijumpaisecara epidemic, tetapi lebih sering bersifat seporadis, terpencar-pencar di suatudaerah, dan jarang menimbulkan lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah.Demam tifoid dapat di temukan sepanjang tahun. Insiden tertinggi didapatkan padaanak-anak dan tidak ada perbedaan yang nyata anatra insidensi demam tifoid padawanita dan pria.(1)Tifoid Apdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat padasa lu r an ce rna dengan ge j a l a demam yang l eb ih da r i s a tu m inggu , gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Gejala kilnis pada anak biasanya lebihringan jika dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10 sampai 20hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodroma, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat. Relaps dapat terjadi  pada minggu ke-2 setelah suhu badan normal kembali. Komlikasi pada usus halus  j a r ang   t e r j ad i , akan   t e t ap i   s e r i ng   f a t a l ,   ya i t u   pe rda rahan  u sus ,  pe r fo r a s i   u sus  dan  peritonitis. Komlikasi diluar usus dapat terjadi oleh karena lokalisasi peradanganakibat sepsis,  terjadinya infeksi sekunder,  masukan makanan yang kurang atau suhutubuh yang tinggi.(2)B.TUJUAN  PENULISAN1 . T u j u a n U m u m M a m p u   m e l a k s a n k a n   a s u h a n   k e p e r a w a t a n   p a d a  a n a k   d e n g a n   T h y p u s Abdominalis

 2 . T u j u a n k h u s u s a . M a m p u   m e l a k s a n a k a n   p e n g k a j i a a n   p a d a   a s u h a n  k e p e r a w a t a n   p a d a   a n a k   dengan Thypus Abdominalis  b . M a m p u   m e l a k s a n a k a n   p e r e n c a n a a n   p a d a   a s u h a n  k e p e r a w a t a n   p a d a   a n a k   dengan Thypus Abdominalisc .Mampu me laksanakan t i ndakan pda a suhan kepe rawa tan pada anak dengan Thypus Abdominalisd .Mampu me laksanakan eva lua s i pada a suhan kepe rawa tan pada   anak dengan Typus Abdominalis

Page 22: Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA . D e f i n i s iDemam Tifoid (Typhoid Fever) adalah penyakit infeksi akut yang menyerangs a l u r a n   c e r n a   d a n   d i t a n d a i   d e n g a n   a t a u   t a n p a   g a n g g u a n  k e s e h a t a n .   D i a g n o s i s ditegakkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Masatunas berkisar antara 10 sampai 20 hari.B . E p i d e m i o l o g iCara penyebran demam tifoid sangat berbeda di negara maju dengan negara berkembang. Dimana dinegara maju insidensi sangat menurun sekali. Di negara yangsedang berkembangSalmonella typhosasering merupakan isolate salmonella yang  p a l i n g   s e r i n g   d e n g a n   i n s i d e n s  y a n g   d a p a t   m e n c a p a i   0 , 5 %   d a n   d e n g a n   a n g k a mortalitas yang tinggi.Di Indonesia jarang terdapat dalam keadaan endemik. Penderita anak yangditemukan biasanya berumur di atas 1tahun. Sebagian besar dari penderita (80%)yang  d i r awa t   d i   bag i an   I lmu  Keseha t an  Masya raka t Anak  FKUI-RSCM  Jaka r t a  berumur diatas 5 tahun. Insiden penyakit ini tidak berbeda antara anak laki-laki dananak perempuan.C . E t i o l o g iPenyakit ini disebabkan olehSalmonella typhosa, basil gram negatif, bergerak dengan   r ambu t   ge t a r ,   t i dak  be r spo ra .  Mempunya i   s eku rang -ku rangnya  3  macam antigen yaitu antigen O (somatik, terdiri dari zat komleks lipopolissakarida), antigenH  ( f l age l a )   dan   an t i gen  V i .  Da l am   se rum  pende r i t a   t e rdapa t   z a t   an t i ( ag lu t i n in ) terdapat ketiga antigen tersebut.D . P a t o f i s i o l o g iInfeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus. Melalui pembuluh limfe usus halus masuk ke dalam peredaran darah sampai di organ-organ terutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hatid a n   l i m p a   s e h i n g g a   o r g a n -o r g a n   t e r s e b u t   a k a n   m e m b e s a r   d i s e r t a i   n y e r i   p a d a  perabaan. Kemudian basil masuk kembali kedalam peredaran darah dan menyebar  keseluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak   b e r b e n t u k   l o n j o n g   p a d a   m u k o s a   d i a t a s   p l a k  n y e r i .   T u k a k   t e r s e b u t   d a p a t mengak iba tkan  pe rda rahan  dan  pe r fo r a s i  u sus .  Ge j a l a   demam  d i s ebabkan  o l eh kelainan pada usus.

E.Gejala Klinis dan LaboratoriumGejala klinis demam tifoid pada anak bisanya lebih ringan jika dibandingkandengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jikainfeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama sampai 30 hari jika infeksimelalui minuman. Selama masa inkubasi mungkin di temukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri

Page 23: Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

kepala, pusing dan tidak bersemangat.Kemudiaan muncul gejala klinis yang biasanya ditemukan, yaitu :1 . D e m a mPada  ka sus -ka sus  yang  khas ,   demam  be r l angsung  3  minggu .  Be r s i f a t  f eb r i s r emi t en  dan   suhu   t i dak  be rapa   t i ngg i .  Se l ama  minggu  pe r t ama ,   suhu  t ubuh  berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun setiap pagi hari danm e n i n g k a t   p a d a   s o r e   d a n   m a l a m   h a r i .   D a l a m   m i n g g u   k e t i g a   s u h u  b a d a n  berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.2 .Gangguan  pada   sa lu ran  pencernaanPada  mu lu t   t e rdapa t   na f a s   be rbau   t i dak   s edap .  B ib i r   ke r i ng  dan  pecah -pecah . Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tangue), ujung dan tepinya kemerehan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung(meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan.3 . G a n g g u a n   k e s a d a r a nUmumnya  ke sada ran  pende r i t a  menurun  wa l aupun   t i dak  be rapa  da l am,  ya i t u apatis sampai somnolen. Jarang terjadi spoor, koma atau gelisah.

 Roseo l a l eb ih s e r i ng t e r j ad i pada akh i r m inggu pe r t ama dan awa l m inggukedua .  Merupakan   su tu  nodu l   kec i l   s ed ik i t  menon jo l   dengan  d i ame te r   2 -4  mm,  berwarna merah pucat serta hilang pada penekanan. Reseola ini merupakan embolikuman, dimana didalamnya mengandung kumanSalmonella tyhosadan terutamadidapatkan di daerah perut, dada, kadang-kadang di pantat maupun bagian fleksor danlengan atas. Kadang-kadang ditemukan bradikardia pada anak besar dan mungkin pula ditemukan epistaksis.Pada tipe congenital, kuman dapat ditemukan pada darah, hati, limfa sertakelainan patologis pada usus tidak didapatkan, hal ini menjelaskan bahwa pada tifoidcongenital penularannya lewat darah dan secara cepat menimbulkan gejala-gejalat i f o id s epe r t i   pada j an in .  Demam   t i fo id pada   anak  d ibawah  us i a   3   t ahun   j a r ang dilaporkan, bila terjadi biasanya gambaran klinisnya berbeda dengan anak yang lebih besar. Kejadiannya sering mendadak disertai panas tinggi, muntah-muntah, kejang-ke j ang  dan   t anda -t anda   r angsang  men ingen .  Pada  pemer ik saan  da rah ,   t e r l i ha t l ekos i t o s i s  ( 20 .000 -25 .000 /mm) ,   l impa   s e r i ng   t e r aba  pada  pemer ik saan  f i s i k .Pe r j a l anan  penyak i t   l eb ih  pendek ,   l eb ih  va r i a s i ,   s e r i ng   t i dak  me leb ihi   2  m inggu d e n g a n   a n g k a   k e m a t i a n   y a n g   t i n g g i   ( 1 2 , 5 % ) .   D i a g n os i s   d i t e g a k k a n   d e n g a n ditemukannya kumanSalamonella typhiidalam darah dan feces. Reaksi widal akanmengukur antibody terhadap kuman tifoid. Pada awal terjadinya penyakit, widal akan positif dan dalam perkembangan selanjutnya misalnya 1-2 minggu kemudian akansemakin meningkat mesti demam tifoid telah diobati. Hasil test widal dianggap positif apabila titer antibodi O = 1/200 atau lebih, atau apabila terdapat peningkatan titer 4kali pada pemeriksaan serum sepasang.Pada demam tifoid sering disertai anemia dari yang ringan sampai sedangdengan peningkatan laju endap

Page 24: Asuhan Keperawatan Diare Pada Anak

darah, gambaran eritrositnya normokrom normositer,diduga oleh karena efek toksin supresi sumsum tulang atau perdarahan usus. Tidak selalu ditemukan lekopeni, sering lekosit dalam batas-batas normal dan dapat pulalekositosis terutama bila disertaikomlikasi yang lain. Jumlah trombosit menurun,gambaran hitung jenis didapatkan limfositosis relative, aneosinodilia, dapat shift tothe left atau shift to the right tergantung dari perjalanan penyakit.