Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare

22
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIARE A. PENGERTIAN. Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (2010), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja. Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (2011) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus. Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair. Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus. B. PENYEBAB Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (2010), ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:

description

LD

Transcript of Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare

Page 1: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIARE

A. PENGERTIAN.

Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (2010), diare adalah

defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir

dalam tinja.

Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (2011) diare merupakan

suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.

Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan

dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang

terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk

encer atau cair.

Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak

normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat

disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya

proses inflamasi pada lambung atau usus.

B. PENYEBAB

Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (2010), ditinjau dari

sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan

yaitu:

1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:

a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella,

salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings,

stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan

bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan

yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup),

gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.

b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang

mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan

jamur terutama canalida.

Page 2: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare

2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:

a) malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan

mineral.

b) Kurang kalori protein.

c) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

Sedangkan menurut Ngastiyah (2010), penyebab diare dapat dibagi

dalam beberapa faktor yaitu:

1. Faktor infeksi

a) Infeksi enteral

Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi:

infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo

coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit :

cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba

histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida

albicous).

b) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti

otitis media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia,

ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi

dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.

2. Faktor malaborsi

Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.

3. Faktor makanan

4. Faktor psikologis

C. PATOFISIOLOGI

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama

gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat

diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,

sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga

Page 3: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare

usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya

sehingga timbul diare.

Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus

akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan

selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan

mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan

sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan

mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat

menimbulkan diare pula.

Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme

hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,

mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin

dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan

menimbulkan diare.

Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

1. Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari

pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)

Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.

Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam

tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia

jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak

dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya

pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

3. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering

pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena

adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan

adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika

Page 4: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare

kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada

anak-anak.

4. Gangguan gizi

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan

oleh:

- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau

muntah yang bertambah hebat.

- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan

susu yang encer ini diberikan terlalu lama.

- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi

dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,

akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis

bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran

menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

D. MANIFESTASI KLINIS DIARE

1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,

nafsu makan berkurang.

2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang

disertai wial dan wiata.

3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.

4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi

lebih asam akibat banyaknya asam laktat.

5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit

menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan

disertai penurunan berat badan.

6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,

denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,

samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.

Page 5: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare

7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).

8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan

cepat dan dalam. (Kusmaul).

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan tinja

a) Makroskopis dan mikroskopis

b) PH dan kadar gula dalam tinja

c) Bila perlu diadakan uji bakteri

2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan

menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.

3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.

E. KOMPLIKASI

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).

2. Renjatan hipovolemik.

3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,

perubahan pada elektro kardiagram).

4. Hipoglikemia.

5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase

karena kerusakan vili mukosa, usus halus.

6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga

mengalami kelaparan.

F. DERAJAT DEHIDRASI

Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi

berdasarkan:

a. Kehilangan berat badan

1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.

Page 6: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare

2) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.

3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%

b. Skor Mavrice King

Bagian tubuh

Yang diperiksa

Nilai untuk gejala yang ditemukan

0 1 2

Keadaan umum

Kekenyalan kulit

Mata

Ubun-ubun besar

Mulut

Denyut nadi/mata

Sehat

Normal

Normal

Normal

Normal

Kuat <120

Gelisah, cengeng

Apatis, ngantuk

Sedikit kurang

Sedikit cekung

Sedikit cekung

Kering

Sedang (120-140)

Mengigau, koma,

atau syok

Sangat kurang

Sangat cekung

Sangat cekung

Kering & sianosis

Lemas >40

Keterangan

- Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan

- Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang

- Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat

c. Gejala klinis

Gejala klinisGejala klinis

Ringan Sedang Berat

Keadaan umum

Kesadaran

Rasa haus

Sirkulasi

Nadi

Respirasi

Pernapasan

Kulit

Uub

Baik (CM)

+

N (120)

Biasa

Agak cekung

Gelisah

++

Cepat

Agak cepat

Cekung

Apatis-koma

+++

Cepat sekali

Kusz maull

Cekung sekali

Page 7: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare

Agak cekung

Biasa

Normal

Normal

Cekung

Agak kurang

Oliguri

Agak kering

Cekung sekali

Kurang sekali

Anuri

Kering/asidosis

G. KEBUTUHAN CAIRAN ANAK

Tubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60 % air dan 40 % zat padat

seperti protein, lemak dan mineral. Pada anak pemasukan dan pengeluaran

harus seimbang, bila terganmggu harus dilakukan koreksi mungkin dengan

cairan parentral, secara matematis keseimbangan cairan pada anak dapat di

gambarkan sebagai berikut :

Umur Berat Badan Total/24 jam

Kebutuhan

Cairan/Kg BB/24

jam

3 hari

10 hari

3 bulan

6bulan

9 bulan

1 tahun

2 tahun

4 tahun

6 tahun

10 tahun

14 tahun

18 tahun

3.0

3.2

5.4

7.3

8.6

9.5

11.8

16.2

20.0

28.7

45.0

54.0

250-300

400-500

750-850

950-1100

1100-1250

1150-1300

1350-1500

1600-1800

1800-2000

2000-2500

2000-2700

2200-2700

80-100

125-150

140-160

130-155

125-165

120-135

115-125

100-1100

90-100

70-85

50-60

40-50

Whaley and Wong (1997), Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil

1998), Suharyono, Aswitha, Halimun (1998) dan Bagian Ilmu Kesehatan

anak FK UI (1988), menyatakan bahwa jumlah cairan yang hilang

Page 8: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare

menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah 2 tahun adalah sebagai

berikut :

Derajat Dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah

Ringan

Sedang

Berat

50

75

125

100

100

100

25

25

25

175

200

250

Keterangan :

PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)

NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)

CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)

Page 9: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare

H. PATHWAYS

Faktor infeksi Faktor malabsorbsi Gangguan peristaltik

Endotoksin Tekanan osmotik ↑ Hiperperistaltik Hipoperistaltik

merusak mukosa

usus Pergeseran cairan Makanan tidak Pertumbuhan bakteri

dan elektrolit ke sempat diserap

lumen usus Endotoksin berlebih

Hipersekresi cairan

dan elektrolit

Isi lumen usus ↑

Rangsangan pengeluaran

Hiperperistaltik

Diare

Gangguan keseimbangan cairan Gangguan keseimbangan elektrolit

Kurang volume cairan (dehidrasi) Hiponatremia

Hipokalemia

Pusing, lemah, letih, sinkope, anoreksia, Penurunan klorida serum

mual, muntah, haus, oliguri, turgor kulit

kurang, mukosa mulut kering, mata dan Hipotensi postural, kulit dingin,

ubun-ubun cekung, peningkatan suhu tremor

tubuh, penurunan berat badan kejang, peka rangsang, denyut

jantung cepat dan lemah

(Horne & Swearingen, 2001; Smeltzer & Bare, 2002

Page 10: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare

I. PENTALAKSANAAN

1. Medis

Dasar pengobatan diare adalah:

a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah

pemberiannya.

1) Cairan per oral

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan

peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan

glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan

kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan

dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula

lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin

disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung

NaCl dan sukrosa.

2) Cairan parentral

Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat,

dengan rincian sebagai berikut:

- Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg

1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus

set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus

1 ml=20 tetes).

7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt

(infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set

infus 1 ml=20 tetes).

16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit

- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg

1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15

tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg

Page 11: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare

1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15

tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1

ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.

- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg

Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250

ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1

bagian NaHCO3 1½ %.

Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6

tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).

Untuk bayi berat badan lahir rendah

Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4

bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).

b. Pengobatan dietetik

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan

berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:

- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan

lemak tak jenuh

- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)

- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan

misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak

yang berantai sedang atau tak jenuh.

c. Obat-obatan

Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan

cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.

2. Keperawatan

Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya

gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan

rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai

proses penyakit.

Page 12: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare

Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan

penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.

a. Data fokus

1) Hidrasi

- Turgor kulit

- Membran mukosa

- Asupan dan haluaran

2) Abdomen

- Nyeri

- Kekauan

- Bising usus

- Muntah-jumlah, frekuensi dan karakteristik

- Feses-jumlah, frekuensi, dan karakteristik

- Kram

- Tenesmus

b. Diagnosa keperawatan

- Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan

ketidakseimbangan antara intake dan out put.

- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi usus

dengan mikroorganisme.

- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi yang

disebabkan oleh peningkatan frekuensi BAB.

- Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, tidak

mengenal lingkungan, prosedur yang dilaksanakan.

- Kecemasan keluarga berhubungan dengan krisis situasi atau

kurangnya pengetahuan.

c. Intervensi

1) Tingkatkan dan pantau keseimbangan cairan dan elektrolit

- Pantau cairan IV

- Kaji asupan dan keluaran

- Kaji status hidrasi

Page 13: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare

- Pantau berat badan harian

- Pantau kemampuan anak untuk rehidrasi

- Melalui mulut

2) Cegah iritabilitas saluran gastro intestinal lebih lanjut

- Kaji kemampuan anak untuk mengkonsumsi melalui mulut

(misalnya: pertama diberi cairan rehidrasi oral, kemudian

meningkat ke makanan biasa yang mudah dicerna seperti:

pisang, nasi, roti atau asi.

- Hindari memberikan susu produk.

- Konsultasikan dengan ahli gizi tentang pemilihan makanan.

3) Cegah iritasi dan kerusakan kulit

- Ganti popok dengan sering, kaji kondisi kulit setiap saat.

- Basuh perineum dengan sabun ringan dan air dan paparkan

terhadap udara.

- Berikan salep pelumas pada rektum dan perineum (feses yang

bersifat asam akan mengiritasi kulit).

4) Ikuti tindakan pencegahan umum atau enterik untuk mencegah

penularan infeksi (merujuk pada kebijakan dan prosedur institusi).

5) Penuhi kebutuhan perkembangan anak selama hospitalisasi.

- Sediakan mainan sesuai usia.

- Masukan rutinitas di rumah selama hospitalisasi.

- Dorong pengungkapan perasaan dengan cara-cara yang sesuai

usia.

6) Berikan dukungan emosional keluarga.

- Dorong untuk mengekspresikan kekhawatirannya.

- Rujuk layanan sosial bila perlu.

- Beri kenyamanan fisik dan psikologis.

7) Rencana pemulangan.

- Ajarkan orang tua dan anak tentang higiene personal dan

lingkungan.

- Kuatkan informasi tentang diet.

Page 14: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare

- Beri informasi tentang tanda-tanda dehidrasi pada orang tua.

- Ajarkan orang tua tentang perjanjian pemeriksaan ulang.

Page 15: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare

DAFTAR PUSTAKA

1. Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan

Pediatik, Jakarta, EGC

2. Sachasin Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatik. Alih bahasa :

Manulang R.F. Jakarta, EGC

4. Arjatmo T. 2001. Keadaan Gawat yang mengancam jiwa, Jakarta gaya baru