Dermatitis Seboroik Ali

9
DERMATITIS SEBOROIK I. DEFINISI Dermatitis seboroik merupakan peradangan permukaan kulit berbentuk lesi skuamosa (bercak disertai semacam sisik), bersifat kronik yang mudah dikenali. Penyakit ini biasa terjadi pada bayi dan dewasa, dan sering dikaitkan dengan peningkatan produksi sebum kulit kepala, wajah, dan punggung. Tanda pada kulit berupa eritema, edema, dan ditutupi dengan sisik berwarna kuning – kecoklatan dan krusta. (1,2) II. EPIDEMIOLOGI Dermatitis seboroik sering terjadi pada bayi dan dewasa. Pada bayi biasa terjadi di usia 3 bulan pertama kehidupan dan biasa sembuh sendiri (self-limiting disease). Usia dewasa, penyakit ini cenderung kronis, memuncak pada 30 dan 50 tahun dengan pervalensi berkisar 5%. Pada pasien AIDS insidens penyakit ini meningkat (30 – 80%), kemungkinan berhubungan dengan jumlah CD4. (1,3) Tidak ada data yang pasti mengenai insidens penyakit ini pada bayi, tetapi penyakit ini sering ditemukan. Pada orang dewasa, dipercaya bahwa penyakit ini sering terjadi lebih banyak dari psoriasis, 1

description

Dermatitis seboroik

Transcript of Dermatitis Seboroik Ali

Page 1: Dermatitis Seboroik Ali

DERMATITIS SEBOROIK

I. DEFINISI

Dermatitis seboroik merupakan peradangan permukaan kulit berbentuk

lesi skuamosa (bercak disertai semacam sisik), bersifat kronik yang mudah

dikenali. Penyakit ini biasa terjadi pada bayi dan dewasa, dan sering dikaitkan

dengan peningkatan produksi sebum kulit kepala, wajah, dan punggung. Tanda

pada kulit berupa eritema, edema, dan ditutupi dengan sisik berwarna kuning –

kecoklatan dan krusta.(1,2)

II. EPIDEMIOLOGI

Dermatitis seboroik sering terjadi pada bayi dan dewasa. Pada bayi biasa

terjadi di usia 3 bulan pertama kehidupan dan biasa sembuh sendiri (self-limiting

disease). Usia dewasa, penyakit ini cenderung kronis, memuncak pada 30 dan 50

tahun dengan pervalensi berkisar 5%. Pada pasien AIDS insidens penyakit ini

meningkat (30 – 80%), kemungkinan berhubungan dengan jumlah CD4.(1,3)

Tidak ada data yang pasti mengenai insidens penyakit ini pada bayi, tetapi

penyakit ini sering ditemukan. Pada orang dewasa, dipercaya bahwa penyakit ini

sering terjadi lebih banyak dari psoriasis, contohnya sekitar 3 – 5 % populasi di

Amerika Serikat terjangkit penyakit ini. Laki – laki lebih sering menderita

penyakit ini daripada perempuan di semua umur dan di semua ras. (1)

Oble dkk. membagi karakteristik dermatitis seboroik. Karakter ini

mengimplikasi organisme jamur, dan CD4 limfosit sel T yang menurun mirip

dengan dermatitis seboroik pada pasien AIDS.(1,3)

III. ETIOLOGI

Sampai saat ini penyebab dermatitis seboroik belum diketahui tetapi sering

dikaitkan dengan peningkatan sekresi sebum, komposisi sebum yang abnormal,

obat – obatan tertentu, atau jamur.(1)

1

Page 2: Dermatitis Seboroik Ali

IV. GEJALA KLINIS

Kelainan kulit berupa eritema dan skuama yang berminyak dan agak

kekuningan, batasnya agak kurang tegas. Dermatitis seboroik yang ringan hanya

mengenai kulit kepala berupa skuama – skuama yang halus, mulai sebagai bercak

kecil yang kemudian mengenai seluruh kulit kepala dengan skuama – skuama

yang halus dan kasar. Kelainan tersebut disebut pitriasis sika (ketombe, dandruff).

Bentuk yang berminyak disebut pitriasis steatoides yang dapat disertai eritema

dan krusta – krusta yang tebal. Rambut pada tempat tersebut mempunyai

kecenderungan rontok, mulai di bagian vertex dan frontal.(4)

1. Gejala pada Bayi

Di area kepala (bagian depan dan samping) ditandai : krusta tebal, pecah -

pecah, berwarna kekuningan dan berminyak. Tanda ini disebut cradle cap

karena bentuknya mirip topi menutup kulit kepala.(1,2)

Di bagian tubuh yang lain, ditandai : ruam berwarna kemerahan, merah

kekuningan, dengan krusta berminyak yang menutupi permukaannya.(2)

Gambar 1. Dermatitis seboroik pada bayi(1)

2

Page 3: Dermatitis Seboroik Ali

2. Gejala pada Dewasa

Pada umumnya ditandai dengan: (2)

1) Keluhan gatal

2) Peradangan pada area seboroik dengan gambaran berbagai bentuk lesi,

berwarna kemerahan atau kekuningan disertai dengan adanya skuama,

krusta, basah berminyak, dan biasa juga kering.

3) Residif (mudah kambuh) dan bersifat kronis. Diduuga berhubungan

dengan stress, kelelahan, sinar matahari dan iklim.

Gambar 2. Dermatitis seboroik pada daerah nasolabila, pipi, alis, dan hidung.(1)

Gambar 3. Dermatitis seboroik pada daerah punggung.(1)

3

Page 4: Dermatitis Seboroik Ali

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnostik penyakit ini sebagian besar ditegakkan dengan kriteria klinis.

Sebagian kecil tanda penyakit ini menyerupai dermatitis atopik, pityriasis rosea,

psoriasis vulgaris, liken simpleks kronik, intertrigo, intertriginous monilia, dan

pityriasis versikolor. (4)

1. Pemeriksaan lampu wood : pada penyakit ini didapatkan hasil negatif.

2. Preparat KOH pada krusta : pada penyakit ini didapatkan hasil negatif.

3. Biopsi kulit : seperti pada dua pemeriksaan diatas, penyakit ini dapat

menstimulasi inflamasi lain yang lama. Sayangnya, hasil pemeriksaan

penyakit ini dapat juga memperlihatkan tanda yang sama dari penyakit

lainnya. Untuk alasan ini, biopsi pada dermatitis seboroik bukanlah prosedur

yang definitif dan jarang dilakukan.(4)

VI. PENGOBATAN.

1. Kepala : (5)

a. shampo medikasi yang berisi selenium sulfide, ketokonazole, dan tar

shmapo.

b. Terbanafine solution 1%

c. Preparat alcohol dan hair tonik

d. Asam salisilat ointment 5%

2. Reaksi akut dermatitis seboroik pada daerah wajah

a. Steroid ointment kadar rendah

b. Hydrocortisone ointment (0,5%) dikombinasikan dengan sulfur (0,5%).

c. Ketokonazole krim (2%)

d. Kortikosteroid krim

e. Kombinasi antara steroid dan imidazole dalam krim

f. Metronidazole topikal, ciclopiroxolamine dan tacalcitol topikal

Untuk kasus yang tidak berespon terapi dengan UVB sangat membantu,

atau dengan pengobatan jangka pendek menggunakan ketokonazole oral (200

mg/hari selama 14 hari). Itrakonazole oral (100 mg/hari untuk diatas 21 hari) juga

4

Page 5: Dermatitis Seboroik Ali

sangat efektif, sama juga dengan terbinafine oral. Preparat topikal lain dapat

memperlihatkan hasil yang efektif termasuk benzoil peroxide dan lithium

succinate ointment 5%.(5)

Dermatitis seboroik yang general selalu berespon pada pengobatan seperti

diterangkan diatas, tetapi dalam kasus yang berulang steroid sistemik mungkin

wajib diberikan. Isotretinoin mungkin juga dapat membantu.(5)

VII. DIAGNOSIS BANDING (1,5)

a. Psoriasis vulgaris di daerah kulit kepala

b. Liken simpleks di daerah leher pada wanita

c. Dermatitis infeksi dengan komplikasi pedikulosis

d. Dermatitis atopik pada bayi

e. Dermatofitosis (tinea capitis,facialis, dan corporis)

f. Kandidiasis intertigo.

g. Histiositosis sel langerhans

VIII. PROGNOSIS

Penyakit ini berlangsung selama bertahun-tahun untuk puluhan tahun

dengan periode perbaikan di musim yang lebih hangat dan periode eksaserbasi

pada bulan – bulan dingin. Lesi luas mungkin terjadi sebagai akibat dari

pengobatan topikal yang tidak benar atau paparan sinar matahari. Varian ekstrim

dari penyakit ini umum eritroderma eksfoliatif. Onychodytrophy,

ketidakseimbangan elektrolit, dan disregulasi termal tambahan fitur kadang –

kadang ditemukan dalam pasien. (1)

Pada umunya penderita Dermatitis Seboroik mengalami kesulitan

mengenali pemicu timbulnya kekambuhan. Hal ini wajar mengingat beragamnya

faktor – faktor pemicu. Kalaupun faktor pemicunya dapat dikenali, tak jarang

penderita sulit menghindarinya, terutama jika faktor – faktor pemicu tersebut

merupakan bagian dari kehidupan sehari – hari, misalnya; stress, iklim dan

sejenisnya.(1)

5

Page 6: Dermatitis Seboroik Ali

DAFTAR PUSTAKA

1. Plewig G, Jansen T. Seborrhoeic dermatitis. In : Wollff K, Goldsmith LA,

Katz SI, Gilchrest BA, PAller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick’s

Dermatology in General Medicine. Ed.7th. Vol 1 & 2. New York, Amerika;

2008. P.219-25.

2. Buxton Paul K. ABC Of Dermatology. Ed.4th. London ; 2003. P.29-30.

3. Picardo M, Cameli N. Seborrhreic Dermatitis. In : Williams H, Bigby M,

Diepgen T, Hersheimer A, Naldi L, Rzany B editors. Eviddence-Based

Dermatology 2nd Ed. Massachusetts, USA; 2008. P. 164.

4. Daniel TJ, MD, Dan TJ, MD, JD, John RJ, MD. Dermatology skills for

primary care. Totowa New Jersey; 2006 P.67.

5. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rook’s Textbook of Dermatology

7th Edition. Massachusetts USA; 2004. P. 17.10 – .14

6