Cholangitis A

23
CHOLANGITIS I. PENGERTIAN Kolangitis akut adalah infeksi bakterial yang akut dari saluran empedu yang tersumbat baik secara parsiil atau total akibat antara lain: batu koledokus, askaris, karsinoma caput pankreas kolangio-karsinoma atau struktur saluran empedu. II. ETIOLOGI Banyak faktor yang dapat menyebabkan obstruksi dari sistem bilier seperti; o Kelainan anatomi atau benda asing dalam saluran empedu. o Penyebab kedua kolangitis akut adalah obstruksi maligna dari saluran empedu oleh karsinoma pankreas, karsinoma papila Vateri, metastasis dari tumor peri pankreas, metastasis porta hepatis. III. MANIFESTASI KLINIK Gejala klinik pada pasien kolangitis akut didapatkan: - Ikterus dan disertai demam, kadang-kadang menggigil - Fungsi hati menunjukkan tanda-tanda obstruksi yakni peningkatan yang menyolok dari GGT atau fosfatase alkali. SGOT/SGPT dapat meningkat. - Nyeri perut. - Trias yang klasik dari Charcot yakni demam, nyeri abdomen kuadran atas dan ikterus IV. PATOFISIOLOGI

description

nj

Transcript of Cholangitis A

Page 1: Cholangitis A

CHOLANGITIS

I. PENGERTIAN

Kolangitis akut adalah infeksi bakterial yang akut dari saluran empedu yang

tersumbat baik secara parsiil atau total akibat antara lain: batu koledokus, askaris,

karsinoma caput pankreas kolangio-karsinoma atau struktur saluran empedu.

II. ETIOLOGI

Banyak faktor yang dapat menyebabkan obstruksi dari sistem bilier seperti;

o Kelainan anatomi atau benda asing dalam saluran empedu.

o Penyebab kedua kolangitis akut adalah obstruksi maligna dari saluran empedu oleh

karsinoma pankreas, karsinoma papila Vateri, metastasis dari tumor peri pankreas,

metastasis porta hepatis.

III. MANIFESTASI KLINIK

Gejala klinik pada pasien kolangitis

akut didapatkan:

- Ikterus dan disertai demam,

kadang-kadang menggigil

- Fungsi hati menunjukkan

tanda-tanda obstruksi yakni

peningkatan yang menyolok

dari GGT atau fosfatase alkali.

SGOT/SGPT dapat

meningkat.

- Nyeri perut.

- Trias yang klasik dari Charcot yakni demam, nyeri abdomen kuadran atas

dan ikterus

IV. PATOFISIOLOGI

Adanya hambatan dari aliran cairan empedu akan menimbulkan stasis cairan

empedu, kolonisasi bakteri dan pertumbuhan kuman yang berlebihan. Kuman-kuman ini

berasal dari flora duodenum yang masuk melalui sfingter Oddi, dapat juga dari

penyebaran limfogen dari kandung empedu yang meradang akut, penyebaran ke hati

akibat sepsis atau melalui sirkulasi portal dari bakteri usus. Karena tekanan yang tinggi

dari saluran empedu yang tersumbat, kuman akan kembali (refluks) ke dalam saluran

limfe dan aliran darah dan mengakibatkan sepsis. Bakteribili (adanya bakteri disaluran

empedu) didapatkan pada 20% pasien dengan kandung empedu normal. Walaupun

Page 2: Cholangitis A

demikian infeksi terjadi pada pasien-pasien dengan striktur pasca bedah atau pada

anastomasi koledokoenterik. Lebih dari 80% pasien dengan batu koledokus terinfeksi,

sedangkan infeksi lebih jarang pada keganasan. Kegagalan aliran yang bebas

merupakan hal yang amat penting pada patogenesis kolangitis akut. Mikroorganisme

yang menyebabkan infeksi pada kolangitis akut yang sering dijumpai berturut-turut

adalah kumankuman aeroba gram (-) enterik E. Coli, Klebsiella, kemudian Streptococcus

faecalis dan akhirnya bakteri anaerob seperti Bacteroides fragilis dan Clostridia. Pula

kuman-kuman Proteus, Pseudomonas dan Enterobacter enterococci tidak jarang

ditemukan. Bacteribili tidak akan menimbulkan kolangitis kecuali bila terdapat kegagalan

aliran bilier yang akan memudahkan terjadinya proliferasi kuman pada saluran empedu

yang mengalami stagnasi, dan atau tekanan dalam saluran empedu di dalam hati

meningkat sedemikian rupa sehingga menyebabkan refluks kuman ke dalam darah dan

saluran getah bening. Kombinasi dari stagnasi dan peningkatan tekanan tersebut akan

menimbulkan keadaan yang serius pada kolangitis supuratif.

Beberapa dari efek serius kolangitis dapat disebabkan oleh endotoksemia yang

dihasilkan oleh produk pemecahan bahteri gram negatif. Endotoksin diserap di usus

lebih mudah bila terdapat obstruksi bilier, karena ketiadaan garam empedu yang

biasanya mengkhelasi endotoksin sehingga mencegah penyerapannya. Selanjutnya

kegagalan garam empedu mencapai intestin dapat menyebabkan perubahan flora usus.

Selain itu fungsi sel-sel Kupfer yang jelek dapat menghambat kemampuan hati untuk

mengekstraksi endotoksin dari darah portal. Bilamana kolangitis tidak diobati, dapat

timbul bakteremia sistemik pada sepertiga kasus dan pada kasus-kasus yang lanjut,

dapat timbul abses hati.

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaaan laboratorium ditemukan adanya :

- Lekositosis pada sebagian besar pasien. Hitung sel darah putih biasanya

melebihi 13.000.

- Bilirubin : Total, Direct, Indirect

- SGOT/SGPT

2. Radiologis

Beberapa pemeriksaan radiologis pasien dengan kolangitis adalah:

a.   Foto polos abdomen

b.  Ultrasonografi

Page 3: Cholangitis A

Gambar.  2  Menunjukkan ultrasonografi dari duktus intrahepatik yang

mengalami dilatasi

c.  CT-Scan

d.   ERCP

Gambar. 4 Menunjukkan endoscope

Cholangiopancreotography

(ERCP) dimana menunjukkan duktus biliaris yang berdilatasi

pada bagian  tengah dan distal (dengan gambaran feeling defect)

 e. Skintigrafi

f.  Kolesistografi oral

 g.  Kolangiografi

      

VI. KOMPLIKASI

Beberapa komplikasi dari penyakit kolangitis  terutama yang derajat tinggi

(kolangitis supuratif) adalah sebagai berikut:

Page 4: Cholangitis A

A. Abses hati piogenik

B. Bakteremia , sepsis bakteri gram negatif

C. Peritonitis sistem bilier

D. Kerusakan duktus empedu

E. Perdarahan

F. Kolangitis asendens dan infeksi lain

         

VII. PENATALAKSANAAN

Konservatif:

a. IVFD (Intravenous Fluid Drip)

b. Antibiotik : kombinasi aminoglikosida dan penicillin telah dianjurkan.

Penambahan metronidazole atau clindamycin memberikan perlindungan

antibakterial terhadap anaerob  bakteroides  fragilis, jadi  melengkapi

perlindungan antibiotik. Satu faktor yang seringkali dipertimbangkan dalam

pemilihan antibiotik untuk terapi kolangitis adalah konsentrasi obat yang

terdapat dalam empedu. Secara teoritis antibiotik saluran biliaris yang ideal

harus merupakan antibiotik yang bukan saja mencakup organisme yang

ditemukan dengan infeksi  saluran biliaris, tetapi juga yang dieksresikan

dalam konsentrasi tinggi ke dalam cairan empedu.

c. Penanggulangan sfingterotomi endoskopik

d. Lisis batu

e. PTBD ( Percutaneous Transhepatik Biliar Drainage)

Pembedahan:

A.    Kolesistektomi Terbuka

Kolesistektomi membutuhkan anestesi umum kemudian dilakukan irisan  pada

bagian anterior dinding abdomen dengan panjang irisan 12 – 20 cm.

Tekhnik operasi untuk kolesistektomi terbuka

Insisi digaris tengah, paramedian kanan, transversal dan insisi subkostal dapat

dilakukan, tergantung pada pilihan ahli bedah. Kriteria penting adalah pemaparan yang

adekuat untuk diseksi serta eksplorasi. Pilihannya adalah insisi subkostal kanan

(Kocher) sebagai salah satu insisi yang paling serba guna dalam diseksi kandung

empedu dan saluran empedu.(3,12)

Page 5: Cholangitis A

Gambar insisi untuk pembedahan sistem bilier

Jika anatomi porta tidak dikaburkan oleh peradangan yang parah, maka

pilihannya adalah memulai diseksi pada porta. Dengan traksi pada kandung empedu

menggunakan klem yang dipasang di fundus dan kantung Hartman, peritoneum yang

menutupi segitiga Calot diinsisi dan disisihkan dengan diseksi tumpul. Arteri sistikus

diidentifikasi, diligasi ganda atau diklem ganda, dan lalu dipotong, meninggalkan

puntung sekurangnya 1sampai 2 mm.3

Gambar langkah-langkah teknik kolesistektomi

B. Kolangiografi operatif

            Kolangiografi dilakukan dengan menggunakan salah satu dari sekian

banyak kanula kolangiografik yang dapat digunakan (Berci, Lehman, Colangiocath, dll).

C. Laparoskopi Kolesistektomi

Kolesistektomi laparoskopi adalah cara yang invasif untuk mengangkat batu

empedu dengan menggunakan teknik laparoskopi.

Gambar 5  Lokasi kanula untuk kolesistektomi

laparoskopi.

Page 6: Cholangitis A

 Gambar 6. Lokasi  kanula

dan susunan awal untuk

kolesistektomi laparoskopi

   

Gambar 7 . Kolesistektomi

Laparoskopik

  Keterangan gambar   :

Tempat trokar

Fundus ditahan/dipegang dan cephalad diretraksi untuk mengekspos/mengenai

kandung empedu proksimal dan ligamentum hepotoduadenale. Selain itu bagian

posterolateral infundibulum di retraksi untuk dapat mengenai segitiga Calot

Segi tiga Calot dibuka dan leher kandungan empedu dan bagian duktus sistikus

di diseksi. Klip dipindahkan pada hubungan antara duktus sistikus dengan

kandungan empedu

Pembukaan kecil dibuat didalam duktus sistikus dan kateter kolangiogram di

insersi

Duktus sistikus dan arteri sistikus dibagi

Gambar intraoperatif yang menunjukkan bagian lateral infundibulum kandungan

empedu, nampak segitiga Calot yang sudah didiseksi begitu juga dengan arteri

sistikus

D. Eksplorasi koledokus; laparoskopi eksplorasi duktus empedu

Page 7: Cholangitis A

Gambar 8 laparoskopi eksplorasi duktus empedu. Laparoskopi eksplorasi

koledokus.

E. LAPAROTOMI EKSPLORASI

a. Pengertian Laparatomi Eksplorasi

Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen,

bedah laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah

abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan kandungan.

F. ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan Keperawatan Preoperatif

Analisa Data

DS: - Pasien mengatakan takut karena belum pernah dilakukan operasi sebelumnya

- Keluarga pasien cemas dengan hasil operasi

DO: - Pasien tampak gelisah dan cemas di ruangan pre operasi

- Pasien bertanya-tanya mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan

- Pasien bertanya mengenai hasil operasi serupa yang dilakukan padaorang lain

sebelumnya

Diagnosa Keperawatan

Ansietas berhubungan dengan tidak adanya pengalaman bedah dan

kurang pengetahuan mengenai tindakan pembedahan yang akan dilakukan.

 Tujuan dan Kriteria Hasil Keperawatan

Tujuan : Pasien dapat mengontrol kecemasannya dengan kriteria hasil :

-  Mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas

-  Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas

- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan

berkurangnya kecemasan

- Memahami tindakan pembedahan yang akan dilakukan dan harapan dari hasil

pascaoperasi

Implementasi Keperawatan

Aktifitas keperawatan pada pasien preoperatif adalah pengurangan

kecemasan(Anxiety Reduction) dengan tindakan utama adalah memberikan

pendidikan kesehatan, yang terdiri atas 2 dimensi yaitu gunakan pendekatan yang

menenangkan dan dorong untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi.

Intervensi keperawatan yang dilakukan selama preoperatif yaitu :

a) Jelaskan semua prosedur dan apa yang akan dirasakan selama

tindakan pembedahan

Page 8: Cholangitis A

R : Kecemasan pasien akan berkurang karena lebih memahami tindakanoperasi

yang akan dilakukan

b) Psikososial suport untuk menghilangkan kecemasan

R : Pasien tidak akan merasa sendirian karena merasa banyak orang yangakan

mendukung kesembuhannya temasuk dari para tenaga kesehatan

c) Memahami aturan yang dianut pasien dan dukungan orang sekitarnya

R : Beberapa kepercayaan pasien akan mempengaruhi persepsi pasienmisalnya

pasien ingin selalu berada di dekat keluarganya sebelum mulaioperasi untuk

memberikan perasaan nyaman dan penguatan bagi pasien

d) Mengajarkan latihan keterampilan untuk mengurangi kecemasan

seperti pergerakan latihan nafas

R : Latihan napas dalam akan lebih membantu pasien untuk rileks

 

Evaluasi Tindakan Keperawatan

S : - Pasien mengatakan lebih tenang setelah mengetahui prosedur

tindakan pembedahan yang akan dilakukan

- Keluarga pasien memahami mengenai harapan pembedahan

O : - Raut wajah pasien nampak lebih tenang

- Keluarga pasien memberi  supporting system untuk menguatkan pasien

- Pasien mengatur pernapasan untuk mengurangi kecemasannya

A : Kecemasan teratasi

P : - Mengingatkan keluarga untuk terus memberi semangat pasien

- Anjurkan pasien untuk bertanya jika ada hal yang membuatnya cemas dan khawatir

terkait dengan tindakan pembedahan

- Anjurkan pasien untuk melatih pernapasannya untuk membantunya tetap rileks

b.

 Persiapan pasien

Catat waktu, tempat dan serah terima petugas ruangan

Informed consent  telah ditandatangani, gelang identitas terpasang ditangan

kiri, pasien dipuasakan dan terpasang infus di lengan kanandengan cairan

NaCl 0,9%. Baju pasien diganti dengan baju operasi dan lepaskan semua benda yang

dipakai oleh Pasien, seperti perhiasan, kosmetik, gigi palsu, dll. Setelah itu, Pasien

diambulasi ke ruang premedikasi

 

Asuhan Keperawatan Intraoperatif

1) Risiko Infeksi

Page 9: Cholangitis A

Analisa Data

Faktor-faktor resiko infeksi :a) Prosedur Infasif b) Kerusakan jaringan dan peningkatan

paparan lingkungan c) Peningkatan paparan lingkungan patogen

Tujuan dan Kriteria Hasil Keperawatan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama intraoperatif pasientidak

mengalami infeksi dengan kriteria hasil pasien bebas dari tanda dangejala infeksi

Implementasi Keperawatan

a) Uji kesterilan semua peralatan.

R : Benda-benda yang dipaket mungkin tampak steril. Meskipun demikian, setiap

benda harus secara teliti diperiksa kesterilannya, adanya kerusakan pada

pemaketan, efek lingkungan pada paket dan

teknik pengiriman. Sterilisasi paket, tanggal kadaluarsa, nomor seri harus

didokumentasikan jika perlu. 

b) Pertahankan teknik aseptif

R : Alat yang steril adalah alat yang haru digunakan dalam tindakan operasi yang

merupakan tidakan sangat infasif. Jika alat diyakini telah terkontaminasi maka alat

harus segera diganti dengan baru sehingga meminimalkan kemungkinan

terjadinya paparan dengan agen patogen.

c) Cuci tangan setiap sebelum melakukan tindakan operatif

R : Tangan merupakan media yang paling mudah untuk memudahkan terjadinya

penularan patogen sehingga ke sterilan tangan yang akan menyentuh alat-alat

steril juga harus dipastikan ke-strerilannya sebelum menyentuh alat, bahan dan

instrumen bedah

d) Identifikasi gangguan pada teknik aseptik dan atasi dengan segera pada waktu

terjadi.

R : Kontaminasi dengan lingkungan/kontak personal akan menyebabkan daerah

yang steril menjadi tidak steril sehingga dapat meningkatkan risiko infeksi.

e) Sediakan pembalut yang steril.

R : Mencegah kontaminasi lingkungan pada luka yang baru.

f) Lakukan irigasi luka yang banyak, misalnya normal salin atau antiseptik.

R : Dapat digunakan dalam intraoperasi untuk mengurangi jumlah bakteri pada

lokasi dan pembersihan luka debris.

Evaluasi Tindakan Keperawatan

S : Tidak Ada (Pasien tidak sadar karena pengaruh

anastesi)O : - Pasien tidak menunjukkan mengalami tanda-tanda infeksi

Page 10: Cholangitis A

- Hingga operasi selesai instrumen yang digunakan tetap dipertahankan steril sampai

luka operasi telah dibalut dengan baik

- Luka operasi pasien telah dan daerah sekitar operasi telah diberi antiseptik dan

normalsalin untuk mencegah infeksi dan membersihkan area operasi.

- Luka yang telah dibersihkan dibalut dengan teknik steril untuk mencegah paparan

lingkungan patogen

A : Risiko Infeksi teratasi

P : - Pantau kemungkinan terjadinya tanda-tanda infeksi

- Pastikan balutan luka tetap bersih dan menutupi dengan baik jahitan luka operasi

 

2) Risiko I n j u r y  

 Analisa Data

Faktor-faktor resiko injury

a) Prosedur Invasif

b) Pelaksanaan Ambulasic Keamanan tempat tidur

Tujuan dan Kriteria Hasil Keperawatan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama intraoperatif pasien tidak

mengalami injury dengan kriteria hasil pasien bebas dari cedera

Implementasi Keperawatan

a) Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien

R : Peralatan dan lingkungan yang diganakan untuk operasi harus dicek

kelayakannya misalnya memastikan tegangan volt yang digunakan pada Electro

Surgical Unit (ESU) 

b) Identifikasikan kebutuhan keamanan pasien

R : Kondisi secara umum dan keasadaran pasien harus selalu

dipantau baik sebelum operasi maupun setelah operasi terhadap pemberian

anastesi. Pasien yang kurang tingkat kesadarannya maka kemungkinan

mengalami cedera lebih tinggi.

c) Memberikan transportasi dan ambulasi yang aman dan nyaman bagi pasien

R : Proses pemindahan akan memungkinkan terjadinya cedera sehingga selalu

memasangkan siderail selama proses pemindahan dan mendahulukan kaki untuk

digerakkan sehingga pasien lebih nyaman.

d) Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih

R : Mulai dari persiapan anastesi hingga berakhirnya operasi

maka pasien akan berada di tempat tidur sehingga tempat tidur yang nyamandan

bersih harus selalu diperhatikan misalnya memberikan bantalan kepala yang

lembut pada pasien.

Page 11: Cholangitis A

Asuhan Keperawatan Post-operatif

 

Nyeri Akut berhubungan dengan kerusakan jaringan

Analisa Data

DS: - Pasien mengeluh merasa nyeri pada perutnya

DO:- Pasien nampak berhati-hati menjaga lukanya

- Pasien nampak hanya terfokus pada diri sendiri dengan hanya memperhatikan nyerinya

- Pasien nampak gelisah

Tujuan dan Kriteria Hasil Keperawatan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama post-operatif pasien tidak

mengalami nyeri dengan kriteria hasil :

- Pasien mampu mengontrol nyeri

- Pasien mengatakan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

seperti distraksi (tidak berfokus pada nyeri)

- Pasien mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

 

Implementasi Keperawatan

a) Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,karakteristik,

durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

R : Untuk mengetahui tingkat dan lokasi nyeri yang dirasakan oleh pasien 

b) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

R : Rasa nyeri akan sangat nampak dari ekspresi wajah pasien

c) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan

R : Perubahan suhu tubuh ikut dipengaruhi juga oleh suhu ruangan. Ruangan yang

terlalu dingin akan mengakibatkan pasien mengalami hipotermia. Hal ini

menandakan menurunnya asupan oksigen yang selanjutnya akan mengakibatkan

menurunnya metabolisme tubuh.

d) Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam atau relaksasi distraksi

R : Napas dalam akan meningkatkan asupan oksigen ke dalam tubuh sedangkan

relaksasi distraksi mengganggu stimulus nyeri dengan mengurangi rasa nyeri.

Distraksi paling baik digunakan untuk periode pendek pada nyeri ringan sampai

sedang.

e) Tingkatkan istirahat

R : Istirahat menurunkan pengeluaran energi. Vasokontriksi perifer terjadi pada nyeri

hebat dan menyebabkan pasien merasa dingin.

f) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

Page 12: Cholangitis A

R : Tanda-tanda vital menunjukkan keadaan umum pasien yang sebagai indikasi

umum dari kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.

Evaluasi Tindakan Keperawatan

S : - Pasien merasa nyeri agak berkurang

O : - Wajah pasien tidak terlalu gelisah

- Pasien nampak menjaga lokasi lukanya

- Pasien tidak lagi hanya berorientasi pada diri sendiri

A : Nyeri akut mulai teratasi

P : - Kaji nyeri yang dirasakan pasien-

 Anjurkan pasien untuk melakukan napas dalam dan relaksasi distraksi

- Monitor Tanda-tanda vital

PENGKAJIAN

a.    Identitas

Cholangitis cukup jarang terjadi. Biasanya terjadi bersamaan dengan penyakit

lain yang menimbulkan obstruksi bilier dan bactibilia (misal: setelah prosedur ERCP, 1-

3% pasien mengalami cholangitis).

b.    Keluhan Utama

Pada penderita kolangitis, klien mengeluh nyeri perut kanan atas, nyeri tidak

menjalar/menetap, nyeri pada saat menarik nafas dan nyeri seperti ditusuk – tusuk.

c.    Riwayat Penyakit

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat medis pasien mungkin dapat membantu. Contohnya riwayat dari

keadaan-keadaan berikut dapat meningkatkan resiko cholangitis:

Batu kandung empedu atau batu saluran empedu

Pasca cholecystectomy

Manipulasi endoscopik atau ERCP, cholangiogram

Riwayat cholangitis sebelumnya

Riwayat HIV atau AIDS: cholangitis yang berhubungan dengan AIDS memiliki

ciri edema bilier ekstrahepatik, ulserasi, dan obstruksi bilier. Etiologinya masih belum

jelas namun dapat berhubungan dengan cytomegalovirus atau infeksi Cryptosporidium.

Penanganannya akan dijelaskan di bawah, dekompresi biasanya tidak diperlukan.

Riwayat Penyakit Sekarang

Banyak pasien yang datang dengan ascending cholangitis tidak memiliki gejala-

gejala klasik tersebut. Sebagian besar pasien mengeluhkan nyeri pada abdomen

kuadran lateral atas; namun sebagian pasien (misal: pasien lansia) terlalu sakit untuk

melokalisasi sumber infeksi.

Page 13: Cholangitis A

Gejala-gejala lain yang dapat terjadi meliputi: Jaundice, demam, menggigil dan

kekakuan (rigors), nyeri abdomen, pruritus, tinja yang acholis atau hypocholis, dan

malaise.

Riwayat penyakit keluarga

Perlu dikaji apakah klien mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes

mellitus, hipertensi, anemia sel sabit.

d.    Pemeriksaan body system

i. System Pernapasan

Inspeksi : Dada tampak simetris, pernapasan dangkal, klien tampak gelisah.

Palpasi : Vocal vremitus teraba merata.

Perkusi : Sonor.

Auskultasi : Tidak terdapat suara nafas tambahan (ronchii, wheezing)

ii. System Kardiovaskuler

Terdapat takikardi dan diaforesis.

iii. Sistem Neurology

Tidak terdapat gangguan pada system neurology.

iv. System Pencernaan

Inspeksi : tampak ada distensi abdomen diperut kanan atas, klien mengeluh

mual dan muntah.

Auskultasi : peristaltic ( 5 – 12 x/mnt) flatulensi.

Perkusi : adanya pembengkakan di abdomen atas/quadran kanan atas,

nyeri tekan epigastrum.

Palpasi : hypertympani.

v. System Eliminasi

Warna urine lebih pekat dan warna feses seperti tanah liat.

vi. System integument

Terdapat icterik/jaundice dengan kulit berkeringat dan gatal.

vii. System muskuluskeletal

Terdapat kelemahan otot karena gangguan produksi ATP.

2.    DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

2. gangguan pemenuham nutrisi berhubungan dengan mual muntah

3. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi terhadap) berhubungan dengan

muntah, distensi dan hipermotilitas gaster, gangguan proses pembekuan

4. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosa, pengobatan berhubungan

dengan salah interpretasi informasi

Page 14: Cholangitis A

3.    INTERVENSI

a.    Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

tujuan : nyeri berkurang setrelah dilakukan tindakan keperwatan 1 x 24 jam.

kriteria hasil : keadaan umum normal

klien mengatakan nyerinya berkurang

wajah tampak rileks tidak lagi menyeringai keskitan.

Skala nyeri ( 1 – 3 )

Ttv dalam batas normal

Intervensi :

1. observasi dan catat lokasi, beratnya ( skala 0 – 10 ) dan karakter nyeri

( menetap, hilang timbul/kolik )

R/ membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang

kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya komplikasi, dan keefektifan intervensi.

2. tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman.

R/ tirah baring pada posisi fowler rendah meurunkan tekanan intra abdomen.

3. dorong menggunakan tehnik relaksasi, contoh bimbingan imajinasi,

visualisasi, latihan nafas dalam.berikan aktivitas senggang.

R/meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian dapat meningkatkan

koping.

4. berikan obat sesuai indikasi :

· antikolinergik, contoh atrophin propantelin(probantine)

R/menghilangkan reflek spasme/kontraksi otot halus dan membantu dalam

manajemen nyeri.

· Sedative, contoh fenobarbitol.

R/ meningkatkan istirahat dan merilekskan otot halus, menhilangkan nyeri.

b.    Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan mual muntah

Tujuan : Pemenuhan nutrisi adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 2x24 jam

Kriteria hasil :

- Klien menyebutkan penyebab mual/muntah

- Klien mengatakan mual/muntah berkurang

- Klien menunjukkan kemajuan mencapai berat badan ideal

- TTV dalam batas normal :

T : 110/60-130/90 mmHg n : 60-100 x/menit

S : 39-372 0C RR : 16-20 x/menit

Page 15: Cholangitis A

BB : (TB-100) – 10% (TB-100)

Intervensi :

1. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang penyebab mual /

muntah serta tindakan yang akan dilakukan

R/ meningkatkan pengetahuan klien tentang penyebab masalah serta

mendorong klien agar lebih kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan

2. Kaji distensi abdomen

R./ tanda nonverbal ketidaknyamanan b/d gangguan pencernaan

3. Hitung pemasukan kalori

R/ mengidentifikasi kekurangan / kelebihan kebutuhan nutrisi

3. Berikan suasana menyenangkan pada saat makan, hilangkan rangsangan

berbau

R/ untuk meningkatkan nafsu makan / menurunkan mual

4. Berikan kebersihan oral sebelum makan

R/ mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan

5. Tawarkan minuman seduhan saat makan, bila toleran

R/ dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas

6. Sajikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering

R/ menurunkan frekuensi mual

7. Kolaborasi dengan ahli gizi / diet tentang pemberian diet rendah lemak

R/ pembatasan lemak menurunkan rangsangan pada kandung empedu dan

nyeri sehubungan dengan tidak semua lemak dicerna dan berguna dalam mencegah

kekambuhan

8. Kolaborasi dengan tim dokter tentang pemberian garam empedu ( Biliron :

Zanchol, decholin) sesuai indikasi

c.    Kekurangan volume cairan (resiko tinggi terhadap) berhubungan

dengan muntah, distensi dan hipermotilitas gaster, gangguan proses pembekuan

Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat

Kriteria hasil :

- Turgor kulit yang baik

- Membran mukosa lembab

- Pengisian kapiler baik

- Urine cukup

- TTV stabil

- Tidak ada muntah

Rencana intervensi :

Page 16: Cholangitis A

1. Pertahankan intakke dan output cairan

R/ mempertahankan volume sirkulasi

2. Awasi tanda rangsangan muntah

R/ muntah berkepanjangan, aspirasi gaster dan pembatasan pemasukan oral

menimbulkan degfisit natrium, kalium dan klorida

3. Anjurkan cukup minum (1 botol aqua 1500 ml/hr)

R/ mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh

4. Kolaborasi :

- Pemberian antiemetik

- Pemberian cairan IV

- Pemasangan NGT

d.    Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosa, pengobatan

berhubungan dengan salah interpretasi informasi

Tujuan : menyatakan pemahaman klien

Kriteria hasil : Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam

pengobatan

Rencana intervensi :

1. Kaji informasi yang pernah didapat

R/ mengkaji tingkat pemahaman klien

2. Beri penjelasn tentang penyakit, prognosa, dan tindakan diagnostik

R/ memungkinkan terjadinya partisipasi aktif

3. Beritahukan diit yang tepat, teknik relaksasi, untuk persiapan operasi

4. Anjurkan teknik istirahat yang harus dilaporkan tentang penyakitnya

5. Anjurkan untuk menghindari makanan atau minuman tinggi lemak

R/ mencegah / membatasi terulangnya serangan kandung empedu

6. Diskusikan program penurunan berat badan

R/ kegemukan adalah faktor resiko terjadinya cholangitis

7. Kaji ulang program obat, kemungkinan efek samping

R/ batu empedu sering berulang, perlu terapi jangka panjang

Page 17: Cholangitis A

DAFTAR PUSTAKA

FC Brunicardi, DK Andersen et al., 2007. Schwartz Principle’s of Surgery, 8th Ed. Mc Graww

Hill Companies.

CM Townsend, RD Beauchamp et al., 2004. Sabiston Textbook of Surgery, Biological basis

of modern surgical practice, 17th Ed, Elsevier-Saunders

CT Albanese, JT Anderson et al., 2006. Current surgery diagnosis and treatment. Mc Graww

Hill Companies.