BUKU PETUNJUK TS_final.doc

52
MODUL PELATIHAN PENGUKURAN TOTAL STATION D A N PEMROSESAN DATA 1

description

Buku ini adalah buku petunjuk bagi surveyor

Transcript of BUKU PETUNJUK TS_final.doc

Page 1: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

MODUL PELATIHAN

PENGUKURAN TOTAL STATIOND A N

PEMROSESAN DATA

PT. JELAJAH SURVEY KONSULTAN

2011

1

Page 2: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

DAFTAR ISI

COVER.................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................ii

BAB I

PEMAKAIAN ALAT SURVEY TOTAL STATION...........................3

I.1. Pengenalan Fungsi Tombol.........................................3

I.2. Perekaman Data Pengukuran......................................5

I.3. Pengukuran Stake Out................................................8

BAB II

PEMROSESAN DATA............................................................14

II.1. Olah Data..................................................................14

II.2. Penggambaran.........................................................20

II.3. Ketelitian dan Kesalahan Pengukuran.......................30

II.4. Sistem Referensi Koordinat.......................................33

BAB III

DASAR TEORI PEMROSESAN DATA......................................38

III.1. Transfer data dan perhitungan................................38

III.2. Penggambaran.......................................................38

III.3. Analisa Gambar.......................................................40

2

Page 3: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

BAB IPEMAKAIAN ALAT SURVEY TOTAL STATION

Salah satu pengenalan alat pada buku ini akan dibahas yaitu cara mengoperasikan alat total station seri Nikon DTM 302 Series (DTM 352, 332, 362)

I.1. Pengenalan Fungsi Tombol

POWERTombol ini berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan alat.

MSR1 / MSR2Tombol ini digunakan untuk melakukan pengukuran / Measurement, dimana masing-masing tombol dapat kita seting mode pengukurannya seperti :

- Target dengan prisma atau tanpa prisma ( untuk tipe NPL )

- Konstanta prisma- Mode pengukuran- Pengulangan pengukuran- Mode perekaman

DSP ( Display / Tampilan )Tombol ini berfungsi untuk merubah tampilan di layar Alat. Tampilan layar memiliki 5 tampilan, dimana masing-masing tampilan berbeda-beda meliputi :

- Tampilan 1 : HA, VA, SD- Tampilan 2 : HA, VD, HD- Tampilan 3 : HL, V%, HD- Tampilan 4 : Nilai koordinat X,Y,Z- Tampilan 5 : HD, VD, SD

3

Page 4: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

ANG / ANGLETombol ini berfungsi untuk membuat sudut dengan ukuran tertentu, membuat bacaan sudut menjadi nol, perulangan pengukuran sudut, dan bacaan sudut biasa / luar biasa.

MODETombol MODE ini mempunyai 2 fungsi yaitu :

1. Tombol ini dapat digunakan untuk merubah tombol numerik menjadi alphanumeric.

Contoh :

2. Tombol ini dapat digunakan untuk melakukan pengukuran secara Quick Code, dimana masing-masing kode tersebut sudah kita rekam ke alat.

Contoh :

MENUTombol ini digunakan untuk melihat menu-menu yang ada di alat

MODEKEY

MODEKEY

4

Page 5: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

ILLUMINATION KEY

Tombol ini digunakan untuk menyalakan / mematikan lampu

pada layar alat.

Apabila ditekan dan tahan selama lebih kurang satu detik

maka akan muncul menu untuk pengaturan lampu dan

suara.

HOT KEY

Tombol ini daigunakan untuk mengatur tinggi target, suhu

dan tekanan, konstanta target prisma, catatan ( Note ),

default point.

I.2. Perekaman Data PengukuranAlat survey NIKON DTM 302 series didesain memiliki

kemampuan water proof dan mempunyai kapasitas

perekaman data hingga 10000 data yang terdiri dari 32 job.

Alat ini memiliki ketelitian jarak (3 +2 ppm x jarak) mm.

Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk

melakukan perekaman data pengukuran.

Catatan :

Sebelum melakukan pengukuran, pastikan

diketahui minimal 2 titik koordinat yang diketahui

koordinatnya di lapangan, atau diketahui 1 titik

koordinat dan 1 sudut azimuth ( Lihat langkah

no.2.1. untuk mencari sudut azimuth pendekatan

dengan kompas )

5

Page 6: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

A. Membuat Job Untuk membuat Job pengukuran yaitu dengan cara menekan tombol MENU pilih JOB atau tekan tombol angka 1 ENTER sehingga akan muncul seperti berikut :

Pilih Create ( tekan tombol MSR1) Masukkan nama JOBUntuk menghapus job pilih DEL atau tekan tombol MSR2

B. Memulai Pengukuran

Memasukkan Koordinat Tempat berdiri Alat

Untuk memulai pengukuran, masukkan tinggi alat dan koordinat tempat berdiri alat. Untuk memasukkan koordinat tempat berdiri alat yaitu dengan cara :Tekan tombol STN ( tombol nomor 7 ), sehingga akan muncul seperti berikut :

i. KnownKnown point merupakan titik koordinat tempat berdiri alat, dimana titik koordinat tersebut sudah diketahui.

ii. ResectionResection point merupakan titik koordinat tempat berdiri alat, dimana titik koordinat tersebebut diukur terlebih

6

Page 7: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

dahulu melalui minimal 2 titik koordinat yang sudah diketahui koordinatnya.

iii. QuickQuick point merupakan titik koordinat tempat berdiri alat, dimana diketahui azimuth dari alat ke titik Backsight.

iv. Remote BMRemote BM point merupakan langkah untuk mengupdate data tinggi alat dan tinggi target terhadap titik BM tempat berdiri alat.

v. BS CheckBS Check merupakan langkah untuk mengetahui besarnya sudut dan azimuth dari koordinat berdiri alat menuju backsight.

vi. Base XYZBase XYZ merupakan koordinat tempat berdiri alat, dimana koordinatnya harus diinputkan ke alat dan masukkan sudut horisontal dari alat ke titik Backsight.

vii. Known LineKnown line digunakan untuk memasukkan koordinat tempat berdiri alat, dimana koordinat tempat berdiri alat tersebut dihitung berdasarkan dua titik yang sudah diketahui koordinatnya atau diketahui besarnya sudut azimuth dari dua titik tersebut.

Pilih KNOWN point atau tekan tombol nomer 1 untuk memasukkan koordinat tempat berdiri alat.Masukkan :

ST : Nomor titik tempat berdiri alatX,Y,Z : Masukkan Koordinat tempat berdiri alatHI : Masukkan Tinggi AlatCD : Masukkan Kode Titik Tempat Berdiri alat

Memasukkan Backsight ( BS )Setelah koordinat tempat berdiri alat dimasukkan, maka secara otomatis dari alat akan meminta untuk memasukkan informasi backsight ( BS ) dan tinggi prisma.Informasi ini dapat berupa :

- Informasi Koordinat backsight- Informasi azimuth dari titik koordinat berdiri

alat ke titik Backsight.

7

Page 8: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

Azimuth ini bisa diperoleh dengan cara : Dengan bantuan kompas, arahkan teropong ke utara Buat sudut horisontal ( HA ) menjadi 0 dengan cara

tekan tombol ANG kemudian pilih 0 set.

Putar teropong dan bidik ke arah titik backsight ( BS ) kemudian catat bacaan HA nya.

Maka bacaan sudut HA tersebut adalah sudut azimuthnya

Misal diketahui azimuth 13525’05” maka penulisan di alat 135.2505

Kemudian masukkan :BS : Nomor titik tempat berdiri prismaHT : Masukkan Tinggi Target PrismaAZ : Masukkan Azimuth Backsight

Melakukan Pengukuran Detail

Setelah memasukkan koordinat tempat berdiri alat dan

informasi backsight selesai dilakukan, maka selanjutnya

secara otomatis dapat dilakukan pengukuran titik detail

yang diinginkan, dengan cara bidik target detail yang

diinginkan lalu tekan tombol MSR1 / MSR 2 kemudian tekan

tombol ENTER untuk merekam data, maka akan muncul :

- PT masukkan nomor titik pengukuran

- HT masukkan tinggi target

- CD masukkan kodenya ( jika diperlukan )

Untuk melihat data yang sudah terekam di alat yaitu dengan

cara menekan tombol DAT atau menekan tombol no 6.

I.3. Pengukuran Stake OutUntuk melakukan pengukuran Staking out data di lapangan

dengan cara menekan tombol S – O atau menekan tombol

nomor 8, sehingga akan tampil seperti berikut :

8

Page 9: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

Langkahnya :Tekan tombol S-O ( tombol

no 8 )Pilih HA – HD kemudian

tekan enterMasukkan sudut dan jarak

yang diinginkanKeterangan : HD = Jarak mendatar ( harus diisi )dVD = selisih jarak vertikal ( tidak harus diisi )HA = sudut horisontal ( harus diisi )

Putar teropong sehingga diperoleh bacaan dHA menjadi 0.000 Tanda panah merupakan arah putar teropong ke kiri atau ke kanan.

Arahkan target ke bidikan di teropong alat.

Lakukan pengukuran jarak dengan cara menekan tombol MSR, sehingga diperoleh informasi jarak menjadi 0.000

Keterangan :dHA = selisih sudut horisontal

A. Stake Out HA – HD

Stake out berdasarkan sudut dan jarak tertentu.

B. Stake Out XYZStake out XYZ yaitu stake out berdasarkan nilai

koordinat tertentu. Stake out ini dapat dilakukan berdasar input koordinat secara langsung di lapangan atau berdasar koordinat yang sudah terekam di alat. Apabila koordinat sudah ada atau terekam di alat maka kita dapat melakukan

9

Page 10: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

Langkahnya : Tekan tombol S-O ( tombol no

8 ) Pilih XYZ kemudian tekan enter Masukkan koordinat yang

diinginkan

Pemasukan koordinat yang diinginkan ini dapat berdasarkan :PT = Nomor point RAD = Radius titik yang dimaksud CD = Kode titik Masukkan koordinat yang

akan di stake out ( apabila nilai koordinat belum terekam di alat )

Putar teropong sehingga diperoleh bacaan dHA menjadi 0.000. Tanda panah merupakan arah putar teropong ke kiri atau ke kanan.

Arahkan target ke bidikan di teropong alat dan jarak titik yang dimaksud akan tampil di layar.

Lakukan pengukuran jarak dengan cara menekan tombol MSR, sehingga diperoleh informasi jarak menjadi 0.000

Keterangan :dHA = selisih sudut horisontal antara di alat dan titik target.R / L = kurang ke kanan / ke kiriFILL / CUT = digali / ditimbunUntuk informasi hasil stake out

stake out secara langsung, tetapi apabila koordinat belum terekam di alat maka secara otomatis kita diminta menginputkan nilai koordinat di alat.

10

Page 11: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

P110

m20 m

P2

C. Stake Out DivLine S-O ( Div = Divide )Yang dimaksud dengan Stake Out DivLine S-O ini adalah

apabila kita menginginkan dalam satu line / garis dengan

acuan titik tertentu dibuat menjadi beberapa titik bagian

yang sama panjang.

Langkahnya :

Tekan tombol S-O ( tombol

no 8 )

Pilih Divline S-O kemudian

tekan enter

Bidik titik yang akan

dijadikan referensi garis misal P2

kemudian tekan tombol MSR1 /

MSR2

Masukkan nilai Span total

sesuai dengan panjang garis yang

diinginkan, kemudian tekan enter.

Arahkan target ke bidikan di

teropong alat dan jarak titik yang

dimaksud akan tampil di layar.

Lakukan pengukuran jarak

dengan cara menekan tombol

MSR.

Gunakan tombol panah ke atas 11

Page 12: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

Langkahnya : Tekan tombol S-O ( tombol no

8 ) Pilih Refline S-O kemudian

tekan enter Masukkan koordinat line point

pertama (P1) Masukkan koordinat line point

kedua (P2)Keterangan :Apabila titik koordinat belum terekam di alat, kita dapat langsung mengukurnya dengan cara menekan tombol MSR Masukkan parameter offset

yang diinginkan ( lihat gambar ) :

- Sta : jarak dari P1 menuju batas titik yang dimaksud P’ sepanjang

D. Stake Out RefLine S-O ( Ref = Reference )Stake Out RefLine S-O yaitu melakukan stake out titik offset berdasar dua titik dalam satu line / garis tertentu.

P1P2

P’

PO

12

Page 13: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

- O/S : jarak dari P’ ke PO (nilai positif (+) apabila disebelah kanan garis dan nilai negatif (-) apabila di sebelah kiri garis).

- dZ : beda tinggi antara titik di P’ dengan PO

Putar teropong alat sehingga sudut dHA menjadi 0.000.

Arahkan target, kemudian lakukan pengukuran dengan cara menekan tombol MSR1 / MSR2

Tekan ENTER untuk merekam data.

Gunakan tombol panah ke atas atau panah ke bawah untuk COGO

Untuk masuk ke menu Cogo, tekan tombol nomer 2. Menu COGO yang ada di dalam alat survey NIKON antara lain :

1. InverseMenu Cogo Inverse digunakan untuk menghitung sudut azimut dan jarak berdasar dari dua titik yang diketahui koordinatnya.2. InputMenu Cogo Input digunakan untuk menginputkan data koordinat ke alat survey secara langsung.3. Area & PerimMenu Cogo Area & Perim digunakan untuk menghitung luas dan keliling suatu daerah hasil pengukuran koordinat alat secara langsung .4. Line & O/SMenu Cogo Line & O/S digunakan untuk mengkalkulasi koordinat dari suatu garis dan offset.5. IntersectionMenu Cogo Intersection digunakan untuk menentukan titik koordinat yang dihitung dari perpotongan dua buah garis.Cogo intersection ini terdiri dari : Brng – Brng ( Bearing – Bearing ) Intersection

sudut azimut dari dua titik Brng – Dist ( Bearing – Distance/Radius )

intersection dari azimut dan radius lingkaran.

13

Page 14: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

Dist – Dist intersection dari dua radius lingkaran tertentu

Point – Line intersection dari titik dan garisBAB II

PEMROSESAN DATA

II.1. Olah Data

Olah data pengukuran adalah proses penyusunan file asli hasil upload dari alat ukur sampai dengan hasil koordinat xyz. Tahapan dalam olah data dan contohnya adalah sebagai berikut:

1. Buka file ASCII format trn dengan microsoft excel.

14

Page 15: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

2. Pemisahan file ASCII kedalam format baris-kolom dalam format xls.

Langkah pertama memilih (select) data asli, berikut ini cara memilih data yang akan disusun menjadi data awal perhitungan.

15

Page 16: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

Perintah [Data > Text to Columns]Muncul urutan dialog sebagai berikut:

Pilih Delimited

16

Page 17: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

3. Menyusun urutan data kedalam format hitungan.

Setelah data terpisah menjadi baris dan kolom selanjutnya dilakukan penyusunan data untuk hitungan, ada beberapa data yang dihilangkan seperti waktu pengukuran dan info temperatur.

4. Penghitungan poligonLangkah perhitungan poligon menggunakan metode bowditch adalah sebagai berikut: Menyusun data sudut dan jarak kedalam format

hitungan. Menghitung Sdt Jurusan/Azimut Awal dan Akhir. Menghitung Sudut terkoreksi.

a. Menghitung Salah Penutup Sudut (Fb)Fb = Jumlah sudut – ((aakhir - aawal)+nx180)(contoh untuk poligon terikat sempurna)

b. Menghitung Koreksi sudut.kor = - Fb/n

c. Menghitung Sudut terkoreksi.kor = + kor

Menghitung Sudut Jurusan/Azimut.a = aawal + kor - 180

Menghitung Jumlah Total jarak. Menghitung Absis (D Sin a) dan Ordinat (D Cos a).

dx = D x Sin a dan dy = D x Cos a Menghitung Salah penutup Absis (fx) dan Ordinat

(fy).fx = Jumlah dx – (Xakhir – Xawal).fy = Jumlah dy – (Yakhir – Yawal).

17

Page 18: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

Menghitung Koreksi Absis (Kdx) dan Koreksi Ordinat (Kdy)

kor.dx = - (di/SD) x fxkor.dy = - (di/ SD) x fy

Menghitung koordinat X dan YXi+1 = Xi + dxi + kdx

Yi+1 = Yi + dyi + kdy

Periksa koordinat akhir hasil hitungan harus sama dengan koordinat akhir yang diketahui

Berikut ini contoh format hitungan poligon metode bowditch

Keterangan tabel:

n : Jumlah berdiri alatfb : Salah penutup sudutkor : koreksi sudut pada tiap titikfx : Kesalahan penutup absisfy : kesalahan penutup ordinat

18

Page 19: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

fh : kesalahan penutup tinggi

5. Penghitungan detil

Rumus yang digunakan perhitungan detil ini sama dengan perhitungan poligon, perbedaannya pada detil hanya diamat satu kali.

6. Penyimpanan file koordinatPerintah [File >save as>file.csv]

19

Page 20: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

II.2. Penggambaran1. Menyimpan file pekerjaan dalam format drawing

(dwg).Perintah [File>Save as]

2. Membuat project pekerjaan. Caranya pilih [Project>Reassociate drawing> Create Project].Urutan dialog box akan muncul sebagai berikut:

20

Page 21: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

Dialog box 1

Dialog box 2

21

Page 22: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

Dialog box 3

3. Impor titik poligon maupun titik detil dengan seting layer berbeda. Tujuanya dibuat layer berbeda untuk memudahkan dalam proses penggambaran.Nama layer untuk poligon : poligon.Nama layer detil : detil.Dalam proses impor point ini akan muncul beberapa dialog box seperti di bawah ini:Perintah [Point>import/export point>import point]

22

Page 23: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

Pada dialog box 2 pilih format sesuai dengan basis data yang dibentuk dari microsoft excel (PENZD), kemudian source file adalah letak basis data disimpan.Setelah menjalankan proses tersebut maka akan tergambar posisi masing-masing titik hasil ukuran kedalam Autocad.

Gambar Hasil ploting titik detil.

4. Identifikasi obyek sesuai dengan keadaan lapangan.

Sebagai contoh sebuah rumah titik detil yang diambil

adalah pojok-pojoknya, maka titik pojok-pojok

tersebut dihubungkan dengan garis akan tergambar

sebuah rumah. Begitu pula dengan obyek yang

23

Page 24: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

lainnya. Gambar di bawah ini adalah sebuah contoh

peta situasi yang telah dilakukan editing.

5. Penggambaran Garis KonturDigital terrain model (DTM) atau disebut surface

merupakan permodelan dari suatu permukaan tertentu ditampilkan dalam bentuk jaringan yang menghubungkan titik terdekat membentuk jarring-jaring segitiga.Fungsi dari DTM sangat banyak sekali diantaranya adalah :a. Membentuk garis kontur.b. Menghitung volume galian dan timbunan.

24

Page 25: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

c. Membuat section (profil), baik profil melintang ataupun memanjang.

d. Mengetahui kemiringan medan (slope), dll. Dalam kesempatan ini akan dibahas kegunaan DTM untuk pembuatan garis kontur.

Langkah-langkah pembentukan DTM menggunakan Autocad Land Dekstop.Perintah [Terrain.>Terrain Model Explorer]

25

Page 26: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

Klik kanan mouse, muncul

dialog Kemudian klik

pada tulisan tersebut.

Selanjutnya membangun surface menggunakan basis data yang sama yaitu basis data yang digunakan untuk penggambaran detil situasi maupun poligon dengan format csv ataupun txt. Di bawah ini adalah urutan membentuk surface.

26

Page 27: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

Klik kanan pada points,

kemudian muncul dialog

seperti diatas.

Setelah pengambilan basis data selesai tahap terakhir pembentukan surface adalah build surface, seperti gambar berikut.

27

Page 28: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

Untuk mengetahui hasil bentukan maka perlu ditampilkan dtm tersebut sebagai sebuah gambar berupa jaringan triangulasi (segitiga) yang menghubungkan titik terdekat dari sebuah basis data.

Adapun perintah yang digunakan : [Terrain>edit surface>Import 3D Lines]

Pembuatan Garis KonturPerintah [Terrain.>create contour]Langkah-langkah pembentukan garis kontur.

28

Page 29: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

DTM

Kontur interval (kontur minor) dan kontur indeks (kontur

mayor).

Contoh peta topografi dengan garis kontur:

29

Page 30: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

II.3. Ketelitian dan Kesalahan Pengukuran

A. Akurasi dan Presisi 

Akurasi menyatakan seberapa dekat nilai hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya (true value) atau nilai yang dianggap benar (accepted value). Jika tidak ada data bila sebenarnya atau nilai yang dianggap benar tersebut maka tidak mungkin untuk menentukan berapa akurasi pengukuran tersebut.

Presisi menyatakan seberapa dekat nilai hasil dua kali atau lebih pengulangan pengukuran. Semakin dekat nilai-nilai hasil pengulangan pengukuran maka semakin presisi pengukuran tersebut. 

Gambar di samping menunjukkan beberapa kali pengamatan dan masing-masing gambar menunjukkan:

a. Presisi dan akurasi tinggi.

b. Presisi rendah, akurasi tinggi

c. Presisi tinggi, akurasi rendah

30

Page 31: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

d. Presisi dan akurasi rendah

Gambar II.14 Akurasi dan Presisi

B. Kesalahan Pengukuran

1. Kesalahan Sistematis (Instrument Error)Kesalahan sistematis adalah kesalahan

pengamatan yang disebabkan karena oleh faktor instrumen pengukuran. Kesalahan sistematik akan berdampak pada akurasi pengukuran. Jika kesalahan sistematik terjadi maka akurasi pengukuran tidak dapat ditingkatkan dengan melakukan pengulangan pengukuran. Sumber kesalahan sistematik terjadi karena instrumen pengukuran tidak terkalibrasi terlebih dahulu atau kesalahan pembacaan seperti edm error. Kesalahan alat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:a. Kesalahan pada alat ukur sudut terdiri dari : Kesalahan alat ukur sudut sendiri

1) Kesalahan sudut kolimasi atau kesalahan bacaan sudut horisontal. Kesalahan ini bisa dihilangkan dengan cara mengukur sudut dengan posisi teropong biasa dan luar biasa dan hasil ukurannya dirata-rata.

2) Kesalahan sumbu horisontal disebabkan sumbu horisontal tidak tegak lurus sumbu vertikal. Kesalahan ini bisa dihilangkan dengan cara mengukur sudut dengan posisi teropong biasa dan luar biasa dan hasil ukurannya dirata-rata.

3) Kesalahan sumbu vertikal disebabkan sumbu vertikal tidak berimpit dengan arah garis vertikal. Kesalahan ini deliminirnya dengan cara berhati-hati terutama pada pembacaan sudut vertikal yang sudut elevasinya besar.

4) Kesalahan eksentris disebabkan sumbu vertikal tidak berimpit dengan pusat graduasi horisontal. Kesalahan ini bisa dihilangkan dengan cara mengukur sudut dengan posisi teropong biasa dan luar biasa dan hasil ukurannya dirata-rata.

31

Page 32: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

5) Kesalahan graduasi, kesalahannya bisa dihilangkan dengan cara merubah lingkaran graduasi pada awal pembacaan misalnya 00,900.

Kesalahan surveyor1) Penyetelan instrumen

Levelling pengaturan nivo kotak atau nivo tabung kurang teliti.

Centering kurang teliti. Paralak optis.

2) Kurang memahami karakteristik alat, perbedaan centring dengan alat penegak unting-unting, optis, dan sinar laser.

b. Kesalahan alat penyipat datar. Kesalahan alat penyipat datar sendiri.

Arah garis visir tidak sejajar sumbu nivo. Kesalahan oleh surveyor

1) Leveling tidak benar.2) Jarak kemuka ≠ jarak kebelakang.3) Salah Baca.4) Salah catat.

Kesalahan akibat rambu1) Rambu tidak tegak.2) Rambu tidak stabil (karena tempat

dudukannya lunak).3) Harga nol rambu sudah tidak tepat,

harus dikalibrasi.4) Sambungan rambu tidak tepat, harus

dikalibrasi.5) Graduasi rambu yang tidak teliti,

harus dikalibrasi.c. Alat pengukur jarak

Pengukuran jarak bisa dilaksanakan secara langsung dan tidak langsung.

2. Kesalahan Manusia (Human Error)Human error adalah kesalahan pada saat

pengamatan yang disebabkan oleh pengamat atau surveyor, kesalahan ini diakibatkan karena kurang hari-hati, kelalaian, ketidakmengertian terhadap instrumen atau surveyor tidak melaksanakan standar operasional prosedur dengan benar yang telah diberikan.Beberapa kesalahan yang disebabkan personil: Surveyor

32

Page 33: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

1) Kurang memahami karakteristik dan penggunaan alat ukur.

2) Kurang mahir dalam pelaksanaan penggunaan alat ukur.

3) Prosedur pelaksanaan pengukuran kurang dipahami.

4) Sikap tidak hati-hati, dan tidak teliti5) Kelelahan fisik, tergesa-gesa.

Pembantu lokal1) Kurang memahami dalam

pelaksanaan penggunaan alat ukurContoh :

1. Memegang rambu ukur tidak memperhatikan nivo rambu ukur.

2. Memasang patok tidak tegak3. Penempatan rambu ukur pada

tempat yang lunak.2) Sikap tidak hati-hati, dan

teliti (asal-asalan)Fisik

3) Kelelahan3. Kesalahan Acak (Random Error)

Kesalahan acak akan berdampak pada presisi pengukuran. Kesalahan ini muncul memberikan hasil pengukuran yang fluktuatif, di atas dan di bawah nilai sebenarnya atau nilai yang diangap benar. Presisi pengukuran akibat kesalahan acak ini dapat diperbaiki dengan melakukan pengukuran secara repetisi yaitu pengulangan pengukuran pada satu titik, dalam penggunaan alat ukur dilakukan pengukuran seri rangkap yaitu B-LB-LB-B. Contoh kesalahan acak adalah:Kesalahan yang dipengaruhi kondisi alam Pengaruh sinar matahari langsung

1) Selama pengukuran alat ukur harus dilindungi.

2) Koreksi perubahan rambu harus diperhitungkan.

Perubahan posisi alat dan rambuPengukuran ditanah yang lembek, gambut. Harus dibuat patok pembantu penyangga alat

Pengaruh refraksi cahaya1) Jarak titik ukur jangan terlalu jauh

33

Page 34: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

2) Pengukuran dilakukan pada pagi dan sore Pengaruh lengkung bumi

Pengaruh lengkung bumi baru diperhitungkan untuk jarak 300m sebesar 0,01 m harga ini dihitung dengan persamaan:

dD={(1-K)s2}/2R

Keterangan:dD = Koreksi JarakK = Koefisien refraksi (0,13)R = Jari-jari lengkung bumiS = jarak horisontal

C. Kerangka Kontrol Pemetaan

Jaring kontrol horisontal geodesi sangat diperlukan, terutama untuk mendukung pekerjaan-pekerjaan penentuan posisi serta survei dan pemetaan untuk beragam aplikasi. Realisasi jaring kontrol horisontal mempunyai cakupan yang cukup luas, baik ditinjau dari pendefinisian sistem referensinya, metode dan strategi pengamatannya, sistem peralatan yang digunakan, metode pengolahan datanya, maupun tingkat ketelitian titik-titiknya. Oleh sebab itu agar maksimal penggunaannya, jaring kontrol horisontal serta pengadaannya harus terstandarisasi, terklasifikasi, dan terspesifikasi dengan benar, sistematis, dan jelas dalam suatu Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu Jaring Kerangka Horisontal Nasional (JKHN).

Dalam SNI ini klasifikasi JKHN didasarkan pada tingkat presisi dan tingkat akurasi dari jaring yang bersangkutan, dimana tingkat presisi diklasifikasikan berdasarkan kelas, dan tingkat akurasi diklasifikasikan berdasarkan orde.

II.4. Sistem Referensi Koordinat

Koordinat titik-titik kontrol dari semua orde jaringan harus dinyatakan dalam sistem referensi koordinat nasional, yang pada saat ini dinamakan dalam Datum Geodesi Nasional (DGN).

A. Poligon

34

Page 35: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

Metode poligon adalah menentukan banyak titik koordinat yang diikatkan pada satu atau beberapa titik yang sudah diketahui koordinatnya atau bisa juga disebut metode polar pada banyak titik.

Terdapat 2 macam poligon, yaitu:

1. Poligon terbuka.

Gambar II.19 Poligon Terbuka

Pada gambar di atas, ko ordinat titik A dan B diketahui, dengan demikian kita dapat menghitung sudut jurusan AB. Untuk menentukan koordinat titik 1 diperlukan koordinat titik A, sudut jurusan A-1 dan jarak A-1, begitu pula titik 2 diperlukan koord titik 1, sudut jurusan 1-2 dan jarak 1-2 dan seterusnya. Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa:

aa1 = aab + Sa

a12 = aa1 + S1- 180 a (n, n+1) = a (n-1, n) + Sn - 180

a23 = aab + S2 – 180

2. Poligon Tertutup Tertutup Terikat Sempurna

35

Page 36: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

Gambar II.20 Poligon Terikat Sempurna

Poligon Terikat Sempurna adalah poligon yang terikat pada ujung-ujungnya baik koordinat maupun sudut jurusannya. Apabila Titik A, B, C dan D diketahui, maka sudut jurusan awal aab dan acd Syarat geometris dari poligon di atas adalah :1. aab - acd = SSi – n x 180

atau aab - acd – (SSi – n x 180) = 02. XC – XA = S d x Sin a3. YC – YA = S d. Cos a

Poligon kring

Gambar II.21 Poligon Tertutup KringPoligon Kring adalah poligon yang mempunyai titik awal dan akhir yang sama pada suatu titik.Poligon kring mempunyai syarat geometris yaitu :

1. S Si = (n - 2) 180o sudut dalam2. S Si = (n + 2) 180o sudut luar3. S d. Sin a = 04. S d. Cos a = 0

B. Posisi VertikalPenentuan posisi vertikal pada pemetaan

terestris dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya yaitu:

Metode sipat datar differensial

36

Page 37: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

Metode sipat datar menyeberang sungai

Metode sipat datar trigonometriPada buku ini diuraikan penentuan posisi vertikal menggunakan metode sipat datar trigonometri. Metode ini sama dengan penentuan secara horisontal yaitu menggunakan ukuran jarak dan sudut, perbedaannya sudut disini adalah sudut vertikal ditambah dengan faktor tinggi alat dan tinggi target. Gambar dibawah ini menjelaskan tentang penentuan posisi vertikal dengan cara tachymetri:

Gambar II.22 Metode Tachymetri

Keterangan Gambar:A : titik berdiri alat B : titik diukurti : tinggi alat ta: tinggi targetd : jarak datar r : jarak miring : helling (sudut vertikal) a : bacaan sudut vertikal

Langkah-langkah perhitungan:

1. Diketahui hasil ukuran nilai tinggi A, a, r, ti

dan ta.

2. Menghitung jarak datar (x)

cos = d / r

d = cos x r

= cos (90 - a) x r ; cos (90 – a ) = sin a

= sin a x r

r

x = d

AB

ti

tay

a

37

Page 38: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

Jadi Jarak datar (d) = sin a x r

3. Menghitung nilai y

tan = y / d

Y = tan x d

= tan (90 - a) x d ; tan (90 - a) = 1 /

tan a= 1 / tan a x d

4. Menghitung tinggi B

HB = HA + Y + ti - ta

BAB IIIDASAR TEORI PEMROSESAN DATA

III.1. Transfer data dan perhitunganProses transfer data dilakukan langsung dari alat

ukur (total station) ke komputer menggunakan kabel data alat tersebut. Supaya dapat deteksi oleh komputer maka ada program khusus (driver alat) yang harus

38

Page 39: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

diinstall ke komputer. Pada alat ukur Nikon DTM seri 352 menggunakan perangkat lunak Trans IT. Data yang dihasilkan dalam dua format yaitu data berupa jarak, sudut horisontal, sudut vertikal, tinggi alat, tinggi target dan deskripsi titik sedangkan format yang kedua adalah data koordinat xyz. Data yang kedua (xyz) digunakan untuk monitoring kemajuan pekerjaan dan pengecekan awal jika ada data yang tidak tepat. Penyimpanan data dalam format file csv.

III.2. PenggambaranPenggambaran dilakukan menggunakan program

autocad karena program ini jika dibandingkan dengan program-program yang lain yang bisa untuk penggambaran lebih sederhana dan fleksibel terhadap program lainnya. Tool autocad lebih mudah dipahami, fleksibel sebab data hasil pengolahan di autocad bisa dibaca pada program-program seperti Surpack, Minecom, Global Mapper, ErMapper, Arcview, Arc Info, Mapinfo, Microstation dan lain sebagainya. Namun Autocad yang digunakan disini harus dilengkapi dengan program tambahan apabila digunakan untuk pekerjaan pengukuran dan pemetaan. Pada Autocad release 14 program tambahan adalah softdest civil survey sedangkan untuk Autocad release 2000 keatas pada versi tertentu sudah dilengkapi dengan program pengukuran dan pemetaan seperti Land development 2000, Land Dekstop 2004, Land Dekstop 2009.

Langkah- langkah ploting ke autocad adalah sebagai berikut:

1. Transfer pointTransfer data titik ke autocad dapat dilakukan

dengan tiga metode penggambaran yaitu: Metode Kartesius (x,y,z) Metode Relatif (@delta x, delta y, delta

z) Metode polar atau jarak dan sudut

(@panjang<sudut)Metode yang sering digunakan dalam

penggambaran adalah metode kartesius (x,y,z), apalagi jika untuk kemajuan pekerjaan yang dituntut cepat maka download langsung dari total station (format x,y,z) akan lebih efektif. Disamping itu pada juga pada olah data atau penghitungan

39

Page 40: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

menggunakan program microsoft excel hasil akhir yang didapat berupa koordinat kartesius (x,y,z).

2. Data SpasialSebelum menggambar obyek spasial dibedakan

menjadi tiga kategori: Detil Titik Detil Garis Detil Luasan

Dalam penggambaran pemakaian simbol juga menyesuaikan detil yang digambar, untuk obyek berupa titik menggunakan simbol titik, untuk obyek panjangan seperti jalan, sungai digunakan garis (line/ polyline) dan untuk obyek luasan seperti danau, rawa atau sawah digunakan simbol luasan (boundary) dan bisa diberikan arsiran yang berbeda.

Detil di lapangan dikategorikan menjadi 2 bagian yaitu:

1. Unsur-unsur Buatan Manusia (Man Made Features)Unsur-unsur buatan manusia yang umumnya

disajikan dalam peta topografi dapat dibagi dalam beberapa kelompok :a. Unsur-unsur perhubungan : jalan, jalan kereta

api, pengangkutan udara, unsur-unsur hidrografi yang digunakan sebagai transport/komunikasi, jembatan, terowongan, penyeberangan dan lain-lain.

b. Bangunan / gedungc. Konstruksi-konstruksi lain : bendungan, jalur

pipa, jaringan listrik , dll.d. Unsur-unsur luas/daerah yang khusus :

1) Daerah yang ditanami dengan tumbuh-tumbuhan.

2) Lapangan olah raga, taman-taman3) Makam

e. Batas-batas : batas administrasi yang ditetapkan oleh pemerintah.

2. Unsur-unsur Alam (Natural Features) :Disamping bentuk penyajian dari relief,

umumnya keadaan alam yang disajikan pada peta adalah :

40

Page 41: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

a. Unsur-unsur hidrografi, termasuk sungai, danau dan bentuk garis pantai.

b. Tanaman, yang umumnya dikelompokkan menurut jenis atau faktor-faktor lain seperti kegunaan tanaman tersebut, bahan ekspor yang penting dan sebagainya.

c. Unsur-unsur lain yang terdapat pada permukaan: seperti permukaan es, salju, pasir dan sebagainya.

3. Pembentukan garis KonturGaris kontur adalah suatu garis yang

menghubungkan titik-titik di lapangan yang mempunyai ketinggian sama. Standarisasi interval garis kontur dalam pemetaan adalah seperduaribu kali skala peta satuan dalam meter. Sedangkan untuk kontur indeks yang lazim digunakan adalah 5x (lima kali) interval kontur. Misalnya peta skala 1 : 10.000 maka interval kontur adalah:Interval = 1/2000 x skala peta

= 1/2000 x 10.000= 5

Jadi untuk peta skala 1 : 10.000 interval kontur adalah 5 meter dan kontur indeks tiap 25 meter.

III.3. Analisa GambarAnalisa gambar merupakan proses terakhir

sebelum gambar final yang akan diserahkan ke pemberi pekerjaan. Analisa gambar meliputi tahap cek sebaran detil dan bentukan garis kontur. Pada tahap ini dilakukan juga generalisasi data (penambahan atau pengurangan data agar bisa mendekati kondisi sebenarnya), namun syarat yang dianjurkan dalam generalisasi tidak boleh lebih dari 5% dari data hasil ukuran misalnya data dari lapangan sebanyak 1000 titik maka penambahan atau pengurangan tidak boleh lebih dari 50 titik. Pada penambahan titik dilakukan pada tikungan sungai dan alur jika dalam bentukan tersebut belum memenuhi kondisi lapangan sebenarnya dan penambahan tersebut tidak sembarangan tetapi memakai kaidah yang benar yaitu menggunakan daya dukung data hasil ukuran untuk interpolasi titik tersebut.

41

Page 42: BUKU PETUNJUK TS_final.doc

42