BAB IV Relasi Kabureprints.unm.ac.id/10398/7/BAB IV.pdf · 2018-08-21 · elemen dari dua atau...
Transcript of BAB IV Relasi Kabureprints.unm.ac.id/10398/7/BAB IV.pdf · 2018-08-21 · elemen dari dua atau...
Relasi Kabur
83
BAB IV
Relasi Kabur
4.1 Relasi Biasa ke Relasi Kabur
Suatu relasi biasa pada suatu himpunan merepresentasikan adanya atau tidak adanya asosiasi, interaksi atau keterhubungan di antara elemen-
elemen dari dua atau lebih himpunan. Relasi antara himpunan U dan V,
yaitu (U, V) merupakan himpunan bagian dari hasil kali kartesian U V, yaitu :
(U, V) UV = {(x, y) | xU, yV},
sehingga UV merupakan himpunan semesta dari relasi (U,V).
Hasil kali kartesian dapat diperluas pada suatu keluarga himpunan-
himpunan {Ui | in}, yang dinyatakan dengan U1U2…Un. Suatu relasi di
antara himpunan-himpunan U1, U2,…, Un , yaitu (U1, U2,…,Un) merupakan
himpunan bagian dari U1U2…Un. Karena relasi sendiri merupakan suatu himpunan, maka operasi-operasi dasar himpunan, seperti ketermuatan,
gabungan, irisan dan komplemen dapat diberlakukan pada relasi .
Suatu relasi dapat didefinisikan dengan menggunakan fungsi
keanggotaan nol-satu , yaitu suatu fungsi yang memetakan himpunan
U1U2…Un ke himpunan {0, 1}, yaitu
: U1U2…Un {0, 1}, (4.1)
sedemikian sehingga
(u1, u2,…, un) = 1
0
1 2 1 1; ( , , , ) ...,
yang lain
nu u u , u U , u Un n
Dasar-Dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur 84
Nilai dari (u1, u2,…, un) disebut derajat keanggotaan. Apabila nilai derajat
keanggotaan sama dengan satu berarti elemen u1, u2, …, un berelasi, dan apabila nilai derajat keanggotaan sama dengan nol berarti elemen u1, u2, …,
un tidak berelasi sama sekali. Jadi relasi biasa hanya mempunyai dua kemungkinan, yaitu berelasi atau tidak berelasi sama sekali, tidak ada kemungkinan lain.
Suatu relasi biasa di antara dua himpunan disebut relasi biner. Jika terdapat tiga, empat atau lima himpunan yang dilibatkan maka relasinya berturut-turut biasa disebut relasi ternary, relasi quaternary dan relasi quinary. Secara umum, jika didefinisikan pada n himpunan, maka disebut sebagai relasi n-ary atau n-dimensional.
Contoh 4.1 (relasi biner)
Misalkan U={1, 2, 3} dan V={2, 3, 4} maka hasil kali kartesian UV={ (1, 2),
(1, 3), (1, 4), (2, 2), (2, 3), (2, 4), (3, 2), (3, 3), (3, 4)}. Misalkan relasi (U, V) didefinisikan sebagai “elemen pertama lebih besar atau sama dengan elemen
kedua,” maka (U, V) = {(2, 2), (3, 2), (3, 3)}; atau dapat dinyatakan dengan matriks relasional berikut:
V
2 3 4
1 0 0 0
U 2 1 0 0
3 1 1 0
Entri-entri dalam matriks relasional di atas merupakan nilai dari derajat
keanggotaan (u, v). (2, 2)=1 berarti 2 berelasi dengan 2, yaitu “ 2
lebih besar atau sama dengan 2”; (2, 3) = 0 berarti 2 tidak berelasi
dengan 3, yaitu “ 2 tidak lebih besar atau tidak sama dengan 3” ; dan seterusnya.
Contoh 4.2 (relasi ternary)
Misalkan relasi di antara himpunan U1 = {bahasa Inggris, bahasa Perancis}, U2 = {Dollar, Pound, Euro}, dan U3 = {AS, Perancis, Inggris, Canada, Belanda } menyatakan hubungan suatu negara dengan mata uang
dan bahasa yang digunakan. Maka relasi (U1, U2, U3 ) = {(Bahasa Inggris,
Relasi Kabur
85
Dollar, AS), (Bahasa Perancis, Euro, Perancis), (Bahasa Inggris, Pound, Inggris)}. Relasi ini dapat juga dinyatakan dengan matriks relasional berikut:
U3
AS Perancis Inggris Canada Belanda
Dollar 1 0 0 1 0
U2 Pound 0 0 1 0 0
Euro 0 0 0 0 0
Bahasa Inggris
U3
AS Perancis Inggris Canada Belanda
Dollar 0 0 0 0 0
U2 Pound 0 0 0 0 0
Euro 0 1 0 0 0
Bahasa Perancis
Fungsi keanggotaan nol-satu pada relasi biasa dapat diperluas dengan mengubah kodomain dari himpunan {0, 1} menjadi interval [0, 1] yaitu:
: U1U2…Un [0, 1]
Hal ini mengakibatkan bahwa satu relasi dapat berelasi secara sempurna jika derajat keanggotaanya sama dengan satu, tidak berelasi sama sekali jika derajat keanggotaannya sama dengan nol, dan “agak berelasi” atau “sangat berelasi” atau “kurang berelasi” dan sebagainya, jika derajat keanggotaannya terletak antara nol dan satu. Relasi semacam ini biasa disebut relasi kabur,
yang disimbolkan dengan R . Secara formal, relasi kabur didefinisikan sebagai berikut:
Definisi 4.1
Suatu relasi kabur R adalah suatu himpunan kabur yang didefinisikan pada hasil kali kartesian himpunan-himpunan U1, U2,..., Un, yaitu:
R ={((x1,x2,…,xn), Rμ 1 2( , ,..., )nx x x )|(x1,…,xn)(U1U2…Un)} (4.2)
di mana R
μ 1 2( , ,..., )nx x x adalah derajat keanggotaan dari relasi kabur
R .
Dasar-Dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur 86
Suatu kasus khusus, jika n = 2 maka relasi R disebut relasi kabur biner. Relasi kabur biner pada hasil kali kartesian yang anggota himpunannya berhingga biasanya direpresentasikan dengan matriks relasional, yaitu matriks yang elemen-elemennya merupakan derajat keanggotaan pasangan-pasangan dari relasi yang bersesuaian (seperti dalam Contoh 4.1 dan 4.2, untuk relasi biasa)
Contoh 4.3
Misalkan U1 = {Banda Aceh, Jakarta, Surabaya}
U2 = { Makassar, Surabaya, Jayapura }
Jika didefinisikan relasi “sangat berjauhan” di antara dua himpunan ibu kota provinsi tersebut, yaitu U1 dan U2, maka relasi biasa tidak cocok untuk digunakan karena relasi “sangat berjauhan” tidak terdefinisi dengan jelas dalam kerangka himpunan dan relasi biasa. Akan tetapi, kita dapat memberikan suatu nilai pada relasi “sangat berjauhan” di antara anggota himpunan U1 dan anggota himpunan U2. Nilai satu akan diberikan pada relasi “sangat jauh” di antara dua ibu kota provinsi pada himpunan U1 dan U2 jika kedua ibu kota tersebut dianggap paling berjauhan, dan nilai nol akan diberikan pada relasi “sangat berjauhan” jika kedua ibu kota provinsi tersebut dianggap paling berdekatan (jarak keduanya mungkin nol kilometer). Sedangkan nilai di antara nol dan satu diberikan kepada pasangan-pasangan ibu kota provinsi yang dianggap agak berjauhan, cukup berjauhan, sangat berjauhan dan sebagainya. Nilai-nilai yang diberikan tersebut adalah derajat
keanggotaan dari relasi kabur R , yang biasa diinterpretasikan sebagai “kekuatan hubungan” yang ada di antara elemen-elemen dari himpunan U1 dan himpunan U2. Seperti pada himpunan kabur, pemberian derajat
keanggotaan untuk relasi kabur R juga bersifat subjektif, namun pemberian derajat keanggotaan tersebut tidak dapat ditentukan secara bebas. Penentuannya harus merefleksikan konteks persoalan dari relasi yang diberikan.
Misalkan derajat keanggotaan relasi “sangat berjauhan” di antara himpunan U1 dan himpunan U2 dinyatakan dengan matriks relasional berikut:
Relasi Kabur
87
U2
R Surabaya Makassar Jayapura
Banda Aceh 0,62 0,72 1
U1 Jakarta 0,4 0,65 0,8
Surabaya 0 0,6 0,7
maka relasi kabur ”sangat berjauhan” R adalah sebagai berikut:
R ={((Banda Aceh, Surabaya), 0.62), ((Banda Aceh, Makassar), 0.72),
((Banda Aceh, Jayapura),1), ((Jakarta, Surabaya), 0.4),
((Jakarta, Makassar), 0.65), ((Jakarta, Jayapura), 0.8),
((Surabaya, Surabaya), 0), ((Surabaya, Makassar), 0.6),
((Surabaya, Jayapura), 0.7)}
Contoh 4.4.
Misalkan U1 = U2 = , relasi kabur R di antara U1 dan U2 didefinisikan
sebagai “x jauh lebih besar dari y”, di mana x U1 dan yU2. Relasi kabur R
merupakan himpunan kabur pada U1U2 dengan fungsi keanggotaan didefinisikan sebagai:
R
μ x y( , ) =-
x y
y
x y
y x y
x y
10
0 ;
; 11
1 ; 11
; (x, y)
atau dapat didefinisikan sebagai:
R
μ x y( , ) =11
-y-x x y
x y
2( ( ) ) ;
0 ;; (x, y)
4.2 Operasi-operasi Dasar antar Relasi Kabur
Seperti pada himpunan kabur, maka pada relasi kabur dapat juga diberlakukan operasi-operasi dasar, seperti komplemen, irisan dan gabungan.
Komplemen
Misalkan R adalah relasi kabur pada U1U2, maka komplemen dari
relasi kabur R adalah cR dengan derajat keanggotaan:
Dasar-Dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur 88
cRμ x y( , ) = 1-
Rμ x y( , ) , (x, y) U1U2
Contoh 4.5
Diketahui relasi kabur R pada ++, di mana R menyatakan relasi “x dan
y sangat berdekatan.“ Fungsi keanggotaan R didefinisikan sebagai :
R
μ x y( , )= - x - ye2( ) , (x, y) ++,
sehingga grafik dari fungsi keanggotaan R adalah seperti diperlihatkan dalam Gambar 4.1.
Komplemen dari relasi kabur R mempunyai fungsi keanggotaan
cRμ x y( , ) = 1 -
Rμ x y( , )
= 1 - - x - ye2( ) , (x, y) ++,
seperti diperlihatkan dalam Gambar 4.2.
Gambar 4.1 Grafik fungsi keanggotaan relasi kabur R (Contoh 4.5)
Relasi Kabur
89
Gabungan dan Irisan
Misalkan R1 dan R2 masing-masing adalah relasi kabur pada U1U2,
maka gabungan dari R1 dan R2 adalah R1R2 dengan fungsi
keanggotaan R R
μ x, y1 2
( ) = max[R
μ x y1( , ) ,
Rμ x y
2( , ) ], (x, y)
U1U2, kemudian irisan dari R1 dan R2 adalah R1R2 dengan fungsi
keanggotaan 1 2R R
μ x, y( ) = min[R
μ x y1( , ) ,
Rμ x y
2( , ) ] (x, y) U1U2.
Contoh 4.6
Misalkan R1 dan R2 masing-masing adalah relasi kabur pada ++, di
mana R1 menyatakan relasi “x dan y hampir sama“ dan R2 menyatakan
relasi “x dan y sangat berbeda”. Grafik dari fungsi keanggotaan R1 dan R2
adalah seperti pada Gambar 4.3.
Gambar 4.2 Grafik fungsi keanggotaan relasi kabur cR (Contoh 4.5)
Dasar-Dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur 90
Fungsi keanggotaan gabungan antara 1R dan R2 dapat diperoleh sebagai
berikut:
Misalkan =|x0 – y0| sedemikian hingga R
μ x y1
0 0( , ) = R
μ x y2
0 0( , ) ,
maka R R
μ x, y1 2
( ) =
R
R
μ x, y ; |x - y|
μ x, y ; |x -y|
1
2
( ) 0
( )
Sedangkan fungsi keanggotaan irisan antara R1 dan R2 adalah :
1 2R R
μ x, y( ) =
R
R
μ x, y |x - y|
μ x, y |x - y|
2
1
( ) ; 0
( ) ;
Gambar 4.4 memperlihatkan grafik fungsi keanggotaan R1R2 dan
R1R2 .
Gambar 4.3 Grafik fungsi keanggotaan R1 dan R2 (Contoh 4.6)
Relasi Kabur
91
Contoh 4.7.
Diketahui relasi kabur R1 dan R2 masing-masing pada U1U2 dalam bentuk
matriks relasional berikut
R1 y1 y2 y3 y4
x1 0,3 0,2 1 0
x2 0,8 1 0 0,2
x3 0,5 0 0,4 0,2
R2 y1 y2 y3 y4
x1 0,3 0 0.7 0
x2 0,6 0.8 1 1
x3 0,6 0.9 0,3 0,2
maka R1R2 dan R1R2 dalam bentuk matriks relasional adalah
sebagai berikut:
Gambar 4.4 Grafik fungsi keanggotaan R1R2 dan R1R2
(Contoh 4.6)
Dasar-Dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur 92
R1R2 y1 y2 y3 y4
x1 0,3 0.2 1 0
x2 0,8 1 1 1
x3 0,6 0.9 0,4 0,2
R1R2 y1 y2 y3 y4
x1 0,3 0 0.7 0
x2 0,1 0.8 0 0.2
x3 0,5 0 0,3 0,2
4.3 Proyeksi dan Perluasan Cylindric Relasi Kabur
Misalkan suatu himpunan A={(x, y)2|(x-2)2 + (y-2)2 4, xU1 = ,
yU2 = } yang merupakan suatu relasi dalam U1U2 =2. Proyeksi A pada
U1 yang dinyatakan oleh A(1), adalah A(1)= [0, 4]U1, dan proyeksi A pada U2
yang dinyatakan oleh A(2) adalah A(2) = [0, 4]U2. Perluasan cylindric dari A(1)
ke U1U2 yang dinyatakan oleh 1LA( ) adalah 1
LA( ) =[0, 4]U2 U1U2 = 2,
dan perluasan cylindric dari A(2) ke U1U2 yang dinyatakan oleh 2LA( ) adalah
2LA( )=[0, 4]U2 U1U2 = 2, seperti diperlihatkan dalam Gambar 4.5.
Relasi Kabur
93
Misalkan relasi A dinyatakan dalam bentuk matriks relasional berikut:
A ... -1 ... 0 ... 1 ... 2 ... 3 ... 4 ... 5 ...
-1 ... 0 ... 0 ... 0 ... 0 ... 0 ... 0 ... 0 ...
0 ... 0 ... 0 ... 0 ... 1 ... 0 ... 0 ... 0 ...
1 ... 0 ... 0 ... 1 ... 1 ... 1 ... 0 ... 0 ...
2 ... 0 ... 1 ... 1 ... 1 ... 1 ... 1 ... 0 ...
3 ... 0 ... 0 ... 1 ... 1 ... 1 ... 0 ... 0 ...
4 ... 0 ... 0 ... 0 ... 1 ... 0 ... 0 ... 0 ...
5 ... 0 ... 0 ... 0 ... 0 ... 0 ... 0 ... 0 ...
Gambar 4.5. Proyeksi dan perluasan cylindric A
2LA
1LA
2U
1U
Dasar-Dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur 94
Dengan menggunakan derajat keanggotaan pada matriks relasional di atas, maka proyeksi A pada U1 dapat diperoleh sebagai berikut:
1Aμ ( ) (-1) = max[..., Aμ (-1,-1),…, Aμ (-1,0),…, Aμ (-1,1),…, Aμ (-1, 5),…] = 0
1Aμ ( ) (0) = max[..., Aμ (0, -1),…, Aμ (0, 0),…, Aμ (0, 1),…, Aμ (0, 5),…] = 1
1Aμ ( ) (1) = max[..., Aμ (1, -1),…, Aμ (1, 0),…, Aμ (1, 1),…, A (1, 5),…] = 1
1Aμ ( ) (2) = max[..., Aμ (2, -1),…, Aμ (2, 0),…, Aμ (2, 1),…, Aμ (2, 5),…] = 1
1Aμ ( ) (3) = max[..., Aμ (3, -1),…, Aμ (3, 0),…, Aμ (3, 1),…, A (3, 5),…] = 1
1Aμ ( ) (4) = max[..., Aμ (4, -1),…, Aμ (4, 0),…, Aμ (4, 1),…, Aμ (4, 5),…] = 1
1Aμ ( ) (5) = max[..., Aμ (5, -1),…, Aμ (5, 0),…, Aμ (5, 1),…, Aμ (5, 5),…] = 0
atau secara umum dapat dinyatakan sebagai
1Aμ ( ) (x)=
Ay U
xmax μ x y
x2
1 jika [0, 4][ ( , )]
0 yang lain, xU1
Dengan cara yang serupa, proyeksi A pada U2 dapat dinyatakan dengan menggunakan fungsi keanggotaan nol-satu (fungsi karakteristik), yaitu:
2Aμ ( ) (y)=
1
1
x U
A
ymax μ x y
y
jika [0, 4][ ( , )]
0 yang lain, yU2
Selanjutnya, perluasan cylindric dari A(1) ke U1U2 adalah
1LA( ) = {((x, y), 1
LAμ x y( ) ( , ) )}
Relasi Kabur
95
di mana 1LA
μ x y( ) ( , ) = 1Aμ ( ) (x)=
1 4
x
x
jika [0, ]
0 yang lain, xU1, yU2.
Adapun perluasan cylindric dari A(2) ke U1U2 adalah
2LA( ) = {((x, y), 2
LAμ x y( ) ( , ))}
di mana 2LA
μ x y( ) ( , )= 2Aμ ( ) (y)=
1 4y
y
jika [0, ]
0 yang lain, xU1, yU2.
Proyeksi dan perluasan cylindric pada relasi biner biasa dapat diperluas ke relasi kabur biner, yang secara formal didefinisikan sebagai berikut:
Definisi 4.2
Misalkan R ={((x, y),R
μ x y( , )) |(x, y)U1U2} adalah relasi kabur biner.
Proyeksi pertama relasi R (proyeksi R pada U1) didefinisikan sebagai
1R ( ) = {(x, 1 xR
μ ( ) ( ) ) | x U1}, (4.3)
di mana 1 xR
μ ( ) ( ) = 2
Ry Umax μ x y[ ( , )] ,
dan proyeksi kedua relasi R (proyeksi R pada U2) didefinisikan sebagai
2R ( ) = {(y, 2Rμ y( ) ( )) | y U2} (4.4)
di mana 2Rμ y( ) ( ) =
1Rx U
max μ x y[ ( , )] .
Adapun perluasan cylindric dari 1R ( ) ke U1U2 adalah himpunan kabur 1LR ( )
dalam U1U2 dengan fungsi keanggotaan
1LR
μ x y( ) ( , ) = 1 xR
μ ( ) ( ) (4.5)
dan perluasan cylindric dari 2R ( ) ke U1U2 adalah himpunan kabur 2LR ( )
dalam U1U2 dengan fungsi keanggotaan
2LR
μ x y( ) ( , ) = 2Rμ y( ) ( ) (4.6)
Contoh 4.8
Misalkan R adalah relasi kabur pada U1U2 yang dinyatakan dengan matriks relasional berikut:
Dasar-Dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur 96
R y1 y2 y3 Y4 y5 Y6
x1 0,1 0.6 0 0.8 0.9 0.9
x2 0,2 0.8 1 0.1 0.7 0
x3 1 0 0,3 1 0 0.3
x4 0.3 0.1 0.6 0 0.5 0.7
maka proyeksi pertama dari R dapat diperoleh sebagai berikut:
1 1Rμ x( ) ( ) = 1Ry
max μ x y[ ( , )] = max[0.1, 0.6, 0, 0.8, 0.9, 0.9 ] = 0.9
1 2Rμ x( ) ( ) = 2Ry
max μ x y[ ( , )] = max[0.2, 0.8, 1, 0.1, 0.7, 0] =1
1 3Rμ x( ) ( ) = 3Ry
max μ x y[ ( , )] = max[1, 0, 0.3, 1, 0, 0.3] =1
1 4Rμ x( ) ( ) = 4Ry
max μ x y[ ( , )] = max[0.3, 0.1, 0.6, 0, 0.5, 0.7] = 0.7,
sehingga
R (1) = {(x1, 0.9), (x2, 1), (x3, 1), (x4, 0.7)}
Dengan cara yang serupa, proyeksi kedua dari R diperoleh:
2R ( )= {(y1, 1), (y2, 0.8), (y3, 1), (y4, 1), (y5, 0.9), (y6, 0.9)}
Perluasan cylindric dari R (1) pada U1U2 mempunyai derajat keanggotaan sebagai berikut:
1 1 1LR
μ x y( ) ( , )= 1 1 2LR
μ x y( ) ( , )=...= 1 1 6LR
μ x y( ) ( , )= 1 1Rμ x( ) ( ) = 0.9
1 2 1LR
μ x y( ) ( , )= 1 2 2LR
μ x y( ) ( , )=...= 1 2 6LR
μ x y( ) ( , )= 1 2Rμ x( ) ( )= 1
1 3 1LR
μ x y( ) ( , )= 1 3 2LR
μ x y( ) ( , )=…= 1 3 6LR
μ x y( ) ( , )= 1 3Rμ x( ) ( ) = 1
1 4 1LR
μ x y( ) ( , )= 1 4 2LR
μ x y( ) ( , )=...= 1 4 6LR
μ x y( ) ( , )= 1 4Rμ x( ) ( )= 0.7
sehingga 1LR ( ) = {((x1, y1), 0.9), ((x1, y2), 0.9), ..., ((x1, y6), 0.9),
((x2, y1), 1), ((x2, y2), 1), ..., ((x2, y6), 1), ((x3, y1), 1),
((x3, y2), 1), ..., ((x3, y6), 1), ((x4, y1), 0.7),
((x4, y2), 0.7), ..., ((x4, y6), 0.7)}
Dengan cara yang serupa, 2LR ( ) dapat diperoleh, yaitu
2LR ( ) = {((x1, y1), 1), (x2, y1), 1), (x3, y1), 1), (x4, y1), 1), ((x1, y2), 0.8),
Relasi Kabur
97
((x2, y2), 0.8), ((x3, y2), 0.8), ((x4, y2), 0.8), ((x1, y3),1), ((x2, y3), 1),
((x3, y3), 1), ((x4, y3), 1), ((x1, y4),1), ((x2, y4),1), ((x3, y4),1), ((x4, y4),1),
((x1, y5), 0.9), ((x2, y5), 0.9), ((x3,y5), 0.9), ((x4, y5),0.9), ((x1, y6), 0.9),
((x2, y6), 0.9), ((x3, y6), 0.9), ((x4, y6), 0.9)}
Contoh 4.9
Misalkan relasi kabur R didefinisikan pada ++, di mana
Rμ x y( , )= - x-ye
2( ) , (x, y) ++. Proyeksi pertama dan proyeksi kedua
dari R dapat diperoleh sebagai berikut:
Proyeksi pertama:
Misalkan dipilih sebarang x0 + sehingga diperoleh:
1Rμ x( ) 0( ) =
Rymax μ x y0[ ( , )]
= 2x y
ymax e 0( )[ ] (4.7)
Persamaan (4.7) dapat diselesaikan dengan memaksimumkan fungsi
f(y)= 0 x ye2( ) , yaitu kita cari y sedemikian sehingga f (y) = 0, yaitu f (y) =
2(x0 - y) x ye2
0( ) = 0 jika dan hanya jika y = x0. Jadi 1Rμ x( ) 0( ) =
2x y
ymax e 0( )[ ] = 1. Karena x0 dipilih sebarang elemen dari +, maka :
R (1) = {( x0, 1) | x0 +} = +
Proyeksi kedua:
Misalkan dipilih sebarang y0 +, sehingga diperoleh :
2Rμ y( ) 0( ) =
Rxmax μ x y0[ ( , )] = x y
xmax e
20( )[ ]
Dengan cara yang serupa pada proyeksi pertama, maka diperoleh:
x y
xmax e
20( )[ ] = 1
Karena y0 dipilih sebarang elemen dalam +, maka :
2R ( )
= {( y0, 1) | y0 +} = +
Dasar-Dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur 98
Misalkan suatu ruang yang lebih umum, yaitu U1×U2×…×Un, maka
akan ada suatu relasi kabur n-ary pada U1×U2×…×Un, yaitu R (U1, U2,…,Un),
dan misalkan ada suatu proyeksi dari relasi kabur n-ary R , yaitu qR ( ) , pada
1 2
ki i i...U U U di mana {i1, i2,…, ik} adalah suatu subbarisan dari {1, 2,
…, n}. Proyeksi relasi kabur n-ary R pada 1 2
ni i i...U U U didefinisikan
sebagai berikut:
Definisi 4.3
Misalkan R adalah relasi kabur pada U1×U2×…×Un, maka proyeksi R pada
1 2
ki i i...U U U adalah suatu relasi kabur qR ( ) pada
1 2
ki i i...U U U dengan fungsi keanggotaan
1 2
qik
i iRμ u u u( ) ( , ,..., )=
1 1
1 j j j j(n-k) (n-k)
nRu u
μ u umax,...,
[ ( ,..., )]U U
(4.8)
di mana 1 2 (n-k)j j ju u u{ , ,..., } adalah komplemen dari
1 2 ki i iu u u{ , ,..., }
terhadap {u1, u2, …, un}.
Suatu relasi kabur yang berbeda dalam ruang yang sama (semestanya sama) dapat mempunyai proyeksi yang sama, akan tetapi harus ada relasi terbesar pada U1×U2×…× Un. Relasi terbesar tersebut merupakan perluasan
cylindric dari qR ( ) ke U1×U2×…× Un, yang secara formal didefinisikan sebagai berikut:
Definisi 4.4
Misalkan qR ( ) adalah suatu proyeksi pada 1 2
ni i i...U U U , maka
perluasan cylindric dari qR ( ) ke U1×U2×…× Un adalah suatu relasi kabur qR ( ) pada U1×U2×…× Un, dengan fungsi keanggotaan
1 2qL
nRμ u u u( ) ( , ,..., ) =
1 2q
iki iR
μ u u u( ) ( , ,..., ) (4.9)
Sebagai kasus khusus, apabila R adalah suatu relasi kabur biner, yaitu
R (U1, U2), maka (4.8) akan menjadi himpunan kabur dan (4.9) akan menjadi perluasan cylindric seperti pada Definisi 4.2. Dari definisi tentang proyeksi dan perluasan cylindric, terlihat bahwa proyeksi akan membatasi suatu relasi kabur pada suatu subruang sedangkan perluasan cylindric akan memperluas suatu relasi kabur/himpunan kabur dari subruang ke ruang yang lebih luas.
Relasi Kabur
99
4.4 Komposisi antar Relasi Kabur
Seperti pada relasi biasa, maka pada relasi kabur dalam ruang hasil kali yang berbeda dapat dikombinasikan antara satu dengan yang lain dengan menggunakan operasi “komposisi”. Terdapat banyak versi komposisi yang diusulkan oleh para ahli yang penggunaannya sesuai dengan keperluan bidang aplikasi. Akan tetapi, terdapat dua jenis komposisi yang paling sering digunakan dan paling sering muncul dalam literatur-literatur himpunan kabur, yaitu komposisi max-min dan komposisi max-hasil kali.
Komposisi pada relasi biasa 1(x, y) dan 2(y, z) di mana xU1,
yU2, zU3 dapat diinterpretasikan sebagai keberadaan suatu rantai relasi di antara elemen-elemen dari U1 dan U3, sementara komposisi pada relasi kabur dapat diinterpretasikan sebagai indikasi “kekuatan” dari suatu rantai relasi di antara elemen-elemen U1 dan U3. “Kekuatan” ini direpresentasikan oleh derajat keanggotaan pasangan (x, z) dalam komposisi tersebut. Secara formal, beberapa komposisi didefinisikan sebagai berikut:
Definisi 4.5
Misalkan 1 x,y( )R , (x, y)U1U2 dan 2 y, z( )R , (y, z)U2×U3 adalah relasi
kabur yang berturut-turut didefinisikan pada U1U2 dan U2×U3, maka
komposisi max-min 1R dan 2R , yaitu 1R 2R , adalah suatu himpunan
kabur dengan fungsi keanggotaan:
1 2 1 22
R R R RUμ max min μ μ ,
( , ) [ ( ( , ), ( ))]
yx z x y y z ; xU1, yU2, zU3 (4.10)
Definisi 4.6
Misalkan 1R dan 2R adalah relasi kabur yang didefinisikan seperti pada
Definisi 4.5, maka komposisi max- 1R dan 2R , yaitu 1R 2R , adalah
suatu himpunan kabur dengan fungsi keanggotaan:
1 2 1 22
R R R RUμ max μ μ ,
( , ) [( ( , ) ( )]
yx z x y y z ; x U1, y U2, z U3 (4.11)
Dasar-Dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur 100
Jika operator merupakan operasi assosiatif yang monoton tidak turun, maka
komposisi max- akan bersesuaian dengan komposisi max-min.
Definisi 4.7.
Misalkan 1R dan 2R adalah relasi kabur yang didefinisikan seperti pada
Definisi 4.5, maka komposisi max-hasil kali 1R dan 2R , yaitu 1R 2R ,
adalah suatu himpunan kabur dengan fungsi keanggotaan
1 2 1 22
R R R RUμ max μ μ ,
( , ) [( ( , ). ( )]
yx z x y y z ; x U1, y U2, z U3 (4.12)
Definisi 4.8.
Misalkan 1R dan 2R adalah relasi kabur yang didefinisikan seperti pada
Definisi 4.5, maka komposisi max-rata-rata 1R dan 2R , yaitu 1R 2R ,
adalah suatu himpunan kabur dengan fungsi keanggotaan:
1 2R Rμ ,( )x z =
1 22
1R R
max μ μ
2
[ ( , ) ( , )]y U
x y y z ; xU1, yU2, zU3 (4.13)
Contoh 4.10
Misalkan 1R x y( , ) dan 2R y z( , ) didefinisikan dengan menggunakan
matriks relasional berikut:
1R y1 y2 y3 y4
x1 0.1 0.2 0 1
x2 0.3 0.5 0 0.2
Relasi Kabur
101
2R z1 z2 z3
y1 0.9 0 0.3
y2 0.2 1 0.8
y3 0.8 0 0.7
y4 0.4 0.2 0.3
(i) Komposisi max-min 1R 2R dapat diperoleh sebagai berikut:
Kita akan menghitung 1 2
i jR Rμ x z( , ) , i = 1, 2; j = 1, 2, 3. Untuk
mendapatkannya, maka terlebih dahulu harus dihitung
1 2R Ri k k jmin μ x y μ y z[ ( , ), ( , )] , k = 1, 2, 3, 4
a) untuk i = 1, j = 1 :
k = 1, min[1R
μ (x1, y1), 2R
μ (y1, z1)] = min[0.1, 0.9] = 0.1
k = 2, min[1R
μ (x1, y2), 2R
μ (y2, z1)] = min[0.2, 0.2] = 0.2
k = 3, min[1R
μ (x1, y3), 2R
μ (y3, z1)] = min[0, 0.8] = 0
k = 4, min[1R
μ (x1, y4), 2R
μ (y4, z1)] = min[1, 0.4] = 0.4
sehingga 1 2R R
μ (x1, z1) = max[0.1, 0.2, 0, 0.4] = 0.4
b) untuk i = 1, j = 2 :
k = 1, min[1R
μ (x1, y1), 2R
μ (y1, z2)] = min[0.1, 0] = 0
k = 2, min[1R
μ (x1, y2), 2R
μ (y2, z2)] = min[0.2, 1] = 0.2
Dasar-Dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur 102
k = 3, min[1R
μ (x1, y3), 2R
μ (y3, z2)] = min[0, 0] = 0
k = 4, min[1R
μ (x1, y4), 2R
μ (y4, z2)] = min[1, 0.2] = 0.2
sehingga 1 2R R
μ (x1, z2) = max[0, 0.2, 0, 0.2] = 0.2
c) untuk i = 1, j = 3
k = 1, min [1R
μ (x1, y1), 2R
μ (y1, z3)] = min[0.1, 0.3] = 0.1
k = 2, min [1R
μ (x1, y2), 2R
μ (y2, z3)] = min[0.2, 0.8] = 0.2
k = 3, min [1R
μ (x1, y3), 2R
μ (y3, z3)] = min[0, 0.7] = 0
k = 4, min [1R
μ (x1, y4), 2R
μ (y4, z3)] = min[1, 0.3] = 0.3
sehingga 1 2R R
μ ( x1, z3) = max[0.1, 0.2, 0, 0.3] = 0.3
d) untuk i = 2, j = 1,
dengan cara yang serupa, diperoleh 1 2R R
μ (x2, z1) = 0.3
e) untuk i = 2, j = 2,
dengan cara yang serupa, diperoleh 1 2R R
μ (x2, z2) = 0.5
f) untuk i = 2, j = 3,
dengan cara yang serupa, diperoleh 1 2R R
μ (x2, z3) = 0.5
Jadi komposisi max-min 1R 2R dalam bentuk matriks relasional adalah
sebagai berikut :
1R 2R z1 z2 z3
x1 0.4 0.2 0.3
x2 0.3 0.5 0.5
Relasi Kabur
103
(ii) Komposisi max-hasil kali 1R 2R dapat diperoleh sebagai berikut:
Kita akan menghitung 1 2 i jR R
μ x z( , ) i = 1, 2; j = 1, 2, 3.
Untuk mendapatkannya, maka terlebih dahulu harus dihitung
1i kR
μ x y( , ) .2
k jRμ y z( , ) , k = 1, 2, 3, 4
(a) untuk i = 1, j = 1
k = 1, 1
1 1Rμ x y( , ) .
21 1R
μ y z( , ) = (0.1) (0.9) = 0.09
k = 2, 1
1 2Rμ x y( , ).
22 1R
μ y z( , ) = (0.2) (0.2) = 0.04
k = 3, 1
1 3Rμ x y( , ) .
23 1R
μ y z( , ) = (0) (0.8) = 0
k = 4, 1
1 4Rμ x y( , ).
24 1R
μ y z( , ) = (1) (0.4) = 0.4
sehingga 1 2
1R Rμ x z1( , )= max [0.09, 0.04, 0, 0.4] = 0.4
(b) untuk i = 1, j = 2,
dengan cara yang serupa, diperoleh 1 2R R
μ x z1 2( , ) = 0.2
(c) untuk i = 1, j = 3,
dengan cara yang serupa, diperoleh 1 2
3R Rμ x z1( , )= 0.3
(d) untuk i = 2, j = 1,
dengan cara yang serupa, diperoleh 1 2
2 1R Rμ x z( , )= 0.27
(e) untuk i = 2, j = 2,
dengan cara yang serupa, diperoleh 1 2
2 2R Rμ x z( , )= 0.5
(f) untuk i = 2, j = 3,
dengan cara yang serupa, diperoleh 1 2
2 3R Rμ x z( , )= 0.4
Dasar-Dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur 104
Jadi komposisi max-hasil kali 1R 2R dalam bentuk matriks relasional adalah
sebagai berikut :
1R 2R z1 z2 z3
x1 0.4 0.2 0.3
x2 0.27 0.5 0.4
(iii) Komposisi max-rata-rata 1R 2R dapat diperoleh sebagai berikut:
Kita akan menghitung 1 2R R
μ (xi, zj), i = 1, 2 ; j = 1, 2, 3.
Untuk mendapatkannya, maka terlebih dahulu harus dihitung
1Rμ (xi, yk) +
2Rμ (yk, zj), k = 1, 2, 3, 4
(a) untuk i = 1, j = 1.
k = 1, 1R
μ (x1, y1) + 2R
μ (y1, z1) = (0.1)+ (0.9) = 1
k = 2, 1R
μ (x1, y2) + 2R
μ (y2, z1) = (0.2)+(0.2) = 0.4
k = 3, 1R
μ (x1, y3) + 2R
μ (y3, z1) = (0)+ (0.8) = 0.8
k = 4, 1R
μ (x1, y4) + 2R
μ (y4, z1) = (1)+ (0.4) = 1.4
sehingga 1 2R R
μ (x1, z1) = 2
1max[1, 0.4, 0.8, 1.4] = 0.7
(b) untuk i = 1, j = 2,
dengan cara yang serupa, diperoleh 1 2R R
μ (x1, z2) = 0.6
(c) untuk i = 1, j = 3,
dengan cara yang serupa, diperoleh 1 2R R
μ (x1, z3)= 0.65
Relasi Kabur
105
(d) untuk i = 2, j = 1,
dengan cara yang serupa, diperoleh 1 2R R
μ (x2, z1) = 0.6
(e) untuk i = 2, j = 2,
dengan cara yang serupa, diperoleh 1 2R R
μ (x2, z2)= 0.75
(f) untuk i = 2, j = 3,
dengan cara yang serupa, diperoleh 1 2R R
μ (x2, z3)= 0.65
Jadi komposisi max-rata-rata 1R 2R dalam bentuk matriks relasional
adalah sebagai berikut :
1R 2R z1 z2 z3
x1 0.7 0.6 0.65
x2 0.6 0.75 0.65
Ada suatu cara sederhana untuk menghitung komposisi 1R dan 2R yaitu
dengan menggunakan perkalian matriks pada matriks relasional 1R dan 2R .
Caranya adalah sebagai berikut:
untuk komposisi max-min, matriks relasional 1R dan 2R dikalikan
dengan cara perkalian matriks, tetapi operator “kali” diganti dengan operator min dan operator “jumlah” diganti dengan operator max.
untuk komposisi max-hasil kali, matriks relasional 1R dan 2R dikalikan
dengan cara perkalian matriks, tetapi operator “jumlah” diganti dengan operator max.
untuk komposisi max rata-rata, matriks relasional 1R dan 2R dikalikan
dengan cara perkalian matriks, tetapi operator “kali” diganti dengan operator “jumlah” dan operator “jumlah” diganti dengan operator max, kemudian hasilnya dikalikan dengan ½.
Dasar-Dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur 106
Kita akan mengecek hasil komposisi 1R dan 2R pada Contoh 4.10, dengan
menggunakan cara sederhana di atas.
Untuk komposisi max-min:
5.05.03.0
3.02.04.0
3.02.04.0
7.008.0
8.012.0
3.009.0
2.005.03.0
102.01.0
Untuk komposisi max-hasil kali
4.05.027.0
3.02.04.0
3.02.04.0
7.008.0
8.012.0
3.009.0
2.005.03.0
102.01.0
Untuk komposisi max-rata-rata:
0.9 0 0.3
0.1 0.2 0 1 0.2 1 0.8 1.4 1.2 1.31
0.3 0.5 0 0.2 0.8 0 0.7 1.2 1.5 1.32
0.4 0.2 0.3
0.7 0.6 0.65
0.6 0.75 0.65
hasilnya sama dengan yang diperoleh dalam Contoh 4.10.
Relasi Kabur
107
4.5 Beberapa Definisi pada Relasi Kabur dan Sifat Komposisi antar Relasi Kabur
- Kerefleksifan
Definisi 4.9.
Misalkan R adalah suatu relasi kabur pada U U, maka :
1. R disebut refleksif jika dan hanya jika R
x x( , ) =1, x U
R disebut anti-refleksif jika dan hanya jika R
x x( , ) 1, xU
R disebut irrefleksif jika dan hanya jika xU sedemikian sehingga
R
x x( , ) 1
2. R disebut -refleksif jika dan hanya jika R
x x( , ) , xU,
0< < 1.
3. R disebut refleksif lemah jika dan hanya jika
R R
R R
μ x y μ x x
μ y x μ x x
( , ) ( , )
( , ) ( , ) x, yU
- Kesimetrisan
Definisi 4.10.
Misalkan R adalah suatu relasi kabur pada U U, maka :
R disebut simetris jika dan hanya jika
R
μ x y( , ) = R
μ y x( , ) , x, y U
R disebut asimetris jika dan hanya jika
x, y U R
μ x y( , ) R
μ y x( , )
Dasar-Dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur 108
R disebut antisimetris jika dan hanya jika
R
μ x y( , ) >0 dan R
μ y x( , ) >0, maka x = y, x, y U.
- Ketransitifan (ketransitifan max-min)
Definisi 4.11
Misalkan R adalah relasi kabur pada U U, maka:
R disebut transitif jika dan hanya jika
R
μ x z( , ) y U
max [min(R
μ x y( , ) ,R
μ y z( , ))], x, y, z U
R disebut nontransitif jika dan hanya jika
x, y, zU R
μ x z( , ) < y U
max [min(R
μ x y( , ) ,R
μ y z( , ))]
R disebut anti-transitif jika dan hanya jika
R
μ x z( , ) < y U
max [min(R
μ x y( , ) ,R
μ y z( , ))], x, y, z U
Contoh 4.11
Misalkan R adalah relasi kabur yang didefinisikan pada himpunan kota-kota di dunia yang menyatakan relasi “sangat dekat”. Kita dapat mengasumsikan bahwa setiap kota sangat dekat dengan kota itu sendiri (jaraknya 0 km)
dengan derajat keanggotaan sama dengan satu. Jadi R adalah relasi refleksif. Selanjutnya, jika kota A sangat dekat dengan kota B, maka kota B juga sangat dekat dengan kota A dengan derajat keanggotaan yang sama,
jadi R adalah relasi simetris. Demikian juga, jika kota A sangat dekat
dengan kota B dengan derajat keanggotaan ,R
μ A B( ) dan kota B sangat
dekat dengan kota C dengan derajat keanggotaan ,R
μ B C( ) , maka ada
kemungkinan bahwa kota A sangat dekat dengan kota C dengan derajat
keanggotaan yang lebih kecil dari derajat keanggotaan ,R
μ A B( ) dan
,R
μ B C( ) . Oleh karena itu, relasi R yang menyatakan relasi “sangat dekat”
pada himpunan kota-kota di dunia tidak transitif (nontransitif).
Relasi Kabur
109
Beberapa sifat komposisi kabur (khusus max-min):
1. Komposisi max-min bersifat assosiatif yaitu
( 1R 2R ) 3R = 1R ( 2R 3R )
2. Jika 1R refleksif dan 2R sebarang relasi kabur, maka
1R 2R 2R dan 2R 1R 2R
3. Jika R refleksif maka R R R
4. Jika 1R dan 2R relasi refleksif, maka 1R 2R juga refleksif.
5. Jika 1R dan 2R simetris dan 1R 2R = 2R 1R , maka
2R 1R simetris.
6. Jika R transitif maka R R R~
7. Jika R simetris maka 2R simetris
8. Jika R simetris dan transitif, maka R R
x y x xμ μ( , ) ( , ) , x, y U
9. Jika R refleksif dan transitif, maka R R = R
10. Jika 1R dan 2R transitif dan 1R 2R = 2R 1R , maka
2R 1R transitif.
Sifat-sifat di atas hanya berlaku untuk komposisi max-min, akan tetapi ada juga beberapa sifat yang berlaku untuk komposisi max-hasil kali dan komposisi max-rata-rata. Pembaca dipersilahkan untuk memeriksa sifat yang berlaku pada komposisi max-hasil kali dan komposisi max-rata-rata sebagai latihan.
4.6 Relasi Kemiripan
Pada relasi biner biasa , kita mengenal adanya relasi kesetaraan
(ekivalensi), yaitu relasi yang bersifat refleksif, simetris dan transitif. Pada
Dasar-Dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur 110
relasi yang demikian dapat didefinisikan himpunan Ax yang memuat semua
elemen U yang dihubungkan ke x oleh relasi kesetaraan , yaitu Ax={y| (x,
y) } xU. Himpunan Ax disebut kelas kesetaraan dari . Anggota dalam masing-masing kelas kesetaraan adalah setara satu sama lain dan keluarga semua kelas kesetaraan akan membentuk suatu partisi pada U.
Contoh 4.12
Misalkan U = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}. Hasil kali kartesian UU akan
memuat 100 anggota, yaitu UU={(1, 1), (1, 2), …, (10, 10)}. Misalkan adalah relasi pada U yang didefinisikan sebagai “x dan y mempunyai sisa
yang sama kalau dibagi tiga”. Dengan mudah diperlihatkan bahwa relasi adalah relasi kesetaraan. Kelas-kelas kesetaraan yang terbentuk adalah: A1=A4=A7=A10={1, 4, 7, 10}, A2=A5=A8={2, 5, 8}, dan A3=A6=A9={3, 6, 9}. Jadi 1, 4, 7 dan 10 setara satu sama lain, yaitu 1 dan 4 mempunyai sisa yang sama kalau masing-masing dibagi tiga, 1 dan 7 mempunyai sisa yang sama kalau masing-masing dibagi tiga, 1 dan 10 mempunyai sisa yang sama kalau masing-masing dibagi tiga, dan seterusnya. Demikian juga, 2, 5, 8 dan 3, 6, 9 akan setara satu sama lain.
Seperti pada relasi biner biasa di atas, maka pada relasi kabur biner
R juga dikenal adanya relasi yang memenuhi sifat refleksif, simetris dan transitif. Relasi kabur biner yang memenuhi sifat tersebut biasa disebut relasi kemiripan. Relasi transitif yang dipakai pada pambahasan relasi kemiripan dalam buku ini adalah relasi transitif bentuk max-min. Konsep relasi transitif bentuk lain dapat dipakai untuk mendefinisikan relasi kemiripan.
Relasi kemiripan dapat membentuk himpunan-himpunan yang elemen-elemennya mirip (similar) satu sama lain pada derajat keanggotaan yang dispesifikasikan. Himpunan yang terbentuk tersebut disebut kelas
kemiripan, yaitu suatu himpunan bagian M dari U sedemikian sehingga
Rμ x y( , ) , x, y M di mana adalah elemen himpunan-tingkat
(level set) dari R . Derajat keanggotaan yang dispesifikasikan tersebut dapat diinterpretasikan sebagai derajat kemiripan antara satu elemen dengan elemen yang lain dalam kelas kemiripan. Jika derajat keanggotaan sama
dengan satu (=1) maka kelas kemiripan menjadi kelas kesetaraan (elemen
yang mirip satu sama lain menjadi setara satu sama lain). Masing-masing M
untuk semua akan membentuk suatu partisi dalam U. Kelas-kelas
Relasi Kabur
111
kemiripan dari suatu relasi kemiripan yang elemennya berhingga pada derajat keanggotaan yang dispesifikasikan dapat direpresentasikan dalam bentuk diagram yang biasa disebut pohon-kemiripan yang mirip dengan suatu dendogram.
Contoh 4.13
Misalkan relasi kabur R pada himpunan U={a, b, c, d, e, f, g} dinyatakan oleh matriks relasional berikut:
R a b c d e f g
a 1 0.8 0 0.4 0 0 0
b 0.8 1 0 0.4 0 0 0
c 0 0 1 0 1 0.9 0.5
d 0.4 0.4 0 1 0 0 0
e 0 0 1 0 1 0.9 0.5
f 0 0 0.9 0 0.9 1 0.5
g 0 0 0.5 0 0.5 0.5 1
Dengan mudah dapat diperiksa bahwa relasi kabur R tersebut di atas adalah
relasi kemiripan pada U. Himpunan tingkat dari R adalah ={0, 0.4, 0.5,
0.8, 0.9, 1}, sehingga diperoleh kelas kemiripan pada derajat keanggotaan , yaitu:
M0 = U
M0.4= {a, b, d}, {c, e, f, g}
M0.5= {a, b}, {d}, {c, e, f, g}
M0.8={a, b}, {d}, {c, e, f}, {g}
M0.9={a}, {b}, {d}, {c, e, f}, {g}
M1={a}, {b}, {d}, {c, e}, {f}, {g}
Dasar-Dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur 112
Relasi kemiripan tersebut dapat direpresentasikan dalam pohon-kemiripan atau dendogram berikut:
Gambar 4.6 Pohon kemiripan untuk relasi kemiripan R
(Contoh 4.13)
Dari Contoh 4.13, terlihat bahwa c, e, f dan g adalah mirip satu sama lain dengan derajat kemiripan 0.5; c, e dan f mirip satu sama lain dengan derajat kemiripan 0.8; c dan e mirip dengan derajat kemiripan sama dengan satu; dan seterusnya.
4.7 Relasi Kedekatan
Pada relasi biner biasa , kita mengenal adanya relasi kecocokan,
yaitu relasi biner yang bersifat refleksif dan simetris. Suatu konsep penting yang berhubungan dengan relasi kecocokan adalah kelas kecocokan. Jika
diberikan suatu relasi kecocokan , maka kelas kecocokan merupakan suatu
himpunan bagian A dari U sedemikian sehingga (x, y) (U, U), x, y A. Suatu kelas kecocokan yang tidak termuat (sejati) dalam kelas kecocokan yang lain disebut kelas kecocokan maksimal. Keluarga yang memuat semua kelas kecocokan maksimal disebut penutup lengkap dari U.
Seperti pada relasi biner biasa, maka pada relasi kabur biner R juga dikenal adanya relasi yang memenuhi sifat refleksif dan simetris. Relasi
Relasi Kabur
113
kabur biner R yang memenuhi sifat tersebut biasa disebut sebagai relasi
kedekatan. Apabila R relasi kedekatan, maka kelas kedekatan didefinisikan
berdasarkan suatu derajat keanggotaan yang dispesifikasikan. Kelas
kedekatan- merupakan suatu himpunan bagian D dari U sedemikian
sehingga R
μ x y( , ) , x, y D di mana adalah elemen himpunan-
tingkat (level set) dari R . Kelas kedekatan- maksimal dan penutup- lengkap merupakan perluasan dari konsep kelas kecocokan maksimal dan
penutup lengkap. Kelas kendekatan- maksimal dan penutup- lengkap berturut-turut akan sama dengan kelas kecocokan dan penutup lengkap pada
=1.
Contoh 4.14
Misalkan relasi kabur R didefinisikan pada U = 9 yang dinyatakan oleh
matriks relasional berikut:
R~
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1 0.8 0 0 0 0 0 0 0
2 0.8 1 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 1 1 0.8 0 0 0 0
4 0 0 1 1 0.8 0.7 0.5 0 0
5 0 0 0.8 0.8 1 0.7 0.5 0.7 0
6 0 0 0 0.7 0.7 1 0.4 0 0
7 0 0 0 0.5 0.5 0.4 1 0 0
8 0 0 0 0 0 0 0 1 0
9 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Karena matriks di atas simetris dan semua entri pada diagonal utama sama
dengan satu, maka relasi kabur R adalah simetris dan refleksif. Dengan
Dasar-Dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur 114
demikian R adalah suatu relasi kedekatan. Himpunan tingkat dari R adalah
= {0, 0.4, 0.5, 0.7, 0.8, 1}, sehingga diperoleh kelas kedekatan pada masing-masing tingkat:
D0 = N9
D0.4 = {1,2},{3, 4, 5}, {4, 5, 6, 7}, {5, 8}, {9}
D0.5 = {1,2},{3, 4, 5}, {4, 5, 6}, {4, 5, 7}, {5, 8},{9}
D0.7 = {1,2},{3, 4, 5}, {4, 5, 6}, {7}, {5, 8}, {9}
D0.8 = {1,2},{3, 4, 5}, {6}, {7}, {8}, {9}
D1 = {1}, {2},{3, 4}, {5}, {6}, {7}, {8}, {9}
Relasi kedekatan tersebut dapat direpresentasikan dalam pohon kedekatan seperti diperlihatkan dalam Gambar 4.7. Kelas-kelas kedekatan tersebut tidak
ada yang termuat (sejati) dalam kelas kedekatan yang lain pada tingkat yang sama. Oleh karena itu, kelas-kelas kedekatan tersebut merupakan kelas
kedekatan- maksimal. Jadi {{1,2},{3, 4, 5}, {4, 5, 6, 7}, {5, 8}, {9}} adalah penutup-0.4 lengkap, {{1,2},{3, 4, 5}, {4, 5, 6},{4, 5, 7}, {5, 8}, {9}} adalah penutup-0.5 lengkap dan seterusnya.
Gambar 4.7 Pohon kedekatan untuk relasi kedekatan R (Contoh 4.14).
1 2 3 4 5 4 5 6 7 5 8 9
9
9
9 3 4 5
3 4 5
3 4 5
4 5 6
4 5 6
4 5 7 1 2
1 2
3 4
5 8
5 8 1 2
1 2 5
6
6
7
7
7 8
8
9
=0.4
=0.5
=0.7
=0.8
=1
Relasi Kabur
115
Soal-Soal Latihan
4.1 Berikan suatu contoh fungsi keanggotaan relasi kabur R :=”jauh lebih
kecil dari pada” dalam 1010 dengan menggunakan matriks relasional.
4.2 Relasi kabur R yang didefinisikan dalam U1 U2 U3 U4, di mana U1 = {a, b, c}, U2={s, t}, U3={x, y} dan U4={i, j} adalah sebagai berikut:
1 2 3 4R( , , , )U U U U = {((b, t, y, i), 0.4), ((a, s, x, i), 0.6), ((b, s, y, i), 0.9),
((b, s, y, j), 1), ((a, t, y, i), 0.6), ((c, s, y, i), 0.2)}.
a) Hitunglah proyeksi R pada U1U2U4, U1U2, dan U4
b) Hitunglah perluasan cylindric dari proyeksi dalam (a) ke
U1U2U3U4.
4.3 Misalkan suatu relasi kabur R pada A B didefinisikan dengan menggunakan matriks relasional berikut:
R y1 y2 y3 y4 y5
x1 0.5 0 1 0.9 0.9
x2 1 0.4 0.5 0.3 0.1
x3 0.7 0.8 0 0.2 0.6
x4 0.1 0.3 0.7 1 0
a) Tentukan proyeksi pertama dan proyeksi kedua dari relasi R .
b) Tentukan perluasan cylindric dari proyeksi pertama dan proyeksi
kedua relasi R .
4.4 Carilah (1)
LR dan (2)
LR dalam Contoh 4.8
Dasar-Dasar Teori Himpunan Kabur dan Logika Kabur 116
4.5 Komposisikan dua relasi kabur 1R dan
2R berikut
1R y1 y2 y3 y4
x1 0.3 0 0.7 0.3
x2 0 1 0.2 0
2R z1 z2 z3
y1 1 0 1
y2 0 0.5 0.4
y3 0.7 0.9 0.6
y4 0 0 0
dengan menggunakan komposisi maksimun, komposisi max-hasil kali dan komposisi max-rata-rata.
4.6 Misalkan didefinisikan relasi kedekatan R pada 77 dengan
menggunakan matriks relasional berikut:
R 1 2 3 4 5 6 7
1 1 0 0.8 0 0.6 0.8 0
2 0 1 0 0.6 0 0.5 0
3 0.8 0 1 0.8 0 0 0
4 0 0.6 0.8 1 0 0 0.8
5 0.6 0 0 0 1 0.6 0
6 0.8 0.5 0 0 0.6 1 0
7 0 0 0 0.8 0 0 1
Relasi Kabur
117
Tentukan: a) Pohon kedekatan dari relasi R .
b) Semua penutup- lengkap dari relasi R .