BAB II Ulkus korneaa

34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kornea 2.1.1. Anatomi dan Fisiologi Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Apabila kornea mengalami edema karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.

description

tgs

Transcript of BAB II Ulkus korneaa

Page 1: BAB II Ulkus korneaa

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kornea

2.1.1. Anatomi dan Fisiologi

Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan

kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung

melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata

mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar

11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-

beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan

Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sclera

dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan

kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Apabila kornea mengalami edema karena

suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan

sinar sehingga penderita akan melihat halo.

Gambar 1. Anatomi Mata

Page 2: BAB II Ulkus korneaa

Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour

aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari

atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam,

avaskularitasnya dan deturgensinya.

2.1.2. Fisiologi Kornea

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui

berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya

yang uniform, avaskuler dan deturgesensi. Deturgesensi atau keadaan dehidrasi

relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel

dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel

jauh lebih penting daripada epitel.

Kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah

daripada kerusakan pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema

kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, keru sakan pada epitel hanya

menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan meghilang bila sel-sel

epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal

menghasilkan hipertonisitas ringan pada lapisan air mata tersebut.

Hal ini mungkin merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma kornea

superfisial dan membantu mempertahankan keadaan dehidrasi. Penetrasi kornea utuh

oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut-lemak dapat melalui epitel utuh dan

substansi larut-air dapat melalui stroma yang utuh. Agar dapat melalui kornea, obat

harus larut lemak dan larut-air sekaligus. Epitel adalah sawar yang efisien terhadap

masuknya mikroorganisme kedalam kornea. Namun sekali kornea ini cedera, stroma

Page 3: BAB II Ulkus korneaa

yang avaskular dan membran Bowman mudah terkena infeksi oleh berbagai macam

organisme, seperti bakteri, virus, amuba, dan jamur (Biswell, 2010)

2.1.2. Histologi

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:

1. Lapisan epitel

Lapisan epitel tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak

bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan

sel gepeng.Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini

terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan

menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya

dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden;

ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang

merupakan barrier.

Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat

kepadanya. Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren. Epitel

berasal dari ectoderm permukaan.

2. Membran Bowman

Membran bowman terletak dibawah membrana basal epitel kornea

yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan

berasal dari bagian depan stroma.Lapis ini tidak mempunyai daya

regenerasi.

3. Jaringan Stroma

Page 4: BAB II Ulkus korneaa

Jaringan stroma terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen

yang sejajar satu dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman

yang teratur sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang;

terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-

kadang sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang

merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga

keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan

embrio atau sesudah trauma.

4. Membran Descement

Membran descement merupakan membrana aselular dan merupakan

batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan

membrane basalnya.Membran descement bersifat sangat elastis dan

berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 µm.

5. Endotel

Endotel berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal,

besar 20-40 m. Endotel melekat pada membran descement melalui

hemidosom dan zonula okluden.

Page 5: BAB II Ulkus korneaa

Gambar 2. Histologi Kornea

2.2. Ulkus Kornea

2.2.1. Defenisi

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat

kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif

disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat

terjadi dari epitel sampai stroma.

2.2.2. Epidemiologi

Di Amerika insiden ulkus kornea bergantung pada penyebabnya.

Insidensi ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di

Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi

karena trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak di ketahui

penyebabnya. Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan pada

Page 6: BAB II Ulkus korneaa

tahun 1879 tetapi baru mulai periode 1950 keratomikosis diperhatikan.Banyak

laporan menyebutkan peningkatan angka kejadian ini sejalan dengan

peningkatan penggunaan kortikosteroid topikal, penggunaan obat

imunosupresif dan lensa kontak.Singapura melaporkan selama 2.5 tahun dari

112 kasus ulkus kornea 22 beretiologi jamur. Mortalitas atau morbiditas

tergantung dari komplikasi dari ulkus kornea seperti parut kornea, kelainan

refraksi, neovaskularisasi dan kebutaan. Berdasarkan kepustakaan di USA,

laki-laki lebih banyak menderita ulkus kornea, yaitu sebanyak 71%, begitu

juga dengan penelitian yang dilakukan di India Utara ditemukan 61% laki-laki.

Hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya kegiatan kaum laki-laki sehari-

hari sehingga meningkatkan resiko terjadinya trauma termasuk trauma kornea.

2.2.3. Etiologi dan Faktor Resiko

Etiologi ulkus kornea adalah

1. Infeksi

Infeksi terbagi sebagai berikut.

a. Infeksi Bakteri

Infeksi bakteri disebabkan oleh P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia

dan spesies Moraxella merupakan penyebab paling sering. Hampir

semua ulkus berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak

dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang

bersifat khas menunjukkan infeksi P aeruginosa.

b. Infeksi Jamur

Infeksi Jamur disebabkan oleh sebagai berikut.

Page 7: BAB II Ulkus korneaa

1. Jamur berfilamen (filamentous fungi); bersifat multiseluler dengan

cabang-cabang hifa.

a. Jamur bersepta : Fusarium sp, Acremonium sp, Aspergilus sp,

Clodosporium sp, Penicillium sp, Paecilomyces sp, Phialophora sp,

Curvularia sp, Altenaria sp.

b. Jamur tidak bersepta : Mucor sp, Rhizopus sp, Absidia sp.

2. Jamur ragi (yeast)

Jamur uniselular dengan pseudohifa dan tunas: Candida albicans,

Cryptococcus sp, Rodotolura sp.

3. Jamur difasik

Pada jaringan hidup membentuk ragi, sedangkan pada media perbiakan

membentuk misellium : Blastomices sp, Coccididies sp, Histoplasma

sp, Sporothrix sp.

Tampaknya di Asia Tenggara penyebabnya yang terbanyak adalah

Aspergllus sp dan Fusarium sp.

c. Infeksi Virus

Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk

khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel

yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi

pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian

sentral.Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).

d. Acanthamoeba

Page 8: BAB II Ulkus korneaa

Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air

yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi

kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal

pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan

garam buatan sendiri.Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan

pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang tercemar.

2. Non Infeksi

Penyebab non infeksi adalah sebagai berikut.

a. Bahan Kimia

Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik

dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi

pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak

tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat

superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih

yang mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan

terjadi penghancuran kolagen kornea.

b. Radiasi atau Suhu

Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari

yang akan merusak epitel kornea.

c. Sindrom Sjorgen

Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis

sicca yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan

defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan

Page 9: BAB II Ulkus korneaa

permukan palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya

bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul

ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan

flurosein.

d. Defisiensi Vitamin A

Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena

kekurangan vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran

cerna dan ganggun pemanfaatan oleh tubuh.

e. Obat-obatan

Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya;

kortikosteroid, IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan

imunosupresif.

f. Kelainan dari Membrane Basal, seperti karena trauma.

g. Pajanan

h. Neurotropik

3. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)

Penyebab karena system imun misalnya pada penyakit

granulomatosa wagener dan rheumathoid arthritis.

Page 10: BAB II Ulkus korneaa

Faktor resiko terjadinya ulkus kornea dapat dibedakan atas dua, yaitu sebagai

berikut.

1. Faktor Okular

a. Trauma

Trauma akibat tumbuh-tumbuhan, trauma kimia dan panas, Iatrogenic trauma

ocular, seperti Keratoplasty dan Keratorefractive surgery.

b. Abnormalitas pada permukaan mata

Misdirection of lashes, Incomplete lid closure

c. Infeksi pada adneksa

Blepharitis, Meibomitis, Dry Eye, Dacryocystitis

d. Nutrisi

Defisiensi vitamin A

e. Lensa kontak

Kebersihan lensa kontak, penggunaan solusi yang terkontaminasi

f. Compromised cornea

2. Faktor Sistemik

Faktor sistemik diantaranya Diabetes mellitus, Stevens-Johnson Syndrome,

Blepharoconjunctivitis, Infeksi Gonococcal dengan konjungtivitis,

Immunocompromised status.

2.2.4. Klasifikasi

2.2.5. Patofisiologi

Page 11: BAB II Ulkus korneaa

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui

cahaya, dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih,

sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan

cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam

bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan

yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat

menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di

daerah pupil.

Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan

tidak segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak

vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang

terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru

kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan

tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-

sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang

mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna

kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin,

kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.

Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada

kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan

fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra

(terutama palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh.

Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan

fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan

Page 12: BAB II Ulkus korneaa

fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh

iris.

Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut.

Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini

menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul

kecil dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini

menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan

sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan

menyebabkan terjadinya sikatrik.5

2.2.6. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik pada ulkus kornea secara umum dapat berupa.

1. Gejala Subyektif, dapat berupa.

a. Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva

b. Sekret mukopurulen

c. Merasa ada benda asing di mata

d. Pandangan kabur

e. Mata berair

f. Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus

g. Silau

h. Nyeri

Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus

terdapat pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan

lapisan epitel kornea.

Page 13: BAB II Ulkus korneaa

2. Gejala Objektif, dapat berupa.

a. Injeksi siliar

b. Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat

c. Hipopion

2.2.7. Diagnosa

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium.

Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya

riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang

bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering

kambuh.Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien

seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi,

virus terutama keratitis herpes simplek.Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat

penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi

khusus.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi

siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat

dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion.

2.2.8. Diagnosa Banding

Karatomalasia, tukak hipersensitif stafilokok, dan infiltrar sisa benda

asing.

Page 14: BAB II Ulkus korneaa

2.2.9. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat berupa.

a. Ketajaman penglihatan

b. Tes refraksi

c. Tes air mata

d. Pemeriksaan slit-lamp

e. Keratometri (pengukuran kornea)

f. Respon reflek pupil

g. Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.

Gambar9 .Kornea ulcer dengan fluoresensi

h. Biopsi jaringan kornea

Diwarnai dengan periodic acid Schiff atau methenamine silver.

i. Nomarski differential interference contrast microscope

Untuk melihat morfologi jamur dari kerokan kornea (metode

nomarski

Page 15: BAB II Ulkus korneaa

j. Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau

KOH)

Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula

kimura dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan

pewarnaan KOH, gram atau Giemsa.Lebih baik lagi dengan biopsi

jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid Schiff.

Selanjutnya dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau agar ekstrak

maltosa.

Gambar 10.Pewarnaan gram ulkus kornea fungi

Gambar 11Pewarnaan gram ulkus kornea Gambar 12 Pewarnaan gram

ulkus kornea

herpes simplex herpes zoster

Page 16: BAB II Ulkus korneaa

Gambar 13. Pewarnaan gram ulkus kornea bakteri Gambar 14.Pewarnaan gram

ulkus kornea

bakteri akantamoeba

2.2.10. Penatalaksanaan

Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh

spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada

kornea.Pengobatan pada ulkus kornea tergantung penyebabnya, diberikan

obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur,

sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid.Pasien

dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri,

tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik.

Pengobatan ulkus kornea dapat berupa sebagai berikut.

1. Pengobatan konstitusi

Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan

umum yang kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus

diperbaiki dengan makanan yang bergizi, udara yang baik, lingkungan

yang sehat, pemberian roboransia yang mengandung vitamin A,

vitamin B kompleks dan vitamin C. Pada ulkus-ulkus yang disebabkan

Page 17: BAB II Ulkus korneaa

kuman yang virulen, yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa,

dapat diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau 10 cc susu steril yang

disuntikkan intravena dan hasilnya cukup baik. Dengan penyuntikan ini

suhu badan akan naik, tetapi jangan sampai melebihi 39,5°C. Akibat

kenaikan suhu tubuh ini diharapkan bertambahnya antibodi dalam

badan dan menjadi lekas sembuh.

2. Pengobatan local

Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera

dihilangkan.Lesi kornea sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati

sebaik-baiknya.Konjungtuvitis, dakriosistitis harus diobati dengan

baik. Infeksi lokal pada hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat

lain harus segera dihilangkan.

Infeksi pada mata harus diberikan sebagai berikut.

a. Sulfas atropine sebagai salap atau larutan

Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1-

2 minggu.Efek kerja sulfas atropine :

- Sedatif, menghilangkan rasa sakit.

- Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.

- Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.

Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya

akomodsi sehingga mata dalan keadaan istirahat. Dengan

lumpuhnya M. konstriktor pupil, terjadi midriasis sehinggga

Page 18: BAB II Ulkus korneaa

sinekia posterior yang telah ada dapat dilepas dan mencegah

pembentukan sinekia posterior yang baru

b. Skopolamin sebagai midriatika

c. Analgetik

Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes

pantokain, atau tetrakain tetapi jangan sering-sering.

d. Antibiotic

Anti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau

yang berspektrum luas diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi

subkonjungtiva.Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan

salap mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan juga

dapat menimbulkan erosi kornea kembali.

e. Anti jamur

Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh

terbatasnya preparat komersial yang tersedia berdasarkan jenis

keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi sebagai berikut.

1. Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : topikal

amphotericin B 1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml,

Natamycin > 10 mg/ml, golongan Imidazole

2. Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal,

Natamicin, Imidazol

3. Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol

Page 19: BAB II Ulkus korneaa

4. Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa,

berbagai jenis anti biotik

f. Antiviral

Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik

diberikan streroid lokal untuk mengurangi gejala, sikloplegik, anti

biotik spektrum luas untuk infeksi sekunder analgetik bila

terdapat indikasi.Untuk herpes simplex diberikan pengobatan

IDU, ARA-A, PAA, interferon inducer.

Perban tidak seharusnya dilakukan pada lesi infeksi supuratif

karena dapat menghalangi pengaliran sekret infeksi tersebut dan

memberikan media yang baik terhadap perkembangbiakan kuman

penyebabnya. Perban memang diperlukan pada ulkus yang bersih

tanpa sekret guna mengurangi rangsangan.Untuk menghindari

penjalaran ulkus dapat dilakukan sebagai berikut.

1. Kauterisasi

a) Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik,

larutan murni trikloralasetat

b) Dengan panas (heat cauterisasion) : memakai elektrokauter

atau termophore. Dengan instrumen ini dengan ujung alatnya

yang mengandung panas disentuhkan pada pinggir ulkus

sampai berwarna keputih-putihan.

Page 20: BAB II Ulkus korneaa

2. Pengerokan epitel yang sakit

Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat

tidak menunjukkan perbaikan dengan maksud mengganti cairan

coa yang lama dengan yang baru yang banyak mengandung

antibodi dengan harapan luka cepat sembuh. Penutupan ulkus

dengan flap konjungtiva, dengan melepaskan konjungtiva dari

sekitar limbus yang kemudian ditarik menutupi ulkus dengan

tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk

mempercepat penyembuhan. Kalau sudah sembuh flap

konjungtiva ini dapat dilepaskan kembali.

Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi

spontan berikan sulfas atropine, antibiotik dan balut yang

kuat.Segera berbaring dan jangan melakukan gerakan-gerakan.

Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja,

maka dapat dilakukan :

Iridektomi dari iris yang prolaps

Iris reposisi

Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva

Beri sulfas atripin, antibiotic dan balut yang kuat

Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah

berlangsung lama, kita obati seperti ulkus biasa tetapi prolas

irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya sembuh menjadi leukoma

adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik.

Page 21: BAB II Ulkus korneaa

Gambar 15.Ulkus kornea perforasi, jaringan iris keluar dan

menonjol, infiltrat pada kornea ditepi perforasi.

3. Keratoplasti

Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan

diatas tidak berhasil. Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut

yang mengganggu penglihatan, kekeruhan kornea yang

menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi

beberapa kriteria yaitu :

Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas

penderita

Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.

Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.

Page 22: BAB II Ulkus korneaa

Gambar 16. Keratoplasti

2.2.11. Komplikasi

Komplikasi yang paling sering timbul berupa:

a. Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat

b. Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan

panopthalmitis

c. Prolaps iris

d. Sikatrik kornea

e. Katarak

f. Glaukoma sekunder

2.2.12. Pencegahan

Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera

berkonsultasi kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata.Sering kali

luka yang tampak kecil pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan

mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata.

1. Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam

mata

2. Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa

menutup sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam

keadaan basah

Page 23: BAB II Ulkus korneaa

3. Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai

dan merawat lensa tersebut.

2.2.13. Prognosis

Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat

lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan

ada tidaknya komplikasi yang timbul.Ulkus kornea yang luas memerlukan

waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea bersifat

avaskular.Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat

pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih

buruk.Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan

penggunaan obat.Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat

terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi.

Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan

dengan pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua

metode; migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan

pembentukan pembuluh darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil

dapat sembuh dengan cepat melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus

yang besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas dapat

membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.