BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelelahan Kerja Pengertian ... II.pdf · ... kelelahan kerja dapat...

22
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelelahan Kerja Pengertian kelelahan kerja Banyak pengertian mengenai kelelahan kerja yang telah dikemukakan oleh para ahli. Secara garis besar kelelahan kerja merupakan suatu kondisi yang timbul karena aktivitas individu hingga individu tersebut tidak mampu lagi mengerjakannya. Dengan kata lain, kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada peningkatan kesalahan kerja dan berujung pada kecelakaan kerja (Nurmianto, 2004). Beberapa teori oleh para ahli mengenai definisi kelelahan kerja, yaitu menurut: a. Nurmianto (2004), kelelahan merupakan kondisi dimana tubuh mengalami kehabisan energi karena perpanjangan kerja yang dilakukan. Kelelahan sering muncul pada jenis pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang atau monoton. b. Suma’mur (2009), kelelahan merupakan kondisi yang menunjukkan keadaan tubuh baik fisik maupun mental yang semuanya berakibat pada penurunan daya kerja serta ketahanan tubuh. c. Tarwaka (2014), kelelahan merupakan suatu bagian dari mekanisme tubuh untuk melakukan perlindungan agar tubuh terhindar dari kerusakan yang lebih parah, dan akan kembali pulih apabila melakukan istirahat.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelelahan Kerja Pengertian ... II.pdf · ... kelelahan kerja dapat...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelelahan Kerja Pengertian ... II.pdf · ... kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada peningkatan ... dimana tubuh

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kelelahan Kerja

Pengertian kelelahan kerja

Banyak pengertian mengenai kelelahan kerja yang telah dikemukakan oleh

para ahli. Secara garis besar kelelahan kerja merupakan suatu kondisi yang timbul

karena aktivitas individu hingga individu tersebut tidak mampu lagi mengerjakannya.

Dengan kata lain, kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja

yang berakibat pada peningkatan kesalahan kerja dan berujung pada kecelakaan kerja

(Nurmianto, 2004).

Beberapa teori oleh para ahli mengenai definisi kelelahan kerja, yaitu menurut:

a. Nurmianto (2004), kelelahan merupakan kondisi dimana tubuh mengalami

kehabisan energi karena perpanjangan kerja yang dilakukan. Kelelahan sering

muncul pada jenis pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang atau monoton.

b. Suma’mur (2009), kelelahan merupakan kondisi yang menunjukkan keadaan tubuh

baik fisik maupun mental yang semuanya berakibat pada penurunan daya kerja serta

ketahanan tubuh.

c. Tarwaka (2014), kelelahan merupakan suatu bagian dari mekanisme tubuh untuk

melakukan perlindungan agar tubuh terhindar dari kerusakan yang lebih parah, dan

akan kembali pulih apabila melakukan istirahat.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelelahan Kerja Pengertian ... II.pdf · ... kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada peningkatan ... dimana tubuh

8

Jenis kelelahan

Menurut Suma’mur (2009) dan Tarwaka (2014), kelelahan dapat dibedakan

menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu:

1. Kelelahan menurut proses

a. Kelelahan otot, merupakan kelelahan yang ditandai dengan kondisi tremor

atau perasaan nyeri pada otot. Kelelahan ini terjadi karena penurunan

kapasitas otot dalam bekerja akibat dari kontraksi yang berulang, baik

karena gerakan yang statis maupun dinamis. Sehingga seseorang tampak

kehilangan kekuatannya untuk melakukan pekerjaan.

b. Kelelahan umum, merupakan kelelahan yang ditandai dengan berkurangnya

kemauan untuk bekerja karena pekerjaan yang monoton, intensitas, lama

kerja, kondisi lingkungan, sesuatu yang mempengaruhi mental, status gizi,

dan status kesehatan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardiani (2011)

juga membuktikan bahwa sebesar 60% pekerja buruh angkut dengan sikap

kerja yang tidak baik mengalami kelelahan secara umum.

2. Kelelahan menurut waktu

a. Kelelahan akut, merupakan kelelahan yang ditandai dengan kehabisan

tenaga fisik dalam melakukan aktivitas, serta akibat beban mental yang

diterima saat bekerja. Kelelahan ini muncul secara tiba-tiba karena organ

tubuh bekerja secara berlebihan.

b. Kelelahan kronis, juga disebut dengan kelelahan klinis yaitu kelelahan yang

diterima secara terus-menerus karena faktor atau kegiatan yang dilakukan

berlangsung lama dan sering. Kelelahan ini sering terjadi sepanjang hari

dalam jangka waktu yang lama, serta kadang muncul sebelum melakukan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelelahan Kerja Pengertian ... II.pdf · ... kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada peningkatan ... dimana tubuh

9

pekerjaan dan menimbulkan keluhan seperti sakit kepala, sulit tidur, hingga

masalah pencernaan.

Gejala kelelahan

Daftar gejala-gejala kelelahan atau perasaan yang berhubungan dengan

kelelahan menurut Suma’mur (2009):

Tabel 2.1 Gejala-gejala Kelelahan

Sedangkan gejala-gejala kelelahan menurut Nurmianto (2004) hanya terdiri atas empat

gejala, yaitu:

1. Rasa letih, lelah, lesu, dan lemah (4L)

2. Mengantuk

3. Motivasi kerja menurun

4. Rasa pesimis

Gejala Kelelahan

1. Perasaan berat di kepala

2. Lelah di seluruh badan

3. Kaki terasa berat

4. Sering menguap

5. Pikiran terasa kacau

6. Mudah mengantuk

7. Terasa berat pada mata

8. Kaku dan canggung dalam

gerakan

9. Tidak seimbang dalam berdiri

10. Mau berbaring

11. Sulit berpikir

12. Lelah bicara

13. Menjadi gugup

14. Tidak mampu berkonsentrasi

15. Tidak dapat memusatkan

perhatian terhadap sesuatu

16. Cenderung untuk mudah lupa

17. Kurang kepercayaan

18. Cemas terhadap sesuatu

19. Tidak mampu mengontrol

sikap

20. Tidak bisa tekun dalam

melakukan pekerjaan

21. Sakit kepala

22. Kaku pada bahu

23. Nyeri pada punggung

24. Pernafasan terasa tertekan

25. Haus

26. Suara serak

27. Merasa pening

28. Spasme pada kelopak mata

29. Tremor pada anggota badan

30. Merasa kurang sehat

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelelahan Kerja Pengertian ... II.pdf · ... kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada peningkatan ... dimana tubuh

10

Pengukuran kelelahan

Hingga saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara

langsung dan akurat. Pengukuran yang dilakukan dalam penelitian-penelitian

sebelumnya menjadi indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan kerja. Menurut

Grandjean (1997) metode pengukuran kelelahan dikelompokkan sebagai berikut:

1. Kualitas dan kuantitas kerja

Dalam metode ini, kualitas output digambarkan sebagai suatu jumlah proses

kerja atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Jumlah proses kerja

yang dimaksudkan adalah waktu yang digunakan dalam setiap item. Namun

demikian banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti, target produksi,

faktor sosial, dan perilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas output

berupa kerusakan produk maupun penolakan produk atau frekuensi kecelakaan

dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tapi faktor tersebut bukanlah faktor

penyebab atau (causal factor). Kuantitas kerja dapat dilihat pada prestasi kerja

yang dinyatakan dalam banyaknya produksi per satuan waktu. Dan untuk kualitas

kerja diperoleh dari menilai jumlah kesalahan, jumlah produk yang ditolak, serta

jumlah kerusakan material (Tarwaka, 2014).

2. Uji psikomotor (psychomotor test)

Metode ini menggunakan fungsi persepsi, interpretasi, dan reaksi motorik.

Salah satu cara yang digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu

reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsangan sampai kepada suatu

saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat

digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit, atau goyangan badan.

Terjadinya perpanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya perlambatan

pada proses faal syaraf dan otot (Grandjean, 1997).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelelahan Kerja Pengertian ... II.pdf · ... kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada peningkatan ... dimana tubuh

11

Menurut Sanders dan McCormick (1987) dalam Tarwaka (2014) waktu reaksi

adalah waktu untuk membuat suatu respon yang spesifik saat suatu stimulasi

terjadi. Waktu stimulasi terpendek biasanya berkisar antara 150 hingga 200

milidetik. Waktu reaksi tergantung dari beberapa aspek yaitu, stimuli yang dibuat,

umur subyek, intensitas dan lamanya perangsangan, serta perbedaan-perbedaan

individu lainnya.

Alat ukur waktu reaksi yang telah berkembang di Indonesia menggunakan

nyala lampu dan denting suara sebagai stimulinya, contohnya adalah reaction

timer. Pengukuran menggunakan reaction timer bertujuan untuk mengetahui

tingkat kelelahan responden yang hasilnya nanti lebih bernilai kuantitatif, maka

dalam penelitian ini alat yang digunakan adalah reaction timer. Berikut ini adalah

kriteria kelelahan menurut Balai Hiperkes (2004).

Tabel 2.2 Kriteria Kelelahan Menurut Balai Hiperkes Tahun 2004

Kriteria Waktu Reaksi

Normal 150 hingga 240 milidetik

Kelelahan Kerja Ringan (KKR) >240 hingga <410 milidetik

Kelelahan Kerja Sedang (KKS) 410 hingga <580 milidetik

Kelelahan Kerja Berat (KKB) ≥580 milidetik

3. Uji hilangnya kelipan (flicker-fusion test)

Dalam kondisi lelah, kemampuan seorang tenaga kerja untuk melihat kelipan

akan berkurang. Apabila kondisinya semakin lelah, maka akan semakin panjang

waktu yang diperlukan untuk melihat jarak antara dua kelipan. Di samping untuk

mengukur kelelahan, uji kelipan juga menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga

kerja (Tarwaka, 2014).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelelahan Kerja Pengertian ... II.pdf · ... kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada peningkatan ... dimana tubuh

12

4. Pengukuran kelelahan secara subyektif (subjective feelings of fatigue)

Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research Committee

(IFRC) Jepang yang merupakan salah satu kuesioner yang dapat digunakan untuk

mengukur tingkat kelelahan secara subyektif. Kuesioner tersebut terdiri atas 30

pertanyaan yang terbagi atas 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan, 10

pertanyaan pelemahan motivasi, dan 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan

fisik. Jika metode ini digunakan hanya untuk beberapa orang pekerja di suatu

populasi kerja yang besar, maka hasilnya tidak akan valid (Tarwaka, 2014).

Akibat kelelahan

Kelelahan merupakan komponen fisik dan psikis seseorang. Kelelahan yang

terjadi secara terus-menerus akan berakibat kepada kelelahan kronis (Suma’mur,

2009). Menurut Tarwaka (2014) kerja fisik yang memerlukan konsentrasi yang terus-

menerus dapat menyebabkan kelelahan fisiologis hingga terjadi perubahan faal dan

penurunan keinginan untuk melakukan suatu aktivitas kerja yang dikarenakan oleh

kelelahan psikis. Semakin berat beban kerja seseorang maka akan semakin pendek

waktu kerja yang dijalankan untuk bekerja tanpa mengalami kelelahan dan gangguan

fisiologi lain. Namun apabila beban kerja yang diterima seseorang melebihi

kapasitasnya, maka akan menimbulkan kelelahan dan gangguan fisiologis seperti

gangguan pada sistem kardiovaskular (Tarwaka, 2014). Perasaan lelah tidak hanya

dirasakan pada saat setelah bekerja, tetapi juga bisa dirasakan sebelum melakukan

pekerjaan dan saat melakukan pekerjaan. Kelelahan akibat kerja dapat ditanggulangi

dengan menyediakan sarana istirahat, memberi waktu libur, penerapan ergonomi,

lingkungan kerja yang sehat dan nyaman (Eraliesa, 2009).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelelahan Kerja Pengertian ... II.pdf · ... kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada peningkatan ... dimana tubuh

13

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan

Karakteristik individu

1. Usia

Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja

seorang individu. Pemakaian energi per-jam pada kondisi dari kerja otot untuk tiap

orang itu berbeda, dan salah satunya adalah faktor usia. Menurut Suma’mur (2009)

kerja otot memiliki peranan penting dalam meningkatkan kebutuhan kalori seseorang

dan salah satunya adalah kebutuhan akan metabolisme basal atau Basal Metabolic

Rate (BMR). Basal Metabolic Rate merupakan jumlah energi yang digunakan untuk

proses mengolah bahan makanan dan oksigen menjadi energi untuk mempertahankan

tubuh. Metabolisme basal seorang anak akan berbeda dengan orang dewasa, karena

anak-anak akan membutuhkan energi lebih banyak pada masa pertumbuhannya.

Dengan kata lain, faktor usia seseorang akan mempengaruhi metabolisme basal dari

individu tersebut. Semakin tua individu tersebut maka metabolisme basal akan

semakin menurun dan individu tersebut akan mudah mengalami kelelahan (Mahan &

Stump, 2008).

Melalui penelitian yang dilakukan oleh Eraliesa (2009) diperoleh sebanyak

61,5% pekerja yang berusia di atas 41 tahun mengalami kelelahan. Dengan rincian

50% menyatakan sangat lelah dan 11,5% menyatahan lelah. Penelitian lain yang

dilakukan oleh Mentari (2012) juga memperlihatkan bahwa persentase individu

dengan usia di atas 45 tahun 57,6% lebih mudah mengalami kelelahan daripada yang

berusia di bawah 45 tahun. Pekerja yang berusia lanjut akan merasa cepat lelah dan

tidak mampu lagi untuk bekerja dengan cepat (Umyati, 2010). Maka dapat

disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki usia lebih muda akan sanggup

melakukan pekerjaan berat daripada yang berusia tua.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelelahan Kerja Pengertian ... II.pdf · ... kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada peningkatan ... dimana tubuh

14

2. Masa kerja

Faktor lain yang mempengaruhi kelelahan kerja adalah masa kerja. Masa kerja

merupakan panjangnya waktu bekerja terhitung mulai pertama kali masuk kerja

hingga dilakukannya penelitian (Amalia, 2007 dan Umyati, 2010). Pengalaman kerja

seseorang akan mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja. Karena semakin lama

seseorang bekerja dalam suatu perusahaan, maka selama itu perasaan jenuh akan

pekerjaannya akan mempengaruhi tingkat kelelahan yang dialaminya (Langgar, 2014).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Umyati (2010) membuktikan bahwa masa

kerja yang lebih lama akan mempengaruhi kelelahan. Kelelahan kerja yang paling

banyak dialami oleh pekerja dengan masa kerja lebih dari 8 (delapan) tahun sebesar

69,7%. Selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayati (2009) kelelahan

banyak dialami oleh pekerja dengan masa kerja lebih dari 15 tahun yaitu sebanyak 32

orang (69,6%).

3. Status gizi

Dalam hubungan pekerjaan, makanan yang dibutuhkan oleh tenaga kerja

adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka terutama untuk menambah kalori

ketika melakukan pekerjaan. Untuk pekerja yang bekerja pada suhu tinggi, harus

diperhatikan juga kebutuhan air dan garam mereka sebagai pengganti cairan tubuh

yang keluar akibat proses penguapan (Suma’mur, 2009). Selain itu makanan juga

dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan proses metabolisme, yaitu mengubah bahan

makanan yang masuk ke tubuh menjadi energi yang digunakan selama kerja fisik.

Kerja fisik adalah kerja yang membutuhkan energi fisik sebagai sumber tenaganya

pada otot manusia. Kerja fisik biasa dikonotasikan dengan kerja berat atau kerja otot.

Kerja otot yang berat akan memerlukan konsumsi energi yang besar. Salah satu

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelelahan Kerja Pengertian ... II.pdf · ... kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada peningkatan ... dimana tubuh

15

kebutuhan utama penggerak otot adalah kebutuhan oksigen yang dibawa oleh darah

ke otot untuk proses pembakaran zat yang menghasilkan energi (Tarwaka, 2014).

Proses metabolisme tertinggi dan begitu cepat berada selama periode

pertumbuhan seorang anak, terutama pada tahun-tahun pertama dan kedua kehidupan

anak tersebut (1000 hari pertama kehidupan). Dalam tubuh seorang bayi yang sedang

tumbuh, dapat menyimpan sebanyak 12% sampai 15% nilai energi yang berasal dari

makanan mereka untuk bentuk jaringan baru. Seiring berjalannya waktu seorang anak

akan tumbuh dan menjadi lebih tua, maka kebutuhan kalori untuk pertumbuhannya

juga berkurang menjadi sekitar 1% dari kebutuhan energi total (Mahan & Stump,

2008).

Dalam penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para ahli, status gizi biasanya

diukur dengan penghitungan indeks massa tubuh (IMT) dengan membandingkan berat

badan dan tinggi badan (BB/TB2). Menurut Departemen Kesehatan Republik

Indonesia (2003) batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3 Batas Ambang IMT Indonesia

Laki-laki

(kg/m2) Perempuan

(kg/m2)

Kurus <17 <18

Normal 17-23 18-25

Kegemukan 23-27 25-27

Obesitas >27 >27

Melalui hasil penelitian yang dilakukan oleh Adi (2013) dan Langgar (2014)

memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja.

Dalam penelitian tersebut dibuktikan bahwa orang dengan status gizi yang rendah akan

mudah mengalami kelelahan. Karena kekurangan gizi yakni berupa kalori akan

mempengaruhi kemampuan kerja, waktu untuk menyelesaikan pekerjaan akan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelelahan Kerja Pengertian ... II.pdf · ... kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada peningkatan ... dimana tubuh

16

semakin panjang. Penelitian lain milik Eraliesa (2009) juga membuktikan bahwa status

gizi mempengaruhi kelelahan kerja dengan rincian, sebesar 26,9% pekerja dengan

status gizi baik mengalami kelelahan. Kemudian sebesar 38,5% kelelahan dialami

oleh pekerja dengan status gizi sedang, dan sisanya (34,6%) adalah pekerja dengan

status gizi kurang.

4. Status perkawinan

Menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 yang biasa disebut sebagai

Undang-undang Perkawinan, kata perkawinan memiliki arti sebagai ikatan batin

antara laki-laki dan perempuan sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk

keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa (Mas, 1993). Sedangkan menurut pendapat para ahli yakni Duvall dan

Miller (1985) perkawinan merupakan hubungan antara pria dan wanita yang berupa

hubungan seksual dengan tujuan untuk memiliki keturunan serta membagi peran

menjadi suami dan istri.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Eraliesa (2009) dan Mauludi (2010),

terdapat hubungan antara status perkawinan dengan tingkat kelelahan kerja. Seseorang

yang sudah menikah dan memiliki anak akan lebih mudah mengalami kelelahan,

karena waktu yang seharusnya digunakan untuk beristirahat digunakan untuk

mengurus dan memperhatikan anak dan istri atau keluarganya (Hidayat, 2003 dan

Mauludi, 2010).

5. Status kesehatan

Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pengertian

kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelelahan Kerja Pengertian ... II.pdf · ... kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada peningkatan ... dimana tubuh

17

orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Grafika, 1992). Dalam

kehidupan sehari-hari kesehatan merupakan hal yang patut diutamakan terutama bagi

para pekerja. Karena apabila pekerja tersebut dalam kondisi sehat, maka mereka

mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik sehingga produktivitas perusahaan

tempat mereka bekerja juga meningkat. Namun apabila pekerja tersebut mengalami

sakit, maka produktivitas kerja juga menurun. Manusia dan beban kerja tidak dapat

dipisahkan, apabila salah satunya terganggu maka akan berakibat pada gangguan daya

kerja, kelelahan, gangguan kesehatan, hingga cacat dan kematian (Suma’mur, 2009).

Sehingga dapat dikatakan bahwa salah satu dari penyebab kelelahan kerja adalah

kondisi kesehatan dari pekerja tersebut. Riwayat penyakit yang dimiliki oleh seorang

pekerja akan mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja. Tidak mungkin seseorang

dapat menyelesaikan pekerjaan dalam kondisi sakit (Hasibuan, 2000 dan Mauludi,

2010).

Penyakit yang dialami oleh seorang pekerja mungkin saja berasal dari

pekerjaannya tersebut dan berasal dari riwayat keturunan. Untuk penyakit yang berasal

dari riwayat keturunan memang tidak bisa dihindari seperti penyakit diabetes, jantung

koroner, obesitas dan lain-lain. Namun penyakit yang berasal dari jenis pekerjaannya

bisa dicegah. Penyakit yang berasal dari jenis pekerjaannya disebut denga penyakit

akibat kerja. Penyakit ini muncul karena beberapa faktor risiko yaitu, kondisi tempat

kerja, peralatan kerja, material yang digunakan, proses produksi, cara kerja, limbah

serta hasil produksinya (Buchari, 2007).

Jam kerja

Waktu kerja bagi seseorang dapat menentukan efisiensi dan produktivitasnya.

Hal-hal yang penting untuk persoalan waktu kerja terdiri atas (Suma’mur, 2009):

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelelahan Kerja Pengertian ... II.pdf · ... kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada peningkatan ... dimana tubuh

18

1. Lamanya seseorang untuk mampu bekerja dengan baik.

2. Hubungan antara waktu kerja dan istirahat.

3. Waktu bekerja sehari menurut periode meliputi siang dan malam.

Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan lamanya

seseorang bekerja dalam sehari adalah 8 (delapan) jam atau 40 jam seminggu.

Sedangkan untuk lembur, waktu yang diperbolehkan maksimal 3 (tiga) jam/hari.

Makin panjang jam kerja maka makin besar kemungkinan untuk terjadi hal-hal yang

tidak diinginkan seperti penyakit dan kecelakaan kerja. Pekerjaan kategori biasa yakni

tidak terlalu berat atau ringan, produktivitas seseorang akan menurun setelah 4 (empat)

jam bekerja. Keadaan ini sejalan dengan penurunan kadar gula dalam darah. Oleh

karena itu diperlukan waktu untuk istirahat dan kesempatan makan untuk menambah

kembali energi tubuh. Istirahat selama 30 menit setelah bekerja 4 (empat) jam kerja

terus menerus sangat penting untuk dilakukan (Suma’mur, 2009).

Untuk persoalan periode kerja siang atau malam, perlu dilakukannya kerja

secara bergilir (shift), terutama untuk bekerja pada malam hari. Hal tersebut dilakukan

karena bekerja pada malam hari akan membuat irama faal manusia menjadi terganggu,

metabolisme tubuh juga menjadi tidak sempurna, mudah mengalami kelelahan kerja,

dan sistem pencernaan menjadi terganggu (Nurmianto, 2004 dan Suma’mur, 2009).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Umyati (2010) dan Irma dkk. (2014)

kejadian kelelahan terjadi pada pekerja setelah bekerja lebih dari 8 (delapan) jam/hari.

Sedangkan menurut Handayani (2010) terdapat hubungan yang bermakna

antara lama jam kerja dengan kejadian kelelahan kerja dengan rincian pekerja yang

bekerja shift pagi dengan kategori sangat lelah sebanyak 13,2% sedangkan pekerja

pada shift malam pada kategori yang sama sebanyak 21%. Penelitian yang dilakukan

Ihsan (2012) dengan alat reaction timer menunjukkan hasil yang berbeda, pada pekerja

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelelahan Kerja Pengertian ... II.pdf · ... kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada peningkatan ... dimana tubuh

19

shift I (pagi) diperoleh rata-rata reaksi sebesar 284,79 milidetik, dan shift II (malam)

diperoleh rata-rata reaksi sebesar 307,76 milidetik. Ini termasuk dalam kategori

kelelahan kerja ringan, dimana kelelahan kerja ringan memiliki rentang waktu reaksi

antara 240 hingga 410 milidetik. Dari penelitian-penelitian tersebut dapat dibuktikan

bahwa jam kerja yang melebihi 8 jam/hari dapat menimbulkan kelelahan kerja yang

bisa memicu terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Suma’mur, 2009).

Lingkungan kerja

Lingkungan kerja menurut Tarwaka (2014) dapat memberikan beban tambahan

kepada pekerja meliputi:

1. Lingkungan kerja fisik, seperti suhu udara, kelembaban udara, radiasi,

intensitas penerangan, dan kebisingan.

2. Lingkungan kerja kimiawi, seperti debu, gas pencemar, uap logam, dan fume

dalam udara.

3. Lingkungan kerja biologis, seperti bakteri, virus, jamur, serangga, dan binatang

pengganggu.

4. Lingkungan kerja psikologis, seperti hubungan antara pekerja, stres kerja,

pemilihan dan penempatan tenaga kerja.

Untuk jenis pekerjaan di luar ruangan seperti konstruksi bangunan, faktor lingkungan

kerja yang paling diperhatikan adalah faktor lingkungan fisik seperti pengukuran

kebisingan dan suhu atau cuaca kerja. Kemudian untuk faktor lingkungan kimiawi

meliputi debu, faktor lingkungan biologis seperti virus dan binatang pengganggu,

serta faktor lingkungan psikologis seperti stres kerja. Berikut ini adalah penjelasan

mengenai faktor-faktor tersebut.

a. Kebisingan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelelahan Kerja Pengertian ... II.pdf · ... kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada peningkatan ... dimana tubuh

20

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.

13/Men/X/2011 tahun 2011, tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor

Kimia di Tempat Kerja, kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang

bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat

tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Selain itu menurut Suma’mur

(2009) kebisingan adalah bunyi yang didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada

telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan manakala bunyi-bunyi tersebut

tidak dikehendaki. Nilai ambang batas kebisingan ditetapkan sebesar 85 dBA

(Kemenakertrans, 2011). Jenis-jenis kebisingan menurut Suma’mur (2009) dibedakan

menjadi 5 (lima), yaitu:

1. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi luas, contohnya kipas angin.

2. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit, contohnya gergaji

sirkuler.

3. Kebisingan terputus-putus, contohnya suara pesawat terbang.

4. Kebisingan impulsif, contohnya ledakan meriam.

5. Kebisingan impulsif berulang, contohnya mesin tempa di perusahaan.

Alat ukur utama untuk kebisingan adalah soundlevel meter. Kebisingan akan

mempengaruhi kesehatan seseorang. Dimana pengaruh dari kebisingan adalah

kerusakan pada indera pendengar yang menyebabkan ketulian (Suma’mur, 2009).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mauludi (2010) membuktikan bahwa kebisingan

(>85 dBA) mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja berat sebesar 53,3%. Didukung

juga penelitian dengan kebisingan di tempat kerja lebih dari 85 dBA dilaporkan 60%

dari pekerjanya mengalami kelelahan kerja (Irma dkk., 2014). Maka berdasarkan

penelitian-penelitian tersebut, kebisingan yang merupakan bagian dari faktor

lingkungan fisik mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja (Suma’mur, 2009).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelelahan Kerja Pengertian ... II.pdf · ... kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada peningkatan ... dimana tubuh

21

b. Cuaca kerja

Disebut juga dengan iklim kerja yang menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja

dan Transmigrasi Nomor Per.13/Men/X/2011 tahun 2011, tentang Nilai Ambang

Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja merupakan hasil perpaduan

antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara, dan panas radiasi, dengan tingkat

pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat dari pekerjaannya, yang

dimaksudkan dalam peraturan ini adalah iklim kerja panas. Tubuh manusia memiliki

sistem untuk mempertahankan suhu tubuh. Hal ini terjadi karena keseimbangan antara

panas yang dihasilkan di dalam tubuh akibat dari metabolisme dan pertukaran panas

yang ada pada tubuh dengan lingkungan sekitar. Faktor-faktor yang mempengaruhi

pertukaran panas di antara tubuh dengan lingkungan sekitar adalah konduksi,

konveksi, radiasi, dan penguapan. Konduksi merupakan proses pertukaran panas yang

ada dalam tubuh dengan benda-benda di sekitarnya. Panas tubuh dapat menghilang

apabila benda-benda di sekitarnya suhunya lebih dingin, dan dapat menambah panas

tubuh apabila suhu di sekitarnya juga panas. Konveksi adalah pertukaran panas tubuh

dengan lingkungan melalui kontak udara. Tanda tubuh yang paling umum apabila

mengalami suhu yang panas adalah dengan mengeluarkan keringat. Tekanan suhu

yang tinggi akan mengakibatkan heat cramps, heat exhaustion, heat stroke, dan

miliaria (Suma’mur, 2009).

Alat ukur suhu adalah termometer bola disertai indeks suhu basah dan bola

(ISBB). Suhu yang ideal untuk orang Indonesia adalah 24oC sampai 26oC (Suma’mur,

2009). Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

Per.13/Men/X/2011 tahun 2011, tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor

Kimia di Tempat Kerja, nilai ambang batas ISBB yang diperkenankan adalah 32,2oC

untuk kategori kerja ringan, dan 31,1oC untuk kategori kerja sedang, serta 30,5oC

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelelahan Kerja Pengertian ... II.pdf · ... kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada peningkatan ... dimana tubuh

22

untuk kategori kerja berat pada 0% hingga 25% waktu kerja setiap jam

(Kemenakertrans, 2011).

c. Debu

Debu merupakan salah satu masalah yang paling sering ditemui pada jenis

pekerjaan luar ruangan seperti konstruksi bangunan. Debu yang dihirup oleh para

pekerja konstruksi dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan, salah satunya

adalah penyakit pneumoconiosis. Penyakit ini disebabkan oleh penimbunan debu-debu

dalam paru-paru. Tergantung dari jenis debu yang tertimbun dalam paru-paru, maka

nama penyakitnya juga berbeda. Misalnya saja timbunan debu asbes dalam paru-paru

disebut dengan asbestosis. Untuk pengendalian hazard debu dalam pekerjaan

konstruksi bangunan memang sulit dilakukan, karena debu yang dihirup oleh pekerja

bermacam-macam jenisnya (Suma’mur, 2009).

d. Virus dan binatang pengganggu

Faktor biologis merupakan salah satu beban tambahan yang dialami pekerja

saat melakukan pekerjaan. Khusus untuk pekerjaan yang berada di luar ruangan seperti

konstruksi bangunan, faktor lingkungan biologis yang rentan diterima oleh pekerja

bisa berupa virus dan binatang penganggu. Virus yang diterima oleh pekerja bisa

berasal dari penyakit infeksi atau penyakit menular yang dialami oleh pekerja lainnya,

contohnya saja penyakit tuberkulosis. Penyakit ini dapat ditularkan melalui udara dari

pekerja satu ke pekerja lainnya. Sedangkan untuk binatang pengganggu yang rentan

diterima oleh pekerja konstruksi adalah cacing berkaitan dengan penyakit kecacingan,

kutu berkaitan dengan penyakit kulit, nyamuk berkaitan dengan penyakit malaria atau

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelelahan Kerja Pengertian ... II.pdf · ... kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada peningkatan ... dimana tubuh

23

demam berdarah, dan binatang lainnya yang berisiko menularkan penyakit kepada

pekerja (Suma’mur, 2009).

e. Stres kerja

Menurut Manuaba (1998) dalam Tarwaka (2014), stres merupakan segala

rangsangan dari tubuh manusia yang berasal dari dalam maupun luar yang dapat

menimbulkan berbagai dampak negatif yang dimulai dari menurunnya kesehatan

hingga timbulnya penyakit. Banyak hal yang dapat menjadi faktor timbulnya stres,

seperti kondisi individu itu sendiri, ciri kepribadian individu tersebut, hubungan sosial,

hingga strategi untuk menghadapi stres yang muncul. Apabila stres tersebut tidak

ditangani dengan baik maka akan menimbulkan beberapa efek samping seperti

depresi, gangguan tidur, dan gangguan mental (Tarwaka, 2014).

PT. Adhi Karya Divisi Konstruksi IV Wilayah Operasional II Bali dan Proses

Kerja

PT. Adhi Karya Divisi Konstruksi IV Wilayah Operasional II Bali

PT Adhi Karya (ADHI) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di

bidang konstruksi di Indonesia. Bisnis dari perusahaan ini berupa layanan konstruksi,

Engineering, Procurement, and Contruction (EPC), investasi infrastruktur, properti,

dan real estate. PT. Adhi Karya memiliki sebelas cabang yang tersebar di seluruh

Indonesia. Diantaranya adalah Medan, Padang, Pekanbaru, Bandar Lampung,

Bandung, Semarang, Surabaya, Balikpapan, Makasar, Bali, dan Jayapura. Khusus

untuk Bali, pada awalnya kawasan ini termasuk ke dalam Divisi Konstruksi IV

Wilayah Operasional III. Namun sejak Januari 2013, Bali berada di bawah pimpinan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelelahan Kerja Pengertian ... II.pdf · ... kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada peningkatan ... dimana tubuh

24

Surabaya yakni Divisi Konstruksi IV Wilayah Operasional II yang terdiri dari Jawa

Timur, Bali, NTB dan NTT.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada proyek pembangunan gedung

parkir dan studio tari Institut Seni Indonesia Denpasar yang dilakukan oleh PT. Adhi

Karya Divisi Konstruksi IV Wilayah Operasional II Bali secara garis besar komponen

konstruksi terdiri dari empat tahapan, yaitu:

1. Tahap perencanaan.

Tahap ini merupakan tahap awal kegiatan yang meliputi, kegiatan perekrutan

konsultan pengawas, melaksanakan survei lapangan, melakukan studi kelayakan

proyek, pemilihan desain dan skema desain, serta perancangan budget dan

finansialnya.

2. Tahap perancangan.

Tahap perancangan ini terdiri dari:

a. Pra rancangan yang mencakup kriteria desain dan gambar situasi tata ruang.

b. Pengembangan rancangan yang mencakup perhitungan detail dalam struktural

dan non struktural, gambar-gambar detail, dan estimasi cost konstruksi.

c. Desain akhir dan penyiapan dokumen pelaksanaan.

3. Tahap pengadaan.

Pada tahap ini dilakukannya pengadaan untuk konsultan perencanaan konstruksi

dan konsultan pengawas konstruksi.

4. Tahap pelaksanaan.

Tahap pelaksanaan meliputi beberapa kegiatan yaitu:

a. Rencana kerja (schedule)

b. Rencana lapangan seperti peletakan bahan, alat, dan bangunan

c. Organisasi lapangan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelelahan Kerja Pengertian ... II.pdf · ... kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada peningkatan ... dimana tubuh

25

d. Pengadaan material

e. Pengadaan alat

f. Pengadaan tenaga

g. Pengukuran (stake out)

Proses kerja

Seperti yang dilakukan pada proyek pembangunan gedung parkir dan studio

tari di Institut Seni Indonesia Denpasar, PT. Adhi Karya memperkerjakan pekerja

dengan keahlian dan proses kerja yang tidak sama. Berikut ini adalah proses kerja

pekerja proyek konstruksi bangunan.

1. Pekerja pemasangan rangka baja

Pekerja pemasangan rangka baja biasa melakukan pekerjaannya pada siang

hari. Karena pemasangan rangka baja sangat bergantung pada penerangan.

Pekerja pemasangan baja ini bekerja mulai dari pukul 08.00 hingga 17.00,

dengan waktu istirahat selama 1 jam (pukul 12.00-13.00). Dari segi jam kerja,

pekerja pemasangan rangka baja termasuk kategori ringan. Namun berdasarkan

beban tambahan yang diperoleh di lapangan, pekerja pemasangan rangka baja

bekerja di bawah sinar matahari langsung pada suhu yang lumayan panas

terutama saat musim kemarau. Baja juga bukan jenis benda yang ringan, butuh

tenaga yang besar untuk mengangkatnya walau hanya untuk dipindahkan

beberapa centimeter saja.

2. Pekerja pembesian

Pekerja pembesian melakukan pekerjaan wajibnya mulai pukul 08.00 hingga

17.00. Apabila mereka lembur, maka mereka mendapatkan tambahan waktu

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelelahan Kerja Pengertian ... II.pdf · ... kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada peningkatan ... dimana tubuh

26

kerja mulai pukul 18.00 hingga 22.00. Secara keseluruhan total tambahan

waktu lembur yang mereka peroleh adalah 4 (empat) jam/hari. Dan waktu

lembur tersebut lebih dari waktu lembur yang seharusnya (3 jam/hari). Dalam

hal jam kerja, pekerja pembesian menerima jam kerja yang lebih dari normal

(11 jam/hari termasuk lembur). Dikarenakan jumlah pekerja pembesian sedikit,

maka semua pekerja melakukan lembur hampir setiap hari.

3. Pekerja bekisting vertikal dan horizontal

Pekerjaan bekisting adalah proses pemasangan plat yang terbuat dari besi

sebagai rangka untuk membangun pondasi. Pembangunan pondasi dinding dan

tiang-tiang tersebut dinamakan bekisting vertikal. Kemudian dilakukan

pemasangan kayu dan tripleks secara horizontal yang nantinya berguna sebagai

rangka pondasi lantai disebut dengan bekisting horizontal. Setelah rangka-

rangka tersebut jadi, maka dilakukanlah pemadatan pondasi dengan semen.

Pemadatan bekisting dibantu dengan alat mobil cor sehingga mempermudah

pekerjaan mereka. Dalam hal jam kerja, pekerja bekisting memiliki waktu kerja

yang hampir sama dengan pekerja pembesian. Mereka memulai pekerjaan

pukul 08.00 hingga 17.00. Pekerja yang melakukan lembur malam akan

melanjutkan pekerjaannya kembali pukul 18.00 hingga 22.00. Untuk waktu

dilakukannya pengecoran biasanya tidak menentu. Bisa dilakukan saat siang

hari, malam hari saat lembur, atau dilakukan saat tengah malam hingga pagi

hari, tergantung dengan kondisi cuaca dan ketersediaan mobil cor. Waktu yang

diperlukan untuk melakukan pengecoran tergantung dengan luas pondasi.

Semakin besar pondasi maka waktu yang diperlukan semakin lama, begitu juga

sebaliknya. Untuk pekerja yang akan melakukan pengecoran, mereka akan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelelahan Kerja Pengertian ... II.pdf · ... kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada peningkatan ... dimana tubuh

27

menyesuaikan diri. Apabila mereka melakukan lembur hingga 6 (enam)

jam/hari, maka keesokan harinya akan istirahat selama 6 jam.

4. Pekerja bata merah

Pekerja bata merah memiliki jam kerja yang sama dengan pekerja pembesian.

Mereka memulai pekerjaan pukul 08.00 hingga pukul 17.00. Hampir semua

pekerja ikut melakukan lembur yang dimulai pukul 18.00 hingga pukul 22.00.

Selain itu pekerja bata merah juga menerima beban tambahan di lingkungan

kerja mereka berupa debu, suhu panas yang berasal dari matahari, dan faktor

kimia yang berasal dari semen.

5. Pekerja paras (Style Bali)

Pekerja paras melakukan pekerjaan wajibnya mulai pukul 08.00 hingga 17.00.

Jarang dari pekerja paras melakukan lembur. Namun jika ada yang lembur,

maksimal mereka akan bekerja mulai pukul 18.00 hingga 22.00 sama seperti

pekerja lainnya. Pekerjaan pemasangan paras ini akan lebih baik hasilnya

apabila dilakukan pada siang hari karena pekerjaan memasang paras ini

membutuhkan ketelitian dan pencahayaan yang cukup. Selain itu pekerja paras

ini juga menerima beban tambahan di lingkungan berupa debu hasil

pemotongan paras.

6. Pekerja listrik dan pipa air

Pekerja listrik dan pipa air adalah pekerja untuk bagian akhir (finishing).

Artinya mereka baru bisa memulai pekerjaannya apabila bangunan berbentuk

ruangan sudah jadi. Pekerja listrik dan pipa air memulai pekerjaannya pukul

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kelelahan Kerja Pengertian ... II.pdf · ... kelelahan kerja dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada peningkatan ... dimana tubuh

28

08.00 hingga 17.00. Pekerja jenis ini jarang sekali melakukan lembur karena

pekerjaannya yang berhubungan dengan listrik cukup berbahaya. Pekerjaan

pemasangan listrik membutuhkan ketelitian dan cahaya yang cukup.

Berdasarkan pemaparan proses kerja di atas dapat disimpulkan bahwa jenis

pekerjaan yang memiliki risiko untuk mengalami kelelahan pada semua jenis

pekerjaannya, baik kelelahan yang timbul karena faktor jam kerjanya, berat beban

yang diambil saat bekerja, hingga beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja.