ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA DAN BEBAN KERJA …
Transcript of ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA DAN BEBAN KERJA …
i
ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN
KERJA DAN BEBAN KERJA PADA PERAWAT
BERDASARKAN SHIFT KERJA DI RUANG RAWAT
INAP RSUD KOTA SALATIGA
Oleh:
Rifki Muslim
NIM : 212011122
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : MANAGEMENT
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
ii
iii
iv
v
vi
ABSTRACT
Hospital provides the health care facilities that operate 24 hours.The high of
responsibility and workload of the nurses should be cared by dividing the shift of
work. This condition could give negative impact which one is fatigue and
workload. The purpose of this research is to know the differences of fatigue level
and workload at work on the shift of inpatient nurses in the hospital of RSUD
Kota Salatiga.Purposive sampling technique used in this study , the sample in this
study amounted to 67 people who meet the criteria in this research that nurses
working in inpatient ward three classes. Fatigue measuring instrument working
on the adoption of IIFRC and measuring the workload on the adoption of a
concept that was developed spector. analysis by kruskall wallis test. The results of
this research, shows there are differences in levels of fatigue and workload on the
morning shift, afternoon and evening on inpatient nurses in RSUD Salatiga.
Keywords:Work fatigue, Workload, Work Shift
vii
SARIPATI
Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang beroperasi 24 jam.
Tanggung jawab dan beban kerja perawat yang perlu diperhatikan dengan
pembagian shift kerja. Pembagian shift ini dapat memberikan dampak negatif
yang salah satunya adalah kelelahan kerja dan beban kerja. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kelelahan kerja dan beban kerja
pada shift kerja pada perawat rawat inap di RSUD Kota Salatiga. Penelitian ini
merupakan penelitian kulitatif dengan pendekatan survei. Teknik purposive
sampling digunakan dalam penelitian ini, sampel dalam penelitian ini berjumlah
67 perawat yang sesuai dengan kriteria dalam penelitian ini yaitu perawat yang
berkerja dibangsal kelas tiga. Alat ukur kelelahan kerja diadopsi dari IIFRC dan
alat ukur beban kerja diadopsi dari konsep yang dikembangkan spector. Teknik
analisis yang digunakan adalah analisis kruskall wallis. Hasil penelitian ini,
menunjukan terdapat perbedaan tingkat kelelahan kerja serta beban kerja pada
shift pagi, sore dan malam padaperawat rawat inap di RSUD Kota Salatiga.
Kata kunci: Kelelahan kerja, Beban kerja, Shift Kerja
viii
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah
penyertaan-Nya dari awal sampai akhir dalam menempuh masa perkuliahan
hingga menyelesaikan tugas akhir ini. Penyusunan tugas akhir ini digunakan
sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen SatyaWacana Salatiga.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak-pihak yang
telah membantu dan mendukung penulis baik secara langsung maupun tidak
langsung selama perkuliahan dan sampa ipada akhirnya tugas akhir ini boleh
selesai. Pada kesempatan ini, penuli smengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Christantius Dwiatmadja, SE,. ME, Ph.D, selaku Dekan Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen SatyaWacana.
2. Ibu Roos Kities Anda dari, SE., MBA, Ph.D, selaku Ketua Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya
Wacana.
3. Bapak Johnson Dongoran, SE., MBA, selaku walistudi yang telah
memberikan pengarahan bagi penulis dari awal hingga akhir perkuliahan
4. Ibu Tutuk Ari Arsanti, SE., M.Si, selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penyusunan tugas akhirini.
5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah memberikan
pengetahuan dan ilmu bagi penulis dari awal hingga akhir kegiatan akademis
penulis.
6. Keluarga tercinta yakni Bapak Selamet Aryadi dan Ibu Suciati serta kakak
Agung Hartono yang selalumem berikan dukungan serta doa tanpa henti.
7. Riska Amalina dan Keluarga yang selalu tanpa lelah setiap hari memberikan
semangat serta dukungan dan doa untuk penulis dalam penyelesaian
tugasakhirini.
8. Bondan dan Angga teman seperjuangan dalam pengerjaan tugas akhir ini yang
selalu saling mendukung dalam segala hal.
9. Gabriel, Jibril, Joko, Hendy, Iwan teman yang selalu mendukung dan memberi
motivasi serta selalu ada dalam susah maupun senang dalam penulisan skripsi
ini.
ix
10. Adit, Ardya, Riska Ld, Sekar, Anelis, inton, dll teman satu angkatan penulis
selama menyelesaikan kegiatan perkuliahan
11. Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu penulis dalam terselesaikannya skripsi ini.
Salatiga, 30 Maret 2016
Yang member pernyataan,
Rifki Muslim
x
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“These are the good times in your live, so put on a smile and it’ll be alright”
“Success needs a process”
“You were given this hard life, because you are strong enough to face it”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis dedikasikan untuk :
1. Ibu dan Bapak
2. Kakak
3. Keluarga besar Mbah Arya Sasmita dan H. M. Ridwan
xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul......................................................................................................... i
Keaslian Karya Tulis............................................................................................... ii
Halaman Persetujuan............................................................................................. iii
Abstract.................................................................................................................. iv
Saripati.................................................................................................................... v
Kata Pengantar....................................................................................................... vi
Ucapan Terima Kasih........................................................................................... vii
Motto dan Persembahan........................................................................................ ix
Daftar Isi................................................................................................................ x
Daftar Tabel.......................................................................................................... xii
Daftar Lampiran................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan................................................................................................ 1
Masalah dan Persoalan penelitian............................................................... 4
BAB II KERANGKA TEORITIS
Kelelahan Kerja........................................................................................... 5
Beban Kerja................................................................................................ 6
Shift Kerja..................................................................................................7
Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Shift Kerja ............................... 8
Perbedaan Tingkat Beban Kerja Pada Shift Kerja...................................... 9
BAB III METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel…............................................................................. 10
Instrumen Penelitian.................................................................................. 11
Validitas dan Reabilitas Data.................................................................... 12
BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif....................................................................................13
Hasil dan Analisis Pengujian.................................................................... 13
Pembahasan Hipotesis................................................................................18
xii
BAB V PENUTUP
Simpulan dan Keterbatasan Penelitian..................................................... 24
Daftar Pustaka........................................................................................... 27
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Kuesioner.................................................................................................. 30
Hasil Output….......................................................................................... 35
1
Pendahuluan
Peningkatan kualitas layanan terhadap konsumen menuntut beberapa
perusahaan memberlakukan jam kerja selama 24 jam per hari. Untuk melakukan
hal ini para instansi atau perusahaan menerapkan sistem shift pada karyawannya
(Kroemer & Grandjean, 1985). Menurut ILO (2003) shift kerja merupakan kerja
bergilir diluar jam kerja normal baik itu bergilir atau berotasi. Salah satu
perusahaan jasa yang menerapkan Shift kerja adalah Rumah Sakit. Rumah Sakit
merupakan sarana pelayanan kesehatan yang beroperasi 24 jam untuk kebutuhan
melayani pasien serta guna menjaga kualitas layanan terhadap pasien sewaktu-
waktu maka rumah sakit menerapkan system shift kerja. Salah satu sumber daya
yang dibutuhkan rumah sakit dalam perawatan pasien adalah perawat (Joko dkk.,
2012). Menurut UU RI No. 23 1992 perawat merupakan pekerja yang memiliki
kemampuan dan wewenang melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu
yang dimiliki dan diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Perawat merupakan
pekerja yang selalu ada di setiap rumah sakit yang bertanggung jawab atas
kesehatan pasien. Perawat di rumah sakit memiliki tugas pada pelayanan rawat
inap, rawat jalan atau poliklinik dan pelayanan gawat darurat.
Pekerjaan seorang perawat tidak terlepas dari sistem shift kerja, Shift kerja
merupakan pilihan dalam pengorganisasian kerja sebagai pemenuhan kebutuhan
pasien selama 24 jam (Joko dkk., 2012). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Schaufeli (dalam Eviaty, 2005) menunjukkan profesi bidang kesehatan dan
pekerja sosial menepati urutan pertama yang paling banyak
mengalami kelelahan, yaitu sekitar 43%. Di antara profesi di bidang kesehatan,
perawat memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dokter dan
apoteker, karena perawat memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat tinggi
terhadap keselamatan nyawa manusia/pasien. Tingginya stres yang harus di
hadapi perawat rentan terhadap munculnya gejala-gejala kelelahan, (Berry, dalam
Eviaty, 2005). Kelelahan kerja yang tidak dapat diatasi akan menimbulkan
berbagai permasalahan kerja yang fatal dan mengakibatkan kecelakaan kerja
sehingga rumah sakit wajib mengetahui tingkat kinerja dan hal yang dapat
menimbulkan permasalahan dalam bekerja, salah satunya kelelahan kerja pada
2
perawat (Dian & Solikhah, 2012). Kelelahan kerja merupakan keadaan yang di
sertai dengan penurunan efiensi ketahanan dalam bekerja, kelelahan menunjukkan
keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan
kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Putri, 2008). Kapasitas kerja seseorang
berbeda-beda, ketika seseorang bekerja melebihi kapasitas kerja yang di miliki
maka, pekerja mengalami beban kerja yang berlebih. Beban kerja adalah lama
seseorang melakukan aktivitas pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas
kerja yang bersangkutan tanpa menunjukkan tanda kelelahan (Widodo dkk.,
2009). Menurut manuwaba (2000), beban kerja daiartikan sebagai tuntutan tugas
atau pekerjaan, organisasi dan lingkungan kerja. Di rumah sakit Beban kerja
perawat meliputi beban kerja fisik dan mental. Beban kerja fisik seperti
mengangkat pasien, memandikan pasien, membantu pasien ke kamar mandi, dll.
Beban kerja mental dapat berupa bekerja dengan sistem shift, menjaga
komunikasi yang baik dengan perawat lain, atasan pasien dan juga keluarga
pasien, dan tanggung jawab terhadap kesembuhan pasien. Selain karena perawat
harus siap siaga bekerja dalam kondisi shift yang berlaku, faktor beban kerja juga
berdampak pada kelelahan perawat.
Berdasarkan observasi dan wawancara pendahuluan yang di lakukan di
RSUD Kota Salatiga didapat data jumlah perawat yang masuk shift kerja di bangsal
rawat inap Flamboyan yang merupakan bangunan baru dan cempaka merupakan
bangunan lama yang berjumlah 68 orang dengan pembagian shift menjadi 3
kelompok yaitu shift pagi jam 07.30 – 14.00 WIB, shift siang jam 14.00 – 20.00
WIB, dan shift malam jam 20.00 – 07.30 WIB. Tugas yang harus dilakukan
perawat seperti melakukan asuhan keperawatan, pencatatan laporan asuhan
keperawatan, observasi pasien, menerima pasien baru atau rujukan pasien ke rumah
sakit lain serta memelihara peralatan keperawatan dan medis agar selalu dalam
keadaan siap pakai. Hasil observasi awal diketahui bahwa pemberian layanan
kesehatan terhadap pasien kelas 3 diberlakukan sistem sift kerja yang sama
terhadap perawat, tetapi ruang dan fasilitas layanan serta kebijakan yang di
berlakukan berbeda di antara dua ruangan yaitu ruang flamboyan dan cempaka,
seperti diberlakukannya jam berkunjung di ruang flamboyan, fasilitas kesehatan
yang baru, kondisi tempat kerja yang baru dan modern, ruang cempaka yang
3
merupakan bangunan lama, tidak di berlakukannya aturan jam berkunjung, serta
fasilitias kesehatan penunjang pekerjaan perawat relatif telah lama/usang. Dari
hasil wawancara dengan 18 perawat di dua ruangan yang berbeda Flamboyan dan
Cempaka, didapat hasil bahwa perawat di ruang cempaka merasakan kelelahan
yang merata pada setiap shift. Khsushnya shift malam karena jam kerja yang lebih
panjang, mengantuk, jumlah perawat sedikit, observasi pasien yang di lakukan pada
malam hari. Selain itu sebagian besar perawat merasa beban kerja yang semakin
berat karena dituntut bekerja dengan cepat namun dengan kondisi ruangan yang
sempit dan banyak pengunjung berdatangan sulit bagi perawat bertindak cepat.
Sedangkan perawat di ruang flamboyan hanya merasakan beban kerja yang berat
akibat banyaknya pekerjaan dan merasa kelelahan pada shift pagi karena beban
tugas yang lebih banyak, program operasi banyak dilakukan.
Berdasarkan hasil penelitian Putri (2011), menyimpulkan bahwa ada
pengaruh shift kerja terhadap kelelahan kerja pada perawat instalasi rawat inap I
di RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta. Sedangkan Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Putri (2013) menyimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat kelelahan akibat
kerja pada perawat wanita shift pagi, siang dan malam di bagian kelas III RSUD.
Dr. Moewardi Surakarta. Hasil penelitian Hidayat (2011), menyimpulkan bahwa
ada pengaruh shift kerja dengan tingkat beban kerja pada pekerja PT. Primarindo
Asia. Tbk. Sedangkan hasil penelitian yang di lakukan oleh Astuti,. Dkk. (2013)
menyimpulkan bahwa ada hubungan shift kerja lama kerja terhadap tingkat beban
kerja perawat di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Ambarawa.
Berdasarkan uraian di atas, shift kerja dapat memberikan dampak perbedaan
tingakat kelelahan kerja dan beban kerja pada perawat. Hasil survey menunjukan
bahwa sebagian perawat merasa kelelahan lebih pada shift malam, serta beban kerja
yang berat pada saat shift pagi, tetapi sebagian menyatakan lebih lelah pada shift
pagi dan beban kerja yang sama pada setiap shit kerja, serta melihat pemberian
layanan kesehatan kelas 3 dengan fasilitas dan kondisi tempat kerja yang
diberlakukan berbeda, sehingga dapat menyebabkan perbedaan tingkat kelelahan
serta beban kerja, maka perlu diteliti kembali Apakah ada perbedaan tingkat
kelelahan Kerja dan beban Kerja Berdasarkan Shift kerja Pada Perawat
4
Rawat Inap RSUD Kota Salatiga. rumusan masalah penelitian yang akan diteliti
dalam penelitian ini adalah
1. Apakah terdapat perbedaan tingkat kelelahan kerja pada shift kerja yang
berbeda?
2. Apakah terdapat perbedaan beban kerja pada shift kerja yang berbeda?
Tujuan Penelitian
Sebagai masukan dalam mengembangkan kebijakan yang efktif untuk
menekan pengaruh penerapan shift kerja terhadap kemungkinan terjadinya
kelelahan serta menganalisis tingkat beban kerja pada setiap shift.
Manfaat Penelitian
a. Sebagai masukan bagi pihak Rumah Sakit mengenai gambaran kelelahan
dan beban kerja yang di alami oleh perawat.
b. Sebagai masukan berguna bagi Rumah sakit untuk menyusun kebijakan
terkait Kelelehan dan kondisi pekerjaan yang di tanggung oleh perawat.
c. pertimbangan dalam menentukan keputusan dalam pengelolaan sumber
daya manusia untuk mengurangi tingkat kelelahan kerja terutama fokus
pada perawat.
d. Menambah pengalaman dan pengetahuan langsung peneliti dalam hal
merancang penelitan dan mengetahuai pengaruh kelelhan terhadap tingkat
stress kerja.
5
KAJIAN TEORITIS
Kelelahan
Kelelahan (fatigue) merupakan suatu perasaan yang bersifat subyektif,
istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga kerja untuk
melakukan suatu kegiatan, sehingga berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja
dan ketahanan tubuh. Menurut Nurmianto (2003), kelelahan kerja akan
menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan kerja. Meningkatnya
kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam
industri barang maupun jasa. Dalam keadaan lelah pekerja rentan megnalami hilang
konsentrasi dan daya tahan tubuh sehingga besar kemungkinan pekerja mengalami
kesalahan dalam bekerja. Kelelahan kerja ditandaioleh adanya perasaan lelah,
output menurun, dan kondisi fisiologis yang dihasilkandari aktivitas terus-menerus.
(Grandjean, 1993), kelelahan kerja adalah keadaan karyawan yang mengakibatkan
terjadinya penurunan vitalitas dan produktivitas kerja akibat faktor pekerjaan.
Menurut Suma’mur (1996: 190), kelelahan kerja mengandung tiga pengertian
yaitu: adanya perasaan lelah dan penurunan hasil kerja serta penurunan kesiagaan
yang kesemuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan
tubuh. Sedangkan Menurut Grandjean (1988). Faktor penyebab kelelahan kerja
berkaitan dengan: sifat pekerjaan yang monoton (kurang bervariasi), intensitas
lamanya pembeban fisik dan mental. Lingkungan kerja misalnya kebisingan,
pencahayaan & cuaca kerja. Faktor psikologis misalnya rasa tanggungjawab dan
khawatir yang berlebihan, serta konflik yang kronis/ menahun, status kesehatan dan
status gizi.
Konsep yang di kembangkan olah IFRC (Industrial Fatigue Research
Committee)dalam joko susilo (2012) yang meliputi 3 aspek yaitu pelemahan
aktivitas kerja, pelemahan motivasi kerja, indikator tentang pelemahan kegiatan,
meliputi: perasaan berat di kepala, lelah di seluruh badan, berat di kaki, menguap,
pikiran kacau, mengantuk, ada beban pada mata, gerakan canggung dan kaku,
berdiri tidak stabil, ingin berbaring. Kemudian indicator tentang pelemahan
motivasi: susah berfikir, lelah untuk bicara, gugup, tidak berkonsentrasi, sulit
untuk memusatkan perhatian, mudah lupa, kepercayaan diri berkurang, merasa
cemas, sulit mengontrol sikap, tidak tekun dalam pekerjaannya. Kemudian
indikator tentang kelelahan fisik, sakit kepala, kaku di bagian bahu, nyeri di
6
punggung, nafas sesak/tertekan, suara serak, pening saat bekerja, kejang pada
kelopak mata, gemetar pada anggota badan, haus, merasa kurang sehat.
Beban Kerja
Beban kerja merupakan pekerjaan yang dikerjakan oleh seseorang. Beban
kerja tergantung dari bagaimana orang tersebut menanganinya. Jika seseorang
yang bekerja dengan keadaan yang tidak puas dan tidak menyenangkan,
pekerjaan tersebut akan menjadi beban bagi dirinya (Tri Suryaningrum 2014).
Schultz dan Schultz (2006) menyatakan beban kerja adalah terlalu banyak
pekerjaan pada waktu yang tersedia atau melakukan pekerjaan yang terlalu sulit
untuk karyawan. Menurut Manuaba (dalam Ambarwati, 2014), beban kerja
merupakan kemampuan tubuh dalam menerima pekerjaan. Kapasitas pekerjaan
harus disesuaikan dengan jumlah perawat yang ada. Seperti yang dikatakan oleh
Munandar (2001), setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan
seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun
keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut, beban kerja perawat harus
disesuaikan dengan kuantitas dimana pekerjaan yang harus sesuai kapasitas
pekerja maupun secara kualitas dimana pekerjaan yang dikerjakan membutuhkan
keahlian. Bila banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik
maupun keahlian dan waktu yang tersedia maka akan menjadi sumber stres
(Ilyas, 2000). Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa beban kerja adalah tugas atau pekerjaan yang harus dikerjakan
oleh perawat baik secara kualitas maupun kuantitas.
konsep dari Spector dan Jex digunakan sebagai Pengukuran tinggi
rendahnya beban kerja (dalam Kumalasari, 2014) yang meliputi dua aspek yaitu
jumlah pekerjaan dan kecepatan. Perawat harus mengerjakan pekerjaan dengan
jumlah beban yang bervariasi tergantung jenis bangsal. Kecepatan dalam
melakukan pekerjaan berkaitan dengan waktu yang tersedia. Perawat di tuntut
untuk bekerja dengan cepat dan sigap dalam melayani pasien, seperti menangani
pasien yang sedang kritis. Semakin cepat pekerjaan harus dikerjakan, semakin
tinggi/berat tingkat beban kerja
Shift Kerja
7
Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja
disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00-17.00).
Ciri khas tersebut adalah kontinuitas, pergantian dan jadwal kerja khusus. Secara
umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja,
sebagai pengganti atau tambahan kerja siang hari sebagaimana yang biasa
dilakukan. Namun demikian adapula definisi yang lebih operasional dengan
menyebutkan jenis shift kerja tersebut. Shift kerja disebutkan sebagai pekerjaan
yang secara permanen atau sering pada jam kerja yang tidak teratur (Kuswadji,
1997).
Menurut Suma’mur (1994), shift kerja merupakan pola waktu kerja yang
diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan
biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam. Proporsi pekerja shift semakin
meningkat dari tahun ke tahun, ini disebabkan oleh investasi yang dikeluarkan
untuk pembelian mesin-mesin yang mengharuskan penggunaannya secara terus
menerus siang dan malam untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Sebagai
akibatnya pekerja juga harus bekerja siang dan malam. Hal ini menimbulkan
banyak masalah terutama bagi tenaga kerja yang tidak atau kurang dapat
menyesuaikan diri dengan jam kerja yang lazim.
Sistem shift kerja dapat berbeda antar instansi atau perusahaan, walaupun
biasanya menggunakan tiga shift setiap hari dengan delapan jam kerja setiap shift.
Menurut William yang dikutip oleh Sri Ramayuli (2004) dikenal dua macam sistem
shift kerja yang terdiri dari :Shift Permanen dan Sistem Rotasi. Shift Permanen
tenaga kerja bekerja pada shift yang tetap setiap harinya. Tenaga kerja yang bekerja
pada shift malam yang tetap adalah orang-orang yang bersedia bekerja pada malam
hari dan tidur pada siang hari. Sistem Rotasi tenaga kerja bekerja tidak terus-
menerus di tempatkan pada shift yang tetap. Shift rotasi adalah shift rotasi yang
paling menggangu terhadap irama circardian dibandingkan dengan shift permanen
bila berlangsung dalam jangka waktu panjang.
8
Pengembangan Hipotesa
1. Perbedaan Tingkat kelelahan Kerja Pada Shift Kerja
hasil penelitian Putri (2011), menyimpulkan bahwa ada pengaruh shift kerja
terhadap kelelahan kerja pada perawat instalasi rawat inap I di RSUP. Dr.
SardjitoYogyakarta, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa perwat yang
bekerja pada shift malam lebih tinggi tingkat kelelahan kerja, hal ini di sebabkan
oleh kurangnya waktu istirahat / tidur karena sebagian besar perawat beraktivitas
pada siang hari. Menurut wicken (2004) kelelahan bisa disebabkan oleh sebab fisik
ataupun tekanan mental, serta salah satu penyebab fatigue adalah gangguan tidur
yang antara lain dipengaruhi oleh kurangnya waktu tidur akibat jet lag atau shift
work. Tarwaka (1999) mengatakan bahwa 63% pekerja menderita kelelahan
akibat pengaruh shift kerja yang dapat berakibat terjadi kecelakaan kerja. Menurut
Manuaba (1999), kelelahan bersifat subjektif akibat shift kerja, yaitu tidak dapat
tidur siang, selera makan menurun, gangguan pencernaan, nyeri lambung. Menurut
Grandjean (1993) sekitar 60–70% pekerja shift malam menderita gangguan tidur.
Menurut Grandjean dalam Tarwaka (2014) menemukan 50-60% pekerja shift
mengalami gangguan tidur, kesehatan fisik menurun, dan kondisi psikologis yang
tidak menentu sebagai akibat dari berbagai waktu kerja atau shift kerja.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Achmad Arifin (2012),
menyimpulkan bahwa ada pengaruh shift kerja terhadap kelelahan kerja.
Sedangkan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lusi Fatonah (2014)
menyimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat kelelahan akibat kerja pada perawat
shift pagi, siang dan malam, dimana pada saat shift banyak pekerja yang
mengalami kelelahan kerja dalam kategori tinggi. Dari uraian singkat di atas maka
Hipotesis yang dapat di rumuskan dalam penelitia ini sebagai berikut :
H1; Terdapat perbedaan tingkat kelelahan kerja pada shift yang berbeda
9
2. Perbedaan Tingkat beban kerja Pada shift kerja
Menurut Fish yang dikutip oleh Hery Firdaus (2005) mengemukakan bahwa
ada efek shift kerja yang adapat di rasakan seperti kualitas tidur, dan menurunnya
kapasitas kerja fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah. Menurut
Schultz (1982) shift kerja malam lebih berpengaruh negatif terhadap kondisi
pekerja dibanding shift pagi, karena pola siklus hidup manusia pada malam hari
umumnya digunakan untuk istirahat. Namun karena bekerja pada shift malam maka
tubuh dipaksa untuk mengikutinya. Hal ini relatif cenderung mengakibatkan
terjadinya kesalahan kerja, kecelakaan dan absentism.
Apabila di kaitkan dengan beban Kerja, shift kerja mempunyai pengaruh
terhadap beban Kerja, sistem Shift kerja akan memicu keadaan yang tidak
seimbang dalam diri pekerja, seperti gangguan secara fisik maupun spikologi.
Dengan kondisi yang berbeda baik suasana maupun keadaan secara fisik saat
bekerja dengan sistem shift, maka respon tubuh pekerja saat di hadapkan dengan
kondisi pekerjaan juga akan berbeda, dengan kata lain tingkat beban kerja pada
setiap pekerja juga akan berbeda di setiap shift kerja, karena beban kerja
merupakan kemampuan atau respon tubuh dalam menerima pekerjaan menurut
manuaba(dalam ambarwati 2014). Seperti penelitian yang di lakukan oleh Achmat
Taufik Hidayat (2011) yang menunjukkan bahwa shift kerja berbengaruh terhadap
beban kerja. setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang
baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan
manusia yang menerima beban tersebut. Dengan kata lain beban kerja setiap
pekerja akan berbeda disaat kondisi fisik dan kondisi shift yang berbeda. Dari
uraian singkat di atas maka Hipotesis yang dapat di rumuskan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
H2: Terdapat perbedaan tingkat beban kerja pada shift yang berbeda
10
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan dengan pendekatan
survei, yaitu penelitian yang mengambil sample dari suatu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok (Singaribun &
Efendi, 1995). Untuk kepentingan analisis yang lebih baik, dalam penelitian ini
teknik pegumpulan data juga di lakukan dengan observasi dan wawancara.
Berdasarkan dimensi waktunya penelitian ini merupakan penelitian Cross
Sectional. Penelitian Cross sectional merepakan penelitian yang dilakukan pada
waktu tertentu yaitu pada saat melakukan praktek di lapangan (Prasetyo, 2005).
Objek penelitian ini adalah perawat di ruang rawat inap kelas III yaitu
Flamboyan dan Cempaka RSUD Kota Salatiga yang bekerja di shift pagi, shift
sore, shift malam. Pemilihan ruangan ini didasarkan pada perbedaan fasilitas
tempat kerja dimana ruang flamboyan merupakan bangunan baru dan mulai di
operasikan tahun 2013, serta alat dan fasilitas penunjang perawat dan pasien baru
dan modern, ruang cempaka merupakan bangunan lama dengan fasilitas bagi
perwat dan pasien cenderung sudah lama dan kondisi ruangan yang relatif sempit.
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan teknik
pengambilan sample secara Porposive sampling, adalah teknik pengambilan sampel
secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang sesuai dengan kebutuhan
penelitian ini yaitu: perawat yang bekerja di shift pagi, siang, dan malam dan perwat
yang bekerja di ruang flamboyan dan cempaka
11
Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitain ini berupa angket, dimana terdiri dari 3 variabel
yaitu kelelahan kerja, beban kerja, dan shift kerja. Angket yang di sajikan berisi 35
pertanyaan yang terdiri dari 30 pertanyaan tentang kuesioner kelelahan kerja di
adopsi dan di modifikasi dari kuesioner yang di kembangkan oleh IFRC (
international fatigue research comitte 1968), dalam Joko.S 2012 ) Kuesioner
tersebut berisi 30 daftar item yang terdiri dari 10 item tentang pelemahan kegiatan.
Kemudian 10 item tentang pelemahan motivasi. Kemudian 10 item tentang
kelelahan fisik.
Kuesioner beban kerja di adopsi dan di modifikasi dari konsep yang di
kembangkan oleh Spector dan Jex digunakan sebagai Pengukuran tinggi rendahnya
beban kerja (dalam Kumalasari, 2014) yang meliputi dua aspek yaitu jumlah
pekerjaan dan kecepatan, yang terdidi dari 5 daftar item, 2 item tentang jumlah
pekerjaan meliputi: banyaknya pekerjaan yang harus di selesaikan, seringnya
menyelesaikan banyaknya pekerjaan daripada yang bisa di tangani dengan baik.
Kemudian 3 item tentang kecepatan : seringnya pekerjaan mengharuskan bekerja
dengan cepat, seringnya pekerjaan menuntut bekerja dengan sangat keras,
pekerjaan menguras waktu sehingga tidak ada waktu untuk mengerjakan hal lain.
dalam penelitian ini, skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert,
yaitu skala yang digunakan untuk mengukur pendapat orang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial, penulisan analisis kuantitatif menggunakan
pertanyaan dan skor sebagai berikut:
1. Skor 5 untuk jawaban Sangat Sering (SS)
2. Skor 4 untuk jawaban Sering (S)
3. Skor 3 untuk jawaban Kurang-Kadang (KK)
4. Skor 2 untuk jawaban Tidak Pernah (TP)
5. Skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Pernah (STP)
12
Uji Validitas dan Reliabilitas
Pengujian validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya kuesioner.
Uji validitas menggunaka uji Bivarian pearson, Analisis ini dilakukan dengan
mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Nilai r hitung
dicocokkan dengan rtabel product moment pada taraf signifikan 5%. Bila koefisien
korelasi lebih besar daripada nilai standar 0.3, maka suatu pernyataan tersebut
valid, sebaliknya jika koefisien korelasi lebih kecil daripada nilai standar 0.3, maka
suatu pernyataan dinyatakan tidak valid.
Hasil perhitungan dengan menggunakan teknik korelasi product moment
adalah semua item pernyataan dari variabel beban kerja mempunyai korelasi yang
lebih tinggi dari r standar 0.3, maka dari itu semua item pernyataan dinyatakan
valid. Sedangkan untuk variabel kelelahan kerja pernyataan nomer dua puluh lima
tidak valid, sehingga harus dikeluarkan dari pengujian selanjutnya dan
pernyataannya menjadi dua puluh sembilan buah. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa semua indikator pengukuran yang dipergunakan dalam
penelitian ini memiliki validitas yang layak, sehingga analisis lebih lanjut dapat
dilakukan.
Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas ini menggunakan metode koefisien Alpha Cronbach.
Reliabilitas dikatakan baik apabila besarnya alpha mendekati nilai 1, sehingga
item - item pernyataan dalam penelitian ini dapat diandalkan. Hasil pengujian
untuk nilai koefisien Alpha Cronbach dapat dilihat pada tabel berikut.
Table. 2 Alpha Cronbach
No. Variabel Cronbach’s
Alpha Keterangan
1 Beban Kerja (X) 0.959 Reliabel
2 Kelelahan Kerja (Y) 0.871 Reliabel
13
HASIL DAN PEMBAHASAN
RSUD Kota salatiga merupakan rumah sakit milik pemerintah kota salatiga.
RSUD Kota Salatiga mempunyai letak yang sangat strategis, berada di tengah kota
yang mudah di jangkau dengan transportasi umum dan berada di tepi jalan raya
Solo Semarang. RSUD Kota Salatiga memiliki berbagai macam klinik dengan
masing-masing yang sesuai dengan kualifikasi dan kompetensinya. Mulai dari
poliklinik eksekutif, poliklinik bedah ortopedi, poliklinik kebidanan dan penyakit
kandungan, poliklinik penyakit dalam, poliklinik paru, poliklinik syaraf, poliklinik
umum, dll. RSUD Kota Salatiga memliki kapsitas 320 tempat tidur yang terdiri dari
bangasal perawatan anggrek, melati, dahlia, cempaka, dan flamboyant,
perinatologi, One Day Care, VK emergency dan ruang perawatan intensive
(ICU/HCU). Ruang perwatan dengan pengawasan khusus dibagi menjadi VIP dan
VVIP Paviliun. Kelas VVIP dan VIP adalah ruang dengan privacy tinggi dimana
didalamnya di huni oleh satu pasien dengan kamar mandi sendiri. Pada kelas ini
dapat ditunggu (rooming-in), VVIP dan VIP di peruntukan bagi pasien yang
memerlukan penanganan pelayanan kesehatan dan perawatan tertentu. Untuk
menempati kamar VVIP dan VIP pasien dituntut untuk membayar lebih tinggi.
Kelas VVIP dan VIP menempati bangunan paviliun dengan pintu masuk dan parkir
kendaraan sendiri.
Ruang perawatan biasa di bagi menjadi tiga kelas, kelas I, Kelas II, dan kelas
III. Perbedaan kelas yang menonjol terdapat pada jumlah bed atau tempat tidur
pasien, pada kelas I dihuni satu orang pasien, kelas II dua tempat tidur pasien,
Kelas III lebih dari 3 tempat tidur. Bangasal rawat inap kelas 3 merupakan bangsal
pengguna jamkesmas dan jamkesda atau Askes, masyarakat umum dengan
ekonomi rendah. Dimana satu ruangan rawat inap terdapat 6 tempat tidur bagi
pasien. Ruang flamboyan adalah gedung rawat inap kelas 3 yang merupakan
bangunan baru dan baru mulai di pergunakan pada tahun 2013, dan sudah
difasilitasi dengan perlatan kerja yang modern, dan di terapkannya aturan jam
berkunjung bagi keluarga pasien serta menugaskan satpam penjaga pintu untuk
mengawasi. Ruang cempaka adalah gedung rawat inap kelas 3 yang merupakan
bangunan lama sesuai berdirinya RSUD Kota salatiga, dimana penata an ruang
14
serta perawalan kerja masih tergolong lama, dan tidak diberlakukan aturan jam
berkunjung bagi keluarga pasien.
Pada perawat rawat inap di ruang rawat inap kelas III flamboyant dan
cempaka di RSUD Kota Salatiga, yang terdiri dari 37 perwat yang bekerja di ruang
flambyan dan 31 perwat yang bekerja di ruang cempaka yang di bagi dalam 3 shift
kerja. Tugas dan pekerjaan perawat di ruang rawat inap flamboyan dan cempaka
seperti melakukan asuhan keperawatan, pencatatan laporan asuhan keperawatan,
observasi pasien, menerima pasien baru atau rujukan pasien ke rumah sakit lain
serta memelihara peralatan keperawatan dan medis agar selalu dalam keadaan siap
pakai.
A. Hasil analisis Statistika
1. Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Shift Kerja
Uji beda tingkat kelelahan perawat dalam penelitiaan ini menggunakan uji
Kruskal-Wallis Test, hasil output dapat di lihat pada tabel berikut:
A. Perbedaan Tingkat Kelelahan Perawat di Ruang Flamboyan
Tabel. 8 Uji beda Kelelahan Berdasarkan Shift Kerja Ruang Flamboyan
Ranks
shift kerja
flamboyan
N Mean
Rank
kelelahan kerja
flamboyan
Shift Pagi 15 26.23
Shift siang 12 16.79
shift malam 10 10.80
Total 37
Sumber: data primer yang di olah.
15
Test Statisticsa,b
kelelahan kerja
flamboyan
Chi-Square 13.302
df 2
Asymp. Sig. .001
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: shift kerja flamboyan
Dari hasil uji beda menggunakan Kruskal-Wallis Test di peroleh nilai
sig. sebesar 0.01<0.05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan tingkat
kelelahan kerja di setiap shift kerja yang berbeda di ruang Flamboyan,
B. Perbedaan Tingkat Kelelahan Perawat di Ruang Cempaka
Tabel. 9 Uji beda Kelelahan Berdasarkan Shift Kerja Ruang Cempaka
Ranks
shift kerja
cempaka
N Mean
Rank
kelelahan kerja
cempaka
Shift Pagi 12 21.17
Shift siang 11 13.59
shift malm 8 11.56
Total 31
Sumber: data primer yang di olah.
16
Test Statisticsa,b
kelelahan kerja
cempaka
Chi-Square 6.707
df 2
Asymp. Sig. .035
Dari hasil uji beda menggunakan Kruskal-Wallis Test di peroleh nilai sig.
sebesar 0.035<0.05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan tingkat
kelelahan kerja di setiap shift kerja yang berbeda di ruang cempaka, dan dapat
di simpulkan bahwa hipotesa pertama dalam penelitian ini diterima bahwa
terdapat perbedaan kelelahan kerja pada setiap shift kerja yang berbeda.
2. Perbedaan Beban Kerja Pada Shift kerja
Uji beda beban kerja menggunakan Kruskal-Wallis Test, hasil output
dapat di lihat pada tabel berikut:
A. Perbedaan Tingkat Beban Kerja di Ruang Flamboyan
Tabel. 10 Uji Beda Beban Kerja Berdasarkan Shift Kerja Ruang Flamboyan
Ranks
shift kerja
flamboyan
N Mean
Rank
beban kerja
Flamboyan
Shift Pagi 15 25.23
Shift siang 12 10.00
shift malam 7 13.79
Total 34
Sumber: data primer yang di olah.
Test Statisticsa,b
beban kerja
Flamboyan
Chi-Square 17.537
df 2
Asymp.
Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: shift kerja cempaka
17
b. Grouping Variable: shift kerja
flamboyan
Dari hasil uji analisis Kruskal Wallis Test, menunjukkan nilai Sig. 0.000 <
0.05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan beban kerja di setiap shift
kerja di ruang flamboyan.
B. Perbedaan Tingkat Beban Kerja di Ruang Cempaka
Tabel. 11 Uji Beda Beban Kerja Berdasarkan Shift Kerja Ruang Cempaka
Ranks
shift kerja
cempaka
N Mean
Rank
beban kerja
cempaka
Shift Pagi 12 22.00
Shift siang 11 13.09
shift malam 8 11.00
Total 31
Sumber: data primer yang di olah.
Test Statisticsa,b
beban kerja
cempaka
Chi-Square 8.989
df 2
Asymp.
Sig. .011
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: shift kerja cempaka
Dari hasil uji analisis Kruskal Wallis Test, menunjukkan nilai Sig. 0.011 <
0.05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan beban kerja di setiap shift
kerja di ruang cempaka, dan dapat di simpulkan bahwa hipotesa kedua dalam
penelitian ini diterima, bahwa terdapat perbedaan beban kerja pada shift kerja
yang berbeda.
Pembahasan
18
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perbedaan tingkat kelelahan kerja
dan beban kerja pada perawat RSUD Kota salatiga, pembahasan hasil analisis
sebagai berikut:
1. Pengaruh Shift kerja Terhadap Tingkat Kelelahan Kerja.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbadaan tingkat
kelelahan kerja pada perawat rawat inap cempaka dan flamboyan di RSUD
Kota Salatiga. Dari hasil analisis defriptif tingkat kelelahan kerja
berdasarkan shift kerja menunjukan bahwa sebagian besar perawat
mengalami tingkat kelelahan yang tinggi dan sangat tinggi pada perawat
yang bekrja di shift pagi. Tingkat kelelahan kerja perwat semakin menurun
ke arah rendah pada perawat yang bekerja pada shift siang dan shift
malam. Hal ini di sebabkan karena pada shift pagi perawat di hadapkan
dengan banyaknya program asuhan keperawatna yang harus di kerjaan,
seperti terapi, tindakan pengobatan dan menyiapkan alat keperluan untuk
membantu dokter bekerja. Serta melaksanakan tindakan pencatatan
pelaporan dan menyiap kan dokumen atau berkas formulir bagi pasien
yang akan masuk atau meninggalkan rumah sakit, hal ini menuntut kondisi
fisik dan ketelitian yang lebih bagi perawat untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut, selain itu sebagian besar perawat yang bekrja adalah wanita yang
Secara fisik ukuran tubuh dan ukuran otot tenaga kerja wanita relatif
rendah jika dibandingkan dengan laki-laki yang menyebabkan kondisi
fisik yang lemah dan rentan mengalami kelelahan kerja.
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang di lakukan oleh Achmad
Arifin (2011) dan Lusi Fatonah (2014) bahwa ada perbedaan kelelahan
subyektif antara tenaga kerja shift pagi, shift sore, dan shift malam. Namun
hal ini tidak sesuai dengan penelitian Liana (2012) yang menyimpulkan
bahwa perawat shift malam lebih lelah dibandingkan dengan shift pagi dan
sore di bagian rawat inap RS Dr. Oen Surakarta, serta penelitian dari lusi
fatonah (2014) yang menyimpulkan bahwa lebih banyak perawat shift
malam yang mengalami kelelahan dalam kategori tinggi Di ruang rawat
inap RS PKU Aisyah Boyolai, hal ini di karenakan oleh keterbiasaan
tubuh dan pengalaman bekerja perawat mengahadapi kondisi kerja pada
19
shift malam dan sebagian besar perawat shift malam dapat membagi waktu
saat beraktifitas di luar jam kerja dan beristirahat terlebih dahulu saat akan
masuk shift malam, sehingga perawat terbiasa dan bisa mengatasi
kelelahan kerja tersebut.
Perawat yang bekerja di ruang flamboyan pada shift pagi 3
mengalami kelelahan kerja sangant tinggi, 6 perwat mengalami kelelahan
yang tinggi, 4 mengalami kelelahan sedang dan 2 mengalami kelelahan
rendah. Tingkat kelelahan semakin menurun ke arah rendah pada shift
kerja yang selanjutnya yaitu hift siang dan malam. Analisis deskriptif
perbedaan tingkat kelelahan kerja pada perawat di ruang flamboyan dapat
di lihat pada tabel berikut:
20
Tabel 13. Perbedaan Tingkat Kelelahan Ruang Flamboyan
Shift Kerja Total
Kelelahan
Kerja
Shift
pagi
Shift
Siang
Shift
Malam
Sangat
tinggi 3 20% 0 0% 0 0% 3
Tinggi 6 40% 1 8% 0 0% 7
Sedang 4 27% 6 50% 2 20% 12
Rendah 2 13% 5 42% 8 80% 15
Total 15 100% 12 100 10 100% 37
Sumber: data primer yang di olah.
Perawat yang bekerja di ruang cempaka pada shift pagi, 5 perawat
mengalami kelelahan yang sangant tinggi, 2 perawat mengalami kelelahan
tinggi, 3 perawat megnalami kelelahan sedang, 2 perawat mengalami
kelelahan rendah, tingkat kelelahan perawat di ruang cempaka semakin
menurun ke arah rendah pada shift kerja yang selanjutnya yaitu shift siang
dan shift malam. Analisis deskriftif perbedaan kelelahan kerja perawat
pada ruang cempaka dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 14. Perbedaan Tingkat Kelelahan Ruang Cempaka
Shift Kerja Total
Kelelahan
Kerja
Shift
pagi
Shift
Siang
Shift
Malam
Sangat
tinggi 5 42% 0 0% 0 0% 3
Tinggi 2 17% 3 27% 0 0% 7
Sedang 3 25% 5 45% 4 50% 12
Rendah 2 17% 3 27% 4 50% 15
Total 12 100% 11 100 8 100% 37
Sumber: data primer yang di olah.
Dari tabel distribusi kelelahan kerja menunjukkan perawat yang
bekerja di ruang cempaka lebih banyak mengalami kelelahan kerja yang
tinggi sebanyak 2 dan kelelahan kerja yang sangat tinggi sebanyak 5
21
perawat di shift pagi. Dibandingkan dengan perawat yang bekerja di ruang
flamboyant yang mengalami kelelahan kerja tinggi sebanyak 6 perawat
dan kelelahan sangat tinggi 3 perawat yang bekerja di shift pagi. Dapat
disimpulkan bahwa jumlah perawat yang mengalami kelelahan kerja di
ruang cempaka lebih banyak dibandingkan dengan perawat yang bekerja
di ruang flamboyan. Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada
perawat, bahwa perawat lebih merasa lelah bekerja di ruang cempaka
karena kondisi ruangan yang panas dan sempit membuat perawat lemas
pada bagian badan, serta kondisi ruangan yang gelap seringkali membuat
mata lelah dan mengantuk, tidak diberlakukanya jam berkunjung bagi
pasien membuat banyaknya keluarga pasien berdesak desakan dilorong
ruangan dan menimbulkan keramaian, ini membuat perwat terganggu
dalam melaksanakan tugas dan menimbulkan perasaan lelah. Dari temuan
tersebut disimpulkan bahwa kondisi tempat kerja dapat mempengaruhi
respon tubuh dan dapat menyebabkan kelelahan kerja pada
pekeerja/perwat. Hal ini mendukung teori yang di kemukan oleh
Grandjean (1988), yang menyatakan bahwa kelelahan kerja dapat di
sebabkan oleh intensitas dan lamanya upaya fisik dan psikis dalam
melaksanakan pekerjaan, serta kondisi lingkungan kerja seperti kebisingan
dan penerangan, penerangan atau pencahayaan juga dapat menyebabkan
kelelahan. Pencahayaan yang kurang mengakibatkan mata pekerja menjadi
cepat lelah karena mata akan berusaha melihat dengan cara membuka
lebar-lebar. Lelahnya mata ini akan mengakibatkan pula lelahnya mental
dan lebih jauh lagi bisa menimbulkan rusaknya mata (Wignjosoebroto,
2003). Serta didukung penelitian yang di lakukan Iwan M Ramdan (2003)
Tentang dampak kerja bergilir, suhu, peneraganan, kebisingan terhadap
perasaaan kelelahan pekerja PT LJP Provinsi Kalimantan Timur, yang
menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan. Suhu dan kebisingan
yang tinggi berpengaruh pada timbulnya perasaan lelah. Ada pengaruh
yang signifikan dari suhu kerja dan kebisingan terhadap kelelahan kerja,
serta penerangan ruangan kerja mempengaruhi tingkat kelelahan kerja.
22
2. Pengaruh Shift kerja Terhadap Tingkat Beban Kerja
Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa terdapat perbedaan
tingkat beban kerja pada perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Salatiga.
Hipotesis dalam penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya, yaitu
Achmad Taufiq Hidayat (2011) yang mengatakan Shift kerja dapat
mempengaruhi beban kerja yang di terima pekerja, karena respon tubuh
dalam bekerja berbeda di setiap shift kerja yang di terapkan. Berdasarkan
hasil analisis deskriptif beban kerja menunjukan bahwa sebagian besar
perawat mengalami beban kerja yang berat pada saat bekerja shift pagi.
Skor tertinggi variable beban kerja terdapat pada indikator jumlah
pekerjaan. Hasil tersebut didukung juga dengan hasil wawancara dan
obesrvasi bahwa pada saat shift pagi perawat dituntut menyelesaikan
banyak program asuhan keperawatna, seperti terapi, tindakan pengobatan
dan membantu dokter menganalisis keluhan-keluhan pasien saat visit
dokter di pagi hari, ini menutut perawat bekerja dengan teliti dan cepat
untuk menyelesaikan pekerjaan sehingga beban yang dirasakan semakin
berat. Dari hasil alanisis deskriptif beban kerja berdasarkan ruang,
menunjukan bahwa sebagian besar perawat yang mengalami beban kerja
berat adalah perawat yang bekerja di ruang cempaka. Dari hasil
wawancara terhadap perawat yang bekerja di ruang cempaka, perawat
bekerja lebih berat karena ruangan kerja yang relatif gelap baik siang
maupun malam hari, ruangan yang relatif sempit, alat pendukung
pekerjaan yang sebagian usang serta tidak diberlakukannya jam
berkunjung bagi keluarga pasien, sedangkan dalam menjalankan tugas dan
pekerjaan membutuhkan ketelitian dan kenyamanan membuat beban kerja
yang dihadapi perawat lebih berat. Berbeda dengan hasil analisis beban
kerja perwat yang bekerja di ruang flamboyan, sebagian besar perawat
menunjukan beban klerja sedang dan ringan.
23
Perawat di ruang flamboyan yang bekerja pada shift pagi 8 perawat
mengalami beban kerja berat, 6 perawat mengalami beban kerja sedang,
dan 1 perawat megnalami beban kerja rendah. Tingkat beban kerja
semakin menurun ke arah rendah pada shift kerja yang selanjutnya yaitu
shift siang dan malam. Analisis deskriptif beban kerja di ruang flamboyan
dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel. 15 Perbedaan Tingkat Beban Kerja Ruang Flamboyan
Shift Kerja Total
Beban
Kerja
Shift
pagi
Shift
Siang
Shift
Malam
Berat 8 53% 0 0% 0 3.57% 8
Sedang 6 40% 6 50% 3 30% 15
Rendah 1 7% 6 50% 7 70% 14
Total 15 100% 12 100% 10 100% 37
Sumber: data primer yang di olah.
Perawat yang bekerja di ruang cempaka pada shift pagi, 10 perwat
mengalami beban kerja yang berat, 1 perawat mengalami beban kerja
sedang, serta 1 perawat mengalami beban kerja rendah. Tingkat beban
kerja semakin menurun ke arah rendah pada shift kerja yang selanjutnya
yaitu shift siang dan malam. Analisis deskriptif beban kerja di ruang
cempaka dapat di lihat pada tabel berikut;
Tabel. 16 Perbedaan Tingkat Beban Kerja Ruang Cempaka
Shift Kerja Total
Beban
Kerja
Shift
pagi
Shift
Siang
Shift
Malam
Berat 10 83% 1 9% 1 13% 12
Sedang 1 8% 6 55% 1 13% 8
Rendah 1 8% 4 36% 6 75% 11
Total 12 100% 11 100% 8 100% 37
Sumber: data primer yang di olah.
Dari tabel distribusi beban kerja menunjukkan bahwa jumlah
perawat yang bekerja di ruang cempaka lebih banyak mengalami beban
kerja berat sebanyak 12 orang perawat dibandingkan dengan ruang
24
flamboyant sebanyak 8 orang perawat, yang berarti tingkat beban kerja di
ruang cempaka lebih tinggi dibandingkan dengan ruang flamboyan. Ini
dikarenakan perwat yang bekerja di ruang flamboyan merasa terbantu
dengan kondisi ruangn yang bersih lebar dan alat kerja yang relatif baru,
serta di berlakukakanya jam berkunjung bagi keluarga pasien membuat
perawat lebih terfokus dalam menjalankan pekerjaan dan asuhan
keperawatan karena tidak terganggu dengan keluarga pasien yang keluar
masuk.Seperti yang dikemukakan oleh peneliti bahwa beban kerja dapat
dipengaruhi dari lingkungan fisik dengan intensitas penerangan yang
kurang sehingga keluhan lelah pada mata akan menambah tingkat beban
kerja pekerja tersebut (Padmanaba, 2006).
Beban kerja Perawat di ruang rawat inap Flamboyan dan cempak
RSUD Kota Salatiga tergolong berat dengan 18 orang perawat yang
bekerja di Shift pagi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitain Achmad
Taufiq Hidayat (2011) Hasil peneltianya adalah respon pekerja yang
berkeja dengan sistem shift kerja berbeda di setiap shift karena kondisi
tubuh dan pekerjaan berbeda di setiap shift kerja sehingga didapat
perbedaan tingkat beban kerja pekerja yang bekerja pada setiap shift kera.
Simpulan dan Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan hasil pembahasan tentang analisis perbedaan tingkat
kelelahan kerja dan beban kerja pada perawat di RSUD Kota Salatiga
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan tingkat kelelahan kerja yang signifikan pada
perawat di ruang flamboyan dan cempaka RSUD Kota Salatiga yang
bekerja pada shift pagi, shift saing, dan shift malam. Sebagian besar
perawat mengalami kelelahan kerja yang sangat tinggi pada shift pagi
di karenakan benyaknya program kerja yang harus di selelsaikan dan
menuntut kondisi fisik dan ketelitian yang baik.
2. Terdapat perbedaan tingkat Beban kerja yang signifikan Perawat di
ruang flamboyan dan cempaka RSUD Kota Salatiga yang bekerja di
shift pagi, shift siang, dan shift malam. Banyak perawat merasa beban
kerja berat pada saat bekerja shift pagi dikarenakan jumlah pekerjaan
25
yang banyak serta faktor fasilitas pendukung pekerjaan yang kurang
maksimal.
Beberapa kekurangan yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Penelitian ini dalam mengambil data dengan kuesioner pada saat setelah
bekerja, karena kondisi lelah dan keinginan untuk kembali kerumah
sehingga dalam mengisi kuesioner perawat terburu-buru sehingga data
yang di peroleh menjadi kurang maksimal.
Saran Bagi Penelitian Mendatang:
1. Peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian terhadap
kelelahan kerja dan beban kerja, perlu mempertimbangkan faktor-
faktor lain yang turut berpengaruh terhadap kelelahan kerja maupun
beban kerja seperti karakteristik individu yang meliputi jenis kelamin
dan kepribadian. Bagi peneliti yang tertarik untuk melanjutkan
penelitian ini dapat memperluas objek penelitian tidak hanya pada
pelayanan kesehatan, tetapi juga pada pelayanan pendidikan,
perbankan, dan organisasi yang bergerak di bidang industri barang.
2. Penelitian selanjutnya di lakukan menggunakan metode pengukuran
kelelahan dan beban kerja yang berbeda sehingga di harapkan akan di
peroleh perbandingan gambaran kejadian kelelahan kerja dan beban
kerja yang akurat.
26
Saran Bagi Perusahaan/Rumah Sakit :
1. Sebaiknya menyediakan makanan dan minuman bergizi bagi tenaga
kerja yang bekerja di setiap shift, hal tersebut diatur dalam Undang-
undang tentang Ketenegakerjaan No.13 Tahun 2003 (pasal 76).
2. Memberlakukan kebijakan yang sama di setiap bangsal rawat inap
seperti aturan jam berkunjung. Serta diharapkan memberikan fasilitas
yang cukup terutama penunjang pekerjaan seperti penerangan dan alat-
alat kerja yang lebih baik.
3. Perlunya penjadwalan dan jumlah perawat disesuaikan dengan
workload disetiap shift kerja yang diatur secara baik agar perawat dapat
meringankan beban kerja yang bisa menimbulkan kelelahan.
27
DAFTAR PUSTAKA
Atiqoh, A. I. W. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan
Kerja pada Pekerja Konveksi Bagian Penjahitan di CV. Aneka Garment
Gunungpati Semarang. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-
Journal) .
Aisbett & Nichols. 2007. Fighting Fatigue whilst Figting Bushfire: an overview of
Factors Contributing to Firefegter Fatgue During Bushfi re Suppression.
The Australian Journal of Emergency Management, Vol. 22 No.
3.Diakses: 31 Desember 2014.
Ambarwati, D. (2014). Pengaruh Beban Kerja terhadap Stres Perawat IGD dengan
Dukungan Sosial sebagai Variabel Moderating (Studi pada RSUP Dr.
Kariadi Semarang). Universitas Diponegoro Semarang .
Anita, M.2011. Perbedaan Tingkat Kelelahan Perawat Wanita.infokes. Vol. 7 .
No.I. April-Juli 2011:28-34.
Arifin, A. (2012). Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Antara
Shift Pagi, Shift Sore, Shift Malam di Bagian Weaving PT. Iskandar
Indah Printing Textile Surakarta. Universita Muhammadiyah Surakarta .
DEPKES RI. (2003). KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR1202/MENKES/SK/VIII/2003. Dipetik Februari 20, 2015, dari
www.litbang.depkes.go.id/download/is2010/ indikator.pdf.
Djati, A. (2010). Perbedaan tingkat Kelelahan Tenaga Kerja antara shift siang dan
shift malam di Bagian CPA JOB Pertamina-Petrochia Eats Java di
Kabupaten Tuban Jawa Timur (Skripsi). UNS .
Fatonah, L. (2014). Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Antara Shift PAgi, Shift
Siang, Shift malam Pada Perawat Rawat Inap RS PKU Aisyiyah Boyolali
. FIK UMS .
Firdaus, H. (2005). Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kejadian Stres Kerja Pada
Tenaga Kerja di Bagian Produksi Pabrik Kelapa Sawit PTPN 4 Kebun
Pabatu Tebing Tinggi Tahun 2005. FKM-USU. Medan .
Grandjean, E. (1985). Fitting The Task To The Man. London: Taylor and Francis
Ltd.
Haryati, M. (2011). Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Pada
Pekerja Linting Linting Manual di PT. Djitoe Indonesia Tobacco
Surakarta. Fakultas Kedokteran Univeresitas Sebelas Maret .
Haryati, M. (2011). Pengaruh Beban Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Pada
Pekerja Linting Manual di PT. Djitoe Indonesia Tobacco Surakarta.
Skripsi .
Hasibuan, M. S. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
28
Hidayat, A, T. (2011). Analisis Pengaruh Shift Kerja Terhadap Beban Kerja Pada
Pekerja Di Pt. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk. Universitas Islam
Bandung .
ILO. (2003). Encyclopedia of Occupational Health and Safety. Geneva.
Ilyas, Y. (2002). Perencanaan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit. UGM .
Joko Susetyo, T. I. (2012). Pengaruh shift kerja terhadap kelelahan karyawan
dengan metode bourdon wiersman dan 30 items of rating scale. Jurnal
Teknologi , 5(1):32-9.
Kumalasari, G. A. (2014). Peranan BebanKerja, Hardiness, dan Ikhlas pada
Burnout. Tesis .
Kuswadji, s. (1997). Pengaturan Tidur Pekerja Shift. Jakarta: Cermin Dunia
Kedokteran.
Liana. (2012). Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Perawat Wanita Bagian
Rawat Inap di Rumah Sakit Dr. Oen Surakarta. Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret .
Muchinsky, P. (1997). Psychology applied to work: An introduction to industrial
and organizational psychology (5th Ed.). Pacific Grove, CA:
Brookes/Cole Publishers.
Munandar. Stres dan Keselamatan Kerja “Psikologi Industri dan Organisasi. 2001:
Penerbit Universitas Indonesia.
Nurmianto, E. (2003). Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya. surabaya: Guna
Widya.
Padmanaba, C. G. (2006). Pengaruh Penerangan Dalam Ruang Terhadap
Produktivitas Mahasiswa Desain Interior.
Prihatini, L. D. (2007). Analisis Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja
Perawat di Tiap Ruang Rawat Inap RSUD Sidikalang. Tesis .
Putri, S. N. (2013). Perbedaan Tingkat Kelelahan Akibat Kerja Pada Perawat
Wanita Shift Pagi, Siang dan Malam di Bagian Kelas III RSUD Dr.
Moewardi. UNS-F. Kedokteran Jur. Psikologi-R.0209047-2013 .
Putri, Y. W. (2011). Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan Kerja Pada
Karyawan Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret .
Ramayuli, S. (2004). Hubungan Faktor Individu dan Shift Kerja Dengan
Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Pada Bagian Pengepakan di PT.
INDOFOOD Sukses Naknur Tbk. Cebang Medan Tahun 2004. FKM-
USU Medan .
29
Ramdan, I. M. (2003). Dampak Giliran Kerja, Suhu dan Kebisingan terhadap
Perasaan Kelelahan Kerja di PT LJP Provinsi Kalimantan Timur.
Reza, M. (2010). Mengatasi Burnout Teller Bank Dengan Rekayasa ergonomi.
Makalah Psikologi Industri Universitas Negeri Padang .
Schultz, D. S. (2006). Phschology Work Today (9 Edition). New Jersey: Pearson
Education, Inc.
Setyawati, Lientje. 2011. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Amara
Books.
Suma’mur. 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.Jakarta : Sagung
Seto.
Tarwaka, S. H. (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan. Surakarta: Uniba Press.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 dan Peraturan
Pemerintah RI Nomor 15 Tahun 2007 Tentang Ketenagakerjaan.
Wicken, C. D. (2004). An Introduction To Human Factors Engineering. New
Jersey: Prentice Hall.
Widodo Hariyono, D. S. (2010). Hubungan Beban kerja, Stress Kerja, dan
Tingkat Konflik Dengan Kelelahan Kerja Perawat di Rumah Sakit Islam
Yogyakarta PDHI Kota Yogyakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta .
Wignjosoebroto, S. (2003). Ergonomi Studi Gerak dan Waktu (Teknis Analisis
Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja). Institut Teknologi Sepuluh
Surabaya
30
LAMPIRAN
PENGANTAR
Saya yang bernama Rifki Muslim, mahasiswa tingkat akhir Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UKSW sedang mengadakan penelitian di RSUD Kota Salatiga, dalam rangka
penyelesaian tugas akhir/ skripsi. Penelitian saya ini berjudul: ”Analisis Perbedaan
Tingkat Kelelahan Kerja dan Beban Kerja Berdasarkan Shift Kerja Pada Perawat”.
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi referensi bagi Rumah Sakit
mengenai gambaran serta sebagai masukan dalam merumuskan kebijakan terkait dengan
tingkat kelelahan dan tingkat beban yang di alami para perawat di RSUD kota Salatiga.
Hasil penelitian nantinya akan di serahkan pada pihak rumah sakit untuk kepentingan yang
bermanfaat bagi rumah sakit.
Demi kelancaran proses penelitian ini, Bapak/Ibu/Sdr/I bersedia meluangkan waktu
untuk mengisi pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini. Jawaban dari Bapak/Ibu/Sdr/I akan
saya jaga kerahasiaannya, dan penelitian ini hanya bertujuan sebagai syarat akademisi dalam
menyelesaikan tugas akhir. Oleh karena itu, saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/I
dalam memberikan jawaban yang sebenar-benarnya sesuai kondisi yang di alami. Atas
kerjasama Bapak/Ibu/Sdr/I, saya ucapkan terima kasih.
Peneliti
( Rifki Muslim )
31
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Menyatakan bersedia untuk menjadi responden pada penelitian yang dilakukan oleh
Rifki Muslim mahasiswa fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
yang berjudul “ANALISIS PERBEDAAN TINGAKAT KELELAHAN KERJA DAN
BEBAN KERJA BERDASARKAN SHIFT KERJA PADA PERAWAT”. Saya memahami
bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negative taerhadap saya, oleh karena itu saya
bersedia untuk menjadi responden pada penelitian ini dengan harapan dapat menambah
pengetahuan serta tidak menimbulkan kerugian bagi diri saya.
Peneliti Salatiga, 2015
Responden
( Rifki Muslim ) ( )
32
Kuisioner Penelitian
A: Karakteristik Responden
Nama :
Umur :
Ruang :
Shift : ( 1 ) pagi, ( 2 ) sore, ( 3 ) malam
Jenis kelamin : ( ) Laki-laki
( ) Perempuan
B. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
Berilah tanda Checklist (√) pada kolom yang tersedia, kemudian pilih sesuai
keadaan anda yang anda alami saat bekerja pada shift yang anda dapat.
CONTOH
PERTANYAAN JAWABAN
SS S KK TP STP
Apakah Anda sering merasa kurang bersemangat? √
KETERANGAN
SS : Sangat Sering S : Sering
KK : Kadang-Kadang TP : Tidak Pernah STP : Sangat Tidak Pernah
PERTANYAAN KELELAHAN KERJA JAWABAN
SS S KK TP STP
1. Apakah anda sering merasa berat di bagian kepala?
2. Apakah anda sering merasa lelah pada seluruh
badan?
3. Apakah kaki anda sering terasa berat?
4. Apakah anda merasa sering menguap?
5. Apakah pikiran anda sering merasa kacau?
6. Apakah anda sering merasa mengantuk?
7. Apakah anda sering merasakan ada beban pada
mata?
8. Apakah anda sering merasa kaku atau canggung
dalam bergerak saat bekerja?
33
SS S KK TP STP
9. Apakah anda sering merasa sempoyongan ketika
berdiri saat bekerja?
10. Apakah anda sering ada perasaan ingin
berbaring saat kerja ?
11. Apakah anda sering merasa susah berfikir saat
bekerja?
12. Apakah anda sering merasa malas untuk bicara
saat bekerja?
13. Apakah perasaan anda sering menjadi gugup saat
bekerja ?
14. Apakah anda sering tidak bisa berkonsentrasi
saat kerja?
15. Apakah anda sering tidak bisa memusatkan
perhatian terhadap sesuatu saat kerja?
16. Apakah anda sering punya kecenderungan untuk
lupa saat bekerja?
17. Apakah anda sering merasa kurang percaya diri
saat bekerja?
18. Apakah anda sering merasa cemas terhadap
sesuatu saat kerja?
19. Apakah anda sering merasa tidak dapat
mengontrol sikap saat kerja?
20. Apakah anda sering merasa tidak dapat tekun
dalam pekerjaan?
21. Apakah sering mengalami sakit kepala saat
kerja?
22. Apakah anda sering merasa kaku di bagian bahu
saat bekerja?
23. Apakah anda sering merasakan nyeri di
punggung saat bekerja?
24. Apakah nafas anda sering merasa tertekan /
sesak saat bekerja?
25. Apakah suara anda sering terasa serak saat
bekerja?
26. Apakah anda sering merasa pening saat bekerja?
27. Apakah kelopak mata anda sering terasa kejang
saat bekerja?
28. Apakah anggota badan anda sering merasa
gemetar/tremor saat bekerja?
29. Apakah anda sering merasa kurang sehat saat
bekerja?
no Pertanyaan Beban Kerja SS S KK TP STP
1 Pada shift pagi Seberapa sering pekerjaan
34
mengharuskan Anda bekerja dengan sangat
cepat?
2 Pada shift pagi Seberapa sering pekerjaan
mengharuskan Anda bekerja sangat keras?
3 Pada shift pagi Seberapa sering pekerjaan
menguras waktu Anda sehingga hanya tersisa
sedikit waktu untuk mengerjakan hal lain?
4 Pada shift pagi Seberapa sering Anda harus
menyelesaikan banyak pekerjaan?
5 Pada shift pagi Seberapa sering Anda harus
melakukan banyak pekerjaan daripada yang bisa
Anda tangani dengan baik?
Isilah pertanyaan di bawah ini dengan sebenar-benarnya
a. Sudah berapa lama anda menekuni profesi sebagai perawat?
..........................................................................................................................................
b. Pendidikan terakhir
anda?................................................................................................
c. Pada shift berapakah anda benar-benar merasa lelah bekerja?
Shift pagi ( )
Shift Sore ( )
Shift Malam ( )
Karena?.............................................................................................................................
35
Hasil Output
Kelelahan Kerja
Soal rxy rtabel Keterangan
1 0,736 0,367 Valid
2 0,659 0,367 Valid
3 0,666 0,367 Valid
4 0,728 0,367 Valid
5 0,852 0,367 Valid
6 0,746 0,367 Valid
7 0,739 0,367 Valid
8 0,778 0,367 Valid
9 0,826 0,367 Valid
10 0,643 0,367 Valid
11 0,781 0,367 Valid
12 0,626 0,367 Valid
13 0,759 0,367 Valid
14 0,811 0,367 Valid
15 0,672 0,367 Valid
16 0,747 0,367 Valid
17 0,7 0,367 Valid
18 0,713 0,367 Valid
19 0,637 0,367 Valid
20 0,795 0,367 Valid
21 0,755 0,367 Valid
22 0,821 0,367 Valid
23 0,679 0,367 Valid
24 0,39 0,367 Valid
25 0,25231 0,367 Tidak Valid
26 0,377 0,367 Valid
27 0,591 0,367 Valid
28 0,551 0,367 Valid
29 0,706 0,367 Valid
30 0,783 0,367 Valid
Beban Kerja
1. 0.758 0,367 Valid
2. 0.864 0,367 Valid
3. 0.812 0,367 Valid
4. 0.825 0,367 Valid
5. 0.815 0,367 Valid
36
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.959 29
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.871 5
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 shift_kerja,
beban_
kerjab
. Enter
a. Dependent Variable: kelelahan_kerja
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .652a .425 .408 13.954
a. Predictors: (Constant), shift_kerja, beban_kerja
b. Dependent Variable: kelelahan_kerja
37
Kruskal-Wallis Test
Ranks
shift kerja flamboyan N Mean Rank
kelelahan kerja flamboyan Shift Pagi 15 26.23
Shift siang 12 16.79
shift malam 10 10.80
Total 37
Test Statisticsa,b
kelelahan kerja
flamboyan
Chi-Square 13.302
df 2
Asymp. Sig. .001
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: shift kerja
flamboyan
38
Kruskal-Wallis Test
Ranks
shift kerja cempaka N Mean Rank
kelelahan kerja cempaka Shift Pagi 12 21.17
Shift siang 11 13.59
shift malam 8 11.56
Total 31
Test Statisticsa,b
kelelahan kerja
cempaka
Chi-Square 6.707
df 2
Asymp. Sig. .035
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: shift kerja cempaka
39
Kruskal-Wallis Test
Ranks
shift kerja flamboyan N Mean Rank
beban kerja Flamboyan Shift Pagi 15 25.23
Shift siang 12 10.00
shift malam 7 13.79
Total 34
Test Statisticsa,b
beban kerja
Flamboyan
Chi-Square 17.537
df 2
Asymp. Sig. .000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: shift kerja
flamboyan
40
Kruskal-Wallis Test
Ranks
shift kerja cempaka N Mean Rank
beban kerja cempaka Shift Pagi 12 22.00
Shift siang 11 13.09
shift malam 8 11.00
Total 31
Test Statisticsa,b
beban kerja cempaka
Chi-Square 8.989
df 2
Asymp. Sig. .011
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: shift kerja cempaka