BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1....
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1....
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Remaja
a. Pengertian remaja
Kata remaja berasal dari bahasa latin adolesence yang berarti
tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai
arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental,
emosional sosial dan fisik (Hurlock, 2002). Borring E.G. (dalam
Hurlock, 2002) mengatakan bahwa masa remaja merupakan suatu
periode atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa transisi dari anak-
anak kemasa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang
dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Sedangkan Monks,
dkk (dalam Hurlock, 2002) menyatakan bahwa masa remaja suatu
masa disaat individu berkembang dari pertama kali menunjukkan
tanda-tanda seksual, mengalami perkembangan psikologis dan pola
identifikasi dari anak menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari
ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang
mandiri.
Usia seorang anak dapat dikatakan remaja masih terdapat
beberapa pendapat yang berbeda. Buku-buku Pediatri pada umumnya
mendefinisikan remaja apabila telah mencapai umur 10-18 tahun untuk
9
anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki, WHO
mendefinisikan remaja bila anak telah mencapai umur 10-19 tahun.
Menurut Undang-undang No. 4179 mengenai kesejahteraan anak,
remaja adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan
belum menikah.
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan
manusia. masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik,
perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Sebagian besar
masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia
10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Soetjiningsih (2004) Masa remaja merupakan masa peralihan
antara masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya kematangan
seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun,
yaitu masa menjelang dewasa muda.
Menurut UU Perburuan anak dianggap remaja apabila telah
mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai
tempat tinggal sendiri. Menurut UU Perkawinan No.1, 1974 anak
dianggap sudah remaja apabila sudah cukup matang untuk menikah
yaitu 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-
laki. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menganggap remaja
bila sudah berusia 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus dari sekolah
menengah.
10
Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase
perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa
ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang
ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional
dan social dan berlangsung pada dekade kedua masa kehidupan. Jika
dipandang dari aspek psikologis dan sosialnya, masa remaja adalah
suatu fenomena fisik yang berhubungan dengan pubertas. Pubertas
adalah suatu bagian yang penting dari masa remaja dimana yang lebih
ditekankan adalah proses biologis yang pada akhirnya mengarah
kepada kemampuan bereproduksi. Masa pubertas adalah masa transisi
antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi suatu percepatan fertilitas
dan terjadi perubahan psikologis yang mencolok (Narendra, 2005)
b. Tahapan usia remaja
Masa remaja berlangsung melalui 3 tahapan yang masing-
masing ditandai dengan isu-isu biologic, psikologik dan social, yaitu
(Narendra, 2005):
1) Masa Remaja Awal (10-14 tahun)
Masa remaja awal ditandai dengan peningkatan yang cepat dari
pertumbuhan dan pematangan fisik. Jadi tidaklah mengherankan
apabila sebagian besar energi intelektual dan emosional pada masa
remaja awal ini ditargetkan pada penilaian kembali dan
restrukturisasi dari jati diri. Selain itu penerimaan kelompok sebaya
sangatlah penting. Dapat berjalan bersama dan tidak dipandang
11
beda adalah motif yang mendominasi banyak perilaku sosial
remaja awal ini.
2) Menengah (15-16 tahun)
Masa remaja menengah ditandai dengan hampir lengkapnya
pertumbuhan pubertas, timbulnya keterampilan-keterampilan
berpikir yang baru, peningkatan pengenalan terhadap datangnya
masa dewasa dam keinginan untuk memapankan jarak emosional
dan psikologis dengan orang tua.
3) Akhir (17 - 20 tahun)
Masa remaja akhir ditandai dengan persiapan untuk peran sebagai
seorang dewasa, termasuk klarifikasi dari tujuan pekerjaan dan
internalisasi suatu sistem nilai pribadi. Selanjutnya bab ini akan
membahas ketiga tahapan masa remaja ini dari berbagai aspek.
Aspek biologik akan dibahas mengenai neuroendokrinologi,
pertumbuhan dan perkembangan somatik. Aspek lainnya adalah
aspek psikologis, kognitif dan aspek medis/pelayanan kesehatan
remaja.
c. Pertumbuhan dan Perkembangan Somatik Remaja
Pertumbuhan dan perkembangan somatik remaja ditandai
dengan beberapa ciri khas yaitu (Narendra, 2005):
1) Perubahan adalah ciri utama dari proses biologis pubertas.
Perubahan hormonal secara kualitatif dan kuantitatif terjadi antara
masa per-pubertas dan dewasa. Akibatnya terjadi pertumbuhan
12
yang cepat dari berat dan panjang badan, perubahan dalam
komposisi tubuh dan jaringan tubuh dan timbulnya cirri-ciri seks
primer dan sekunder, yang menghasilkan perkembangan “boy into
a man” dan “girl into a woman”.
2) Perubahan somatic sangat bervariasi dalam umur saat mulai dan
berakhirnya, kecepatannya dan sifatnya, tergantung dari masing-
masing individu. Karena itu umur yang normal saat tercapainy
suatu perubahan dalam pertumbuhan dan perkembangan tidak
dapat ditentukan dengan pasti melainkan hanya dapat dikatakan
pada umur rata-rata anak.
3) Walaupun terdapat variasi dalam umur saat timbulnya perubahan-
perubahan selama pubertas, tetapi setiap remaja mengikuti urutan-
urutan yang sama dalam pertumbuhan dan perkembangan
somatiknya.
4) Timbulnya ciri-ciri seks sekunder merupakan manifestasi somatic
dari aktivitas gonad yang dipakai oleh Tanner untuk menentukan
Sex Maturity Rating (SMR) atau Stadium Maturitas Seks (SMS)
dan dikenal sebagai “Stadium Tanner” : SMS 1 sampai dengan 5.
Penilaian SMS ini mencakup pemeriksaan perkembangan payudara
dan rambut pubis pada anak perempuan dan testes, penis dan
rambut pubis pada anak laki-laki.
5) Perubahan yang telah terjadi selama abad terakhir ini mengenai
ukuran dan umur individu-individu yang mengalami masa
13
pubertas. Umumnya karena perbaikan dalam gizi dn upaya-upaya
kesehatan masyarakat maka “seular trend” yang mengarah kepada
pertumbuhan yang lebih besar dan dini ini telah terjadi di seluruh
dunia baik di negara maju maupun negara yang sedang
berkembang. Menyatakan bahwa terdapat pengaruh etnik dan
lingkungan terhadap umur terjadinya pubertas (seperti penambahan
massa tulang, otot dan lemak, pertambahan berat.
d. Tugas Perkembangan Remaja
Hurlock (2002) menyatakan bahwa terdapat perkembangan masa
remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku
kekanak-kanakan untuk mencapai kemampuan bersikap dan
berperilaku dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja
menurut adalah sebagai berikut:
1) Mampu menerima keadaan fisiknya.
2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis.
4) Mencapai kemandirian emosional.
5) Mencapai kemandirian ekonomi.
6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat
7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan
orang tua.
14
8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan
untuk memasuki dunia dewasa.
9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
10) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab
kehidupan keluarga.
2. Perubahan Fisik pada Remaja
Menurut Sarwono (2005) perubahan fisik pada remaja terdiri dari :
a. Tanda seks primer
Tanda seks primer merupakan tanda yang menunjukkan alat kelamin.
Pada wanita Alat kelamin wanita bagian luar terdiri dari:
1) Bibir luar (labia mayora)
2) Labia minor (labia minora)
3) Klitoris, yaitu bagian penuh dengan ujung-ujung syaraf sehinngga
sangat peka terhadap rangsangan/sentuhan. Sentuhan-sentuhan
pada klitoris dapat menyebabkan terjadinya orgasme (puncak
kenikmatan seksual) pada wanita.
4) Uretra (liang saluran seni)
5) Liang senggama (vagina) berfungsi sebagai jalan keluar haid, jalan
masuk penis dalam senggama, dan jalan keluar bayi waktu
melahirkan.
Alat kelamin wanita bagian dalam terdiri dari:
1) Hymen (selaput dara)
2) Mulut rahim (serviks) yang menghubungkan vagina dengan rahim
15
3) Rahim (uterus), yaitu jaringan sebesar telur ayam, tetapi punya
kemampuan melar yang sangat besar sekali dalam mengandung
bayi.
4) Saluran telur (tuba palopii) disebelah kanan dan kiri rahim
5) Indung telur (ovarium) yang menghasilkan hormone-hormon
estrogen, progesterone dan sel telur.
Remaja Laki-laki terjadi perubahan pada alat kelamin terdiri dari:
1) Testis menghasilkan hormon-hormon testosterone dan androgen
dan spermatozoa diproduksi dalam jumlah ratusan juta.
2) Saluran deferens (vas deferens), yaitu yang menghubungkan testis
dengan kelenjar prostat.
3) Kelenjar prostat yaitu tempat penyimpanan spermatozoa untuk
sementara.
4) Saluran kencing (uretra), yaitu tempat keluarnya air mani dalam
keadaan penis berereksi (Sarwono, 2005)
b. Tanda seks sekunder
Tanda-tanda seks sekunder merupakan tanda-tanda badaniah yang
membedakan pria dan wanita. Pada wanita bisa ditandai antara lain
pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota badan
menjadi panjang), pertumbuhan payudara, tumbuh bulu yang halus dan
lurus berwarna gelap dikemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian
badan setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi keriting, haid, dan
tumbuh bulu-bulu ketiak. Pada laki-laki bisa ditandai dengan
16
pertumbuhan tulang-tulang, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus,
dan berwarna gelap, awal perubahan suara, bulu kemaluan menjadi
keriting, tumbuh rambut-rambut halus diwajah (kumis, jenggot),
tumbuh bulu ketiak, rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan
gelap, tumbuh bulu didada (Sarwono, 2010).
3. Konsep Diri
1. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri merupakan semua ide, pikiran, perasaan,
kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu dalam
berhubungan dengan orang lain. Ide-ide, pikiran, perasaan dan
keyakinan ini merupakan persepsi yang bersangkutan tentang
karakteristik dan kemampuan interaksi dengan orang lain dan
lingkungan, nilai yang dikaitkan dengan pengalaman dan objek
sekitarnya serta tujuan dan idealismenya (Suliswati, 2005). Konsep diri
adalah pengetahuan individu tentang diri, citra subjektif dari diri dan
percampuran yang komplek dari perasaan, sikap dan persepsi (Perry &
Potter, 2005).
Konsep diri merupakan hasil dari aktivitas pengeksplorasian dan
pengalamannya dengan tubuhnya sendiri. Konsep diri ini dipelajari
melalui pengalaman pribadi setiap individu, hubungan dengan orang
lain dan interaksi dengan dunia luar dirinya (Suliswati, 2005).
17
2. Komponen Konsep Diri
a. Citra tubuh
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik
disadari atau tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau
sekarang mengenai ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan
potensi tubuh. Citra tubuh sangat dinamis karena secara konstan
berubah seiring dengan persepsi da pengalaman-pengalaman baru.
Citra tubuh harus realistis karena semakin dapat menerima dan
menyukai tubuhnya individu akan lebih bebas dan merasa aman
dari kecemasan. (Suliswati, 2005).
Citra tubuh adalah persepsi seseorang tentang tubuh, baik
secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan
dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh
pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik serta
persepsi dari pandangan orang lain (Perry & Potter, 2005). Konsep
diri yang baik tentang citra tubuh adalah kemampuan seseorang
menerima bentuk tubuh yang dimiliki dengan senang hati dan
penuh rasa syukur serta selalu berusaha untuk merawat tubuh
dengan baik.
Faktor predisposisi gangguan citra tubuh meliputi kehilangan
atau kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi), perubahan
ukuran, bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan
perkembangan serta penyakit), proses patologik penyakit dan
18
dampaknya terhadap struktur maupun fungsinya, prosedur
pengobatan seperti radiasi, kemoterapi dan transplantasi (Suliswati,
2005).
b. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia
seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar
dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan atau
sejumlah inspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan
mewujudkan cita-cita atau pengharapan diri berdasarkan norma-
norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan
penyesuaian diri. Seseorang yang memiliki konsep diri yang baik
tentang ideal diri apabila dirinya mampu bertindak dan berperilaku
sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya dan sesuai
dengan apa yang diinginkannya.
Pembentukan ideal diri dimulai pada masa kanak-kanak
dipengaruhi oleh orang yang penting pada dirinya yang
memberikan harapan atau tuntutan tertentu. Seiring dengan
berjalannya waktu individu menginternalisasikan harapan tersebut
dan akan membentuk dasar dari ideal diri (Suliswati, 2005).
c. Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang
dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah
laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan
19
orang lain yaitu dicintai, dihormati dan dihargai. Individu akan
merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan,
sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering
mengalami kegagalan, tidak dicintai atau diterima lingkungan.
Pada masa dewasa akhir timbul masalah harga diri karena adanya
tantangan baru sehubungan dengan pensiun, ketidakmampuan
fisik, brepisah dari anak, kehilangan pasangan dan sebagainya
(Suliswati, dkk, 2005). Seseorang memiliki konsep diri yang baik
berkaitan dengan harga diri apabila mampu menunjukkan
keberadaannya dibutuhkan oleh banyak orang, dan menjadi bagian
yang dihormati oleh lingkungan sekitar.
Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Manusia
cenderung bersikap negatif, walaupun ia cinta dan mengenali
kemampuan orang lain namun ia jarang mengekspresikannya.
Harga diri akan rendah jika kehilangan kasih sayang dan
penghargaan dari orang lain serta mengalami ketidakmampuan
pada dirinya dan juga sebaliknya (Perry & Potter, 2005).
Faktor predisposisi gangguan harga diri meliputi penolakan
dari orang lain, kurang penghargaan, pola asuh yang salah, terlalu
dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu dituntut dan tidak
konsisten, persaingan antar saudara, kesalahan dan kegagalan yang
berulang, dan tidak mampu mencapai standar yang ditentukan
(Suliswati, 2005).
20
d. Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan
yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi
individu didalam kelompok sosialnya. Peran memberikan sarana
untuk berperan serta dalam kehidupan sosial dan merupakan cara
untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada orang yang
berarti (Suliswati, dkk, 2005). Individu dikatakan mempunyai
konsep diri yang baik berkaitan dengan peran adalah adanya
kemampuan untuk berperan aktif dalam lingkungan, sekaligus
menunjukkan bahwa keberadaannya sangat diperlukan oleh
lingkungan.
Faktor predisposisi gangguan peran meliputi tiga kategori
transisi peran yaitu perkembangan. Setiap perkembangan dapat
menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap tahap perkembangan
harus dilalui individu dengan menyelesaikan tugas perkembangan
yang berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stressor bagi peran
diri. Kedua adalah transisi situasi, yaitu transisi situasi terjadi
sepanjang daur kehidupan bertambah/berkurang orang yang berarti
melalui kematian/kelahiran. Misalnya status sendiri menjadi
berdua/menjadi orang tua. Perubahan status menyebabkan
perubahan peran yang dapat menimbulkan ketegangan peran.
Ketiga adalah transisi sehat sakit, yaitu stressor pada tubuh dapat
menyebabkan gangguan konsep diri, termasuk didalamnya
21
gambaran diri, identitas diri, harga diri dan peran diri (Perry &
Potter, 2005).
e. Identitas diri
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat
diperoleh dari observasi dan penilaian terhadap dirinya, menyadari
individu bahwa dirinya berbeda dengan orang lain. Identitas diri
merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu
kesatuan yang utuh, tidak dipengaruhi oleh pencapaian tujuan,
atribut atau jabatan serta peran. Seseorang yang memiliki perasaan
identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan
orang lain, dan tidak ada duanya. Kemandirian timbul dari
perasaan berharga, kemampuan dan penguasaan diri. Dalam
identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek
terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima
diri (Suliswati, 2005).
Pencapaian identitas diperlukan untuk hubungan yang intim
karena identitas seseorang diekspresikan dalam berhubungan
dengan orang lain. Seksualits adalah bagian dari identitas
seseorang. Identitas seksual adalah gambaran seseorang tentang
diri sebagai pria atau wanita dan makna dari citra tubuh (Perry &
Potter, 2005). Faktor predisposisi gangguan identitas diri meliputi
ketidakpercayaan, tekanan dari teman dan perubahan struktur
sosial. Masalah spesifik sehubungan dengan konsep diri adalah
22
situasi yang membuat individu sulit menyesuaikan diri atau tidak
dapat menerima khususnya trauma emosi seperti penganiayaan
fisik, seksual dan psikologis pada masa anak-anak atau merasa
terancam kehidupannya atau menyaksikan kejadian berupa
tindakan kejahatan (Suliswati, 2005).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
Stuart (2006) menyatakan bahwa berbagai faktor penunjang perubahan
dalam konsep diri seseoarang adalah sebagai berikut :
a) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang
tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
b) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotip peran
gender, tuntutan peran kerja dan harapan peran budaya.
c) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan struktur sosial.
Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2007) tentang hubungan antara
pengetahuan tentang perubahan fisik pada masa pubertas dengan citra
diri remaja pada siswa-siswi kelas VII di SMP Negeri 1 Playen
Gunungkidul, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan tentang perubahan fisik pada masa pubertas
23
dengan citra diri remaja pada siswa-siswi kelas VII di SMP Negeri 1
Playen Gunungkidul.
4. Pengukuran konsep diri
Pengukuran konsep diri dilakukan dengan menggunakan angket
(kuesioner) yang berisi pernyataan tentang komponen konsep diri yang
terdiri dari citra tubuh, ideal diri, harga diri, peran, dan identitas diri.
Kategori konsep diri digolongkan menurut total skor hasil jawaban
responden.
4. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan respon mental seseorang dalam
hubunganya objek tertentu yang disadari ada atau terjadi. Pengetahuan
dapat salah atau keliru, karena bila suatu pengetahuan ternyata salah
atau keliru tidak dapat dianggap sebagai pengetahuan. Manusia sebagai
makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna, dalam memahami alam
sekitarnya terjadi proses yang bertingkat dari pengetahuan (sebagai
hasil tahu dari manusia), ilmu dan filsafat. Apabila pengetahuan itu
mempunyai sasaran yang tertentu, mempunyai metode, atau
pendekatan untuk mengkaji objek tersebut sehingga memperoleh hasil
yang dapat disusun secara sistematis maka terbentuklah ilmu atau lebih
sering disebut ilmu pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).
24
b. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, (2007), tingkat pengetahuan dibagi
menjadi 6 tingkat antara lain :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu ‘tahu’ ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.
2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara
benar. Orang yang paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya).
4) Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu
25
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
5) Sintesis (Synthesis)
Suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat
meringkaskan, dapat menyelesaikan dan sebagainya, terhadap
suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada.
c. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) cara memperoleh pengetahuan
dikelompokan menjadi dua antara lain:
1) Cara tradisional atau non ilmiah yaitu tanpa melakukan penelitian
ilmiah. Terbagi menjadi :
a) Cara Coba Salah (Trial and Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan
beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah dan
apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba
26
kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat
terpecahkan.
b) Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena
tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.
c) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada
pemegang otoritas, yaitu orang yang mempunyai wibawa atau
kekuasaan, baik secara tradisi, otoritas, pemerintah, otoritas
pemimpin agama maupun ahli pengetahuan atau ilmuwan.
d) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
pada masa lalu.
e) Cara Akal Sehat (Common Sense)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pengetahuan
berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya
menuruti nasihat orang-tuanya atau agar anak disiplin
menggunakan hukuman fisik pada anaknya saat berbuat salah.
f) Kebenaran Melalui Wahyu
Ajaran atau dogma agama adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari Tuahan melalui para Nabi. Kebenaran ini
27
harus diterima dan diyakini oleh para pengikutnya. Terlepas
dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab
kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu
dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan
manusia.
g) Kebenaran secara Intuitif
Diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di
luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berfikir.
Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi
atau bisikan hati saja.
h) Melalui Jalan Pikiran
Kebenaran pengetahuan manusia diperoleh dengan
menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun
deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara
melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui
pernyataan-pernyataan yang dikemukakan, kemudian dicari
hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan.
i) Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang
dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang
bersifat umum. Dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan
tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang
ditangkap oleh indra. Karena proses berfikir induksi itu
28
beranjak dari hasil pengamatan indera atau hal-hal yang nyata,
maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang
konkret kepada hal-hal yang abstrak.
j) Deduksi
Deduksi adalah pembutan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum ke khusus. Proses berpikir deduksi berlaku
bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas
tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang
terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu. Disini
terlihat proses berfikir berdasarkan pada pengetahuan yang
umum mencapai pengetahuan yang khusus
2) Cara modern atau cara ilmiah, yaitu melalui proses penelitian.
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer
disebut metodelogi penelitian (research methodelogi).
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan terdiri faktor internal dan eksternal diantaranya :
1) Intelegensi
Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir,yang
memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu.
Orang berpikir menggunakan inteleknya atau pikirannya. Cepat
atau tidaknya dan terpecahkan tidaknya suatu masalah tergantung
kemampuan intelegensinya. Salah satu faktor yang
29
mempengaruhi penerimaan pesan dalam komunikasi adalah taraf
intelegensi seseorang. Secara common sence dapat dikatakan
bahwa orang-orang yang lebih intelegen akan lebih mudah
menerima suatu pesan.Dari uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa orang yang mempunyai taraf intelegensi tinggi akan
mempunyai pengetahuan yang baik dan sebaliknya.
2) Pendidikan
Tugas dari pendidikan adalah memberikan atau meningkatkan
pengetahuan, menimbulkan sifat positif, serta memberikan atau
meningkatkan kemampuan masyarakat atau individu tentang
aspek-aspek yang bersangkutan, sehingga dicapai suatu masyarakat
yang berkembang. Pendidikan formal dann on-formal. Sistem
pendidikan yang berjenjang diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan melalui pola tertentu. Jadi tingkat pengetahuan
seseorang terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh tingkat
pendidikan.
3) Pengalaman
Menurut teori determinan perilaku yang disampaikan WHO,
menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku
tertentu salah satunya disebabkan karena adanya pemikiran
dan perasaan dalam diri seseorang yang terbentuk dalam
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan
penilaian-penilaian seseorang terhadap objek tersebut, dimana
30
seseorang mendapatkan pengetahuan baik dari pengalaman pribadi
maupun pengalaman orang lain.
4) Informasi
Teori depedensi mengenai efek komunikasi massa,
disebutkan bahwa media massa dianggap sebagai sistem informasi
yangmemiliki peranan penting dalam proses pemeliharaan,
perubahan, dan konflik dalam tatanan masyarakat, kelompok atau
individu dalam aktivitas sosial dimana media massa ini nantinya
akan mempengaruhi fungsi kognitif, afektif, dan behavioral. Pada
fungsi kognitif diantaranya adalah berfungsi untuk menciptakan
atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, perluasan
sistem, keyakinan masyarakat dan penegasan atau penjelasan nilai-
nilaitertentu. Media dibagi menjadi tiga yaitu media cetak yang
meliputi booklet, leaflet, rubrik yang terdapat pada surat kabar atau
majalah dan poster. Kemudian media elektronik yang meliputi
televisi, video, slide,dan film serta papan (billboard).
5) Kepercayaan
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang, mengenai
apayang berlaku bagi objek sikap, sekali kepercayaan itu telah
terbentuk,maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang
mengenai apayang dapat diharapkan dari objek tertentu.
6) Umur
31
Umur dapat mempengaruhi seseorang, semakin cukup
umur tingkat kemampuan; kematangan seseorang akan lebih
matangdalam berpikir dan menerima informasi.
7) Sosial budaya
Sosial termasuk di dalamnya pandangan agama, kelompok etnis
dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya
dalam penerapan nilai-nilai keagamaan untuk memperkuat super
egonya.
8) Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah lakunya.
Individu yang berasal dari keluarga yang berstatus sosial
ekonominya baik dimungkinkan lebih memiliki sikap positif
memandang diri dan masa depannya dibandingkan mereka yang
berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah.
e. Pengukuran pengetahuan
Cara mengukur pengetahuan seseorang dapat menggunakan alat
bantu kuesioner, cara menilainya dengan dikategorikan baik, cukup,
dan kurang. Pengetahuan dinyatakan baik bila 76-100% pertanyaan
dijawab benar, cukup bila 60-75% pertanyaan di jawab benar, dan
kurang bila pertanyaan dijawab benar < 60% (Arikunto, 2006).
Pengukuran pengetahuan dapat pula dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang kita ketahui
33
B. Kerangka teori
Gambar 2.1. Kerangka Teori Sumber : Stuart (2006), Suliswati (2005) dan Pertiwi (2010)
Konsep diri tentang perubahan fisik masa
pubertas
Harga diri : • Penolakan orang tua • Harapan orang tua yang
tidak realistis • Kegagalan yang berulang,
kurang mempunyai tanggung jawab personal
• Ketergantungan pada orang lain
• Ideal diri yang tidak realistis
Performa peran • Stereotip peran gender, • Tuntutan peran kerja • Harapan peran budaya
Identitas pribadi • Ketidakpercayaan orang tua • Tekanan dari kelompok
sebaya • Perubahan struktur sosial
Pengetahuan
Citra tubuh • Kerusakan tubuh • Perubahan ukuran, bentuk
dan penampilan tubuh • Proses patologik penyakit • Prosedur pengobata (radiasi,
kemoterapi, transplantasi
Ideal diri • Inspirasi, • Tujuan, • Nilai yang ingin diraih