BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Tinjauan Teori 1. Disminorhoe a...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Tinjauan Teori 1. Disminorhoe a...
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Disminorhoe
a. Pengertian
Beberapa pendapat tentang pengertian disminorhoe, antara lain:
1) Menurut Surtiretna (2001), disminorhoe adalah rasa sakit yang
menyerupai kejang, terasa di perut bagian bawah, dan biasanya
dimulai 24 jam sebelum haid, dan berlangsung sampai 12 jam
pertama dari masa haid.
2) Menurut Dianawati (2003), disminorhoe merupakan kekakuan
atau kejang di bagian bawah perut dan terjadi pada waktu
menjelang atau selama menstruasi
3) Menurut Ramaiah (2006), disminorhoe adalah nyeri atau kram
pada perut yang dirasakan sebelum dan selama menstruasi.
4) Menurut Prawirohardjo (2007), disminorhoe atau nyeri haid
merupakan suatu rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan
selama menstruasi dan sering kali disertai rasa mual.
5) Master Index of Medical Specialities (MIMS) Indonesia
Petunjuk Konsultasi (2009/2010) mengatakan bahwa
disminorhoe adalah rasa nyeri yang timbul menjelang dan
selama menstruasi, ditandai dengan gejala kram pada abdomen
8
bagian bawah. Gejala ini disebabkan karena tingginya hormon
prostaglandin. Walaupun tidak membahayakan tetapi gejala
dismenore mungkin cukup berat dan bahkan dapat mengganggu
aktivitas sehari- hari.
6) Menurut Proverawati & Misaroh (2009), disminorhoe adalah
nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk istirahat atau
berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas
sehari-hari. Istilah disminorhoe (dysmenorrhoea) berasal dari
bahasa “Greek” yaitu dys (gangguan atau nyeri hebat/
abnormalitas), meno (bulan) dan rrhoea yang artinya flow
(aliran). Jadi disminorhoe adalah gangguan aliran darah
menstruasi atau nyeri menstruasi.
Dari beberapa pendapat mengenai disminorhoe, maka
dapat diambil suatu kesimpulan bahwa disminorhoe adalah rasa
nyeri yang timbul menjelang dan selama menstruasi yang dapat
menggangggu aktivitas sehari-hari, ditandai dengan gejala kram
pada abdomen bagian bawah. Gejala ini disebabkan karena
tingginya produksi hormon Prostaglandin.
b. Klasifikasi
1) Disminorhoe Primer
Disminorhoe primer, (disebut juga Disminorhoe
idiopatik, esensial, intrinsik) adalah nyeri menstruasi tanpa
kelainan organ reproduksi (tanpa kelainan ginekologik). Terjadi
9
sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat kandungan
(Proverawati & Misaroh, 2009)
Disminorhoe primer timbul sejak haid pertama dan
akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu. Tepatnya saat
lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim
setelah menikah dan melahirkan (Wijayanti, 2009)
Disminorhoe primer terjadi beberapa waktu setelah
menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena
siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarce
umumnya berjenis anovulatuar yang tidak disertai rasa nyeri.
Rasa nyeri tidak timbul lama sebelumnya atau bersama dengan
permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun
pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari
(Prawirohardjo, 2006).
Disminorhoe primer biasanya dimulai 6 bulan hingga 1
tahun setelah seorang gadis mendapatkan menstruasi
pertamanya. Ini adalah waktu ketika sel telur mulai matang
setiap bulan dalam ovarium. Pematangan sel telur disebut
ovulasi. Disminorhoe tidak ada pada siklus jika ovulasi belum
terjadi. Disminorhoe primer jarang terjadi setelah usia 20 tahun
(Ramaiah, 2006).
10
Disminorhoe primer, timbul sejak haid pertama dan
akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, dengan lebih
stabilnya hormone tubuh atau perubahan posisi rahim setelah
menikah atau melahirkan ( Fitria, 2007)
Menurut Prawirohardjo (2006), ada beberapa faktor
peranan sebagai penyebab disminorhoe primer, antara lain;
a) Faktor kejiwaan
Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi
jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang
proses haid, mudah timbul disminorhoe.
b) Faktor kostitusi
Faktor ini erat hubungannya dengan faktor di atas karena
dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri, misalnya
anemia, penyakit menahun, dan sebagainya yang dapat
mempengaruhi timbulnya disminorhoe.
c) Faktor obstruksi kanalis servikalis
Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan
terjadinya dismenore primer adalah stenosis canalis
servikalis.
11
d) Faktor alergi
Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya
asosiasi antara disminorhoe dengan urtikaria, migrane atau
asam bronkhiale, bahwa sebab alergi adalah toksi haid.
2) Disminorhoe Sekunder
Disminorhoe sekunder, (disebut juga sebagai
disminorhoe ekstrinsik, acquired) adalah nyeri menstruasi yang
terjadi karea kelainan ginekologik, misalnya endometriosis
(sebagian besar), fibroids, adenomyosis. Terjadi pada wanita
yang sebelumnya tidak mengalam disminorhoei (Proverawati
dkk, 2009).
Disminorhoe sekunder merupakan nyeri yang
disebabkan oleh kelainan ginekologi seperti salpingitis kronika,
endometriosis, adenomiosis uteri, stenosis uteri dan lain-lain
(Prawirohardjo, 2006).
Disminorhoe sekunder biasanya didapati pada wanita
berusia diatas 20 tahun meskipun dalam beberapa kasus bisa
mulai tampak pada usia kurang dari 20 tahun (Ramaiah, 2004).
Disminorhoe sekunder biasanya baru muncul jika ada
penyakit yang datang kemudian ( Fitria, 2007).
12
c. Tanda dan Gejala
Gejala disminorhoe yang paling umum adalah nyeri mirip
kram dibagian bawah perut yang menyebar ke punggung dan kaki.
Gejala terkait lainnya adalah muntah, sakit kepala, cemas, kelelahan,
diare, pusing dan rasa kembung atau perut terasa penuh. Beberapa
wanita mengalami nyeri sebelum menstruasi dimulai dan bisa
berlangsung beberapa hari (Ramaiah, 2004).
Disminorhoe atau nyeri haid mungkin merupakan suatu
gejala yang paling sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke
dokter untuk konsultasi dan pengobatan. Karena gangguan ini
sifatnya subyektif, berat atau intensitasnya sukar dinilai. Walaupun
frekuensi disminorhoe cukup tinggi dan lama dikenal, namun sampai
sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dan memuaskan.
Oleh karena itu hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak
diperut bagian bawah sebelum dan selama haid dan sering kali rasa
mual, muntah, sakit kepala, diare, dan iritabilitas sehingga memaksa
penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara
hidupnya sehari-hari (Prawirohardjo, 2006).
d. Penanganan
Beberapa pendapat tentang upaya penanganan untuk
mengatasi disminorhoe:
1) Upaya penanganan disminorhoe menurut Yatim (2001), adalah :
13
a) Olahraga atau latihan, psikoterapi untuk meyakinkan
perempuan bahwa keluhannya tidak membahayakan
kehidupan, dan akan berlalu begitu darah keluar dengan
lancar
b) Obat-obatan anti sakit (analgetik) sebaiknya bukan
golongan narkotik seperti Morfin dan Codein
c) Obat-obatan penghambat pengeluaran hormon
Prostaglandin, seperti Aspirin, Endometasin, dan Asam
Mefenamat
2) Upaya penanganan disminorhoe menurut Proverawati &
Misaroh (2009) dan Wijayanti (2009), adalah :
a) Kompres dengan botol (hangat) tepat pada bagian yang
terasa kram (bisa di perut atau pinggang bagian belakang)
b) Minum-minuman hangat yang mengandung kalsium tinggi
c) Menghindari minum-minuman yang beralkohol, kopi dan es
krim
d) Menggosok-gosok perut atau pinggang yang sakit
e) Ambil posisi menungging sehingga rahim tergantung ke
bawah
f) Tarik nafas dalam-dalam secara perlahan untuk relaksasi
g) Obat-obatan yang digunakan harus atas pengawasan dokter.
Boleh minum analgetik (penghilang rasa sakit) yang banyak
14
dijual di toko obat, asal dosisnya tidak lebih dari 3 kali
sehari
3) Menurut Dianawati (2003), ada beberapa cara pengobatan yang
biasa dilakukan untuk membantu mengurangi disminorhoe
yaitu:
a) Olahraga ringan
b) Mengonsumsi buah dan sayur
c) Mengurangi kadar gula dan kafein
d) Minum obat yang mengandung aspirin dan ibuprofen
4) Upaya penanganan disminorhoe menurut Prawirohardjo (2006)
antara lain :
a) Penerangan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa disminorhoe adalah
gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya
diadakan penjelasan mengenai cara hidup, pekerjaan,
kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah
informasi mengenai haid atau adanya tabu atau takhayul
mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai
makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin
berguna.
b) Pemberian obat analgesik
Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur
dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi
15
penderitaannya. Obat analgesik yang sering diberikan adalah
preparat kombinasi Aspirin, Fenasetin, dan Kafein. Obat-obat
paten yang beredar di pasaran antara lain Novalgin, Ponstan,
Acep-aminopen dan sebagainya.
c) Terapi hormonal
Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk
membuktikan bahwa gangguan benar-benar disminorhoe
primer atau untuk memungkinkan penderita melakukan
pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan
ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil
kombinasi kontrasepsi.
d) Terapi dengan obat nosteroid anti prostaglandin
Termasuk disini indometasin, ibuprofen, dan naproksen
hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai, 1-3
hari sebelum haid, dan pada hari pertama haid.
e) Dilatasi canalis servikalis
Dapat memberikan keringanan karena kemudahan
pengeluaran darah haid dan prostaglandin di dalamnya.
2. Remaja
a. Pengertian
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata lain
adolescence (kata bendanya yang berarti remaja) yang berarti
16
tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Menurut Piaget mengatakan
secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu
berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi
merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan
berada dalam tingkatan yang sama (Hurlock, 2004).
Masa remaja merupakan suatu tahapan antara masa kanak-
kanak dengan masa dewasa. Istiah ini menunjukkan masa dari awal
pubertas sampai tercapainya kematangan, biasanya mulai dari usia
14 tahun pada pria dan usia 12 tahun pada wanita. Menurut WHO,
disebut remaja apabila anak telah mencapai usia 10-18 tahun
(Proverawati & Misaroh, 2009).
b. Pembagian masa remaja
Menurut Widyastuti dkk (2009), masa remaja dibagi menjadi
tiga tahap, yaitu:
1) Masa remaja awal (10-12 tahun)
a) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman
sebaya
b) Tampak dan merasa ingin bebas
c) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan
tubuhnya dan mulai berfikir yang khayal (abstrak)
2) Masa remaja tengah (13-15 tahun)
a) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri
17
b) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada
lawan jenis
c) Timbul perasaan cinta yang mendalam
d) Kemampuan berfikir abstrak (berkhayal) makin
berkembang
e) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual
3) Masa remaja akhir (16-19 tahun)
a) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri
b) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
c) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap
dirinya
d) Dapat mewujudkan perasaan cinta
e) Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak
c. Ciri-ciri usia remaja
Menurut Hurlock (2009) usia remaja mempunyai ciri-ciri
tertentu yang dibedakan menjadi 8 periode, yaitu:
1) Masa periode penting
Pada periode remaja baik akibat langsung maupun akibat jangka
panjang tetap penting karena akibat fisik dan ada lagi karena
akibat psikologis. Perkembangan fisik cepat dan penting disertai
dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada
awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan
18
perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap,
nilai dan minat baru.
2) Masa periode peralihan
Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan
terdapat keraguan akan peran yang harus dilaksanakan. Pada masa
ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan seorang
dewasa. Dilain pihak status remaja yang tidak jelas ini juga
menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk
mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku,
nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
3) Masa periode perubahan
Ada 4 perubahan yang sama yang hampir bersifat universal.
Pertama, meningginya emosi yang interaksinya bergantiung pada
tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua,
perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh
kelompok sosial untuk dipesankan menimbulkan masalah baru.
Ketiga, berubahnya minat dan pola perilaku , maka nilai-nilai juga
berubah. Keempat, sebagian besar remaja bersifat ambivalen
terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan manuntut
kebebasan tapimereka sering takut bertanggung jawab atas
akibatnya dan merugikan kemampuan mereka untuk dapat
mengatasi tanggung jawab ini.
19
4) Masa periode bermasalah
Ada 2 alasan bagi masalah itu. Pertama, sepanjang masa kanak-
kanak, masalah kanak-kanak sebagian diselesaikan oleh orang tua
dan guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman
dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa
dirinya mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya
sendiri dan menolak bantuan orang lain.
5) Masa mencari identitas
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan
kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan.
Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak
puas dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal
seperti sebelumnya. Tetapi status remaja yang mendua dalam
kebudayaan Amerika saat ini menimbulkan suatu dilemma yang
menyebabkan “krisis identitas” atau masalah identitas-ego pada
remaja.
6) Masa usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang
tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya atau cenderung merusak,
menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi
kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap
untuk simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
20
7) Masa yang tidak realistik
Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain
sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya,
terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak relistik ini tidak
hanya bagi keluarganya dan teman-temannya menyebabkan emosi
yang merupakan ciri dari awal masa remaja.
8) Masa ambang manuju dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja
menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan
memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.
3. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran , penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo,2007).
b. Manfaat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (Over behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti
21
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri
seseorang terjadi proses yang berurutan yakni :
1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam
diri mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).
2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut.
Disini sikap subyek sudah mulai timbul.
3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden
sudah lebih baik lagi.
4) Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu
sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5) Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau diadopsi perilaku
melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan
bersifat langgeng.
c. Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkat menurut
Notoatmodjo (2007), yaitu
22
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang yang dipelajari antara lain: menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan
protein pada anak balita.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar, dengan cara menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang real
(sebenarnya).
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya
satu sama lain.
23
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyususn formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada.
d. Cara Memperoleh Pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu :
1) Cara memperoleh kebenaran non ilmiah
Cara- cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain
meliputi :
a. Cara coba salah (Trial and Error)
Cara coba- coba ini dilakukan dengan menggunakan
beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan
24
apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, di coba
kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini
gagal pula, maka dicoba lagi dengan kemungkinan ketiga
dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan
keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat
dipecahkan.
b. Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
sengaja oleh orang yang bersangkutan.
c. Kekuasaan atau otoritas
Kebiasaan ini biasanya diwariskan turun- temurun dari
generasi ke generasi berikutnya. Kebiasaan seperti ini
bukan hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja,
melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Sumber
pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal, para pemuka
agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya.
d. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru baik, demikian bunyi pepatah.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan atau merupakan cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan.
25
e. Akal sehat (Common Sense)
Akal sehat atau common sense kadang- kadang dapat
menemukan teori atau kebenaran. Misal dengan
menghukum anak sampai sekarang berkembang menjadi
teori atau kebenaran, bahwa hukuman merupakan metode
bagi pendidikan anak. Pemberian hadiah dan hukuman
masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak
dalam konteks pendidikan.
f. Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini
harus diterima oleh pengikut- pengikutnya, terlepas dari
apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab
kebenaran ini diterima oleh usaha penalaran atau
penyelidikan.
g. Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara sekali
melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses
penalaran atau berpikir.
h. Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,
cara berpikir manusiapun ikut berkembang. Dari sini
manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam
26
memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, dalam
memperoleh kebenaran pengetahuannya. Dengan kata lain,
dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi
maupun deduksi.
i. Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai
dari pernyataan- pernyataan khusus ke pernyataan yang
bersifat umum.
Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan
kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman empiris yang
ditangkap oleh indra. Kemudian disimpulkan ke dalam
suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk
memahami suatu gejala.
j. Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyatraan-
pernyataan umum ke khusus. Ariestoteles ( 384- 332 SM)
mengembangkan cara berpikir deduksi ini kedalam suatu
bentuk deduksi yang memungkinkan seseorang untuk dapat
mencapai kesimpulan yang lebih baik.
2) Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperolah pengetahuan pada
dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut
27
metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi
penelitian ( research methodology).Pencatatan ini mencakup
tiga hal pokok, yaitu :
a) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang
muncul pada saat dilakukan pengalaman.
b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak
muncul oada saat dilakukan pengamatan.
c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-
gejala yang berubah-ubah pada kondisi tertentu (
Notoatmodjo, 2010)
e. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), faktor- faktor yang mempengaruhi
pengetahuan sebagai berikut :
1) Umur
Umur responden sangat erat hubungannya dengan pengetahuan
seseorang, karena semakin bertambah usia semakin banyak
pula pengetahuannya.
2) Pendidikan
Tingkat pendidikan menentukan pola piker dan wawasan
seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka
diharapkan stok modal pengetahuan meningkat. Pendidikan
memiliki peran penting dalam kualitas. Lewat pendidikan
manusia dianggap akan mmemperoleh pengetahuan.
28
3) Sumber Informasi
Menurut Notoatmodjo (2005), informasi adalah data yang
diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si
penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan
saat ini atau keputusan mendatang, informasi yang datang dari
pengirim pesan yang ditujukan kepada penerima pesan. Selain
itu informasi dapat diperoleh dari media cetak, media
elektronik, non- media seperti, keluarga, teman dan tenaga
kesehatan.
f. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).
4. Perilaku
a. Pengertian
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain :
berjalan, berbicar, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).
29
b. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007),
faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku antara lain :
1) Faktor predisposisi (predisposing factor),
Yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi,
nilai-nilai dan umur.
a) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Pengetahuan seseorang dapat diperoleh melalui pendidikan,
paparan media masa(akses informasi), ekonomi (pendapatan),
hubungan social dan lingkungan social budaya. Sebelum
responden melakukan perilaku mengatasi disminorhoe,
responden harus tahu mengenai manfaat dari penanganan
disminorhoe. Pendidikan akan memberikan pengetahuan
kepada para siswi mengenai disminorhoe sehinggan
diharapkan siswi tahu, bisa menilai dan berperilaku yang baik
dan benar mengenai cara mengatasi disminorhoee.
b) Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek
30
(Notoatmodjo,2007). Sikap sering diperoleh dari pengalaman
sendiri ataupun dari orang lain. Sikap terhadap nilai- nilai
kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata.
Sikap remaja mengenai disminorhoe juga dipengaruhi oleh
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal- hal yang
berkaitan dengan kesehatan system nilai yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi.
c) Kepercayaan
Kepercayaan merupakan kenyakinan tentang kebenaran
terhadap sesuatu yang dirasakan pada budaya yang ada pada
masyarakat tersebut. Sehingga bila dalam masyarakat
mempunyai kepercayaan yang salah tentang suatu maka
dapat menghambat perubahan perilaku. Masyarakat yang
mempercayai suatu keyakinan tertentu tentang nyeri haid
(disminorhoe), maka dapat mempengaruhi suatu perilaku
yang akan berpengaruh terhadap perilaku seseorang
menghadapi disminorhoe.
d) Tradisi
Tradisi merupakan suatu adat dari tempat tinggal seseorang
yang selalu dilakukan. Ketika responden mendapat
pengetahuan atau pengaruh dari lingkungan tempat tinggal,
maka responden akan menjalankan tradisi yang ada di
tempatnya, seperti ketika setelah selesai menstruasi harus
31
minum jamu agar bersih dan ketika nyeri haid dilakukan pijat
perut agar nyeri haidnya berkurang dan tidak sakit kembali.
e) Nilai- nilai
Individu lahir diantara kelompok, yaitu keluarga dan
masyarakat. Hal ini akan membuat kemungkinan adanya
suatu norma atau aturan yang diharapkan mampu
memunculkan perilaku yang sesuai dengan ketentuan yang
telah dibuat. Nilai ini diperoleh melalui sosialisasi dan emosi
dikenakan kepercayaan mereka atas apa yang membuat orang
berfikir apakah sesuatu itu penting sehingga dari nilai akan
mempengaruhi keseluruhan berbagai tentang keluarga.
f) Umur
Umur mempengaruhi perilaku dari responden. Umur dapat
mempengaruhi cara berfikir, bersikap dan berperilaku
seseorang mengenai hal yang sedang dialami.
2) Faktor pendukung (enabling factor)
Faktor- faktor ini mencakup :
Ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas (fisik dan
umum) yang mendukung kelancaran penanganan disminorhoe.
Fasilitas fisik yaitu fasilitas- fasilitas atau sarana kesehatan yang
meliputi Puskesmas, Usaha Kesehatan Sekolah dan Obat-
obatan. Sedangkan fasilitas umum yaitu fasilitas atau sarana
kesehatan meliputi media informasi misalnya TV, Koran atau
32
majalah sehingga dapat diketahui bahwa untuk menunjang
terlaksananya perilaku penanganan disminorhoe dengan baik
maka tidak hanya tahu dan sadar mengenai disminorhoe
melainkan fasilitas yang lengkap juga dapat menjadi faktor
pemicu perilaku penanganan disminorhoe.
3) Faktor pendorong (reinforcing factor),
Faktor- faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku dari petugas
kesehatan. Sikap dan perilaku disini adalah bagaimana para
petugas kesehatan ( perawat, bidan, dokter dan tenaga kesehatan
lainnya) berlaku tidak sesuai dengan perilaku yang ada.
c. Pengukuran Perilaku
Cara mengukur perilaku ada 2 cara (Notoatmodjo,2005) yaitu :
1) Perilaku dapat diukur secara langsung yakni wawancara
terhadap kegiatan- kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam,
hari, bulan yang lalu (recall)
2) Perilaku yang diukur secara tidak langsung yakni, dengan
mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
d. Pembentukan Perilaku
Pembentukan perilaku menurut Ircham (2005) ada beberapa cara,
diantaranya :
1) Conditing atau kebiasaan
Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan
conditioning kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk
33
berperilaku seperti yang diharapkan akhirnya akan terbentuklah
perilaku.
2) Pengertian (Insight)
Pembentukan perilaku yang didasarkan atas teori belajar
kognitif yaitu belajar disertai dengan adanya pengertian.
3) Menggunakan Model
Cara ini menjelaskan bahwa domain pembentukan perilaku
pemimpin dijadikan model atau contoh oleh yang dipimpinya.
Cara ini didasarkan atas teori belajar social (Social learning
theory) atau observational learning theory oleh bandura (1977).
e. Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan
dengan Kesehatan
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam
dua kategori (Dewi,2010), yaitu :
1) Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar
2) Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar
Perilaku- perilaku disengaja atau tidak disengaja yang membawa
manfaat bagi kesehatan individu dan sebaliknya.
Perilaku yang disengaja atau tidak disengaja berdampak merugikan
kesehatan antara lain :
a) Perilaku sadar yang menguntungkan kesehatan
Mencakup perilaku yang secara sadar oleh seseorang yang
berdampak menguntungkan kesehatan. Golongan perilaku ini
34
langsung berhubungan dengan kegiatan- kegiatan pencegahan
penyakit serta penyembuhan penyakit yang dijadikan secara
sadar atas dasar pengetahuan bagi diri seseorang.
b) Perilaku sadar yang merugikan kesehatan
Perilaku sadar yang dijalankan secara sadar diketahui bila
perilaku tersebut tidak menguntungkan kesehatan terdapat pula
dikalangan orang berpendidikan atau professional atau secara
umum pada masyarakat yang sudah maju.
c) Perilaku tidak sadar yang merugikan kesehatan
Golongan masalah ini paling banyak dipelajari, terutama karena
penanggulangan merupakan salah satu tujuan utama berbagai
program pembangunan kesehatan masyarakat.
d) Perilaku tidak sadar yang menguntungkan kesehatan
Golongan perilaku ini menunjukkan bahwa tanpa sadar
pengetahuan seseorang dapat menjalankan kegiatan- kegiatan
tertentu yang secara langsung atau tidak langsung menberi
dampak positif terhadap derajat kesehatan mereka.
f. Bentuk Perilaku
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons
organism atau seseorang terhadap rangsangan (stimulasi) dari luar
subjek tersebut.
Respon ini berbentuk 2 macam (Dewi,2010) yakni :
35
1) Bentuk Pasif
Respon internal yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan
tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya
berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.
2) Bentuk Aktif
Perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung, oleh
karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk
tindakan nyata disebut overt behavior.
g. Klasifikasi Perilaku
Beberapa klasifikasi perilaku menurut beberapa ahli, antara lain :
1) Berdasarkan teori “S-O-R”dalam Notoatmodjo (2005) maka
perilaku manusia dapat dikelompikkan menjadi 2, yaitu :
a) Perilaku Tertutup (Covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulasi
tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar)
secara jelas. Respon tersebut masih terbatas dalam bentuk
perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap
terhadap stimulasi yang bersangkutan.
b) Perilaku terbuka (Over Behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulasi
tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik tersebut dapat
diamati orang lain.
36
2) Becker (1979) dalam Dewi (2010) mengklasifikasikan perilaku
yang berhubungan dengan kesehatan sebagai berikut :
a) Perilaku Kesehatan (Health Behavior)
Hal- hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan
seseorang dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Termasuk tindakan mencegah penyakit,
kebersihan perorangan.
b) Perilaku Sakit (illness Behavior)
Tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang individu
yang merasa sakit untuk mengidentifikasi penyakit,
penyebab sakit, serta usaha mencegah penyakit tersebut.
c) Perilaku Peran Sakit (the sick role behavior)
Tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu yang
sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.
37
B. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2005
Predisposing Factor (Faktor Predisposisi): a. Pengetahuan b. Sikap c. Kepercayaan d. Tradisi e. Nilai f. Umur
Enabling Factor
(Faktor Kemungkinan):
a. UKS ( Usaha Kesehatan Sekolah )
b. Obat- obatan
Reinforcing Factor
(Faktor Penguat):
a. Sikap petugas kesehatan
b. Perilaku petugas kesehatan
Perilaku mengatasi disminorhoe
38
C. Kerangka Konsep
Dari uraian tinjauan pustaka diatas, maka disusun kerangka konsep sebagai
berikut:
Variabel Independent Variabel Dependent
Bagan 2.2 Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Berdasarkan rumusan tujuan penelitian, maka hipotesis ini adalah:
Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan siswi SMA kelas X tentang
disminorhoe dengan perilaku mengatasi disminorhoe di SMA NU AL
MA’RUF Kudus.
Pengetahuan siswi SMA kelas X tentang Disminorhoe
Perilaku Mengatasi
Disminorhoe