BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar...

25
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Konsep kebutuhan dasar manusia Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dikenal dengan istilah Hierarki Kebutuhan Dasar Maslow. Hierarki tersebut meliputi lima kategori kebutuhan dasar, yakni sebagai berikut. 1) Kebutuhan fisiologis (physiologyc needs) Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam Hierarki Maslow. Umumnya seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya di bandingkan dengan kebutuhan lainnya. Adapun macam-macam kebutuhan dasar fisiologis menurut Hierarki Maslow adalah kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan makanan, kebutuhan eliminasi urine dan alvi, kebutuhan istirahat tidur, kebutuhan aktivitas, kebutuhan kesehatan temperature tubuh dan kebutuhan seksual. 2) Kebutuhan keselamatan dan rasa aman (safety and security needs) Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman dari berbagai aspek baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan, bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru atau asing. 3) Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki (love and belonging needs) Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman relative dipenuhi, maka timbul kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai. Kebutuhan rasa cinta adalah kebutuhan saling memiliki dan dimiliki terdiri dari memberi dan menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain. Kehangatan, persahabatan, mendapat tempat atau di akui dalam keluarga, kelompok atau lingkungan social.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/345/3/BAB II.pdf · menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar

1. Konsep kebutuhan dasar manusia

Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dikenal dengan

istilah Hierarki Kebutuhan Dasar Maslow. Hierarki tersebut meliputi lima

kategori kebutuhan dasar, yakni sebagai berikut.

1) Kebutuhan fisiologis (physiologyc needs)

Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam Hierarki

Maslow. Umumnya seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang

belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya di

bandingkan dengan kebutuhan lainnya. Adapun macam-macam kebutuhan

dasar fisiologis menurut Hierarki Maslow adalah kebutuhan oksigen dan

pertukaran gas, kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan makanan,

kebutuhan eliminasi urine dan alvi, kebutuhan istirahat tidur, kebutuhan

aktivitas, kebutuhan kesehatan temperature tubuh dan kebutuhan seksual.

2) Kebutuhan keselamatan dan rasa aman (safety and security needs)

Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman

dari berbagai aspek baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan ini

meliputi kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan,

bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru atau asing.

3) Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki (love and belonging needs)

Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman relative dipenuhi, maka timbul

kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai. Kebutuhan rasa cinta adalah

kebutuhan saling memiliki dan dimiliki terdiri dari memberi dan

menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti

dengan orang lain. Kehangatan, persahabatan, mendapat tempat atau di

akui dalam keluarga, kelompok atau lingkungan social.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/345/3/BAB II.pdf · menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti

7

4) Kebutuhan harga diri (self-esteem needs)

Ada dua macam kebutuhan akan harga diri. Pertama, adalah

kebutuhan-kebutuhan akan kekuatan, penguasaan, kompetensi, percaya

diri, kemandirian. Sementara yang kedua adalah kebutuhan akan

penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, kebanggaan,

dianggap penting, dan apresiasi dari orang lain. Kebutuhan harga diri

meliputi perasaan tidak bergantung pada orang lain, kompeten,

penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.

5) Kebutuhan aktualisasi diri (need for self actualization)

Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang terdapat 17

meta kebutuhan yang tidak tersusun secara hierarki, melainkan saling

mengisi. Kebutuhan ini meliputi dapat mengenal diri sendiri dengan baik

(mengenal dan memahami potensi diri), belajar memenuhi kebutuhan diri

sendiri, tidak emosional, mempuyai dedikasi yang tinggi, kreatif dan

mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya.

Dalam buku kebutuhan dasar manusia, konsep Hierarki Maslow ini

menjelaskan bahwa manusia senantiasa berubah menurut kebutuhannya.

Konsep kebutuhan dasar maslow akan di peroleh persepsi yang sama

bahwa untuk beralih ke kebutuhan yang lebih tinggi kebutuhan dasar yang

ada di bawahnya harus terpenuhi terlebih dahulu (Mubarak, dkk. 2015).

2. Konsep kebutuhan aktivitas istirahat

Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan untuk bergerak untuk

memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu individu yang sehat adalah

kemampuan melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan misalnya

berdiri, berjalan dan bekerja. Istirahat adalah suatu keadaan dimana

kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar.

Kebutuhan aktivitas dan istirahat merupakan satu kesatuan yang saling

berhubungan dan saling mempengaruhi. Tubuh membutuhkan aktivitas

untuk kegiatan fisiologis dan membutuhkan istirahat untuk pemulihan

(Tarwoto dan Wartonah, 2010).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/345/3/BAB II.pdf · menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti

8

B. Tinjauan Konsep Penyakit

1. Gagal Jantung

a. Definisi

Gagal Jantung adalah kegagalan jantung memompa darah dalam

jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh sehingga

menyebabkan defisit penyaluran oksigen ke organ tubuh (Guyton dan

Hall, 2012).

b. Etiologi

Penyebab gagal jantung adalah penurunan kontraktilitas miokardium

akibat kurangnya aliran darah koroner. Selain itu, kegagalan juga

disebabkan oleh kerusakan katub jantung, tekanan eksternal di sekitar

jantung, penyakit otot jantung primer, atau segala kelainan yang membuat

pemompaan jantung menjadi kurang efektif (Guyton dan Hall, 2012).

Penyebab pemicu gagal jantung menurut (Harrison, 2014) :

1) Emboli paru. Emboli paru dapat berasal dari peningkatan lebih lanjut

tekanan arteri pulmonalis, yang sebaliknya dapat mengakibatkan atau

memperkuat kegagalan ventrikel.

2) Infeksi. Pasien dengan bendungan pembuluh darah paru juga lebih

rentan terhadap infeksi paru. Infeksi apapun dapat memicu terjadinya

gagal jantung.

3) Anemia. Kombinasi anemia dan penyakit jantung terkompensasi

sebelumnya dapat dapat menghantarkan oksigen yang tidak memadai

ke perifer dan memicu gagal jantung.

4) Aritmia. Pada pasien dengan penyakit jantung terkompensasi, aritmia

merupakan penyebab pemicu gagal jantung yang paling sering.

5) Reumatik dan bentuk miokarditis lainnya. Demam reumatik akut dan

sejumlah proses infeksi atau peradangan lain yang mengenai miokard

dapat mengganggu fungsi miokard pada pasien dengan atau tanpa

penyakit jantung sebelumnya.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/345/3/BAB II.pdf · menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti

9

6) Endokarditis infeksi. Kerusakan katub tambahan, anemia, demam dan

miokarditis yang seringkali muncul sebagai akibat endokarditis

infektif, sendiri atau bersama-sama, memicu gagal jantung.

7) Beban fisis, makanan, cairan, lingkungan dan emosional yang

berlebihan. Penambahan asupan sodium, penghentian obat gagal

jantung yang tidak tepat, transfusi darah, kegiatan fisis yang terlalu

berat, kelembaban atau panas lingkungan berlebihan dan krisis

emosional dapat memicu gagal jantung pada pasien dengan penyakit

jantung yang sebelumnya masih dapat terkompensasi.

8) Hipertensi sistemik. Peningkatan tekanan arteri yang cepat, seperti

yang terjadi pada beberapa hipertensi yang berasal dari gingal atau

karena penghentian obat antihipertensi, dapat menyebabkan

dekompensasi jantung.

9) Infark miokard. Pada pasien dengan penyakit jantung istemik kronik

tetapi terkompensasi, selain tidak ada gejala klinis (tenang) kadang-

kadang infark baru yang terjadi dapat lebih mengganggu fungsi

ventrikel dan memicu gagal jantung.

Beberapa istilah gagal jantung :

1) Gagal jantung sistolik adalah ketidakmampuan kontraksi jantung

memompa sehingga curah jantung menurun menyebabkan

kelemahan, kemampuan aktivitas fisik menurun dan gejala

hipoperfusi lainnya.

2) Gagal jantung diastolik adalah gangguan reaksi dan gangguan

pengisian ventrikel (Sudoyo Aru, 2009 dalam NANDA NIC-NOC,

2015).

Klasifikasi menurut gejala dan intensitas :

1) Gagal jantung akut

Timbulnya gejala secara mendadak, biasanya selama beberapa hari

atau beberapa jam.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/345/3/BAB II.pdf · menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti

10

2) Gagal jantung kronik

Perkembangan gejala selama beberapa bulan sampai beberapa

tahun dan menggambarkan keterbatasan kehidupan sehari-hari

(Marton, 2012 dalam NANDA NIC-NOC, 2015).

Klasifikasi gagal jantung menurut letaknya :

1) Gagal jantung kiri merupakan kegagalan ventrikel kiri untuk

mengisi atau mengosongkan dengan benar dan dapat lebih lanjut di

klasifikasikan menjadi disfungsi sistolik dan diastolik.

2) Gagal jantung kanan merupakan kegagalan ventrikel kanan untuk

memompa secara adekuat (Nanda NIC-NOC, 2015).

Klasifikasi berdasarkan kapasitas fungsional (NYHA)

1) Kelas I

Tidak dapat batasan dalam melakukan aktivitas fisik. Aktivitas

fisik sehari-hari tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak

nafas.

2) Kelas II

Terdapat batasan aktivitas ringan. Tidak terdapat keluhan saat

istirahat, namun aktivitas fisik sehari-hari menimbulkan kelelahan,

palpitasi atau sesak nafas.

3) Kelas III

Terdapat batasan aktivitas bermakna. Tidak dapat keluhan saat

istirahat, tetapi aktivitas fisik ringan menyebabkan kelelahan,

palpitasi atau sesak.

4) Kelas IV

Tidak dapat melakukan aktivitas fisik, terdapat gejala keluhan

istirahat. Keluhan meningkat saat melakukan aktivitas (Siswanto,

dkk. 2015).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/345/3/BAB II.pdf · menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti

11

c. Patofisiologi

Gagal jantung kronis disebabkan interaksi yang kompleks antara faktor

yang mempengaruhi kontraktilitas, yaitu:

1. Preload, yaitu derajat regangan miokardium dapat sebelum

kontraksi.

2. Afterload, yaitu resistensi ejeksi darah dari ventrikel kiri.

3. Respon kompensasi neurohumoral dan hemodinamika selanjutnya

dari penurunan output jantung.

Penurunan afterload (atau tekanan aorta yang lebih rendah)

mempercepat kontraktilitas jantung. Tekanan yang tinggi atau

peningkatan afterload, mengurangi kontraktilitas dan menyebabkan beban

kerja jantung yang lebih tinggi. Output jantung ditentukan oleh volume

curah jantung dikali dengan denyut jantung (Asikin, dkk. 2016).

Volume curah jantung ditentukan oleh preload, kontraktilitas, dan

afterload. Peningkatan preload dapat meregangkan serat miokardium dan

meningkatkan kekuatan kontraktilitas. Namum, peregangan yang

berlebihan menyebabkan penurunan kontraktilitas. Peningkatan

kontraktilitas meningkatkan volume curah jantung. Denyut jantung yang

dipengaruhi oleh sistem saraf otonom dapat meningkatkan output jantung

sehingga denyut jantung berlebihan (>160 denyut/menit), dimana durasi

diastolik memendek, serta mengurangi pengisian ventrikel dan volume

curah jantung (Asikin, dkk. 2016).

Sejumlah mekanisme kompensasi untuk mengurangi output jantung

teraktivasi. Pada awalnya, sistem saraf simpatis akan terstimulasi akan

menyebabkan peningkatan denyut jantung, kontraksi jantung,

vasokontriksi, dan sekresi hormon antidiuretik. Konstriksi vena dan

hormon antidiuretik meningkatkan preload. Mekanisme ini membantu

mengembalikan output jantung sehingga melebihi batas, kemudian

kebutuhan oksigen miokard dan preload yang berlebihan menyebabkan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/345/3/BAB II.pdf · menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti

12

penurunan kontraktilitas dan dekompensasi. Penurunan output jantung

dengan penurunan perfusi jantung berikutnya juga mengaktivasi sestem

renin-angiotensin-aldosteron, yang menyebabkan vasokontriksi dan

retensi cairan. Kondisi ini meningkatkan preload dan output jantung

sehingga preload berlebihan dan terjadi dekompensasi (Asikin, dkk.

2016).

Angiotensin II dan aldosteron telah terbukti berperan dalam

menyebabkan kerusakan miokardium. Hipertrofi berperan sebagai

mekanisme kompensasi, namum miokardium akhirnya berkembang

melebihi suplai oksigen dan meningkatkan kebutuhan oksigen, sehingga

menyebabkan penurunan kontraktilitas (Asikin, dkk. 2016).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/345/3/BAB II.pdf · menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti

13

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/345/3/BAB II.pdf · menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti

14

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/345/3/BAB II.pdf · menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti

15

d. Manifestasi Klinis gagal jantung

Tabel : 2.1 Manifestasi klinis gagal jantung

Gejala Tanda

Tipikal

1. Sesak nafas

2. Ortopneu

3. Paroxysmal nocturnal dyspnoe

4. Cepat lelah

5. Bengkak di pergelangan kaki

6. Letih, lemas.

Spesifik

1. Peningkatan JVP

2. Refluks hepatojugular

3. Suara jantung S3 (gallop)

4. Apex jantung bergeser ke lateral

5. Bising jantung.

Kurang tipikal

1. Batuk di malam hari atau dini hari.

2. Mengi

3. Berat badan bertambah > 2 kg/minggu

4. Berat badan turun (gagal jantung stadium

lanjut)

5. Perasaan kembung atau begah

6. Nafsu makan menurun

7. Perasaan bingung (terutama pasien usia

lanjut)

8. Depresi

9. Berdebar

Kurang tipikal

1. Edema perifer

2. Krepitasi pulmonal

3. Suara pekak di basal paru pada perkusi

4. Takikardia

5. Nadi ireguler

6. Nafas cepat

7. Hepatomegali

8. Asites

Sumber : (Siswanto, dkk. 2015)

e. Pemeriksaan penunjang

a) Elektrokardiogram (EKG). Hipertropi atrial atau ventrikel, penyimpangan

aksis, iskemia, disritmia, takikardi, fibrilasi atrial.

b) Uji stress. Merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan untuk

menentukan kemungkinan iskemia atau infark yang terjadi sebelumnnya.

c) Ekokardiografi

1) Ekokardiografi model M (berguna untuk mengevaluasi volume balik

dan kelainan regional, model M paling sering dipakai dan ditayangkan

bersama EKG).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/345/3/BAB II.pdf · menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti

16

2) Ekokardiografi dua dimensi (CT-scan)

3) Ekokardiografi Doppler (memberikan pencitraan dan pendekatan

transesofageal terhadap jantung).

d) Katerisasi jantung. Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu

membedakan gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis

katub atau insufisiensi.

e) Radiografi dada. Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan

mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan pembuluh

darah abnormal.

f) Elektrolit. Mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan

fungsi ginjal, terapi deuretik.

g) Oksimetri nadi. Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal

jantung kongesti akut menjadi kronis.

h) Analisa gas darah (AGD). Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis

respiratori ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2

(akhir).

i) Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin. Peningkatan BUN

menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan BUN dan kreatinin

merupakan indikasi gagal ginjal.

j) Pemeriksaan tiroid. Peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan

hiperaktivitas tiroid sebagai pre pencetus gagal jantung.

f. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan gagal jantung secara logis dapat dibagi menjadi tiga

komponen, yaitu : menghilangkan faktor pemicu, memperbaiki penyebab

yang mendasari, dan mengendalikan keadaan gagal jantung kongestif

(Harrison, 2014).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/345/3/BAB II.pdf · menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti

17

a. Terapi non farmakologi

1) Pengurangan beban kerja jantung, dengan mengurangi kegiatan

aktivitas fisik.

2) Perubahan gaya hidup, monitoring dan kontrol faktor resiko.

b. Terapi farmakologi

Terapi yang dapat diberikan antara lain :

1) Golongan diuretik. Tujuan dari pemberian diuretik adalah untuk

mencapai status euvolemia (kering dan hangat) dengan dosis serendah

mungkin, yaitu harus diatur sesuai kebutuhan pasien, untuk

menghindari dehidrasi atau reistensi (PERKI, 2015).

2) Angiotensi Converting Enzyme Inhibitor (ACEI). Kecuali

kontraindikasi, ACEI harus diberikan pada semua pasien gagal jantung

simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri <40%. ACEI memperbaiki

fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah

sakit karena perburukan gagal jantung, dan meningkatkan angka

kelangsungan hidup. ACEI kadang-kadang menyebabkan perburukan

fungsi ginjal, hiperkalemia, hipotensi simtomatik, batuk dan

angioedema (jarang) oleh sebab itu ACEI hanya diberikan pada pasien

dengan fungsi ginjal adekuat dan kadar kalium normal. Kontraindikasi

pemberian ACEI adalah riwayat angiodema, stenosis renal bilateral,

kadar kalium serum >5,0 mmol/L, serum kreatinin >2,5 mg/dL,

stenosis aorta berat (PERKI, 2015).

3) Angiotensin Receptor Blocker (ARB). Kecuali kontraindikasi, ARB

direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi

ventrikel kiri <40% yang tetap simtomatik walaupun sudah diberikan

ACEI dan penyekat B dosis optimal, kecuali juga mendapat antagonis

aldosteron. Terapi dengan ARB memperbaiki ventrikel dan kualitas

hidup karena perburukan gagal jantung. ARB direkomendasikan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/345/3/BAB II.pdf · menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti

18

dengan alternatif pada pasien intoleran ACEI. Pada pasien ini, ARB

mengurangi angka kematian karena penyebab kardiovaskular. Indikasi

pemberian ARB adalah fraksi ejeksi ventrikel kiri 40%, sebagai

pilihan alternatif pada pasien dengan gejala ringan sampai berat (kelas

fungsional II – IV NYHA) yang intoleran ACEI, ARB dapat

menyebabkan perburukan fungsi ginjal, hiperkalemia, dan hipotensi

simtomatik sama seperti ACEI, tetapi ARB tidak menyebabkan batuk.

Dan kontraindikasi pemberian ARB adalah sama seperti ACEI,

kecuali angioedema, pasien yang diterapi ACEI dan antagonis

aldosteron bersamaan, monitor fungsi ginjal dan serum elektrolit serial

ketika ARB di gununakan bersama ACEI (PERKI, 2015).

4) beta bloker

5) glikosida jantung

6) vasodilator

7) agonis beta

8) serta bipiridin (NANDA NIC-NOC, 2015).

2. Curah Jantung

a. Definisi curah jantung

Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh masing-

masing ventrikel per menit (bukan jumlah total darah yang dipompa oleh

jantung). Selama suatu periode waktu, volume darah yang mengalir

melalui sirkulasi paru sama dengan volume yang mengalir melalui

sirkulasi sistemik. Karena itu, curah jantung dan dari masing-masing

ventrikel normalnya sama, meskipun dari denyut-per-denyut dapat terjadi

variasi ringan (Sherwood, 2014).

b. Curah jantung bergantung pada kecepatan denyut jantung dan isi

sekuncup.

Curah jantung dipengaruhi oleh dua faktor penentu yaitu,

kecepatan jantung (denyut per menit) dan isi sekuncup (volume darah

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/345/3/BAB II.pdf · menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti

19

yang dipompa per denyut). Kecepatan jantung saat istirahat adalah 70

denyut per menit, ditentukan oleh ritmisitas nodus SA ; isi sekuncup rerata

saat istirahat mL per denyut, menghasilkan curah jantung rerata 4900

mL/menit, atau mendekati 5 liter per menit :

Curah jantung (CJ) = kecepatan jantung x isi sekuncup

= 70 denyut/menit x 70 mL/ denyut

= 4900 mL/menit = 5 liter/menit.

Karena volume darah total rerata adalah 5 liter hingga 5,5 liter,

masing-masing paruh jantung setiap menit memompa setara dengan

volume seluruh darah. Degan kata lain, setiap menit ventrikel kanan

normalnya memompa 5 liter darah melalui paru, dan ventrikel kiri

memompa 5 liter melalui sirkulasi sistemik (Sherwood, 2014).

c. Nilai normal curah jantung saat istirahat dan selama beraktivitas

Curah jantung sangat bervariasi bergantung pada tingkat aktivitas

tubuh. Faktor-faktor berikut ini yang memengaruhi curah jantung secara

langsung antara lain : metabolisme basal tubuh, apakah orang tersebut

sedang dalam keadaan kerja fisik, umur dan ukuran tubuh.

Untuk seorang lelaki dewasa muda yang sehat, besar curah jantung

saat istirahat rata-rata sekitar 5,6 liter/menit. Untuk wanita, nilai ini sekitar

4,9 liter/menit. Bila kita mempertimbangkan faktor umur karena dengan

meningkatnya umur, aktivitas tubuh berkurang-besar curah jantung rata-

rata saat istirahat untuk orang dewasa, dalam angka yang dibulatkan,

seringkali ditetapkan hampir tepat 5 liter/menit (Guyton dan Hall, 2012).

d. Curah jantung tinggi dan curah jantung rendah yang patologis

Pada manusia yang sehat, curah jantung secara mengejutkan bersifat

konstan dari satu orang ke orang lain. Namun demikian, berbagai kelainan

klinis dapat menyebabkan curah jantung menjadi tinggi ataupun rendah.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/345/3/BAB II.pdf · menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti

20

1). Curah jantung tinggi yang disebabkan oleh penurunan tahanan perifer

total

Satu ciri khusus kondisi-kondisi di atas adalah bahwa semuanya

akibat dari penurunan tahanan perifer total yang kronis. Tidak satupun

merupakan akibat dari kelebihan perangsangan jantung itu sendiri,

yang akan kita bahas kemudian. Beberapa kondisi yang dapat

menurunkan tahanan perifer dan pada saat yang bersamaan

meningkatkan curah jantung diatas normal.

a. Beriberi. Ini adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan

vitamin tiamin (vitamin B1) dalam konsumsi makanannya.

Kekurangan vitamin ini menyebabkan penurunan kemampuan

jaringan untuk menggunakan beberapa nutrisi seluler, dan

mekanisme aliran darah jaringan setempat kemudian menyebabkan

vasodilatasi perifer yang menyolok sebagai kompensasi. Kadang-

kadang tahanan perifer total menurun sampai setengah dari normal.

Akibatnya, derajat aliran balik vena dan curah jantung jangka

panjang juga seringkali meningkat sampai dua kali normal.

b. Fistula arteriovenosa (shunt). Fistula (juga disebut A sebuah V

shunt) terjadi di antara sebuah arteri utama dan vena utama,

sejumlah besar darah mengalir secara langsung dari arteri ke vena.

Keadaan ini juga akan sangat menurunkan tahanan perifer total

dan, dengan demikian meningkatkan aliran balik vena dan curah

jantung.

c. Hipertiroidisme. Pada hipertiroidisme, metabolism sebagian besar

jaringan tubuh menjadi sangat meningkat. Pemakaian oksigen

meningkat dan produk vasodilator dilepaskan dari jaringan. Oleh

karena itu, tahanan perifer total menurun dengan menyolok akibat

reaksi pengaturan aliran darah jaringan setempat di seluruh tubuh,

akibatnya aliran balik vena dan curah jantung sering meningkat

sampai 40 hingga 80 persen diatas normal.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/345/3/BAB II.pdf · menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti

21

d. Anemia. Pada anemia, terdapat dua efek perifer yang sangat

menurunkan tahanan perifer total. Satu diantaranya adalah

berkurangnya viskositas darah, akibat dari penurunan konsentrasi

sel-sel darah merah. Efek lainnya adalah berkurangnya pengiriman

oksigen ke jaringan yang menyebabkan vasodilatasi lokal.

Akibatnya, curah jantung akan sangat meningkat.

2). Curah jantung yang rendah

Penurunan curah jantung yang disebabkan oleh faktor-faktor

jantung. Bila jantung rusak berat, apapun penyebabnya, batas

kemampuan pemompanya dapat turun hingga dibawah tingkat yang

diperlakukan untuk mengalirkan darah secara adekuat ke jaringan.

Beberapa contoh keadaan ini adalah blok pembuluh darah koroner

berat yang dapat menyebabkan infark miokard, penyakit katub jantung

yang berat, miokarditis, temponade jantung, dan kekacauan

metabolisme jantung. Bila curah jantung turun sangat rendah sehingga

seluruh jaringan diseluruh tubuh mulai menderita kekurangan nutrisi,

kondisi ini disebut syok kardiogenik.

Penurunan curah jantung yang disebabkan oleh faktor-faktor

perifer dan di luar jantung-penurunan aliran balik vena.

a. Penurunan volume darah.

Sejauh ini faktor perifer di luar jantung yang paling umum

menyebabkan penurunan curah jantung adalah penurunan volume

darah, yang paling sering disebabkan oleh perdarahan. Alasan

mengapa keadaan ini menurunkan curah jantung : kehilangan

darah akan menurunkan pengisian sistem vaskular ke nilai yang

rendah sehingga tidak terdapat cukup darah dalam pembuluh darah

perifer yang cukup tinggi untuk mendorong darah kembali ke

jantung.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/345/3/BAB II.pdf · menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti

22

b. Dilatasi vena akut.

Pada beberapa keadaan vena perifer berdilatasi secara akut. Hal ini

paling sering terjadi ketika sistem saraf simpatis tiba-tiba menjadi

tidak aktif. Sebagai contoh, pingsan disebabkan oleh hilangnya

aktivitas saraf simpatis secara mendadak, yang menyebabkan

pembuluh darah kapasitatif perifer, terutama vena, berdilatasi

secara nyata. Keadaan ini menurunkan tekanan pengisian sistem

vaskular karena volume darah tidak dapat lagi membuat tekanan

yang adekuat didalam pembuluh darah perifer yang sudah lemah.

Sebagai akibatnya, darah “terkumpul” di dalam pembuluh darah

dan tidak dapat lagi ke jantung.

c. Penyumbatan vena-vena besar.

Pada keadaan yang jarang terjadi, vena besar yang mengarah ke

jantung menjadi tersumbat, sehingga darah dalam pembuluh darah

perifer tidak dapat mengalir kembali ke jantung. Akibatnya, curah

jantung turun dengan nyata.

d. Berkurangnya massa jaringan, terutama berkurang massa otot

rangka. Pada proses penuaan yang normal atau pada orang dengan

fisik yang lama tidak aktif, biasanya terjadi pengurangan otot

rangka. Keadaan ini kemudian akan menurunkan konsumsi oksigen

total dan aliran darah yang dibutuhkan oleh otot, akibatnya terjadi

penurunan aliran darah otot rangka dan curang jantung (Guyton

dan Hall, 2012).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/345/3/BAB II.pdf · menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti

23

C. Tinjauan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas klien

1) Meliputi nama (inisial)

2) Usia. Pasien yang rentan terkena penyakit jantung berada pada

rentang usia antara 40-59 tahun mencapai 50% (Nurhayati, 2009

dalam Fachrunissa, dkk. 2015). Hal ini dikarenakan pada usia tua

fungsi jantung sudah mengalami penurunan dan terjadi perubahan

pada sistem kardiovaskular seperti penyempitan arteri, dinding

jantung menebal, dan ruang bilik jantung mengecil. (Kusuma,

2007 dalam Fachrunissa, dkk. 2015)

3) Jenis kelamin. Menurut ammerican heart association (2015),

kejadian penyakit kardiovaskular didominasi pada jenis kelamin

perempuan. Pada tahun 2011 terdapat 33.700 kematian wanita

karena CHF (57,8%). Hal ini karena usia yang >45 tahun sebagian

besar sudah mengalami menopause. Pada saat menopause terjadi

penurunan kadar esterogen juga penurunan HDL (High Density

Lipoprotein) dan peningkatan LDL (Low Density Lipoprotein),

trigliserida dan kolesterol total yang meningkatkan resiko penyakit

jantung koroner (Fachrunissa, dkk. 2015).

4) Status pernikahan.

5) Agama

6) Pendidikan.

7) Pekerjaan. Hasil penelitian menunjukan, bahwa sebagian besar

penderita gagal jantung adalah seseorang yang sudah tidak bekerja

atau pensiunan. Hal ini karena orang yang tidak bekerja cenderung

memiliki perekonomian yang tidak stabil sehingga memicu

kecemasan dan stress dalam keluarga (Fachrunissa, dkk. 2015)

8) No MR

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/345/3/BAB II.pdf · menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti

24

9) Diagnosa medis

b. Keluhan utama

Keluhan utama klien dengan gagal jantung adalah sesak nafas pada

saat atau setelah beraktivitas, kelelahan dan kelemahan fisik.

c. Riwayat penyakit saat ini

Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan

mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelamahan fisik klien

secara PQRST, yaitu:

Tabel 2.2 Komponen pengkajian PQRST

Pengkajian Keterangan

Provoking

incident

Kelemahan fisik setelah terjadi setelah melakukan aktivitas ringan

sampai berat, sesuai derajat gangguan pada jantung.

Quality Seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan aktivitas yang

dirasakan atau digambarkan klien. Biasanya setiap beraktivitas klien

akan merasakan sesak napas (dengan menggunakan alat atau otot bantu

pernapasan).

Region :

radiation,

relief

Apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau memengaruhi keseluruhan

sistem otot rangka dan apakah disertai ketidakmampuan dalam

melakukan gerakan.

Severity

(scale)

Kaji rentang kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Biasanya kemampuan klien dalam beraktivitas menurun derajat

gangguan perfusi yang dialami organ.

Time

Sifat mula timbulnya (onset), keluhan kelemahan beraktivitas biasanya

timbul perlahan. Lama timbulnya (durasi) kelemahan saat beraktvitas

biasanya setiap saat, baik saat istirahat maupun beraktivitas.

(Sumber : (Udjiani, 2011)

d. Riwayat penyakit dahulu (RPD)

Pengkajian RPD yang mendukung dikaji dengan menanyakan

apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, hipertensi,

iskemia miokard, infark miokardium diabetes militus, dan

hiperlipidemia. Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa diminum

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/345/3/BAB II.pdf · menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti

25

oleh klien dimasa yang lalu dan masih relevan dengan kondisi saat ini.

Obat-obatan ini meliputi obat diuretik, nitrat, penghambat beta, serta

antihipertensi. Catat adanya efek samping yang terjadi dimasa lalu,

alergi obat, dan reaksi yang timbul.

e. Riwayat keluarga

Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami

oleh keluarga, anggota keluarga yang meninggal terutama pada usia

produktif, dan penyebab kematiannya. Penyakit jantung iskemik pada

orang tua yang timbul pada usia muda merupakan faktor resiko utama

terjadinya penyakit jantung iskemik pada keturunanya.

f. Pemeriksaan fisik

Tabel : 2.3 Pemeriksaan umum gagal jantung

Pengkajian Hasil

Gejala Tanda

Aktivitas 1. Cepat lelah, kelelahan

sepanjang hari.

2. Kedakmampuan untuk

melakukan aktivitas

sehari-hari, misalkan

membersihkan tempat

tidur dan menaiki tangga.

3. Intoleransi aktivitas.

4. Dispnea saat istirahat atau

beraktivitas.

5. Insomnia, tidak mampu

untuk tidur telentang.

1. Toleransi aktivitas terbatas.

2. Kelelahan.

3. Gelisah, perubahan status

mental, misalnya ansietas dan

latergi.

4. Perubahan tanda-tanda vital

saat beristirahat.

Sirkulasi 1. Riwayat hipertensi, infark

miokard baru atau akut,

episode gagal jantung

sebelumnya, penyakit

katub jantung, bedah

jantung, endokarditis,

lupus eritematosus

sistemik (sytemic lupus

erythematosus, SLE),

anemia, syok sepsis.

2. Pembengkakan pada

tungkai dan distensi

abdomen.

1. Tekanan darah: mungkin

rendah akibat kegagalan

pompa jantung; normal pada

GJK ringan atau kronis; atau

tinggi (kelebihan cairan/

peningkatan resistensi

vaskular sistemik.

2. Denyut nadi : teraba lemah,

mengindikasikan penurunan

volume sekuncup ventrikel.

3. Denyut dan irama jantung :

takikardia ; disritmia,

misalnya fibrilasi

atrium,kontaksi ventrikel

yang prematur, blok jantung

(heart blocks)

4. Nadi apikal : titik PMI

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/345/3/BAB II.pdf · menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti

26

Pengkajian Hasil

Gejala Tanda

menyebar dan bergeser ke

arah kiri.

5. Bunyi jantung : S1 dan S2

terdengar lemah; S3 gallop

terdiagnosis GJK ; S4 dengan

hipertensi; murmur sistolik

dan diastolik dapat

menandakan adanya stenosis

atau infusiensi katup yang

menyebabkan atau

memperburuk GJK.

6. Denyut : nadi perifer

berkurang ; nadi sentral

teraba kuat, misalnya pada

nadi jugularis,nadi karotis,

dan nadi abdominal.

7. Kulit pucat, berwarna abu-

abu, sianosis.

8. Kuku pucat dan sianosis,

dengan pengisisan kapiler

yang lambat.

9. Pembesaran hati atau teraba ;

reflek hepatojugularis positif

kemungkinan adanya gagal

jantung kanan.

10. Edema dependen, edema

umum, atau edema pitting,

khususnya di ekstremitas.

11. Terdapat distensi vena

jugularis (jugular vein

distention, JVD).

Integritas ego 1. Ansietas, kekhawatiran,

ketakutan.

2. Stres yang berhungan

dengan penyakit atau

kondisi finansial

(pekerjaan, biaya

pengobatan)

Berbagai macam manisfestasi,

misalnya ansietas, marah takut,

dan iribilitas (mudah

tersinggung).

Eliminasi

1. Penurunan frekuensi

berkemih, urin warna

gelap.

2. Berkemih dimalam hari.

Penurunan frekuensi berkemih di

siang hari dan peningkatan

frekuensi berkemih pada malam

hari (nokturia).

Makanan/cairan 1. Riwayat diet tinggi garam,

dan makanan olahan,

lemak, gula, serta kafein.

2. Penurunan nafsu makan,

anoreksia.

3. Mual, muntah.

4. Peningkatan berat badan

(kemungkinan bukan

akibat dari penggunaan

1. Peningkatan berat badan

yang cepat atau terus-

menerus.

2. Edema umum, termasuk

pembengkakan pada seluruh

badan atau ekstremitas

bagian bawah-edema umum,

edema dependen, edema

pitting dan edema brawny.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/345/3/BAB II.pdf · menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti

27

Pengkajian Hasil

Gejala Tanda

obat diuretik).

5. Pakaian terasa ketat.

6. Penggunaan obat diuretik.

3. Distensi abdomen,

menandakan adanya asites

atau pembengkakan hati.

Higiene

1. Kelelahan, kelemahan,

selama melakukan

aktivitas.

Penampilan mengindikasikan

adanya kelainan dalam perawatan

diri.

Neurosensori 1. Kelelahan.

2. Pusing.

3. Episode pingsan.

1. Letargi, kebingungan,

disorientasi.

2. Perubahan perilaku,

iritabilitas (mudah

tersinggung).

Nyeri/

ketidaknyamanan

1. Nyeri dada

2. Angida akut dan angida

kronis.

3. Nyeri abdomen bagian

kanan atas (gagal jantung

kanan).

4. Nyeri otot.

1. Gelisah.

2. Fokus berkurang dan menarik

diri.

3. Menjaga perilaku.

Pernapasan 1. Dispnea saat beraktivitas

atau istirahat.

2. Dispnea pada malam hari

sehingga mengganggu

tidur.

3. Tidur dengan posisi duduk

atau dengan sejumlah

bantal.

4. Batuk dengan atau tanpa

produksis sputum,

terutama saat posisi

rekumben.

5. Penggunaan alat bantu

napas, misalnya oksigen

atau obat-obatan.

1. Takipnea.

2. Napas dangkal.

3. Penggunaan otot bantu napas,

pernapasan cuping hidung.

4. Batuk moist pada gagal

jantung kiri.

5. Pada spuntum, terdapat darah

berwarna merah muda dan

berbuih (edema pulmonal).

6. Bunyi napas mungkin

terdengar lemah, dengan

adanya krekels dan mengi.

7. Penurunan proses berpikir;

letargi, kegelisahan.

8. Pucat atau sianosis.

Keamanan

1. Penurunan proses berpikir

dan kebingungan.

2. Penurunan kekuatan dan

tonus otot.

3. Peningkatan resiko jatuh,

4. Kulit lecet, ruam.

Sumber : (Asikin, dkk. 2016)

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/345/3/BAB II.pdf · menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti

28

2. Diagnosis Keperawatan

Menurut Standar Diagnosis keperawatan Indonesia (SDKI, 2016), diagnosis

keperawatan sebagai berikut :

Diagnosis : Penurunan curah jantung

Definisi : Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme tubuh.

Batasan karakteristik :

1) Perubahan irama jantung

2) Perubahan irama jantung

3) Perubahan kotraktilitas

4) Perubahan preload

5) Perubahan afterload

Kreteria Hasil

Berikut adalah batasan kreteria hasil menurut (Nanda NIC-NOC, 2015) :

1). Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, respirasi)

2). Dapat menoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan

3). Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada ansietas

4). Tidak ada penurunan kesadaran

3. Intervensi keperawatan

Intervensi menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018)

adalah sebagai berikut :

Observasi

1) Identifikasi tanda atau gejala primer penurunan curah jantung

(meliputi dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, paroxymal nocturnal

dyspnea, peningkatan CVP)

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/345/3/BAB II.pdf · menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti

29

2) Identifikasi tanda dan gelaja sekunder penurunan curah jantung

(meliputi peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena

jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)

3) Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu)

4) Monitor intake dan output cairan

5) Monitor berat badan setiap hari diwaktu yang sama

6) Monitor saturasi oksigen

7) Monitor keluhan nyeri dada (mis. intensitas, lokasi, radiasi, durasi,

previtasi yang mengurangi nyeri)

8) Monitor EKG 12 sadapan

9) Monitor aritmia ( kelainan irama dan frekuensi)

10) Monitor nilai laboratorium jantung (mis. elektrolit, enzim jantung,

BNP, NT pro- BNP)

11) Monitor fungsi alat pacu jantung

12) Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah

aktivitas

13) Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat

(mis. beta blocker, ACE inhibitor, calcium channel blocker, digoksin)

Terapeutik

1) Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki bawah atau

posisi nyaman

2) Beri diet jantung yang sesuai (mis. batasi asupan kafein, natrium,

kolesterol, dan makanan tinggi lemak)

3) Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermen, sesuai indikasi

4) Fasilitasi pasien dan keluarga untuk memodifikasi gaya hidup sehat

5) Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres, jika perlu

6) Berikan dukungan spiritual dan emosional

7) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%

Edukasi

1) Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/345/3/BAB II.pdf · menerima kasih sayang, perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti

30

2) Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap

3) Anjurkan berhenti merokok

4) Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian

5) Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output caira harian

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian antiaritma, jika perlu

2) Rujuk ke program rehabilitasi jantung

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana keperawatan untuk mencapai

tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana keperawatan

disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai

tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, rencana keperawatan yang spesifik

dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah

kesehatan klien. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.

Perencanaan keperawatan lain dapat dilaksanakan dengan baik jika klien

mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam implementasi keperawatan

(Nursalam, 2009).

5. Evaluasi

Evaluasi pelaksananaan keperawatan dilaksanakan berdasarkan pelaksanaan

keperawatan, yang mengacu pada tujuan dan kriteria hasil. Tujuan asuhan

keperawatan adalah membantu klien menyelesaikan masalah kesehatan aktual,

mencegah terjadinya masalah resiko, dan mempertahankan kesehatan. Proses

evaluasi yang menentukan efektivitas asuhan keperawatan meliputi lima unsur:

1) Mengidentifikasi kriteria dan standar;

2) Mengumpulkan data apakah kriteria dan standar telah terpenuhi;

3) Menginterprestasi dan meringkas data;

4) Mendokumentasikan temuan dan setiap pertimbangan klinis;

5) Menghentikan, meneruskan, atau merevisi rencana keperawatan.