BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB...
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar
1. Kebutuhan Dasar Manusia
Henderson mengembangkan sebuah model keperawatan yang
dikenal dengan “The Activities of Living”. Model ini menjelaskan bahwa
tugas perawat adalah membantu individu dalam meningkatkan
kemandiriannya secepat mungkin. Perawat menjalankan tugasnya secara
mandiri, tidak tergantung pada dokter. Akan tetapi, perawat tetap
menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien.
Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14
komponen yang merupakan komponen penanganan perawatan. Keempat
belas kebutuhan tersebut sebagai berikut :
a. Bernafas secara normal
b. Makan dan minum yang cukup
c. Eliminasi (buang air besar dan kecil)
d. Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan
e. Tidur dan istirahat
f. Memilih pakaian yang tepat
g. Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal dengan
menyesuaikan pakaian yang digunakan dan memodifikasi lingkungan
h. Menjaga kebersihan diri dan penampilan
i. Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan
orang lain
j. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi,
kebutuhan, kekhawatiran, dan opini.
k. Beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
l. Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan
hidup
m. Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi
8
n. Belajar, menemukan, atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah
pada perkembangan yang normal, kesehatan, dan penggunaan fasilitas
kesehatan yang tersedia.
(Virginia Henderson dalam Budino, & Pertami, S. 2015)
2. Pengertian Kebutuhan Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh
manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan
hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting
dalam tubuh, serta mengeluarkan sisanya. (Tarwoto dan Wartonah 2015)
Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan terhadap proses pemasukan
dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan
energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh.
(Alimul, A. Aziz dan Uliyah, M. 2012)
3. Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Hepatitis
a. Tujuan Pemberian Nutrisi Pada Pasien Hepatitis
Tujuan pemberian nutrisi pada pasien dengan Penyakit Hati dan
Hepatitis adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi
optimal tanpa memperberatkan fungsi hati, dengan cara :
1) Menghindari atau mengurangi kerusakan hati yang permanen.
2) Meningkatkan regenerasi jaringan hati dengan memberikan kalori
dan protein dalam jumlah yang memadai.
3) Mempertahankan atau memperbarui simpanan nutrien dalam
tubuh.
4) Mengurangi gejala yang menimbulkan gangguan rasa nyaman.
5) Mencegah atau mengurangi komplikasi asites, varises, esofagus
dan ensefalopati hepatik yang berlanjut dengan koma hepatik.
(Andry Hartono, 2006).
9
b. Macam-macam Nutrisi bagi penderita Hepatitis
Nutrisi yang dibutuhkan bagi manusia menurut Pakar Gizi
Indonesia (2017), yaitu :
1) Karbohidrat
Menurut WHO/FAO dikutip dalam buku Pakar Gizi Indonesia
(2017), kebutuhan karbohidrat dalam sehari berkisar antara 55%
hingga 75% dari total konsumsi energi yang berasal dari berbagai
makanan, diutamakan dari karbohidrat kompleks dan sekitar 10%
dari karbohidrat sederhana.
Pada penderita Hepatitis diberikan karbohidrat tinggi untuk
mencegah pemecahan protein, yang diberikan bertahap sesuai
dengan kemampuan pasien, yaitu 40-45 kkal/KgBB. (Asosiasi
Dietisien Indonesia, 2010)
2) Lemak
Pada manusia sehat kebutuhan lemak yang dibutuhkan setiap
hari yaitu lemak total antara 20% dan 35% kalori total dengan
sebagian besar lemak berasal dari asam lemak jenuh ganda atau
asam lemak jenuh tunggal.
Pada penderita Hepatitis diberikan Lemak cukup, yaitu 20-25%
dari kebutuhan energi total, dalam bentuk yang mudah dicerna atau
dalam bentuk emulsi. Bila pasien mengalami steatorea, gunakan
lemak dengan asam lemak rantai sedang (Medium Chain
Triglyceridel MCT). (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)
3) Protein
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi tahun 2012 dalam Pakar
Gizi Indonesia (2017), kebutuhan protein untuk orang Indonesia
dihitung berdasarkan berat badan aktual, sehingga didapatkan rata-
rata kecukupan protein untuk orang dewasa diatas 18 tahun adalah
sekitar 1,0-1,2 g/kg BB/hari, sedangkan untuk anak usia 10-18
tahun kecukupan protein rata-rata adalah 1,2-1,7 g/Kg BB/hari,
10
sedangkan untuk bayi hingga anak usia 9 tahun rata-rata
kecukupan protein adalah 1,8 - 2 g/Kg BB/hari.
Pada penderita Hepatitis diberikan Protein agak tinggi, yaitu
1,25 - 1,5 g/Kg BB agar terjadi anabolisme protein. Pada kasus
Hepatitis Fulminan dengan nekrosis dan gejala ensefalopati yang
disertai peningkatan amoniak dalam darah, pemberian protein
harus dibatasi untuk mencegah koma, yaitu sebanyak 30 - 40
g/hari. (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)
4) Vitamin
Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan tubuh
dalam jumlah kecil dan tidak dapat diproduksi dalam tubuh.
Vitamin sangat berperan dalam proses metabolisme karena
fungsinya sebagai katalisator.
Vitamin pada penderita Hepatitis diberikan sesuai dengan
tingkat defisiensi. Bila perlu, diberikan suplemen vitamin B
kompleks, C, dan K serta mineral seng dan zat besi bila ada
anemia. (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)
5) Air
Air membentuk 60 - 70% berat tubuh total. Setiap hari, sekitar
2 liter air masuk ke tubuh kita melalui minum, sedangkan cairan
digestif yang diproduksi oleh berbagai organ saluran pencernaan
sekitar 8 - 9 liter, sehingga sekitar 10 - 11 liter cairan yang masuk,
hanya 50-200 ml yang dikeluarkan melalui feses, selebihnya
direabsorpsi.
Cairan pada penderita Hepatitis diberikan lebih dari biasa >2
liter/hari, kecuali bila ada kontraindikasi. (Asosiasi Dietisien
Indonesia, 2010)
c. Keseimbangan energi
Energi merupakan kapasitas untuk melakukan sebuah aktivitas,
dapat diukur melalui pembentukan panas. Energi pada manusia dapat
diperoleh dari berbagai masukan zat gizi, diantaranya protein,
11
karbohidrat, lemak, maupun bahan makanan yang disimpan dalam
tubuh. Tubuh memerlukan keseimbangan energi untuk melakukan
sebuah aktivitas. Keseimbangan tersebut dapat dihitung melalui
kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan seseorang, kebutuhan kalori
dasar/basal, dan tingkat aktivitas.
Tabel 2.1. Rumus Keseimbangan energi (A.Aziz Alimul dan
Uliyah, M. 2012)
Rumus = Berat Badan Ideal x 10
KKB (Kebutuhan Kalori Basal)
d. Status Nutrisi
Karakteristik status nutrisi ditentukan melalui adanya
Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index – BMI) dan Berat Badan
Ideal (Ideal Body Weight – IBW )
a) Body Mass Index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang
dengan tinggi badan. BMI dihubungkan dengan total lemak
dalam tubuh dan sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan
berat badan dan obesitas.
Tabel 2.2 Rumus BMI diperhitungkan (Tarwoto dan
Wartonah, 2015) :
BB (Kg) BB (pon) x 704,5
TB2 (Cm) Atau TB (inchi)2
b) Ideal Body Weight (IBW)
Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi
tubuh yang sehat.
Tabel 2.3 Rumus IBW diperhitungkan (Tarwoto dan
Wartonah, 2015) :
(TB – 100) + 10%
12
e. Cara Menentukan AMB (Angka Metabolisme Bassal)
AMB (Angka Metabolisme Bassal) dipengaruhi oleh umur,
berat badan, dan tinggi badan. Ada beberapa cara menentukan
AMB, yaitu :
a) Menggunakan Rumus Harris Benedict (1919)
Laki-laki = 66+ (13,7xBB) + (5+TB) - (6,8 x U)
Perempuan = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) - (4,7 x U)
Keterangan :
BB = Berat badan dalam Kg
TB = Tinggi badan dalam Cm
U = Umur dalam tahun
b) Cara cepat (2 cara)
(1) Laki-laki = 1 kkal x kg BB x 24 jam
Perempuan = 0,95 kkal x kg BB x 24 jam
(2) Laki-laki = 30 kkal x kg BB
Perempuan = 25 kkal x kg BB
(Tarwoto dan Wartonah, 2015)
f. Jenis Diet Hati dan Indikasi Pemberian
1) Diet Hati I
Diet Hati I diberikan bila pasien dalam keadaan akut atau bila
prekoma sudah dapat diatasi dan pasien sudah mulai mempunyai
nafsu makan. Melihat keadaan pasien makanan diberikan dalam
bentuk cincang atau lunak. Pemberian protein dibatasi (30g/hari)
dan lemak diberikan dalam bentuk mudah dicerna. Formula enteral
dengan asam amino rantai cabang (Branched Chain Amino Acid/
BCAA) yaitu leusin, isoleusin, dan valin dapat digunakan. Bila ada
asites dan diuresis belum sempurna pemberian cairan maksimal 1
liter/hari.
Makanan ini rendah energi, protein, kalsium, zat besi, dan
tiamin, karena itu sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja.
13
Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan
sebagai Diet Hepatitis I Garam Rendah. Bila ada asites hebat dan
tanda-tanda diuresis belum membaik, diberikan diet garam rendah
I. Untuk menambah kandungan energi, selain makanan per oral
juga diberikan makanan parenteral berupa cairan glukosa.
(Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)
Standar diet Hati I diberikan energi sebanayak 1500 KAL,
yaitu Protein 28 gram, Lemak 30 gram, dan karbohidrat 274 gram.
(Hendra Utama, 2013)
2) Diet Hati II
Diet Hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari
Diet Hati I kepada pasien yang nafsu makannya cukup. Menurut
keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa.
Protein diberikan 1 g/Kg BB dan lemak sedang (20-25% dari
kebutuhan energi total) dalam bentuk yang mudah dicerna.
Makanan ini cukup mengandung energi, zat besi, vitamin A dan C,
tetapi kurang kalsium dan tiamin. Menurut beratnya retensi garam
atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati II garam rendah.
Bila asites hebat dan diuresis belum baik, diet mengikuti pola Diet
Garam Rendah I. (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)
Standar diet Hati II diberikan energi sebanyak 2100 KAL,
yaitu Protein 52 gram, lemak 45 gram, dan Karbohidrat 365 gram.
(Hendra Utama, 2013)
3) Diet Hati III
Diet Hati III diberikan sebagai makanan perpindahan dari
Diet Hati II atau kepada pasien Hepatitis Akut (Hepatitis
Infeksiosa/A dan Hepatitis Serum/B) yang nafsu makannya telah
baik dan telah dapat menerima protein. Dan diberikan menurut
kesanggupan pasien, makanan diberikan dalam bentuk lunak atau
biasa. Makanan ini mengandung cukup energi, protein, lemak,
mineral dan vitamin tapi tinggi karbohidrat. Menurut beratnya
14
retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati III
Garam Rendah I. (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)
Standar diet Hati III diberikan energi sebanyak 2300 KAL,
yaitu protein 74 gram, lemak 60,5 gram, dan karbohidrat 383 gram.
(Hendra Utama, 2013)
g. Bahan Makanan Yang Dibatasi
Bahan makanan yang dibatasi untuk Diet Hati I, II, III adalah dari
sumber lemak, yaitu semua makanan dan daging yang banyak
mengandung lemak dan santan serta bahan makanan yang
menimbulkan gas seperti ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak, ketimun,
durian, dan nangka. (Asosiasi Dietisien Indonesia , 2010)
h. Bahan Makanan Yang Tidak Dianjurkan
Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk Diet Hepatitis I, II,
dan III adalah makanan yang mengandung alkohol, teh, atau kopi
kental. (Asosiasi Dietisien Indonesia , 2010)
15
B. Tinjauan Asuhan Keperawatan
Pengkajian keperawatan yang dilakukan pada pasien Hepatitis menurut
Yasmara dan Arafat (2017) , adalah :
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, status perkawinan, agama, pekerjaan, tanggal dan jam
masuk Rumah Sakit, nomor register, dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang ditemukan pada penderita Hepatitis adalah
penurunan nafsu makan, mual, muntah, lemah dan cepat lelah, demam,
nyeri perut, sakit kepala dan pruritus.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang berhubungan
dengan penderita Hepatitis, misalnya pernah mengalami sakit
hepatitis atau tidak, apakah ada riwayat kontak dengan penderita
Hepatitis, apakah ada riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan
terlarang, dan tanyakan apakah pernah mendapat transfusi darah
atau cuci darah.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian riwayat sekarang atau saat ini meliputi alasan
pasien yang menyebabkan terjadinya gangguan, seperti : anoreksia,
nafsu makan menurun, mual, muntah, nyeri pada perut bagian atas,
terjadi penurunan berat badan, demam, kelemahan, mudah lelah
dengan malaise umum
3) Riwayat penyakit keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga pada pasien Hepatitis
adalah apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah
menderita penyakit Hepatitis, Sirosis Hati, Kanker Hati, atau
penyakit lainnya.
16
4) Pengkajian pola kesehatan fungsional
a) Nutrisi
Skirining nutrisi merupakan metode untuk mengidentifikasi
adanya gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Dilakukan
dengan mengukur tinggi badan, berat badan, perubahan berat
badan, dan diagnosis primer. Dan identifikasi adanya gejala
yang mempengaruhi perubahan nutrisi, misalnya : mual,
muntah, dan diare, peningkatan edema, asites, berat badan
menurun.
b) Sirkulasi
Pada pengkajian sirkulasi pasien dengan Hepatitis,
ditemukan adanya bradikardi (hiperbirilubin berat) dan ikterik
pada sklera kulit dan membran mukosa.
c) Pola aktivitas dan latihan
Meliputi kemampuan ADL, seperti makan, minum,
toileting, mobilisasi ditempat tidur, kemampuan berpindah,
serta ambulasi. Pada pasien Hepatitis didapatkan adanya
kelemahan, kelelahan, dan malaise umum.
d) Nyeri dan kenyamanan
Pada pengkajian nyeri dan kenyamanan pada pasien dengan
Hepatitis, didapatkan nyeri dan kram abdomen, nyeri pada
kuadran atas, nyeri tekan pada abdomen karena adanya
pembesaran hati, mialgia, atralgia, sakit kepala, gatal (pruritus)
dan gelisah.
e) Eliminasi
Pada pengkajian sistem eliminasi pasien Hepatitis,
ditemukan adanya urine berwarna gelap, dan feses berwarna
tanah liat.
f) Neurosensori
Didapatkan adanya peka terhadap rangsangan, cenderung
tidur, letargi, dan asteriksis.
17
5) Pemeriksaan fisik
Penampilan fisik pada pasien dengan Hepatitis dapat dilihat
dari aspek-aspek berikut :
a) Keadaan umum : apatis, kelemahan, dan malaise umum.
b) Keadaan kulit : teraba hangat, ikterik pada kulit, ruam, bercak
eritema, atau gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak.
c) Keadaan bibir : kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, ikterus pada
membran mukosa.
d) Keadaan mata : konjungtiva pucat, kering, ikterus.
e) Keadaan perut : permukaan perut, adanya garis vena, peristaltik
usus, pembesaran hati atau limfe, nyeri tekan pada abdomen,
splenomegali.
f) Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare,
pembesaran liver atau lien.
g) Pengukuran Tanda-Tanda Vital : Demam 37,8oC-38,9
oC.
6) Pengkajian Kebutuhan Nutrisi
Pengkajian kebutuhan nutrisi menurut Lyndon Saputra
(2015), dapat dikaji dengan menggunakan pedoman A-B-C-D,
yaitu :
a) Pengukuran Antropometrik
Pengukuran ini meliputi pengukuran tinggi badan, berat
badan, dan lingkar lengan. Pada umumnya, berat untuk pria
lebih dari berat badan seorang wanita walaupun tingginya
sama. Ini disebabkan pria mempunyai presentase jaringan dan
struktur tulang yang berbeda.
Metode khusus yang sering digunakan untuk mengukur
besar tubuh seseorang adalah area kulit yang berada di atas otot
trisep. Pada umumnya, wanita mempunyai lipatan kulit yang
lebih tebal di daerah ini.
(1) Berat badan ideal = (TB-100) + 10%
18
(2) Lingkar lengan atas (MAC) :
Nilai normal :
Wanita = 28,5 cm
Pria = 28,3 cm
(3) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)
Nilai normal
Wanita = 16,5- 18 cm
Pria = 12,5-16,5 cm
(4) Body Mass Index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan
seseorang dengan tinggi badan. BMI dihubungkan dengan
total lemak dalam tubuh dan sebagai panduan untuk
mengkaji kelebihan berat badan dan obesitas.
Tabel 2.4 Rumus BMI diperhitungkan :
BB (Kg) BB (pon) x 704,5
TB2 (Cm) Atau TB (inchi)2
Pada pemeriksaan BMI pada pasien Hepatitis
dengan masalah kebutuhan nutrisi akan ditemukan hasil
BMI = Kurus (<18,5).
Dengan kategori :
(a) Dibawah 18,5 = Berat badan kurang
(b) 18,5 - 22,9 = Berat badan normal
(c) 23 – 29,9 = Berat badan berlebih (kecenderungan
obesitas)
(d) 30 keatas = obesitas
b) Data biomedis
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan data
biomedis antara lain kadar total limfosit, albumin serum, zat
besi, transferin serum, kreatinin, hemoglobin, hematokrit,
keseimbangan nitrogen, dan tes antigen kulit.
19
c) Tanda-tanda klinis status nutrisi
Tanda klinis status gizi dapat dilihat antara lain dari
pemeriksaan fisik. Ciri fisik penderita defisiensi nutrisi antara
lain berat badan menurun, lemah, lesu, dehidrasi, dan
pertumbuhan terhambat.
d) Diet
Untuk mengetahui riwayat diet seseorang, perawat dapat
melakukan wawancara atau kuisioner untuk mengetahui status
gizi, kesehatan, sosial-ekonomi, dan budaya atau kebiasaan
orang tersebut yang berpengaruh terhadap status nutrisinya.
Bagian yang perlu diketahui antara lain riwayat makanan,
kemampuan makan, pengetahuan tentang nutrisi, dan tingkat
aktivitas.
7) Pemeriksaan laboratorium
a) Hemoglobin (Hb) : pada laki-laki didapatkan Hb menurun
(<14g/dL) dan pada perempuan didapatkan Hb menurun (<12
g/dL)
b) Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH :
meningkat pada kerusakan sel hati.
c) Kadar aminotransferase aspartat serum dan amino
transferasealanin meningkat.
d) Kadar birilubin total dan direk (disertai kolestasis) meningkat.
e) Hitung leukosit meningkat.
f) Hitung eosinofil meningkat (kemungkinan jenis hepatitis non-
virus karena obat).
g) Pada dugaan hepatitis virus, profil hati dilakukan rutin,
hasilnya mengidentifikasi antibodi spesifik terhadap virus
penyebab dan menentukan tipe hepatitis :
(a) Tipe A - deteksi antibodi terhadap Hepatitis A.
(b) Tipe B - adanya antigen permukaan Hepatitis B dan
antibodi Hepatitis B.
20
(c) Tipe C - diagnosis bergantung pada pemeriksaan seroligis,
untuk antibodi spesifik dalam satu bulan atau lebih setelah
awitan penyakit akut.
(d) Tipe D - deteksi antigen delta intrahepatik atau antigen
antidelta imunoglobulin (Ig) M pada penyakit akut (atau
penyakit kronis Ig M dan Ig G.
(e) Tipe G - deteksi asam ribonukleat Hepatitis G
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang terjadi pada penderita Hepatitis
berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017),
sebagai berikut :
a. Defisit nutrisi berhubungan dengan kegagalan masukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual, muntah
Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
Penyebab :
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi makanan
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5) Faktor ekonomi (misalnya : finansial tidak mencukupi)
6) Faktor psikologis (misalnya : stress, keengganan untuk makan)
Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif : tidak tersedia
2) Objektif : Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang
normal
Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif :
a) Kram/nyeri abdomen
b) Nafsu makan menurun
21
c) Cepat kenyang setelah makan
2) Objektif :
a) Otot pengunyah lemah
b) Otot menelan lemah
c) Membran mukosa pucat
d) Bising usus hiperaktif
e) Serum albumin turun
f) Rambut rontok berlebihan
b. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi hepar
Definisi : suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.
Penyebab :
1) Terpapar lingkungan panas
2) Dehidrasi
3) Proses penyakit (misalnya infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolisme
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator
Gejala dan Tanda Mayor :
1) Gejala subjektif : (tidak tersedia)
2) Objektif : suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan Tanda Minor :
1) Gejala subjektif : (tidak tersedia)
2) Objektif :
a) Kejang
b) Kulit merah
c) Takikardi
d) Takipnea
e) Kulit terasa hangat
22
c. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan.
Penyebab :
1) Agen cedera kimiawi ( misalnya : terbakar, bahan kimia iritan)
2) Agen cedera fisiologis (misalnya : inflamasi, iskemia, neoplasma)
3) Agen cedera fisik (misalnya : abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat benda berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan).
Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif : Mengeluh nyeri
2) Objektif :
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif (misalnya waspada, posisi menghindari
nyeri)
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
1) Subjektif : (tidak tersedia)
2) Objektif :
a) Tekanan darah meningkat
b) Pola napas berubah
c) Nafsu makan berubah
d) Proses berpikir terganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada diri sendiri
g) Diaforesis
23
3. Rencana Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan pada pasien Hepatitis menurut Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018) yaitu :
Tabel 2.5 Rencana Keperawatan
No Diagnosa
keperawatan
Tujuan dan kriteria
hasil
Intervensi Utama Intervensi Pendukung
1 Defisit nutrisi
berhubungan
dengan
kegagalan
masukan
untuk
memenuhi
kebutuhan
metabolik
karena
anoreksia,
mual, muntah
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama 3x24 jam,
diharapkan
kebutuhan nutrisi
terpenuhi.
Kriteria Hasil :
a. Adanya
peningkatan
berat badan
sesuai tujuan
b. Berat badan ideal
sesuai tinggi
badan
c. Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
Manajemen Nutrisi
Observasi
1. Identifikasi status
nutrisi
2. Identifikasi alergi
dan intoleransi
makanan
3. Identifikasi makanan
yang disukai
4. Identifikasi jenis
nutrien
5. Monitor asupan
makanan
6. Monitor berat badan
Terapeutik
1. Lakukan oral
hygiene sebelum
makan
2. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
Edukasi
1. Anjurkan posisi
duduk, jika perlu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
(misalnya,
antiemetik), jika
perlu
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan
1. Manajemen muntah
a. Identifikasi
karakteristik
muntah
b. Periksa volume
muntah
c. Identifikasi
penyebab muntah
d. Kurangi atau
hilangkan keadaan
penyebab muntah
e. Atur posisi untuk
mencegah aspirasi
f. Berikan
kenyamanan
selama muntah
2. Pemberian makan
3. Edukasi diet
4. Konseling nutrisi
5. Pemantauan nutrisi
6. Manajemen energi
2 Hipertermia
berhubungan
dengan
inflamasi
hepar
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama 3x24 jam,
diharapkan suhu
tubuh dalam rentang
normal.
Kriteria hasil :
Manajemen
Hipertermia
Observasi
1. Identifikasi
penyebab
hipertermia
2. Monitor suhu tubuh
1. Edukasi analgesia
terkontrol
2. Edukasi dehidrasi
3. Edukasi pengukuran
suhu tubuh
4. Edukasi program
pengobatan
24
a) Suhu tubuh
dalam
rentang
normal
b) Nadi dan RR
dalam
rentang
normal
c) Tidak ada
perubahan
warna kulit
dan tidak
ada pusing
3. Monitor haluaran
urine
4. Monitor komplikasi
akibat hipertermia
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan
yang dingin
2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
pasien
3. Basahi dan kipasi
bagian tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap
hari atau lebih sering
6. Lakukan
pendinginan
eksternal
Edukasi
1. Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian cairan
intravena, bila perlu.
5. Edukasi terapi cairan
6. Edukasi termoregulasi
7. Kompres dingin
8. Manajemen cairan
9. Pemberian obat
10. Pemberian obat
intravena
11. Pemberian obat oral
12. Pencegahan
hipertermi keganasan
3 Nyeri akut
berhubungan
dengan
pembekakan
hepar yang
mengalami
inflamasi hati
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama 3x24 jam,
diharapkan nyeri
berkurang.
Kriteria hasil :
a) Mampu
mengontrol
nyeri
b) Melaporkan
bahwa nyeri
berkurang
c) Mampu
mengenali
nyeri
d) Mengatakan
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang
Manajemen nyeri
Observasi
1. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2. Identifikasi skala
nyeri
3. Identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri
4. Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
5. Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon
nyeri
6. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri
2. Kontrol lingkungan
1. Aromaterapi
2. Dukungan hipnosis
diri
3. Edukasi manajemen
nyeri
4. Edukasi proses
penyakit
5. Edukasi teknik napas
6. Kompres dingin
7. Kompres hangat
8. Konsultasi
9. Latihan pernafasan
10. Manajemen
kenyamanan
lingkungan
11. Pemantauan nyeri
12. Pemberian obat
13. Pemberian obat
intravena
14. Pemberian obat oral
15. Pengaturan posisi
16. Teknik distraksi
17. Terapi musik
18. Terapi relaksasi
19. Terapi sentuhan
25
yang dapat
mempengaruhi nyeri
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
4. Implementasi
Tahap implementasi asuhan keperawatan adalah kegiatan implementasi
dari perencanaan intervensi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional. (Nursalam, 2008). Jenis-jenis tindakan pada tahap implementasi
adalah :
b. Secara mandiri (independent)
Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk
dan instruksi dari dokter atau profesi kesehatan lainnya.
c. Saling ketergantungan (interdependent)
Adalah kegiatan yang memerlukan kerja sama dengan profesi kesehatan
lainnya seperti tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi, dan dokter.
d. Rujukan/ketergantungan (dependent)
Adalah kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan rencana
tindakan medis. Tindakan tersebut mendandakan suatu cara dimana
tindakan medis dilaksanakan.
26
5. Evaluasi
Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah
ketika pasien dan petugas kesehatan menentukan kemajuan pasien menuju
pencapaian tujuan/hasil, dan keefektifan rencana asuhan keperawatan.
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang
ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus
diakhiri, dilanjutkan, atau diubah.
(Kozier & Barbara, 2010)
27
C. Tinjauan Konsep Penyakit
1. Definisi Hepatitis
Hepatitis adalah radang hati yang disebabkan oleh virus. Virus
Hepatitis terdapat 4 jenis, yaitu Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C,
Hepatitis E. Diantara keempat Hepatitis tersebut yang paling berbahaya
adalah Hepatitis B, karena virus ini intinya dapat menyatu dengan inti sel
hati dan hal itu memungkinkan terjadinya keganasan atau kanker hati
dikemudian hari (Ngastiyah, 1995 dalam Riyadi, S. 2011).
Hepatitis adalah peradangan pada hati (Liver) yang disebabkan oleh
virus. Virus Hepatitis termasuk virus hepatotropik yang dapat
mengakibatkan Hepatitis A (HAV), Hepatitis B (HBV), Hepatitis C
(HCV), Delta Hepatitis (HDV), Hepatitis E (HEV), Hepatitis F dan
Hepatitis G (Yuliana Elin, 2009 dalam Nanda, Nic-Noc, 2015).
Hepatitis adalah peradangan hati karena berbagai sebab. Penyebab
tersebut adalah beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan
peradangan serta merusak sel-sel organ hati. Hepatitis yang berlangsung
kurang dari 6 bulan disebut Hepatitis Akut, Hepatitis yang berlangsung
lebih dari 6 bulan disebut Hepatitis Kronis. (Sunaryati, 2011)
2. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya Hepatitis berdasarkan jenisnya menurut
Riyadi, S. (2011) adalah sebagai berikut :
a. Hepatitis A
Virus Hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran ini
terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara
berkembang sering terjadi wabah yang penyebarannya terjadi melalui
air dan makanan.
b. Hepatitis B
Virus Hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk darah.
Penularannya tidak semudah Hepatitis A. Penularan biasanya terjadi
diantara para pemakai obat yang menggunakan jarum suntik secara
bersamaan, atau diantara mitra seksual. Selain itu pula bisa
28
menularkan virus kepada bayi selama proses persalinan. Hepatitis B
bisa ditularkan oleh orang sehat yang membawa virus Hepatitis B.
c. Hepatitis C
Menyebabkan minimal 80% kasus Hepatitis akibat transfusi darah.
Virus Hepatitis C ini paling sering ditularkan melalui pemakai obat
yang menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi penularan
melalui hubungan seksual. Untuk alasan yang masih belum jelas,
penderita penyakit hati alkoholik seringkali menderita Hepatitis C.
d. Hepatitis E
Virus Hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai
Hepatitis A, yang hanya terjadi di negara-negara belakang.
3. Patofisiologi
Pada umumnya gejala Hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu fase
inkubasi, prodromal (pra-ikterik), fase ikterus, dan fase konvalesen
(penyembuhan).
a. Fase inkubasi, merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya
gejala atau ikterus. Fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus
Hepatitis.
b. Fase prodomal (pra-ikterik), merupakan fase diantara timbulnya
keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala ikterus. Keluhan umum
yang timbul pada fase ini biasanya malaise umum, nyeri otot, nyeri
sendi, mudah lelah, gejala saluran napas atas, anoreksia, mual, muntah,
demam derajat rendah, nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap
dikuadran kanan atas atau epigastrium.
c. Fase ikterus. Fase ini muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga
muncul bersamaan dengan munculnya gejala. Pada banyak kasus fase
ini tidak terdeteksi. Setelah timbul ikterus jarang terjadi perburukan
gejala prodomal, tetapi justru akan terjadi perbaikan klinis yang nyata.
29
d. Fase konvalesen (penyembuhan). Diawali dengan menghilangnya
ikterus dan keluhan lain, tetapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi
hati tetap ada.
Beberapa agens penyebab virus, toksin, dan alkohol diduga sebagai
penyebab cedera pada hati. Tumor nekrosis faktor-alfa (TNF-a) dan
interleukin 6 muncul dalam sirkulasi selama infeksi dan cedera. Melalui
ini menyebabkan set point di hipotalamus sebagai pusat termoregulasi. Hal
ini dimanifestasikan dengan adanya demam.
Cedera pada hati dapat berdampak pada manifestasi ikterik. Ikterus
(jaundice) merupakan kondisi tubuh memiliki terlalu banyak bilirubin
sehingga sklera terlihat kuning. Cedera yang ada pada hati mengakibatkan
gangguan suplai darah ke hati yaitu arteri hepatika yang mengakibatkan
terjadinya kerusakan pada parenkim, hati, hepatosit, dan duktuli. Jumlah
bilirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap
normal. Namun karena adanya peradangan pada sel hati menyebabkan hati
tidak mampu melakukan konjugasi bilirubin atau menyekresikannya
akibat dari duktus intrahepatik yang terdesak. Penurunan kemampuan hati
untuk mengeksresi bilirubin menyebabkan bilirubin yang telah
terkonjugasi bersirkulasi kembali ke dalam darah dan meningkatkan
bilirubin conjugated (terkonjugasi) yang mempunyai sifat larut lemak
tidak larut air. Akibat dari peningkatan bilirubin conjugated dan
unconjugated di dalam darah dan menyebar ke seluruh tubuh maka pasien
terlihat ikterik.
Hati tidak mampu melakukan konjugasi bilirubin atau
menyekresikannya akibat duktus intrahepatik yang terdesak. Akibat
sekresi bilirubin terkonjugasi ke duodenum berkurang yang berdampak
pada menurunnya kemampuan dalam mengemulsi lemak sehingga tidak
toleran terhadap makanan berlemak. Selain itu, menurunnya sekresi
bilirubin terkonjugasi ke duodenum menyebabkan menurunnya
pembentukan sterkobilin dan urobilinogen yang menyebabkan feses
menjadi gelap, pucat seperti dempul (abolis).
30
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan
garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal
pada kulit. Selain itu fungsi hati dalam melakukan metabolisme serta
regulasi lemak dan asam amino terganggu. Hal ini menyebabkan
peningkatan asam lemak dan asam amino dalam darah, keadaan ini
menekan kontrol hipotalamus terhadap rasa lapar dan menyebabkan pasien
tidak nafsu makan (anoreksia).
Perangsangan mual dapat diakibatkan dari adanya obstruksi saluran
empedu sehingga mengakibatkan alir balik cairan empedu ke hepar
(bilirubin, garam empedu, dan kolesterol) menyebabkan peningkatan
SGOT dan SGPT yang bersifat iritatif di saluran cerna sehingga
merangsang nervus vagal dan menekan rangsangan sistem saraf
parasimpatis sehingga terjadi penurunan peristaltik sistem pencernaan di
usus dan lambung, menyebabkan makanan tertahan di lambung dan
peningkatan rasa mual yang mengaktifkan pusat muntah di medula
oblongata dan pengaktifan saraf kranial ke wajah, kerongkongan, serta
neuron-neuron motorik spinalis ke otot-otot abdomen dan diafragma
sehingga menyebabkan muntah.
(Yasmara, D, Nursiswati, & Arafat, R. 2017)
31
4. Pathway
Gambar 2.1 Pathway Hepatitis (Nurarif, A.H, dan Kusuma, H, 2015)
Pengaruh alkohol, virus,
hepatis, toksin Inflamasi pada Hepar
Hipertermi Gangguan suplai darah
normal pada sel-sel hepar
Hepatomegali
Peregangan kapsula
hati
Perasaan tidak nyaman
dikuadran kanan atas
Kerusakan sel parenkim,
sel hati dan duktuli empedu
intrahepatik
Anoreksia Nyeri akut
Ketidakseimbangan
nutrisi dari
kebutuhan tubuh
Gangguan metabolise
karbohidrat lemak dan
protein
Obstruksi
Glikogenesis menurun
Kerusakan konjungsi
Gangguan eksresi empedu Bilirubin tidak
sempurna dikeluarkan
melalui duktus
hepatikus
Ikterus
Bilirubin direk
meningkat
Retensi bilirubin
Regurgitasi pada duktuli
empedu intra hepatik
Birilubin direk meningkat
Glukoneogenesis
Glikogen dalam hepar
berkurang
Glikogenesis menurun
Glukosa dalam darah
berkurang
Resiko ketidakstabilan
kadar gula darah
Intoleransi aktivitas
Cepat lelah
Peningkatan garam
empedu dalam darah
pruritus
Perubahan kenyamanan
Resiko gangguan fungsi
hati
Larut dalam air
Eksresi kedalam kemih
Kemih gelap
32
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis penderita Hepatitis secara umum menurut
Nurarif,A.H, dan Kusuma, H (2015) yaitu :
a. Anoreksia, malaise, mual, dan muntah
b. Gejala flu, faringitis, batuk, coryza, fotopobia, sakit kepala dan
mialgia
c. Demam ditemukan pada infeksi HAV
d. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap
e. Pruritus (biasanya ringan dan sementara)
f. Nyeri tekan pada hati
g. Splenomegali ringan
h. Limfadenopati
Manifestasi klinis berdasarkan jenis Hepatitisnya menurut Sujono
Riyadi (2011), yaitu :
a. Hepatitis A
Gejala awal Hepatitis A adalah ISPA ringan (flu dengan demam
ringan), pra ikterik : sakit kepala, fatigue, anoreksia, febris. Fase
ikterik : gejala lanjut dapat timbul ikterus (puncak hari-10), ikterus
pada sclera dan kulit, urin berwarna gelap, dyspepsia, nyeri
epigastrium, mual, muntah, nyeri ulu hati, flatulensi, hepatomegali
dan splenomegali.
b. Hepatitis B
Gejala pada Hepatitis B, yaitu : atralgia, ruam, anoreksia,
dyspepsia, nyeri abdomen, pegal menyeluruh, tidak enak badan,
lemah, penurunan berat badan, mual dan muntah. Ikterik kadang-
kadang tidak tampak jika disertai tinja berwarna cerah, urine berwarna
gelap. Hepatomegali (12-14 cm), nyeri tekan, dan splenomegali.
c. Hepatitis C
Gejala pada hepatitis C ini, serupa dengan Hepatitis B, tidak begitu
berat dan anicterik.
33
d. Hepatitis E
Gejala pada Hepatitis E ini serupa dengan Hepatitis A, sangat berat
pada wanita hamil.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH : meningkat
pada kerusakan sel hati dan pada keadaan lain terutama infark
miokardium.
b Bilirubin direk : meningkat pada gangguan eksresi bilirubin
terkonjugasi.
c Bilirubin indirek : meningkat pada gangguan hemolitik dan sindrom
gilbert.
d Bilirubin serum total : meningkat pada penyakit hepatoseluler.
e. Protein serum total : kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
f. Masa protrombin : meningkat pada penurunan sintesis protrombin
akibat kerusakan sel hati.
g. Kolesterol serum : menurun pada kerusakan sel hati, meningkat pada
obstruksi duktus biliaris.
(Nurarif, A.H dan Kusuma, H. 2015)
7. Komplikasi
Komplikasi Hepatitis yang paling sering terjadi adalah Sirosis.
Dalam keadaan normal (sehat), sel hati yang mengalami kerusakan akan
digantikan oleh sel-sel yang baru. Pada sirosis, kerusakan sel hati diganti
oleh jaringan parut. Semakin parah kerusakan, semakin besar jaringan
parut yang terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat.
Pengurangan ini akan berdampak pada penurunan sejumlah fungsi hati
sehingga menimbulkan sejumlah gangguan pada fungsi tubuh secara
keseluruhan. (Sari, W, dan Indrawati, L. 2008)
34
8. Penatalaksanaan Hepatitis
Jika seseorang telah didiagnosis menderita Hepatitis, maka ia perlu
mendapatkan perawatan. Pengobatan harus dipercepat supaya virus tidak
menyebar. Jika tindakan penanganan lambat membuat kerusakan lebih
besar pada hati dan menyebabkan kanker.
a. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis A
Penderita yang menunjukkan gejala Hepatitis A diharapkan untuk
tidak banyak beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas pelayanan
kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari gejala yang
timbul. Dapat diberikan pengobatan simptomatik seperti antipiretik dan
analgetik serta vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu
makan serta obat-obatan yang mengurangi rasa mual dan muntah.
b. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis B
Setelah diagnosa ditegakkan sebagai Hepatitis B, maka ada
beberapa cara pengobatan untuk Hepatitis B, yaitu pengobatan oral dan
injeksi.
1) Pengobatan oral
a) Lamivudine : dari kelompok nukleosida analog, dikenal
dengan nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun
anak-anak, pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzim
hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat monitor
berkesinambungan dari dokter.
b) Adefovir dipivoxil (Hepsera) : pemberian secara oral akan
lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan
berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.
c) Baraclude (Entecavir) : obat ini diberikan pada penderita
Hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini
adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan
enzim hati.
35
2) Pengobatan dengan injeksi
Microsphere : mengandung partikel radioaktif pemancar sinar
B yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak
jaringan sehat disekitarnya. Injeksi Alfa Interferon (INTRON A,
INFERGEN, ROFERON) diberikan secara subcutan dengan skala
pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih.
Efek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada
penderita yang memiliki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya
adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit
menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan
pemberian antipiretik.
c. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis C
Saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat
seperti Interferon Alfa, Pegylated interferon alfa dan Ribavirin.
Pengobatan pada penderita Hepatitis C memerlukan waktu yang
cukup lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat
menolong, untuk itu perlu penanganan pada stadium awalnya.
(Nuarif & Kusuma, 2015)