BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakarepository.poltekkes-tjk.ac.id/574/4/6. BAB II.pdf · 6...

19
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Malaria Malaria adalah suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk genus Protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina (Zulkoni, 2010). Parasit malaria pada manusia disebabkan oleh empat jenis Plasmodium, yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Jenis malaria yang ditimbulkan oleh empat jenis plasmodium tersebut menimbulkan malaria yang berbeda pola demam maupun gejala-gejala klinik yang ditimbulkannya (Soedarto, 2009). Penyakit malaria dapat menyerang setiap orang. Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin sebenarnya berkaitan dengan perbedaan derajat kekebalan karena variasi keterpaparan terhadap gigitan nyamuk (Harijanto, 2000). Parasite Formula adalah proporsi dari tiap parasit di suatu daerah yang memiliki spesies yang dominan (Harijanto, 2000). Sedangkan persentase penderita malaria adalah persentase sediaan darah yang positif. 2. Klasifikasi Phyllum : Apicomplexa Kelas : Sporozoa Subkelas : Coccidiida Ordo : Eucoccidides Sub-ordo : Haemosporidiidea Famili : Plasmodiidae Genus : Plasmodium Spesies : Plasmodium falciparum Plasmodium vivax Plasmodium ovale Plasmodium malariae (Harijanto, 2000).

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakarepository.poltekkes-tjk.ac.id/574/4/6. BAB II.pdf · 6...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakarepository.poltekkes-tjk.ac.id/574/4/6. BAB II.pdf · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Malaria Malaria adalah suatu penyakit

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Malaria

Malaria adalah suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang

disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk genus Protozoa) dan ditularkan

oleh nyamuk Anopheles betina (Zulkoni, 2010).

Parasit malaria pada manusia disebabkan oleh empat jenis Plasmodium,

yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae, dan

Plasmodium ovale. Jenis malaria yang ditimbulkan oleh empat jenis

plasmodium tersebut menimbulkan malaria yang berbeda pola demam maupun

gejala-gejala klinik yang ditimbulkannya (Soedarto, 2009).

Penyakit malaria dapat menyerang setiap orang. Perbedaan prevalensi

menurut umur dan jenis kelamin sebenarnya berkaitan dengan perbedaan

derajat kekebalan karena variasi keterpaparan terhadap gigitan nyamuk

(Harijanto, 2000).

Parasite Formula adalah proporsi dari tiap parasit di suatu daerah yang

memiliki spesies yang dominan (Harijanto, 2000). Sedangkan persentase

penderita malaria adalah persentase sediaan darah yang positif.

2. Klasifikasi

Phyllum : Apicomplexa

Kelas : Sporozoa

Subkelas : Coccidiida

Ordo : Eucoccidides

Sub-ordo : Haemosporidiidea

Famili : Plasmodiidae

Genus : Plasmodium

Spesies : Plasmodium falciparum

Plasmodium vivax

Plasmodium ovale

Plasmodium malariae (Harijanto, 2000).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakarepository.poltekkes-tjk.ac.id/574/4/6. BAB II.pdf · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Malaria Malaria adalah suatu penyakit

7

3. Morfologi

1) Plasmodium falciparum

Parasit ini merupakan spesies yang paling berbahaya, sebab penyakit

yang ditimbulkannya dapat menjadi berat yang berakibat kematian dan

komplikasi yang berat. Perkembangan aseksual di hati hanya berupa stadium

preeritrosit dan tidak ada stadium eksoeritrosit yang menyebabkan relaps

jangka panjang (rekurens) seperti pada infeksi oleh P. vivax dan P. ovale yang

mempunyai hipnozoit di hati. Bentuk skizon di hati dapat dilihat pada hari

keempat sesudah infeksi yang ukurannya kira-kira 30µ dan skizon matang

mengandung kira-kira 40.000 merozoit (Safar, 2010).

Stadium trofozoit muda dalam darah bentuk cincin sangat kecil dan

halus dengan diameter kira-kira 1/6 diameter eritrosit. Stadium cincin ini dapat

dilihat dua butir kromatin, bentuk pinggir (marginal) dan bentuk accole.

Beberapa bentuk cincin dapat ditemukan dalam satu eritrosit (infeksi multiple).

Temuan ini merupakan temuan penting untuk menegakkan diagnosis P.

falcifarum. Perkembangan selanjutnya yaitu stadium skizon muda dan skizon

tua sering tidak ditemukan dalam darah tepi, kecuali pada infeksi berat

(pernisiosa) karena stadium ini berada pada kapiler alat-alat dalam. Adanya

stadium ini pada kapiler darah tepi merupakan indikasi untuk pemberian

pengobatan cepat. Bentuk skizon muda mudah dikenal bila telah ditemukan

satu atau dua pigmen yang menggumpal. Skizon yang lebih tua spesies parasit

ini pada manusia akan didapat 20 butir pigmen atau lebih. Bila skizon sudah

matang akan mengisi 2/3 eritrosit dan membentuk 8-24 buah merozoit dengan

jumlah rata-rata 16 buah merozoit. Skizon matang P. falcifarum lebih kecil dari

skizon matang plasmodium lain (Safar, 2010).

Gametosit muda berbentuk agak lonjong yang kemudian menjadi lebih

panjang atau elips yang akhirnya membentuk seperti sabit atau pisang.

Makrogametosit lebih langsing dan panjang dari mikrogametosit,

sitoplasmanya lebih biru dengan inti yang kecil dan padat berwarna merah tua

dengan butir-butir pigmen tersebar di sekitar inti. Mikrogametosit lebih besar

seperti sosis, sitoplasmanya biru pucat atau agak kemerah-merahan dan intinya

berwarna merah muda, besar dan difus, butir-butir pigmen tersebar di

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakarepository.poltekkes-tjk.ac.id/574/4/6. BAB II.pdf · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Malaria Malaria adalah suatu penyakit

8

sitoplasma sekitar inti. Jumlah gametosit pada infeksi P. falciparum berbeda-

beda, kadang-kadang sampai 50.000–150.000/mm3 darah

(Safar, 2010).

Sumber: Harijanto, 2000

Gambar 2.1 Gambaran stadium Plasmodium falciparum pada sediaan darah tipis dan tebal

yang diwarnai Giemsa.

2) Plasmodium vivax

Setelah nyamuk Anopheles betina menusuk kulit manusia kira-kira 1/2 jam,

sporozoit yang masuk ke peredaran darah akan masuk ke dalam sel hati, lalu

tumbuh menjadi skizon hati. Skizon hati berukuran 45µ membentuk kira-kira

10.000 sporozoit. Skizon ini berada dalam siklus preritrositer atau siklus

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakarepository.poltekkes-tjk.ac.id/574/4/6. BAB II.pdf · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Malaria Malaria adalah suatu penyakit

9

eksoeritrositer primer yang berkembang biak secara aseksual yang

disebut skizogoni hati (Safar, 2010).

Hipnozoit tetap istirahat dalam sel hati sampai beberapa waktu (kira-

kira 3 bulan) lalu aktif kembali dan mulai dengan siklus eksoeritrositer

sekunder. Merozoit dari skizon hati masuk ke peredaran darah dan

menghinggapi sel eritrosit dan mulai dengan siklus eritrositer untuk pembiakan

secara aseksual (skizogoni darah) (Safar, 2010).

Sumber: Harijanto, 2000

Gambar 2.2 Gambaran stadium Plasmodium vivax pada sediaan darah tipis dan tebal yang

diwarnai Giemsa.

Merozoit skizon eritrosit tumbuh menjadi trofozoid muda berbentuk

cincin yang besarnya kira-kira 1/3 eritrosit, dengan pewarnaan Giemsa

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakarepository.poltekkes-tjk.ac.id/574/4/6. BAB II.pdf · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Malaria Malaria adalah suatu penyakit

10

sitoplasmanya berwarna biru inti merah mempunyai vakuola besar. Eritrosit

yang terinfeksi menjadi besar berwarna pucat dan tampak titik-titik halus

berwarna merah, sama besar yang disebut titik Schuffner, kemudian trofozoit

muda menjadi trofozoit tua yang sangat aktif, sehingga sitoplasmanya tampak

membentuk ameboit. Pigmen dari parasit ini makin nyata dan berwarna kuning

tengguli. Skizon matang dari siklus eritrosit ini mengandung 12-18 buah

merozoit, yang mengisi seluruh eritrosit dengan pigmen berkumpul di bagian

tengah atau di pinggir. Siklus eritrosit ini berlangsung selama 48 jam dan

terjadi secara sinkron. Meskipun demikian, dalam darah tepi dapat ditemukan

semua stadium dari parasit dalam siklus eritrositer sehingga gambaran sediaan

darah tidak uniform, kecuali pada hari-hari permulaan serangan pertama.

Makrogametosit mempunyai sitoplasma biru dengan inti kecil, padat dan

berwarna merah. Mikrogametosit biasanya bulat, sitoplasmanya berwarna

pucat, biru kelabu dengan inti yang besar, pucat dan difus. Inti biasanya

terletak di tengah. Butir-butir pigmen, baik pada mikrogametosit maupun

makrogametosit jelas tersebar pada sitoplasma (Safar, 2010).

3) Plasmodium malariae

Stadium trofozoit muda dalam darah tepi mirip dengan P. vivax, tapi

eritrosit yang dihinggapi tidak membesar. Pada pewarnaan Giemsa

sitoplasmanya lebih tebal dan lebih gelap dan dalam sel eritrosit terdapat titik-

titik yang disebut titik Zieman. Trofozoit tua bila membulat, besarnya kira-kira

setengah eritrosit. Pada sediaan darah tipis, stadium trofozoit dapat melintang

sepanjang sel darah merah, membentuk seperti pita merupakan bentuk yang

khas pada P. malariae. Skizon muda membagi intinya dan akhirnya terbentuk

skizon matang yang mengandung rata-rata 8 buah merozoit. Skizon matang ini

mengisi hampir seluruh eritrosit dan merozoit, biasanya mempunyai susunan

yang teratur sehingga membentuk bunga serunai atau bunga “(daisy)” yang

disebut juga dengan “roset”. Stadium gametosit mungkin dibentuk dalam alat-

alat dalam dan tampak dalam darah tepi bila telah tumbuh sempurna.

Makrogametosit sitoplasmanya berwarna biru tua berinti kecil dan padat.

Mikrogametosit sitoplasmanya berwarna biru pucat dengan inti difus dan lebih

besar. Pigmen tersebar dalam sitoplasma (Safar, 2010).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakarepository.poltekkes-tjk.ac.id/574/4/6. BAB II.pdf · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Malaria Malaria adalah suatu penyakit

11

Sumber: Harijanto, 2000

Gambar 2.3 Gambaran stadium Plasmodium malariae pada sediaan darah tipis dan tebal

yang diwarnai Giemsa.

4) Plasmodium ovale

Trofozoit muda berukuran kira-kira 2μ (1/3 eritrosit). Titik schuffner

disini disebut titik James yang terbentuk sangat dini dan tampak jelas. Stadium

trofozoit berbentuk bulat dan kompak dengan granula pigmen yang lebih kasar,

tetapi tidak sekasar pigmen P.malariae. Stadium ini eritrosit agak membesar

dan sebagian besar berbentuk oval (lonjong) dan pinggir eritrosit pada salah

satu ujungnya bergerigi dengan titik-titik James yang menjadi lebih banyak

(Safar, 2010).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakarepository.poltekkes-tjk.ac.id/574/4/6. BAB II.pdf · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Malaria Malaria adalah suatu penyakit

12

Stadium skizon berbentuk bulat dan bila matang mengandung 8-10

merozoit, yang letaknya teratur di tepi mengelilingi granula pigmen yang

berkelompok di tengah. Stadium gametosit yaitu makrogametosit berbentuk

bulat dengan inti kecil kompak dan sitoplasma berwarna biru. Mikrogametosit

mempunyai inti difus sitoplasma berwarna pucat kemerahan berbentuk bulat

(Safar, 2010).

Sumber: Harijanto, 2000

Gambar 2.4 Gambaran stadium Plasmodium ovale pada sediaan darah tipis dan tebal yang

diwarnai Giemsa.

4. Siklus Hidup

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakarepository.poltekkes-tjk.ac.id/574/4/6. BAB II.pdf · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Malaria Malaria adalah suatu penyakit

13

Siklus hidup dari keempat Plasmodium berlangsung secara seksual

(sporogoni) di dalam tubuh nyamuk Anopheles betina dan secara aseksual

(schizogoni) di dalam tubuh manusia (Safar, 2010).

a. Aseksual (Skizogoni)

Di dalam hospes perantara, terjadi pembiakan aseksual disebut juga fase

intrinsik. Siklus aseksual terdiri dari fase eritrosit (skizogoni eritrositik) dan

fase yang berlangsung di dalam parenkim sel hepar (skizogoni eksoeritrositik)

(Harijanto, 2000).

1) Stadium Hati

Stadium ini dimulai ketika nyamuk anopheles betina menggigit

manusia dan memasukkan sporozoit yang terdapat pada air liurnya ke dalam

darah manusia sewaktu menghisap darah. Melalui aliran darah dalam beberapa

menit kemudian (±1/2-1 jam) sporozoit sudah tiba di hati dan segera

menginfeksi sel hati (Harijanto, 2000).

Selama 5-16 hari sporozoit mengalami reproduksi aseksual disebut

sebagai proses skizogoni atau proses pemisahan, yang akan menghasilkan

±10.000-30.000 parasit anak yaitu merozoit, yang kemudian akan dikeluarkan

dari sel hati dan selanjutnya menginfeksi eritrosit (Harijanto, 2000).

Untuk Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, terdapat stadium

istirahat atau eksoeritrositik skizozoit (hipnozoit). Hipnozoit dan skizon tetap

ditemukan sampai lebih 105 hari. Eksoeritrositik skizogoni yang terlambat

tidak terjadi pada Plasmodium falciparum dan pada Plasmodium malariae

(Natadisastra, 2014).

2) Stadium Darah

Siklus di darah dimulai dengan keluarnya merozoit dari skizon matang

di hati ke dalam sirkulasi. Waktu minimum mulai dari infeksi oleh nyamuk

sampai dengan tampak pertama kalinya merozoit di dalam eritrosit disebut

periode prepaten, periode ini konstan dan khas untuk masing-masing spesies.

Untuk P. falciparum lama periode ini 9 hari, untuk P. vivax 11 hari, P. ovale 10

hari dan P. malariae 15 hari. Peroide inkubasi adalah masa mulai infeksi

sampai tampak gejala-gejala dan tanda-tanda infeksi yaitu sampai parasitemia

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakarepository.poltekkes-tjk.ac.id/574/4/6. BAB II.pdf · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Malaria Malaria adalah suatu penyakit

14

mencapai kepadatan tertentu untuk dapat menimbulkan gejala klinis, biasanya

2 hari setelah periode prepaten (Harijanto, 2000).

Parasit menginvasi eritrosit melalui 4 tahap yaitu: perlekatan merozoit

dengan eritrosit, perubahan bentuk mendadak eritrosit terinfeksi, invaginasi

membran eritrosit dimana parasit melekat dan selanjutnya pembentukan

kantong merozoit, dan terkahir penutupan kembali membran eritrosit

disekeliling parasit (Harijanto, 2000).

Merozoit membentuk vakuola, berbentuk cincin, kadang-kadang

ameboid dan berinti tunggal disebut tripozoit sampai inti mulai membelah di

dalam eritrosit. Tropozoit tumbuh sampai intinya membelah dengan cara

mitosis, vakuloa berisi, ameboid motiliti akan terhenti dan akan berubah

menjadi skizon matang. Skizon matang ini menjalani skizogoni eritrositer,

eritrosit pecah keluar merozoit eritrositer, merozoit masuk ke dalam aliran

darah. Beberapa merozoit intraselular tidak membentuk skizon akan tetapi

berkembang menjadi bakal kelamin betina (makrogametosit) atau bakal

kelamin jantan (mikrogametosit) (Natadisastra, 2014).

Setelah proses skizogoni selesai, eritrosit pecah dan merozoit

dilepaskan dalam aliran darah. Merozoit memasuki eritrosit baru dan generasi

lain dibentuk dengan cara yang sama. Skizogoni berlangsung secara berulang-

ulang selama infeksi dan menimbulkan parasitemia yang meningkat dengan

cepat sampai proses dihambat oleh respon imun hospes (Gandahusada,dkk.

2006).

Nyamuk yang menggigit manusia yang terinfeksi maka gametosit yang

ada pada darah manusia akan terhisap oleh nyamuk. Dengan demikian, siklus

seksual pada nyamuk dimulai (Widoyono, 2008).

b. Seksual (Sporogoni)

Nyamuk Anopheles sp. betina (bertindak sebagai vektor) di dalam

hospes definitif, terjadi pembiakan seksual (sporogoni), disebut juga fase

ekstrinsik. Pada waktu nyamuk mengisap darah penderita penyakit malaria,

semua stadium yang ada di dalam darah akan terisap masuk ke dalam lambung

nyamuk. Hanya bentuk gametosit (makrogametosit dan mikrogametosit) yang

dapat bertahan dan melanjutkan siklusnya. Kemudian terjadi pematangan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakarepository.poltekkes-tjk.ac.id/574/4/6. BAB II.pdf · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Malaria Malaria adalah suatu penyakit

15

gametosit menjadi gamet (makro dan mikrogamet). Mikrogametosit mengalami

pembelahan inti menjadi inti multiple yang matang dengan exflagellasi, yaitu

suatu proses dalam 10-12 menit menjadi mikrogamet, keluar dari eritrosit dan

motil. Makrogametosit berkembang menjadi makrogamet yang intinya

bergeser ke permukaan yang merupakan tempat masuknya mikrogamet ke

dalam makrogamet pada waktu fertilisasi. Makrogamet yang telah mengalami

fertilisasi disebut zigot. Kurang lebih 20 menit setelah fertilisasi terbentuk

semacam pseudopodi dan terjadi perubahan bentuk menjadi lebih langsing,

bentuk motil ini disebut ookinet. Ookinet akan bergerak dan menembus

dinding usus untuk menempel pada permukaan luar dinding usus tersebut

(Natadisastra, 2014).

Sumber: Widoyono, 2008

Gambar 2.5 Siklus hidup Plasmodium.

Ookinet membentuk dinding tipis dan tumbuh menjadi ookista yang

berukuran ±50 m. Terjadi pematangan ookista dengan pembelahan inti dan

transformasi sitoplasma membentuk beribu-ribu sporozoit yang berada di

dalam ookista. Ookista matang dalam 4-15 hari (tergantung suhu) setelah

nyamuk menghisap gametosit. Ookista matang akan pecah, sporozoit

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakarepository.poltekkes-tjk.ac.id/574/4/6. BAB II.pdf · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Malaria Malaria adalah suatu penyakit

16

(berukuran 10-14 m) berhamburan ke dalam rongga tubuh nyamuk,

diantaranya ada yang sampai ke kelenjar liur nyamuk. Nyamuk infektif, yaitu

nyamuk yang sudah siap mengeluarkan sporozoit bersama air liurnya

(Natadisastra, 2014).

5. Cara Infeksi

Waktu antara nyamuk mengisap darah yang mengandung gametosit

sampai mengandung sporozoit dalam kelenjar liurnya disebut masa tunas

ekstrinsik. Sporozoit merupakan stadium infektif.

Cara infeksi dari malaria adalah dengan 2 cara, yaitu:

a. Penularan secara alamiah (natural infection), melalui gigitan nyamuk

anopheles.

b. Penularan bukan alamiah, dapat dibagi menurut cara penularannya, yaitu:

1) Malaria bawaan (kongenital), disebabkan adanya kelainan pada sawar

plasenta sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang

dikandungnya. Selain melalui plasenta, penularan terjadi melalui tali pusat.

2) Penularan secara mekanik terjadi melalui transfusi darah atau jarum suntik.

Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu obat bius

yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril. Infeksi malaria melalui

transfusi hanya menghasilkan siklus eritrositer karena tidak melalui

sporozoit yang memerlukan siklus hati sehingga dapat diobati dengan

mudah.

3) Penularan secar oral, pernah dibuktikan pada ayam (Plasmodium

gallinasium), burung dara (Plasmodium relection) dan monyet

(Plasmodium knowlesi) yang akhir-akhir ini dilaporkan menginfeksi

manusia.

Pada umumnya sumber infeksi malaria pada manusia adalah manusia

lain yang sakit malaria, baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis

(Harijanto, 2012).

6. Gejala Klinis

Perjalanan penyakit malaria terdiri dari demam yang disertai gejala lain

yang diselingi periode bebas demam. Gejala klinik terpenting pada malaria

terdiri dari:

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakarepository.poltekkes-tjk.ac.id/574/4/6. BAB II.pdf · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Malaria Malaria adalah suatu penyakit

17

a. Demam

Serangan malaria biasanya dimulai dengan gejala prodromal, yaitu lesu,

sakit kepala, hilangnya nafsu makan, kadang-kadang disertai gejala mual dan

muntah (Safar, 2010).

Serangan demam yang khas terdiri dari 3 stadium, yaitu:

1) Stadium menggigil, dimulai dengan perasaan dingin yang amat sangat, sampai

menggigil sehingga penderita berusaha memanaskan badan dengan selimut

tebal. Nadi lemah tapi cepat, bibir dan jari tangan menjadi biru, kulit kering

dan pucat, kadang-kadang disertai muntah. Pada anak-anak sering disertai

kejang-kejang. Stadium ini dapat berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.

2) Stadium acme = stadium puncak demam, dari perasaan dingin berubah menjadi

panas sekali. Muka merah, kulit kering dan panas serasa terbakar, sakit kepala

hebat, ada rasa mual dan muntah, nadi penuh dan berdenyut keras. Suhu naik

sampai 41°C, penderita merasa sangat kehausan. Stadium ini berlangsung 2

sampai 6 jam.

3) Stadium sudoris = stadium berkeringat, dimulai dengan penderita berkeringat

banyak, hingga pakaina dan tempat tidur basah oleh keringat. Suhu badan turun

dengan cepat, hingga kadang-kadang sampai di bawah ambang normal.

Penderita biasanya dapat tertidur nyenyak, dan waktu bangun merasa badan

lemah tetapi sehat. Stadium ini berlangsung 2 sampai 4 jam (Safar, 2010).

Gejala infeksi yang timbul kembali setelah serangan pertama disebut

relaps, yang dapat bersifat:

a) Relaps jangka pendek (rekrudesensi), yang disebabkan parasit dalam daur

eritrosit menjadi banyak. Demam akan timbul kembali dalam waktu 8 minggu

sesudah hilang serangan pertama.

b) Relaps jangka panjang (rekruens), yang disebabkan parasit dalam siklus

eksoeritrositer dari hati masuk ke dalam darah dan menjadi banyak, hingga

demam timbul lagi setelah 24 minggu atau lebih setelah serangan pertama

hilang (Safar, 2010).

b. Splenomegali

Pada keadaan akut limpa membesar dan tegang, penderita merasa nyeri

di perut kiri atas. Pada perabaan konsistensinya lunak (Sutanto, dkk. 2010).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakarepository.poltekkes-tjk.ac.id/574/4/6. BAB II.pdf · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Malaria Malaria adalah suatu penyakit

18

c. Anemia

Derajat anemia tergantung pada spesies parasit yang menyebabkannya.

Pada serangan akut kadar hemoglobin turun secara mendadak. Anemia

disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini:

1) Penghancuran eritrosit yang mengandung parasit dan yang tidak mengandung

parasit terjadi di dalam limpa.

2) Reduced survival time (eritrosit normal yang tidak mengandung parasit tidak

dapat hidup lama).

3) Diseritropoesis (gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis

dalam sumsum tulang, retikulosis tidak dilepas dalam peredaran perifer)

(Sutanto, dkk. 2010).

7. Epidemiologi

Malaria merupakan penyakit endemis atau hiperendemis di daerah

tropis dan subtropis serta menyerang negara dengan penduduk padat. Malaria

banyak dijumpai di Meksiko, sebagian Karibia, Amerika Tengah dan Selatan,

Afrika Sub-Sahara, Timur Tengah, India, Asia Selatan, Asia Tenggara, Indo

Cina, dan pulau-pulau di Pasifik Selatan (Harijanto, 2012).

Malaria ditemukan pada 60º Lintang Utara sampai 32º Lintang Selatan,

dari daerah ketinggian 2.666 m (Bolivia 2.591 m) sampai daerah 433 m di

bawah permukaan laut (Dead Sea). Penyakit malaria dikatakan endemi jika

secara konstan angka kejadian penyakit dapat diketahui serta penularan secara

alami berlangsung sepanjang tahun. Dikatakan epidemi jika angka kejadian

kasus malaria pada suatu daerah naik dengan cepat dan tercatat di atas level

biasa atau jika penyakit secara tiba-tiba terjadi pada suatu daerah yang

sebelumnya bebas malaria. Jika suatu epidemi tersebar pada daerah luas di luar

daerah yang biasa disebut pandemi (Natadisastra, 2014).

Malaria yang ditemukan di Indonesia tersebar luas pada semua pulau

dengan derajat infeksi yang bervariasi. Malaria di suatu daerah dapat

ditemukan secara autokton, impor, induksi dan introinduksi. Di daerah

autokton, siklus hidup malaria dapat berlangsung karena adanya manusia yang

rentan (suseptibel), nyamuk yang dapat menjadi vektor dan parasitnya.

Keadaan malaria di daerah endemi tidak sama. Derajat endemisitas dapat

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakarepository.poltekkes-tjk.ac.id/574/4/6. BAB II.pdf · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Malaria Malaria adalah suatu penyakit

19

diukur dengan berbagai cara seperti: angka limpa (soleen rate), angka parasit

(parasite rate), dan angka sporozoit (sporozoite rate), yang disebut

malariometri (Safar, 2010).

Plasmodium vivax mempunyai distribusi geografis yang paling luas,

mulai dari daerah yang beriklim dingin, subtropis sampai ke daerah tropis,

terkadang dijumpai di Pasifik Barat. Plasmodium falciparum terutama

menyebabkan malaria di Afrika, Asia dan daerah-daerah tropis lainnya. Spesies

yang banyak dijumpai di Indonesia adalah Palsmodium falciparum dan

Plasmodium vivax. Plasmodium malariae dijumpai di Indonesia bagian Timur,

Plasmodium ovale pernah ditemukan di Irian Jaya dan Nusa Tenggara Timur

(Harijanto, 2012).

8. Faktor yang Mempengaruhi Infeksi Malaria

Penularan penyakit malaria dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Parasit

Dari 4 Plasmodium, strain Plasmodium dapat berbeda dengan strain

Plasmodium lainnya. Pola relaps dari strain P. vivax dapat berbeda dari satu

wilayah dengan wilayah lainnya, begitu pula lamanya inkubasi strain P. vivax

pada suatu wilayah berbeda dengan wilayah lainnya. Sifat parasit dapat

berbeda dari satu daerah ke daerah lain, terutama sensitivitas terhadap berbagai

obat anti malaria. Sekarang telah banyak ditemukan P. falciparum yang

resisten terhadap klorokuin. Di Indonesia resistensi ini makin lama makin

tersebar di banyak daerah (Sutanto, dkk. 2010).

b. Manusia

Keadaan manusia dapat menjadi pengandung gametosit yang dapat

meneruskan daur hidupnya dalam nyamuk, adalah penting sekali. Manusia ada

yang rentan, yang dapat ditulari malaria, tapi ada pula yang lebih kebal dan

tidak mudah ditulari malaria. Berbagai bangsa (ras) mempunyai kerentanan

yang berbeda-beda (faktor rasial). Pada umumnya pendatang baru ke suatu

daerah endemi, lebih rentan terhadap malaria daripada penduduk aslinya

(Sutanto, dkk. 2010).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakarepository.poltekkes-tjk.ac.id/574/4/6. BAB II.pdf · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Malaria Malaria adalah suatu penyakit

20

c. Vektor

Nyamuk Anopheles di seluruh dunia meliputi 2000 spesies, sedangkan

yang menularkan malaria kira-kira 60 spesies. Menurut pengamatan terakhir di

Indonesia ditemukan kembali 80 spesies Anopheles, yang berperan sebagai

vektor malaria 16 spesies dengan perindukan yang berbeda-beda (Safar, 2010).

d. Lingkungan

Keadaan lingkungan seperti iklim berpengaruh penting terhadap ada

tidaknya malaria. Di daerah yang beriklim dingin, transmisi malaria hanya

mungkin terjadi pada musim panas juga masa inkubasinya juga dapat

terpengaruh oleh iklim. Di daerah yang kurang baik untuk biologi vektor,

seperti di daerah pegunungan dingin umumnya bebas malaria. Perubahan

lingkungan yang dapat mengubah perindukan vektor, dapat berpengaruh positif

atau negatif terhadap keadaan malaria di daerah itu. Suhu udara, curah hujan,

merupakan faktor penting untuk transmisi penyakit malaria (Safar, 2010).

Faktor lingkungan dibagi menjadi beberapa faktor, yaitu:

1) Lingkungan fisik

Faktor geografi dan meteorologi di Indonesia sangat menguntungkan

transmisi malaria di Indonesia. Pengaruh suhu ini berbeda pada setiap spesies.

Pada suhu 26,7ºC masa inkubasi ekstrinsik adalah 10-12 hari untuk P.

falciparum dan 8-11 hari untuk P. vivax, 14-15 hari untuk P. malariae dan P.

ovale.

a) Suhu

Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang

optimum berkisar antara 20 dan 30ºC. Makin tinggi suhu (sampai batas

tertentu) makin pendek masa inkubasi ekstrinsik (sporogoni) dan sebaliknya

makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik.

b) Kelembaban

Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun

tidak berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas

paling rendah untuk memungkinkan hidupnya nyamuk. Pada kelembaban yang

lebih tinggi nyamuk menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit, sehingga

meningkatkan penularan malaria.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakarepository.poltekkes-tjk.ac.id/574/4/6. BAB II.pdf · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Malaria Malaria adalah suatu penyakit

21

c) Hujan

Pada umumnya hujan akan memudahkan perkembangan nyamuk dan

terjadinya epidemi malaria. Besar kecilnya pengaruh tergantung pada jenis dan

deras hujan, jenis vektor dan jenis tempat perindukan. Hujan yang diselingi

panas akan memperbesar kemungkinan berkembang biaknya nyamuk

Anopheles.

d) Ketinggian

Secara umum malaria berkurang pada ketinggian yang semakin

bertambah. Hal ini berkaitan dengan menurunnya suhu rata-rata. Ketinggian di

atas 2000 m jarang ada transmisi malaria. Hal ini bisa berubah bila terjadi

pemanasan bumi dan pengaruh dari El-Nino. Malaria di pegunungan Irian Jaya

yang dulu jarang ditemukan kini lebih sering ditemukan malaria. Ketinggian

paling tinggi masih memungkinkan transmisi malaria ialah 2500 m di atas

permukaan laut (di Bolivia).

e) Angin

Kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk

dan ikut menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia.

f) Sinar matahari

Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk berbeda-

beda. An. Sundaicus lebih suka tempat yang teduh. An. Hyrcanus sp. dan An.

Pinctulatus spp lebih menyukai tempat yang terbuka. An. barbirostris dapat

hidup baik di tempat yang teduh maupun yang terang.

g) Arus air

An. barbirostris menyukai perindukan yang airnya statis/mengalir

lambat, sedangkan An. minimus menyukai aliran air yang deras dan An. letifer

menyukai air yang tergenang.

h) Kadar garam

An. sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya

12-18% dan tidak berkembang pada kadar garam 40% ke atas. Namun di

Sumatera Utara ditemukan pula perindukan An. sundaicus dalam air tawar.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakarepository.poltekkes-tjk.ac.id/574/4/6. BAB II.pdf · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Malaria Malaria adalah suatu penyakit

22

2) Lingkungan biologik

Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai tumbuhan lain dapat

mempengaruhi kehidupan larva karena ia dapat menghalangi sinar matahari

atau melindungi dari serangan makhluk hidup lainnya. Adanya berbagai jenis

ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah (Panchax spp), gambusia, nila,

mujair dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah.

3) Lingkungan sosial-budaya

Kebiasan untuk berada di luar rumah sampai larut malam, dimana

vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan gigitan nyamuk.

Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan mempengaruhi

kesediaan masyarakat untuk memberantas malaria antara lain dengan

menyehatkan lingkungan, menggunakan kelambu, memasang kawat kasa pada

rumah dan menggunakan obat nyamuk. Berbagai kegiatan manusia seperti

pembuatan bendungan, pembuatan jalan, pertambangan dan pembangunan

pemukiman baru/transmigrasi sering mengakibatkan perubahan lingkungan

yang menguntungkan penularan malaria („man-made malaria”). Peperangan

dan perpindahan penduduk dapat menjadi faktor penting untuk meningkatkan

malaria. Meningkatnya parawisata dan perjalanan dari daerah endemik

mengakibatkan meningkatnya kasus malaria yang di-impor (Harijanto, 2000).

9. Diagnosis malaria

Diagnosis malaria sebagaimana penyakit pada umumnya didasarkan

pada manifestasi klinis, uji imunoserologis dan ditemukannya parasit

(Plasmodium) di dalam darah penderita. Manifestasi klinis demam malaria

seringkali tidak khas dan menyerupai penyakit infeksi lain sehingga

menyulitkan para klinisi untuk mendiagnosa malaria dengan mengandalkan

pengamatan manifestasi klinis saja, untuk itu diperlukan pemeriksaan

laboratoris untuk menunjang diagnosis malaria sedini mungkin. Hal ini penting

mengingat infeksi oleh parasit Plasmodium dapat berkembang dengan cepat

dan menimbulkan penyulit-penyulit yang berat (Harijanto, 2000).

Secara garis besar diagnosis laboratoris demam malaria digolongkan

menjadi dua kelompok yaitu pemeriksaan mikroskopis dan uji imunoserologis

untuk mendeteksi adanya antigen spesifik antibodi spesifik terhadap

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakarepository.poltekkes-tjk.ac.id/574/4/6. BAB II.pdf · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Malaria Malaria adalah suatu penyakit

23

Plasmodium. Sebagai standar emas (Gold Standar) pemeriksaan laboratoris

demam malaria pada penderita individual atau servei epidemiologi adalah

mikroskopis untuk menemukan parasit Plasmodium didalam darah tepi

(Harijanto, 2000).

10. Penilaian Situasi Malaria

Cara untuk menilai situasi malaria di suatu daerah adalah pengamatan

rutin dengan mengetahui persentase penderita malaria dan Parasit formula

(PF). Persentase penderita malaria adalah persentase sediaan darah yang

positif.

Parasite Formula (PF) adalah proporsi dari tiap parasite di suatu

daerah. Spesies yang mempunyai Parasite Formula (PF) tertinggi disebut

spesies yang dominan.

Interpretasi dari masing-masing dominasi adalah:

1) Plasmodium falciparum dominan:

a) Penularan masih baru/belum lama

b) Pengobatan kurang sempurna

2) Plasmodium vivax dominan:

a) Transmisi dini yang tinggi dengan vektor yang paten (gametosit

Plasmodium vivax timbul pada hari 2-3 parasitemia, sedangkan

Plasmodium falciparum baru pada hari ke-8)

b) Pengobatan radikal kurang sempurna sehingga timbul rekurens.

3) Plasmodium malariae dominan:

Berhadapan dengan vector yang berumur panjang Plasmodium

malariae mempunyai siklus sporogoni yang paling panjang dibandingkan

spesies lain (Harijanto, 2000).

Data malaria positif diolah untuk mendapatkan Annual Parasite

Insidence=API (%), dicari dengan rumus sebagai berikut:

API

(Kemenkes RI, 2007)

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustakarepository.poltekkes-tjk.ac.id/574/4/6. BAB II.pdf · 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Malaria Malaria adalah suatu penyakit

24

B. Kerangka Konsep

1. Persentase

penderita

malaria

2. Parasite

formula

3. Usia

4. Jenis kelamin

1. Persentase

penderita

malaria

2. Parasite

formula

3. Usia

4. Jenis kelamin

Suspect