BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang...

30
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang Belakang (Columna Vertebralis) Tulang belakang secara medis dikenal sebagai columna vertebralis (Jayson, 2002). Punggung terdiri dari aspek posterior batang tubuh, di sebelah inferior leher dan superior bokong (L. nates). Punggung merupakan regio tubuh yang menjadi tempat perlekatan kepala, leher, dan ekstremitas. Punggung meliputi: Kulit dan jaringan subkutan. Otot: lapisan superfisial, terutama dihubungkan dengan posisi dan pergerakan ekstremitas, dan lapisan yang lebih dalam (“otot punggung sejati”), secara spesifik duhubungkan dengan pergerakan atau untuk mempertahankan posisi tulang rangka aksial (postur). Columna vertebralis: vertebra, discus intervertebralis (IV), dan ligament- ligamen terkait. Costa (di regio toraks): terutama bagian posteriornya, di sebelah medial angulus costae. Medulla spinalis dan meninges (membrane yang melapisi medulla spinalis). Berbagai saraf dan pembuluh darah segmental (Keith & Arthur, 2013). Vertebra dan discus IV secara berasama-sama menyusun columna vertebralis (vertebra), yang memanjang dari cranium (tulang tengkorak) sampai apex coccyx. Columna vertebralis membentuk tulang rangka leher dan punggung dan merupakan

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang Belakang (Columna Vertebralis)

Tulang belakang secara medis dikenal sebagai columna vertebralis (Jayson,

2002). Punggung terdiri dari aspek posterior batang tubuh, di sebelah inferior leher

dan superior bokong (L. nates). Punggung merupakan regio tubuh yang menjadi

tempat perlekatan kepala, leher, dan ekstremitas. Punggung meliputi:

Kulit dan jaringan subkutan.

Otot: lapisan superfisial, terutama dihubungkan dengan posisi dan

pergerakan ekstremitas, dan lapisan yang lebih dalam (“otot punggung

sejati”), secara spesifik duhubungkan dengan pergerakan atau untuk

mempertahankan posisi tulang rangka aksial (postur).

Columna vertebralis: vertebra, discus intervertebralis (IV), dan ligament-

ligamen terkait.

Costa (di regio toraks): terutama bagian posteriornya, di sebelah medial

angulus costae.

Medulla spinalis dan meninges (membrane yang melapisi medulla

spinalis).

Berbagai saraf dan pembuluh darah segmental (Keith & Arthur, 2013).

Vertebra dan discus IV secara berasama-sama menyusun columna vertebralis

(vertebra), yang memanjang dari cranium (tulang tengkorak) sampai apex coccyx.

Columna vertebralis membentuk tulang rangka leher dan punggung dan merupakan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

6

bagian utama tulang rangka aksial (yaitu, artikulasi tulang-tulang cranium, columna

vertebralis, costa, dan sternum). Columna vertebralis dewasa memiliki panjang 72-75

cm, sekitar sperempatnya terbentuk oleh discus IV, yang memisahkan dan mengikat

vertebra bersama-sama.Fungsi columna vertebralis:

Melindungi medulla spinalis dan nervi spinales.

Menopang berat badan tubuh di sebelah posterior terhadap pelvis.

Memberikan aksis fleksibel dan kaku sebagian untuk tubuh dan dasar

yang diperluas untuk tempat kepala dan pusat perputaran.

Berperan penting pada postur dan lokomasi (gerakan dari satu tempat ke

tempat lain) (Keith & Arthur, 2013).

(Keith & Arthur, 2013)

Gambar. 2.1

Columna Vertebralis dan Canalis Vertebralis dengan Lima Regio

Tulang belakang adalah struktur yang kompleks, yang terbagi menjadi bagian

anterior dan posterior. Tulang belakang terdiri dati korpus vertebra, dihubungkan oleh

diskus intervertebralis, dan dilekatkan oleh ligamentum longitudinal anterior dan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

7

posterior. Bagian posterior lebih lunak dan terdiri dari pedikulus dan lamina yang

membentuk kanalis spinalis. Bagian posterior dihubungkan satu sama lain oleh sendi

facet (disebut juga sendi apofisial atau zygoapofisial) superior dan inferior (Ropper,

2005).

Normalnya ukuran dan ciri khas vertebra bervariasi untuk setiap regio

columna vertebralis, bahkan sampai tingkat yang lebih rendah di dalam setiap regio;

namun dasarnyasama. Vertebra tipikal terdiri dari corpus vertebrae, arcus vertebralis,

dan tujuh pocessus (Keith & Arthur, 2013).

Corpus vertebrae, merupakan bagian anterior tulang yang lebih masif, secara

kasar berbentuk silindris, yang memberi kekuatan pada columna vertebralis dan

menopang berat tubuh. Ukuran corpus vertebrae meningkat seiring turunnya

columna, paling jelas dari T4 di sebelah inferior, dan masing-masing menahan berat

tubuh yang secara progresif lebih besar. Corpus vertebrae terdiri dari tulang vaskular,

trabekular (spongiosa, kanselosa) yang dilapisi oleh lapisan luar tipis tulang

kompakta. Tulang trabekular adalah suatu jejaring yang terdiri dari sebagian besar

trabekula horizontal pendek. Celah trabekula-trabekula tersebut diisi oleh sumsum

merah yang merupakan jaringan hematopoetik (pembentuk darah) yang paling aktif

pada orang dewasa. Satu atau lebih foramina besar pada permukaan posterior corpus

mangakomodasi vena basivertebralis yang mendrainase sumsum (Keith & Arthur,

2013).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

8

Arcus vertebrae terletak di sebelah posterior corpus vertebrae dan terdiri dair

dua (kanan dan kiri) pediculus dan lamina. Pediculus adalah suatu proses silindris

pendek dan kuat yang berproyeksi ke posterior dari corpus vertebrae untuk bertemu

dua lempeng tulang yang lebar dan rata yang disebut lamina, yang menyatu di garis

tengah. Arcus vertebralis dan permukaan posterior corpus vertebrae membentuk

dinding foramen vertebralis (canalis spinalis), yang berisi medulla spinalis dan radix

nervi spinales yang keluar darinya, bersamaan dengan membran (meninges), lemak,

dan pembuluh darah yang mengelilingi dan menyertainya. Incisura vertebralis adalah

identasi yang diobservasi pada pandangan lateral vertebra superior dan inferior

terhadap setiap pediculus di antara processus articularis superior dan inferior di

posterior dan projeksi berhubungan corpus di anterior. Incisura vertebralis superior

dan inferior dari vertebrae yang berdekatan dan discus IV yang menghubungkannya

membentuk foramen intervertebrale, tempat ganglia spinalis (radix posterior) dan

tempat keluar nervi spinales dari columna vertebralis dengan pembuluh darah

penyertanya (Keith & Arthur, 2013).

Tujuh processus berasal dari arcus vertebralis pada suatu vertebra tipikal:

Satu processus spinosus mediana yang berproyeksi ke posterior (dan

biasanya inferior, tumpeng tindih dengan vertebra di bawahnya) dari

arcus vertebralis pada taut lamina.

Dua processus transversus yang berproyeksi ke posterolateral dari taut

pediculus dan lamina.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

9

Empat processus articularis (dua superior dan dua inferior) juga berasal

dari taut pediculus dan lamina, masing-masing menahan permukaan

articular (facies) (Keith & Arthur, 2013).

Tiga processus pertama, satu processus spinosus dan dua transversus,

memberikan perlekatan untuk otot punggung dalam dan berperan sebagai pengungkit,

yang mempermudah otot yang memfiksasi atau mengubah posisi vertebra. Empat

processus yang terakhir (articularis) berada dalam aposisi dengan processus yang

berhubungan pada vertebra yang berdekatan (superior dan inferior) dengannya,

membentuk articulation (facies) zygapophysialis. Melalui partisipasinya pada

persendian tersebut, processus menentukan jenis gerakan yang memungkinkan dan

tertahan di antara vertebra yang berdekatan di setiap regio. Processus articularis juga

membantu menjaga agar vertebra yang berdekatan tetap sejajar, terutama mencegah

satu vertebra tergelinci di anterior pada vertebra di bawahnya. Secara umum,

processus articularis hanya menahan berat tubuh sementara, misalnya ketika

seseorang berdiri dari posisi fleksi, dan secara unilateral bila vertebrae cervicales

difleksikan maksimal ke lateral. Namun, processus articularis inferior vertebra L5

menahan berat tubuh meskipun tubuh dalam posisi tegak (Keith & Arthur, 2013).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

10

(Keith & Arthur, 2013)

Gambar. 2.2

Vertebrae Tipikal

(Keith & Arthur, 2013)

Gambar 2.3

Bagian Internal Corpus Vertebrae dan Canalis Vertebralis

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

11

Stabilitas tulang belakang tergantung dari integritas korpus vertebrae, diskus

intervertebralis dan struktur penunjang yakni otot dan ligament. Meskipun ligamen

yang menopang tulang belakang sangat kuat, stabilitas tulang belakang tetap

dipengaruhi aktivitas refleks maupun volunter dari otot sacrospinalis, abdomen,

gluteus maximus, dan otot hamstring (Kopper, 2005).

2.2 Low Back Pain (LBP)

2.2.1 Definisi

Menurut Kravitz (2009) Low Back Pain (LBP) atau yang biasa disebut Nyeri

Punggung Bawah(NPB) mengacu pada nyeri di daerah lumbosakral tulang belakang

meliputi jarak dari vertebra lumbar pertama ke tulang vertebra sacral pertama. Ini

adalah area tulang belakang dimana bentuk kurva lordotic. Bagian vertebrae yang

paling sering menyebabkan nyeri pinggang adalah di segmen lumbal 4 dan 5

(Donelly et al, 2009).

(Advance Spine Care, 2010)

Gambar 2.4

Low Back Pain (LBP)

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

12

Nyeri punggung bukan merupakan penyakit tersendiri. Nyeri punggung

merupakan sekumpulan gejala yang menandakan bahwa terdapat sesuatu yang salah.

Nyeri dapat digambarkan sebagai sensasi tidak menyenangkan yang terjadi bila

mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh. Nyeri dapat terasa panas, gemetar,

kesemutan seperti terbakar, tertusuk, atau ditikam. Nyeri menjadi suatu masalah bila

nyeri mempengaruhi kita dalam menjalani hidup. Hal ini bisa terjadi karena nyeri

berlangsung dalam waktu lama atau menjadi kronik. Nyeri juga dideskripsikan dalam

hal berapa lama nyeri itu berlangsung. Nyeri akut atau singkat merupakan nyeri yang

terjadi selama lebih dari 2 bulan (Bull & Archad, 2007).

Sebagian besar nyeri punggung merupakan nyeri punggung sederhana atau

sakit punggung, yaitu nyeri yang berkaitan dengan bagaimana tulang, ligamen, dan

otot punggung bekerja. Nyeri ini biasanya merupakan nyeri yang terjadi sebagai

akibat gerakan mengangkat, membungkuk, atau mengejan. Nyeri dirasakan hilang

timbul, paling sering terjadi pada punggung bawah, dan biasanya tidak menandakan

kerusakaan permanen apapun. Beberapa nyeri punggung terkait dengan nyeri akar

saraf. Nyeri ini sangat jarang dibandingkan dengan nyeri punggung sederhana. Nyeri

akar saraf biasanya disebabkan oleh tekanan pada pangkal saraf sumsum tulang

belakang. Diskus yang mengalami herniasi (tergelincir) merupakan satu penyebab

nyeri akar saraf (Bull & Archad, 2007).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

13

2.2.2 Etiologi

1. Faktor Mekanik

a. Degenerasi segmen diskus, misalnya osteoarthritis tulang belakang

atau stenosis tulang belakang.

b. Nyeri diskogenik tanpa gejala radicular.

c. Radikulopati structural.

d. Fraktur vertebra segmen atau oseus.

e. Spondilosis, disertai atau tanpa adanya stenosis kanal spinal.

f. Makro dan mikro ketidakstabilan spina atau ketidakstabilan ligament

lumbosacral dan kelemahan otot.

g. Ketidaksamaan panjang otot.

h. Lansia (perubahan struktur tulang belakang).

2. Faktor Non Mekanik

a. Sindrom neurologis:

1) mielopati atau myelitis structural;

2) pleksopati lumosakral (regangan) lumbosacral akut;

3) miopati;

4) spinal segmental atau distonia umum;

b. Gangguan sistemik:

1) primer atau neoplasma metastasis;

2) infeksi oseus, diskus, atau epidural;

3) penyakit metabolik tulang, termasuk osteoporosis.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

14

c. Nyeri kiriman (referred pain):

1) gangguan ginjal, gangguan gastrointestinal, masalah pelvis, tumor

retroperineal, aneurisma abdominal;

2) masalah psikomatik.

Kebanyakan LBP terjadi akibat gangguan musculoskeletal dan diperberat oleh

aktivitas. Obesitas, stress, dan terkadang depresi juga dapat mengakibatkan LBP.

Pasien dengan LBP kronik biasanya mengalami ketergantungan terhadap beberapa

jenis analgesik (Zairin, N.H., 2012).

2.2.3 Patofisiologi

Konstruksi punggung yang unik memungkinkan terjadinya fleksibilitas dan

memberikan perlindungan terhadap sumsum tulang belakang. Otot-otot abdominal

berperan pada aktivitas mengangkat beban dan saran pendukung tulang belakang.

Adanya obesitas, masalah struktur, dan peregangan berlebihan pada sarana

pendukung ini akan berakibat pada nyeri punggung. Adanya perubahan degenerasi

diskus intervertebralis akibat usia menjadi fibrokartilago yang padat dan tidak teratur

merupakan penyebab nyeri punggung biasa, dimana L4-L5 dan L5-S1 menderita

stress mekanis dan menekan sepanjang akar saraf tersebut (Zairin Noor H., 2012).

2.2.4 Faktor Resiko

Beberapa penelitian melaporkan faktor resiko LBP di negara barat antara lain

adalah usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, bekerja penuh waktu, body mass

index (BMI), lama bekerja, frekuensi mengangkat beban berat, beban kerja, dan

dukungan sosial yang rendah (Patrianingrum dkk., 2015).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

15

1. Usia

Tinggi tubuh manusia terus bertambah mulai dari lahir hingga usia sekitar

20-25 tahun. Usia saat berhentinya pertumbuhan pada perempuan lebih dini

daripada laki-laki. Berbeda dengan tinggi tubuh, dimensi tubuh yang lain,

seperti bobot badan dan lingkar perut mungkin tetap bertambah hingga usia 60

tahun. Pada tahap usia lanjut, dapat terjadi perubahan bentuk tulang seperti

bungkuk pada tulang punggung, terutama pada perempuan (Iridiastadi&

Yassierli, 2014).

Pada usia 50-60 tahun mengalami penurunan ketahanan otot mencapai

25%, kemampuan sensoris menurun sekitar 60%. Pertambahan usia akan

diikuti oleh penurunan VO2, ketajaman pengelihatan, pendengaran kecepatan

pembedaan, pembuatan keputusan dan mengingat jangka pendek (Kuswana,

2014).

Konsekuensinya pada pekerja yang telah berusia 50-60 tahunan, dalam

menghadapi pekerjaan rutinnya akan mengalami penurunan kerja, apabila

tidak diimbangi dengan pemeliharaan ketubuhan dan mental secara teratur dan

berkesinambungan, terlebih bagi pekerja yang telah mengalami cedera yang

terjadi pada masa lalu atau trauma tertentu dalam pekerjaannya (Kuswana,

2014).

2. Jenis Kelamin

Jenis pekerjaan tertentu, harus mempertimbangkan jenis kelamin, seperti

menyangkut pekerjaan yang membutuhkan kegiatan fisik baik langsung

maupun tidak langsung (lingkungan). Kekuatan fisik wanita 2/3 dari kekuatan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

16

otot laki-laki, dan VO2 mak 15-30% lebih rendah dari laki-laki. Presentase

lemak wanita lebih banyak dari laki-laki dan kadar Hb darah lebih rendah dari

laki-laki. Tenaga aerobic maksimum wanita 2,4 L/menit dan laki-laki 3,0

L/menit. Akan tetapi, dalam hal ketelitian dan ketahanan bekerja pada tempat

yang dingin, wanita lebih kuat disbandingkan laki-laki (Kuswana, 2014).

Hubungan kekuatan otot dengan jenis kelamin dan usia dapat ditunjukkan

pada grafik sebagai berikut.

(Kuswana, 2014)

Gambar 2.5

Grafik Hubungan Kekuatan Otot, Jenis Kelamin dan Usia

3. Perokok

Boshuizen et al. (1993) menemukan hubungan yang signifikan antara

kebiasaan merokok dengan keluhan otot. Kebiasaan merokok akan dapat

menurunkan kapasitas paru-paru yang diakibatkan adanya kandungan

karbonmonoksida sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

17

menurun dan sebagai akibatnya tingkat kesegaran menurun. Apabila yanag

bersangkutan melakukan tugas yang menuntut pengerahan tenaga maka akan

mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran

karbohidrat terhambat, terjadi penumpukan asam laktat, dan akhirnya timbul

nyeri otot (Tarwaka, 2004).

4. Posisi Kerja (postural stress)

Posisi netral (duduk dan berdiri secara normal) merupakan kondisi yang

paling alamiah untuk bekerja, dengan usaha otot dan tekanan pada sendi,

tendon, dan ligament yang paling minimum. Namun sayangnya, banyak

pekerjaan yang memaksa pekerjanya dengan posisi bungkuk, jongkok, atau

sikap kerja dengan pergelangan tangan menekuk, leher mendongak, dan lain-

lain. Sikap-sikap kerja yang melelahkan inilah yang sering menjadi keluhan

pekerja. Dalam jangka panjang, sikap kerja tersebut sangat beresiko

berdampak pada gangguan sistem otot-rangka (Iridiastadi & Yassierli, 2014).

Beberapa jenis pekerjaan ada yang harus dilayani oleh pekerja sambil

duduk, seperti juru tik, pekerjaan di laboratorium, tukang jahit manual atau

bertenaga motor listrik (garment), pengedit film, sopir, dan sebagainya.

Meskipun pelayanan dilakukan sama-sama sambal duduk, masing-masing

memiliki bobot yang berbeda baik dilihat dari faktor tuntutan intelektual,

persepsi tenaga (Kuswana, 2014).

Ditinjau dari aspek kesehatan, bekerja pada posisi duduk yang

memerlukanwaktu lama dapat menimbulkan otot perut semakin elastis, tulang

belakang melengkung, otot bagian mata terkonsentrasi sehingga cepat merasa

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

18

lelah. Kejadian tersebut, jika tidak diimbangi dengan rancangan tempat duduk

yang tidak memberikan keleluasaan gerak atau alih pandang yang memadai

tidak menutup kemungkinan terjadi gangguan bagian punggung belakang,

ginjal, dan mata (Kuswana, 2014).

5. Lama Kerja

Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6-8 jam.

Sisanya (16-18 jam) dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga atau

masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih

dari kemampuan tersebut biasanya tidak disertai efisiensi yang tinggi, bahkan

biasanya terlihat penurunan produktivitas serta kecenderungan untuk

timbulnya kelelahan, penyakit, dan kecelakaan. Dalam seminggu biasanya

seseorang dapat bekerja dengan baik selama 40-50 jam. Lebih dari itu terlihat

kecenderungan untuk timbulnya hal-hal negatif. Makin panjang waktu kerja,

makin besar kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Jumlah 40

jam kerja seminggu ini dapat dibuat 5 atau 6 hari kerja tergantung kepada

berbagai faktor (Suma’mur, 2009).

Maksimum waktu kerja tambahan yang masih efisien adalah 30 menit,

sedangkan diantara waktu kerja harus disediakan istirahat yang jumlahnya

antara 15-30% dari seluruh waktu kerja. Apabila jam kerja melebihi dari

ketentuan tersebut akan ditemukan hal-hal seperti penurunan kecepatan kerja,

gangguan kesehatan, angka absensi karena sakit meningkat, yang dapat

mengakibatkan rendahnya tingkat produktivitas kerja (Tarwaka dkk, 2004).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

19

6. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Pengaruh IMT terutama dalam posisi berdiri, duduk, dan berjalan dapat

mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi

pada bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa

valgum dan sebagainya. Beberapa pekerjaan yang mengharuskan berdiri dan

duduk dalam waktu yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya LBP

(Klooch, 2006 dalam Shocker, 2008). Kehamilan dan obesitas merupakan

salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh gaya

berat tubuh. Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada tulang belakang

akibat penumpukan lemak, kelainan postur tubuh dan kelemahan otot

(Bimariotejo, 2009).

7. Getaran

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika

dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, getaran adalah gerakan yang teratur dari

benda atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangan.

Getaran adalah suatu gerak bolak-balik di sekitar kesetimbangan.

Kesetimbangan di sini maksudnya adalah keadaan di mana di suatu benda

berada pada posisi diam jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut

(Kuswana, 2014).

Getaran yang dialami pekerja secara terus-menerus dapat berdampak

pada kerusakan jaringan dan organ tubuh. Dampak dari faktor risiko ini

ditentukan oleh frekuensi getaran dan lamanya paparan getaran yang dialami.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

20

Hasil studi kami baru-baru ini menunjukkan bahwa banyak sopir alat-alat

berat tambang yang mengalami gangguan nyeri punggung yang diakibatkan

oleh paparan getaran (whole body vibration) saat mengemudi (Iridiastadi &

Yassierli, 2014).

2.2.5 Klasifikasi

Nyeri punggung bawah disebabkan oleh berbagai kelainan atau perubahan

patologik yang mengenai berbagai macam organ atau jaringan tubuh. Oleh karena itu

beberapa ahli membuat klasifikasi yang berbeda atas dasar kelainannya atau jaringan

yang mengalami kelainan tersebut. Dalam hal ini yang penting adalah bagaimana kita

dapat memanfaatkan masing-masing klasifikasi tadi untuk memahami segala masalah

yang berkaitan dengan LBP. Macnab menyusun klasifikasi LBP sebagai berikut (a)

vasogenik, (b) neurogenic, (c) vaskulogenik, (d) psikogenik, (e) spondilogenik

(Harsono, 2009).

Menurut Bimariotejo (2009), berdasarkan perjalanan klinisnya LBP terbagi

menjadi dua jenis, yaitu:

a) Acute Low Back Pain

Acute Low Back Pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara

tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai

hari beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute Low

Back Pain dapat disebabkan karena luka traumatic seperti kecelakaan mobil

atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain

dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligament, dan tendon. Pada

kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

21

dapat masih sembuh sendiri. Pada saat ini pemeriksaan awal nyeri pinggang

akut terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesic (Bimariotejo, 2009).

b) Chronic Low Back Pain

Rasa nyeri pada chronic Low Back Pain bisa menyerang lebih dari 3

bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini

biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama.

Chronic Low Back Pain dapat terjadi karena osteoarthritis,

rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus invertebralis dan tumor

(Bimariotejo, 2009).

Di samping klasifikasi tersebut di atas, kita masih harus selalu mengingat

klasifikasi patologi yang klasik juga dapat dikaitkan dengan LBP. Klasifikasi

tersebut ialah (a) trauma, (b) infeksi, (c) neoplasma, (d) degenerasi, dan (e)

kongenital (Harsono, 2009).

2.2.6 Diagnosis

2.2.6.1 Anamnesis

a. Letak atau lokasi nyeri; penderita diminta untuk menunjukkan nyeri

dengan setepat-tepatnya;

b. Penyebaran nyeri; dibedakan nyeri bersifat radikular atau referred pain;

c. Sifat nyeri; misalnya seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat,

mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus-

menerus, dan sebagainnya;

d. Pengaruh aktivitas terhadap nyeri;

e. Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh;

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

22

f. Trauma;

g. Proses terjadinya nyeri dan perkembangannya; dalam hal ini perlu

ditanyakan tentang sifat akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, atau

justru menyelinap sehingga penderita tidak tahu secara pasti kapan rasa

tidak enak sampai rasa nyeri tadi mulai timbul. Juga perlu ditanyakan

apakah nyeri tadi bersifat menetap atau hilang-timbul, makin lama makin

nyeri dan sebagainya;

h. Obat-obat analgetik yang pernah diminum;

i. Kemungkinan adanya proses keganasan;

j. Riwayat menstruasi;

k. Kondisi mental/emosional(Harsono, 2009).

2.2.6.2 Pemeriksaan Umum

2.2.6.2.1 Inspeksi

a. Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulasi,

pelvis yang miring atau asimetris, muskulatur paravertebral atau pantat

yang asimetris, postur tungkai yang abnormal;

b. Observasi punggung, pelvis dan tungkai selama bergerak apakah ada

hambatan selama melakukan gerakan;

c. Pada saat penderita menanggalkan atau mengenakan pakaian, apakah

ada gerakan yang tidak wajar atau terbatas;

d. Observasi penderita saat berdiri, duduk, bersandar maupun berbaring

dan bangun dari berbaring;

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

23

e. Perlu dicari kemungkinan adanya atrofi otot, fasikulasi,

pembengkakan, perubahan warna kulit (Harsono, 2009).

2.2.6.2.2 Palpasi dan perkusi

Palpasi dan perkusi harus dilakukan dengan hati-hati. Pada palpasi, terlebih

dahulu diraba daerah yang sekitarnya paling ringan rasa nyerinya, kemudian menuju

ke arah daerah yang terasa paling nyeri. Ketika meraba kolumna vertebralis

seyoganya dicari kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau antero-posterior

(Harsono, 2009).

2.2.6.3 Pemeriksaan Neurologik

a. Tes Lassegue (straight leg raising test = SLRT);

b. Tungkai pasien diangkat secara perlahan tanpa fleksi di lutut sampai

sudut

c. Gangguan sensorik pada bagian lateral jari V (S1) atau bagian medial dari

ibu jari kaki (L5);

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

24

(Netter FH, 2006)

Gambar 2.6

Dermatome

d. Gangguan motorik, pasien tak dapat dorsofleksi, terutama jari kaki (L5)

atau plantar fleksi (S1);

e. Tes dorsofleksi;

f. Tes plantarfleksi;

g. Kadang terdapat gangguan otonom, yaitu retensio urinae, merupakan

indikasi untuk segara dioperasi;

h. Kadang terdapat anesthesia di perineum.

(Bahrudin, 2013)

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

25

2.2.6.4 Pemeriksaan Penunjang

1. X-foto lumbosacral

- Kadang didapat arthrosis

- Penyempitan diskus intervertebralis

2. Cairan serebro spinalis (CSS): biasanya normal, namun jika terjadi blok

akan didapatkan peningkatan protein, indikasi operasi.

3. EMG

- Terlihat potensial fibrilasi di daerah radiks yang terganggu.

- Conduction velocity menurun.

(Bahrudin, 2013)

2.3 Indeks Massa Tubuh (IMT)

2.3.1 Definisi

Indeks Massa Tubuh (IMT) atau yang bisa disebut Body Mass Index (BMI)

merupakan salah satu parameter sederhana dari pemeriksan antropometri untuk

memantau status gizi seseorang, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan

kelebihan berat badan (Depkes RI, 2007). Pengukuran IMT ini antara lain dapat

ditentukan berat badan beserta risikonya, misalnya berat badan kurang dapat

meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan

meningkatkan risiko terhadap penyakit degeneratif (Setyawan, 2014).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

26

2.3.2 Pengukuran

Untuk memantau IMT orang dewasa digunakan timbangan berat badan dan

pengukuran tinggi badan. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur >18

tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan

(Setyawan, 2014).

1. Berat Badan (BB)

Cara pengukuran berat badan:

a. Atur skala timbangan pada angka nol.

b. Lepas sepatu, pakaian luar yang berat (jaket, rompi, sweater, topi) dan

kosongkan saku pakaian.

c. Subjek naik keatas timbangan dengan pandangan lurus kedepan tidak

melihat kea rah skala dan dengan tangan yang menggatung di kedua

sisi tubuh.

d. Membaca nilai yang tertera pada skala timbangan.

e. Langkah diatas diualang sebanyak 3 kali.

(Bell et al., 2011)

2. Tinggi Badan (TB)

Cara pengukuran tinggi badan:

a. Subjek melepaskan sepatu, topi, dan segala macam hiasan kepala

lainnya.

b. Berdiri tegak menghadap ke arah yang berlawanan dengan arah

mikrotoa.

c. Berdiri dengan kedua kaki yang menempel satu sama lain.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

27

d. Pastikan kedua kaki lurus, kedua tangan dan bahu relax.

e. Pastikan tubuh bagian belakang menyentuh bidang datar (tumit,

pantat, punggung atas dan kepala menyentuh permukaan pengukuran).

f. Pastikan tubuh berada dalam garis lurus, yaitu garis mid-aksilaris

sejajar dengan stadiometer.

(Bell et al., 2011)

Gambar 2.7

Garis Mid-Aksilaris

g. Pastikan kepala berada pada posisi yang tepat, yaitu posisi Frankfurt

Horizontal Plane.

(Bell et al., 2011)

Gambar 2.8

Frankfurt Horizontal Plane

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

28

3. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Untuk mengetahui nilai IMT ini dipergunakan formula sebagai berikut:

IMT = =

2.3.3 Klasifikasi

Tabel 2.1 Klasifikasi IMT menurut WHO

Classification BMI (kg/

Principal cut-off

points

Additional cut-off

points

Underweight < 18,50 <18,50

Severe thinness <16,00 <16,00

Moderate thinness 16.00 – 16.99 16.00 – 16.99

Mild thinness 17.00 – 18.49 17.00 – 18.49

Normal range 18,50 – 24.99 18.50 – 22.99

23.00 – 24.99

Overweight 25.00 25.00

Pre-obese 25.00 – 29.99 25.00 – 27.49

27.50 – 29.99

Obese 30.00 30.00

Obese class I 30.00 – 34.99 30.00 – 32.49

32.50 – 34.99

Obese class II 35.00 – 39.99 35.00 – 37.49

37.50 – 39.99

Obese class III 40.00 40.00 (WHO, 2004)

Sedangkan standar yang ditetapkan untuk orang dewasa Indonesia adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.2 Klasifikasi IMT di Indonesia

Kategori BMI (kg/

Kurus Normal

BB Lebih

Obesitas

< 18,4 18,5-25,0

25,1-27,0

>27,0 (Depkes, 2008)

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

29

2.4 Aktivitas Sopir Angkot

2.4.1 Mengemudi

1.4.1.1 Postur Mengemudi

Mengemudi dalam waktu yang lama, dapat menyebabkan keluhan LBP.Hal

ini disebabkan oleh duduk dengan posisi yang selama berjam-jam sambil

menggenggam roda kemudi dan terpajan vibrasi dari kendaraan. Untuk mengurangi

resiko LBP, sebaiknya pengemudi berada pada posisi mengemudi yang benar.

Berikut adalah postur tubuh yang baik saat mengemudi:

1. Apabila kursi mengemudi dapat disesuaikan naik-turun, atur

kesesuaiannya sehingga dapat membuat penglihatan kita terhadap jalan

menjadi maksimum.

2. Sesuaikan juga posisi maju-mundur tempat duduk kemudi sehingga

jaraknya dapat memudahkan kaki dalam menginjak pedal rem, gas, dan

kopling.

3. Pada mobil tertentu yang dapat diatur kemiringan bantal di tempat duduk

kemudi di bagian ujung paha, hendaknya diatur kemiringannya sehingga

bagian paha ter-support dengan baik.

4. Atur kemiringan backrest sehingga dapat menyediakan topangan terbaik

pada punggung. Pada umumnya kemiringan backrest adalah antara 110-

1140.

5. Untuk roda kemudi yang dapat diatur dan kemiringannya, atur roda

kemudi sesuai dengan jangkauan tangan, pastikan ada ruang untuk paha

dan lutut bergerak pada saat menginjak pedal rem, gas atau kopling, dan

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

30

pastikan semua display panel terlihat jelas dan tidak terhalangi roda

kemudi.

6. Atur penyangga kepala, pastikan pada posisi tersebut resiko injury di

kepala dapat dikurangi apabila terjadi kecelakaan.

7. Atur kemiringan kaca spion sehingga dapat digunakan unuk melihat

kondisi sekitar tanpa menyebabkan ketegangan pada leher dan tubuh

bagian atas.

8. Posisi kaki yang baik pada saat mengemudi, tepatnya posisi kaki di antara

pedal adalah parallel satu sama lain. Posisi kaki pada saat mengemudi

mempengaruhi otot adductor pada paha. Pada saat posisi kaki memutar

maka adductor paha tidak melakukan mobilitas. Pada keadaan ini ruang

abdominal menjadi kendur dan paha pada saat kendur dan pada saat yang

bersamaan terjadi peningkatan beban pada otot punggung sampai ke leher.

9. Posisi tangan yang baik pada saat memegang kemudi adalah berada pada

pukul 10 dan pukul 2 karena pada posisi ini lah tangan kita dalam posisi

natural dan tidak memberikan tekanan pada bagian tubuh atas. Cara

menggenggam roda kemudi harus benar, dengan tidak memberikan

tekanan berlebihan pada lengan. Jari-jari pada lengan diusahakan serileks

mungkin, begitu pun pada bahu dan siku (Safety, 2003).

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

31

2.4.1.2 Posisi Mengemudi

2.4.1.2.1 Posisi Mengemudi Tegak

Posisi mengemudi tegak dianggap sebagai posisi yang baik. Studi tentang

tekanan pada intra discus menunjukan bahwa tekanan di discus lumbal 40-50% lebih

besar pada posisi ini dibandingkan dengan berdiri. Ini disebabkan pada kursi yang

tegak, pelvis berotasi ke belakang 380

saat duduk dan kurva ke depan di punggung

bawah cendurung lurus. Salah satu cara untuk mengurangi tekanan adalah dengan

menggunakan lumbal support, yang akan menjaga lordosis daerah lumbal. Sandaran

punggung yang tepat akan mengurangi tekanan di discus lumbal sampai 30%. Duduk

tegak sangat cocok untuk pekerjaan yang menggunakan komputer dan mengemudi

(Ladou, 2007).

2.4.1.2.2Posisi Mengemudi Condong Kedepan

Pada saat duduk, menulis atau melakukan pekerjaan yang menyebabkan

tulang belakang condong ke depan, tekanan pada discus lumbal 90% lebih besar

dibandingkan saat berdiri. Pada posisi inilah orang lebih sering duduk, karena mampu

mengakomodasi garis pandang dan jarak pandang untuk melakukan detail pekerjaan

(Ladou, 2007).

2.4.1.2.3Posisi Mengemudi Reclining

Posisi reclining memungkinkan berat badan menumpu di belakang tempat

duduk dan dengan memakai lumbal support. Masalah pada posisi duduk ini timbul

bila target visusal lebih rendah atau terlalu jauh. Untuk kompensasi, orang cenderung

melakukan fleksi leher yang akan meningkatkan tekanan di discustulang leher. Posisi

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

32

reclining cocok untuk pekerja yang perlu fokus pada detail kecil atau harus

melakukan gerakan motorik halus (Ladou, 2007).

2.4.2 Lama Kerja

Jam kerja, waktu istirahat kerja, waktu lembur diatur dalam pasal 77 sampai

pasal 85 Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Di beberapa

perusahaan, jam kerja,waktu istirahat dan lembur dicantumkan dalam Perjanjian

Kerja Bersama (PKB). Undang-undang mengenai jam kerja, jam kerja adalah waktu

untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari dan/atau malam hari. Jam

Kerja bagi para pekerja di sektor swasta diatur dalam Undang-Undang No.13 tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85. Pasal 77

ayat 1, Undang-Undang No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk

melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah diatur dalam 2

sistem seperti yang telah disebutkan diatas yaitu:

1. 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari

kerja dalam 1 minggu; atau

2. 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari

kerja dalam 1 minggu.

Pada kedua sistem jam kerja tersebut juga diberikan batasan jam kerja yaitu

40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu. Apabila melebihi dari ketentuan waktu

kerja tersebut, maka waktu kerja biasa dianggap masuk sebagai waktu kerja lembur

sehingga pekerja/buruh berhak atas upah lembur. Akan tetapi, ketentuan waktu kerja

tersebut tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu seperti misalnya

pekerjaan di pengeboran minyak lepas pantai, sopir angkutan jarak jauh, penerbangan

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

33

jarak jauh, pekerjaan di kapal (laut), atau penebangan hutan. Ada pula pekerjaan-

pekerjaan tertentu yang harus dijalankan terus-menerus, termasuk pada hari libur

resmi (Pasal 85 ayat 2 UNDANG-UNDANG No.13/2003). Pekerjaan yang terus-

menerus ini kemudian diatur dalam Kepmenakertrans No. Kep-233/Men/2003 Tahun

2003 tentang Jenis dan Sifat Pekerjaan yang Dijalankan Secara Terus Menerus. Dan

dalam penerapannya tentu pekerjaan yang dijalankan terus-menerus ini dijalankan

dengan pembagian waktu kerja ke dalam shift-shift (Ramdhany, 2015).

Jam kerja yang dilakukan paling banyak adalah sehari, yang dimaksud sehari

disini adalah mengemudi mulai pagi hingga malam hari antara jam 05.30 sampai

21.00. Karena pekerjaan ini tidak seperti bekerja layaknya karyawan atau pun buruh

maka jam kerja yang disepekati dan dikeluarkan oleh keputusan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi tidak berpengaruh terhadap pengemudi angkutan karena para

pengemudi hanya berdasarakan pada setoran (Ramdhany, 2015).

2.5 The Quebec Back Pain Disabality Scale (QBPDS)

The Quebec Back Pain Disabality Scale (QBPDS) merupakan 20 pertanyaan

yang digunakan untuk menilai tingkat kecacatan pada pasien nyeri punggung yang

dipilih dari 46 pertanyaan yang diuji kembali menggunakan analisis faktor dan

dengan penerapan item response theory. QBPDS menilai kecacatan dengan

mengevaluasi kegiatan sehari-hari, yaitu: self-care, sleeping, walking, climbing stairs,

sitting, standing, lifting large or heavy objects, bending and stooping, physical

activities dan houseworks. Setiap pertanyaan memiliki skala 6 poin, dengan nilai

terendah “0” (tidak sulit sama sekali) dan nilai tertinggi “5” (tidak bisa dilakukan).

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Tulang ...eprints.umm.ac.id/41037/3/jiptummpp-gdl-baiqannisa-47153-3-babii.… · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi

34

Kuesioner tersebut dapat dijawab dengan mudah oleh pasien, dalam waktu 5-10

menit, dan dapat menghitung skor dalam waktu 2 menit (Longo et al., 2010).

2.6 Penelitian yang mendukung

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Heru Septiawan (2013) mengenai

“Faktor yang berhubungan dengan keluhan LBP pada Pekerja Bangunan di PT

Mikroland Property Development Semarang tahun 2012” dikatakan bahwa beban

kerja (p value = 1,000) dan kebiasaan merokok (p value = 0,548) tidak mempunyai

hubungan dengan keluhan LBP. Sedangkan sikap kerja (p value = 0,020) dan Indeks

Massa Tubuh (p value = 0,030) mempunyai hubungan dengan keluhan LBP.

Penelitian lain yang mendukung juga dilakukan oleh Heikki Frilander, et al.

(2015) yang dilakukan pada pria pre-militer usia sekitar 30-50 tahun yang

berpartisipasi pada survei pemeriksaan kesehatan nasional dengan melihat rekam

medisnya. Hasilnya didapatkan bahwa obesitas dan overweight pada usia dewasa

muda meningkatkan faktor resiko terhadap radiating LBP. Menurut penelitian

Alberto Ofenhejm Gotfryd, dkk (2015) bahwa pasien yang mengeluh LBP

didominasi oleh usia dewasa muda, hypoactive, overweight (dengan BMI 26 kg/m2),

dan dengan gejala yang berulang.